JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN
ISSN : 2086 – 4981
VOL. 5 NO. 1 MARET 2012
OPTIMALISASI PROSES PENCUCIAN KAPAL ISAP PRODUKSI (KIP) TIMAH PENGANAK DALAM MENINGKATKAN PENCAPAIAN PRODUKSI DI LAUT
PERMIS
Yoszi Mingsi Anaperta1
ABSTRACT
PT. Timah (Persero) Tbk, the Pacific Marine Unit is a unit of production of PT. Timah (Persero) Tbk conducting tin mining in the sea using dredges and suction vessel production. One is the KI Penganak. Washing process is a process that largely determines the end of a series of tin mining activities in Ship Production Sip (KIP), so the size of the quantity and quality of tin ore acquisition is largely determined by the merits of custody the washing process.
The names of washing equipments on the KIP Penganak rotary sieve (revolving screen), jigs, shakan, Bandar tailings and Bandar rocks, plotting and mapping tools (GPS).
At every step of the washing operation, both the separation of wet and dry separation needs to be assessed against the objectives of such operations. The washing process at KIP Penganak still not optimal because there are many minerals that go into a concentration, among other causes of jig variables have not accorded to the standard, although the difference is less with the standard specified, but an impact on the washing process.
Total final concentrate produced at the washing in the Jigs is 116.28 kg / h and the whole jig recovery gained 97.56. Of the total Sn content of the final concentrate obtained 18.64%, well below the required standard of provision that is ± 50%, whereas recovery does not fit the whole jig is also demanded of the specified recovery of ≥ 98%. Low recovery due to poor washing performance. As for getting the optimal acquisition of tin, may be influenced by factors of personnel (human) and equipment factors
Key word : concentrate, jig variables, recovery
INTISARI
PT. Timah (Persero) Tbk, Unit Laut Bangka merupakan unit produksi dari PT. Timah (Persero) Tbk yang melakukan penambangan timah di laut menggunakan kapal keruk dan kapal isap produksi. Salah satunya adalah KI Penganak. Proses pencucian merupakan proses akhir yang sangat menentukan dari rangkaian kegiatan pertambangan timah di Kapal Isap Produksi (KIP), sehingga besar kecilnya kuantitas dan kualitas perolehan bijih timah sangat ditentukan oleh baik buruknya rangkain proses pencucian tersebut.
1
Adapun nama-nama peralatan pencucian pada KIP Penganak yaitu saringan putar (revolving screen),jig, shakan, Bandar tailing dan Bandar batu, alat plotting dan mapping (GPS).
Pada setiap langkah operasi pencucian, baik pemisahan basah maupun pemisahan kering perlu dilakukan penilaian terhadap tujuan operasi tersebut. Proses pencucian pada KIP Penganak masih belum optimal karena masih banyak mineral ikutan yang masuk menjadi konsentrasi, penyebabnya antara lain dari variabel - variable jig yang belum sesuai dengan standar walaupun perbedaannya sedikit dengan standar yang ditentukan tetapi memberi pengaruh pada proses pencucian.
Total konsentrat akhir yang dihasilkan pada pencucian di Jig-Jig adalah 116,28 kg/jam dan recovery seluruh jig yang didapat 97,56. Dari total konsentrat akhir nilai kadar Sn yang didapatkan 18,64 % jauh dibawah standar dari ketetapan yang diminta yaitu ± 50 %, sedangkan recovery seluruh jig juga tidak sesuai yang diminta dari recovery yang ditetapkan yaitu >98 %. Recovery rendah karena performa pencucian kurang baik. Adapun untuk mendapatkan perolehan timah secara optimal, dapat dipengaruhi oleh faktor personel (manusia) dan faktor peralatan.
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN
ISSN : 2086 – 4981
VOL. 5 NO. 1 MARET 2012
PENDAHULUAN
Indonesia termasuk negara yang terletak pada jalur timah terkaya di dunia yang disebut south
east tin belt (jalur timah Asia
Tenggara). Daerah Indonesia yang dilalui oleh jalur tersebut adalah Pulau Bangka, Belitung, Singkep, Kundur dan perairan disekitar wilayah tersebut.
PT. Timah (Persero) Tbk adalah salah satu perusahaan yang
bergerak dalam bidang
pertambangan timah di Provinsi Bangka-Belitung dan Kundur (Kep. Riau). Secara Geografis lokasi penambangan Kapal Isap Produksi Penganak terletak pada koordinat 10 36,7’ LS dan 1050 22,5’ BT. Terletak di Laut Kebiang, Dusun Penganak, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.Penambangan bijih timah di Unit Laut Bangka menggunakan sistem tambang lepas
pantai. Dimana sistem
penambangan yang dilakukan dengan menggunakan kapal keruk dan kapal isap.
Proses pencucian merupakan proses akhir yang sangat menentukan dari rangkaian kegiatan pertambangan timah di Kapal Isap Produksi (KIP), sehingga besar kecilnya kuantitas dan kualitas perolehan bijih timah sangat ditentukan oleh baik buruknya dari rangkain proses pencucian tersebut.
Pada setiap langkah operasi pencucian, baik pemisahan basah maupun pemisahan kering perlu dilakukan penilaian terhadap tujuan operasi tersebut. Hasil penilaian tersebut dapat digunakan untuk menilai keseluruhan dari operasi pencucian. Data-data yang dihasilkan dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan terhadap perbaikan-perbaikan operasi yang harus segera dilakukan
maupun untuk keperluan
perencanaan jangka panjang.
Berdasarkan keadaan di lapangan dimana pompa hisap yang menghisap material tanah yang telah digali memilki jumlah debit hisapan yang selalu berubah – ubah dan tidak konstan sesuai dengan keadaan di lapangan. Hal ini dapat mengganggu performance dari proses pencucian dikarenakan apabila debit material hisapan atau
feed terlalu berlebih dapat mengakibatkan tidak tertampungnya material tersebut di jig,dan ditambah lagi dengan performance kinerja pada jig primer dan clean up yang tidak dalam kondisi standar,dalam artian jumlah pukulan, panjang pukulan, serta kecepatan aliran pada
jig – jig tersebut tidak lagi sesuai
dengan ketetapan standar prinsip dasar proses pencucian.
Adapun tujuan dan manfaat yang diharapkan dari studi kasus ini adalah:
1. Menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam pencucian bijih timah dengan menggunakan jig.
2. Memberikan gambaran betapa pentingnya melakukan sampling dengan teliti dan benar, agar dalam pengoperasian alat dapat berjalan dengan lancer.
3. Memberikan petunjuk tentang pengoperasian alat jig, agar dalam pengoperasiannya dapat berjalan seoptimal mungkin untuk mendapatkan recovery yang baik (>98%).
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian hanya dilakukan pada Kapal Isap Penganak.
2. Penelitian ini dilakukan untuk mengamati dan mempelajari kinerja Kapal Isap Penganak di Tambang unit laut bangka seperti permasalahan yang
timbul dan penyebab
permasalahan tersebut, serta memberikan solusi dari permasalahan tersebut.
3. Penelitian ini mempelajari optimalisasi kinerja Kapal Isap Penganak untuk mendapatkan recovery yang baik dengan melihat cara kerja pencuciannya dan kebutuhan batu hematite dalam proses pencucian.
Proses pencucian merupakan bagian terpenting dan merupakan proses akhir dari kegiatan pertambangan, karena besar kecilnya perolehan sangat ditentukan oleh kegiatan tersebut. Posisi instalasi proses pencucian
yang kurang baik, akan
mengakibatkan kehilangan mineral timah dan mineral-mineral berharga lainnya yang terkandung di dalam tanah hasil penggalian. Pada proses pencucian di Kapal Isap produksi (KIP) bermula dari pompa hisap tanah mengeluarkan feed lalu ke saringan putar. Dari saring putar, material langsung dialirkan ke jig
primer, setelah itu material masuk
atau dialirkan ke jig clean up dan terakhir dicuci kembali di shakan yang menggunakan tenaga manusia dimana proses pencucian tersebut akan menghasilkan timah dengan kadar Sn > 72 %. Tidak menutup kemungkinan juga biji timah sudah berkadar Sn> 72 % ketika keluar dari jig clean up.
Kapal Isap Produksi (KIP) hanya memiliki jig primer dan clean
up serta shakan yang merupakan
tempat pencucian akhir bijih timah yang menggunakan tenaga manusia untuk proses pengerjaannya,dimana
shakan tersebut hanya ada di kapal
Isap Produksi (KIP).
Jig adalah suatu alat pemisah
bijih timah berdasarkan perbedaan berat jenis (BJ) dari bijih timah dan mineral-mineral ikutan lainnya. Dalam proses jigging dibagi dalam beberapa tahap antara lain :
1) Jig primer untuk pencucian tingkat pendahuluan dengan hasil konsentrat berkadar sekitar 20 – 30 % Sn.
2) Jig clean up untuk pencucian tingkat kedua dengan hasil konsentrat berkadar ± 50%. 3) Shakan untuk pencucian tingkat
akhir dimana sistem
pengerjaannya menggunakan tenaga manusia dengan hasil konsentrat berkadar > 72 %. Peralatan Pencucian Jig
1) Saringan
Saringan gunanya untuk menahan hematite jangan sampai turun ke bawah dan melewatkan atau meloloskan bijih timah. Ukuran lubangnya harus lebih kecil dari hematite dan lebih besar dari bijih timah, biasanya dipakai dengan ukuran 4 x 10 mm, dimana ukuran yang besar diletakan melintang terhadap arah aliran bahan, dengan tujuan agar lubang saringan tidak mudah buntu atau tersumbat.
2) Bak distribusi
Fungsinya untuk
mendistribusikan undersize
saring putar ke jig primer dengan merata dan kecepatan alir yang sesuai. Pemasangan kuku macan dan ripple penahan aliran mesti diperhatikan untuk mengoptimalkan fungsinya. 3) Tangki / Kompartemen
Dinding tangki harus kaku,
dengan maksud untuk
menghindari turut penggerak dinding, yang mana hal ini akan mempergaruhi terhadap pukulan yang efektif.
4) Bed
Bed adalah lapisan material
diatas saringan jig, yang terdiri dari batu hematite atau
cassiterite kasar dan berfungsi
sebagai bahan perantara dalam memisahkan bijih timah yang berat jenisnya berat dengan bijih yang berat jenisnya ringan.
Besar butiran bed untuk jig
primer adalah Ø 12 – 18 mm, jig sekunder Ø 9 – 12 mm dan jig
JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN
ISSN : 2086 – 4981
VOL. 5 NO. 1 MARET 2012
tersier/clean up Ø 6 – 9 mm.
Untuk pengisian ketebalan dari
bed adalah sekitar 1,5 cm
dibawah pinggir atas kotak kisi-kisi, jadi untuk ketebalan kisi-kisi (umumnya 7,5 – 10 cm), tebal batu bed adalah sekitar 60 – 80 mm.
5) Kisi – kisi
Gunanya untuk memberikan kekakuan pada saringan, agar tidak turut bergerak dengan tekanan dan isapan air, dan untuk menjaga supaya batu bed tetap pada tempatnya.
6) Penggerak
Alat-alat pengerak terdiri dari
Roll dan Exentrik. Roll untuk
meneruskan gerakan exentrik ke stang/torak agar torak dapat bekerja mengisap dan menekan, sedangkan Exentrik untuk mendapatkan gerakan pukulan yang sesuai dengan keinginan. 7) Membran
Gunanya adalah untuk menutup rapat antara tangki dan torak sehingga torak dapat bekerja (menekan dan mengisap). Membran ini harus diklem dengan kuat, sehingga tidak terjadi kebocoran atau lepas dan tidak boleh di cat, sebab akan
mengakibatkan mudah
retak/pecah. 8) Spigot
Untuk mengeluarkan konsentrat yang keluar/melewati saringan. Ukuran yang dipergunakan 3/8" – 1/2".
9) Peralatan Pencucian yang lain (a) Pompa dan Pipa hisap
Pompa hisap tanah
menghisap material yang terberai hasil dari penggalian
cutter dan disalurkan ke
saringan putar melalui pipa hisap untuk dipisakan antara
undersize dengan oversize.
(b) Saringan Putar (revolving
screen)
Saringan putar merupakan alat pemisahan pertama,
material yang menerobos saringan (under size)
disalurkan ke jig-jig, material yang tidak berguna akan keluar dan langsung dibuang (over size). Pada Kapal Isap Produksi (KIP) feed yang dialirkan oleh pompa hisap ± 85 % berupa cairan sehingga
undersize nya lebih besar
dari pada oversize.
Adapun faktor – faktor yang
Mempengaruhi Performance
Pencucian: a. Personel
Personel merupakan faktor utama sebagai penentu berhasil atau tidak suatu tugas. Personel yang mengendalikan peralatan, proses maupun mutu produk, kerapian dan kebersihan lingkungan kerja keselamatan dan kesehatan kerja.
b. Sifat Fisik Hasil Galian 1) Jenis Lapisan Tanah
Umumnya jenis lapisan
tanah yang paling
berpengaruh terhadap
performance pencucian, yaitu :
a) Pasir Lepas
Pasir lepas cukup dominan, terutama bekerja di daerah tailing (lapisan tanah yang telah digali sebelumnya) ataupun penggalian relatif dekat dengan pantai (Cupat, Tj Kelayang, Kebiang, Penganak). Dalam hal ini, pasir lepas ini berpengaruh dalam proses pencucian : (1) Pasir cepat menumpuk pada beberapa permukaan jig primer (mudah terjadi over blast). (2) Beban jig berat (F
akibatnya beban
kerja alat
penggerak menjadi berat pula.
(3) Recovery jig primer menjadi rendah (sering overblast). (4) Produksi tidak
optimal.
b) Lempung Putih (Tanah Kak) (1) Membentuk gumpalan (clay ball) di dalam saringan putar. (2) Mengikat butiran timah terbuang ke over size. (3) Lubang plat saringan putar cepat tersumbat. c) Mineralisasi (1) Kekayaan lapangan yang sedang digali harus secepatnya diantisipasi untuk pengaturan variabel jig, terutama panjang pukulan dan kecepatan pukulan. (2) Distribusi mineral berat (baik berharga maupun pengotor) dan ukuran butiran perlu diantisipasi, karena pengaruh kadar dan recovery. Bila beberapa diantara mineral berat cukup dominan (pirit, marksit, ilmenit, tourmalin dan monazit > 3%), maka panjang
pukulan jig primer diatur 13 – 15 mm, untuk memperoleh
recovery jig primer
sesuai sasaran.
d) Peralatan Pencucian Kondisi alat sangat memperngaruhi proses dan mutu produknya artinya bila kondisi tidak baik, maka tidak akan menghasilkan mutu kerja yang baik. Oleh sebab itu perlu dipahami dan dihayati fungsi peralatan maupun perawatannya.
Tabel 1. Peralatan Pencucian yang utama di Kapal Isap Produksi (KIP)
No Nama Alat Fungsi
1 Saringan Putar Memisahkan material halus (under size) dengan material kasar (over size)
2 Jig Memisahkan mineral-mineral berharga dan mineral
tidak berharga(tailing) dengan media air
3 Pompa under water
Sebagai alat yang menghisap air laut untuk dialirkan ke jig dimana air laut tersebut dipergunakan oleh jig untuk memberikan gaya hisap agar mineral berat dapat turun.
4 Shakan
Tempat pencucian akhir timah yang menggunakan tenaga manusia dalam pengerjaannya dan menghasilkan timah berkadar > 72 %.
PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH
a. Personal
Untuk mengatasi
performance pencucian dari segi personel dituntut untuk : 1) Meningkatkan kemampuan
dan kemauan
2) Meningkatkan koordinasi yang lebih baik lagi dengan unsur-unsur terkait:
a) Penggalian
(kemampuan kekayaan lapangan yang sedang digali, sifat fisik hasil galian).
b) Pihak mekanik dan listrik.
c) Pihak perawatan dan perbengkelan.
d) Pihak pergudangan. e) Pihak evaluasi.
3) Sebagai pengawas,
mengawasi personelnya, peralatan, proses dan mutu produk.
b. Parameter–parameter Standar Operasi Prosedur pada Proses Pencucian Kapal Isap Produksi (KIP)
1) Kecepatan Aliran (cross flow) - Jig primer
= 0,7 – 1,0 m / detik. - Jig clean up
= 0,3 – 0,5 m / detik.
Untuk mengatasi
kecepatan aliran diatas permukaan jig perlu dipasang Sisir penahan cross flow
2) Jenis (ukuran) bed
- Tipe A (Ø 12 mm – 18 mm),untuk jig primer. - Tipe C (Ø 6 mm – 9
mm),untuk jig clean up. 3) Tebal bed
- Tebal bed antara 70 mm – 90 mm
4) Jumlah pukulan penggerak jig a) Jig primer - Kompartemen A = 130 x / menit - Kompartemen B = 140 x / menit - Kompartemen C = 140 x / menit b) Jig clean up - Kompartemen A = 160 x / menit - Kompartemen B
= 180 x / menit - Kompartemen C = 180 x / menit c) Panjang pukulan penggerak jig (1) Jig primer - Kompartemen A = 25 mm – 30 mm - Kompartemen B = 20 mm – 25 mm - Kompartemen C = 15 mm – 20 mm (2) Jig clean up - Kompartemen A = 10 mm – 15 mm - Kompartemen B = 8 mm – 10 mm - Kompartemen C = 6 mm – 8 mm 5) Parameter – parameter Perhitungan Variabel Proses pencucian KIP a) Kapasitas jig primer
Kapasitas Jig = Jumlah
l x LSE/cell x kapasitas
m3/m2 SE/jam Dimana :
Jumlah cell = berapa jumlah cell jig primer/unit
LSE = luas
saringan efektif m2/cell Kapasitas
= m3/m2 LSE/jam
(Sumber : ”Pencucian Kapal Keruk” Tim Teknik Pengolahan PT. Timah
Persero)
b) Kebutuhan batu
hematite
Kebutuhan batu
hematite untuk 1 cell jig
= Vol. LSE rooster x berat jenis batu hematite ( ton/cell )
(Sumber : ”Pencucian Kapal Keruk”
Tim Teknik Pengolahan PT. Timah Persero) c) Kadar air % w
100%
Ws
Ww
w
w Dimana : W = Kadar air (%) Ww = Berat air (kg) Ws = Berat butiran kering (kg)(Sumber : ”Pencucian Kapal Keruk” Tim Teknik Pengolahan PT. Timah
Persero)
d) Hitung berat tailing
(solid) Berat tailing =
3600s t Kering Berat LMS L.S.J Dimana : LSJ = Luas Saringan Jig (cm) LMS = Luas Mulut Sampler (cm) t = Waktu Sampling (s)(Sumber : ”Pencucian Kapal Keruk” Tim Teknik Pengolahan PT. Timah
Persero) e) Menghitung berat Sn Berat Sn = Berat konsentrat x kadar Sn f) Menentukan kadar Sn rata – rata
Kadar Sn rata – rata = 100% Konsetrat Berat Sn Berat g) Menentukan kadar Sn dari rumus kapal Kadar Sn Kapal = 100% Tailing Berat Konsentrat Berat Tailing Sn Berat Sn total Berat
c. Tata cara pengambilan sampel 1) Pengambilan contoh
Berdasarkan pengamatan di lapangan perlu dilakukan kegiatan pengambilan contoh untuk mengetahui kekayaan lubang bor dan kinerja
peralatan proses
pencuciannya dalam rangka mengejar target produksi perolehan kadar Sn > 72 % dan Recovery minimal 98 %. a) Sampling I (pengambilan
tailing)
Dalam sampling ini dilakukan pengambilan conto pada :
(1) Oversize Jig Primer, material diambil dengan menggunakan alat cutter sampler dengan cara menggerakan/mengg eserkan sepanjang mulut jig atau saluran
tailingnya selama ±
10 detik. Kegiatan ini dilakukan pada tiap unit jig primer SB (kanan) dan BB (kiri). (2) Oversize Jig
sekunder, material
diambil dengan
menggunakan cutter
sampler selama ± 10
detik sepanjang mulut
jig dilakukan pada
tiap unit SB dan BB
(3) Tailing shakan,
material diambil dengan
menggunakan cutter sampler selama ± 10 detik sepanjang mulut shakan.
b) Sampling II
Dalam sampling ini dilakukan pengambilan conto pada :
Konsentrat sekunder,
material diambil pada lubang spigot yang berjumlah 4 buah pada setiap unit SB dan BB pada jig ini, selama ± 20 detik.
c) Sampling III
Dalam sampling ini dilakukan pengukuran variabel-variabelnya yaitu : 1) Kecepatan aliran (m/det) 2) Jumlah pukulan (pukulan/menit) 3) Panjang pukulan (mm) 4) Tebal Bed (mm) Conto yang sudah
didapat kemudian
dikumpulkan, kemudian masing-masing conto diberi label/kode sesuai unit jig nya. Seperti TL.1 BB maksudnya conto yang diambil pada tailing
jig primer unit 1 sebelah
BB (kiri), Kons.sekn.BB maksudnya conto diambil
pada konsentrat
sekunder sebelah BB (kiri) dan demikian pula dengan contoh lainnya. 2) Preparasi conto dan analisis
butiran
Hasil conto yang diambil pada kegiatan sampling
dibawa ke laboratorium untuk proses preparasi dengan analisa mikroskop. Conto dicuci terlebih dahulu dengan
menggunakan dulang, kemudian ditempatkan di piring-piring kecil dengan diberi tanda/kode sesuai jenis conto, kemudian dikeringkan di dalam oven.
Kemudian dilakukan
pengayakan untuk
mendapatkan 3 fraksi yaitu, +50 mesh, +100 mesh,dan -100 mesh. Tiap fraksi
dianalisa dengan
menggunakan mikroskop (Grain Counting Analisys) untuk mengetahui jenis
butiran dan kadar tiap fraksinya.
Data dan Pengolahan Data
1. Data
Dalam melakukan kegiatan lapangan di Kapal Isap Produksi (KIP) Timah Penganak maka diperolehlah data–data untuk mengevaluasi kinerja proses pencucian di kapal tersebut,
recovery pencucian dan kadar
bijih timah yang dihasilkan, sebagai berikut:
a)
Data sampel pada tailing Tabel 2. Data Sampel Pada Tailingb)
Data Sampel Pada KonsentratTabel 3. Data Sampel Pada Konsentrat
JENIS CONTOH Casiteri t (%) % Sn
Min. Utama Dom. ( %
) Mineral Pengganggu Proses Penc. ( % ). + 50 # +100 # -100 # Ilmeni t Zircon e Pyr / Mar. Tourm . Lain-2 Kons.Sekund er Komp.A 47.42 36.9 9 34.3 4 7.89 5.19 1.62 0.51 9.22 5.17 36.0 6 Kons.Sekund er Komp.B 13.98 10.9 0 10.8 6 2.41 0.71 0.90 1.76 5.85 4.09 73.4 2 Kons.Sekund er Komp.C 4.00 3.12 2.69 0.69 0.62 1.90 1.93 22.7 3 5.76 63.6 8 Final Sakan 54.62 42.6 0 29.8 0 18.1 7 6.65 3.97 1.03 6.13 4.94 29.3 1 Nama Contoh Waktu
(detik) Lebar Mulut tailing Berat Basah (Kg) Berat Kering (Kg) Solid (kg/jam) Berat Kons. Dulang (gram) % Sn kons. Dulang % Sn asal Kg Sn/jam Konsentrat Sakhan 1.000 42.60 Tailing Sakhan 10 90 Tailing Primer SB 10 300 0.500 0.425 7,650.00 21.80 0.01 0.00051 0.039 Tailing Primer BB 10 300 0.350 0.298 5,355.00 36.80 0.07 0.00866 0.464 TOTAL TAILING PRIMER SB/BB 13,005.00 0.00917 0.503 Tailing Sekunder SB/BB 10 180 0.355 0.302 3,258.90 35.30 0.01 0.00117 0.038 TOTAL TAILING SEKUNDER. SB/BB 3,258.90 0.00017 0.038 TOTAL SELURUH TAILING 3,258.90 0.01660 0.541
c)
Data konsentrat dan recovery seluruh jigTabel 4. Data konsentrat dan recovery seluruh jig
d) Analisa kecepatan aliran permukaan pada jig dan variable jig
Tabel 5. Analisa kecepatan aliran permukaan pada jig dan variable jig
Nama Contoh Waktu (detik) Panjang Saluran Jig (m) Kecepatan Aliran Air (m/s) Primer SB1 4.2 3,7 0,76 Primer SB2 4.58 3,7 0,70 Primer BB1 5.21 3,7 0,61 Primer BB2 5.34 3,7 0,60 Sekunder SB1 4.19 3,1 0,64 Sekunder SB2 4.06 3,1 0,69 Nama Contoh Berat Kering (Kg) Solid Kg/Jam Berat Kons. dulang (gram) % Sn Kons. Dulang % Sn asal Kg Sn/jam Kons.Sekunder SB / BB 20 0.240 43.20 57.20 36.99 36.99000 15.980 Kons.Sekunder SB / BB 20 0.244 43.92 44.10 10.90 10.90000 4.787 Kons.Sekunder SB / BB 20 0.162 29.16 61.50 3.12 3.12000 0.910 TOTAL KONS.SKDR 116.28 18.64186 21.677 TOTAL KONS. AKHIR 116.28 18.64186 21.677 TOT. SELURUH TAILING 3,258.90 0.01660 0.541 UNDER SIZE TROMOL 3,375.18 0.65827 22.218 REC.SELURUH JIG 97.56
Variabel jig proses pencucian Kapal Isap Penganak bulan april 2011 di Laut Permis.
0,61 0,60 0,70 0,76
0,69 0,64
Gambar 1. Variabel Jig pada Proses Pencucian KIP Penganak
50 50 60 50 50 60 50 50 50 50 60 50 40 40 40 40 40 40 28 27 28 31 34 32 9 8 11
Hasil analisa data dapat disimpulkan sebagai berikut:
Tabel 6.Rekapitulasi Hasil Analisa Data
Perhitungan Rec.Jig Data Hasil Sampling
- C = a x b Kons. Akhir (Kg/Jam) Tailing (Kg/Jam)
- T = d x e Solid %Sn Sn Solid %Sn Sn
Feed = C + T = 43,7 Kg/Jam A b C D e T
Recovery seluruh Jig =
100
%
T
c
c
= 97,56 % 116,28 18,64 21,677 3,259 0,017 0,541Kadar konsentrat akhir = 18,64%
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan kecepatan aliran pada jig
sekunder/clen up yang memenuhi standar
KESIMPULAN
1. Recovery total jig bulan April 97,56 % tidak memenuhi standar ( 98%) di Laut Permis.
2. Kadar konsentrat akhir sampling (analisa mikrokop) di bawah standar yaitu 18,64 % Sn dan kadar konsentrat final shakan diambil saat sampling = 42,60 % Sn, mineral ikutan dominan pyrit dan tourmaline.
3. Terjadi penyumbatan pada selang penghubung feed antara jig sekunder dengan primer disebabkan variabel jig melenceng dari prinsip dasar. 4. Kecepatan aliran crostflow pada
jig sudah sesuai dengan standar
terutama pada jig primer.
5. Pada beberapa jig primer
terdapat exentrik yang kurang
berfungsi dengan baik
mengakibatkan variabel panjang pukulan pada jig primer SB/BB sebagian masih ada di bawah standar dan masih ada panjang
pukulannya yang tidak
beraturan.
6. Untuk bed dan saringan jig harus dilakukan perawatan secara rutin dengan cara menggemburkan
bed serta pengetokan saringan jig terutama pada kompartemen
A jig primer sebelah SB maupun sebelah BB agar dapat mengurangi kebuntuhan pada saringan jig, sehingga jig dapat berfungsi secara maksimal. 7. Untuk meningkatkan performa
pencucian yang baik dengan tujuan mendapatkan perolehan mineral secara optimal, tentunya didukung oleh faktor personal yang handal dan peralatan yang sesuai dengan standar seperti memakai sepatu bot, helm agar tidak terjadi kecelakaan kerja. 8. Perlunya pengaturan variable–
variable jig yang tidak sesuai dengan prinsip dasar standar pencucian seperti panjang pukulan, jumlah pukulan dan kecepatan aliran.
9. Untuk menstandarkan kecepatan aliran pada jig primer hendaknya setiap kompartemen pada jig primer perlu dibuat sisir penahan
(crossflow), dengan adanya
crossflow maka laju kecepatan
air melambat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Achmad, Azhar. 2011.
Dasar-dasar Pencucian Kapal Isap Produksi. Pangkal Pinang :
PT. Timah, Tbk.
[2] Hafid AMD. 2007. Pedoman
Teknis Penambangan Timah Alluvial di Darat. Pangkal
Pinang : PT. Timah, TBk [3] Tim Teknik Pengolahan.
Pencucian Kapal Keruk. Pangkal Pinang. PT. Timah,