• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKLASIFIKASIAN PERIBAHASA INDONESIA DAN PERIBAHASA JEPANG. Peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat yang bersifat turun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKLASIFIKASIAN PERIBAHASA INDONESIA DAN PERIBAHASA JEPANG. Peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat yang bersifat turun"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENGKLASIFIKASIAN PERIBAHASA INDONESIA DAN PERIBAHASA JEPANG

2.1. Definisi Peribahasa

2.1.1. Definisi Peribahasa Indonesia Beberapa macam pengertian peribahasa :

• “ Peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat yang bersifat turun temurun, digunakan untuk menguatkan maksud karangan, pemberi nasehat, pengajaran atau pedoman hidup” (Harimurti Kridalaksana, 1993:169).

• “ Peribahasa adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan sesuatu maksud yang tentu” (Poerwadarminta, 1976:738)

• “ Peribahasa adalah kalimat ringkas yang berisi perbandingan, nasehat, prinsip hidup dan tingkah laku” ( Lukman Ali, 1995:755 )

2.1.2. Definisi Peribahasa Jepang

(2)

ialah :

• Menurut Hayashi Shinobu dalam Dharmayanti (1999:10), mengatakan bahwa:

“ Kotowaza wa hitobito no seikatsu ni chie kara umarete kita, kyookun ya hihan o fukumu mijikai kotoba”

“ Peribahasa adalah kalimat pendek yang lahir dari pemikiran kehidupan masyarakat, mengandung isi, kritikan, pengajaran dan lain sebagainya”.

• Kindaichi Haruhiko dalam Dharmayanti (1999:10) mengatakan bahwa : “ Kotowaza wa seken ni hiroku iinasawasarete kita kotoba de, kyookun ya fuushi nado o fukunda chiku”

“ Peribahasa adalah kalimat yang disebarluaskan melalui adat kebiasaan dalam masyarakat yng isinya mengandung pengajaran, sindiran, dan lain sebagainya”.

• Kunimatsu Shooichi dalam Dharmayanti (1999:10) mengatakan bahwa : “ Kotowaza wa furuku kara hito bito ni iinarawasareta kotoba, kyookun, fuushi nado no imi o fukumi, jinsei no shinjitsu o ugatsu mono ga ooi” “ Peribahasa adalah kalimat yang disebarluaskan melalui adat kebiasaan oleh masyarakat sejak lama, isinya banyak mengandung pengajaran,

(3)

sindiran, kebenaran dalam kehidupan manusia dan lain sebagainya” • Akiyama Ken dalam Dharmayanti (1999:9) mengatakan bahwa :

“ Kotowaza wa oshie ya imashime nado imi o motta mijikai bun “

“ Peribahasa adalah kalimat pendek yang mengandung arti nasehat, peringatan dan lain sebagainya”

• Sedangkan Shooichiro dalam Dharmayanti (1999:10) mengatakan bahwa : “ Kotowaza wa seikatsu suru no ni sankoo ni naru mijikai kotoba”

“ Peribahasa adalah kalimat pendek yang berguna dalam kehidupan”

2.2. Pengklasifikasian Peribahasa

2.2.1. Klasifikasi Peribahasa Jepang

Morikuni Honami menjelaskan bahwa peribahasa Jepang digolongkan berdasarkan Naiyou (isi), yaitu :

a. Jinsei no oshie ya shinri o arawashita ( Menunjukkan kebenaran dan

ajaran kehidupan manusia ) Contoh :

- Jinji o tsukushite tenmei o matsu

(4)

( Kalau sudah melakukan sesuatu serahkanlah hasilnya kepada Tuhan)

- Tabi wa michizure yo wa nasake

“Se no naka o ikite iku ni wa, tagaini omoiyari no kokoro o motsu koto ga taisetsu da to iu koto”

( Bagi orang yang hidup di dunia ini mempunyai perasaan simpati antara satu dengan yang lain adalah hal yang sangat penting )

b. Seikatsu no cishiki ya chie o tataite wataru (Menunjukkan pemikiran

dan pengetahuan tentang kehidupan ) Contoh :

- Ishi hashi o tataite wataru

“Hijouni youjinbukai to iu koto” ( Sangat hati-hati )

- Gei wa mi o tasukeru

“ Narai oboeta gei ga, seikatsu ni yakudatta to iu koto”

( Keahlian yang tanpa sengaja teringat karena seringnya latihan, sangat berguna dalam kehidupan )

c. Hito o hihan shitari hinikuttari shita mono ( Isinya menyindir atau

(5)

Contoh :

- Udo no taiboku

“Karada bakari ookikute, yaku ni tatanai koto” ( Badannya saja yang besar tapi tidak ada gunanya )

- Namakemono no sekku hataraki

“Fudan, namakete iru hito wa, hoka no hito ga yasunde iru toki, hataranakereba naranaku naru mono de aru”

( Biasanya orang yang malas harus bekerja pada saat orang lain libur )

d. Monogoto no yoosu o omoshiroku tatoeta mono ( Perumpamaan atau

kiasan yang menarik tentang keadaan suatu hal ) Contoh :

- Donguri no sei kurabe

“Dore mo onaji youni heibon de, tokubetsu ni nukideta mono ga naku, amari kawaranai to iu tatoe”

( Perumpamaan yang menyatakan bahwa yang manapun sama saja, tidak ada bedanya, tidak ada yang istimewa )

- Hana yori dango

(6)

houga ii to iu koto”

( Rasanya lebih baik makan buah yang sudah matang daripada menikmati pemandangan indah )

Sedangkan Hirayama Teruo menjelaskan bahwa peribahasa Jepang digolongkan berdasarkan Bunkei (bentuk kalimat) dan Hyougen (cara pengungkapan), yaitu :

• Berdasarkan Bunkei ( bentuk kalimat ) :

a. ( nani wa dou ) no jojutsu keishiki o toru mono ( Mengambil bentuk

deskripsi ‘nani wa doo’ ) Contoh :

- Kaeru no ko wa kaeru

“ Heibonna hito no ko wa, yahari heibon da to iu tatoe”

( Anak orang biasa biasanya disebut juga sebagai orang biasa )

- Oya ni niku ko wa oniko

“ Ko wa kanarazu oya ni niru mono de, moshi nitenakereba ningen no ko dewanaku, oni no ko da to iu koto “

( Seorang anak pasti mirip orangtuanya sehingga bila ada anak yang tidak mirip, dia disebut anak setan )

(7)

b. ( nani seyo ) no meirei keishiki o toru mono ( Mengambil bentuk perintah ‘nani seyo’ )

Contoh :

- Zen wa isoge

“ Yoi koto ga ki ga kawattari jama ga haittarishinai uchi ni hayaku shita houga yoi koto”

( Hal yang baik akan lebih baik bila segera dilakukan, selama tidak mengganggu atau membuatnya jadi berubah pikiran )

- Nana tabi sagashite hito o utagae

“ Mono ga miataranai toki wa tannin ni nusumareta node wa nai ka to utagau mae ni, jibun de nando demo nen o irete agasu koto, karugarushiku hito o utagatte wa ikenai to iu imi “.

( Pada saat kita kehilangan barang, sebelum kita mencurigai orang yang mengambilnya, kita harus mencarinya berulang-ulang dengan teliti, jangan mencurigai orang dengan sembarangan).

c. ( nani sureba nani ) no jouken keishiki o toru mono ( Mengambil bentuk

pengandaian bersyarat ‘nani sureba nani’ ) Contoh :

(8)

- Uwasa o sureba kage ga sasu

“ Kage de hito no uwasa o suru to,sono hito ga guuzen ni kuru to iu koto” ( Kalau menggosipkan orang secara diam-diam, maka orang yang digosipkan akan muncul secara tiba-tiba )

- Mateba kanro no hiyori

“ Yukkuri akiramezuni matte ireba kanarazu chansu ga yatte kuru to iu koto”

( Bila menunggu tanpa rasa putus asa, kesempatan itu pasti akan datang )

d. ( nani to nani ) no heiretsu keishiki o toru mono ( Mengambil bentuk

menderetkan ‘nani to nani’ ) Contoh :

- Tsuki to suppon

“ Futatsu no mono ga mitame wa nite iru ga, nakami wa kake hanarete ite, hidoku chigatte iru koto no tatoe”.

( Dua barang yang kelihatannya sama ternyata berbeda di dalamnya, suatu perbedaan yang sangat jauh )

(9)

e. ( nani yori nani ) no hikaku keishiki o toru mono ( Mengambil bentuk perbandingan ‘nani yori nani’ )

Contoh :

- Kame no koo yori toshi no koo.

“ Nechousha no nagai aida no keiken wa totemo tootoi mono da to iu koto”

( Pengalaman hidup orang yang usianya jauh lebih tua ternyata sangat berharga ).

- Iroke yori kuike.

“ Sukina hito no koto o omou yori, sukina mono o houga saki da to iu koto”

( Lebih mengutamakan makan makanan yang disukai daripada melamunkan orang yang disukai )

• Berdasarkan Hyougen (cara pengungkapan) :

a. Gaisu denaku, gutai tekina sushi o mochi iru ( Menggunakan kata

bilangan konkrit, bukan hanya angka perkiraan ) Contoh :

(10)

“ Juu nin yoreba juu nin kao chigau youni, kangaetakata ya seishitsu ga chigau koto”

( Bila ada sepuluh orang yang berbeda bentuk mukanya, maka akan ada sepuluh cara pikir dan karakter yang berbeda pula )

- Momokuri san nen kaki hachi nen

” Nani goto no mono ni naru made ni wa, sorenari no jikan ga hitsuyou ti iu koto “

( Sebelum segala sesuatunya menjadi terlambat, waktu yang masih ada itu merupakan sesuatu hal yang penting )

b. Kochouhou ( Cara menyatakan yang berlebihan )

Contoh :

- Suzume hayaku made odori wasurenu

“ Chiisai toki ni, mi ni tsuketa koto wa, toshi o totemo wasurenai mono da to iu koto “

( Hal yang melekat di diri pada masa kecil, merupakan hal yang tidak dapat dilupakan meskipun sudah tua )

- Abata mo ekubo

(11)

( Bila mata yang berpihak pada cinta, maka hal yang jelekpun terlihat bagus )

c. Taihihou ( Perbandingan yang kontras )

Contoh :

- Awasemono wa hanaremono

“ Ningen no nikutai wa chisuikafuu ga gattai shite dekita mono de aru kara, mata moto no shiso ni kangen suru koto “

( Karena jasmani manusia terbuat dari kombinasi tanah, air, api dan udara, maka tubuh dapat mereduksi/memecahkan keempat bahan dasar tersebut )

- Rongo yomo no rongo shirazu

“ Hon o yonde, bunshoo toshite wa wakatte ite mo jikko ga dekinai koto no tatoe “

( Meskipun baca buku dan mengerti setiap kalimatnya, tetapi dalam pelaksanaannya tetap tidak bisa )

d. Shouryakuhou (osoroshii mono wa) ( Cara penyingkatan hal-hal yang

mengerikan / menakutkan ) Contoh :

(12)

- Jishin, kaminari, kaji, oyaji

“ Kowai mono no junjo o itta mono “

( Adanya urutan tentang hal-hal yang mengerikan )

2.2.2. Klasifikasi Peribahasa Indonesia

Sejak dari zaman nenek moyang, bangsa Indonesia sering menggunakan peribahasa dalam percakapan sehari-hari. Pengertian peribahasa itu sendiri menurut Kosasih ( 2004:21) adalah kalimat atau kelompok perkataan yang tetap susunannya dan biasanya mengiaskan suatu maksud tertentu.

Dewasa ini banyak orang yang tidak mengetahui lagi arti sebuah peribahasa, padahal peribahasa adalah kekayaan bahasa kita yang perlu kita pelihara baik-baik. Memang ada peribahasa yang sudah menghilang, yang sudah tidak dijumpai lagi dalam percakapan sehari-hari, tetapi masih banyak pula yang bertahan (Zakaria & Syofyan, 1984:7 )

Peribahasa menurut Kosasih terbagi tiga, yaitu pepatah, perumpamaan dan idiom. Berbeda dengan Soedjito, yang membagi peribahasa menjadi empat yaitu pepatah, perumpamaan, ungkapan (idiom), dan pemeo.

(13)

Pepatah adalah jenis peribahasa yang mengandung nasehat atau ajaran (E Kosasih 2004:22). Poerwadarminta mengungkapkan bahwa Pepatah adalah sejenis peribahasa yang berasal dari orang-orang tua,biasanya mengandung nasehat.

Contoh :

- Datang tampak muka, pulang tampak punggung ( Datang dengan baik, pergipun dengan baik pula ) - Sepala-pala mandi biar bersih

( Mengerjakan sesuatu hendaknya sempurna, jangan setengah-setengah)

- Pagar makan tanaman

( Yang berkewajiban memelihara malah merusaknya ) - Ikut hati mati, ikut rasa binasa

( Barang siapa menurutkan hawa nafsu, tentu akan hancur ) b. Perumpamaan

Perumpamaan adalah peribahasa yang berupa perbandingan. Ciri utamanya adalah adanya kata bagai, laksana, seperti, bak, seumpama, umpama, dan lain sebagainya (E. Kosasih 2004:22)

(14)

Contoh :

- Bagai air di daun alas

( Orang yang tidak tetap pendiriannya ) - Laksana bunga mendapat bunga

( Orang yang tidak dapat menghargai sesuatu yang patut dihargai ) - Seperti kejatuhan bulan

( Mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangaka ) - Bagai membekali budak lari

( Merugi dua kali)

- Bak pohon bambu ditiup angina

( Baik tingkah lakunya, teguh pendiriannya, tidak mudah terpengaruh )

- Umpama memerah nyiur, santan diambil, ampas di buang

( Jangan segala kelakuan orang atau perkataan orang ditiru begitu saja, hendaklah dipilih mana yang patut ditiru mana yang tidak ) c. Idiom

Idiom adalah ungkapan bahasa berupa gabungan kata (frase) yang maknanya sudah menyatu dan tidak dapat di tafsirkan makna unsur yang

(15)

membentuknya ( Soedjito, 1992:41 ).

Idiom terbuat dari berbagai macam unsur. Misal : a. Idiom dengan unsur warna

Contoh : Darah biru Keturunan bangsawan Masih hijau Belum berpengalaman Merah padam Marah, murka

Lapangan hijau Lapangan sepak bola b. Idiom dengan unsur tumbuhan

Contoh : Naik daun Terkenal Sebatang kara Hidup sendiri Batang air Sungai

Bunga desa Gadis tercantik di desa c. Idiom dengan unsur bilangan

Contoh : Mendua hati Ragu-ragu, selingkuh Setengah hati Tidak sungguh-sungguh Berbadan dua Hamil, mengandung

Setengah masak Belum matang/ belum sempurna d. Idiom dengan unsur hewan

(16)

Contoh : Kambing hitam Orang yang dipersalahkan Buaya darat Orang yang gemar perempuan Tenaga badak Kuat sekali

Kepala udang Bodoh

Cinta monyet Cinta saat masih anak-anak e. Idiom dengan unsur alam

Contoh : Kabar angin Gosip, desas-desus Dibumihanguskan Dihancurkan

Angin baik Harapan baik Diberi angin Diberi harapan f. Idiom dengan unsur bagian tubuh

Contoh : Kulit badak Tidak tahu malu Bertekuk lutut Kalah dan menyerah Tutup mulut Diam, Bungkam Panjang tangan Pencuri

g. Idiom dengan unsur indera

Contoh : Pengalaman pahit Pengalaman yang menyedihkan Selayang pandang Melihat sepintas lalu

(17)

Menadah matahari Melawan orang yang berkuasa Makan tanah Miskin sekali

d. Pemeo

Pemeo adalah sejenis peribahasa yang di jadikan semboyan (Soedjito, 1992:41).

Contoh :

- Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul. Seia sekata, senasib sepenanggungan - Sedikit-sedikit lama-lama menjadi bukit

Ilmu atau harta yang dikumpulkan sedikit demi sedikit pada akhirnya akan menjadi banyak juga.

- Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading.

Orang yang baik budi dan baik pula tingkah lakunya, meskipun telah mati namanya akan tetap akan dikenang selalu.

2.3. Penjelasan Tentang Hana

(18)

unsur, salah satunya adalah dari unsur tumbuhan. Dari sekian banyak tumbuhan yang ada, penulis memfokuskan pembahasan peribahasa pada unsur bunga atau hana. Karena pembahasan peribahasa ini hanya meneliti tentang peribahasa yang terbuat dari kata hana, maka penulis akan mencoba menjelaskan beberapa pengertian tentang hana.

Poerwadarminta (1983:165) menjelaskan bahwa bunga adalah bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, biasanya elok warnanya dan sedap baunya.

Hamzah dan Nanda (1996:69) mengungkapkan bahwa bunga adalah bagian tumbuhan yang menempel pada ranting dan merupakan bakal buah yang warnanya elok berwarna-warni dan mengeluarkan aroma.

Secara universal, bunga umumnya dilambangkan sebagai perlambang keindahan, dan cinta kasih. Sejak kecil, di kelompok bermain, taman kanak-kanak, sekolah dasar, para guru sudah banyak mengajarkan betapa indahnya bunga yang mampu mengungkapkan berbagai perasaan. Misalnya di Indonesia, anak-anak sudah biasa mendengar syair tentang bunga. Misal:

Lihat kebunku penuh dengan bunga Ada yang merah dan ada yang putih Setiap hari kusiram semua

(19)

pembuatan lagu, puisi, bahkan peribahasa. Bahkan bunga bisa dijadikan media batin secara universal. Seperti ketika menyambut tamu, menghibur orang sakit, ucapan selamat bagi yang mendapat keberuntungan seperti kelahiran anak, ulang tahun, kenaikan jabatan, bahkan bunga juga dapat menyampaikan bela sungkawa, keprihatinan bahkan kesetiakawanan, dan hal ini berlaku di seantero dunia.

Bunga bisa tampil dalam sekuntum, rangkaian, sepot, segerombol, sekehendak penggunanya dan sesuai pula dengan suasana yang ingin dicapai pemilik atau penggunanya. Bunga bisa beradaptasi dengan alam. Ia bisa tampil di sela bebatuan, menempel di kayu lapuk, di arang sekam, potongan pakis, hidup di daun kering dan ranting kayu usang, di atas-atas pohon, di terik matahari, di teras-teras rumah bahkan di ruang tamu.

Bunga hadir dengan kreasi dan inovasi tangan manusia yang menjadikan aneka warna dan tekstur daun, tangkai daun, serat daun yang bermacam rupa. Manusia mengawinsilangkan berbagai macam bunga sehingga memunculkan rupa baru.

Di Jepang, bunga banyak digunakan dalam kegiatan ikebana ( atau biasa disebut juga kadou / jalan bunga ). Di Indonesia lebih dikenal sebagai seni

(20)

merangkai bunga. Ikebana memanfaatkan berbagai macam bunga, rumput-rumputan dan tanaman dengan tujuan untuk dinikmati keindahannya. Asal-usul ikebana adalah tradisi mempersembahkan bunga di kuil Buddha di Jepang. Ikebana berkembang bersamaan dengan perkembangan agama Buddha di Jepang di abad ke-6. Di Jepang, ada sekitar 2000-3000 sekolah ikebana.

Di dalam ikebana, terdapat berbagai macam aliran yang masing-masing mempunyai cara tersendiri dalam merangkai berbagai jenis bunga. Aliran tertentu mengharuskan orang melihat rangkaian bunga tepat dari bagian depan, sedangkan aliran lain mengharuskan orang melihat rangkaian bunga yang berbentuk tiga dimensi sebagai benda dua dimensi saja. Aliran yang paling besar adalah ikenobo yang sudah memiliki jutaan murid.

Pada umumnya, bunga yang dirangkai dengan teknik merangkai dari barat (flower arrangement) terlihat sama indahnya dari berbagai sudut pandang secara tiga dimensi dan tidak perlu harus dilihat dari bagian depan.

Selain ikebana, jika berbicara tentang bunga jepang, maka bunga Jepang identik dengan sakura. Sakura adalah bunga nasional Jepang. Bagi orang Jepang sakura adalah bunganya bunga. Orang Jepang tidak hanya menyukai bunga sakura karena buah merahnya yang lezat, tetapi juga karena ketika mekar,

(21)

semua pohon dipenuhi oleh bunga berwarna pink atau putih. Sakura-yu, sebuah teh herbal yang menggunakan daun bunga sakura, juga dihidangkan pada saat pernikahan dan perayaan-perayaan lainnya. Tetapi, bunga sakura juga tidak hanya menampilkan sisi baik saja, ada juga sisi buruk yang diilhami dari bunga sakura.

Pada jaman samurai dulu, tidak ada cara kematian yang terhormat kecuali dengan cara mati di medan perang seperti kehancuran sakura. Dalam kabuki, bunga sakura menjadi pertanda monster yang mengamuk atau bencana yang berada di ambang pintu. Pada saat mekar, bunga sakura hanya bertahan selama tujuh hari dan sakura sangat mudah gugur jika tertiup angin yang kencang, jika dilihat sekilas seperti melambangkan kecantikan yang sifatnya sementara.

2.4. Peribahasa Jepang yang Terbentuk dari Kata Hana

Seperti yang telah dijelaskan di bab sebelumnya, peribahasa di bentuk dari berbagai macam unsur, salah satunya adalah tanaman. Tanaman yang dijadikan peribahasa dapat berupa bunga, rumput, kayu, dahan, pohon, dan lain sebagainya. Dari sekian banyak jenis tanaman yang dapat di buat peribahasa,

(22)

penulis memilih bunga atau hana sebagai unsur utama peribahasa Jepang dalam penelitian ini.

Setelah penulis membaca beberapa referensi, maka penulis menemukan setidaknya ada sekitar 35 peribahasa yang terdapat unsur bunga di dalamnya. Dari ke-35 peribahasa tersebut penulis hanya membahas 14 peribahasa saja. Berikut penjelasan singkat mengenai makna dari ke 14 peribahasa tersebut :

1. Iwanu ga hana ( tidak berbicara adalah bunga)

口に出してはつきりというより、言わないほうが趣があてよいということ。 “Kuchi ni dashite wa tsukiri to iu yori, iwanai houga omomuki ga ate yoi to iu koto”.

‘Ada sesuatu hal atau maksud yang sebaiknya tidak dikatakan daripada keluar jelas dari mulut’.

2. Kirei hana ni wa toge ga aru (di bunga yg cantik ada duri) この世界でかんせいものはない。

“Kono sekai de, kansei mono wa nai” ‘Tidak ada yang sempurna di dunia ini’

3. Rakka eda ni kaerazu (bunga yang jatuh tidak kembali ke ranting/cabang)

いったんこわれた男女の仲は、もう二度と、もとに戻ることはないというたと え地に散り落ちた花はもとの枝に返ることはできないし破(わ)れた鏡は再び 物をはやすことができないの意から。

“Ittan kowareta danjo no naka wa, mou ni do to, moto ni modoru to wa nai to iu tatoe tsuchi ni chiri ochita hana wa moto no eda ni kaeru koto wa

(23)

no i kara”.

Ada saatnya pria dan wanita bertengkar/pisah, walaupun sudah dicoba untuk kedua kalinya, tetap tidak dapat kembali (disatukan kembali) seperti bunga yang sudah jatuh ke tanah tidak akan dapat kembali ke dahan, sama juga seperti tidak dapat memakai lagi cermin yang sudah pecah’.

4. Hana ni arashi ( kumpulan awan di bulan,badai di bunga) よい事にはとかく障害がはいりやすいものだと言うこと。

“Yoi koto ni wa tokaku shougai ga hairi yasui mono da to iu koto”.

‘Halangan/ rintangan cenderung akan muncul/mengikuti walau di saat terindah sekalipun’.

5. Hana yori dango (lebih baik kue daripada bunga)

花の美しさに心満たされるより、実を取って腹が満たされる方がいい、という こと。外見より内容だということ。

“Hana no utsukushisa ni kokoro mitasareru yori, jitsu o totte onaka/hara ga mitasareru hou ga ii,to iu koto. Gaiken yori naiyou da to iu koto”.

‘Sebenarnya, lebih baik mengisi perut daripada mengisi hati (menentramkan hati) dengan melihat bunga yang cantik. Isi lebih baik daripada penampilan luar’.

6. Tonari no hana wa akai (bunga di sebelah lebih merah)

他人の物は自分の物より何でもよく見えて、うらやましく思えることと言う。 “Tannin no mono wa jibun no mono yori nan demo yoku miete, urayamashiku omoeru koto to iu”.

‘Berpikir iri karena selalu melihat barang orang lain lebih bagus dari punyanya sendiri’.

(24)

高嶺に咲いた花は、どれほど望んでもみるだけで手にいれることのできないこ とのたとえ。

“Takane ni saita hana wa, dore hodo nozonde mo miru dake de te ni ireru koto no dekinai koto no tatoe”.

‘Bagai bunga yang mekar dipuncak yang tinggi, orang yang melihat cita-cita yang sangat tinggi tapi tidak dapat diraih’

8. Hanashi ni hana ga saku ( untuk berdiskusi/berbicara bunga mekar) 咲かんに議論すること。

“Sakan ni giron suru koto”. Berdiskusi dengan semangat

9. Hana wo sakaseru (bunga mekar/berbunga) 事業にせいこうする。

”Jigyou ni seikou suru”. Mendapat kesuksesan

10. Shinibana o sakasu (bunga mati tidak akan mekar)

立派に死ぬことによって、死んだあとほめたたえられること。死によって生前 にもましたえいようを得ることをいう。

“Rippani shinu koto ni yotte, shinda ato hometataerareru koto. Shini yotte seizen ni mo mashita eiyou wo eru koto o iu”.

‘Menurut orang Jepang, cara mati yang mengesankan adalah setelah meninggal ia mendapat pujian. Menurut kematian, memperoleh kehormatan selama masa hidup.’

(25)

が二人の美しい女性をひとり占めすることのたとえ。

“Utsukushii mono ya subarashii mono o futatsu douji ni te ni ireru koto. Toku ni, hitori no dansei ga futari no utsukushii josei o hitori shimesuru koto no tatoe”.

‘Sesuatu yang cantik dan menakjubkan di dapat dalam waktu yang bersamaan. Khususnya, seorang laki-laki yang mendapat dua wanita cantik’.

12. Hana wa sakuragi hito wa bushi ( bunga adalah sakura, orang adalah bushi/samurai)

花の中では桜、人では武士が最高だということ。その散りぎわの潔さをほめた 言葉。

“Hana no naka dewa sakura, hito dewa bushi ga saikou da to iu koto. Sono chiri giwa no isagayosa o hometa kotoba”.

‘Bunganya bunga adalah sakura, masyarakat yang tingkatnya paling tinggi adalah bushi. Keguguran/ kejatuhan oleh kemurnian, merupakan suatu pujian’.

13. Hana mo mi mo aru ( Bunga ada buahpun ada ) 外見が美しいだけでなく、内容も充実していること。

”Gaiken ga utsukushii dake de naku, naiyou mo juujitsushite iru koto”. ‘Tidak hanya penampilan luarnya saja yang cantik, tetapi juga penuh dengan isi’.

14. Hana ookereba, misukunashi (banyak bunga, sedikit buah)

花の多い木には、実があまりならないということ。またみかけのよい人には真 実が少ないということ。

“Hana no ooi ki ni wa, jitsu ga amari naranai to iu koto. Mata mikake no yoi hito ni wa shinjitsu ga sukunai to iu koto”.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis data dalam penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan go public di Indonesia telah melaksanakan tanggung jawab sosialnya seperti yang telah tertuang dalam panduan

Untuk memperoleh data kinerja keuangan yang dihitung berdasarkan laporan laba rugi dapat diperoleh berdasarkan informasi pada laporan keuangan yang sudah

The data is categorized into tabulation to measure the level position of each brand of Low Cost Green Car (LCGC) in brand awareness: top of mind, brand recall, brand recognition

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.. Peraturan Pemerinta Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang

Dari hasil perhitungan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa hisab dalam kitab sair al-kamar sangat perlu dilakukan pengoreksian kembali, karena hisab ephemeris yang

Panitia Pengadaan Barang/Jasa pada Bagian Umum dan Protokol Setdakot Binjai, akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan Pascakualifikasi untuk Paket Pengadaan Dana APBD (DAU) Tahun

Berdasarkan hasil klasifikasi anak putus sekolah menggu- nakan regresi logistik biner dan Learning Vector Quantizati- on dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1) Didapatkan

Chomsky menganggap bahwa perkembangan penguasaan bahasa pada manusia tidak dapat dijelaskan semata-mata oleh proses belajar, tetapi juga (yang lebih penting) oleh adanya