• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. umumnya karena al-barzanjī tidak hanya dipandang sebagai sebuah teks yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. umumnya karena al-barzanjī tidak hanya dipandang sebagai sebuah teks yang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Al-Barzanjī merupakan teks syair-syair bahasa Arab yang dikenal luas di kalangan umat Islam di seluruh Indonesia khususnya dan Asia Tenggara umumnya karena al-Barzanjī tidak hanya dipandang sebagai sebuah teks yang berideologikan agama Islam, tetapi juga memiliki nilai edukasi yang luhur di dalamnya. Al-Barzanjī sebuah teks dalam pengalaman masyarakat Islam Indonesia telah mengalami adaptasi dan akulturasi yang disesuaikan dengan kebutuhan sistem kebudayaan yang dianut masyarakat, sehingga tidak jarang dijumpai dalam sebuah masyarakat tertentu seperti Jawa, Melayu, Banjar dan lainnya akan berbeda dalam masyarakat lainnya dalam memposisikan al-Barzanjī sebagai teks dan budaya pada acara-acara tertentu seperti mauhid, khitanan, perkawinan dan lain-lain.

Secara umum, deskripsi al-Barzanjī ini merupakan sebuah buku teks yang bernafaskan Islam yang tujuannya untuk dakwah melalui seni (Munawaroh, 2007). Teks al-Barzanjī yang bernuansa Islam menggunakan bahasa Arab karena bahasa Arab dipahami sebagai bahasa bagi umumnya umat muslim. Dalam perspektif sastra, al-Barzanjī merupakan sebuah karya sastra Arab yang sudah berusia ratusan tahun yang keindahan kalimatnya sampai saat ini tertandingi, maka tidak mengherankan kalau kitab al-Barzanjī ini terus dibaca di tengah masyarakat muslim sampai saat ini. Posisinya sebagai kitab keseniaan tidak hanya dianggap sebagai kitab keseniaan semata, tetapi juga isinya yang mengandung pengajaran yang baik karena teksnya membicarakan tentang kehidupan manusia

(2)

sempurna yang pernah ada di dunia ini, terlebih lagi menggunakan bahasa Arab (Munawaroh, 2007).

Kitab al-Barzanjī ditulis oleh seorang sastrawan yang bernama Ja„far bin Hasan bin „Abd al-Karim bin Muhammad al-Barzanjī al-Kurdi (1184 H). Muhammad al-Barzanjī al-Kurdi ini dikenal sebagai seorang ulama dan pengarang beberapa buku sastra lainnya. Adapun buku yang sebenarnya yang ditulis Muhammad Barzanjī Kurdi dalam konteks ini berjudul “Qiṣaṣ al-Maulid al-Nabī Ṣallah Allāh ‘Alaih wa Sallam” (Kisah Kelahiran Nabi Saw.), tetapi lebih popular disebut “al-Barzanjī”. Nama kitab ini sangat berkaitan dengan tradisi tulis menulis dalam dunia Islam yang selalu menisbahkan karya kepada penulisnya atau asal daerahnya dari Barzinj sebuah daerah yang ada di Kurdistan, maka judul asli buku ini tidak banyak dikenal sebab yang dikenal adalah penulisnya.

Menurut Ashari (2012: 279) teks al-Barzanjī ini berisikan tentang pujian dan sejarah biografi kehidupan Nabi Muhammad atau juga disebut sebagai al-madaih al-nabawiyah (puisi kenabian). Teks al-Barzanjī dalam bentuk prosa terdiri atas 19 (sembilan belas) pasal dengan 359 (tiga ratus lima puluh sembilan) lirik, dan mengolah bunyi “ah” pada tiap-tiap rima akhir, sedangkan dalam bentuk puitisnya terdiri dari 16 (enambelas) pasal dengan 205 (dua ratus lima) bait. Oleh sebab itu, pengkajian lebih mendalam dengan memokuskan pada pengkajian teks al-Barzanjī dalam konteks sosial wacana bahasa Arab merupakan sebuah pengkajian yang relevan dilakukan.

Tidak hanya itu, al-Barzanjī juga telah melahirkan berbagai bentuk kitab saduran dalam bentuk puisi dan prosa. Misalnya menurut Ashari (2012: 279),

(3)

dalam masyarakat Jawa sedikitnya ada dua bentuk saduran yang bersumber dari kitab al-Barzanjī, yaitu saduran versi Ahmad Abdul Hamid al-Kendali dan saduran versi Asrori Ahmad. Demikian juga dalam masyarakat Melayu menurut Menurut Fariduddin (2012) ada ditemukan tiga bentuk saduran, yaitu versi Abubakar Ya‟qub, versi Muhammad Zuhri dan versi Imran Supardi A. H.

Sebagai sebuah aktifitas seni al-Barzanjī ini dalam prakteknya dikenal dalam beberapa bentuk lagu, yaitu 1) lagu rekbi, yaitu dibaca dengan perlahan-lahan 2) lagu hijas, yaitu bibaca dengan menaikkan tekanan suara dari yang perlahan 3) lagu ras, yaitu dibaca dengan menaikkan suara yang lebuh tinggi dari lagu hijas 4) lagu sikka, yaitu dibaca dengan tekana suara yang tenang 5) lagu nakhawan, yaitu dibaca dengan suara yang tinggi dengan irama yang sama dengan lagu ras dan 6) lagu masyri, yaitu dibaca dengan suara lembut serta dibarengi dengan perasaan yang mendalam (Ensiklopedi Islam, 1994: 242).

Kajian-kajian terdahulu belum membahas tentang konteks sosial padahal teks al-Barzanjī ini sarat mengandung makna konteks social. Untuk itu penelitian ini mengambil masalah konteks social dengan beberapa alas an. Alasan pertama bahwa teks al-Barzanjī sebagai sebuah teks menegaskan wacana teks dalam artian ideologi, tetapi juga memiliki implikasi pada konteks budaya dan konteks situasi. Yang kedua al-Barzanjī sebagai sebuah teks memuat ideologi tentang nilai-nilai agama yang dianut oleh masyarakat Islam, yang secara ideologis berhubungan dengan bahasa dan budaya yang ada di dalam masyarakat Islam pada masa lalu hingga masa kini.

لا هبرق ههللا زطع

گ

(4)

‘Aṭṭirilla humma qabrahu al-karim bi ‘arfin syaji min salatin wa taslima

Terjemahan:

Semoga Allah mengharumkan dan mewangikan kuburannya (Nabi) yang mulia dengan keharuman wangi-wangi shalawat dan salam sejahtera.

هًنسلا هلاصخ تدحم دنلحا ةبًش هسماو بلطلما دبع نبا للهادبع نب دنمح اندًس ىه لىقأف دعبو

[Wa ba‘du fa aqulu huwa sayyiduna Muhammad bin ‘Abd Allah ibn ‘Abd al-Mutalib was muhu syaibatu al-hamdi hamidat khisa luhu al-saniyah.] Terjemah:

Wa ba„du, maka saya katakana: Beliau adalah Muhammad bin „Abd Allah bin „Abd al-Muṭalib dan disebut sebagai orang juga dengan syaibat al-ḥamdi karena ketinggian perangainya yang sangat dikagumi rakyat

Merujuk pada kutipan teks al-Barzanjī yang dikemukan terlihat bahwa ideologi yang terkandung didalam teks tersebut terlihat bahwa ideologi agama, khususnya penghormatan kepada Nabi Muhammad tentang ketinggian perangai yang memiliki dan silsilah keturunan yang mulia pula dari nenek moyangnya sangat berakaitan dengan keyakinan umat Islam tentang kemulian Nabi Muhammad. Oleh sebab itu, teks al-Barzanjī ini jelas dipengaruhi oleh ideologi agama di dalamnya, yang kemudian diikuti pula oleh konteks sosial yang ada di dalam teks tersebut.

Alasan selanjutnya adalah al-Barzanjī sebagai sebuah teks tidak sekedar teks dalam artian filologi, melainkan lebih luas dari itu, yakni memuat unsur sosial dan budaya. Untuk memahami teks dalam perspektif wacana dibutuhkan pengetahuan tentang konteks yang ada di dalamnya, maka al-Barzanjī sebagai

(5)

sebuah teks yang berbahasa Arab diperlukan penelitian dalam perspektif wacana sastra dengan pendekatan analisis wacana sebuah teks dapat dipahami dengan baik.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengkaji teks dalam perspektif konteks situasi, konteks budaya dan konteks ideologi yang ada di dalam kitab al-Barzanjī tersebut. Ketertarikan penulis mengkaji teks al-Barzanjī sebagai wacana teks yang belum pernah diteliti sejauah yang penulis ketahui. Al-Barzanjī sebagai sebuah teks tentu saja mengandung nilai yang “hidup”, khususnya bagi masyarakat Islam Indonesia karena teks al-Barzanjī dipahami tidak hanya sebagai sebuah karya sastra tetapi juga mengandung nilai-nilai luhur tentang etika di dalamnya. Al-Barzanjī sebagai wacana bahasa Arab sangat menarik jika dilihat dalam perspektif analisis wacana dalam kaitannya dengan pemakaian bahasa dalam masyarakat dikaji dengan teori Linguistik Sistemik Fungsional (LSF).

Sebuah teks dalam teori LSF akan diinterpretasikan pada konteks sosial yang mempengaruhinya di luar teks itu sendiri, maka konteks sosial akan membentuk struktur tertentu yang akan mempengaruhi teks terhadap budaya (culture), konteks situasi (register) dan ideologi (ideology). Konteks budaya dalam teks al-Barzanjī ini telah melibatkan dua sisi pelibat, pembaca atau penulis dengan pendengar atau pembaca dan konteks situasi teks ini juga dapat dilihat dalam medan teks sebagai yang dibicarakan. Konteks budaya berkaitan dengan teks al-Barzanjī ini misalnya bahwa al-Barzanjī sebagai konteks situasi dijadikan sebagai bagain dari budaya yang ada di dalam masyarakat. Secara lebih praktis teks al-Barzanjī dalam konteks budaya ini biasanya dibaca dalam momen budaya seperti perkawinan, penabalan nama anak, akikah dan lainnya.

(6)

Deskripsi yang dikemukakan menjadi latar belakang penelitian ini karena selain dari belum adanya penelitian yang memfokuskan tentang tema yang dimaksud, sekaligus juga memposisikan teks al-Barzanjī sebagai sebuah teks yang menarik untuk dikaji, terutama dalam menempatkannya dalam kajian konteks sitauasi, budaya dan ideologi karena teks al-Barzanjī sebagaimana yang diketahui sebagai teks yang sangat populer di kalangan masyarakat Islam Indonesia. Dalam hal demikian penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk menemukan pertanyaan penelitian yang diajukan dalam pembahasa selanjutnya.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan tentu saja penting untuk memberikan rumusan masalah yang tepat dan sesuai dengan kajian ini supaya kajian yang akan dilakukan dapat terukur sebagaimana mestinya. Adapun rumusan masalah penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

(1) Bagaimanakah konteks situasi dalam teks al-Barzanjī? (2) Bagaimanakah konteks budaya dalam teks al-Barzanjī? (3) Bagaimanakah konteks ideologi dalam teks al-Barzanjī?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk memahami wacana bahasa Arab dalam teks al-Barzanjī, yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

(1) Menjelaskan konteks situasi dalam teks al-Barzanjī. (2) Menjelaskan konteks budaya dalam teks al-Barzanjī. (3) Menjelaskan konteks ideologi dalam teks al-Barzanjī.

(7)

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai sumbangan pengetahuan dalam bidang bahasa Arab, khususnya yang berhubungan dengan bahasa Arab untuk selanjutnya dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam upaya pengembangan pengkajian ke depannya yang dapat diperinci. Untuk selanjutnya manfaat penelitian ini akan dijelaskan dalam 2 (dua) bentuk manfaat, yang diperinci berdasarkan manfaat yang akan didapatkan dalam upaya melakukan penelitian ini.

1.4.1Manfaat Teoritis

1. Penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan kontribusi ilmiah dalam bidang pengkajian wacana dengan menggunakan pendekatan teori LSF yang ada dalam teks al-Barzanjī.

2. Mampu menjadi sumbangan bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang menggunakan teori LSF dan meneliti teks bahasa Arab.

3. Diharapkan secara metodologis mampu mendeskrispsikan data-data yang berhubungan dengan pengkajian teks bahasa Arab yang ada dalam kitab al-Barzanjī.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Penelitian ini secara praktis dimaksudkan untuk menjadi pengetahuan praktis bagi pelantun dan pendengar khususnya di Stabat, Kabupaten Langkat untuk memahami syair konteks sosial yang ada di dalam teks al-Barzanjī.

(8)

2. Secara praktis hasil penelitian ini Sebagai upaya menjadikan masyarakat untuk meneladani sikap dan prilaku Nabi Muhammad saw sebagaimana yang ada di dalam isi teks al-Barzanjī.

3. Untuk menumbuhkan semangat masyarakat untuk menjaga dan mewariskan tradisi yang baik di dalam masyarakat sebagaimana yang ada dalam teks al-Barzanjī.

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan jenis penilaian adalah berbagai tagihan yang harus dikerjakan oleh murid setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu jenis penilaian

Jika Kelompok Usaha menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan

Proses analisis data yang pertama adalah pengumpulan data. Pengumpulan data adalah bagian terpenting dari analisis data. Aktifitas pengambilan data berdasarkan penelitian

Praktek Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan di berbagai perusahaan dan

anemon jenis Heteractis crispa. 4 jenis ikan anemon yang diantaranya ditemukan di perairan pantai Kelurahan Malalayang 2 yaitu Amphiprion ocellaris, A. Sedangkan

(2) Kop naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2), digunakan untuk naskah dinas yang ditandatangani oleh kepala OPD Kota Depok, lembaga lainnya

Ibu yang bersalin tetapi tidak melakukan senam hamil persalinan kala IInya lancar mungkin karena ibu saat melahirkan didampingi penuh oleh suami dan keluarga sehingga

Pembagian tugas dilakukan hanya berdasarkan sistem pemerataan, setiap pegawai memiliki tanggung jawab yang sama rata untuk mengoperasionalkan perpustakaan keliling;