• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG

BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA

SKRIPSI

IVA IRMA KHUMALA DEWI

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

IVA IRMA KHUMALA DEWI. D14104043. 2008. Karakteristik Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan (Psittacidae) di Indonesia. Skripsi. Program Studi Teknologi Produksi Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Ir. Rini Herlina Mulyono, MSi. Pembimbing Anggota : Dr. Dewi Malia Prawiradilaga

Burung bayan-bayanan merupakan salah satu keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Beberapa jenis burung bayan-bayanan bahkan endemik hanya dapat ditemukan di Indonesia. Burung bayan-bayanan memiliki keragaman fenotipik yang divisualkan melalui karakteristik morfologi tubuh pada ukuran-ukuran linier tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik morfometrik tubuh burung bayan-bayanan dengan menentukan penciri ukuran dan bentuk tubuh. Karakteristik morfometrik dari ukuran-ukuran linear tubuh pada tiap marga burung bayan-bayanan selanjutnya digunakan untuk menduga sifat keserupaan ukuran linier tubuh melalui jarak minimum D2 Mahalanobis.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Puslit Biologi-LIPI Cibinong. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 234 spesimen burung bayan-bayanan yang terdiri atas 128 spesimen jantan dan 106 spesimen betina, spesimen berasal dari populasi yang berbeda berdasarkan tahun catatan spesimen. Jumlah tersebut terdiri atas 11 spesimen Cacatua alba, 12 spesimen Cacatua sulphurea occidentalis, 27 spesimen Eos borneacyanonothus, 15 spesimen Eos squamata obiensis, 13 spesimen Psittacula alexandri alexandri, 13 spesimen Psittacula alexandri dammermani, 16 spesimen Psittacula longicauda longicauda, 11 spesimen Loriculus stigmatus stigmatus, 17 spesimen Loriculus galgulus, 22 spesimen Charmosyna placentis intensior, 20 spesimen Eclectus roratus roratus, 13 spesimen Alisterus amboinensis buruensis, 24 spesimen Trichoglossus haematodus haematodus, dan 20 spesimen Trichoglossus ornatus. Peubah yang diukur pada penelitian terdiri atas panjang tarsus, lingkar tarsus, panjang jari ketiga dan panjang sayap. Ukuran-ukuran linier tubuh yang diamati dibedakan berdasarkan pengelompokan marga dengan uji statistik T2-Hotteling.

Hasil uji statistik T2-Hotteling menunjukkan bahwa ukuran-ukuran linier tubuh marga burung bayan-bayanan sangat berbeda (P<0,01). Analisis Komponen Utama (AKU) digunakan untuk menentukan penciri ukuran dan bentuk tubuh pada marga burung bayan-bayanan yang diamati. Hasil perhitungan Analisis Komponen Utama berdasarkan pengelompokan marga menunjukkan bahwa penciri ukuran pada seluruh marga burung bayan-bayanan yang diamati adalah panjang sayap. Vektor

Eigen ukuran marga Cacatua sebesar 0,964 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +0,999; vektor Eigen ukuran marga Eos sebesar 0,993 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +1,000; vektor

Eigen ukuran marga Psittacula sebesar 0,997 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +1,000; vektor Eigen ukuran marga Loriculus sebesar 0,983 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +1,000; vektor Eigen ukuran marga Charmosyna sebesar 0,997 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +1,000; vektor Eigen ukuran marga

(3)

Eclectus sebesar 0,968 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +0,997; vektor Eigen ukuran Alisterus sebesar 0,999 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +1,000 dan vektor Eigen ukuran

Trichoglossus sebesar 0,990 dengan korelasi antara panjang sayap dengan skor ukuran sebesar +0,998. Penciri bentuk marga Cacatua, Loriculus, Eclectus, dan

Trichoglossus adalah panjang jari ketiga. Vektor Eigen bentuk marga Cacatua

sebesar 0,774 dengan korelasi antara panjang jari ketiga dengan skor bentuk sebesar +0,480; vektor Eigen bentuk Loriculus sebesar 0,878 dengan korelasi antara panjang jari ketiga dengan skor bentuk sebesar +0,778, vektor Eigen bentuk Eclectus sebesar 0,888 dengan korelasi antara panjang jari ketiga dengan skor bentuk sebesar +0,887 dan vektor Eigen bentuk Trichoglossus sebesar 0,927 dengan korelasi antara panjang jari ketiga dengan skor bentuk sebesar +0,908. Penciri bentuk marga Eos, Psittacula

dan Charmosyna adalah lingkar tarsus dengan vektor Eigen bentuk masing-masing sebesar 0,893; 0,871; dan 0,787. Korelasi antara lingkar tarsus dengan skor bentuk pada marga Eos sebesar +0,885. Korelasi antara lingkar tarsus dengan skor bentuk pada marga Psittacula sebesar +0,883. Korelasi antara lingkar tarsus dengan skor bentuk pada marga Charmosyna sebesar +0,887. Penciri bentuk marga Alisterus

adalah panjang tarsus dengan vektor Eigen bentuk sebesar 0,946 dan korelasi antara panjang tarsus dengan skor bentuk sebesar +0,964. Perbedaan penciri bentuk berkaitan dengan kebiasaan dan adaptasi burung bayan-bayanan untuk mempertahankan hidup di alam. Berdasarkan diagram kerumunan diperlihatkan bahwa skor ukuran terbesar ditemukan pada marga Cacatua, sedangkan skor ukuran terkecil ditemukan pada marga Loriculus. Pendugaan keserupaan sifat ukuran linier tubuh melalui perhitungan jarak minimum D2 Mahalanobis menunjukkan bahwa burung bayan-bayanan yang memiliki ukuran tubuh sedang sampai dengan besar membentuk satu kelompok dan yang berukuran kecil membentuk kelompok tersendiri. Kelompok berukuran sedang hingga besar terdiri atas marga Eos,

Psittacula, Trichoglossus, Alisterus, Cacatua dan Eclectus. Kelompok berukuran kecil terdiri atas marga Loriculus dan Charmosyna. Selanjutnya pengelompokan yang lebih spesifik terjadi pada kelompok A berdasarkan keserupaan sifat ukuran linier tubuh. Semakin kecil nilai minimum D Mahalanobis maka semakin dekat dendogram jarak minimum D Mahalanobis yang ditunjukkan dan semakin tinggi pula keserupaan sifat ukuran linier tubuh.

Kata-kata kunci: burung bayan-bayanan, ukuran, bentuk, jarak minimum D2 Mahalanobis

(4)

ABSTRACT

Characteristic Size and Shape of Parrots (Psittacidae) in Indonesia

Dewi, I. I. K., R. H. Mulyono and D. M. Prawiradilaga

Parrots are one of genetic resources of Indonesia’s asset. Recently, population of parrots decreased drastically and some species have become endangered even to extinction. On the other hand, information about quantitative characteristic of body skeleton measurements among parrots are still lacking. This experiment was conducted to determine the size and shape body score of parrots using Principal Component Analysis. Specific traits of parrots can be identified by morphometric that determine the Eigen of the size and shape. The measurement consisted of tarsus length, tarsus circumference, third digit length and wing length. This research was held in Ornithology Laboratorium, Division of Zoology Research Center for Biology-LIPI Cibinong. A total of 234 specimen of parrots consisted of 128 specimen males and 106 specimen females were measured. There were differences in body skeleton among genus of parrots (P<0,01). The results based on each genus of parrot had the same Eigen value of their size. The Eigen value of the size for all genus parrot being examined was wing length. The Eigen vectors of the size of genus

Cacatua was 0,964; Eos was 0,993; Psittacula was 0,997; Loriculus was 0,983;

Charmosyna was 0,997; Eclectus was 0,968; Alisterus was 0,999; and Trichoglossus

was 0,990. The Eigen value of shape for genus Cacatua, Loriculus, Eclectus and Trichoglossus was third digit length. The Eigen vectors of the shape of genus Cacatua was 0,774; Loriculus was 0,878; Eclectus was 0,888 and Trichoglossus was 0,927. The Eigen value of shape for genus Eos, Psittacula dan Charmosyna was tarsus circumference. The Eigen vectors of the shape of genus Eos was 0,893;

Psittacula was 0,871; and Charmosyna was 0,787. The Eigen value of shape for genus Alisterus was tarsus length with Eigen vectors was 0,946. The shape of observed parrots was different caused by the differences of their habitat and adaptive modifications to variety of environments and natural habitat. Based on this research, genus Cacatua had the highest size score and genus Loriculus had the lowest size score. The Minimum D Mahalonobis distance showed the classification of parrots into two group, group A which was medium to large sized parrots consisted of genus

Eos, Psittacula, Trichoglossus, Alisterus, Cacatua and Eclectus, group B which was small sized parrots consisted of genus Loriculus and Charmosyna. This classification was based on the similarity of the size body skeleton.

(5)

KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG

BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA

IVA IRMA KHUMALA DEWI D14104043

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

(6)

KARAKTERISTIK UKURAN DAN BENTUK TUBUH BURUNG

BAYAN-BAYANAN (Psittacidae) DI INDONESIA

Oleh

IVA IRMA KHUMALA DEWI D14104043

Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan di hadapan Komisi Ujian Lisan pada tanggal 20 Juni 2008

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ir. Rini Herlina Mulyono, M.Si. Dr. Dewi Malia Prawiradilaga

NIP. 131 760 850 NIP. 320 002 438

Dekan Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir. Luki Abdullah, M.Sc.Agr. NIP. 131 955 531

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 April 1986 di Batu, Jawa Timur. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak M. Rifai Arifiandy dan Ibu Rinawati.

Pendidikan dasar penulis diselesaikan pada tahun 1998 di SDN Sisir 5 Batu, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di SLTP Negeri 1 Batu dan pendidikan menengah atas diselesaikan pada tahun 2004 di SMU Negeri 1 Batu. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2004. Selama mengikuti pendidikan, penulis pernah aktif di Departemen Informasi dan Komunikasi HIMAPROTER tahun 2004-2005 dan Departemen Pendidikan BEM KM IPB tahun 2005-2006.

(8)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Bismillahirrahmannirrahim, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT

atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir penelitian dan skripsi dengan judul Karakteristik Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan (Psittacidae) di Indonesia sebagai salah satu syarat kelulusan memperoleh gelar Sarjana Peternakan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi besar junjungan, Rasullullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman.

Burung bayan-bayanan merupakan salah satu sumber keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Saat ini jenis burung bayan-bayanan telah menjadi komoditi penting perdagangan baik dalam maupun luar negeri. Permintaan yang cukup tinggi menyebabkan burung bayan-bayanan diburu terus-menerus dari alam, sehingga mengakibatkan penurunan populasi di alam. Penurunan populasi tersebut dapat dicegah dengan suatu usaha penangkaran. Identifikasi morfometrik diperlukan sebagai informasi tambahan usaha tersebut. Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan mengenai karakteristik ukuran dan bentuk tubuh burung bayan-bayanan di Indonesia, sehingga aplikasinya dapat digunakan dalam suatu upaya penentuan program konservasi, penangkaran dan pemanfaatan secara lestari.

Penulis menyadari sepenuhnya banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi Penulis khususnya dan pembaca umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat dinantikan sebagai upaya koreksi dan kemajuan selanjutnya.

Semoga skripsi ini bermanfaat, Amien.

Wassalamua’alaikum Wr. Wb.

Bogor, Juli 2008

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ... i

ABSTRACT... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... viii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Burung Bayan-bayanan... 3 Karakteristik... 7

Habitat dan Penyebaran ... 9

Status Burung Bayan-bayanan... 9

Morfometrik... 9

Tulang Tarsus... 11

Tulang Digit... 11

Tulang Sayap ... 12

Analisis Komponen Utama ... 13

METODE ... 15

Lokasi dan Waktu ... 15

Materi... 15

Prosedur ... 15

Panjang Tarsus... 16

Lingkar Tarsus... 16

Panjang Jari Ketiga ... 16

Panjang Sayap... 16

Analisis Data... 20

T2-Hotteling ... 20

Analisis Komponen Utama ... 20

Jarak Minimum D2 Mahalanobis ... 21

Penyajian Dendogram... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23

(10)

Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Berdasarkan

Marga ... 29

Dendogram (Diagram Pohon) Ukuran-ukuran Linier Tubuh pada Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati ... 42

KESIMPULAN DAN SARAN ... 47

Kesimpulan ... 47

Saran ... 47

UCAPAN TERIMA KASIH ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 52

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Daftar Spesimen Burung Bayan-bayanan yang Digunakan pada

Penelitian ... 17 2. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan

Marga Cacatua ... 23 3. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan

Marga Eos... 24 4. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan

Marga Psittacula... 25 5. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan

Marga Loriculus ... 26 6. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan

Marga Charmosyna... 26 7. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan

Marga Eclectus... 27 8. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan

Marga Alisterus... 27 9. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan

Marga Trichoglossus... 28 10. Hasil Uji T2-Hotteling pada Ukuran-ukuran Linier Tubuh

Burung Bayan-bayanan... 29 11. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman

Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga

Cacatua... 30 12. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah

Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga

Cacatua... 30 13. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman

Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga Eos... 31 14. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah

Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga Eos... 31 15. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman

Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga

Psittacula... 32 16. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah

Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga

(12)

17. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga

Loriculus... 33 18. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah

Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga

Loriculus ... 33 19. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman

Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga

Charmosyna... 34 20. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah

Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga

Charmosyna... 34 21. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman

Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga

Eclectus... 35 22. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah

Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga

Eclectus ... 35 23. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman

Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga

Alisterus... 36 24. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah

Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga

Alisterus... 36 25. Persamaan Ukuran dan Bentuk Tubuh dengan Keragaman

Total dan Nilai Eigen pada Burung Bayan-bayanan Marga

Trichoglossus... 37 26. Korelasi antara Ukuran dan Bentuk dengan Peubah-peubah

Ukuran Linier Tubuh pada Burung Bayan-bayanan Marga

Trichoglossus... 37 27. Rekapitulasi Penciri Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-

bayanan ... 38 28. Matriks Jarak Minimum D Mahalanobis antara Marga Burung

Bayan-bayanan yang Diamati ... 42

(13)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Burung Nuri Kalung Ungu (Eossquamata) ... 3

2. Burung Perkici Dagu Merah (Charmosynaplacentis) ... 4

3. Burung Kakatua Putih (Cacatuaalba) ... 4

4. Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatuasulphurea)... 5

5. Burung Betet Biasa (Psittaculaalexandri) ... 5

6. Burung Serindit Melayu (Loriculusgalgulus)... 6

7. Burung Nuri Bayan (Eclectusroratus) ... 6

8. Bentuk Jari Burung Bayan-bayanan (Zygodactyls) Dibandingkan dengan Jenis Burung Lain... 7

9. Mekanisme Kaki Bertengger pada Burung... 8

10. Kerangka Tubuh Burung ... 10

11. Bagian Tulang Kaki Burung ... 12

12. Bagian Tulang Sayap Burung ... 12

13. Bagian-bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan yang Diukur dalam Penelitian ... 16

14. Jangka Sorong Digital yang Digunakan pada Penelitian... 19

15. Contoh Spesimen Burung Bayan-bayanan yang Digunakan pada Penelitian ... 19

16. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan- bayanan yang Diamati Berdasarkan Pengelompokan Marga ... 40

17. Dendogram Jarak Minimum D Mahalanobis Marga Burung Bayan- bayanan yang Diamati ... 44

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Rataan Umum Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-

bayanan Berdasarkan Marga... 53 2. Koefisien Keragaman Panjang Tarsus, Lingkar Tarsus, Panjang Jari

Ketiga Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati... 54 3. Urutan Keragaman dari Tertinggi ke Terendah Ukuran-ukuran Linier

Tubuh Marga Burung Bayan-bayanan yang Diamati ... 54 4. Rekapitulasi Hasil Uji T2-Hotteling antara Jantan dan Betina pada

Burung Bayan-bayanan... 55 5. Contoh Perhitungan Manual Uji Statistik T2-Hotteling pada Peubah-

peubah Ukuran Linier Tubuh antara Kelompok Burung Bayan-

bayanan Marga Eos dan Psittacula... 56 6. Contoh Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama Pertama pada

Ukuran Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus... 58 7. Contoh Perhitungan Manual Analisis Komponen Utama Kedua pada

Bentuk Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus... 61 8. Contoh Penentuan Skor Ukuran Tubuh (Sumbu X) dan Bentuk Tubuh

(Sumbu Y) pada Masing-masing Titik Diagram Kerumunan pada

Kelompok Marga Loriculus... 65 9. Contoh Cara Perhitungan Jarak Minimum D2 Mahalanobis antara

Kelompok Marga Eos dan Psittacula... 66 10. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga

Cacatua... 67 11. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eos 68 12. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga

Psittacula... 68 13. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga

Loriculus... 68 14. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga

Charmosyna... 69 15. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga

Eclectus... 69 16. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga

Alisterus ... 69 17. Komponen Utama Bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga

Trichoglossus... 70 18. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-

(15)

ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Cacatua... 70 19. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-

ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eos... 71 20. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-

ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula... 72 21. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-

ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula... 73 22. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-

ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus... 74 23. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-

ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Charmosyna.... 75 24. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-

ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus... 76 25. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-

ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Alisterus... 76 26. Skor Komponen Utama I (Ukuran) dan II (Bentuk) pada Ukuran-

ukuran Linier Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus.. 77 27. Kisaran Skor Ukuran pada Marga Burung Bayan-bayanan yang

Diamati... 78 28. Kisaran Skor Bentuk pada Marga Burung Bayan-bayanan yang

Diamati... 79 29. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-

bayanan Marga Cacatua Jantan dan Betina... 80 30. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-

bayanan Marga Eos Jantan dan Betina ... 80 31. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-

bayanan Marga Psittacula Jantan dan Betina ... 81 32. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-

bayanan Marga Loriculus Jantan dan Betina ... 81 33. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-

bayanan Marga Charmosyna Jantan dan Betina... 82 34. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-

Bengkok Marga Eclectus Jantan dan Betina... 82 35. Kerumunan Data Skor Ukuran dan B entuk Tubuh Burung Bayan-

bayanan Marga Alisterus Jantan dan Betina ... 83 36. Kerumunan Data Skor Ukuran dan Bentuk Tubuh Burung Bayan-

(16)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai negara dengan keanekaragaman hayati yang tinggi yang memiliki 60% keanekaragaman fauna dunia, termasuk diantaranya burung. Beberapa jenis burung bersifat endemik hanya dapat ditemukan di Indonesia, sebagai contoh burung nuri dan kerabatnya. Burung nuri dan kerabatnya digolongkan ke dalam kelompok parrot, karena memiliki paruh bengkok. Penyebaran burung-burung tersebut lebih banyak di kawasan timur Indonesia seperti Sulawesi, Flores, Maluku dan Papua.

Berbagai jenis burung populer digunakan sebagai hewan peliharaan dan menjadi hobi yang telah tersebar luas (Shepherd, 2006). Misalnya burung nuri dan kerabatnya banyak diminati sebagai burung hias karena burung-burung tersebut memiliki kemampuan berceloteh, memiliki bentuk dan warna bulu yang menarik. Bentuk dan warna bulu yang menarik tersebut menjadi daya tarik tertentu sehingga memiliki nilai komersial tinggi dan merupakan komoditas ekspor non-migas yang cukup penting.

Permintaan pasar yang tinggi menyebabkan populasi burung nuri dan kerabatnya sering diburu langsung dari alam. Apabila hal ini dilakukan terus-menerus dapat mengakibatkan penurunan jumlah populasi dan bahkan terjadi kepunahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penangkaran khusus untuk burung bayan-bayanan. Upaya tersebut perlu didukung informasi tambahan mengenai karakteristik morfometrik sehingga dapat menunjang keberhasilan suatu usaha penangkaran. Upaya penentuan karakteristik morfometrik melalui ukuran-ukuran linier tubuh diperlukan sebelum melakukan penangkaran. Setiap marga memiliki karakteristik morfometrik yang khas, yang dihubungkan dengan kebiasaan hidup di alam bebas, sehingga upaya penangkaran secara tidak langsung disesuaikan dengan kondisi morfometrik dari setiap burung bayan-bayanan yang diamati. Identifikasi karakteristik morfometrik pada burung bayan-bayanan dapat dilakukan dengan cara mengukur bagian-bagian tulang tubuh karena ukuran tulang merupakan sifat yang diturunkan. Proses identifikasi selanjutnya dibantu dengan metode Analisis Komponen Utama (AKU) dengan cara menemukan skor ukuran dan skor bentuk pada masing-masing individu yang membentuk kerumunan

(17)

yang khas pada setiap spesies dalam marga. Penciri ukuran dan bentuk tubuh pada marga burung bayan-bayanan yang diamati dapat ditentukan. Faktor genetik lebih berperanan pada penciri bentuk tubuh, sedangkan faktor lingkungan lebih berperanan pada penciri ukuran tubuh.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai kesamaan dan perbedaan ukuran dan bentuk tubuh marga burung bayan-bayanan yang diamati, berikut dengan menentukan penciri ukuran dan bentuk tubuh melalui AKU. Keserupaan ukuran-ukuran linier tubuh burung bayan-bayanan yang diamati pada setiap marga dapat dijadikan sebagai informasi hubungan kekerabatan diantara marga burung bayan-bayanan yang diamati melalui jarak minimum D Mahalanobis.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA Burung Bayan-bayanan

Burung bayan-bayanan atau kelompok parrot mempunyai karakteristik yang khas yaitu memiliki paruh yang bengkok. Burung bayan-bayanan digolongkan ke dalam kelas Aves, ordo Psittaciformes, famili Psittacidae, dan dibagi ke dalam tiga subfamili yaitu Loriinae, Cacatuinae, dan Psittacinae (Forshaw dan Cooper, 1989). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengklasifikasian pada burung bayan-bayanan didasarkan pada perbedaan sifat-sifat eksternal tubuh, anatomi maupun data ekologi. Menurut Sibley dan Ahlquist (1990) yang dilaporkan oleh Juniper dan Parr (1998) berdasarkan perbandingan materi genetik, burung bayan-bayanan dapat dibagi menjadi beberapa sub unit berdasarkan wilayah geografis. Setiap subfamili burung bayan-bayanan terdiri atas beberapa marga. Menurut Campbell et al. (2003) istilah marga digunakan sebagai kategori taksonomik di atas tingkat spesies dan dinamai

Gambar 1. Burung Nuri Kalung Ungu(Eossquamata) Dewi M.P.

dengan kata pertama dari nama Latin binomial spesies tersebut. Dijelaskan lebih lanjut spesies merupakan tingkatan yang sudah mantap. Masing-masing spesies dapat berkembang dan berevolusi secara terus menerus selama rentang waktu yang panjang. Spesies yang sukses rata-rata dapat bertahan selama beberapa juta tahun. Penggolongan marga dapat dilakukan berdasarkan unit ekologi sehingga setiap spesies yang tergolong dalam marga yang sama memiliki ciri khusus sebagai bentuk

(19)

adaptasi terhadap lingkungan yang sama (Mayr dan Ashlock, 1991). Dijelaskan lebih lanjut bahwa penggolongan marga pada burung didasarkan tidak hanya pada satu sifat karakter tetapi dapat lebih dari satu karakter.

Gambar 2. Burung Perkici Pelangi (Trichoglossushaematodus) Dewi M.P.

Subfamili Loriinae dikenal sebagai burung nuri. Burung ini dapat ditemukan di kepulauan Pasifik, Australia, Papua Nugini dan pulau di sekitarnya. Burung ini berukuran kecil sampai dengan sedang dengan bulu berwarna-warni. Burung ini merupakan burung pemakan serbuk sari dan madu (nektar) namun juga pemakan serangga dan biji-bijian. Burung nuri minum dengan cara memasukkan ujung sikat (papila) yang terdapat pada permukaan lidah ke dalam air (Campbell dan Lack, 1985). Gambar 1 menyajikan burung nuri kalung ungu (Eos squamata) yang merupakan subfamili Loriinae. Gambar 2 menyajikan burung perkici pelangi yang juga merupakan subfamili Loriinae.

Gambar 3. Burung Kakatua Putih (Cacatuaalba) Sumber: Featheredkids (2006)

(20)

Cacatuinae merupakan subfamili dari burung kakatua. Burung ini menyebar di Australia, Papua Nugini dan kepulauan di sekitarnya sampai dengan Filipina. Kelompok Cacatuinae berukuran besar dan memiliki mahkota kepala yang dapat digerakkan. Burung ini memiliki paruh yang pendek dan tinggi, lidahnya tipis dan pendek. Bulu berwarna putih, merah muda, abu-abu atau hitam dan beberapa berwarna merah dan kuning. Subfamili Cacatuinae merupakan jenis burung pemakan biji-bijian dan kacang. Hasil penelitian Widodo (1998) menyatakan bahwa

Dewi M.P.

Gambar 4. Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatuasulphurea)

Cacatua alba yang termasuk ke dalam subfamili Cacatuinae ditemukan mampu memakan buah durian yang telah masak, selain itu juga pemakan buah aren dan kenari. Cara minum burung jenis ini adalah dengan menyendok air dengan menggunakan paruh bawah (Campbell dan Lack, 1985). Gambar 3 menyajikan burung kakatua putih (Cacatuaalba) yang merupakan subfamili Cacatuinae.

Dewi M.P. Gambar 5. Burung Betet Biasa (Psittaculaalexandri)

(21)

Gambar 4 menyajikan burung kakatua kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea) yang juga merupakan subfamili Cacatuinae.

Dewi M.P.

Gambar 6. Burung Serindit Melayu (Loriculusgalgulus)

Dewi M.P. Gambar 7. Burung Nuri Bayan (Eclectusroratus)

Psittacinae terdiri atas 58 marga dari 82 jenis burung bayan-bayanan (Campbell dan Lack, 1985). Subfamili Psittacinae memiliki ukuran tubuh yang bervariasi dan warna bulu tertentu. Burung ini memiliki lidah yang besar dengan ujung berbentuk sendok merupakan penyesuaian dari cara minum, yakni dengan cara menyendok air, menelannya kemudian mendesaknya secara berlawanan dengan menggunakan langit-langit mulut (Campbell dan Lack, 1985). Gambar 5 menyajikan burung betet biasa yang merupakan subfamili Psittacinae. Gambar 6 menyajikan burung serindit Melayu yang merupakan subfamili Psittacinae. Gambar 7 menyajikan burung nuri bayan yang juga merupakan subfamili Psittacinae.

(22)

Karakteristik

Burung bayan-bayanan memiliki paruh atas berbentuk melengkung hingga menutupi bagian terbawah dari paruh bawah (Campbell dan Lack, 1985). Memiliki

tarsometatarsus yang pendek, kepala besar, lebar dan leher pendek. Memiliki lidah tebal yang dapat memegang makanan. Lubang hidung ditutupi bulu namun dapat juga tidak ditutupi bulu. Cere terdapat pada permukaan paruh bagian atas (Forshaw dan Cooper, 1989). Bentuk ekor panjang, melengkung dan pendek. Beberapa jenis burung memiliki hiasan mahkota pada bagian kepala yang dapat digerakkan (Campbell dan Lack, 1985). Burung bayan-bayanan memiliki karakteristik suara yang bercicit, keras dan tidak berirama, dan apabila dilatih dapat menirukan suara (Forshaw dan Cooper, 1989). Pada umumnya burung bayan-bayanan memiliki jenis kaki zygodactyls, yaitu dua jari mengarah ke depan dan dua jari mengarah ke belakang. Menurut Monarchbfly (2007) jenis kaki zygodactyls ditemukan pada famili Pandionidae, kebanyakan burung pelatuk (famili Picidae), burung hantu (ordo

Strigiformes), jenis burung bayan-bayanan (parrot) dan beberapa jenis burung layang-layang. Gambar 8 menyajikan berbagai bentuk jari pada burung bayan-bayanan dibandingkan dengan jenis burung yang lain. Kaki jenis zygodactyls pada burung bayan-bayanan digunakan untuk memanjat pohon ketika mencari buah-buahan dan bunga untuk makan. Menurut Pough et al. (2005) menyatakan bahwa bentuk paruh dan kaki tiap burung berbeda disesuaikan dengan kebiasaan makan dan

Keterangan: a = anisodactyl, b = zygodactyl, c = heterodactyl, d = syndactyl, & e = pamprodactyl

Gambar 8. Bentuk Jari pada Burung Bayan-bayanan (Zygodactyls) Dibandingkan dengan Jenis Burung Lain

Sumber: Proctor dan Lynch (1993)

(23)

kemampuan lokomotif. Hasil penelitian Waluyo (1997) pada Eossquamata yang ditangkarkan menunjukkan bahwa burung tersebut memiliki kebiasaan bertengger. Gambar 9 menyajikan mekanisme kaki bertengger pada burung. Menurut Zeffer dan Norberg (2003) menyatakan bahwa tulang tarsometatarus harus pendek untuk mengurangi pergerakan otot sehingga posisi kaki dapat stabil saat bertengger pada dahan. Beberapa jenis burung bayan-bayanan menggunakan salah satu kakinya untuk memegang makanan yang kemudian dimasukkan ke dalam paruh (Forshaw dan Cooper, 1989).

Gambar 9. Mekanisme Kaki Bertengger pada Burung Sumber : Britanica (2008)

Ukuran burung bayan-bayanan bervariasi mulai dari berukuran besar sampai dengan kecil. Menurut Forshaw dan Cooper (1989) marga Cacatua, Alisterus dan

Eclectus berukuran besar, marga Eos termasuk kelompok berukuran sedang, marga

Loriculus termasuk kelompok burung bayan-bayanan berukuran kecil. Menurut MacKinnon (1995) marga Psittacula dan Trichoglossus termasuk kelompok burung bayan-bayanan berukuran sedang. Marga Charmosyna termasuk kelompok burung bayan-bayanan berukuran kecil (Paryanti, 2005). Menurut Forshaw dan Cooper (1989), Waluyo (1997) dan Paryanti (2002) bobot badan burung bayan-bayanan jika diurutkan dari yang terbesar ke yang terkecil adalah marga Cacatua, Eclectus,

Alisterus, Psittacula, Eos, Trichoglossus, Charmosyna dan Loriculus.

Dimorfisme seksual pada burung bayan-bayanan ditunjukkan dengan perbedaan warna bulu (Forshaw dan Cooper, 1989). Dijelaskan lebih lanjut bahwa jantan memiliki warna yang lebih mencolok dibandingkan betina, namun ditemukan juga warna antara jantan yang sangat berbeda dengan betina.

(24)

Habitat dan Penyebaran

Habitat burung bayan-bayanan terdapat di dataran rendah, hutan tropis yang memiliki banyak tumbuhan, bunga dan buah. Beberapa jenis burung terdapat di dataran tinggi seperti jenis Charmosyna papou (Forshaw dan Cooper, 1989). Menurut Juniper dan Parr (1998) burung bayan-bayanan menyebar di hutan tropis dan subtropis tetapi beberapa jenis terdapat di daerah beriklim sedang. Penyebaran burung bayan-bayanan di Indonesia sebagian besar menyebar di kawasan timur seperti kepulauan Seram, Kei, Watubela, Sulawesi dan Papua. Hasil penelitian Widodo dan Sujadi (1996) menemukan burung Eos bornea di pulau Seram, Maluku tengah yang hidup secara berkelompok. Menurut pustaka penyebaran jenis burung bayan-bayanan di Indonesia meliputi 45 jenis di wilayah Papua (Beehler et al., 2001), 37 jenis di kawasan Wallacea (White dan Bruce, 1986) dan sembilan jenis di kepulauan Sunda Besar (MacKinnon et al., 1998).

Status Burung Bayan-bayanan

Menurut Collar et al. (1994) yang dilaporkan Juniper dan Parr (1998) menyatakan bahwa penilaian status punah setiap burung didasarkan pada kategori ancaman. Kategori tersebut antara lain adalah punah (extinct), kritis berbahaya (critically endangered), berbahaya, terancam (vulnerable). Berdasarkan CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna) penggolongan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu: CITES Lampiran I yang meliputi jenis burung yang terancam punah akibat atau mungkin terpengaruh oleh perdagangan, CITES Lampiran II yaitu mempunyai resiko serius dan kemungkinan terancam punah bila tidak dilakukan pengaturan perdagangan dan CITES Lampiran III adalah jenis burung yang terancam atau kemungkinan terancam di suatu negara tertentu dan memerlukan kerjasama negara lain untuk pengawasan dan perdagangan. Menurut Birdlife (2008) salah satu jenis burung bayan-bayanan yang tergolong dalam CITES Lampiran I adalah Cacatuasulphurea. Menurut Hill dan Zhang (2004) menyatakan bahwa ukuran populasi yang terbatas dan seleksi ketat yang terjadi di alam dapat mengakibatkan penurunan variasi genetik.

Morfometrik

Menurut Kent dan Carr (2000) morfo berarti bentuk dan struktur, sedangkan morfologi adalah ilmu mengenai bentuk dan anatomi tubuh. Campbell dan Lack

(25)

(1985) menyatakan bahwa morfo menunjukkan perbedaan bentuk spesies dalam suatu populasi khususnya pada polimorfisme. Lebih lanjut dijelaskan bahwa morfologi merupakan ilmu mengenai bentuk yang biasa digunakan untuk mempelajari karakteristik eksternal seperti anatomi. Pengukuran morfologi tubuh

Gambar 10. Kerangka Tubuh Burung Sumber : Feistyhome (1999)

dapat dilakukan dengan mengukur ukuran-ukuran tulang tubuh. Istilah tulang digunakan pada suatu kerangka yang menopang tubuh dan tempat perlekatan otot (North dan Bell, 1990). Menurut Hafez dan Dyer (1969) ukuran tulang merupakan sifat yang diturunkan. Bentuk tulang dan pelekatan antara struktur internal tulang disesuaikan dengan fungsinya (Campbell dan Lack, 1985). Pertumbuhan tulang yang sebenarnya terjadi melalui dua proses yaitu endochondral dan intramembranous ossification, kemudian diikuti dengan perubahan struktur tulang dan perkembangan kerangka (Lawrence dan Fowler, 2002). Menurut Cochran (2004) skeleton terdiri atas dua bagian yaitu axial dan appendicular. Dijelaskan lebih lanjut axial tersusun atas tulang yang mengelilingi pusat gravitasi tubuh yaitu skull, vertebrae hyoid apparatus, ribs dan sternum, sedangkan appendicular tersusun atas tulang belakang. Lawrence dan Fowler ( 2002) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tulang terdiri atas dua faktor yaitu faktor endogenus yang dipengaruhi oleh hormon dan eksogenus yang dipengaruhi oleh pakan. Menurut Rose (1997)

(26)

pertumbuhan tulang lebih banyak diatur oleh faktor genetik, disamping sirkulasi hormon, vitamin A dan D.

Sifat-sifat kuantitatif dipengaruhi oleh genetik dan lingkungan serta interaksi antara genetik dan lingkungan. Menurut Gardner et al. (1991) genetika kuantitatif ditentukan berdasarkan pada pengukuran tinggi, berat atau panjang individu dalam suatu populasi dengan menggunakan satuan yang sesuai. Dijelaskan lebih lanjut sifat kuantitatif tersebut dipengaruhi oleh banyak gen. Menurut Hutt (1949) beberapa sifat kuantitatif yang terpenting adalah bobot badan, panjang tulang femur, tulang

tarsometatarsus, lingkar tarsometatarsus, panjang jari ketiga dan panjang sayap. Nishida et al. (1980) menyatakan bahwa ukuran tulang paha, betis dan shank serta perbandingan antara panjang shank dan lingkar shank menunjukkan nilai-nilai yang efektif untuk menduga konformasi tubuh. Hasil penelitian Nishida et al. (1982) pada ayam menyatakan bahwa bentuk tubuh ayam dipengaruhi oleh tinggi jengger, panjang sayap, panjang femur dan panjang tibia. Panjang sayap memberikan pengaruh yang terbesar terhadap bentuk tubuh dengan vektor Eigen tertinggi yaitu sebesar 0,577. Penciri ukuran tubuh ayam dicirikan oleh panjang sayap, panjang

femur, panjang tibia, panjang tarsometatarsus dan tinggi jengger. Panjang tibia

memberikan pengaruh yang terbesar terhadap bentuk tubuh dengan vektor Eigen

sebesar 0,544.

Tulang Tarsus

Menurut McLelland (1990) menyatakan tulang tarsus sebagai tulang campuran yang dibentuk dari gabungan baris distal dari tulang tarsal ke tiga tulang-tulang metatarsal (digit II, III, dan IV). Menurut Tyne dan Berger (1976) menyatakan bahwa tarsus dibentuk selama perkembangan embrio dari penggabungan baris distal dari tulang tarsal dengan ujung proksimal tiga tulang

metatarsal. Dijelaskan lebih lanjut bahwa tarsus dapat ditutup bulu seluruh atau sebagian saja.

Tulang Digit

Menurut McLelland dan King (1975); McLelland (1990) pada sebagian besar burung ditemukan digit I sampai IV (dengan jumlah tulang jari dua, tiga, empat dan lima). Jari pertama secara tepat berada paling belakang. Posisi dari jari-jari dapat

(27)

digunakan untuk kepentingan taksonomi yang berkaitan dengan posisi burung saat bertengger ataupun tidak bertengger.

Gambar 11. Bagian Tulang Kaki Burung Sumber: Tyne dan Berger (1976)

Tulang Sayap

Hickman et al. (2007) menyatakan bahwa sayap pada burung memiliki ukuran dan bentuk yang bervariasi karena perbedaan perkembangan dan disesuaikan dengan habitat. Menurut Tyne dan Berger (1976) tulang sayap burung terdiri atas tulang humerus, radius, ulna, dua tulang carpal, carpometacarpus dan tiga jari atau

Gambar 12. Bagian Tulang Sayap Burung Sumber: Tyne dan Berger (1976)

tulang digit. Dijelaskan lebih lanjut tulang humerus mendukung tulang lengan. McLelland (1990) menyatakan bahwa pergerakan yang dapat terjadi pada tulang

(28)

tersebut adalah elevasi, depresi, protraksi dan retraksi. Persambungan

scapulocoracohumeral pada sendi peluru yang terdapat pada humerus

memungkinkan pergerakan rotasi bebas, sedangkan pada baris akhir distal humerus atas ulna dan radius yang berukuran lebih kecil dan keduanya mirip satu sama lain (Nickel et al., 1977). Menurut McLelland dan King (1975) secara umum tulang ulna

berukuran lebih besar dibandingkan dengan radius. Tyne dan Berger (1976) menyatakan bahwa pada burung dewasa hanya terdapat dua tulang carpal. Dijelaskan lebih lanjut tulang carpal yang lain bergabung dengan tulang metacarpal

membentuk carpometacarpus saat perkembangan embrio. Burung memiliki tiga jari atau digit tulang sayap. Digit pertama memiliki satu phalanx. Pada beberapa burung ditemukan memiliki dua phalanges, digit kedua memiliki dua phalanges tetapi ditemukan juga yang tiga phalanges dan digit ketiga umumnya memiliki satu

phalanx.

Analisis Komponen Utama

Analisis Komponen Utama (AKU) bertujuan untuk menerangkan struktur varian-kovarian (kombinasi data multivariat yang beragam) melalui kombinasi linear dari peubah-peubah tertentu. Dijelaskan lebih lanjut bahwa secara umum AKU bertujuan untuk mereduksi data dan menginterpretasikannya (Gaspersz, 1992). Menurut Wiley (1981) Analisis Komponen Utama (AKU) adalah suatu teknik multivariat yang digunakan untuk menemukan hubungan struktural antara dua peubah yang terpisah yang disebut komponen utama. Komponen utama pertama meliputi peubah yang memiliki keragaman total yang lebih besar dibandingkan peubah lain. Komponen utama kedua mencakup peubah yang memiliki keragaman total yang tidak terdapat pada komponen utama pertama dan tidak berhubungan dengan komponen utama pertama, dan begitu seterusnya.

Analisis morfometrik yang menggunakan metode AKU menerangkan bahwa komponen utama pertama mengindikasikan ukuran hewan yang diteliti (vektor ukuran) dan komponen utama kedua mengindikasikan bentuk hewan yang diteliti (vektor bentuk) (Everitt dan Dunn, 1998). Berdasarkan Biology Online Team (2008), ukuran diartikan sebagai dimensi, besar, volume, ukuran relatif, sedangkan bentuk diartikan sebagai model, pola, karakteristik sebagai pembeda penampilan eksternal. Hayashi et al. (1982) menjelaskan bahwa komponen utama pertama yaitu komponen

(29)

utama yang mempunyai keragaman total tertinggi yang mewakili vektor ukuran dan komponen utama kedua yaitu komponen utama yang memiliki keragaman total terbesar setelah komponen utama pertama yang mewakili vektor bentuk. Selanjutnya dijelaskan bahwa komponen utama dapat dibentuk melalui dua cara, yaitu dari matriks kovarian dan dari matriks korelasi, yaitu sebesar 76% untuk matriks kovarian dan 60% untuk matriks korelasi. Menurut Wiley (1981) komponen utama digunakan untuk membentuk sebuah diagram penyebaran. Sumbu yang pertama (X) menunjukkan ukuran data secara umum dan dapat menjelaskan keragaman sebesar 50-95% dari data yang diamati. Sumbu kedua (Y) menunjukkan bentuk dapat menjelaskan keragaman sekecil-kecilnya 1% atau lebih dari data yang diamati.

Akar ciri atau ragam dapat diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah peubah yang diamati dan nilai keragaman total pada AKU yang diturunkan berdasarkan matriks kovarian. Akar ciri atau ragam ini menurut Nishida etal. (1982) dinyatakan sebagai nilai Eigen. Nilai Eigen menunjukkan keragaman total yang sebenarnya (Afifi dan Clark, 1996). Keragaman total diperoleh dari hasil pembagian antara nilai Eigen komponen utama ke-i dan banyaknya peubah yang diamati. Vektor

Eigen memperlihatkan kontribusi dari peubah-peubah yang diamati. Vektor Eigen

memperlihatkan kontribusi dari peubah-peubah tertentu sebagai faktor pembeda ukuran tubuh dan bentuk tubuh. Everitt dan Dunn (1998) menerangkan bahwa pada pengukuran morfologi hewan, hasil AKU lebih ditekankan pada komponen kedua sebagai indikasi bentuk tubuh, daripada komponen utama pertama yang mengindikasikan ukuran tubuh.

(30)

METODE Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ornitologi Bidang Zoologi Puslit Biologi-LIPI Cibinong. Penelitian ini dilaksanakan selama satu bulan yaitu bulan Febuari 2008 hingga Maret 2008.

Materi

Materi penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah spesimen burung bayan-bayanan dengan jumlah total 234 spesimen yang terdiri atas 128 spesimen jantan dan 106 spesimen betina, spesimen berasal dari populasi yang berbeda berdasarkan tahun catatan spesimen. Jumlah tersebut menyebar pada 11 spesimen

Cacatua alba, 12 spesimen Cacatua sulphurea occidentalis, 27 spesimen Eos bornea cyanonothus, 15 spesimen Eos squamata obiensis, 13 spesimen Psittacula alexandri alexandri, 13 spesimen Psittacula alexandri dammermani, 16 spesimen Psittacula longicauda longicauda, 11 spesimen Loriculus stigmatus stigmatus, 17 spesimen

Loriculus galgulus, 22 spesimen Charmosyna placentis intensior, 20 spesimen

Eclectus roratus roratus, 13 spesimen Alisterus amboinensis buruensis, 24 spesimen

Trichoglossus haematodus haematodus, dan 20 spesimen Trichoglossus ornatus. Spesimen yang digunakan pada penelitian selanjutnya disajikan pada Tabel 1.

Alat yang digunakan pada penelitian terdiri atas jangka sorong digital dengan merk Mitutoyo Digimatic Caliper, benang, lembar data ukuran-ukuran tubuh, alat tulis dan kamera digital. Pengolahan data dibantu dengan perangkat lunak Minitab 14 dan untuk pembuatan gambar diagram kerumunan dibantu dengan Minitab 13.12, sedangkan penyajian dendogram dengan bantuan program MEGA 2.1 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis).

Prosedur

Data diperoleh dari pengukuran bagian-bagian tubuh burung bayan-bayanan sebagai peubah yaitu panjang tarsus (X1), lingkar tarsus (X2), panjang jari ketiga (X3) dan panjang sayap (X4). Gambar 13 menyajikan bagian-bagian tubuh burung bayan-bayanan yang diukur pada penelitian.

(31)

Panjang Tarsus. Panjang tarsus diukur sepanjang tulang tarsus. Pengukuran menggunakan jangka sorong dalam satuan mm.

Lingkar Tarsus. Lingkar tarsus diukur melingkari tulang tarsus pada bagian tengah. Pengukuran menggunakan benang yang kemudian dikonversikan ke jangka sorong dalam satuan mm.

Panjang Jari Ketiga. Panjang jari ketiga diukur dari pangkal jari ketiga yang terdiri atas empat phalanges sampai ujung jari. Pengukuran dilakukan dengan penelusuran menggunakan benang yang kemudian dikonversikan ke jangka sorong dalam satuan mm.

Panjang Sayap. Panjang sayap diukur dengan menelusuri tulang sayap mulai dari pangkal humerus sampai ujung phalanges. Pengukuran menggunakan benang dan kemudian dikonversikan ke jangka sorong dalam satuan mm.

X3 X1 X2 C B A X4 = A + B + C

Keterangan : X1 = Panjang tarsus; X2 = Lingkar tarsus; X3 = Panjang jari ketiga; X4 = Panjang sayap; A = Humerus; B = Ossa antebrachii (Radius dan Ulna); C =

Metacarpus dan Phalanges

Gambar 13. Bagian-bagian Tubuh Burung Bayan-bayanan yang Diukur dalam Penelitian (Feistyhome, 2008)

(32)

Tabel 1. Daftar Spesimen Burung Bayan-bayanan yang Digunakan pada Penelitian Nama Indonesia

(Spesies)

Nama Inggris Tahun Catatan Spesimen

Jantan Betina N Asal

Kakatua putih (Cacatua alba)

White Cockatoo

1938-1988 8 3 11 Bacan, Halmahera, Maluku Utara Kakatua kecil Jambul kuning

(Cacatua sulphurea occidentalis)

Yellow crested Cockatoo

1913-1965 6 6 12 Lombok, Komodo, Nusa Penida, Flores

Kasturi merah

(Eos bornea cyanonothus)

Red Lory 1913-1959 17 10 27 Pulau Buru Nuri Kalung ungu

(Eos squamata obiensis)

Violet necked Lory

1914-1953 7 8 15 Pulau Obi

Betet Biasa

(Psittacula alexandri alexandri)

Red breasted Parakeet

1921-1940 2 11 13 Jepara, Cepu, Semarang, Kedu, Bogor

Betet Biasa

(Psittacula alexandri dammermani)

Red breasted Parakeet

1955 6 7 13 Karimun Jawa

Betet Ekor panjang

(Psittacula longicauda longicauda)

Long tailed Parakeet

1915-1977 10 6 16 Palembang, Tapanuli, Lampung, Kalimantan

(33)

Lanjutan Daftar Spesimen Burung Bayan-bayanan yang Digunakan pada Penelitian Nama Indonesia

(Spesies)

Nama Inggris Tahun Catatan Spesimen

Jantan Betina N Asal

Serindit Melayu (Loriculus galgulus)

Blue crowned Hanging parrot

1927-1994 12 5 17 Aceh Barat, Padang, Palembang, Tapanuli, Kalimantan Tengah Perkici Dagu merah

(Charmosyna placentis intensior)

Red flanked Lorikeet

1938-1949 7 15 22 Halmahera, Maluku Nuri Bayan

(Eclectus roratus roratus)

Eclectus Parrot

1913-1959 13 7 20 Pulau Buru

Nuri raja Ambon

(Alisterus amboinensis buruensis)

Mollucan King Parrot 1921-1959 7 6 13 Pulau Buru Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus haematodus) Rainbow Lorikeet 1913-1995 15 9 24 Pulau Buru Perkici Dora (Trichoglossus ornatus) Ornate Lorikeet 1909-1939 11 9 20 Buton, Sulawesi Total 128 106 234

(34)

Gambar 14. Jangka Sorong Digital yang Digunakan pada Penelitian

Gambar 15. Contoh Spesimen Burung Bayan-bayanan yang Digunakan pada Penelitian

(35)

Analisis Data T2-Hotteling

T2-Hotteling digunakan untuk membandingkan peubah-peubah antara dua kelompok marga burung bayan-bayanan. Pengujian dilakukan berdasarkan Gaspersz (1992) dengan jalan merumuskan hipotesis terlebih dahulu sebagai berikut:

H0 : U1 = U2 : artinya vektor rata-rata dari kelompok 1 sama dengan

kelompok 2

H1 : U1 U≠ 2 : artinya kedua vektor nilai rata-rata itu berbeda

T2-Hotteling digunakan untuk menguji hipotesis seperti yang telah dianjurkan Oleh Gaspersz (1992) sebagai berikut:

T2 = ' n 2 (x x ) S (x x ) n n n 2 1 1 G 2 1 2 1 1 + − Selanjutnya besaran: F = 2 2 1 2 1 T 2)p n (n 1 p n n − + − − +

akan berdistribusi F dengan derajat bebas V1 = p dan V2 = n1 + n2 – p -1

Keterangan:

T2 = Nilai T2-Hotteling

F = Nilai hitung untuk T2-Hotteling

n1 = Jumlah data pengamatan pada kelompok pertama

n2 = Jumlah data pengamatan pada kelompok kedua

= Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok ke-1

1

x

= Vektor nilai rata-rata variabel acak dari kelompok ke-2 2

x

p = Banyaknya variabel ukur Analisis Komponen Utama

Analisis Komponen Utama (AKU) digunakan untuk menentukan penciri ukuran dan bentuk tubuh pada setiap marga burung bayan-bayanan yang diamati. (AKU) yang digunakan berdasarkan Gaspersz (1992) dengan model persamaan untuk bagian tubuh sebagai berikut:

(36)

Yp = a1pX1 + a2pX2 + a3pX3 + a4pX4

Keterangan:

Yp = Komponen utama ke-p (p = 1, 2, 3, 4) X1, X2, X3, X4 = Peubah ke-1, 2, 3 dan 4

X1 = Panjang tarsus

X2 = Lingkar tarsus

X3 = Panjang jari ketiga

X4 = Panjang sayap

Persamaan ukuran dan bentuk tubuh diturunkan dari matriks kovarian. Ukuran (sumbu X) berdasarkan skor komponen utama pertama, sedangkan bentuk (sumbu Y) berdasarkan skor komponen utama kedua. Korelasi antara ukuran dan bentuk dan peubah-peubah yang diukur diperoleh dari perkalian antara vektor Eigen dan akar dari nilai Eigen masing-masing yang dibagi dengan simpangan baku dari masing-masing peubah. Vektor dan nilai Eigen yang digunakan untuk perhitungan korelasi tersebut berasal dari Analisis Komponen Utama (AKU) yang diturunkan dari matriks kovarian. Rumus korelasi yang digunakan sebagai berikut:

i ij ij S λ a rZiYj = rij = Keterangan:

rZiYj = Koefisien korelasi peubah ke-i dan komponen ke-j

aij = Vektor Eigen peubah ke-i dengan komponen ke-j

λij = Nilai Eigen (akar ciri) komponen utama ke-j

Si = Simpangan baku peubah ke-i

Jarak Minimum D2 Mahalanobis

Jarak D2 Mahalanobis antara dua marga burung bayan-bayanan dihitung berdasarkan perhitungan Gaspersz (1992) sebagai berikut:

D2 = ' (x1−x2) SG−1(x1−x2) Keterangan :

D2 = Nilai statistik Mahalanobis sebagai ukuran jarak kuadrat Mahalanobis antar dua marga burung bayan-bayanan

(37)

SG-1 = Invers matrik gabungan (invers dari matriks SG)

= Vektor nilai rata-rata peubah acak dari kelompok marga burung bayan-bayanan pertama

1

x

= Vektor nilai rata-rata peubah acak dari kelompok marga burung

2

x

bayan-bayanan kedua Penyajian Dendogram

Penyajian dendogram dilakukan berdasarkan nilai minimum D2 Mahalanobis setelah diakarkan. Pengelompokan marga burung bayan-bayanan dilakukan berdasarkan percabangan dendogram.

(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN Ukuran-ukuran Linier Tubuh

Pengamatan yang dilakukan melibatkan 14 spesies dan subspesies burung bayan-bayanan yang meliputi Cacatua alba, Cacatua sulphurea occidentalis, Eos bornea cyanonothus, Eos squamata obiensis, Psittacula alexandri alexandri, Psittacula dammermani, Psittacula longicauda longicauda, Eclectus roratus roratus, Alisterus amboinensis buruensis, Loriculus stigmatus stigmatus, Loriculus galgulus, Charmosyna placentis intensior, Trichoglossus haematodus haematodus dan Trichoglossus ornatus. Tabel 2 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Cacatua, Tabel 3 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Eos, Tabel 4 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Psittacula, Tabel 5 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Loriculus, Tabel 6 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Charmosyna, Tabel 2. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga

Cacatua

Spesies Jenis Kelamin Panjang Tarsus

Lingkar

Tarsus

Panjang Jari

Ketiga Panjang Sayap

---(mm)---

Cacatua alba Jantan 25,00 ± 2,25

(9,00%) (8) 28,78 ± 2,67 (7,88%) (8) 46,53 ± 3,04 ( 6,54%) (8) 138,14 ± 22,71 (16,44%) (8) Betina 24,57 ± 1,94 (7,89%) (3) 26,72 ± 2,55 (9,53%) (3) 45,68 ± 5,22 (11,42%) (3) 157,2 ± 22,2 (14,15%) (3) Cacatua sulphurea occidentalis Jantan 17,80 ± 4,06 (22,82%) (6) 21,93 ± 1,25 (5,68%) (6) 33,46 ± 1,530 (4,57%) (6) 100,68 ± 11,34 (11,26%) (6) Betina 18,66 ± 3,39 (18,15%) (6) 21,83 ± 2,23 (10,21%) (6) 29,88 ± 0,69 (2,30%) (6) 94,15 ± 9,90 (10,52%) (6)

Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen Tabel 7 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Eclectus, Tabel 8 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Alisterus dan Tabel 9 menyajikan data ukuran linier tubuh marga Trichoglossus. Keempat belas spesies dan subspesies tersebut dikelompokkan menjadi delapan marga, yaitu marga Cacatua, Eos, Psittacula, Loriculus, Charmosyna,Eclectus, Alisterus, dan Trichoglossus.

(39)

Lingkar tarsus pada kelompok marga Cacatua merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam dibandingkan ukuran linier tubuh lain, karena memiliki koefisien keragaman paling kecil, sedangkan ukuran linier tubuh yang paling beragam adalah panjang sayap. Panjang jari ketiga pada kelompok marga Eos merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam karena memiliki koefisien keragaman paling kecil dibandingkan ukuran linier tubuh yang lain. Ukuran linier tubuh yang memiliki keragaman tertinggi adalah lingkar tarsus setelah itu panjang sayap dan panjang tarsus. Panjang jari ketiga pada kelompok marga Psittacula

Tabel 3. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eos Spesies Jenis Kelamin Panjang Tarsus Lingkar Tarsus Panjang Jari Ketiga Panjang Sayap ---(mm)--- Eos bornea cyanonothus Jantan 15,58 ± 1,30 (8,36%) (17) 14,57 ± 2,17 (14,92%) (17) 22,75 ± 1,43 (6,27%) (17) 72,07 ± 9,11 (12,65%) (17) Betina 15,27 ± 1,77 (11,61%) (10) 13,57 ± 1,25 (9,22%) (10) 22,43 ± 2,07 (9,21%) (10) 69,05 ± 8,61 (12,47%) (10) Eos squamata obiensis Jantan 14,29 ± 0,72 (5,05%) (7) 13,13 ± 1,68 (12,79%) (7) 21,04 ± 1,09 (5,17%) (7) 59,32 ± 5,64 (9,51%) (7) Betina 13,94 ± 1,00 (7,17%) (8) 13,69 ± 2,371 (17,32%) (8) 20,23 ± 1,25 (6,16%) (8) 60,46 ± 5,14 (8,50%) (8)

Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam. Hal tersebut diperlihatkan dengan nilai koefisien keragaman terkecil dibandingkan ukuran linier tubuh yang lain. Ukuran linier tubuh yang paling beragam adalah panjang sayap, kemudian lingkar tarsus dan panjang tarsus. Panjang tarsus pada kelompok marga Loriculus merupakan ukuran linier tubuh yang memiliki keragaman terkecil, sedangkan keragaman terbesar ditemukan pada lingkar tarsus. Panjang sayap memiliki keragaman tinggi setelah lingkar tarsus dan selanjutnya panjang jari ketiga. Panjang jari ketiga pada kelompok marga Charmosyna ditemukan paling seragam, karena memiliki koefisien keragaman terkecil. Ukuran linier tubuh yang paling beragam adalah lingkar tarsus selanjutnya secara berurutan adalah panjang sayap dan panjang

(40)

Tabel 4. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Psittacula

Spesies Jenis Kelamin Panjang Tarsus

Lingkar

Tarsus

Panjang Jari

Ketiga Panjang Sayap ---(mm)--- Psittacula alexandri alexandri Jantan 16,35 ± 0,58 (3,55%) (2) 16,54 ± 0,71 (4,32%) (2) 23,31 ± 1,73 (7,43%) (2) 76,70 ± 5,95 (7,76%) (2) Betina 14,49 ± 0,88 (6,07%) (11) 15,02 ± 1,35 (8,98%) (11) 21,43 ± 1,36 (6,34%) (11) 67,17 ± 7,40 (11,01%) (11) Psittacula dammermani Jantan 15,61 ± 0,91 (5,81%) (6) 15,22 ± 1,07 (6,88%) (6) 23,05 ± 0,63 (2,72%) (6) 87,79 ± 11,47 (13,06%) (6) Betina 15,17 ± 0,64 (4,20%) (7) 16,18 ± 1,88 (11,61%) (7) 22,96 ± 1,23 (5,36%) (7) 84,86 ± 7,96 (9,38%) (7) Psittacula longicauda longicauda Jantan 13,97 ± 0,90 (6,46%) (10) 16,14 ± 1,65 (10,19%) (10) 21,84 ± 1,38 (6,32%) (10) 70,38 ± 8,29 (11,79%) (10) Betina 14,65 ± 0,48 (3,28%) (6) 15,39 ± 1,28 (8,29%) (6) 22,02 ± 0,53 (2,39%) (6) 66,89 ± 8,81 (13,18%) (6)

Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen Panjang sayap pada kelompok marga Eclectus merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam, karena memiliki koefisien keragaman yang paling kecil. Selanjutnya keragaman tinggi secara berurutan terdapat pada ukuran linier tubuh lingkar tarsus, panjang tarsus dan panjang jari ketiga. Panjang jari ketiga pada kelompok marga Alisterus merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam dibandingkan ukuran linier tubuh yang lain. Hal tersebut diperlihatkan dengan nilai koefisien keragaman yang kecil. Selanjutnya ukuran linier tubuh yang paling beragam adalah panjang sayap, panjang tarsus dan lingkar tarsus. Lingkar tarsus pada kelompok marga Trichoglossus merupakan ukuran linier tubuh yang paling seragam, karena memiliki koefisien keragaman yang paling kecil. Keragaman tertinggi ukuran linier tubuh ditemukan pada panjang jari ketiga. Panjang sayap merupakan ukuran linier tubuh dengan keragaman tertinggi setelah panjang jari ketiga dan selanjutnya diikuti panjang tarsus dan lingkar tarsus. Panjang tarsus yang paling beragam diantara kelompok marga yang diamati ditemukan pada kelompok

(41)

marga Cacatua, karena memiliki koefisien keragaman tertinggi, sedangkan paling seragam terdapat pada kelompok marga Psittacula. Lingkar tarsus yang paling beragam ditemukan pada kelompok marga Cacatua, sedangkan yang paling seragam terdapat pada kelompok marga Trichoglossus. Panjang jari ketiga yang

Tabel 5. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Loriculus Spesies Jenis Kelamin Panjang Tarsus Lingkar Tarsus Panjang Jari Ketiga Panjang Sayap ---(mm)--- Loriculus stigmatus stigmatus Jantan 10,30 ± 1,11 (10,75%) (7) 11,23 ± 1,19 (10,61%) (7) 14,77 ± 1,12 (7,57%) (7) 46,12 ± 4,42 (9,59%) (7) Betina 10,09 ± 0,30 (3,00%) (4) 9,95 ± 1,04 (10,50%) (4) 15,28 ± 1,05 (6,89%) (4) 49,39 ± 4,03 (8,16%) (4) Loriculus galgulus Jantan 9,50 ± 0,96 (10,11%) (12) 10,37 ± 1,29 (12,48%) (12) 13,08 ± 1,31 (9,98%) (12) 41,28 ± 3,69 (8,93%) (12) Betina 9,31 ± 1,11 (11,89%) (5) 10,17 ± 1,00 (9,85%) (5) 13,09 ± 1,45 (11,09%) (5) 42,85 ± 5,02 (11,70%) (5)

Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen Tabel 6. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga

Charmosyna

Spesies Jenis Kelamin Panjang Tarsus

Lingkar

Tarsus

Panjang Jari

Ketiga Panjang Sayap ---(mm)--- Charmosyna placentis intensior Jantan 11,51 ± 0,60 (5,21%) (7) 9,68 ± 0,81 (8,38%) (7) 14,58 ± 1,16 (7,98%) (7) 48,27 ± 4,89 (10,13%) (7) Betina 11,78 ± 0,94 (8,00%) (15) 10,02 ± 1,20 (12,01%) (15) 14,22 ± 0,94 (6,59%) (15) 47,33 ± 4,47 (9,43%) (15)

Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen paling beragam ditemukan pada kelompok marga Cacatua sedangkan yang paling seragam ditemukan pada kelompok marga Alisterus. Panjang sayap yang paling beragam ditemukan pada kelompok marga Cacatua, karena memiliki koefisien keragaman yang paling tinggi, sedangkan yang paling seragam terdapat pada kelompok marga Eclectus. Hal ini mengindikasikan bahwa marga Cacatua

(42)

tertinggi pada setiap ukuran-ukuran linier tubuh seperti: panjang tarsus, lingkar tarsus, panjang jari ketiga dan panjang sayap. Kondisi ini di alam menunjukkan bahwa peranan alam yaitu seleksi alam pada kelompok marga Cacatua tidak sebesar yang dialami marga lain. Marga Cacatua yang diamati terdiri atas Cacatua alba dan Cacatua sulphurea occidentalis. Menurut Birdlife (2008), spesies Cacatua alba digolongkan ke dalam CITES Lampiran II sedangkan Cacatua sulphurea occidentalis digolongkan ke dalam CITES Lampiran I. Dijelaskan bahwa status spesies pada CITES Lampiran I adalah terancam punah, sedangkan CITES Lampiran II berarti spesies tersebut boleh diperdagangkan tetapi dengan kuota ketat. Pada pengamatan ini peranan seleksi alam lebih ketat terjadi pada Cacatua sulphurea occidentalis dibandingkan Cacatua alba yang diperlihatkan dengan keragaman yang

Tabel 7. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Eclectus

Spesies Jenis Kelamin Panjang Tarsus

Lingkar

Tarsus

Panjang Jari

Ketiga Panjang Sayap ---(mm)--- Eclectus roratus roratus Jantan 20,10 ± 1,88 (8,94%) (13) 19,27 ± 2,35 (12,19%) (13) 32,40 ± 1,61 (4,96%) (13) 112,32 ± 6,87 (6,11%) (13) Betina 19,84 ± 1,28 (6,46%) (7) 19,43 ± 1,94 (9,99%) (7) 32,80 ± 3,89 (11,87%) (7) 107,81 ± 6,48 (6,01%) (7)

Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen Tabel 8. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga

Alisterus

Spesies Jenis Kelamin Panjang Tarsus

Lingkar

Tarsus

Panjang Jari

Ketiga Panjang Sayap ---(mm)--- Alisterus amboinensis buruensis Jantan 20,71 ± 1,63 (7,88%) (7) 13,13 ± 0,59 (4,47%) (7) 25,21 ± 0,63 (2,48%) (7) 97,41 ± 5,04 (5,17%) (7) Betina 19,68 ±1,42 (7,22%) (6) 14,39 ± 0,79 (5,46%) (6) 24,84 ± 1,84 (7,39%) (6) 90,43 ± 8,67 (9,59%) (6)

Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel specimen lebih rendah pada Cacatua sulphurea occidentalis. Dilaporkan Birdlife (2008) bahwa populasi Cacatua sulphurea semakin menurun hingga mencapai kondisi kritis. Hill

(43)

dan Zhang (2004) menyatakan ukuran populasi yang terbatas dan seleksi ketat yang terjadi dapat mengakibatkan penurunan variasi genetik.

Tabel 9. Ukuran-ukuran Linier Peubah Tubuh Burung Bayan-bayanan Marga Trichoglossus

Spesies Jenis Kelamin Panjang Tarsus

Lingkar

Tarsus

Panjang Jari

Ketiga Panjang Sayap ---(mm)--- Trichoglossus haematodus haematodus Jantan 17,51 ± 0,95 (5,41%) (15) 13,68 ± 0,92 (6,71%) (15) 22,06 ± 0,91 (4,10%) (15) 73,07 ± 4,43 (6,06%) (15) Betina 17,02 ± 1,65 (9,69%) (9) 13,61 ± 0,66 (4,84%) (9) 21,72 ± 0,91 (4,20%) (9) 66,76 ± 8,79 (13,17%) (9) Trichoglossus ornatus Jantan 16,11 ± 1,32 (8,21%) (11) 13,61 ± 0,66 (4,86%) (11) 18,86 ± 1,14 (6,04%) (11) 66,22 ± 4,25 (6,41%) (11) Betina 15,89 ± 0,96 (6,01%) (9) 13,17 ± 0,99 (7,49%) (9) 18,47 ± 2,00 (10,84%) (9) 66,36 ± 3,49 (5,25%) (9)

Keterangan: Angka di dalam kurung menunjukkan koefisien keragaman dan jumlah sampel spesimen Perbedaan ukuran-ukuran linier tubuh antara jantan dan betina pada setiap spesies dan subspesies diamati melalui perhitungan statistik T2-Hotteling. Berdasarkan hasil uji T2-Hotteling ditemukan perbedaan jantan dan betina hanya ditemukan pada Cacatua sulphurea occidentalis (P<0,05). Secara umum ukuran-ukuran linier tubuh pada setiap spesies burung bayan-bayanan yang diamati adalah sama. Menurut Campbell dan Lack (1985), pada umumnya burung bayan-bayanan merupakan jenis monomorfik, dengan ukuran tubuh jantan sama dengan ukuran tubuh betina. Forshaw dan Cooper (1989) menambahkan dimorfisme seksual pada burung bayan-bayanan pada umumnya diperlihatkan dengan perbedaan warna bulu. Warna bulu betina lebih pudar daripada jantan, bahkan pada spesies Eclectus roratus warna bulu jantan dan betina berbeda. Dimorfisme seksual pada beberapa spesies kelompok marga Psittacula diperlihatkan pada panjang bulu ekor tengah betina yang lebih pendek daripada jantan.

Pengelompokan berdasarkan marga menunjukkan bahwa ditemukan perbedaan ukuran linier tubuh (P<0,01) melalui perhitungan statistik uji T2- Hotteling yang disajikan pada Tabel 10. Hasil uji T2-Hotteling menunjukkan bahwa

Gambar

Gambar 1. Burung Nuri Kalung Ungu (Eos squamata) Dewi M.P.
Gambar 2. Burung Perkici Pelangi (Trichoglossus haematodus)  Dewi M.P.
Gambar 4. Burung Kakatua Kecil Jambul Kuning (Cacatua sulphurea)
Gambar 6. Burung Serindit Melayu (Loriculus galgulus)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah

[r]

Pengaturan wewenang, tugas dan tanggung jawab di daerah ingasi yang kewenangan pengelolaannya belum diserahkan kepada perkumpulan petani pemakai air tetap diberlakukan

Lumba-lumba itu segera menggulingkan perahu, supaya ikan- ikan yang sudah terjaring dapat kembali menyentuh air... Dari echo ini, lumba- lumba dapat mengetahui lokasi, bentuk,

Aspek perilaku yang diamati meliputi mengambil nafas bebas, berenang, masuk ke dalam lumpur, membersihkan lumpur, makan, menepi ke tepian kolam dan mengapung

Uji t dalam penelitian ini dilakukan untuk menguji apakah variabel independen (tingkat suku bunga dan PDRB) berpengaruh terhadap varaibel dependen (simpanan

litura dari kelompok pengujian larva instar kedua dan ketiga yang berhasil keluar dari pupa memiliki abnormalitas pada bagian sayap yakni kedua pasang sayapnya

Tujuan yang ingin dicapai dari perancangan produk ini adalah mempermudah pendisplayan barang yang akan dipamerkan, mengakomodasi kebutuhan pendisplayan barang, dan