• Tidak ada hasil yang ditemukan

Table I. Data Cadangan Batubara di Indonesia. Nama Daerah Sumber Daya (Juta Ton) Cadangan (Juta Ton) Banten 13,31 - Jawa Tengah 0,82 -

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Table I. Data Cadangan Batubara di Indonesia. Nama Daerah Sumber Daya (Juta Ton) Cadangan (Juta Ton) Banten 13,31 - Jawa Tengah 0,82 -"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Batubara di Indonesia: Sebuah Permasalahan?

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil batubara terbesar di dunia. Sekalipun Cina dan India tetap menjadi produsen terbesar, namun produksi dan cadanganbatubara Indonesia tetap memainkan peran penting dalam industry batubara di tingkat global. Terlebih ketika Cina, didorong oleh kebutuhannya akan batu bara terpaksa memotong ekspor batubaranya ke pasar internasional.

Namun seberapa jauh kandungan cadangan batubara di Indonesia memberikan sumbangan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya? Tidak jarang keberadaan pasokan cadangan batubara tidak terlalu berdampak pada peningkatan kesejahteraan penduduk di sekitar penambangan batubara tersebut diberikan. Tulisan ini kemudian berupaya untuk memberikan gambaran terkait dengan cadangan batubara nasional dan perannya dalam

Batubara di Indonesia: Sekilas Pandang

Menurut World Energy Council, Indonesia memiliki cadangan batubara terbukti (proven reserve coal) sebesar 4,3 miliar ton atau sekitar 0,5% dari total cadangan batubara terbukti yang ada. Peningkatan pertumbuhan konsumsi batubara di tingkat nasional tampaknya menjadi pendorong bagi perusahaan-perusahaan tambang batu bara untuk meningkatkan produksi mereka. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Bank BNI, konsumsi batubara di Indonesia mengalami pertumbuhan dari 13,2 juta ton pada tahun 1997 menjadi 45,3 juta ton pada tahun 2007. Pertumbuhan tersebut diikuti oleh pertumbuhan perusahaan batubara di Indonesia yang pada tahun 2003 sudah mencapai angka 251 perusahaan. Masing-masing perusahan tersebut tersebar diberbagai titik penghasil batubara di Indonesia. Di mana terdapat sentra-sentra produksi batu bara seperti Kalimantan dan Sumatera.

Table I.

Data Cadangan Batubara di Indonesia

Nama Daerah Sumber Daya (Juta Ton) Cadangan (Juta Ton)

Banten 13,31 -

Jawa Tengah 0,82 -

Jawa Timur 0,08 -

Nangroe Aceh Darusalam 443,45 -

Sumatera Utara 26,97 - Riau 2.085,32 16,54 Sumatera Barat 724,85 36,07 Jambi 1.862,39 18 Bengkulu 198,65 21,12 Sumatera Selatan 23.197,88 2.679

(2)

Lampung 106,95 - Kalimantan Barat 527,52 - Kalimantan Tengah 1.612,83 48,59 Kalimantan Selatan 9.101,38 1.867,84 Kalimantan Timur 21.076,98 2.071,68 Sulawesi Selatan 231,12 - Sulawesi Tengah 1,98 - Papua 151,26 -

Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi 2006

http://www.tekmira.esdm.go.id/data/files/Batubara%20Indonesia.pdf

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar cadangan batubara tersebut terdapat di Kalimantan. Kalimantan memang menjadi primadona tambang batubara di tingkat nasional. Hal tersebut dapat tercermin dari besarnya jumlah kuasa pertambangan (KP) yang dikeluarkan oleh pemerintah Kabupaten di berbagai provinsi di Kalimantan. Sampai pada tahun 2009, di empat provinsi di Kalimantan kurang lebih terdapat 2.047 kuasa pertambangan. Kalimantan Timur berada di peringkat pertama dalam hal mengeluarkan kuasa pertambangan, yakni 1.180 kuasa pertambangan, disusul Kalimantan Selatan (400- 578), Kalimantan Tengah (427), dan Kalimantan Barat (40). Jika luas wilayah satu kuasa pertambangan sekitar 2.000 hektar, lahan yang sudah dikapling untuk pertambangan itu berarti mencapai 4,09 juta hektar, lebih luas dari daratan Provinsi Kalsel yang 3,75 hektar.1 Sementara itu, pulau lain yang juga menyimpan cadangan batubara cukup besar adalah Sumatera, yang menyumbang sekitar 13% dari produksi batubara nasional2

Potensi Batubara Kalimantan KALIMANTAN TIMUR

Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi dengan potensi kekayaan tambang yang cukup besar. Berbagai kandungan mineral seperti minyak bumi dan batu bara tersimpan dalam jumlah besar terkubur dalam perut buminya. Salah satu sumber daya mineral yang cukup penting di Kalimantan Timur adalah batu bara. . Berdasarkan penelitian departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kalimantan Timur merupakan produsen batu bara terbesar di Indonesia serta tercatat sebagai daerah nomor dua terbesar dalam hal cadangan batu bara.3 Menurut Ketua Badan Promosi dan Investasi Daerah (BPID) Kaltim, Ichwansyah potensi batu bara di Kaltim sangat besar yakni mencapai 22 milyar metrik ton dan hingga kini yang di produksi rata-rata sekitar 40 juta juta ton/tahun

1

“Penambangan Memprihatinkan” diakses dari http://www.bkprn.org/v2/subpage.php?id=217

2 http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Batubara.pdf

3

Dahlan Ibrahim, “Prospek Sumber Daya Batu Bara di Bagian Kutai Timur Bagian Barat Kalimantan Timur” diakses dari

http://www.dim.esdm.go.id/kolokium/Makalah%20Umum/3.%20PROSPEK_BB_KUTAI%20_ABSTRACt_.p df

(3)

Besarnya cadangan dan potensi batu bara di Kalimantan Timur tentunya menarik sejumlah minat dari perusahaan batu bara untuk beroperasi di sana. Salah satu yang terbesar adalah PT Kaltim Prima Coal (KPC). Beroperasi sejak tahun 1982, perusahaan ini dulunya merupakan milik dua konsorsium besar British Petroleum dan Rio Tinto. Namun setelah beberapa puluh tahun beroperasi, PT Bumi Resources berhasil membeli sebagian besar saham saham PT KPC. Selain PT KPC, kandungan batu bara tersebut telah membawa sejumlah perusahaan, baik besar maupun kecil, legal maupun illegal untuk mengeruk kekayaan batu bara di Kalimantan Timur.

Perusahaan-Perusahaan Batubara di Indonesia

85% dari keseluruhan produksi batubara di Indonesia dihasilkan oleh 9 perusahaan besar, yang terdiri dari: Bumi Resources, Adaro, Kideco, Jaya Agung, Berau Coal, Indominco Mandiri, dan PT Bukit Asam. Cadangan batubara terbesar dimiliki oleh PT Kaltim Prima Coal, Berau Coal, Arutimin Indonesia dan Adaro Indonesia. Dimana PT KPC dan PT Arutmin merupakan anak perusahaan dai PT Bumi Resources yang menmpatkan PT Bumi Resources sebagai produsen terbesar di Indonesia.

Sumber: http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Batubara.pdf

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa PT Bumi Resources merupakan penghasil batubara terbesar di Indonesia. Dengan menguasai PT KPC dan PT Arutmin sekitar 30 pasokan batubara dihasilkan oleh perusahaan ini. Sementara itu, PT Bukit Asam merupakan BUMN yang didirikan pada tahun 1981. Seperti perusahaan negara lainnya, PT Bukit Asam juga sedang berjuang untuk mendorong efisiensi dan efektifitas kinerja perusahaan. Untuk itu sejak tanggal 23 Desember 2002, PTBA memutuskan untuk go public.

Posisi Indonesia dalam Industri Batubara Dunia

Indonesia merupakan eksportir kedua terbesar di dunia setelah Australia. Berdasarkan laporan ESDM, Indonesia merasa cukup optimis dengan posisinya sebagai produsen batubara terbesar Grafik di bawah ini memperlihatkan bahwa pada tahun 2007, ekspor Indonesia

(4)

berjumlah sekitar 202 juta ton. Ekspor ini ditujukan untuk negara-negara seperti Jepang (terbesar), Taiwan, India dan Korea Selatan.

Sumber: http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Batubara.pdf

Pemetaan Konsumsi Batubara

Produksi batubara di Indonesia selain dijadikan komoditas ekspor ke luar negeri juga menjadi salah satu omoditas yang diperdagangkan di dalam negeri terutama untuk sektor industry.

Sumber: http://www.tekmira.esdm.go.id/data/files/Batubara%20Indonesia.pdf

Penggunaan batubara di dalam negeri terutama diarahkan untuk pembangkit tenaga listrik PLTU. Namun sejumlah kritik beredar terkait dengan isu pemadaman bergilir yang dilakukan di sejumlah wilayah penghasil batubara. Kritik yang baru-baru beredar di media adalah ketika

(5)

terjadi pemadaman bergilir di Kalimatan Timur, padahal provinsi tersebut merupakan sentra penghasil batubara terbesar di Indonesia. Kritik juga muncul ketika dilakkan survey oleh sejumlah kelompok masyarakat sipil di Kalimantan menunjukkan bahwa tidak sedikit wilayah di sentra penghasil batubara justru belum menikmati pasokan energi wilayah tersebut.

Tabel Neraca Perdagangan Batubara Indonesia (Ton)

Sumber: http://antikorupsi.org/docs/penerimaan%20dari%20batubaramediarilis_080808.pdf Isu-isu terkait

Korupsi dan Pelanggaran Pajak

Pada tahun 2009, Indonesia Corruption Watch mengindikasikan terdapat pelanggaran perihal pembayaran royalti oleh sejumlah perusahaan batubara di Indonesia. Dugaan tersebut didasarkan pada laporan ESDM mengenai penunggakan pembayaran Dana Hasil Penjualan BatuBara yang dilakukan oleh enam perusahaan, PT Kaltim Prima Coal, PT Arutmin Indonesia, PT Kideco Jaya Agung, PT Berau Coal, PT Adaro Indonesia, dan PT BHP Kendilo Coal. Isu ini sempat membesar dan menjadi isu politis lantaran keterlibatan Aburizal Bakrie, salah satu tokoh politik di Indonesia, sebagai salah satu pemilik dari PT Kaltim Prima Coal dan PT Arutmin Indonesia.

Isu Penunggakan Pajak dan Aktor Politik Indonesia, Aburizal Bakrie

Data Ditjen Pajak menunjukkan tiga perusahaan milik Aburizal Bakrie, yakni Bumi Resources, Kaltim Prima Coal, dan Arutmin diduga menggelapkan pajak. Petugas pajak menengarai akuntan Bumi merekayasa pembayaran pajak 2007 sebesar Rp376 miliar, akuntan Kaltim Prima diduga merekayasa pajak Rp1,5 triliun, dan di PT Arutmin diduga nilai

(6)

rekayasanya mencapai US$39 juta. Total dugaan rekayasa pembayaran pajak tersebut mencapai Rp2,1 triliun.4 Bumi Resources diduga menunggak pajak senilai Rp376 miliar, sedang dua anak perusahaannya yakni KPC sebesar Rp1,5 triliun dan Arutmin Rp300 miliar. Hal ini membuat Ditejen Pajak kemudian memidanakan kasus tersebut dengan tuduhan melanggar Pasal 39 Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan atau terindikasi tak melaporkan Surat Pemberitahuan Tahunan secara benar.

Indonesia Corruption Watch (ICW) memperkirakan bahwa laporan penjualan Bumi selama 2003-2008 lebih rendah US$ 1,06 miliar dari yang sebenarnya. Akibatnya, selama itu pula, diperkirakan kerugian negara dari kekurangan penerimaan Dana Hasil Produksi Batubara (royalti) sebesar US$ 143,18 juta.5 Menurut ICW, kerugian negara sebenarnya lebih besar dari 2,1 triliun. Menurut ICW, kerugian negara dari kekurangan DHPB selama 2003-2008 sebesar US$ 143.189.804 juta dan kerugian dari kekurangan penerimaan pajak penghasilan badan selama 2003-2008 sebesar US$ 477.299.384. sehingga total kerugian diperikrakan US$ 620.489.152 atau sekitar 5,68 triliun.

Isu tersebut sebenarnya telah muncul sejak tahun 2007, namun konstelasi politik dalam negeri membuat isu ini kembali muncul ke permukaan dengan perhatian masyarakat yang lebih luas. Pada tahun 2008, Direktorat Jenderal Imigrasi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia mengeluarkan surat pencekalan imigrasi terhadap 14 orang yang diduga terlibat kasus penunggakan pajak di sejumlah perusahaan tambang batubara. 10 diantaranya berasal dari dua perusahaan tambang batu bara milik Grup Bakrie di bawah payung PT Bumi Resources Tbk. Sisanya berasal dari dua perusahaan batu bara lainnya: PT Adaro Indonesia milik Edwin dan PT Berau Coal milik keluarga Risjad.6

Masalah Perizinan dan Kerusakan Lingkungan

Pasal 36 UU Minerba memungkinkan terjadinya kemudahan dalam mengakses izin pertambangan. Berdasarkan pasal tersebut, seorang pengusaha hanya perlu mendapatkan izin dari Menteri jika kegiatan pertambangan yang akan dilakukannya berada di dua provinsi yang berbeda. Sementara jika kegiatan pertambangan tersebut berada di satu wilayah kabupaten, maka pengusaha tersebut hanya perlu mendapatkan izin dari Bupati setempat.

Yang menjadi perhatian adalah seringkali kemudahan dalam mengurus izin tambang batubara dijadikan celah untuk melakukan praktik korupsi. Sejumlah pejabat daerah, seperti pemerintah kabupaten diduga menyalahgunakan posisi mereka untuk memberikan gratifikasi ataupun izin kepada pengusaha pertambangan sebelum surat-surat kelengkapan lainnya terpenuhi. Ini bisa menjadi masalah ketika wilayah atau lokasi pertambangan yang diincar oleh pengusaha berada di wilayah hutan sehingga statusnya belum beralih fungsi.

4

Jajang Sumatri, “Pelanggaran Kelompok Usaha Bakrie Sudah Berulang Kali”

http://www.mediaindonesia.com/read/2009/12/15/111745/16/1/Pelanggaran-Kelompok-Usaha-Bakrie-Sudah-Berulang-Kali

5

“ICW Ungkap Manipulasi Penjualan Batu Bara Grup Bakrie” diakses dari

http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan/2010/02/15/brk,20100215-225895,id.html

6

“Aburizal Bakrie: Tunggu Putusan Pengadilan” http://www.tempo.co.id/hg/ekbis/2008/08/06/brk,20080806-129875,id.html

(7)

Aturan Pertambangan di Indonesia

Dalam UU No.4/2009 diatur ada sejumlah wilayah pertambangan (WP). WP terdiri dari wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah izin usaha pertambangan (WIUP), wilayah pertambangan rakyat (WPR), wilayah pencadangan Negara (WPN), wilayah usaha pertambangan khusus (WUPK), dan wilayah izin usaha pertambangan (WIUPK). WUP adalah adalah bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan dataa, potensi, dan/atau informasi geologi. WIUP adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUP. WPR adalah bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. WPN adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. WUPK adalah bagian dari WPN yang dapat diusahakan. WIUPK, adalah wilayah yang diberikan kepada pemegang IUPK.

IUP diberikan kepada (a). badan usaha (b). koperasi (c). perseorangan. IUP terbagi dua tahap: eksplorasi dan produksi (eksploitasi). IUP eksplorasi untuk pertambangan mineral logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 8 (delapan) tahun; bukan logam 3 tahun; batuan 3 tahun; batubara 7 tahun. Setiap pemegang IUP Eksplorasi dijamin untuk memperoleh IUP operasi produksi dengan maksimal 20 tahun dapat diperpanjang dua kali masing-masing 10 tahun. Untuk mineral bukan logam dapat diberikan dalam jangka waktu paling lama 10 tahun dan dapat diperpanjang 2 kali masing-masing 5 tahun.

Praktik penyalahgunaan izin marak terjadi untuk wilayah pertambangan yang terletak di daerah hutan lindung maupun hutan konservasi. Pasalnya, berdasarkan UU No 41 1999, penambangan terbuka dilarang dilakukan di wilayah hutan lindung. Untuk itu, tidak sedikit perusahaan yang kemudian melakukan pendekatan-pendekatan politis ke pemerintah daerah setempat untuk mendapatkan izin pertambangan.

Pemberian Izin Pertambangan di Kalimantan Penambangan di Tahura Soeharto

Salah satu isu kerusakan hutan yang mendapat sorotan media baru-baru ini adalah isu penebangan hutan lindung Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto. Kawasan ekosistem Taman Hutan Raya Bukit Soeharto merupakan kawasan hutan lindung terkait dengan keberadaan satwa serta flora langka seperti Meranti (Shorea spp), Keruing (Dipterocarpus sp), Mahang (Hypoleuca), Mengkungan (Gigantea), Hora (Ficus sp), Medang (Lauraceae), Kapur (Dryobalanops spp), Kayu tahan (Anisoptera costata), Nyatoh (Palaquium spp), Keranji (Dialium spp) Perupuk (Laphopetalum solenospermum), orangutan (Pongo pygmaeus), Beruang madu (Helarctos malayanus), Macan Dahan (Neofelis nebulosa), Landak (Hystrix brachyura) dan Rusa sambar.7 Selain potensi kekayaan flora dan fauna, hutan konservasi ini memang telah diketahui menyimpan cadangan batu bara yang cukup besar. Namun karena berstatus sebagai hutan konservasi maka kegiatan penambangan di hutan tersebut terbentur urusan perizinan.

Namun kini, kelestarian dari hutan konservasi tersebut terancam oleh kegiatan penambangan yang dilakukan oleh sejumlah perusahaan. 52 perusahaan tercatat telah

7

“52 Perusahaan Kavling Bukit Soeharto”

(8)

membagi kawasan tersebut menjadi beberapa kavling. Salah satu area pertambangan yang menjadi korban adalah Pusat Penelitian Hutan Tropis Universitas Mulawarman (PPHT Unmul), Samarinda, seluas 40 hektar. Hal ini sungguh disayangkan mengingat kerusakan yang disebabkan oleh kegiatan pertambangan tersebut di wilayah Tahura Soeharto. Menurut catatan Kompas kegiatan eksploitasi batubara di kawasan tersebut menyebabkan sejumlah kerusakan akibat ketidakmampuan para penambang tersebut untuk mengelola air asam tambang. Kerusakan juga terjadi akibat tidak adanya upaya reklamasi paska penambangan. Lubang bekas penggalian hanya ditutup seadanya tanpa ditanami kembali.8

Menurut catatan Majalah BONGKAR pada tahun 2008 rumor mengenai eksplorasi dan eksploitasi Tahura Soeharto sebenarnya sudah beredar. Sejumlah pengusaha diduga menggunakan zona Hutan Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto (HPP-BS) untuk melakukan kegiatan penambangan. Perusahaan-perusahaan tersebut diduga menggunakan MoU dengan pejabat setempat guna menghindari UU Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 yang menyatakan bahwa kegiatan penambangan di hutan konservasi seperti di Tahura Soeharto, dilarang. Salah satu MoU yang berhasil diidentifikasi oleh BONGKAR adalah MoU yang dibuat oleh tiga unsur, yakni perusahaan tambang PT Lembu Swana Perkasa, PPHT (Pusat Penelitian Hutan Tropis) Unmul dan Dishut Kaltim. Dokumen MoU itu bernomor 003.1/5340/DK-VIII/2007 tanggal 26 Juli 2007.9 Berdasarkan MoU tersebut, PT Lembu Swana Perkasa memiliki kewenangan untuk melakukan kegiatan pertambangan di zona HPP-BS. Namun tampaknya upaya penindaklanjutan dari kegiatan penambangan tersebut tidak dilakukan secara serius.

Penambangan di Hutan Meratus

Pegunungan Meratus merupakan sebuah kawasan hutan lindung di Provinsi Kalimantan Selatan. Hutan ini menjadi bagian pengting dalam kehidupan masyarakat terkait dengan fungsinya sebagai penyimpan cadangan air di kabupaten-kabupaten di Kalimantan Selatan. 229 izin kuasa pertambangan menunggu untuk disahkan dari departemen Kehutanan. Selain merupakan hutan penjaga ekosistem, kawasan Pegunungan Meratus juga menyimpan kekayaan alam berupa cadangan batu bara. Berbagai perusahaan telah melakukan kegiatan pertambangan di wilayah pegunungan tersebut. Menurut Kompas,maraknya kegiatan penambangan di wilayah Meratus tercermin dari besarnya kuasa pertambangan yang dikeluarkan dari wilayah tersebut. Ditemukan bahwa hanya dua di antara sembilan kabupaten di Kalsel yang belum mengeluarkan izin kuasa pertambangan, yakni Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Hulu Sungai Tengah

Tidak hanya di Kalimantan, dugaan penyalahgunaan izin untuk alihfungsi lahan juga terjadi di Sumatera Selatan.Pihak Mabes Polri mulai melakukan pemeriksaan terhadap PT Batubara Bukit Kendi (BBK), di Muara Enim, Sumatera Selatan terkait dengan alih fungsi hutan yang dilakukan tanpa izin pakai terlebih dahulu dari Menteri Kehutanan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan sejumlah laporan yang mengandung unsur pidana, dimana

8

“Ambrosius Harto, “Empat Perusahaan Rusak Tahura Bukit Soeharto” diakses dari

http://regional.kompas.com/read/2010/02/04/17390964/Empat.Perusahaan.Rusak.Tahura.Bukit.Soeharto. 9

“Tahura Bukit Soeharto Ditambang” diakses dari http://www.bongkar.co.id/news/pertambangan/40--tahura-bukit-soeharto-ditambang.html

(9)

akibat kegiatan penambangan batubara disinyalir telah berpotensi merugikan keuangan negara miliran rupiah.10

Selain penyalahgunaan izin, masalah penambangan tanpa izin juga menjadi masalah disejumlah wilayah di Indonesia. Penambangan tanpa izin atau sering dikenal dengan penambangan liar menjadi masalah karena mereka tidak melakukan kewajiban paska penambangan dan menyebabkan negara menderita kerugian. Misalnya saja untuk kegiatan reklamasi yang seharusnya menjadi kewajiban perusahaan paska penambangan menjadi sulit untuk diawasi ketika praktik-praktik

Berdasarkan undang-undang tersebut, maka setiap pemilik KP atau IUP diwajibkan untuk melakukan reklamasi. Namun tidak semua perusahaan melakukannya dengan serius. Dalam UU No 41 1999 ayat (3) menyatakan bahwa pihak yang menggunakan kawasan hutan di luar kegiatan kehutanan wajib membayar dana jaminan reklamasi hutan, termasuk usaha pertambangan. Dana jaminan reklamasi ini dibayar (melalui rekening ke Bank Indonesia) seiring dengan pelaksanaan eksploitasi batubara (untuk KP dan PKP2B). Dana tersebut dapat dicairkan kembali apabila Perusahaan Pertambangan telah melaporkan kegiatan reklamasi yang telah mereka lakukan (sesuai RKT). Namun sayangnya tidak semua perusahaan menjalankan kewajiban tersebut dengan baik. Bahkan tidak jarang ada perusahaan yang dengan sengaja melalaikan proses reklamasi paska penambangan.

10

“Bareskrim Tinjau Bukit Kendi” diakses dari

Gambar

Tabel Neraca Perdagangan Batubara Indonesia (Ton)

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menentukan suatu aplikasi unit control valve pada proses aliran Dalam menentukan suatu aplikasi unit control valve pada proses aliran fluida atau gas maka

10 Maklumat berikut berkaitan dengan perjanjian antara Nabi Muhammad SAW dengan orang Arab Madinah. T4 B5 ms 118 [ P3

Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian di RSUP H. Adam

Pembahasan dalam jurnal ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan media boneka tangan dan pengaruhnya terhadap media pembelajaran daring dan ekonomi masyarakat yang

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa penggunaan campuran ampas bir dan onggok dalam konsentrat tidak menurunkan kecernaan bahan kering

Bentuk perilaku tipe agresi fisik seperti mengolok dengan kata–kata kasar terhadap geng motor lain, masyarakat umum bahkan teman di “X” tersebut, memukul orang yang

Pada hasil analisa yang dilakukan didapat pada jalan datar kendaraan tanpa beban masih bisa melaju dengan baik pada kecepatan 15 km/jam. Setelahnya pada analisa

Berdasarkan hasil analisis ragam pertumbuhan berat mutlak benih ikan lele sangkuriang menunjukan Fhitung lebih besar dari Ftabel pada taraf kepercayaan 95%, yang