• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN RENCANA PENINGKATAN SARANA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN RENCANA PENINGKATAN SARANA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN RENCANA PENINGKATAN SARANA RUMAH SAKIT UMUM KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

Muslim Patra Mokoginta1 Nanang Setiawan2 Eko Budi Santoso3

ABSTRAK

Rumah Sakit Umum Kaupaten Bolaang Mongondow dalam perkembangannya banyak melakukan pembenahan-pembenahan, salah satunya adalah usulan untuk merencanakan pembangunan kembali fisik gedung rawat inap bersama dengan penambahan kelengkapan peralatan medik dan non medik sesuai dengan standar pelayanan oleh pihak pengelola rumah sakit kepada Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow. Adanya usulan tersebut membuat program prioritas pembangunan daerah semakin bertambah serta dapat mengakibatkan beban anggaran yang ditanggung oleh pemerintah kabupaten semakin besar.

Penelitian ini akan mengkaji dua aspek yaitu rencana teknik dan rencana investasi. Kajian rencana teknik bertujuan untuk mengetahui kebutuhan ruang perawatan rawat inap dengan sebelumnya melakukan langkah-langkah berikut, pertama; menganalisa kegiatan sarana pelayanan rawat inap pada tiap-tiap kelas perawatan menggunakan indikator pelayanan rawat inap, kedua; melakukan perkiraan jumlah penduduk dan jumlah hari perawatan rawat inap menggunakan metode peramalan. Kajian rencana investasi bertujuan untuk mengetahui rencana investasi yang sebaiknya dilakukan terhadap peningkatan sarana pelayanan rawat inap dengan dua alternatif rencana investasi dan melakukan penilaian investasi dengan menggunakan metode kriteria investasi Net Present Value (NPV), Payback Period (PP), Internal Rate of Return (IRR) dan Profitability Index (PI).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa kebutuhan tempat tidur untuk pelayanan rawat inap RSU Kabupaten Bolaang Mongondow adalah 179 TT dan kebutuhan ruang perawatan pelayanan rawat inap minimal adalah 1.862,5 M2. Hasil analisa rencana investasi terhadap dua alternatif yaitu, Alternatif pertama pembangunan dilaksanakan dalam satu tahap dengan pendanaan proyek dilakukan melalui 70% modal pinjaman bank dan 30% modal pemerintah kabupaten melalui APBD dan Alternatif kedua pembangunan dilaksanakan dalam 3 tahap dengan pendanaan proyek 100% modal pemerintah kabupaten melalui APBD, mengahasilkan alternatif rencana investasi yang paling baik dilakukan adalah alternatif kedua, dimana menghasilkan NPV positif Rp. 2.135.467.743,99, PP pada tahun ke 10, IRR sebesar 16,28 % dan PI sebesar 1,75.

Kata Kunci: Pembiayaan Pembangunan, Prasarana Sosial Rumah Sakit

1

Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS 2

Dosen Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota FTSP ITS 3

(2)

PENDAHULUAN

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan masyarakat (public services) khususnya pelayanan kesehatan rujukan yang komprehensif, terpadu dan efisien serta dapat memberikan pelayanan kesehatan bermutu terjangkau secara adil dan merata, baik pelayanan yang bersifat dasar, spesialistik maupun subspesialistik.

Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow memiliki 1 (satu) Rumah Sakit Umum, yang dikelola oleh Badan Pengelola Rumah Sakit Umum Kabupaten Bolaang Mongondow dengan status rumah sakit tipe C. Dalam perkembangannya RSU Kabupaten Bolaang Mongondow banyak melakukan pembenahan-pembenahan dalam melakukan peningkatan sarana pelayanan rumah sakit, salah satunya adanya usulan untuk merencanakan pembangunan kembali fisik gedung pelayanan rawat inap bersama dengan permintaan pemenuhan kelengkapan peralatan medik dan non medik pelayanan rawat inap sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit saat ini. Pelayanan Rawat Inap RSU Kabupaten Bolaang Mongondow saat ini memiliki 162 TT yang tersebar pada masing-masing kelas perawatan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari RSU Kabupaten Bolaang Mongondow bahwa jumlah hari perawatan rawat inap dari tahun ketahun menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan, sehingga dengan adanya peningkatan tersebut akan berpengaruh kepada tingkat pemanfaatan sarana pelayanan, terutama tingkat pemanfaatan tempat tidur pada masing-masing kelas perawatan.

Rencana peningkatan sarana pelayanan rawat inap dengan melakukan pembangunan fisik serta permintaan pemenuhan kelengkapan peralatan medik dan non medik sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit akan membutuhkan dana relatif cukup besar sehingga perlu dipikirkan bagaimana penyediaan dana tersebut di awal pembangunan tanpa memberatkan beban anggaran pemerintah kabupaten dengan kemampuan sumber dana terbatas tetapi memiliki berbagai program prioritas pembangunan daerah.

Sehubungan dengan adanya usulan tersebut serta mengingat besarnya sumberdaya yang akan digunakan, maka perlu dilakukan Kajian Rencana Peningkatan Sarana Pelayanan Rawat Inap Rumah Sakit Umum Bolaang Mongondow Propinsi Sulawesi Utara.

TINJAUAN PUSTAKA

Penilaian tingkat keberhasilan atau gambaran tentang keadaan pelayanan rawat inap biasanya dilihat dari berbagai segi antara lain (Wijono, 1999); tingkat pemanfaatan sarana pelayanan, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan rawat inap dengan menggunakan indikator sebagai berikut: (1) Bed Occupancy Rate (BOR), (2) Average Length Of Stay (ALOS), (3) Bed Turn Over (BTO), (4) Turn Over Interval (TOI).

Cara menghitung jumlah tempat tidur disesuaikan dengan perkembangan nilai BOR, jumlah pertumbuhan penduduk dengan standar luas ruang perawatan rawat inap (Dirjen Yanmedik, 1998) adalah: (1) Kamar VIP + 21,5 M2/TT; (2) Kamar Kelas I + 15 M2/TT; (3) Kamar Kelas II + 10 M2/TT; (4) Kamar Kelas III + 8 M2/TT

Metode peramalan adalah usaha untuk meminimalkan ketidakpastian (Aritonang, 2002). Peramalan adalah memperkirakan mengenai sesuatu yang

(3)

belum terjadi. Metode Peramalan bertujuan untuk bisa meminimumkan kesalahan meramal. Banyak metode yang dapat digunakan dalam melakukan peramalan antara lain dengan menggunakan Trend Linear dengan Metode Least Squares, metode ini banyak digunakan karena persamaan yang diperoleh mengakibatkan jumlah kesalahan peramalan terkecil. (Subagyo, 2002).

Pada penilaian investasi atau proyek, umumnya kriteria yang biasa dipertimbangkan untuk digunakan adalah :

1. Net Present Value (NPV), Kriteria Net Present Value didasarkan atas konsep pendiskontoan seluruh arus kas ke nilai sekarang Pemahaman ini mengarah kepada pengembangan teknik arus kas didiskonto (discount cash flow), yang memperhitungkan nilai waktu dari uang terhadap nilai sekarang bersih (net present value). (Atmaja, 1999).

2. Payback Period (PP), adalah jumlah periode (tahun) yang diperlukan untuk mengembalikan ongkos investasi awal dengan tingkat pengembalian tertentu. (Atmaja, 1999).

3. Internal Rate Of Return (IRR), adalah tingkat pengembalian yang menghasilkan NPV arus kas masuk sama dengan NPV arus kas keluar (Soeharto, 1995). 4. Profitability Index (PI), adalah rasio antara Present Value penerimaan arus kas

dan Present Value pengeluaran arus kas, metode ini juga sering disebut dengan Metode Benefit Cost Ratio (Atmaja, 1999).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dikerjakan dalam dua tahapan utama yaitu pengumpulan data dan pengolahan analisa data.

Pengumpulan Data

Data-data yang dianggap perlu dikumpulkan untuk digunakan dalam penelitian: (1) Data Primer berupa survey harga pasar terhadap peralatan/fasilitas medik maupun non medik. (2) Data Sekunder berupa data kependudukan, data kegiatan pelayanan rawat inap yang terdiri dari jenis pelayanan rawat inap, jumlah pasien, jumlah lama dirawat, jumlah hari perawatan rawat inap, data teknik berupa standar ruang dan bangunan rawat inap, peralatan dan fasilitasnya serta data keuangan berupa laporan penerimaan dan operasional rumah sakit.

Pengolahan dan Analisa Data

Data-data tersebut di atas baik data primer maupun sekunder yang diperoleh, dikompilasi dalam kelompok-kelompok, diadakan kategorisasi, dilakukan tabulasi dan grafis sehingga data-data tersebut mempunyai makna dan dapat dievaluasi serta dianalisa lebih lanjut. Adapun analisa data yang dilakukan adalah : 1. Melakukan analisa kegiatan pemanfaatan sarana pelayanan rawat inap dengan

menggunakan indikator penilaian pelayanan berupa pemanfaatan tempat tidur (BOR) rata-rata perawatan hari per pasien (ALOS), frekuensi pemakaian tempat tidur (BTO) serta rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati (TOI) pada tiap-tiap kelas perawatan rawat inap, dengan menggunakan data jenis pelayanan, jumlah hari perawatan rawat inap, jumlah pasien dan jumlah hari perawatan pasien selama 6 (enam) tahun terakhir, yaitu tahun 2000-2005.

(4)

2. Melakukan perkiraan jumlah penduduk dan perkiraan jumlah hari perawatan rawat inap untuk 10 (sepuluh) tahun yaitu tahun 2008 – 2017. Menggunakan metode peramalan (forecasting analysis).

3. Kebutuhan tempat tidur yang didapatkan dari hasil perkiraan jumlah penduduk dan perkiraan jumlah hari perawatan rawat inap, dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan ekstern dan intern. Pendekatan ekstern menggunakan perbandingan jumlah penduduk pada tahun 2017 dengan kebutuhan standar sarana pelayanan minimal rumah sakit 1 (satu) TT untuk 1.500 penduduk, sedangkan kebutuhan intern menggunkan pendekatan perkiraan jumlah hari perawatan rawat inap tahun 2017 dibagi dengan BOR. 4. Kebutuhan ruangan didapatkan dari perkalian jumlah tempat tidur untuk

tiap-tiap ruangan kelas perawatan rawat inap dengan standar luas ruangan.

5. Melakukan kajian rencana investasi dengan membandingkan dua alternatif rencana investasi, yaitu alternatif 1, pembangunan dilakukan dalam satu tahap dengan pendanaan proyek dilakukan melalui 70 % pinjaman bank dan 30% modal pemerintah kabupaten melalui APBD, alternatif 2, pembangunan dilaksanakan dalam 3 tahap dengan pendanaan proyek investasi 100 % modal pemerintah kabupaten yang bersumber dari APBD.

6. Untuk mengetahui rencana investasi pada peningkatan sarana pelayanan rawat inap rumah sakit dilakukan dengan metode penilaian investasi, yaitu metode Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) dan Profitability Index (PI) dengan terlebih dahulu melakukan perkiraan arus kas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan Pemanfaatan Sarana Pelayanan Rawat Inap

Dari hasil analisa pemanfaatan sarana pelayanan rawat inap dengan mengunakan indikator pelayanan rawat inap didapatkan hasil seperti pada Tabel 1, 2, 3 dan 4.

TABEL 1 KEGIATAN PELAYANAN RAWAT INAP KELAS UTAMA/VIP Indikator Pelayanan

No. Tahun

BOR (%) ALOS (hari)

BTO

(kali) TOI (hari)

1. 2000 32,24 4,73 22,65 10,92 2. 2001 47,21 4,48 34,37 5,61 3. 2002 45,78 4,36 31,98 6,19 4. 2003 53,03 4,41 37,35 4,59 5. 2004 74,70 4,40 55,48 1,66 6. 2005 58,60 4,51 42,63 3,55

(5)

TABEL 2 KEGIATAN PELAYANAN RAWAT INAP KELAS I Indikator Pelayanan No. Tahun BOR (%) ALOS (hari) BTO

(kali) TOI (hari)

1. 2000 50,89 5,39 34,27 5,23 2. 2001 47,58 4,90 34,70 5,51 3. 2002 61,16 4,97 39,20 3,62 4. 2003 55,65 5,12 36,56 4,43 5. 2004 59,32 5,51 38,55 3,85 6. 2005 62,94 4,71 42,70 3,17

Sumber : Hasil Perhitungan

TABEL 3 KEGIATAN PELAYANAN RAWAT INAP KELAS II Indikator Pelayanan No. Tahun

BOR (%) ALOS (hari)

BTO

(kali) TOI (hari)

1. 2000 33,31 5,44 22,64 10,75 2. 2001 33,25 5,06 23,05 10,57 3. 2002 33,56 4,89 22,74 10,67 4. 2003 26,71 5,06 18,00 14,86 5. 2004 35,56 4,98 25,05 9,39 6. 2005 41,23 4,54 30,11 7,12

Sumber : Hasil Perhitungan

TABEL 4 KEGIATAN PELAYANAN RAWAT INAP KELAS III Indikator Pelayanan No. Tahun

BOR (%) ALOS (hari)

BTO

(kali) TOI (hari)

1. 2000 70,37 5,22 49,18 2,20 2. 2001 64,80 4,83 47,34 2,71 3. 2002 71,14 4,77 47,41 2,22 4. 2003 81,31 4,81 56,84 1,20 5. 2004 77,28 4,98 53,86 1,54 6. 2005 77,49 4,54 55,66 1,48

Sumber : Hasil Perhitungan

Perkiraan Penduduk dan Jumlah Hari Perawatan Rawat Inap

Dengan menggunakan Metode Peramalan Trend Linear Least Square hasil perkiraan penduduk dan perkiraan jumlah hari perawatan rawat inap dapat dilihat pada Tabel 5 dan Tabel 6.

(6)

TABEL 5 PERKIRAAN JUMLAH PENDUDUK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2008-2017 No. T a h u n Jumlah 1. 2008 519.124 2. 2009 530.679 3. 2010 542.233 4. 2011 553.788 5. 2012 565.343 6. 2013 576.898 7. 2014 588.452 8. 2015 600.007 9. 2016 611.562 10. 2017 623.116

Sumber : Hasil Perhitungan

TABEL 6 HASIL PERKIRAAN JUMLAH HARI PERAWATAN RAWAT INAP RSU KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TAHUN 2008-2017

Perkiraan Hari Perawatan No. Tahun

VIP Kelas I Kelas II Kelas III Jumlah 1. 2008 2.849 5.910 5.865 28.517 43.141 2. 2009 3.057 6.126 6.030 29.298 44.512 3. 2010 3.265 6.342 6.195 30.080 45.882 4 2011 3.473 6.558 6.361 30.861 47.252 5. 2012 3.681 6.774 6.526 31.642 48.623 6. 2013 3.889 6.989 6.692 32.423 49.993 7. 2014 4.097 7.205 6.857 33.204 51.364 8. 2015 4.305 7.421 7.023 33.985 52.734 9. 2016 4.513 7.637 7.188 34.767 54.104 10. 2017 4.721 7.853

Kebutuhan Tempat Tidur

Berdasarkan hasil perkiraan jumlah penduduk dan jumlah hari perawatan rawat inap maka dapat diketahui kebutuhan tempat tidur untuk perawatan rawat inap RSU Kabupaten Bolaang Mongondow dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan intern yaitu pendekatan menggunakan hasil perkiraan jumlah hari perawatan rawat

7.353 35.548 55.475 Sumber : Hasil Perhitungan

Inapdan pendekatan extern dengan menggunakan hasil perkiraan jumlah penduduk.

Pendekatan Intern

Dari hasil perhitungan kebutuhan tempat tidur intern RSU didapatkan kebutuhan jumlah tempat tidur sebanyak 179 TT dengan jumlah tempat tidur pada tiap-tiap kelas perawatan dapat dilihat pada Tabel 7.

(7)

TABEL 7 KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR TIAP KELAS PERAWATAN.

Kelas Perawatan No. Jenis

Pelayanan VIP Kelas I Kelas II Kelas III 1. Penyakit Dalam 9 14 9 41 2. Bedah 2 - 5 19 3. Kesehatan Anak 2 - 4 16 4. Kebid.& Kand. 2 12 5 39 Jumlah 15 26 23 115

Sumber : Hasil Perhitungan

Pendekatan Extern

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 228/Menkes/SK/III/2002 tentang Pedoman penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit daerah maka kebutuhan tempat tidur (TT) adalah 1 TT untuk 1.500 penduduk dengan jumlah pasien miskin 100 % terlayani.

Kebutuhan TT Tahun 2017 =

Penduduk

500

.

1

2017

Tahun

Penduduk

Jumlah

=

500

.

1

116

.

623

= 415 TT

Berdasarkan data Laporan Kegiatan Tahunan Tahun 2004 BPRS Kabupaten Bolaang Mongondow bahwa jumlah penduduk miskin Kabupaten Bolaang Mongondow tahun 2004 adalah 154.316 jiwa (30.863 KK) atau sebesar 32,6 % dari jumlah penduduk tahun 2004, maka dengan menggunakan pendekatan perbandingan prosentase jumlah penduduk miskin terhadap kebutuhan tempat tidur maka kebututuhan TT untuk pasien miskin adalah: (1) Kebutuhan TT = 415 TT dan (2) Penduduk Miskin = 32,6 %, sehingga Kebutuhan TT Pasien Miskin = 415 TT x 32,6 % = 135 TT

Perhitungan Penyediaan TT untuk pasien tidak atau kurang mampu Rumah Sakit Pemerintah dilakukan sesuai dengan Permenkes RI No. 159b / Menkes / Per / II / 1988, bahwa penyediaan TT untuk pasien tidak atau kurang mampu sekurang-kurangnya 75%, sehingga kebutuhan minimal TT (Kelas III) yang harus disediakan RSU Kabupaten Bolaang Mongondow adalah 75% x 135 TT = 101,25 ≈ 101 TT.

Dari kedua pendekatan kebutuhan tempat tidur di atas diperoleh bahwa kebutuhan ekstern adalah sebagai tanggung jawab rumah sakit terhadap pelaksanaan fungsi sosial rumah sakit pemerintah terhadap pasien yang tidak atau kurang mampu (Kelas III), sedangkan kebutuhan intern adalah sebagai jawaban dari kebutuhan nyata tempat tidur Rumah Sakit Umum Kabupaten Bolaang Mongondow. Maka dalam perencanaan kebutuhan tempat tidur RSU Kabupaten

(8)

Bolaang Mongondow didasarkan pada jumlah tempat tidur 179 TT pada tahun 2017.

Kebutuhan Ruang Perawatan Rawat Inap

Pemenuhan kebutuhan ruang perawatan rawat inap didasarkan pada perencanaan pembangunan kembali dengan kebutuhan tempat tidur sebanyak 179 TT. Kebutuhan ruang perawatan didapatkan dari jumlah tempat tidur tiap-tiap kelas perawatan sedangkan untuk kebutuhan luas ruangan didasarkan pada standar kebutuhan luasan masing-masing kelas perawatan dengan mengikuti ketentuan dari Dirjen Pelayanan Medik. Sehingga jumlah kebutuhan minimal luasan ruang pada tiap-tiap kelas perawatan adalah seperti pada Tabel 8.

TABEL 8 KEBUTUHAN RUANG PERAWATAN RAWAT INAP Luas Kelas No. TT Ruang Perawatan (M2) 1. Kelas Utama/VIP 15 322,5 2. Kelas I 26 390 3. Kelas II 23 230 4. Kelas III 115 920 Jumlah 179 1.862,5

Sumber : Hasil Perhitungan

RENCANA INVESTASI

Peningkatan sarana pelayanan rawat inap rumah sakit memerlukan dana yang cukup besar, hal ini akan memberatkan beban anggaran pemerintah kabupaten yang memiliki kemampuan keuangan terbatas tetapi memiliki berbagai prioritas pengembangan daerah, dalam upaya menyiasati kondisi tersebut, maka dalam melakukan rencana investasi akan dikaji bagaimana apabila investasi dilakukan dengan dua Alternatif, yaitu: (1) Alternatif pertama adalah pembangunan dilaksanakan dalam satu tahap dengan pendanaan proyek dilakukan melalui 70% modal pinjaman bank dan 30% modal pemerintah kabupaten melalui APBD dan (2) Alternatif kedua adalah pembangunan dilaksanakan dalam 3 tahap dengan pendanaan proyek 100% modal pemerintah kabupaten melalui APBD.

Sebelum melakukan perhitungan-perhitungan dalam melakukan penilaian investasi maka batasan serta asumsi-asumsi yang dipakai dalam melakukan rencana investasi adalah sebagai berikut: (1) Tahun pembangunan dimulai pada tahun 2007 (tahun ke 0) dengan, (2) tinjauan masa investasi selama 10 tahun, (3) Suku Bunga Pinjaman 12,5 %, (4) MARR 12,5 %, (5) Inflasi 7 % per tahun

Biaya Investasi

Estimasi biaya investasi terdiri dari biaya fisik bangunan, biaya utilitas, biaya peralatan medik, biaya fasilitas penunjang pelayanan rawat inap, demolisi serta ditambah dengan biaya perencanaan dan biaya manajemen konstruksi.

(9)

Berdasarkan perhitungan estimasi rencana anggaran biaya maka dapat dilihat Rencana Anggaran Biaya Investasi untuk tiap-tiap alternatif seperti yang terlihat pada Tabel 9.

TABEL 9 RENCANA ANGGARAN BIAYA INVESTASI PENINGKATAN SARANA PELAYANAN RAWAT INAP RSU KAB. BOLAANG MONGONDOW

Rencana Investasi Alternatif 1 Alternatif 2 No. Uraian

Jumlah Harga Jumlah Harga (Rp.) (Rp.)

1. Fisik Bangunan 7.632.225.000,00 8.343.439.000,00 2. Utilitas 1.755.411.750,00 1.918.990.970,00 3. Biaya Perencanaan 228.966.750,00 250.303.170,00 4. Biaya Manajemen Konstruksi 190.805.625,00 208.585.975,00 5. Peralatan Medik 1.069.360.000,00 1.147.077.500,00 6. Fasilitas Penunjang Pelayanan (Non

Medik) 128.278.750,00 131.555.275,00 7. Demolisi 53.604.050,00 58.039.180,00 Jumlah 11.058.651.925,00 12.057.991.070,00 PPn 10 % 1.105.865.192,00 1.205.799.107,00 Total 12.164.517.117,50 13.263.790.177,00 Sumber : Hasil Perhitungan

Biaya Operasional

Biaya operasional terdiri dari biaya listrik, biaya air, biaya telpon, biaya operasional kantor, gaji tenaga rumah sakit dan pemeliharaan bangunan gedung serta asuransi, untuk proyeksi biaya operasional menggunakan asumsi peningkatan 10 % setiap 2 tahun. Adapun Biaya Operasional Pelayanan Rawat Inap dapat dilihat pada Tabel 10.

TABEL 10 BIAYA OPERASIONAL

Jumlah Harga No. Uraian (Rp.) 1. Biaya Listrik 23.250.000,00 2. Biaya Air 42.000.000,00 3. Biaya Telpon 18.000.000,00 4. Pemeliharaan Bangunan dan

Peralatan 52.474.600,00

5. Operasional Kantor 25.000.000,00 6. Gaji dan Tunjangan Pegawai 1.391.700.000,00

7. A s u r a n s i 133.563.937,50

Total 1.685.988.537,50

(10)

Pendapatan

Pendapatan pelayanan rawat inap dihitung berdasarkan tarif yang telah ditetapkan, yaitu Perda Kabupaten Bolaang Mongondow No. 12 Tahun 2000 tentang Retribusi pelayanan kesehatan. Cara perhitungannya adalah perkalian tarif dengan hari perawatan atau jumlah pasien. Dengan menggunakan asumsi prosentase kontribusi pendapatan terhadap komponen tarif serta asumsi kenaikan tarif untuk Kelas Utama/VIP adalah 40% meningkat setiap 2 tahun, untuk Kelas I adalah 40% meningkat setiap 2 tahun, untuk Kelas II adalah 30% meningkat setiap 2 tahun dan untuk Kelas III adalah 20% meningkat setiap 2 tahun.

Depresiasi

Depresiasi dihitung berdasarkan Rencana Anggaran Biaya dan dikelompokkan menurut jenis aktiva tetap, dihitung menggunakan metode garis lurus (straight line).

Arus Kas

Arus kas disusun dengan mengelompokkan arus kas masuk dan arus kas keluar dengan memproyeksikan kedua arus kas tersebut. Proyeksi arus kas masuk didapatkan dari proyeksi pendapatan, sedangkan proyeksi arus kas keluar didapatkan dari proyeksi biaya. Kemudian proyeksi arus kas disusun dengan mengurangi proyeksi arus kas masuk dengan arus kas keluar sehingga menghasilkan saldo arus kas bersih.

Penilaian investasi

Penilaian investasi dilakukan dengan metode kriteria investasi (Investment Criteria), Adapun metode penilaian kriteria investasi yang dipakai adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP) dan Profitability Index (PI).

Berdasarkan pada teknik arus kas diskonto (discounted cash flow) maupun teknik penambahan sederhana untuk memperkirakan nilai proyek maka penilaian investasi untuk tiap-tiap alternatif adalah sebagai berikut :

1. Alternatif 1

Pembangunan dilaksanakan dalam satu tahap, sumber dana proyek berasal dari pinjaman bank dan APBD kabupaten dengan perbandingan pendanaan investasi 70% pinjaman bank adalah sebesar Rp. 8.515.161.982,25 dan 30% modal pemerintah kabupaten dari APBD untuk satu tahun anggaran sebesar Rp. 3.649.355.135,25 Bunga pinjaman bank yang digunakan 12,5 %, MARR 12,5 % dengan masa tinjau investasi 10 tahun, diperoleh hasil sebagai berikut :

- NPV = Rp. 1.914.079.531,06.

- PP = Tahun ke 10.

- IRR = 17,38 %

- PI = 1,52 2. Alternatif 1

Pembangunan dilaksanakan dalam 3 tahap, sumber dana proyek berasal dari 100% pemerintah kabupaten melalui APBD, biaya investasi Tahap I adalah Rp. 2.803.769.512,00, Tahap II adalah Rp. 3.886.546.512,20 dan Tahap III

(11)

adalah Rp. 6.530.445.705,30. Dengan menggunakan MARR 12,5 % dan masa tinjau investasi 10 tahun, didapatkan hasil sebagai berikut :

- NPV = Rp. 2.135.467.743,99

- PP = Tahun ke 10.

- IRR = 16,28 %

- PI = 1,75

Pemilihan Alternatif Rencana Investasi

Hasil perhitungan penilaian investasi terhadap kedua Alternatif tersebut di atas selanjutnya akan digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan pemilihan alternatif rencana investasi yang sebaiknya dilakukan dalam peningkatan sarana pelayanan rawat inap RSU Bolaang Mongondow dengan cara menggunakan metode perbandingan hasil penilaian kriteria investasi. Adapun hasil perbandingan dari kedua alternatif tersebut adalah sebagai berikut :

- Perbandingan Metode Net Present Value (NPV)

NPV Alternatif 1 sebesar positif Rp. 1.914.079.531,06 dan NPV Alternatif 2 sebesar positif Rp. 2.135.467.743,99, maka Alternatif investasi yang terpilih adalah Alternatif 2 karena memiliki nilai NPV lebih besar dari NPV Alternatif 1,

- Perbandingan Metode Payback Period (PP)

Payback Period untuk Alternatif 1 adalah 10 tahun dan Payback Period untuk Alternatif 2 adalah 10 tahun, maka kedua alternatif investasi tersebut sama-sama memiliki peluang untuk dipilih, karena memiliki waktu pengembalian yang sama.

- Perbandingan Metode Internal Rate Of Return (IRR)

IRR Alternatif 1 adalah 17,38 % dan Alternatif 2 adalah 16,28 %, maka Alternatif investasi yang terpilih adalah Alternatif 1, karena memiliki nilai IRR lebih besar dari Alternatif 2.

- Perbandingan Metode Profitability Index (PI)

PI Alternatif 1 adalah 1,52 dan Alternatif 2 adalah 1,75, maka Alternatif investasi yang terpilih adalah Alternatif 2, karena memiliki nilai PI lebih besar dari Alternatif 1.

Rencana Peningkatan Sarana Pelayanan Rawat Inap

Dari hasil analisa penilaian indikator pelayanan rawat inap diketahui bahwa kegiatan pemanfaatan sarana pelayanan Rawat Inap kelas III merupakan kegiatan pelayanan rawat inap yang paling tinggi prosentase pemakaian tempat tidur (BOR) mencapai 81,31 % pada tahun 2003, Untuk kegiatan pemanfaatan sarana pelayanan rawat inap paling rendah ada pada Kelas II dengan BOR tertinggi belum mencapai batas bawah nilai parameter ideal (60% - 85%), prosentase tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 41,23 %.

Kegiatan pemanfatan sarana pelayanan rawat inap Kelas Utama/VIP dan Kelas I untuk masing-masing kelas perawatan adalah untuk VIP BOR tertinggi terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 74,70 %, dan turun menjadi 58,60 % pada tahun 2005, untuk Kelas I BOR tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 62,94 %.

Dari hasil perkiraan jumlah tempat tidur dengan tahun perencanaan 10 tahun (2008 – 2017) dengan asumsi tingkat BOR 85 % pada tahun 2017, didapatkan bahwa terjadi peningkatan jumlah tempat tidur untuk Kelas Utama/VIP,

(12)

Kelas I dan Kelas III sedangkan untuk Kelas II terjadi pengurangan jumlah tempat tidur.

Dari perbandingan hasil penilaian kriteria investasi terhadap rencana investasi Alternatif 1 dan rencana investasi Alternatif 2 seperti yang terlihat pada tabel 11, diketahui terjadi konflik antara NPV dan IRR, dimana apabila metode penilaian yang digunakan dalam pemilihan alternatif adalah metode NPV, maka yang dipilih adalah NPV untuk Alternatif 2 dan apabila metode penilaian yang digunakan dalam pemilihan alternatif adalah metode IRR, maka yang dipilih adalah IRR untuk alternatif 1.

TABEL 11 PERBANDINGAN HASIL PENILAIAN INVESRASI TERHADAP ALTERNATIF RENCANA INVESTASI

Ada beberapa kondisi-kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya konflik antara NPV dan IRR, yaitu pertama kondisi apabila besarnya modal investasi yang berbeda dan kedua adalah timing penerimaan arus kas yang berbeda (Atmaja, 1999).

Pada penelitian ini kedua kondisi tersebut terjadi dimana pada Alternatif 1 biaya investasi awal sebesar Rp. 12.164.517.117,50 dan Alternatif 2 adalah sebesar Rp. 13.263.790.177,00 serta terjadi timing penerimaan arus kas yang berbeda. Sehingga apabila terjadi konflik seperti tersebut di atas maka metode penilaian investasi yang digunakan dalam pemilihan alternatif rencana investasi adalah metode Net Present Value (Atmaja, 1999).

Berdasarkan hasil uraian tersebut di atas maka metode penilaian terhadap pemilihan alternatif rencana investasi yang sebaiknya dilakukan adalah dengan menggunakan metode NPV sehingga yang terpilih adalah alternatif rencana investasi 2 dengan pembangunan dilaksanakan dalam 3 tahap dan pendanaan investasi berasal dari 100 % modal Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow melalui APBD.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Hasil perhitungan yang dilakukan untuk mendapatkan jumlah kebutuhan ruang perawatan pelayanan rawat inap RSU Kabupaten Bolaang Mongondow adalah sebagai berikut: (a) Kelas Utama/VIP, dibutuhkan ruang minimal 322 M2 , dengan jumlah tempat tidur 15 TT; (b) Kelas I, dibutuhkan ruang minimal 390 M2 , dengan jumlah tempat tidur 26 TT; (c) Kelas II, dibutuhkan ruang minimal 230 M2 , dengan jumlah tempat tidur 23 TT. (d) Kelas III, dibutuhkan ruang minimal 920 M2 , dengan jumlah tempat tidur 115 TT.

2. Dari hasil analisa rencana investasi yang dilakukan didapatkan: (a) Kebutuhan Biaya Investasi untuk alternatif 1, adalah Rp. 12.164.517.117,50 dan untuk alternatif 2, adalah Rp. 13.263.790.177,00. (b) Hasil perhitungan penilaian

Alternatif Investasi Pemilihan Metode

No.

Investasi Kriteria Investasi Alternatif 1 Alternatif 2

1. Net Present Value 1.914.079.531,06 2.135.467.743,99 Alternatif 2

2. Payback Period 10 Tahun 10 Tahun Alt 1 & Alt 2

3. Internal Rate of Return 17,38 % 16,28 % Alternatif 1

1,52 1,75 Alternatif 2 4. Profitability Index

(13)

investasi untuk tiap-tiap alternatif rencana investasi didapatkan alternatif 1 adalah NPV positif Rp. 1.914.079.531,06., PP tahun ke 10, IRR sebesar 17,38 % dan PI sebesar 1,52, sedangkan untuk alternatif 2 didapatkan hasil NPV positif Rp. 2.135.467.743,99., PP tahun ke 10, IRR sebesar 16,28 % dan PI sebesar 1,75. (c) Perencanaan investasi yang paling baik dilakukan dalam peningkatan sarana pelayanan rawat inap RSU Bolaang Mongondow adalah alternatif investasi apabila pembangunan dilaksanakan dalam 3 tahap dan pendanaan investasi berasal dari 100 % modal Pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow melalui APBD.

Saran

1. Penelitian mengenai investasi pada rumah sakit dapat dikembangkan lebih lanjut dengan cara memperluas lingkup penelitian meliputi unit kegiatan rumah sakit lainnya yang memiliki sumber pendapatan seperti misalnya pada Pelayanan Rawat Jalan, Laboratorium, UGD dll, dan perlu melakukan penilaian terhadap aset lama baik itu bangunan, peralatan medik dan fasilitas penunjang lainnya sehingga didapatkan cash flow secara menyeluruh.

2. Peningkatan sarana pelayanan rumah sakit akan lebih baik jika terlebih dahulu membuat suatu rencana peningkatan secara menyeluruh berupa master plan. 3. Perda Kabupaten Bolaang Mongondow No. 12 tahun 2000 tentang retribusi

pelayanan kesehatan perlu ditinjau kembali untuk dilakukan penyesuaian tarif sesuai dengan harga yang berlaku saat ini dengan memperhatikan kemampuan masyarakat.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 159b tahun 1998, tentang Rumah Sakit, Jakarta.

Anonim, SK Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 228/Menkes/SK/III/2002 tentang Pedoman Penyusunan Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit, Jakarta.

Atmaja, L.S, (1999), Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit Andi, Yogyakarta Badan Pusat Statistik. (2005), Kabupaten Bolaang Mongondow Dalam Angka

2004/2005, Kotamobagu.

Dirjen Pelayanan Medik (1998), Pokok-pokok Pedoman Arsitektur Medik Rumah Sakit Umum, Departemen Kesehatan RI.

Aritonang, Lerbrin R. (2002), Peramalan Bisnis, Ghalia Indonesia, Jakarta. Pujawan, I Nyoman. (2004), Ekonomi Teknik, Guna Widya, Surabaya.

Subagyo, Pangestu (2002), Forecasting : Konsep dan Aplikasi, BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.

Soeharto, Iman (1995), Manajemen Proyek : Dari Konseptual ke Operasional, Jilid I, Erlangga, Jakarta.

Wijono, D. (1999), Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan (Teori, Strategi dan Aplikasi), Volume 1 dan 2, Airlangga University Press, Surabaya.

Gambar

TABEL 1 KEGIATAN PELAYANAN RAWAT INAP KELAS UTAMA/VIP  Indikator Pelayanan
TABEL 2 KEGIATAN PELAYANAN RAWAT INAP KELAS I  Indikator Pelayanan  No. Tahun  BOR (%)  ALOS  (hari)  BTO
TABEL 5  PERKIRAAN JUMLAH PENDUDUK                     KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW                    TAHUN 2008-2017  No
TABEL 7  KEBUTUHAN TEMPAT TIDUR TIAP                   KELAS PERAWATAN.
+2

Referensi

Dokumen terkait

5B.16.1.1 Pembayaran kembali pengeluaran yang telah dilakukan guna keperluan para Pegawai Negeri pada Yayasan Urusan Bahan Makanan..

Hasil penelitian ini sama dengan penelitian di Manado dengan subjek berumur 1-3 tahun yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan signifikan antara asupan protein

Rencana Strategis Pengadilan Tinggi Agama Jambi Tahun 2015-2019 merupakan komitmen bersama dalam menetapkan kinerja dengan tahapan-tahapan yang terencana dan terprogram secara

[r]

komisaris, ukuran dewan komisaris, proporsi komite audit yang independen, proporsi komite audit yang memiliki kemampuan akuntansi atau bisnis, rapat komite audit,

dengan AB sejajar CD. Titik E dan F ter letak pada CD sehingga AD sejajar BE dan AF sejajar BC. Titik H adalah per potongan AF dengan BE dan titik G adalah per potongan AC dengan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada Biro Umum Setda Provinsi NTB mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi serapan angga- ran pada Biro Umum Setda Provinsi

[r]