• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2011 SEBESAR 7,96 PERSEN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

No. 47/11/34/Th. XIII, 7 November 2011

PERTUMBUHAN

EKONOMI

PROVINSI

D.I.

YOGYAKARTA

TRIWULAN

III

TAHUN

2011

SEBESAR

7,96

PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

 Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada triwulan III tahun 2011yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) meningkat sebesar 7,96 persen terhadap triwulan II 2011 (q-to-q). Pertumbuhan ini terjadi karena peningkatan sektor jasa-jasa 13,89 persen, sektor pertanian mencapai 15,76 persen, serta sektor perdagangan sebesar 6,88 persen. Sektor jasa-jasa mengalami peningkatan dengan adanya gaji ke-13 untuk para PNS dan TNI/POLRI. Sektor pertanian juga meningkat karena adanya peningkatan yang cukup tinggi pada sub sektor perkebunan, seperti tembakau, sedangkan sektor perdagangan meningkat karena momen lebaran.

 Sektor jasa-jasa, sektor pertanian serta sektor perdagangan memberikan andil positif terbesar (2,42%, 2,28% dan 1,47%) terhadap pertumbuhan PDRB triwulan III 2011, sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih memberikan andil negatif (-0,03%).

 PDRB Provinsi DIY pada triwulan III 2011 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,27 persen. Hal ini terutama didorong oleh sektor jasa-jasa meningkat pesat sebesar 17,00 persen, terkait adanya gaji ke-13 untuk para PNS dan TNI/POLRI, sedangkan gaji ke-13 tersebut pada tahun 2010 dicairkan pada triwulan II.

 Secara kumulatif (c-to-c), dari triwulan I 2011 sampai dengan triwulan III 2011 pertumbuhan ekonomi DIY mencapai 5,14 persen. Pertumbuhan tersebut terutama karena sektor jasa-jasa dan sektor industri pengolahan yang meningkat masing-masing sebesar 7,16 persen dan 8,75 persen. Sebaliknya, sektor pertanian justru memberi andil pertumbuhan negatif karena mengalami kontraksi hingga sebesar 1,05 persen.

 Nilai nominal PDRB Provinsi DIY (atas dasar harga berlaku) pada triwulan III 2011 mencapai Rp 13,51 triliun dan nilai riil (atas dasar harga konstan 2000) sebesar Rp 5,74 triliun.

 Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi DIY pada triwulan III 2011adalah sektor jasa-jasa yaitu sebesar 21,35 persen, kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,05 persen; sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,68 persen.

 Pada sisi penggunaan, seluruh komponen penggunaan pada triwulan III 2011 meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (q-to-q). Peningkatan terbesar terjadi pada pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 15,78 persen dan pembentukan modal tetap bruto/PMTB (investasi fisik) sebesar 9,76 persen.

 Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2010 (y-on-y), pertumbuhan terbesar terjadi pada komponen pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 23,48 persen; kemudian pengeluaran konsumsi rumahtangga meningkat sebesar 5,62 persen.

 Sumber pertumbuhan secara kumulatif (c-to-c) terutama oleh pengeluaran konsumsi rumahtangga yang tumbuh sebesar 7,10 persen, konsumsi pemerintah 6,36 persen dan investasi fisik 3,66 persen.

(2)

1. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN III TAHUN 2011

Kinerja perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan III tahun 2011 dibandingkan dengan triwulan II tahun 2011 (q-to-q) meningkat sebesar 7,96 persen. Sedangkan laju pertumbuhan q-to-q pada triwulan sebelumnya menurun 3,44 persen (Gambar 1).

Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2011 tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan sektor jasa-jasa yang mencapai 13,89 persen, karena peningkatan subsektor pemerintahan umum yang terjadi karena pencairan gaji ketiga belas bagi pegawai negeri sipil (PNS,TNI/POLRI). Belanja pegawai merupakan komponen dominan dalam pembentukan nilai tambah subsektor pemerintahan umum. Selain itu, sektor pertanian juga tumbuhan sigifikan, yakni mencapai 15,76 persen. Sektor ini didominasi oleh subsektor tanaman bahan makanan yang masih tumbuh sebesar 18,38 persen. Kendati produksi padi tidak setinggi triwulan I, namun pada triwulan III merupakan panen puncak ubi kayu (ketela pohon) yang cukup berkontribusi terhadap tanaman bahan makanan. Disamping itu, peningkatan produksi beberapa komoditas perkebunan, seperti tembakau, berdampak pada pertumbuhan subsektor perkebunan mencapai 68,81 persen.

Gambar 1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan II 2010 sampai Triwulan III 2011 (Persen)

-3.04 4.13 -3.44 -3.02 7.96 7.53 5.29 5.27 3.84 4.86 4.94 7.04 4.29 5.23 5.14 4.87 5.29 5.08 -6.00 -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 Tw 2-2010 Tw 3-2010 Tw 4-2010 Tw 1-2011 Tw 2-2011 Tw 3-2011 q to q y on y c to c

Sektor lain yang mempunyai andil positif terhadap pertumbuhan PDRB triwulan III 2011 ( q-to-q) adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pertumbuhan sebesar 6,88 persen, terkait perayaan Hari Raya Idul Fitri, yang secara seasonal merupakan momen para pemudik untuk merayakannya bersama keluarga di DIY. Momen Hari Raya Idul Fitri juga berimbas pada pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi hingga mencapai 4,26 persen.

Daya tarik wisata di DIY membuat banyak investor berinvestasi dengan membangun hotel/hostel/penginapan yang terus marak sampai triwulan III 2011. Pembangunan tersebut menciptakan nilai tambah sektor konstruksi hingga tumbuh 10,27 persen, disamping semakin maraknya kegiatan pembangunan prasarana fisik oleh pemerintah.

Sektor industri pengolahan; sektor pertambangan dan penggalian; dan sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan juga memberi andil positif dalam pertumbuhan ekonomi q-to-q, yaitu

(3)

masing-masing mengalami pertumbuhan sebesar 1,09 persen; 2,00 persen; dan 1,96 persen. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih memberi andil negatif dalam pertumbuhan ekonomi q-to-q, yaitu sebesar 2,64 persen.

Tabel 1.

Laju dan Andil Pertumbuhan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha (Persen)

Lapangan Usaha Triw III-2011 thd Triw II-2011 (q-to-q) Triw III-2011 thd Triw III-2010 (y-on-y) Triw I-III 2011 thd Triw I-III 2010 (c-to-c)

Pertum-buhan Andil Pertum-buhan Andil Pertum-buhan Andil

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Pertanian 15,76 2,28 -6,26 -1,09 -1,05 -0,19 2. Pertambangan dan Penggalian 2,00 0,01 10,23 0,07 12,26 0,08 3. Industri Pengolahan 1,09 0,15 6,25 0,82 8,75 1,15 4. Listrik, Gas dan Air Bersih -2,64 -0,03 1,33 0,01 2,77 0,03 5. Konstruksi 10,27 0,96 6,12 0,58 5,31 0,48 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,88 1,47 3,66 0,78 2,81 0,59 7. Pengangkutan dan Komunikasi 4,26 0,48 6,50 0,70 7,91 0,84 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1,96 0,20 6,12 0,59 9,96 0,95 9. Jasa-jasa 13,89 2,42 17,00 2,81 7,16 1,22

PDRB 7,96 7,96 5,27 5,27 5,14 5,14

Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010 (y-on-y), PDRB triwulan III 2011 meningkat sebesar 5,27 persen. Hampir semua sektor memberi andil positif terhadap pertumbuhan triwulan III 2011, kecuali sektor pertanian. Pertumbuhan sebesar 5,27 persen tersebut terutama didorong oleh pertumbuhan sektor jasa-jasa (y-on-y) mencapai 17,06 persen. Tingginya pertumbuhan sektor ini karena adanya pencairan gaji ketigabelas bagi PNS/TNI/POLRI, sedangkan pada tahun 2010 gaji ketigabelas dicairkan pada triwulan II.

Kinerja sektor industri pengolahan cukup menggembirakan dengan pertumbuhan mencapai 6,25 persen karena semakin tingginya permintaan ekspor, meskipun ada kendala pula seperti kebijakan sertifikasi penggunaan kayu secara internasional, dan sebagainya. Sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi memberi andil positif cukup tinggi pula terhadap pertumbuhan y-n-y, yakni 3,66 persen dan 6,5 persen. Hal ini menunjukkan eksistensi DIY sebagai daerah tujuan wisata dan pendidikan.

Disamping itu, pertumbuhan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan serta sektor konstruksi juga memberi andil cukup signifikan dengan pertumbuhan yang sama, 6,12 persen. Sektor lain yang memberi andil positif terhadap pertumbuhan y-on-y adalah sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih, masing-masing sebesar 10,23 persen dan 1,33 persen. Sebaliknya, sektor pertanian memberikan andil negatif karena mengalami kontraksi sebesar 6,26 persen akibat menurunnya produksi tanaman bahan makanan hingga mencapai 9,57 persen akibat serangan hama dan musim kemarau yang sangat kering.

Secara kumulatif (c-to-c), dari triwulan I 2011 sampai dengan triwulan III 2011 laju pertumbuhan ekonomi mencapai 5,14 persen dengan andil pertumbuhan yang positif dari semua sektor lapangan usaha, kecuali sektor pertanian. Dari total pertumbuhan tersebut, sebesar 2,37 persen

(4)

disumbang oleh sektor jasa-jasa dengan pertumbuhan 7,16 persen serta sektor industri pengolahan yang tumbuh 8,75 persen. Kemudian, sekitar 1,78 persen merupakan andil dari pertumbuhan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan yang meningkat sebesar 9,96 persen serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 7,91 persen. Sektor lainnya yang memberi andil positif relatif cukup besar adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran (0,59%) serta sektor konstruksi (0,48%). Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik, gas dan air bersih juga memberi sedikit andil positif, masing-masing 0,08 persen dan 0,02 persen. Terakhir, sektor pertanian justru memberikan andil negatif dengan pertumbuhan sebesar 1,05 persen sebagai akumulasi dari penurunan produksi dalam beberapa kali panen sebagai akibat serangan hama dan kekeringan.

2. NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN

TRIWULAN III TAHUN 2011

Pada triwulan III 2011, nilai nominal PDRB atas dasar harga berlaku mencapai Rp 13,51 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2011 yang mencapai Rp 12,23 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan III 2011 mencapai Rp 5,74 triliun, meningkat 7,96 persen dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 5,32 triliun (Tabel 2).

Tabel 2.

PDRB Provinsi DIY menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000 (Juta Rupiah)

Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan

Triw. II 2011 Triw. III 2011 Triw. II 2011 Triw. III 2011

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 1.523.670,69 1.909.375,99 770.450,60 891.848,71 2. Pertambangan dan Penggalian 89.117,78 91.665,92 38.829,14 39.605,49 3. Industri Pengolahan 1.863.452,21 1.918.075,29 752.408,15 760.636,40 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 169.671,53 165.479,84 50.602,38 49.264,05 5. Konstruksi 1.227.151,00 1.367.388,31 499.311,00 550.610,12 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 2.496.576,77 2.709.506,86 1.133.266,63 1.211.250,30 7. Pengangkutan dan Komunikasi 1.122.966,59 1.178.301,64 597.825,23 623.270,85 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 1.248.510,10 1.288.534,42 548.791,90 559.527,38 9. Jasa-jasa 2.492.787,70 2.885.680,74 925.915,82 1.054.566,52

PDRB 12.233.904,37 13.514.009,01 5.317.400,85 5.740.579,82

3. STRUKTUR PDRB PROVINSI DIY MENURUT LAPANGAN USAHA

TRIWULAN III TAHUN 2011 DAN TRIWULAN III TAHUN 2010

Struktur PDRB Provinsi DIY pada triwulan III tahun 2011 jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2010, menunjukkan bahwa peran sektor jasa-jasa; sektor industri pengolahan serta sektor pertambangan dan penggalian meningkat. Peranan sektor jasa-jasa meningkat cukup signifikan, yaitu dari 19,46 persen pada triwulan III 2010 menjadi 21,35 persen pada triwulan III 2011 disebabkan oleh adanya pencairan gaji ketigabelas PNS/TNI/POLRI. Sedangkan peran sektor industri pengolahan meningkat 4 basis poin karena semakin tingginya permintaan. Sektor pertambangan dan penggalian meningkat tipis hanya 2 basis poin sebagai dampak limpahan pasir dan bebatuan dari bencana erupsi

(5)

Gunung Merapi. Sebaliknya, sektor pertanian; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor konstruksi; serta sektor listrik, gas dan air bersih mengalami penurunan peran karena lebih banyak yang terserap oleh sektor jasa-jasa; sektor industri pengolahan serta sektor pertambangan dan penggalian (Tabel 3).

Tabel 3.

Distribusi Persentase PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

Lapangan Usaha Triw. III 2010 Triw. III 2011 Perbedaan

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian 14,88 14,13 -0,75

2. Pertambangan dan Penggalian 0,66 0,68 0,02 3. Industri Pengolahan 14,15 14,19 0,04 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 1,30 1,22 -0,08

5. Konstruksi 10,35 10,12 -0,23

6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 20,32 20,05 -0,27 7. Pengangkutan dan Komunikasi 9,05 8,72 -0,33 8. Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan 9,83 9,53 -0,29

9. Jasa-jasa 19,46 21,35 1,89

PDRB 100,00 100,00 0,00

4. PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN III TAHUN 2011

Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB Provinsi DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran: konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto/PMTB (investasi fisik), dan lainnya (gabungan dari konsumsi lembaga nirlaba, ekspor, impor, dan perubahan inventori).

Memasuki triwulan III tahun 2011 (q-to-q), semua komponen menunjukkan pertumbuhan positif. Pertumbuhan q-to-q sebesar 7,96 persen terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi pemerintah yang mencatat pertumbuhan tertinggi 15,78 persen, karena dampak pemberian gaji ketiga belas kepada PNS dan TNI/POLRI pada bulan Juli 2011.

Perkembangan investasi fisik yang direpresentasikan oleh pembentukan modal tetap bruto (PMTB) juga tumbuh tinggi mencapai 9,76 persen setelah triwulan sebelumnya tumbuh 5,06 persen. Membaiknya persepsi masyarakat terhadap kondisi makro ekonomi serta daya beli yang kembali meningkat mendorong minat investasi kembali pulih.

Konsumsi rumah tangga mencatat pertumbuhan sebesar 2,34 persen, lebih tinggi dibanding pertumbuhannya pada triwulan II 2011 karena momen Hari Raya Idul Fitri. Pola yang selalu berulang setiap tahun ini disebabkan oleh naiknya permintaan berbagai komoditas makanan dan non makanan yang konsumsi perkapitanya meningkat selama bulan Ramadhan. Disamping itu, naiknya konsumsi untuk biaya pendidikan khususnya pada pendidikan tinggi memasuki tahun ajaran baru, berdampak positif pula terhadap pertumbuhan konsumsi rumah tangga.

Tabel 4.

(6)

Lapangan Usaha Triw III-2011 thd Triw II-2011 (q-to-q) Triw III-2011 thd Triw III-2010 (y-on-y) Triw I-III 2011 thd Triw I-III 2010 (c-to-c) Pertum-buhan Andil Pertum-buhan Andil Pertum-buhan Andil (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1. Konsumsi Rumah tangga 2,34 1,15 5,62 2,61 7,10 3,35 2. Konsumsi Pemerintah 15,78 3,19 23,48 4,34 6,36 1,29

3. Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) 9,76 2,47 4,53 1,18 3,66 0,95 4. Lainnya*) 21,62 1,15 -31,15 -2,85 -3,91 -0,26

PDRB 7,96 7,96 5,27 5,27 5,14 5,14

*) Termasuk Konsumsi Lembaga Nirlaba, Ekspor, Impor, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2010 (y-on-y), hampir semua komponen penggunaan meningkat. Konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan PMTB meningkat masing-masing 5,62 persen, 23,48 persen, dan 4,53 persen pada triwulan III tahun 2011. Sumber pertumbuhan y-on-y terutama oleh konsumsi pemerintah yang tumbuh sangat tinggi (23,48%) akibat pencairan gaji ketigabelas PNS/TNI/POLRI, sedangkan pada tahun 2010 dicairkan pada triwulan II. Membaiknya pendapatan rumah tangga berakibat pada perbaikan daya beli sehingga konsumsi rumah tangga secara riil meningkat. Pertumbuhan PMTB yang cukup tinggi menunjukkan bahwa aktivitas investasi di DIY semakin bergairah seiring dengan semakin tingginya penyerapan anggaran pembangunan (Tabel 4).

Pertumbuhan kumulatif (c-to-c), dari triwulan I 2011 sampai dengan triwulan III 2011 mencapai 5,14 persen, terutama didukung oleh pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga sebesar 7,10 persen karena peningkatan daya beli masyarakat. Kemudian, diikuti pertumbuhan konsumsi pemerintah dan PMTB yang mencapai 6,36 persen dan 3,66 persen karena penyerapan anggaran prasarana fisik untuk pelayanan publik yang semakin membaik.

Tabel 5.

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan Triwulan III Tahun 2011

Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan (Juta Rupiah) Distribusi Persentase

(1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 6.716.640,40 2.675.169,38 49,70 2. Konsumsi Pemerintah 3.682.016,67 1.243.142,92 27,25

3. Pembentukan Modal Tetap

Bruto (PMTB) 4.160.697,21 1.478.852,87 30,79 4. Lainnya*) -1.045.345,27 343.414,65 -7,74

PDRB 13.514.009,01 5.740.579,82 100,00

*) Termasuk Konsumsi Lembaga Nirlaba, Ekspor, Impor, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai nominal PDRB pada triwulan III 2011 terbesar digunakan untuk konsumsi rumah tangga, yaitu mencapai Rp 6,72 triliun, atau 49,7 persen terhadap total PDRB Provinsi DIY. Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk kegiatan investasi fisik sebesar Rp

(7)

4,16 triliun, atau 30,79 persen terhadap total PDRB. Kemudian PDRB yang digunakan untuk konsumsi pemerintah sebesar Rp 3,68 triliun atau menyumbang sebesar 27,25 persen. Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2010, terjadi kenaikan pangsa penggunaan pada komponen konsumsi rumah tangga karena momen Lebaran dan komponen investasi fisik karena penyerapan anggaran yang lebih baik.

5. PERBANDINGAN NILAI PDRB ANTAR PROVINSI

Pada Tabel 6 terlihat kontribusi PDRB provinsi terhadap total 33 provinsi pada triwulan III 2011, yang menunjukkan bahwa kontribusi terhadap total perekonomian regional mayoritas berasal dari provinsi-provinsi di Pulau Jawa, yaitu 57,69 persen. DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah merupakan provinsi-provinsi penyumbang kue ekonomi terbesar, masing-masing 16,21 persen; 14,77 persen; 14,28 persen; serta 8,31 persen. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan ekonomi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa.

Provinsi D.I. Yogyakarta dengan kontribusi hanya 0,87 persen memiliki peringkat terendah di Pulau Jawa. Hal ini dapat dimaklumi karena luas wilayah DIY relatif kecil dan dalam perkembangannya merupakan daerah pusat pendidikan dan kebudayaan sehingga tidak banyak aktivitas ekonomi yang berskala besar berlokasi di wilayah ini. Secara nasional, laju pertumbuhan ekonomi Pulau Jawa hanya sebesar 2,70 persen (q-to-q), 6,64 persen (y-on-y), dan 6,72 persen (c-to-c).

Tabel 6.

Ringkasan PDRB Triwulan III 2011 Beberapa Provinsi Di Indonesia Provinsi

PDRB Tw III 2011 (miliar Rp) Pertumbuhan Tw III 2011 (%) Kontribusi (%)

ADHB ADHK Q to Q Y on Y C to C Thd Pulau Thd 33 Prov

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) SUMATERA 366.547,83 126.602,49 3,01 6,13 6,09 100,00 23,63 JAWA 894.950,60 368.918,55 2,70 6,64 6,72 100,00 57,69 11.DKI Jakarta 251.395,18 106.894,92 2,54 6,73 6,72 28,09 16,21 12.Jawa Barat 221.531,38 87.889,34 2,99 6,37 6,84 24,75 14,28 13.Jawa Tengah 128.974,41 50.956,96 2,44 6,24 6,03 14,41 8,31 14.DI Yogyakarta 13.514,01 5.740,58 7,96 5,27 5,14 1,51 0,87 15.Jawa Timur 229.095,58 93.350,48 2,18 7,12 7,12 25,60 14,77 16.Banten 50.440,04 24.086,27 3,74 6,57 6,60 5,64 3,25 BALI NUSRA 39.995,00 16.387,48 6,00 3,55 3,04 100,00 2,58 17.Bali 18.742,99 7.794,87 2,46 6,54 6,33 46,86 1,21

18.Nusa Tenggara Barat 13.294,49 5.230,50 14,19 -1,67 -3,36 33,24 0,86

19.Nusa Tenggara Timur 7.957,52 3.362,11 2,78 5,43 5,70 19,90 0,51

KALIMANTAN 147.736,84 50.527,38 3,48 4,04 3,56 100,00 9,52

SULAWESI 71.757,90 29.496,29 3,26 8,31 8,21 100,00 4,63

MALUKU dan PAPUA 30.273,50 10.130,36 4,29 0,10 4,74 100,00 1,95

(8)

PENJELASAN TEKNIS

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :

a. Jumlah nilai tambah atas produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi

yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan

pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto

(ekspor dikurangi impor) suatu daerah;

c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

 dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun).

Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan:

a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha)  Supply side b. Penggunaan (Pengeluaran)  Demand side

c. Pendapatan  Income side

Penyajian PDRB:

a. Atas dasar harga berlaku  harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan  harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000.

Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan

PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.

Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung

berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan  untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.

Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).

Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan

triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).

Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan

dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative economic growth).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa,

dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun).

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan

belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat.

Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah tangga,

pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya.

Gambar

Tabel  5  menunjukkan  bahwa  nilai  nominal  PDRB  pada  triwulan  III  2011  terbesar  digunakan  untuk  konsumsi  rumah  tangga,  yaitu  mencapai  Rp  6,72  triliun,  atau  49,7  persen  terhadap  total  PDRB  Provinsi  DIY

Referensi

Dokumen terkait

Alat ini bekerja dengan baik dengan mengenali E-KTP yang telah terkonfigurasi dalam database, sehingga secara otomatis kunci sepeda motor akan hidup (ON) dan motor dapat

Fitur ciri kemudian diuji untuk proses klasifikasi menggunakan Jaringan Saraf Tiruan metode Learning Vector Quantization (LVQ). LVQ mengklasifikasikan vektor uji

WT Strategi: UKM Kerupuk Kulit dapat meningkatkan kualitas produk seperti merek, perijinan, BPOM pegemasan.Berdasarkan hasil obsevasi dan pengamatan produk kerupuk

Fungsi untuk mencari nilai rata-rata dari suatu nilai yang berisi data angka, teks dan nilai logika. adalah nilai yang akan dicari

Dengan memahami karakteristik peserta didik asuh guru BK/Konselor dapat memilih pendekatan dan teknik yang tepat dalam memperlakukan mereka sebagai individu yang berbeda dan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh keputusan investasi, keputusan pendanaan, kebijakan deviden, profitabilitas, tingkat suku bunga dan tingkat inflasi

dimaksud pada huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kode Etik Penyelenggaraan Pelayanan Perizinan dan Nonperizinan Di Lingkungan Dinas Penanaman Modal

Isu mengenai pengaruh dari pendapatan regional perkapita, produk domestik regional bruto (PDRB), dana alokasi umum (DAU), pendapatan asli daerah (PAD), dan rasio