• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGATURAN WAKTU MAKAN UMUR HARI TERHADAP KARAKTERISTIK ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGATURAN WAKTU MAKAN UMUR HARI TERHADAP KARAKTERISTIK ORGAN PENCERNAAN AYAM BROILER"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGATURAN WAKTU MAKAN UMUR 21-35 HARI TERHADAP KARAKTERISTIK ORGAN

PENCERNAAN AYAM BROILER

Muhammad Sholihin, under the guidance of Dr.Ir. Abdul Azis, M.Si 1) dan Prof. Dr.Ir. Zubaidah, M.S 2)

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of the timing of meal aged 21-35 days against organ characteristics of the digestive organs of broiler chickens. of 300 broiler chickens aged 21 days were divided into 20 units cages / pens (15 birds / cage). Rations were used that commercial rations BR-2 production PT. Comfeed Lampung. The design used was completely randomized design (CRD) with 4 treatments and 5 replications, each replication consisted of 15 broiler chickens. Treatment consists of PO (Rations were given ad libitum from the age of 21-35 days), P-1 (rations are provided for 9 hours / day (07: 10: 00; 16: 00-19: 00; and 22: 00- 01:00), P-2 (supplied rations for 12 hours / day (07: 00-10: 00; 16: 00-20: 00; and 22: 00-03: 00), P-3 (feed supplied 15 hours / day (07: 00-10: 00; 16: 00-21: 00; and 22: 00-05: 00). the parameters measured were feed intake, slaughter weight, the weight of the cache, proventriculus, gizzard, pancreatic, weights intestine (duodenum, jejunum and Illium), and the length of the intestine (duodenum, jejunum and Illium).

The results showed that the effect of the timing of eating is very significant (P <0.01) reduced use of feed in broiler chickens and can produce weight cut better than the control and can significantly affect the size and weight of gizzard weights cache. But the timing of eating aged 21-35 days did not significantly affect the size of the proventriculus weight, pancreatic weight and the weight of the intestine (duodenum, jejunum, ileum) and the length of the intestine (duodenum, jenenum, ileum).

Keywords: broiler, digestive organs, the timing of meal Description: 1) Top Advisors

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengaturan waktu makan umur 21-35 hari terhadap organ karakteristik organ pencernaan ayam broiler. sebanyak 300 ekor ayam broiler umur 21 hari dibagi kedalam 20 unit kandang / pen (15 ekor/kandang). Ransum yang digunakan yaitu ransum komersil BR-2 produksi PT. Comfeed Lampung. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan, setiap ulangan terdiri dari 15 ekor ayam broiler. Perlakuan terdiri dari P-O (Ransum diberikan ad libitum dari umur 21-35 hari), P-1 (ransum disediakan selama 9 jam/hari (07:00-10:00; 16:00-19:00; dan 22:00-01:00), P-2 (ransum disediakan selama 12 jam/hari (07:00-10:00; 16:00-20:00; dan 22:00-03:00), P-3 (ransum disediakan 15 jam/hari (07:00-10:00; 16:00-21:00; dan 22:00-05:00). Peubah yang diamati adalah konsumsi ransum, bobot potong, bobot tembolok, proventikulus, gizzard, pangkreas, bobot usus (duodenum, jejunum dan illium), dan panjang usus (duodenum, jejunum dan illium).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh pengaturan waktu makan sangat berpengaruh nyata (P<0,01) menurunkan penggunaan ransum pada ayam broiler dan dapat menghasilkan bobot potong yang lebih baik daripada kontrol serta dapat berpengaruh nyata terhadap ukuran bobot tembolok dan bobot gizzard. Namun pengaturan waktu makan umur 21-35 hari tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran bobot proventikulus, bobot pangkreas dan bobot usus (duodenum, jejunum, ileum) serta panjang usus (duodenum, jenenum, ileum). Kata kunci : ayam broiler, organ pencernaan, pengaturan waktu makan Keterangan : 1) Pembimbing Utama

2) Pembimbing Pendamping

PENDAHULUAN

Ayam broiler merupakan unggas penghasil daging (protein

hewani) yang mempunyai

kemampuan tumbuh cepat dan mampu merubah pakan menjadi daging dalam waktu yang singkat,

dengan proses pencernaan

(metabolisme). Pencernaan adalah proses perubahan secara fisik dan kimia yang dialami oleh pakan (ransum) didalam saliran pencernaan ternak. Berdasarkan proses perubahan yang terjadi di saluran pencernaan, maka proses pencernaan dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu: (a) proses pencernaan secara mekanis, (b) proses secara hidrolis dan (c) proses pencernaan secara fermentative (sutardi,1980). Posisi

atau lokasi proses pencernaan fermentatif ternyata bervariasi antara jenis ternak, dan hal ini akan memberikan implikasi yang berbeda pada jenis pakan yang sesuai. Akan tetapi peternakan ayam broiler di Indonesia saat ini masih mengalami

berbagai macam hambatan

dikarenakan suhu lingkungan yang semakin tinggi diantaranya, cekaman panas. Dampak dari cekaman panas tersebut adalah penurunan konsumsi ransum, pertumbuhan, dan efisiensi penggunaan ransum (Al-Aqil dkk., 2009).

Cekaman panas merupakan faktor yang menjadi ancaman potensi pertumbuhan ayam broiler yang

dipelihara pada kandang

konvensional dengan sistem pengaturan aliran udara secara alami.

(3)

Pada kondisi iklim tropis, upaya membatasi atau mengosongkan ketersediaan ransum selama suhu lingkungan tinggi merupakan cara yang praktis untuk mengatasi cekaman panas pada periode

(grower).

Upaya penanggulangan

cekaman panas pada ayam secara

praktis, Yosef (1985)

merekomendasikan sebaiknya ayam tidak diberi makan pada siang hingga sore hari apabila kondisi demikian berpotensi menyebabkan terjadinya cekaman panas. Hal ini dikarenakan dalam proses pencernaan makanan

(metabolisme) juga dapat

meningkatkan panas dalam tubuh yang disebabkan oleh proses termogenik dari pencernaan dan metabolisme.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kandang Ayam Broiler Fapet Farm Fakultas Peternakan. Penelitian berlangsung dari bulan Oktober sampai bulan November 2013. Jumlah ayam yang digunakan dalam penelitian ini adalah 300 ekor (broiler, lohmann). Ayam dipelihara sampai umur 35 hari dan diberi ransum finisher (21-35 hari). Kemudian ayam ditimbang lalu didistribusikan secara acak kedalam kandang.

Ransum yang diberikan adalah pakan komersial produksi PT. Comfeed Lampung yaitu:ransum periode akhir umur 21-35 menggunakan (broiler finisher : BR-2). Dengan komposisi nutrisi sebagai berikut :

Pada umur 35 hari dilakukan panen untuk pengambilan sampel ayam sebanyak 2 ekor dari setiap unit kandang pen.Sampel ayam tersebut digunakan untuk keperluan pengukuran karakteristik organ – organ pencernaan (tembolok, proventikulus, gizzard, hati, pankreas dan saluran pencernaan).

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Model linear

analisis ragam yang digunakan untuk menguji pengaruh perlakuan adalah :

Yij = µ + ρi + єij ;

Yij : Respon hasil pengamatan

yang mendapat perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

µ : Rataan umum populasi ρi : Pengaruh perlakuan ke-i

єij : Pengaruh sisaan dari unit

ulangan ke-j dan perlakuan ke-i

Komposisi Nutrisi Ransum Periode Akhir (BR-2)

Bahan Kering(%) 88,64 Protein Kasar (%) 20,24 Lemak Kasar (%) 7,06 Serat Kasar (%) 3,83 BETN (%) 51,97 Abu (%) 5,54 Kalsium (%) 1,49 Phospor (%) 0,65 NaCl (%) 0,28 GE (kkal/kg) 3875,00

(4)

Jika analisis memperlihatkan pengaruh yang nyata (P<0,01), maka perbedaan antar perlakuan diuji dengan uji Duncan menurut prosedur Stell dan Torrie (1991).

Peubah yang diamati

Peubah yang diamati dalam penelitian ini meliputi konsumsi ransum, bobot potong, bobot tembolok, proventikulus, gizzard, pangkreas, bobot usus (duodenum, jejunum dan illium), dan panjang usus (duodenum, jejunum dan illium).

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Ransum

Konsumsi Ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi ternak untuk kebutuhan hidup pokok dan pertumbuhan yang dinyatakan dalam gram/ekor/hari (Wahju, 1997). Anggorodi (1994) menyatakan bahwa tujuan ternak mengkonsumsi ransum adalah untuk memenuhi

kebutuhan hidup pokok,

pertumbuhan dan produksi.

Data rataan konsumsi ransum selama pengamatan dari umur 21-35 hari disajikan pada tabel 3.

Tabel 3. Konsumsi Ransum Ayam Broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari (gram/ekor) Ulangan Perlakuan p-0 p-1 p-2 p-3 1 2095.80 1893.53 1991.90 2093.95 2 2088.45 1852.77 1926.50 2029.33 3 2079.75 1955.01 1953.74 2129.43 4 2096.08 1945.36 1795.62 2039.53 5 1978.39 1966.20 1886.20 2052.44 Rataan 2067.69±50.37A 1922.57±47.93B 1910.79±75.07B 2068.94±41.81A Keterangan :Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

berpengaruh sangat nyata (Fhit>0,01) Berdasarkan hasil analisis

ragam, menunjukkan bahwa

pengaturan waktu makan pada umur 21-35 hari berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap konsumsi ransum. Pada tabel dapat dilihat bahwa konsumsi ransum P-1 dan P-2 lebih rendah daripada P-0, tetapi P-3 lebih tinggi daripada P-0. Hal ini menunjukan bahwa pengaturan waktu makan dengan waktu ketersediaan ransum 9 jam dan 12 jam per hari selama umur 21-35 hari

dapat menurunkan penggunaan ransum selama proses produksi. Penurunan konsumsi ini wajar terjadi karena terbatasnya waktu untuk mengakses ransum sehingga aktivitas makan menjadi terbatas. Aktivitas makan pada ayam dipengaruhi oleh ketersediaan ransum dan apabila ransum disediakan ad libitum maka konsumsi akan lebih banyak. Hasil ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2004) yang menyatakaan bahwa

(5)

kecenderungan untuk makan lebih banyak jika ada kesempatan untuk makan seperti pemberian pada pakan ad-libitum dan konsumsi pakan akan berkurang jika pemberian pakan dibatasi, berkurangnya konsumsi pakan ini seiring dengan lamanya pembatasan pemberian pakan.

Bobot Potong

Rataan total bobot potong selama pengamatan dari umur 21-35 hari disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Bobot Potong Ayam Broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari (gram/ekor) Ulangan Perlakuan p-0 p-1 p-2 p-3 1 2006.00 1840.00 2017.50 2028.00 2 2068.50 1960.50 1912.50 2056.00 3 2102.00 1998.50 1984.00 2029.00 4 2081.50 1976.00 1840.00 1997.00 5 2001.50 1975.00 1949.50 2006.00 Rataan 2051.90±45.58A 1950.00±62.98BC 1940.70±68.53C 2023.20±22.99AB Keterangan: Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

berpengaruh sangat nyata (Fhit>0,01) Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa pengaturan waktu makan pada ayam beoiler umur 21-35 hari berpengaruh sangat nyata terhadap bobot potong. Pada tabel dapat dilihat bahwa bobot badan akhir pada kelompok P-1 dan P 2 dan 3 lebih rendah daripada P-0 pada umur 21-35 hari. Fakta demikian menjelaskan bahwa pengaturan waktu makan terdapat

indikasi untuk mencapai

pertumbuhan kompensasi secara penuh pada kelompok ayam yang mendapat pengaturan waktu makan sehingga berpengaruh juga terhadap bobot potong ayam. Pertumbuhan kompensasi tersebut terjadi sebagai upaya hewan untuk mencapai bobot badan normal [hornick dkk. (2000); pinheiro dkk. (2004)]. Lippens dkk.

(2002) melaporkan bahwa

pertumbuhan kompensasi pada ayam yang mendapat pembatasan waktu makan mulai terlihat pada umur 4-6 minggu dan deposisi protein lebih

efisien selama periode ini. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa ayam yang mendapat pengaturan waktu makan dapat memperlihatkan pertumbuhan kompensasi dan mampu menghasilkan bobot badan dan bobot potong akhir yang sama dengan ayam yang diberi ransum ad

libitum pada umur 21-35 hari.

Bobot Tembolok

Tembolok berbentuk kantong yang merupakan pelebaran dari esophagus, berfungsi sebagai kantong untuk menampung makanan dan minuman sebelum masuk ke dalam proventrikulus (Sarengat, 1982).

Data rataan bobot tembolok ayam broiler selama pengamatan dari umur 21-35 hari disajikan pada Tabel 5.

(6)

Tabel 5.Bobot Tembolok ayam Broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari. Ulangan Perlakuan p-0 p-1 p-2 p-3 1 0.32 0.41 0.35 0.32 2 0.27 0.44 0.35 0.38 3 0.3 0.46 0.29 0.33 4 0.3 0.45 0.44 0.32 5 0.37 0.41 0.45 0.31 Rataan 0.52±0.04B 0.72±0.02A 0.63±0.07AB 0.63±0.07B Keterangan :Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan

berpengaruh sangat nyata (Fhit>0,01) Hasil analisis ragam

menunjukkan bahwa pengaturan waktu makan pada umur 21-35 hari berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap bobot tembolok. Pada tabel dapat dilihat bahwa bobot tembolok pada P-1,P-2 dan P-3 lebih tinggi daripada P-0.Hal ini diduga ransum yang diberikan selama 9 12 dan 15 jam per hari mengakibatkan kinerja tembolok semakin meningkat.Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Sarwono (1997) yang menyatakan saliva atau kelenjar ludah dalam jumlah sedikit dikeluarkan dalam mulut untuk membantu menelan

makanan untuk melicinkan makanan yang masuk menuju esophagus dan diteruskan ke tembolok. Rataan bobot tembolokrelatif pada penelitian ini antara 0=0.52, 1=0.72, P-2=0.63 dan P3=0.63%. Hasil hasil ini lebih tinggi dari penelitian Noviyanti (2003) yaitu 0,46 %.

Bobot Proventikulus

Data rataan bobot

proventikulusayam broiler selama pengamatan dari umur 21-35 hari

disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6.Bobot proventikulus ayam Broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari.

Ulangan Perlakuan p-0 p-1 p-2 p-3 1 0.31 0.32 0.25 0.39 2 0.34 0.38 0.34 0.39 3 0.31 0.37 0.45 0.36 4 0.36 0.39 0.48 0.36 5 0.34 0.35 0.51 0.4 Rataan 0.33±0.02 0.36±0.03 0.41±0.11 0.38±0.22

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaturan waktu makan pada umur 21-35 hari tidak berpengaruh nyata (P>0.01) terhadap bobot proventikulus. Hal ini diduga ransum yang diberikan tidak

mengakibatkan kinerjaproventrikulus dalam menghasilkan asam lambung. Rataan bobot proventrikulus relatif pada penelitian ini yaitu berkisar antara P-0=0.33, P-1=0.36, P-2=0.41, P-3=0.38%. Hasil penelitian

(7)

ini hampir sama dengan penelitian Mahmilia (1997) yaitu bobot proventrikulus relatif berkisar antara 0,321-0,403 %.

Bobot Gizzard

Data rataan bobot gizzard ayam broiler selama pengamatan dari umur 21-35 hari disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7.Bobot Gizzard Relatif ayam Broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari.

Ulangan Perlakuan p-0 p-1 p-2 p-3 1 0.97 1.12 1 0.89 2 0.94 1.15 1.04 0.95 3 0.76 1.27 1 1.28 4 1.06 1.23 1.01 1.03 5 0.96 1.02 0.99 1.03 Rataan 0.94±0.11B 1.16±0.10A 1.01±0.02AB 1.04±0.15AB Keterangan :Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh

sangat nyata (Fhit>0,01) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaturan waktu makan pada ayam pada broiler umur 21-35 hari berpengaruh sangat nyata (P>0,01) terhadap bobot gizzard. Pada tabel dapat dilihat bahwa P-1 memiliki bobot gizzard yang paling tinggi daripada 3 perlakuan lainnya. Hal ini diduga bahwa setelah pemberian pakan terjadi peningkatan bobot gizzard. Pada organ gizzard harus bekerja extra keras karena semakin sering gizzard bekerja maka bobot gizard akan semakin besar. Gizzard memiliki otot yang kuat dan permukaan yang tebal sehingga ayam mampu menggunakan tenaga yang kuat.Reruntuhan gizzard tertinggal bila kosong, tetapi bila

pakan masuk, maka otot

berkontraksi. Partikel pakan yang lebih besar menyebabkan kontraksi juga semakin cepat.Gizzard mengekskresikan coilin yang

berfungsi melindungi permukaan empedal terhadap kerusakan yang mungkin disebabkan oleh pakan (Yuwanta, 2008).Di gizzard ini pakan dicerna secara mekanik. Ini

sejalan dengan pendapat

(Fadilah dkk., 2007)gizzard memiliki otot yang kuat dan permukaan yang tebal, berfungsi sebagai pemecah makanan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Perbedaan dalam

bobot gizard kemungkinan

disebabkan oleh variasi kecepatan kontraksi yang dipengaruhi oleh kosong atau penuhnya gizard dan sifat pakan yang dikonsumsi Sturkie,(1976).

Bobot Pangkreas

Data rataan bobot

pangkreasayam broiler selama pengamatan dari umur 21-35 hari disajikan pada Tabel 8.

(8)

Tabel 8. Tabel bobot pangkreasayam broiler selama pengamatan dari umur 21-35 hari Ulangan Perlakuan p-0 p-1 p-2 p-3 1 0.24 0.27 0.23 0.24 2 0.26 0.27 0.23 0.22 3 0.2 0.22 0.22 0.21 4 0.22 0.26 0.25 0.27 5 0.21 0.21 0.19 0.23 Rataan 0.23±0.02 0.25±0.03 0.22±0.02 0.23±0.02

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa pengaturan waktu makan pada umur 21 -35 hari tidak berpengaruh nyata terhadap

bobot pangkreas.Pangkreas

merupakan suatu kelenjer yang berfungsi sebagai kelenjer endokrin

maupun sebagai kelenjer

eksokrin.Sebagai kelenjer endokrin, pangkreas mensekresikan hormon insulin dan glukagon. Sementara sebagai kelenjer eksokrin, pangkreas mensekrsikan cairan yang diperlukan sebagai proses pencernaan di dalam usus halus, yaitu pencreatic juice. Cairan ini selanjutnya mengalir

kedalam duodenum melalui

pancreatic duct (saluran pangkreas),

dimana lima enzim yang kuat membantu pencernaan pati, lemak, dan protein. Hal ini sesuai dengan pendapat North, (1978) pankreas terletak pada lipatan duodenum. Pankreas mensekresikan cairan pankreas ke duodenum melalui

ductus pancreaticus dan

menghasilkan enzim yang

mendigesti karbohidrat, lemak dan protein.

Bobot Usus Duodenum

Data rataan bobot usus duodenum selama pengamatan dari umur 21-35 hari disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Bobot usus duodenum relatif ayam Broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari. Ulangan Perlakuan p-0 p-1 p-2 p-3 1 0.56 0.5 0.48 0.57 2 0.47 0.43 0.58 0.57 3 0.52 0.48 0.58 0.55 4 0.51 0.5 0.55 0.52 5 0.46 0.09 0.59 0.47 Rataan 0.50±0.04 0.40±0.18 0.56±0.05 0.54±0.05

Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaturan

waktu makan makan pada ayam pada broiler umur 21-35 hari tidak

(9)

berpengaruh nyata (P>0,01) terhadapbobot duodenum. Hal ini diduga bahwa setelah pemberian pakan tidak ada terjadi peningkatan bobot duodenum.Pemberian pakan tidak mempengaruhi fungsi dan kerja usus halus sehingga ukuran dari berat relatif duodenum lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2004) bahwa ukuran panjang tebal dan bobot berbagai bagian saluran pencernaan unggas bukan besaran yang statis, perubahan dapat terjadi selama proses perkembangan yang

dipengruhi oleh jenis ransum yang dan makanan yang dipeolehnya, ransum yang banyak mengandung serat menimbulkan perubahan ukuran bagian- bagian saluran pencernaan sehinga lebih berat diperoleh.

Bobot Ilium

Data rataan bobot illium selama pengamatan dari umur 21-35 hari disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11.Bobot Illium relatif ayam Broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari.

Ulangan Perlakuan p-0 p-1 p-2 p-3 1 0.61 0.71 0.77 0.79 2 0.59 0.71 0.71 1.15 3 0.68 0.68 0.77 0.85 4 0.75 0.79 0.83 0.73 5 0.59 0.94 0.87 0.63 Rataan 0.64±0.07 0.77±0.11 0.79±0.06 0.83±0.20

Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaturan waktu pakan pada ayam broiler umur 21-35 hari tidak berpengaruh nyata (P>0,01) terhadapbobot illium. Hal ini diduga bahwa setelah pemberian pakan tidak ada terjadi peningkatan bobot illium. Hasil ini memberikan informasi bahwa pemberian pakan pada umur 21-35 haritidak menimbulkan dampak negatif terhadap peningkatan bobot illium relatif serta tanpa mengganggu fungsi dari pada iliium dimana ilium merupakan tempat penyerapan secara kimiawi oleh enzim yang dihasilkan

oleh dinding usus. Geyraet dkk.,(2001) melaporkan bahwa setelah ayam mendapatkan makanan terjadi peningkatan jumlah sel pada

setiap bagian usus yang

mengakibatkan terjadinya

peningkatan berat bagian usus tersebut.

Panjang Usus Duodemum

Data panjang

ususduodenumselama pengamatan dari umur 21-35 hari disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Panjang usus duodenum ayam broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari (gram/ekor)

Ulangan Perlakuan

(10)

1 0.37 0.32 0.36 0.37 2 0.33 0.31 0.4 0.38 3 0.31 0.29 0.39 0.41 4 0.36 0.36 0.36 0.36 5 0.32 0.49 0.38 0.37 Rataan 0.34±0.03 0.35±0.08 0.38±0.02 0.38±0.02

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaturan waktu makan pada ayam boiler umur 21-35 hari tidak berpengaruh nyata (P>0,01) terhadappanjang usus. Hal ini diduga ransum yang diberikan tidak meningkatkan kinerja usus halus dalam menyerap zat makanan.

Rataan panjang

ususpadapenelitianini berkisar antara 0=0.34, 1=0.35, 2=0.38 dan P-3=0.38 Menurut Jull ( 1978 ) menyatakan bahwa panjang usus halus untuk ayam dewasa sekitar 152 – 160 cm. Akan tetapi Perbedaan ukuran organ pencernaan pada ayam tergantung pada umur dan jenis ayam Yuwanta (2008).

Peningkatan jumlah serat kasar dalam ransum ini juga diduga

mempengaruhi fungsi usus besar ayam broiler.Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang mempunyai ukuran lebih pendek, tidak berliku-liku dan dindingnya lebih tebal dibandingkan dinding usus halus. Fungsi usus besar adalah untuk penyerapan air yang berasal dari proses pencernaan di usus halus dan menyalurkan sisa makanan dari usus ke kloaka (Sudaryani dan Santoso, 1994).

Panjang Usus Jejenum

Data panjang usus jejunum selama pengamatan dari umur 21-35 hari disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13. Panjang Usus Ayam Broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari (gram/ekor) Ulangan Perlakuan p-0 p-1 p-2 p-3 1 0.39 0.26 0.26 0.33 2 0.24 0.3 0.28 0.28 3 0.3 0.25 0.33 0.36 4 0.32 0.34 0.33 0.28 5 0.27 0.34 0.33 0.3 Rataan 0.30±0.06 0.30±0.04 0.31±0.03 0.31±0.03

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaturan waktu makan pada ayam boiler umur 21-35 hari tidak berpengaruh nyata (P>0,01) terhadappanjang usus jejenum.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rataan P-2 dan

3 memiliki kesamaan yaitu P-2=0.31 dan P-3=0.31.sedangkan rataan P-0 juga memiliki kesamaan dengan rataan P-1. Hal ini diduga bahwa pakan yang diberikan tidak meningkatkan kinerja usus halus dalam menyerap zat makanan.

(11)

Menurut Dewi (1993) banyaknya ransum yang dimakan ternak akan mempengaruhi gerakan dan lamanya untuk mencerna makanan akan semakin bertambah, sehingga dengan demikian untuk mengimbangi laju makanan yang semakin tinggi maka dengan sendirinya usus akan semakin panjang.

Sepanjang permukaan usus halus terdapat banyak lipatan/lekukan yang disebut vili atau jonjot usus. Vili berfungsi

memperluas permukaan usus sebagai proses penyerapan zat makanan akan lebih sempurna. Perkembangan villi-villi usus pada ayam broiler berkaitan dengan fungsi dari usus dan pertumbuhan dari ayam tersebut (Sun, 2004).

Panjang Usus Illium

Data panjang usus

illiumselama pengamatan dari umur 21-35 hari disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Panjang usus illium ayam broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari

(gram/ekor) Ulangan Perlakuan p-0 p-1 p-2 p-3 1 0.17 0.17 0.23 0.22 2 0.16 0.19 0.2 0.33 3 0.18 0.19 0.21 0.25 4 0.21 0.19 0.21 0.2 5 0.17 0.24 0.23 0.11 Rataan 0.18±0.02 0.20±0.03 0.22±0.01 0.22±0.08

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaturan waktu makan pada ayam boiler umur 21-35 hari tidak berpengaruh nyata (P>0,01) terhadappanjang usus illium. Hal ini dimungkinkanransum yang diberikan tidak meningkatkan kinerja illium dalam mencerna makanan.Hal ini tidak sejalan dengan pendapat Menurut Dewi (1993) banyaknya ransum yang dimakan ternak akan mempengaruhi gerakan dan lamanya untuk mencerna makanan akan semakin bertambah, sehingga dengan demikian untuk mengimbangi laju makanan yang semakin tinggi maka dengan sendirinya usus akan semakin panjang. Fungsi usus besar adalah untuk penyerapan air yang berasal dari proses pencernaan di usus halus dan menyalurkan sisa makanan dari

usus ke kloaka (Sudaryani dan Santoso, 1994). Vili berfungsi memperluas permukaan usus sebagai proses penyerapan zat makanan akan lebih sempurna. Setiap vilus mengandung pembuluh limfa yang di sebut lacteal dan pembuluh kapiler.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa

pengaturan waktu makan pada ayam broiler umur 21-35 hari dapat menurunkan penggunaan ransum, mampu menghasilkan bobot potong

yang sama ayam serta

dapatberpengaruh nyata terhadap ukuran bobot tembolok dan bobot gizzard, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap ukuran bobot proventikulus, bobot pangkreas dan

(12)

bobot usus (duodenum, jejunum, ileum) serta panjang usus (duodenum, jenenum, ileum).

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I. K. 2004. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan Kedua. Satu Gunung Budi. Bogor. Azis, A. 2011.Performans, profil

hormon tiroid dan metabolit darah ayam broiler yang mendapat pembatasan ransum melalui pengaturan waktu makan. Program Pascasarjana Universitas Andalas, Padang.

Agustina.(2006). Pengaruh

Pemberian Ekstrak

Rimpang Jahe (Zingiber officinale Roscoe) dalam Air Minum Terhadap Bobot Karkas Ayam Broiler. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Jambi. Jambi. Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan

Ternak Umum.

PT.Gramedia.

Jakarta.Blakely, J. dan D.H.

Bade. 1998. Ilmu

Peternakan. Gajah Mada

University Press,

Yogyakarta.

(Diterjemahkan oleh Ir. Bambang Srigandono, MSc).

Dewi, A. 1993.Studi Subsitusi Ransum Komersial dengan Zeloit Terhadap Persentase Karkas Giblet dan Lemak Abdominal Broiler pada Dua Kepadatan Kandang. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Jull. 1978. Poultry Husbandry. Mc

Graw Hill Publishes Book Company. Inc. New York.

Lippens, M., G. Huyghebaert, & G. De Groote. 2002. The efficiency of nitrogen retention during compensatory growth of food-retricted broilers. Br. Poult. Sci. 43: 669-676. DOI: 10.1080/000716602200002 5055.

Mahmilia, F. 1997. Respon Ayam BroilerTerhadap Pemberian Tepung encengGondok yang di Fermentasi DenganTrichoderma

harzianum Rifai

AggrDalam Ransum. Tesis, PascasarjanaUniversitas Andalas, Padang.

Santoso, U., S. Ohtani and K. Tanaka. 2001b. Tu-chung leaf meal supplementation reduced an increase in lipid accumulation of chickens stimulated by dietary cholesterol. Asian-Aust. J. Anim. Sci. 13: 1758-1763. Wahju, J. 1997. Ilmu Nutrisi Unggas

Cetakan ke-4. Gadjah Mada

Universitas Press.

Yogyakarta.

Yuwanta, Tri. 2008. Dasar Ternak

Unggas. Cetakan ke

5. Kanisius.Yogyakarta. Zhan, X.A., M. Wang, H. Ren, R.Q.

Zhao, J.X. Li, and Z.L Tan. 2007. Effect of early feed restriction on metabolic programming and compensatory growth in broiler chickens,Poult.Sci.86;654-660.

Gambar

Tabel  3.  Konsumsi  Ransum  Ayam  Broiler  menurut  perlakuan  umur  21-35  hari  (gram/ekor)   Ulangan  Perlakuan  p-0  p-1  p-2  p-3  1  2095.80  1893.53  1991.90  2093.95  2  2088.45  1852.77  1926.50  2029.33  3  2079.75  1955.01  1953.74  2129.43  4
Tabel 5.Bobot Tembolok ayam Broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari.  Ulangan  Perlakuan  p-0  p-1  p-2  p-3  1  0.32  0.41  0.35  0.32  2  0.27  0.44  0.35  0.38  3  0.3  0.46  0.29  0.33  4  0.3  0.45  0.44  0.32  5  0.37  0.41  0.45  0.31  Rataan  0.5
Tabel 9. Bobot usus duodenum  relatif ayam Broiler menurut perlakuan umur 21- 21-35 hari
Tabel 11.Bobot Illium relatif  ayam Broiler menurut perlakuan umur 21-35 hari.
+2

Referensi

Dokumen terkait

Data tersebut didapat dari hasil pengujian, mulai dari pengujian material hingga menganalisis hasil uji kuat tekan mortar, modulus elastisitas dan permeabilitasa.

Panitia Pengadaan Belanja Modal Peralatan dan Mesin pada Jurusan Teknik Arsitektur Fakultas Sains dan Teknologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang TA 2017 akan melaksanakan

Rancang bangun dies permanen gagang pisau ini bertujuan untuk memperbaiki teknologi pembuatan yang selama ini dilakukan masyarakat yaitu dengan menggunakan teknologi

The following tables describes the License uses and permissions available under each of the Creative Commons License types, and the various combinations for Licenses..

[r]

perumahan dan

Penelitian dengan judul “Pengaruh Lingkungan Prostitusi Terhadap Perilaku Keberagamaan Remaja Islam di KM.10 Timika – Papua” merupakan jenis penelitian lapangan ( field

Maria menjelaskan dalam jurnalnya yang berjudul Representasi Sensualitas Perempuan dalam Video Game, disadari atau tidak pandangan terhadap perempuan memang tengah