• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV.1 ANALISIS SOSIAL - DOCRPIJM 1527491261Bab 4 ANALISIS SOSIAL DAN EKNOMI AKHIR HSS OK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "IV.1 ANALISIS SOSIAL - DOCRPIJM 1527491261Bab 4 ANALISIS SOSIAL DAN EKNOMI AKHIR HSS OK"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

IV - 1 IV.1 ANALISIS SOSIAL

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya.

Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

 Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi

perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

 Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak di tingkat nasional dan

daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum :

 Pasal 3 : Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi

pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.

3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

BAB. IV

(2)

IV - 2

 Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk

penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.

 Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi

perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

 Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah,

pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

 Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna

terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi, serta kewenangan masing-masing.

Komponen sosial dalam hal ini terkait pengadaan tanah dan keresahan masyarakat karena rencana investasi tidak sesuai dengan harapan masyarakat. Pengadaan tanah biasanya terjadi jika kegiatan investasi berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan dengan kesepakatan kedua belah pihak terutama terkait dengan ganti rugi atau ganti untung dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

IV.1.1. Pengarusutamaan Gender

Selain itu aspek yang perlu diperhatikan adalah responsivitas kegiatan pembangunan terhadap gender. Saat ini telah kegiatan responsif gender bidang Cipta Karya meliputi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan, Neighborhood Upgrading and Shelter Sector

(3)

IV - 3 IV.1.2. Identifikasi kebutuhan penanganan sosial pasca pelaksanaan pembangunan infrastruktur

Bidang Cipta Karya

Melihat kesimpulan kriteria penilaian Penapisan Usulan Program / Kegiatan Bidang Cipta Karya di Kab. Hulu Sungai Selatan, diantaranya :

No Kreteria

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (Signifikan/Tidak Signifikan) 1. Peningkatan alih fungsi

kawasan hutan dan/atau

lahan.

Pembangunan IPAL,

pengembangan IPLT,

Rehabilitasi/Peningkatan Tempat

Pemrosesan Akhir Sampah

(TPA) serta infrastruktur

pendukungnya akan merubah

beberapa bagian kawasan alami

yang dimanfaatkan.

Pengaruh yang ditimbulkan bersifat

sementara dan Tidak signifikan.

2. Peningkatan jumlah

penduduk miskin atau

terancamnya

keberlanjutan

penghidupan sekelompok

masyarakat

-

Tidak terdapat jenis kegiatan yang

dapat menyebabkan Peningkatan

jumlah penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok

masyarakat.

3. Peningkatan resiko

terhadap kesehatan dan

keselamatan manusia -

Tidak terdapat jenis kegiatan yang

dapat menyebabkan Peningkatan

risiko terhadap kesehatan dan

keselamatan manusia.

Dilihat tabel kesimpulan dari dampak Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan Pengaruh yang ditimbulkan bersifat sementara dan Tidak signifikan selanjutnya Identifikasi kebutuhan dampak sosial pasca pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya lebih kearah yakni Sosialiasi kepedulian lingkungan permukiman yang sehat, Pemberdayaan yang melibatkan peran masyarakat dan pemiliharaan infrastruktur terbangun agar asas manfaat dan masa usia pakai terawat. IV.2 ANALISIS EKONOMI

IV.2.1 Kemiskinan

(4)

IV - 4 kebijakan internasional MDGs dan Agenda Pasca 2015, serta arahan kebijakan pro rakyat sesuai direktif presiden.

Menurut standar BPS terdapat 14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/rumah tangga dikategorikan miskin, yaitu:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang.

2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu.

9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10. Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11. Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik.

12. Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan 500 m2, buruh tani,

nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan dan atau pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp. 600.000,- per bulan.

13. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat SD/hanya SD.

14. Tidak memiliki tabungan / barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000,- seperti sepeda motor kredit / non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya

Tabel IV. 1 Rekapitulasi Keluarga Miskin per Desa /kelurahan

Nama Kecamatan Nama desa/ Kelurahan Jumlah Keluarga Miskin (KK)

1 2 3

Padang Batung 1.027

Batu bini 117

Batu laki 57

Durian rabung 22

Jalatang 39

Jambu hulu 69

Jembatan merah 32

Kaliring 64

Karang jawa 59

Karang jawa muka 37

Madang 37

Malilingin 49

Malutu 61

Mawangi 72

(5)

IV - 5 Nama Kecamatan Nama desa/ Kelurahan Jumlah Keluarga Miskin

(KK)

1 2 3

Pahampangan 81

Pandulangan 119

Tabihi 80

Loksado 803

Halunuk 77

Haratai 101

Hulu banyu 132

Kamawakan 37

Lok lahung 20

Loksado 28

Lumpangi 75

Malinau 107

Muara ulang 99

Panggungan 31

Tumingki 96

Telaga Langsat 864

Ambutun 59

Gumbil 112

Hamak 45

Hamak timur 73

Hamak utara 75

Lok binuang 96

Longawang 60

Mandala 105

Pakuan timur 98

Pandulangan 62

Talaga langsat 79

Angkinang 1.290

Angkinang 126

Angkinang selatan 37

Bakarung 155

Bamban 110

Bamban selatan 74

Bamban utara 106

Kayu abang 174

Taniran kubah 147

Taniran selatan 104

Tawia 125

Telaga silisili 132

Kandangan 2.318

Amawang kanan 129

Amawang kiri 219

Amawang kiri muka 70

Baluti 109

Bangkau 125

Bariang 60

Gambah dalam 114

Gambar dalam barat 108

Gambah luar 47

Gambah luar muka 62

(6)

IV - 6 Nama Kecamatan Nama desa/ Kelurahan Jumlah Keluarga Miskin

(KK)

1 2 3

Kandangan barat 193

Kandangan kota 239

Kandngan utara 45

Lungau 206

Sungai kupang 283

Sungai paring 88

Tibung raya 37

Sungai Raya 1.096

Asam 78

Baru 53

Batang kulur kanan 41

Batang kulur kiri 32

Batang kulur kanan 25

Bumi barkat 46

Hamalau 44

Hariti 23

Ida manggala 60

Karasikan 65

Paring angung 67

Sarang halang 69

Sungai kali 21

Sungai raya selatan 72

Sungai raya utara 81

Tamiyang 88

Tanah bangkang 106

Telaga bidadari 125

Simpur 1.198

Amparaya 102

Garunggang 69

Kapuh 128

Panjampang bahagia 103

Pantai ulin 180

Simpur 76

Tebing tinggi 69

Ulin 156

Wasah hilir 140

Wasah hulu 77

Wasah tengah 98

Kalumpang 663

Bago tanggul 65

Balanti 71

Balimau 72

Kalumpang 96

Karang bulan 72

Karang paci 92

Sirih 81

Sirih hulu 58

Tamingkar 56

Daha Selatan 3.752

Banjarbaru 252

Banua hanyar 251

(7)

IV - 7 Nama Kecamatan Nama desa/ Kelurahan Jumlah Keluarga Miskin

(KK)

1 2 3

Bayanan 178

Habirau 170

Habirau tengah 115

Muning baru 117

Munig dalam 32

Muning tengah 146

Pandan sari 140

Pariki 178

Pihanin raya 277

Samuda 400

Sungai pinang 149

Tambangan 479

Tumbukan banyu 204

Daha Barat 513

Badaun 39

Bajayau 65

Bajayau lama 77

Bajayau tengah 80

Baru 91

Siang gantung 74

Tanjung selor 87

Daha Utara 1842

Baruh kembang 107

Belah paikat 95

Akurung 125

Hamayung 150

Hamayung utara 111

Mandala murung mesjid 72

Murung raya 125

Paharangan 114

Pakan dalam 112

Pakapuran kecil 160

Pandak daun 34

Panggandingan 53

Paramayan 134

Pasungkan 60

Sungai garuda 81

Sungai mandala 93

Taluk haur 88

Tambak bitin 36

Taluk labak 92

Total 15.366

Sumber : Dinas Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Tabel di atas menunjukan bahwa prosentase rumah tangga miskin tertinggi terjadi pada Kecamatan

Kecamatan Daha Selatan sebesar 3.752 KK, dengan prosentase mencapai 24,42%. Sedangkan prosentase

(8)

IV - 8 Dengan teridentifikasinya penduduk miskin di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, maka pembangunan Bidang Cipta Karya akan difokuskan /diprioritaskan pada kawsasan tersebut sehingga dikemudian hari mampu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat.

IV.2.2. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat

Korelasi antara pembangunan bidang Cipta Karya di antaranya yaitu mendukung terhadap dunia industri dalam hal prasarana air bersih, layanan sanitasi (limbah, sampah, dan drainase), tata ruang dan kawasan, serta aspek lingkungan. Meskipun pengaruhnya tidak secara langsung, sebagai berikut:

(9)

IV - 9 Dari tabel IV.2 diatas terlihat bahwa dari tahun ke tahun terjadi peningkatan jumlah industri di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan demikian maka menggambarkan adanya korelasi sebagai dampak dari pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya.

IV.3 ANALISIS LINGKUNGAN

IV.3.1. KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS 1.A Pemahaman KLHS

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah diwajibkan membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) yang merupakan rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.

Program KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) merupakan instrument yang relative baru dikembangkan sebagai penguatan program untuk menyusun rumusan kebijakan rencana program berorientasi pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan berwawasan lingkungan adalah suatu konsep pembangunan yang memadukan aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Hal itu mengacu pada pertumbuhan dengan memperhatikan keterbatasan sumber daya alam dan kemampuan institusi masyarakat didalam melaksanakan pembangunan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang merupakan dasar didalam menyusun program program pembangunan. Disamping itu pembangunan berkelanjutan tidak akan tercapai tanpa memasukkan unsur konservasi lingkungan ke dalam kerangka proses pembangunan.

Fungsi dari KLHS adalah untuk :

1. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan dan keberlanjutan melalui penyusunan Kebijakan,

Rencana dan Program (KRP) untuk meningkatkan manfaat pembangunan;

2. Memperkuat proses pengambilan keputusan atas KRP, mengurangi kemungkinan kekeliruan dalam

membuat prakiraan/prediksi pada awal proses perencanaan kebijakan, rencana, atau program pembangunan;

3. Dampak negatif lingkungan di tingkat proyek pembangunan semakin efektif diatasi atau dicegah

(10)

IV - 10 Bagan IV. 1 Perbedaan KLHS dengan AMDAL

KLHS Tata

KAJIAN ANALISIS

LINGKUNGAN

Kebijakan

Rencana

Program

Proyek

KLHS

KLHS

Kajian Lingkungan Hidup Strategik

KLHS

AMDAL

• Kajian mengenai dampak rencana usaha/kegiatan

• Evaluasi Kegiatan disekitar rencana usulan/kegiatan

• Prakiraan besaran dampak penting evaluasi secara holistik terhadap dampak yang terjadi

Tahapan

Pemberitahuan Kepada Masyarakat Terkena Dampak

KA-ANDAL

ANDAL, RKL, RPL

• Kapasitas Daya Dukung & Daya tampung • Prakiraan Dampak & resiko LH

• Kinerja Layanan/ Jasa Ekosistem • Efisiensi Pemanfaatan SDA

• Tingkat Kerentanan & Adaptasi terhadap Perubahan iklim

• Tingkat Kehati &Potensi

Tahapan

• Kajian pengaruh KRP terhadap

kondisi LH di suatu wilayah

• Perumusan alternatif

• Rekomendasi perbaikan KRP

(11)

IV - 11 KLHS menjadi instrumen penting dalam perencanaan penataan ruang karena pengambil keputusan harus semakin mempertimbangkan dampak jangka panjang dan kumulatif dari berbagai proyek. Selain itu integrasi aspek lingkungan yang saat ini menggunakan instrumen AMDAL tidak mampu untuk mengukur dampak kumulatif secara sistematis. KLHS dapat menelaah secara efektif dampak yang bersifat strategik dan dapat memperkuat serta mengefisienkan proses penyusunan AMDAL suatu rencana kegiatan. Secara rinci tujuan dari penyusunan KLHS adalah :

a. Mengintegrasikan pertimbangan lingkungan hidup dan keberlanjutan dalam penyusunan kebijakan,

rencana, atau program (KRP) ;

b. Memperkuat proses pengambilan keputusan atas KRP ;

c. Membantu mengarahkan, mempertajam fokus, dan membatasi lingkup penyusunan dokumen

lingkungan yang dilakukan pada tingkat rencana dan pelaksanaan usaha atau kegiatan.

Mekanisme penyusunan KLHS sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dilakukan dengan tahapan atau proses sebagai berikut :

1. Penapisan;

Penapisan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menentukan apakah suatu

KRP perlu dilengkapi dengan KLHS atau tidak. Penentuan KRP telah memenuhi kriteria pelaksanaan KLHS dilakukan melalui kesepakatan pihak-pihak yang berkepentingan.

2. Pelingkupan;

Pelingkupan adalah rangkaian langkah-langkah untuk menetapkan nilai penting KLHS, tujuan KLHS, isu pokok, ruang lingkup KLHS, kedalaman kajian dan kerincian penulisan dokumen, pengenalan kondisi awal, dan telaah awal kapasitas kelembagaan. Kegiatan ini dilakukan melalui pendekatan sistematis dan metodologis yang memenuhi kaidah ilmiah. Mengingat terbatasnya waktu dan sumber daya yang tersedia, dalam kajian ini tidak dilakukan proses konsultasi publik.

3. Pengkajian;

Pengkajian adalah rangkaian langkah-langkah untuk melakukan kajian ilmiah, pemetaan kepentingan, dialog dan konsultasi serta penemuan pilihan-pilihan alternatif rumusan maupun perbaikan dan penyempurnaan terhadap rumusan yang sudah ada. Tim kajian melakukan serangkaian diskusi dan konsultasi dengan para pihak (stakeholders) terkait, khususnya dengan instansi pemerintah dan Lembaga Swadaya Masyarakat.

4. Perumusan dan pengambilan keputusan

(12)

IV - 12

A. Rencana Penyusunan KLHS Usulan Program

Berdasarkan hasil analisa pada sebelumnya, didapatkan rumusan beberapa usulan program Cipta Karya tahun 2015-2019 yang akan direncanakan di Kabupaten Hulu sungai Selatan, yang selanjutnya setelah melalui proses penapisan terdapat usulan program yang perlu dilakukan studi KLHS terlebih dahulu. Proses penyusunan KLHS RPIJM dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Identifkasi Pemangku Kepentingan

Pemangku kepentingan yang akan terlibat baik dalam proses penyusunan KLHS maupun terkena dampak dari penerapan KRP, terdiri dari pemangku kepentingan pemerintah dan pemangku kepentingan non pemerintah, sebagai berikut :

Dinas/Instansi/institusi Pemerintahan

 Insitusi yang berwenang menyusun K/R/P  Pejabat yang bertanggung jawab menyetujui K/R/P  Institusi lingkungan hidup

 Institusi terkait lainnya

Institusi/Lembaga Non Pemerintahan

 Dewan Perwakilan  LSM/Ormas

 Perguruan Tinggi/Akademisi/Asosiasi Profesi  Asosiasi/Dunia Usaha

 Lembaga yang mewakili masyarakat terkena dampak

Seberapa besar keterlibatan pemangku kepentingan dalam penyusunan KLHS dilihat keterkaitan peran dan fungsi sebagaimana tertuang dalam tupoksi masing-masing SKPD terkait, serta potensi dampak yang kan diterima SKPD tersebut atas penerapan KRP tersebut terkait dengan pelaksanaan tupoksinya. Kajian keterlibatan SKPD dalam KLHS adalah sebagai berikut :

Tabel IV. 3 Identifikasi Pemangku Kepentingan Instansi Pemerintah

No Instansi Alasan Rekomendasi

1. Bupati / Walikota Sebagai pengambil kebijakan Terlibat dalam

penyusunan KLHS

2. DPRD Sebagai pengambil kebijakan Terlibat dalam

penyusunan KLHS

3. Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah

Menyusun dan melaksanakan di bidang

perencanaan pembangunan daerah

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

4. Badan Lingkungan Hidup penyusuanan dan pelaksanaan di bidang

lingkungan hidup

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

(13)

IV - 13

No Instansi Alasan Rekomendasi

Masyarakat, Perempuan,

Perlindungan Anak dan

Keluarga Berencana

pembinaan pemberdayaan perempuan dan

perlindungan anak, Keluarga Berencana dan

Kesehatan reproduksi serta pergerakan

masyarakat.

Penyusunan KLHS

6. Badan Kesatuan Bangsa

dan Politik

Penyusunan dan pelaksanaan ideologi dan

kewaspadaan daerah, ketahanan seni, budaya,

agama, ekonomi, dan kemasyaraktan serta politik

dalam negeri.

Tidak Terlalu Terlibat

Dalam Penyusunan

KLHS

7. Badan Kepegawaian

Daerah

Tugas membantu Pejabat Pembina Kepegawaian

Daerah dalam melaksanakan manajemen Pegawai

Negri Sipil, yang meliputi pengadaan, seleksi dan

mutasi, pengembangan, pembinaan dan

kesejahteraan pegawai serta pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan

Tidak Terlalu Terlibat

Dalam Penyusunan

KLHS

8. Dinas Pekerjaan Umum

Bidang Tata Kota dan

Kebersihan

Penyusunan dan pelaksanaan di bidang Pelayanan

Kebersihan, keindahan kota dan capaian SPM

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

9. Badan Pelayanan

Perijinan Terpadu

Penyusunan dan pelaksanaan di bidang informasi

dan pengaduan, perijinan, jasa usaha dan perijinan

tertentu.

Tidak Terlalu Terlibat

Dalam Penyusunan

KLHS

10. Dinas Pendidikan Tugas pembantuan di bidang pembinaan

Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan

Pendidikan Anak Usia Dini, Non Formal dan

informal serta pengelolaan sarana dan prasarana.

Tidak Terlalu Terlibat

Dalam Penyusunan

KLHS

11. Dinas Kesehatan tugas pembantuan di bidang kesehatan keluarga,

pengendalian penyakitdan penyehatan lingkungan

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

12. Dinas Sosial Tugas pembantuan di bidang social, rehabilitasi

social dan pelayanan serta pemberdayaan 13ndust.

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

13. Dinas Tenaga Kerja dan

Transmigrasi

tugas pembantuan di bidang penempatan,

perluasan kerja dan produktivitas tenaga kerja,

hubungan industrial dan syarat kerja, pengawasan

ketenagakerjaan serta pembinaan transmigrasi.

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

14. Dinas Perhubungan,

Komunikasi dan

Informatika

Tugas pembantuan di bidang pembinaan system

transportasi, lalu lintas angkutan jalan, lalu lintas

angkutan sungai dan danau, serta komunikasi dan

informatika

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

(14)

IV - 14

No Instansi Alasan Rekomendasi

Perdagangan perdagangan yang meliputi 14ndustry logam,

mesin, elektronika dan aneka 14ndustry kimia, argo

dan hasil hutan serta perdagangan

Penyusunan KLHS

16. Dinas, Kebudayaan,

Pariwisata Pemuda dan

Olahraga

tugas pembantuan di bidang pembinaan

kebudayaan, pariwisata pemuda dan olahraga.

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

17. Dinas Pendapatan,

Pengelola Keuangan dan

Aset Daerah

tugas pembantuan di bidang pendapatan,

pengelola keuangan dan aset daerah yang meliputi

pengelolaan penerimaan Pajak Bumi dan

Banguanan, penerimaan Pendapatan Asli Daerah

dan bukan Pendapatan Asli Daerah, anggaran dan

belanja, akutansi dan asset daerah

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

18. Dinas Pertanian

Perkebunan Perikanan

dan Peternakan

Tugas pembantuan di bidang pertanian yang

meliputi prasarana dan sarana pertanian, tanaman

pangan dan holtikultura, perkebunan, serta

peternakan dan kesehatan hewan

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

19. Dinas Kehutanan Tugas pembantuan di bidang kehuutanan yag

meliputi planologi kehutanan, pemanfaatan hutan,

rehabilitasi dan perlindungan hutan

Tidak Terlalu Terlibat

Dalam Penyusunan

KLHS

20. Dinas Koperasi, Usaha

Mikro, Kecil dan

Menengah

Tugas pembantuan di bidang pembinaan

kelembagaan, usaha, pengembangan sumber daya

manusia, kemitraan dan promosi koperasi, usaha

mikro, kecil dan menengah.

Tidak Terlalu Terlibat

Dalam Penyusunan

KLHS

21. Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil

Tugas pembantuan di bidang pendaftaran

penduduk, pencatatan sipil, perencanaan dan

perkembangan kependuduk serta pengelolaan data

dan informasi.

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

22. Dinas Pekerjaan Umum

Bidang Cipta Karya dan

Tata Ruang

tugas pembantuan dibidang perumahan, bidang

penatan ruang dan bangunan, bidang

pengembangan air minum dan penyehatan

lingkungan serta bidang kebersihan.

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

23. Dinas Pekerjaan Umum

Bidang Bina Marga dan

Pengairan

Tugas pembantuan di bidang pekerjaan umum

yang meliputi Bina Marga, Sumber Daya Air dan

Pembinaan Konstruksi

Terlibat Dalam

Penyusunan KLHS

2. Identifkasi Isu Pembangunan Berkelanjutan

(15)

IV - 15 dan taraf hidup masyarakat. Untuk itu pencapaian tujuan tersebut dapat Berdasarkan usulan program kegiatan sebagaimana yang diaparkan pada bab 6, maka terdapat beberapa usulan program yang masuk kategori dalam Kebijakan, Rencana dan Program (KRP) yang perlu dilakukan kajian atau penyusunan KLHS sebelum diimplementasikan, yaitu terdiri dari :

a. Pertanahan & Tata Ruang

1) Kesenjangan Perkembangan Wilayah & struktur Ruang

2) Pemanfaatan Lahan Basah Untuk Budidaya Perikanan di Sepanjang Jaringan Irigasi

3) Perubahan Kawasan Lindung Mangrove, Sempadan Pantai, Sempadan Sungai dll

4) Optimalisasi Pemanfaatan DAS

5) Penataan Sempadan Sungai Perubahan Rona Lingkungan Pada Kawasan DAS

6) Pengendalian Pemanfaatan Ruang

7) Penanganan & Pengelolaan Daerah Tangkapan Resapan Air

8) Pengendalian Pemanfaatan Lahan Gambut dengan ketebalan > 3 m yang tidak sesuai daya

dukungnya

9) Penurunan Ruang Terbuka Hijau (Permukiman)

10) Permasalahan Tumpang Tindih Kepemilikan Lahan

11) Berkurangnya luasan lahan pertanian tanaman pangan & holtikultura

12) Pemantapan Kawasan Hutan

13) Penyelesaian Kegiatan Non Kehutanan dalam Kawasan Hutan (Forest-Land Tenure)

b. Ekonomi Wilayah

1) Kesenjangan Tingkat Pendapatan Masyarakat di Wilayah Perdesaan & Perkotaan

2) Berkurangnya peluang usaha masyarakat kecil karena eksploitasi sumber daya yang tidak

berkelanjutan

3) Belum Optimalnya Pertumbuhan Ekonomi Wilayah & pengembangan potensi ekonomi

sektoral & geografi

4) Belum optimalnya kesempatan kerja serta daya saing & industri hilir masih rendah

5) Penurunan/Rendahnya Produksi Pertanian karena anomali iklim, OPT (organisme

pengganggu tanaman), terbatasnya penerapan teknologi, terbatasnya Prastan & alih fungsi lahan

c. Infrastruktur Wilayah

1) Belum optimalnya Penanganan & Pengelolaan air bersih dan Sanitasi

2) Keterbatasan Akses Transportasi Darat

3) Kurang Optimalnya Pemanfaatan Transportasi Sungai (pendangkalan)

(16)

IV - 16

5) Terdapatnya hambatan samping jalan Raya/Bahu Jalan

6) Belum optimalnya jaringan listrik

7) Belum optimalnya jaringan komunikasi

8) Belum optimalnya jaringan irigasi & drainase d. Sosial Kemasyarakatan

1) Perubahan Perilaku & Kondisi Sosial Budaya Masyarakat

2) Migrasi Penduduk pada Kawasan Cepat Tumbuh

3) Kualitas SDM masih rendah

4) Belum Terkendalinya Pertumbuhan & Penyebaran Penduduk

e. Dampak Lingkungan

1) Terjadinya Pemanasan global

2) Terjadinya Banjir karena pemanfaatan ruang yang tidak berwawasan lingkungan

3) Sering terjadinya kebakaran hutan dan lahan

4) Perubahan Ekosistem karena pengurugan rawa/ pengeringan lahan

5) Penurunan Kualitas & Kuantitas Air Tanah

6) Erosi & Perambahan Hutan

7) Pencemaran Lingkungan akibat Aktifitas Tambang, Industri & Transportasi

f. Kelembagaan

1) Keterbatasan Informasi & Promosi Potensi Daerah

2) Belum berkembangnya koperasi/Bumdes

3) Belum optimalnya koordinasi antar lembaga

3. Identifkasi KRP

(17)

IV - 17 Sebagai gambaran awal untuk menuju ke studi KLHS, usulan Program dalam RPIJM yang telah disusun oleh pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan dapat juga mempertimbangkan faktor kriteria penapisan sebagai berikut :

1) Perubahan iklim,

2) Kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati,

3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran

hutan dan lahan,

4) Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,

5) Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,

6) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok

masyarakat; dan/atau,

7) Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut.

Tabel IV. 4 Kreteria Penapisan Usulan Program / Kegiatan Bidang Cipta Karya Di Kab. HSS

No Kreteria

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (Signifikan/Tidak Signifikan)

1. Perubahan Iklim

-

Tidak terdapat jenis kegiatan yang

dapat mempengaruhi perubahan iklim

secara signifikan

2. Kerusakan, kemerosotan,

dan/kepunahan

keanekaragaman hayati

-

Mengingat kondisi daerah Kabupaten

Hulu Sungai Selatanyang berbukit dan

terdapat pesisir, maka Tidak terdapat

jenis kegiatan yang dapat

menyebabkan Kerusakan,

kemerosotan, dan/kepunahan

keanekaragaman hayati

3. Peningkatan intensitas dan

cakupan wilayah bencana

banjir, longsor, kekeringan,

dan/atau kebakaran hutan

dan lahan

Perbaikan Daerah Aliran Sungai,

Normalisasi Sungai, dan Perbaikan

Drainase

Mengingat Kondisi Kabupaten Hulu

Sungai Selatanyang sebagian berkontur

dengan adanya kegiatan tersebut

sebaliknya akan mengantisipasi adanya

bencana banjir, dan longsor, sedangkan

kegiatan yang lain tidak terdapat

kegiatan yang dapat menyebabkan

(18)

IV - 18

No Kreteria

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (Signifikan/Tidak Signifikan)

4. Penurunan mutu dan

kelimpahan sumber daya

alam

-

Tidak terdapat jenis kegiatan yang

dapat menyebabkan Penurunan mutu

dan kelimpahan sumber daya alam.

5. Peningkatan alih fungsi

kawasan hutan dan/atau

lahan.

Pembangunan IPAL,

pengembangan IPLT,

Rehabilitasi/Peningkatan Tempat

Pemrosesan Akhir Sampah (TPA)

serta infrastruktur pendukungnya

akan merubah beberapa bagian

kawasan alami yang dimanfaatkan.

Pengaruh yang ditimbulkan bersifat

sementara dan Tidak signifikan.

6. Peningkatan jumlah

penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok

masyarakat

-

Tidak terdapat jenis kegiatan yang

dapat menyebabkan Peningkatan

jumlah penduduk miskin atau

terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok masyarakat.

7. Peningkatan resiko terhadap

kesehatan dan keselamatan

manusia -

Tidak terdapat jenis kegiatan yang

dapat menyebabkan Peningkatan risiko

terhadap kesehatan dan keselamatan

manusia.

Berdasarkan hasil proses penapisan diatas, teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM Kabupaten Hulu Sungai Selatan tidak berpengaruh terhadap kriteria penapisan. Maka berdasarkan Permen Lingkungan Hidup No.9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM Kabupaten Hulu Sungai Selatan dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM.

IV.3.2. AMDAL, UKL, UPL dan SPPLH

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) adalah kajian mengenai dampak penting suatu Usaha dan/atau Kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan Usaha dan/atau Kegiatan.

(19)

IV - 19 Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan Hidup (SPPLH) adalah merupakan pernyataan kesanggupan dari penanggung jawab Usaha dan/atau Kegiatan untuk melakukan pengelolaan dan pemantauanlingkungan hidup atas dampak lingkungan hidup dari Usaha dan/atau kegiatannya diluar usaha dan/atau kegiatan yang wajib amdal atau UKL-UPL.

Panduan kerangka Lingkungan dirumuskan berdasarkan sejumlah regulasi terkait yang berlaku, antara lain:

1. Undang-undang (UU) No. 32/2009 Tentang Perlindungaan dan Pengelolaan lingkungan hidup,pasal

22-33 mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yangkemungkinan dapat menimbulkan dampak lingkungan besar dansignifikan diharuskan wajib AMDAL. Pasal 34 mengenai rencana kegiatan atau pekerjaan yangkemungkinan dapat menimbulkan dampak lingkungan yang wajibUKL/UPL. Pasal 35 rencana kegiatan atau pekerjaan yang diminta untuk dilengkapi dengan SPPL

2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 tentang Izin Lingkungan, Dokumen Lingkungan Hidup

(AMDAL dan UKL-UPL) menyediakan informasi yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan terkait dengan penerbitan izin lingkungan. Informasi yang disajikan berupa dampak lingkungan yang terjadi akibat rencana usaha dan/atau kegiatan dan langkah-langkah pengendaliannya dari aspek teknologi social dan institusi, pemantauan lingkungannya serta komitmen pemrakarsa

3. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 pasal 32-33, Keputusan Kelayakan Lingkungan atau

ketidaklayakan diambil oleh Mentri/Gubernur/Bupati/Walikota dari hasil rekomendasi hasil penilaian Andal & RKL-RPL dari Komisi Penilai Amdal dengan jangka waktu 10 hari kerja.

4. Peraturan Pemerintah (PP) No. 27/2012 pasal 47, izin lingkungan diterbitkan oleh Mentri, gubernur, atau bupati/walikota bersamaan dengan diterbitkannya keputusan kelayakan lingkungan hidup

5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 15/2012, tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau

Kegiatan yang Wajib Memiliki Mengenai Dampak Lingkungan Hidup;

6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 16 tahun 2012 tentang Upaya Pengelolaan

Lingkungan Hidup dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan hidup

7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 10 tahun 2008 tentang Penetapan Jenis Usaha

dan/atau Kegiatan Bidang Permukiman dan Prasarana Wilayah yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL); dan

Seluruh program investasi inrfrastruktur bidang PU/Cipta Karya yang diusulkan oleh Kabupaten/Kota harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut ini.

1. Penilaian lingkungan (environtment assesment) dan rencana mitigasi dampak sub-proyek,

(20)

IV - 20

a. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) atau Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL)

dikombinasikan dengan Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL), khususnya bagi kegiatan sub proyek yang diprakirakan menimbulkan dampak penting atau perubahan mendasar bagi lingkungan.

b. Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL), bagi kegiatan

sub proyek yang tidak menimbulkan dampak penting pada lingkungan.

c. Standar Operasi Baku (SOP) untuk petunjuk pelaksanaan mitigasi dilapangan termasuk petunjuk

pelaksanaan operasional dan pemeliharaan sarana yang dibangun.

d. Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2. AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format AMDAL atau UKL/UPL

merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan dan keuangan sub-proyek.

3. Sejauh mungkin, subproyek harus menghindari atau meminimalkan dampak negatif terhadap

lingkungan. Selaras dengan hal tersebut, sub proyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif semaksimal mungkin pada masyarakat dan lingkungan. Sub proyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan dampak negatif yang penting terhadap lingkungan, dan dampak tersebut tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian rupa harus dilengkapi dengan AMDAL.

4. Usulan program investasi infrastruktur bidang PU/Cipta Karya tidak dapat dipergunakan untuk

mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang dilindungi / kawasan lindung, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi atau penggunaan :

a. Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk tembakau;

b. Asbes. Bahan-bahan yang mengandung unsur asbes;

c. Bahan/material yang termasuk dalam ketegori B3 (bahan beracun dan berbahaya). Rencana

investasi tidak membiayai kegiatan yang menggunakan, menghasilkan, menyimpan atau mengangkut bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia;

d. Pestisida, herbisida, dan insektisida. RPIJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang

melakukan pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida;

e. Pembangunan bendungan. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai

(21)

IV - 21

f. Kekayaan budaya. RPIJM bidang infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang

dapat merusak atau menghancurkan kekayaan budaya baik berupa benda dan budaya maupun lokasi yang dianggap sakral atau memiliki nilai spiritual; dan

g. Penebangan kayu. RPIJM bidang Infrastruktur PU/Cipta Karya tidak membiayai kegiatan yang

terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan peralatan penebangan kayu.

Prosedurpelaksanaan AMDAL terdiri dari berbagai kegiatan utama, yakni: pentapisan awal sub

proyek sesuai dengan kriteria persyaratan Safeguard, evaluasi dampak lingkungan;

pengklasifikasian/kategorisasi dampak lingkungan dari sub proyek yang diusulkan sebagai berikut : Tabel IV. 5 Kategori Pendugaan Safeguard Lingkungan

Kategori Dampak Persyaratan

Pemerintah

A

Sub proyek dapat mengakibatkan dampak lingkungan yang buruk, berkaitan dengan

kepekaan dan keragaman dampak yang ditimbulkan, upaya pemulihan kembali

sangat sulit dilakukan

ANDAL dan

RKL/RPL

B Sub proyek dengan ukuran dan volume kecil, mengakibatkan dampak lingkungan

akan tetapi upaya pemulihannya sangat mungkin dilakukan UKL/UPL

C Sub proyek yang tidak memiliki komponen konstruksi dan tidak mengakibatkan

pencemaran udara, tanah dan air. Tidak ada

Catatan :

 ANDAL : Analisis Dampak Lingkungan  RPL : Rencana Pemantauan Lingkungan  UKL : Upaya Pengelolaan Lingkungan  UPL : Upaya Pemantauan Lingkungan

Tabel IV. 6 Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.5 Tahun 2012 Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL

No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran Alasan Ilmiah

1 Normalisasi Sungai (termasuk sodetan)

dan pembuatan kanal banjir

- Terjadi timbunan tanah galian kana kiri sungai yang menimbulkan dampak

lingkungan, dampak sosial, dan

gangguan

- Mobilisasi alat besar dapat menimbulkan gangguan dampak

a. Kota besar/ metropolitas

- Panjang >= 5 km

- Volume pengerukan >= 500.000 m3

b. Kota sedang

- Panjang >= 10 km

- Volume pengerukan >= 500.000 m3

c. Perdesaaan

- Panjang >= 15 km

(22)

IV - 22

No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran Alasan Ilmiah

2 Persampahan a.Dampak potensial adalah pencemaran

gas/udara, resiko kesehatan masyarakat

dan pencemaran dari leachate

b.Dampak potensial berupa pencemaran

dari leachate, udara, bau, vektor, penyakit

dan gangguan kesehatan

c.Dampak potensial berupa pencemaran

dari leachate, udara, gas beracun, bau,

vektor, penyakit dan gangguan kesehatan

d.Dampak potensial berupa fly ash dan

bottom ash, pencemaran udara, emisi

biogas, limbah, cooling water, bau dan

gangguan kesehatan

e.Dampak potensial berupa pencemaran

dari bau, dan gangguan kesehatan a. Pembangunan Tempat

Pembuangan Akhir Sampah

domestik dengan sistem control

landfill atau sanitary landfill

(luas < 10 Ha dan

kapasitas < 10.000

ton)

b. TPA di daerah pasang surut , Semua

kapasitas/besaran

c. Pembangunan Transfer Station

(kapasitas operasional)

≥ 500 ton/ hari

d. Pembangunan incenarator Semua kapasitas

e. Bangunan Komposting dan Daur

Ulang (kapasitas sampah baku)

≥ 500 ton/ hari

f. Transportasi sampah dengan

kereta api

≥ 500 ton/ hari

3 Pembangunan perumahan/

permukiman

Besaran untuk masing-masing tipologi kota

diperhitungkan berdasarkan :

- Tingkat pembebasan lahan

- Daya dukung lahan; seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat

kepadatan bangunan per hektar

- Tingkat kebutuhan air sehari-hari - Limbah yang dihasilkan sebagai akibat

hasil kegiatan perumahan dan permukiman

- Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (mobilisasi material dan manusia)

- KDB dan KLB a. Kota metropolitan ≥25 ha

b. Kota besar ≥ 50 ha

c. Kota sedang ≥100 ha

d. Keperluan Settlement transmigrasi ≥2000 ha

4 Air limbah domestik

a. Pembangunan instalasi

pengolahan lumpur tinja (IPLT),

termasuk fasilitas penunjangnya

Luas ≥2 ha Kapasitas ≥11 m3 /

hari

- Setara dengan layanan untuk 100.000 orang

- Dampak potensial berupa bau, gangguan kesehatan, lumpur sisa yang tidak diolah

dengan baik dan gangguan visual

b. Pembangunan instalasi

pengolahan air limbah (IPAL)

Luas ≥ 3 ha Kapasitas ≥2.4 ton/

(23)

IV - 23

No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran Alasan Ilmiah

limbah domestik termasuk fasilitas

penunjangnya

hari

c. Pembangunan sistem perpipaan

air limbah

Luas ≥ 500 ha Kapasitas ≥16.000 m3 / hari

- Setara dengan layanan untuk 100.000 orang

- Setara dengan 20.000 unit

- Dampak potensial berupa gangguan lalulintas, kerusakan prasarana umum,

ketidaksesuaian atau nilai kompensasi

5 Pembangunan saluran drainase

(primer dan/atau skunder) di

permukiman

- Berpotensi menimbulkan gangguan lalulintas, kerusakan prasarana umum,

pencemaran di daerah hilir, perubahan tata

air disekitar jaringan, bertambahnya aliran

puncak dan perubahan perilaku

masyarakat disekitar jaringan

- Pembangunan jaringan skunder di kota sedang yang melewati permukiman padat a. Kota besar/ metropolitas ≥ 5 km

b. Kota sedang, panjang ≥ 10 km

6 Jaringan air bersih di kota besar/

metropolitas

Berpotensi menimbulkan dampak hidrologi

dan persoalan keterbatasan air

a. Pembangunan jaringan distribusi ≥ 500 ha

b. Pembangunan jaringan transmisi >= 10 km

7 Pengambilan air dari danau, sungai,

mata air permukaan atau sumber air

permukaan lainnya

>= 250 l/d - setara kebutuhan air bersih 200.000 orang

- setara kebutuhan kota sedang

8 Pembangunan pusat perkantoran,

pendidikan, olahraga, kesenian,

tempat ibadah, pusat perdagangan/

perbelanjaan relatif terkonsentrasi

Luas lahan >= 5 ha

Bangunan >= 10.

000 m3

Besaran diperhitungkan berdasarkan :

- Pembebasan lahan - Daya dukung lahan

- Tingkat kebutuhan air sehari-hari - Limbah yang dihasilkan

- Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (getaran, kebisingan, polusi udara

dan lain-lain)

- KDB dan KLB

- Jumlah dan jenis pohon yang mungkin hilang

(24)

IV - 24

No Jenis Kegiatan Skala/ Besaran Alasan Ilmiah

perdagangan/perbelanjaan relatif

terkonsentarsi dengan luas tersebut

diperkirakan akan menimbulkan dampak

penting :

- Konflik sosial akibat pembebasan lahan (umumnya berlokasi dekat pusat kota yang

memiliki kepadatan tinggi)

- Struktur bangunan bertingkat tinggi dan bassement menyebabkan masalah

dewatering dan gangguan tiang-tiang

pancang terhadap akuifer sumber air

sekitar

- Bangkitan pergerakan dan kebutuhan permukiman dari tenaga kerja yang besar

- Bangkitan pergerakan dan kebutuhan perkir pengunjung

- Produksi sampah 9 Pembangunan kawasan permukiman

untuk pemindahan penduduk/

transmigasi

Luas lahan >= 2000

ha

Berpotensi menimbulkan dampak yang

disebabkan oleh :

- Pembebasan lahan - Tingkat kebutuhan air

- Daya dukung lahan; seperti daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat

kepadatan bangunan per hektar, dan

lain-lain

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012

(25)

IV - 25 Tabel IV. 7 UKL dan UPL Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 10 Tahun 2008

No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala (Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus 1 Normalisasi Sungai

a. Kota Besar/Metropolitan

(panjang atau luas)

1 Km s/d < 5 Km,

5 Ha s/d 50 Ha

Perubahan bentang

alam dan bentuk

lahan, serta perubahan

ekosistem sungai,

perubahan

morfologisungai, dan

pengaruh kondisi

sosial ekonomi budaya

masyarakat.

Perubahan alur, dasar Dan

tebing

sungai dalam mencapai

keseimbangan baru,

meningkatnya

pencemaran air, gangguan lalu

lintas dan gangguan estetika

lingkungan. b. Kota Sedang (panjang

sungai)

3 Km s/d < 10

Km, 10 ha s/d 50

Ha

c. Perdesaaan (panjang

sungai)

5 Km s/d < 15

Km, 15 Ha s/d 50

Ha

d. Sodetan Semua Besaran

2 Persampahan

a. Tempat Pembuangan Akhir

Sampah dengan sistem

control landfill atau sanitary

landfill

(luas < 10 Ha dan

kapasitas <

10.000 ton)

Perubahan tentang

bentang alam dan

bentuk lahan,

pengaruh penggunaan

teknologinya terhadap

lingkungan fisik, kimia

dan sosial ekonomi

budaya, introduksi

jenis kawasan

Gangguan kesehatan, estetika,

bau, asap, pembakaran, emisi

bio gas (H2S, NOX, Sox, Cox,

dixioan), pencemaran air tanah

maupun air permukaan

leachate (air lindi), gangguan

lalat, keluahan penduduk

sekitar terhadap keberadaan

tempat pembuangan sampah

disekitar, dll b. TPA di daerah pasang surut

(luas < 5 Ha dan

kapasitas < 5.000

ton)

Kedalam proses

pembusukan, kecuali

untuk lokasi yang

berada di bantaran

sungai

Tidak dibangun di

sekitar sungai/

berbatasan langsung

dengan sungai c. Pembangunan Transfer

Station (kapasitas

operasional)

<1000 ton/ hari

d. Pembangunan incenarator < 500 ton/hari

e. Bangunan Komposting dan

Daur Ulang (kapasitas

sampah baku)

> 50 s/d 100

ton/Ha

3 Pembangunan Perumahan dan

Permukiman

Perubahan bentang

alam, eksploitasi dan

Perubahan tata guna lahan

(26)

IV - 26 No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala

(Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus a. Kota Metropolitan (luas) 2 Ha s/d <25 Ha pemanfaatan sumber

daya alam yang

menimbulkan

pemborosan dan

kemerosotan,

pengaruhnya terhadap

lingkungan

fisik-kimiawi, biologi, sosial

ekonomi dan budaya

daya dukung dan tingkat

pelayanan kota, bangkitan

LHR, bangkitan sampah dan

limbah, perubahan tingkat

konsumsi air bersih, perubahan

volume run-off, perubahan

kawasan resap air,

kesenjangan sosial dengan

masyarakat b. Kota Besar (luas) 2 Ha s/d 50 Ha

c. Kota Sedang (luas) 2 Ha s/d 100 Ha

4 Peremajaan Perumahan dan

Permukiman

Perubahan bentuk

lahan, pengaruhnya

terhadap lingkungan

sosial, ekonomi dan

budaya dan pelestarian

cagar budaya

Perubahan kepadatan

penduduk, perubahan tingkat

pelayanan prasarana dan

sarana kota, perubahan kondisi

sosial ekonomi dan budaya,

kehilangan bangunan

bersejarah atau peningkatan

nilai asset bangunan

bersejarah a. Kota Metropolitan dan

Besar >= 1Ha

b. Kota Sedang >= 2 Ha

c. Revitalisasi kawasan

(memfungsikan kembali

kawasan)

>= 1 Ha

5 Pembangunan Instalasi

Pengolahan Lumpur Tinja

(IPLT) dan Instalasi

Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Perubahan bentuk

lahan, pengaruh

proses teknologi

terhadap lingkungan

fisik, kimiawi, biologi,

sosial, ekonomi dan

budaya

Gangguan kesehatan, estetika,

bau, perubahan kualitas air

tanah maupun air permukaan

sekitar IPAL/IPLT, perubahan

pola mata pencaharian

masyarakat sekitar

a. IPLT < 2 Ha

b. IPAL < 3 Ha

6 Pembangunan Sistem

Perpipaan Air Limbah

(sewerage)

Penurunan daya

dukung dan daya

tampung lingkungan,

penerapan teknologi

yang mempengaruhi

lingkungan fisik

kimia, serta proses dan

hasilnyamempengaruhi

timbulnyabau, lalat, vektor

penyakit,pencmaran udara

akibat emisigas hasil

pembakaranpencemaran atau

perubahankualitas dan Kota Besar/ Metropolitan (luas/

(27)

IV - 27 No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala

(Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus masyarak kuantitas air tanah,air

permukaan dan air bakuserta

keresahan

masyarakatterhadap

pengelolaan airlimbah.

7 Drainase Permukiman Kota

a. Pembangunan saluran di

Kota Besar dan

Metropolitan

Perubahan bentang

alam dan bentuk lahan,

penerapan

teknologinya

mempengaruhi

lingkungan fisik,

kimiawi, proses dan

hasilnya

mempengaruhi

lingkungan sosial,

ekonomi dan budaya

Gangguan lalulintas,

kerusakan prasarana dan

sarana umum, ketidapuasan

atas nilai kompensasi

kerusakan property atau

kompensasi pembebasan

lahan, perubahan kualitas air di

bagian hilir saluran

*) pembangunan drainase

skunder dan tertier di kota

sedang kemungkinan melewati

permukiman padat - Drainase Utama (panjang) < 5 Km

- Drainase Skunder dan

Tertier (panjang) 1 Km – 5 Km

b. Pembangunan Saluran di

Kota Sedang

- Drainase Utama (panjang) < 10 Km - Drainase Skunder dan

Tertier (panjang) 2 – 10 Km*

c. Pembangunan Saluran di

Kota Kecil (panjang) < 5 Km

8 Pembangunan Bangunan

Gedung, meliputi apartemen/

perkantran dan rumah sakit

kelas A, B, dan C

kimiawi, proses dan

hasilnya

mempengaruhi

lingkungan sosial,

ekonomi dan budaya,

flora fauna, perubahan

intensitas bangunan

gedung terhadap

Gangguan lalulintas,

kebisingan, kesehatan,

getaran, gangguan genagan

lokal, gangguan cahaya,

gangguan kebakaran,

bangkitan LHR, air limbah,

sampah, peningkatan

kebutuhan pelayanan

prasarana dan sarana

perkotaan (air bersih, air

limbah, jalan akses, drainase,

area parkir), perubahan KDB,

(28)

IV - 28 No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala

(Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus linkungan bahan bersifat ozon

9 Air Bersih Perkotaan

Penerapan

teknologinya

mempengaruhi

lingkungan fisik, kimia,

proses dan hasilnya

mempengaruhi

lingkungan sosial

budaya, eksploiatsi

sumberdaya air yang

pemanfaatnnya

berpotensi

menimbulkan

pemborosan maupun

kerusakan sumber

daya alam, ekologi

waduk

Gangguan lalulintas,

kecemburuan sosial antar

konsumen air bersih, konflik

pemakaian sumber daya air,

perubahan pasokan air,

penurunan muka tanah akibat

penyedotan air tanah yang

berlebihan, intusi air asin,

perubahan kualitas air badan

penerima limbah hasil proses

pengolahan air.

*)skala besaran wajib

UKL?UPL untuk pengambilan

dari mata air > 5 l/dt s/d <50 l/d

(khususnya di P. Jawa dan

pulaupulau kecil)

*) sepanjang belum diatur oleh

instansi yang berwenang a. Pembangunan Jaringan

Distribusi (luas layanan)

100 Ha s/d < 500

Ha

b. Pembangunan Jaringan

Pipa Transmisi 5 Km s/d <10 Km

c. Pengambilan Air Baku dan

Sungai, Danau dan Sumber

Air Lainnya (debit)

50 l/dt < 250 l/d*

d. Pembangunan Instalasi

Pengelohan Air Lengkap

(debit)

< 50 l/d

e. Pengambilan Air Tanah < 5 l/d dan < 50

10 Pembangunan Kawasan

Permukiman Untuk

Pemindahan Penduduk dan

atau Permukiman Kembali

Perubahan bentang

alam, eksploitasi

sumber daya alam,

proses dan hasilnya

mempengaruhi

lingkungan fisik kimia

biologi, mempengaruhi

pelestarian kawasan

konservasi sumber

daya alam

Perubahan tata guna lahan

kawasan, ketidakpuasan atas

pemberian kompensasi

penggantian bangunan,

adaptasi dengan penduduk

sekitar, perubahan ekosistem

kawasan, perubahan daya

dukung kawasan (lahan,

sumber daya air, pertanian,

kehutanan, perkebunan, dll),

perubahan koefisien run off ,

perubahan KDB, KLB.

Catatan

*) kedalam kegiatan ini a. Jumlah Penduduk

Pendukung Yang

Dipindahkan

50 KK – 200 KK

(29)

IV - 29 No Jenis Usaha/ Kegiatan Skala

(Besaran)

Dasar

Pertimbangan Alasan Ilmiah Khusus termasuk yang dipersiapkan

untuk menampung pengungsi

dan memukimkan kembali,

penduduk yang dipindahkan

akibat pembangunan proyek

misalnya waduk, jalan,

bencana sosial, dll.

Sumber : Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012

Beberapa kegiatan pada bidang Pekerjaan Umum untuk mempertimbangkan skala/besaran menggunakan ketentuan berdasarkan jumlah populasi, yaitu :

- Kota Metropolitan : > 1.000.000 jiwa

- Kota Besar : 500.000 – 1.000.000 jiwa

- Kota Sedang : 200.000 – 500.000 jiwa

- Kota Kecil : 20.000 – 200.000 jiwa

Penyusunan dokumen UKL dan UPL, meliputi deskripsi:

- Rencana kegiatan (jenis kegiatan, rencana lokasi dan posisinya dengan rencana umum tata ruang,

- jarak lokasi kegiatan dengan SDA dan kegiatan lainnya, sarana/fasilitas yang direncanakan,

proses yang akan dilaksanakan),

- komponen lingkungan yang mungkin akan terkena dampak, dampak yang akan terjadi

(sumber dampak, jenis dampak dan ukurannya, sifat dan tolok ukur dampak),

- upaya pengelolaan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemraakarsa,

- upaya pemantauan lingkungan yang harus dilaksanakan oleh pemrakarsa (jenis dampak yang

dipantau, lokasi pemantauan,

- waktu pemantauan dan cara pemantauan), mekanisme pelaporan pelaksanaan UKL/UPL

pada saat kegiatan dilaksanakan (instansi pembina, BPLDH dan dinas teknis terkait).

Dokumen ini dilengkapi juga dengan pernyataan pemrakarsa yang ditanda tangani untuk melaksanakan upaya pengelolaan lingkungan.

1. Pemrakarsa Kegiatan

(30)

IV - 30

a. Perumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL atau draftUKL/UPL, melaksanakan serta

melakukan pemantauan pelaksanaannya.Bila diperlukan BAPPEDALDA dapat

membantupemrakarsa kegiatan dalam melaksanakan pemantauan;

b. Konsultasi dengan warga yang secara potensial dipengaruhi dampaklingkungan atau PAP dalam

forum stakeholder, baik pada saatperumusan KA-ANDAL, draft ANDAL dan RKL/RPL. Sebelumkegiatan konsultasi dilakukan, pemrakarsa kegiatan perlu menyediakansemua bahan yang relevan sekurang-kurangnnya 3 (tiga) hari sebelumkegiatan dilakukan yang setidaknya mencakup: ringkasan tujuankegiatan, rincian kegiatan; dan gambaran menyeluruh

potensidampaknya. Hasil konsultasi dalam forum stakeholder tersebut harusdicatat sebagai bagian

dari laporan ANDAL. Disamping itu, kegiatankonsultasi dengan PAP bila perlu juga dilakukan selama pelaksanaansub proyek;

c. Melaporkan pelaksanaan RKL/RPL dan hasil pemantauannya BAPEDALDA, BupatiKabupaten

Tanah Laut;

d. Keterbukaan informasi mengenai draft ANDAL dan RKL/RPL atau UKL/UPL pada publik dalam

waktu yang tidak terbatas; dan

e. Penanganan keluhan publik secara transparan. Perlu dikembangkan prosedur penyampaian

keluhan publik yang transparan. Keluhan harus dijawab sebelum tahap pelelangan kegiatan dimulai. Keluhan yang diajukan sebelum konstruksi, selama konstruksi dan/atau operasi kegiatan perlu diselesaikan secara musyawarah antara pemrakarsakegiatan dengan pihak-pihak yang mengajukan keluhan.

2. BAPPEDALDA atau Dinas/ Instansi Terkait (BLH)

a. Menurut SK Menteri Lingkungan Hidup No. 86/2003,BAPPEDALDA atau Dinas/Instansi yang

berkecimpung dalam masalahlingkungan hidup, bertanggung jawab untuk mengkaji dan memberikanpersetujuan terhadap UPL/UKL yang dirumuskan oleh pemrakarsakegiatan;

b. Dalam pelaksanaan RPIJM, BAPPEDALDA juga bertanggung jawab untukmelakukan supervisi

pelaksanaan RKL/RPL serta melakukanpemantauan terhadap lingkungan secara umum;

c. BAPPEDALDA juga merupakan anggota tetap Komisi AMDAL.

3. Komisi AMDAL

Komisi AMDAL adalah badan yang berwenang dan bertanggung jawabuntuk melakukan:

a. Kajian dan persetujuan terhadap KA-ANDAL, ANDAL dan RKL/RPLyang dirumuskan oleh

pemrakarsa kegiatan;

b. Penyampaian laporan hasil kajian yang dilakukan kepada BupatiKabupaten Hulu Sungai

(31)
(32)

IV - 32

Contents

IV.1 ANALISIS SOSIAL ... 1

IV.1.1. Pengarusutamaan Gender... 2

IV.1.2. Identifikasi kebutuhan penanganan sosial pasca pelaksanaan pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya ... 3

IV.2 ANALISIS EKONOMI ... 3

IV.2.1 Kemiskinan... 3

IV.2.2. Analisis Dampak Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya terhadap Ekonomi Lokal Masyarakat ... 8

IV.3 ANALISIS LINGKUNGAN ... 9

IV.3.1. KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS ... 9

IV.3.2. AMDAL, UKL, UPL dan SPPLH ... 18

TABEL IV.1REKAPITULASI KELUARGA MISKIN PER DESA /KELURAHAN ...4

TABEL IV.2 LAJU PDRB ATAS DASAR HRG KONSTAN 2010MENURUT LAPANGAN USAHA DI KAB.HSS(%)2012-2015–BPS2016 ..8

TABEL IV.3IDENTIFIKASI PEMANGKU KEPENTINGAN INSTANSI PEMERINTAH ...12

TABEL IV.4KRETERIA PENAPISAN USULAN PROGRAM /KEGIATAN BIDANG CIPTA KARYA DI KAB.HSS ...17

TABEL IV.5KATEGORI PENDUGAAN SAFEGUARDLINGKUNGAN ...21

TABEL IV.6PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP NO.5TAHUN 2012JENIS RENCANA USAHA DAN/ATAU KEGIATAN WAJIB AMDAL ...21

Gambar

Tabel IV. 1 Rekapitulasi Keluarga Miskin per Desa /kelurahan
Gambar dalam barat
Tabel di atas menunjukan bahwa prosentase rumah tangga miskin tertinggi terjadi pada Kecamatan
Tabel IV. 2  Laju PDRB atas Dasar Hrg Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kab.HSS (%) 2012-2015 –BPS 2016
+5

Referensi

Dokumen terkait

salah satu dari sifat kepribadian yang dimiliki individu. Rasa percaya diri merupakan adanya kepercayaan mengenai. kemapuan diri sehingga sanggup menghadapi tugas dan

Disetujui oleh Dosen Pembimbing Laporan Akhir Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Sriwijaya.. Pembimbing I,

baik dalam keadaan hidup atau mati akan mengakibatkan perubahan histopatologi pada usus mencit jika diinokulasikan secara oral yang nantinya hasil penelitian ini akan membuktikan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa Pendidikan Dinas Kabupaten Garut telah melaksanakan penyusunan anggaran program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kualitatif berupa deskripsi dari hasil survei primer yang dilakukan pada pihak bank dan nasabah yang digunakan

Fenomena meningkatnya ukuran partikel seiring dengan meningkatnya suhu kalsinasi juga dapat diamati pada sampel yang menggunakan konsentrasi prekursor 0,07 M (gambar 4a, b dan c

Laporan kinerja ini merupakan media pertanggungjawaban kinerja Pemerintah Kabupaten Solok yang berisi pencapaian target indikator Sasaran Strategis Rencana

Pada subsektor tanaman perkebunan rakyat, kenaikan nilai tukar disebabkan oleh meningkatnya indeks harga pada kelompok tanaman perkebunan rakyat seperti karet dan sawit