• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang tersebut, kewenangan pengelolaan. nasional yang perlu dikonstruksi dalam rangka otonomi daerah berkaitan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. undang-undang tersebut, kewenangan pengelolaan. nasional yang perlu dikonstruksi dalam rangka otonomi daerah berkaitan"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Otonomi daerah telah membawa perubahan di berbagai bidang kehidupan termasuk penyelenggaraan pendidikan. Bila sebelumnya manajemen pendidikan merupakan wewenang pusat, dengan berlakunya undang-undang tersebut, kewenangan pengelolaan bidang pendidikan dialihkan ke pemerintahan kota dan kabupaten. Sehubungan dengan hal itu Indra Djati Sidi dalam buku manajemen berbasis sekolah yang ditulis E. Mulyasa, mengemukakan empat isu kebijakan penyelenggaraan pendidikan nasional yang perlu dikonstruksi dalam rangka otonomi daerah berkaitan dengan mutu pendidikan, efisiensi pengelolaan pendidikan, serta relevansi pendidikan dan pemerataan pelayanan pendidikan sebagai berikut :

1. Upaya meningkatkan mutu pendidikan dilakukan dengan menetapkan tujuan dan standar kompetensi pendidikan. Standar kompetensi pendidikan yang mungkin akan berbeda antar sekolah atau antar daerah akan menghasilkan kompetensi nasional dalam tingkat standar minimal, normal (mainstream) dan unggulan.

2. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan mengarah pada pengelolaan pendidikan berbasis sekolah dengan memberi kepercayaan yang lebih luas

(2)

kepada sekolah untuk mengoptimalkan sumber daya yang tersedia bagi tercapainya tujuan pendidikan yang diharapkan.

3. Meningkatkan relevansi pendidikan mengarah pada pendidikan berbasis masyarakat.

4. Pemerataan pelayanan pendidikan mengarah pada pendidikan yang berkeadilan. Hal ini berkenaan dengan pembiayaan pendidikan yang adil dan transparan juga upaya pemerataan mutu pendidikan dengan adanya standar kompetensi minimal.1

Dalam beberapa hal otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan, adalah persoalan meningkatkan efisiensi manajemen dan tata pemerintahan. Ketika birokrasi negara tampak lamban, di mana birokrasi tidak mampu mengatasi persoalan persebaran guru, gaji guru, pembelian serta distribusi material dan peralatan kantor atau pemeliharaan bangunan maka desentralisasi dilihat sebagai solusi.2

Dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan mengkaji masalah Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan topik yang menarik dan akan senantiasa aktual karena sifatnya yang dinamis. Pengembangan SDM merupakan proses peningkatan kemampuan manusia agar mampu melakukan pilihan-pilihan. Pengembangan SDM tidak sekedar meningkatkan kemampuan, tetapi juga menyangkut pemanfaatan kemampuan tersebut. Pengembangan SDM juga disadari sebagai bagian integral dari

1

E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), h. 7

2

N. Mc. Genn – T. Welsh, Desentralisasi Pendidikan Terjemahan Ahmad Sahid, (Ciputat: PT. Logos Wacana Ilmu, 2003), h. xi

(3)

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan merupakan titik sentral pembangunan nasional.

Proses pengembangan SDM tersebut harus menyentuh berbagai bidang kehidupan yang harus tercermin dalam pribadi para pemimpin, seperti Kepala sekolah, sehingga peningkatan kualitas SDM kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan di sekolah merupakan suatu tuntutan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam konteks otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan.3

Dewasa ini suatu pendidikan atau sekolah pada semua jenjang dan jenis dihadapkan kepada persaingan mutu yang ketat dan manajemen sekolah yang kompleks. Sehingga pemahaman yang akurat tentang tujuan dan metode oleh kepala sekolah dalam mencapai tujuan adalah sangat penting. Kepala sekolah harus mengenal kebutuhan guru dan profesional pendidikan lainnya dalam melaksanakan tugas profesionalnya. Kemudian setelah mengetahui dengan baik, maka kepala sekolah menyediakan kebutuhan tersebut untuk menyesuaikan perilaku yang berorientasi pada tujuan.4

Apa yang diungkapkan di atas menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah yang menghendaki dukungan kinerja yang semakin efektif dan efisien di samping itu perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya yang diterapkan dalam pendidikan sekolah juga bergerak pesat, sehingga menuntut penguasaan

3

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional Dalam Konteks Menyukseskan MBS Dan KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h. 24

4

Saiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabeta, 2000), h. 152

(4)

secara profesional. Menyadari hal tersebut, setiap kepala sekolah dihadapkan pada tantangan untuk melakukan pengembangan pendidikan secara terarah, berencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam kerangka inilah dirasakan perlunya peningkatan manajemen kepala sekolah secara profesional untuk menyukseskan program-program pemerintah yang sedang digulirkan, yaitu otonomi daerah, desentralisasi pendidikan, manajemen berbasis sekolah, kurikulum berbasis kompetensi dan undang-undang Sisdiknas yang kesemuanya itu menuntut peran aktif dan kinerja profesional kepala sekolah.

Kepala sekolah harus memiliki visi, misi dan strategi pendidikan secara utuh dan berorientasi pada mutu. Strategi ini lebih dikenal dengan manajemen mutu terpadu atau yang populer di dunia bisnis dan industri dengan istilah total quality management. Strategi ini merupakan usaha sistematis dan terkoordinasi untuk secara terus menerus memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan dalam hal ini adalah peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, karyawan, pemerintah dan masyarakat. Sedikitnya ada lima sifat layanan yang disediakan kepala sekolah, yaitu layanan yang sesuai dengan yang dijanjikan (reliability) mampu menjamin kualitas pembelajaran (assurance) iklim sekolah yang kondusif (tangible) memberi perhatian penuh pada peserta didik (emphaty) dan cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsivenees).5

5E. Mulyasa, Menjadi…,

(5)

Peran kepala sekolah sebagai pemimpin mencerminkan tanggung jawab untuk menggerakkan seluruh sumber daya yang ada di sekolah, sehingga lahir etos kerja dan produktifitas yang tinggi dalam mencapai tujuan. Fungsi kepemimpinan ini sangat penting, sebab selain sebagai penggerak juga berperan untuk melakukan kontrol segala aktifitas guru (dalam rangka meningkatkan profesionalitas mengajar) staf dan siswa, sekaligus untuk meneliti perosalan-persoalan yang timbul di lingkungan sekolah.6 Sehingga bila dirasa muncul gejala-gejala akan adanya masalah di lingkungan sekolah, kepala sekolah serta merta mengambil tindakan untuk menyelesaikannya.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui secara komprehensif tentang profesionalisme kepala sekolah dalam mencapai visi misi pendidikan melalui sebuah skripsi dengan judul “Upaya Kepala Sekolah dalam Mencapai Visi dan Misi Sekolah (Studi di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar)”. Penelitian ini diharapkan dapat menyajikan kompetensi profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah dalam upayanya mewujudkan visi dan misi pendidikan di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar.

Selain itu, ada beberapa alasan yang mendorong peneliti memilih judul di atas, antara lain sebagai berikut :

a. Kepala Sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan.

b. Kepala sekolah yang selalu dihadapkan pada tantangan untuk melaksanakan pengembangan pendidikan secara terarah, terencana dan

6

Wahyu Sumidja, Kepemimpinan Kepala Sekolah Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), h. 81

(6)

berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas pendidikan sehingga dirasakan perlunya peningkatan manajemen kepala sekolah secara profesional, mengingat kepala sekolah adalah manajer pendidikan.

c. SD Negeri 03 Pododadi adalah sekolah yang berkualitas baik yang dikelola oleh tenaga profesional di bidang pendidikan.

B. Perumusan Masalah

a. Bagaimana langkah-langkah Kepala Sekolah sebagai upaya dalam mencapai visi dan misi sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar Pekalongan ?

b. Bagaimana Pencapaian Visi dan Misi sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar Pekalongan ?

c. Bagaimana faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pencapaian visi dan misi sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar?

Untuk menghindari kesalahpahaman istilah terhadap judul penelitian ini maka pada bagian ini peneliti akan memberi penegasan beberapa istilah dan pembatasan masalah.

1. Upaya

Upaya adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar, dan sebagainya).

(7)

Maksudnya adalah suatu usaha sadar untuk mencari jalan terbaik atau mengubah yang lebih baik.7

2. Kepala Sekolah

Orang (guru) yang memimpin suatu sekolah atau disebut guru kepala.

3. Visi

Gambaran suatu organisasi di masa mendatang bila ia berjalan dengan baik.

4. Misi

Tugas yang dirasakan orang-orang dalam suatu organisasi sebagai kewajiban untuk melakukannya.

Jadi yang peneliti maksud dengan judul “Upaya Kepala Sekolah dalam Mencapai Visi dan Misi Sekolah (Studi di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar)” adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kepemimpinan Kepala Sekolah dan upaya yang dilakukan dalam mencapai visi dan misi sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar Pekalongan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui langkah-langkah Kepala Sekolah sebagai upaya dalam mencapai visi dan misi sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar Pekalongan

7

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), Cet. ke. II, h. 1250.

(8)

b. Untuk mengetahui Pencapaian Visi dan Misi sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar Pekalongan

c. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pencapaian visi dan misi sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini meliputi :

a. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan literatur tentang kepemimpinan dalam bidang pendidikan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

b. Secara praktis, penelitian ini memiliki kegunaan antara lain menyalurkan informasi kepada kepala sekolah yang mengalami kesulitan-kesulitan manajemen pendidikan guna meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah mereka.

D. Tinjauan Pustaka

Studi tentang profesionalisme maupun kepemimpinan kepala sekolah bukanlah hal yang baru, di dunia akademik telah banyak karya-karya seperti itu, peneliti menyadari apa yang akan diteliti ini sesungguhnya ada kemiripan dengan karya orang lain yang telah ditulis sebelumnya. Tinjauan pustaka terhadap karya terdahulu dimaksudkan sebagai bahan pertimbangan guna membantu pembahasan penelitian di lapangan nanti.

(9)

Adapun beberapa teori yang akan peneliti sajikan guna mendukung penelitian yang akan diadakan ini, antara lain:

Kepala sekolah merupakan guru yang mendapat tugas tambahan sebagai pimpinan di suatu sekolah yang bertugas mengatur manajemen sekolah secara professional dalam mencapai visi misi sekolah guna tercapainya mutu pendidikan yang berkualitas. Komarudin dalam Saiful Sagala, mengemukakan bahwa profesional berasal dari bahasa Latin yaitu “Profesia” yang mengandung arti pekerjaan, keahlian, jabatan, jabatan guru besar, seorang yang melibatkan diri dalam suatu keahlian yang harus dipelajari secara khusus. Kemudian Jevis dalam Saiful Sagala, menjelaskan profesional dapat diartikan bahwa seseorang yang melakukan tugas profesi juga sebagai seorang ahli (expert) apabila ia secara spesifik memperolehnya dari belajar.8

Maka dari itu, dalam profesi digunakan teknik dan prosedur intelektual yang harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan untuk kemaslahatan orang lain atau seorang pekerja profesional memiliki filosofi untuk menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya termasuk di dalamnya adalah kepemimpinan kepala sekolah.

Weber mengemukakan kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga tercapailah tujuan kelompok itu yang merupakan tujuan bersama, kepemimpinan

8

Saiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, (Bandung: CV. Alfabeta, 2000), hlm. 198

(10)

merupakan sejumlah aksi atau sebuah proses di mana seseorang atau lebih menggunakan pengaruh, wewenang, atau kekuasaan terhadap orang lain dalam menggerakkan sistem sosial guna mencapai tujuan sistem sosial.9

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Nawawi dalam bukunya “Administrasi Pendidikan” mengatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mengarahkan, membimbing, mempengaruhi atau mengawasi pikiran, perasaan atau tindakan dan tingkah laku orang. Kepemimpinan adalah tindakan atau perbuatan di antara perseorangan dan kelompok yang menyebabkan baik orang seorang maupun kelompok bergerak ke arah tujuan tertentu. Kepemimpinan tampak dalam proses di mana seseorang mengarahkan, membimbing, mempengaruhi dan atau mengawasi pikiran-pikiran, perasaan-perasaan dan tingkah laku orang lain dalam rangka mencapai tujuan. 10

Dalam menjalankan kepemimpinan, setiap orang memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda satu sama lain. Getzel dan Guba, dalam Moch. Idochi Anwar mengemukakan Gaya kepemimpinan yang meliputi tiga gaya kepemimpinan yaitu normatif, personal dan transaksional.11 Dan gaya kepemimpinan yang paling sering disebutkan oleh para pakar pendidikan adalah gaya otoriter, laissez faire dan demokratis.

9

Saiful Sagala, op. cit., hlm. 145

10

Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Toko Gunung agung, 1997), hlm. 79

11

Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan, (Bandung: CV. Alfabeta, 2004), hlm. 79

(11)

Nur Rochmat dalam skripsinya yang berjudul “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru PAI di SMPN 18 Karanganyar” menyebutkan kepemimpinan kepala sekolah telah berjalan dengan baik dalam artian kepemimpinan berjalan dengan gaya demokratis kooperatif, partisipatif dan delegatif. Kemudian guru PAI yang ada di sekolah tersebut sudah tergolong guru yang profesional karena sudah menguasai landasan kependidikan menguasai bahan pengajaran agama Islam, menyusun program pembelajaran PAI melaksanakan program pengajaran agama Islam melaksanakan penilaian hasil proses belajar mengajar mata pelajaran PAI.

Berdasarkan tinjauan teoritis di atas, peneliti akan meneliti tentang upaya kepala sekolah dalam mencapai visi dan misi sekolah dari sudut pandang yang berbeda dari hasil penelitian-penelitian yang sudah ada. Fokus pembahasan dalam skripsi ini adalah upaya kepala sekolah yang profesional dalam kepemimpinannya di bidang pendidikan, visi dan misi sekolah, kemudian apa tindakan-tindakan dan kebijakan-kebijakan serta manajemen yang diterapkan kepala sekolah guna mencapai visi dan misi sekolah yang telah disusunnya.

(12)

E. Metode Penelitian

a. Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang dilakukan adalah Penelitian lapangan (Field Research) yaitu Penelitian yang dilakukan dikancah atau tempat terjadinya gejala-gejala yang diselidiki.12

2. Jenis Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan fenomena yang merupakan turunan dari filosofi fenomenologi. Oleh karena itu, jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif yaitu lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta analisis terhadap dinamika hubungan antara fenomena yang diamati dengan menggunakan logika ilmiah13. Alasan peneliti memilih jenis pendekatan ini karena data yang diperoleh bersifat deskriptif dan dinamis dalam arti data itu tidak tetap dan dapat berubah sesuai kondisi yang sedang berlangsung.

b. Sumber Data

Dalam penelitian ini ada dua sumber data yang digunakan yaitu : 1. Data primer

Data primer merupakan data yang sangat penting dalam penelitian ini yang meliputi :

12

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1992), h. 62

13

(13)

1.) Upaya kepala sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar. 2.) Pencapaian visi dan misi sekolah di SD Negeri 03 Pododadi

Karanganyar.

Data ini akan diambil dari sumber yaitu kepala sekolah, guru-guru, siswa dan komite sekolah serta dokumen-dokumen SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar.

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung terhadap data primer, data sekunder ini akan diperoleh dari dokumen-dokumen sekolah mengenai kondisi umum, keadaan geografis dan keadaan sosiologis, visi, misi dan tujuan pendidikan, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa dan keadaan sarana dan prasarana di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar.

c. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik yang peneliti gunakan dalam pengumpulan data dengan menggunakan beberapa metode. Ada tiga metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Metode observasi

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan pengamatan dan pencatatan tujuan observasi atau pengamatan ialah mengerti ciri-ciri dari interelasi tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang serba

(14)

kompleks dalam pola-pola kultural tertentu14 yang mau tidak mau keadaan sosiologis dan kultur di suatu tempat akan sangat mempengaruhi pola-pola tingkah laku manusia tersebut.

Observasi partisipatif merupakan teknik pengumpulan data yang paling lazim digunakan dalam penelitian kualitatif. Observasi berguna dalam memahami dan memaknai atas suatu kejadian atau fenomena pada situasi yang tampak serta kemungkinan-kemungkinan yang ada di balik keadaan yang tampak itu.15

2. Metode wawancara atau interview

Wawancara adalah sebuah percakapan antara dua orang atau lebih yang pertanyaannya diajukan peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk di jawab. Pada penelitian kualitatif wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Pada konteks ini catatan data diperoleh berupa transkip wawancara. Kedua, wawancara sebagai strategi penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data seperti observasi partisipan, analisis dokumen, dan fotografi.16 Adapun kelebihan metode wawancara di antaranya adalah dapat menggali berita-berita aktual yang sifatnya dinamis dan untuk menjelaskan dokumen. Hubungan yang baik antara interviewer dengan interviewe harus dijaga dengan baik agar dapat

14

Kartini Kartono, Pengantar Metodologi Riset Sosial, (Bandung: Mandar Maju, 1990), h. 157

15

Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif, (Bandung: CV. Pustaka Sakti, 2002), h. 122

16

(15)

memperoleh informasi yang benar sekaligus meratakan jalan ke arah pembentukan suasana interview yang sebaik-baiknya.17

Dalam hal ini peneliti akan menggunakan bentuk wawancara bebas (Independent Interview) yang mana wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual.18 Metode ini digunakan untuk menggali informasi tentang Upaya kepala sekolah dan manajemen dalam mencapai visi dan misi sekolah di SD Negeri 03 pododadi Karanganyar Pekalongan.

3. Metode dokumentasi

Metode dokumentasi adalah sekumpulan data yang berupa tulisan, dokumen, sertifikat, buku, majalah, peraturan-peraturan, struktur organisasi, jumlah guru, jumlah siswa, kurikulum dan sebagainya.19 Metode dokumentasi ini dipergunakan untuk memperoleh data mengenai sejarah singkat letak geografis, keadaan guru, keadaan karyawan, keadaan siswa, keadaan sarana dan prasarana, kurikulum, sistem pendidikan dan pengembangan program. d. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan secara induktif karena penelitian kualitatif tidak dimulai dari deduksi teori tapi dimulai dari data empiris untuk menganalisis data yang diperoleh dari hasil penelitian. Peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif yaitu bahwa data yang

17

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta, Andi Offset, 2004), h. 219

18

Nana Syaodih Sukmadinata, Metodelogi Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), h. 216.

19

(16)

dikumpulkan kemudian disusun, dijelaskan dan selanjutnya di analisis dengan memberi pemaparan, gambaran mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif.

F. Sistematika Penelitian

Untuk memudahkan penjelasan, pemahaman dan penelaahan pokok-pokok masalah yang akan dibahas, maka peneliti menyusun sistematika skripsi sebagai berikut:

Bagian muka memuat sampul, halaman judul, halaman pernyataan, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan skripsi, motto, halaman persembahan, kata pengantar, daftar isi, abstrak.

Bagian isi memuat hal-hal sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan yang berisi tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian, Sistematika Penelitian Skripsi.

Bab II Kepemimpinan Kepala Sekolah serta Visi dan Misi Sekolah, terdiri dari : a. Kepemimpinan Kepala Sekolah Profesional, meliputi : Pengertian, Gaya Kepemimpinan, Kepemimpinan dalam Islam, Kepala Sekolah sebagai Pemimpin Pendidikan, b. Visi dan Misi Sekolah, meliputi : Pengertian, Visi dan Misi Sekolah, Tinjauan Konsep Visi, Tanggungjawab Kepala Sekolah Terhadap Visi, Strategi dalam Mengembangkan Visi.

BAB III Upaya Kepala Sekolah Mencapai Visi dan Misi Sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar, meliputi : a. Gambaran umum SD

(17)

Negeri 03 Pododadi, meliputi: sejarah, letak geografis, visi dan misi, keadaan guru dan siswa, sarana dan prasarana, Kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen pendidikan di SD Negeri 03 Pododadi, b. Upaya kepala sekolah dalam mencapai Visi dan Misi sekolah di SD Negeri 03 Pododadi, c. Indikator Pencapaian Visi dan Misi Sekolah, d. Faktor-faktor yang mendukung dan menghambat dalam mencapai visi dan misi sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar Pekalongan.

BAB IV Analisis tentang Upaya Kepala Sekolah dalam Mencapai Visi dan Misi Sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar, meliputi : a. Analisis Langkah-langkah Kepala sekolah dalam Upaya Mencapai Visi dan Misi Sekolah di SD Negeri 03 Pododadi, b. Analisis Pencapaian Visi dan Misi Sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar, c. Analisis Faktor-faktor yang Mendukung dan Menghambat Upaya Kepala Sekolah dalam Mencapai Visi dan Misi Sekolah di SD Negeri 03 Pododadi Karanganyar Pekalongan.

Bab V Penutup meliputi Simpulan dan Saran.

Bagian akhir berisi : Lampiran, daftar pustaka, dan daftar riwayat hidup peneliti.

Referensi

Dokumen terkait

bagaimana balimau kasai menjadi daya tarik wisata di kecamatan kampar dilihat dari segi tradisi dan kegiatan budaya serta event wisata yang dilaksanakan..

materialnya yang berbeda dengan memberikan sentuhan modern dengan penggunaan material seperti manner dan kaca. Shape atau bentukan bangiman dengan konsep baru dengan mengacu

Bila tumor ini timbul di telinga tengah, gejala awal paling sering adalah nyeri, kehilangan pendengaran, otore kronis atau massa di telinga, perluasan tumor

• Peta kapasitas atau data kapasitas sumber daya yang dapat digunakan untuk penanggulangan krisis kesehatan • Peta kelompok rentan per kecamatan di kabupaten/ kota •

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa tindak pidana yang diatur dalam Pasal 285 KUHP merupakan delik materiil, yang baru dapat dipandang

Skripsi berjudul Citra Bea dan Cukai di Mata Stakeholders Sebelum dan Sesudah Dibentuknya Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber

Rekomendasi dari peraturan ACI, TCRP Report maupun SNI menjelaskan tentang klarifikasi struktur utama maupun struktur tambahan pada desain LRT seperti persyaratan

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian dari Hasbi (2012) yang menunjukkan bahwa penderita DM di wilayah kerja puskesmas Praya memiliki persepsi