• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan Biologi Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no. 5 Malang. cp Lutfi:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendidikan Biologi Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no. 5 Malang. cp Lutfi:"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Malang, 26 Maret 2016

771

ANALISIS KEMAMPUAN AWAL LITERASI SAINS SISWA SMA KOTA MALANG

The Analysis Of Initial Ability Of Student’s Scientific Literacy In High School In Malang

Lutfi Rizkita1), Hadi Suwono2), Herawati Susilo2) 1

Pendidikan Biologi Pascasarjana, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no. 5 Malang

2

Jurusan Biologi-FMIPA, Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang no. 5 Malang e-Mail: lutfirizkita9@gmail.com

cp Lutfi: 085791398588

Abstrak

Literasi sains merupakan kemampuan seseorang untuk membedakan fakta-fakta sains dari bermacam-macam informasi, mengenal dan menganalisis penggunaan metode penyelidikan saintifik serta kemampuan untuk mengorganisasi, menganalisis, menginterpretasikan data kuantitatif dan informasi sains. Orang yang literat sains dapat dengan tepat menggunakan konsep sains, prinsip, hukum, dan teori dalam interaksi dengan lingkungannya serta menggunakan proses sains dalam penyelesaian masalah, membuat keputusan, selanjutnya mengerti keadaan alam yang sesungguhnya. Berkaitan dengan hal ini, telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mediskripsikan kemampuan awal literasi sains siswa. Sampel penelitian adalah siswa SMAN 4 Malang kelas X tahun ajaran 2015-2016 yang berjumlah 68 siswa. Kemampuan awal literasi sains diukur menggunakan 15 soal pilihan ganda. Hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan awal literasi sains siswa masih rendah. Berdasarkan hasil tes yang telah dilakukan didapatkan data bahwa kemampuan siswa dalam mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid, melakukan penelusuran literatur yang efektif, memahami elemen-elemen dalam desain penelitian, membuat grafik secara tepat dari data, memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, memahami dan menginterpretasikan statistik dasar serta melakukan penarikan kesimpulan tergolong masih rendah rata-rata persentase sebesar 52 %. Studi ini merupakan studi awal dari penelitian kuasi eksperimen untuk mengetahui strategi yang diduga dapat berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains siswa.

Kata Kunci: kemampuan, literasi sains

Abstract

Scientific literacy is a ability to distinguish the facts of science from a variety of information, identify and analyze the use of scientific methods of investigation as well as the ability to organize, analyze, interpret quantitative data and science information. Scientific literate can properly use science concepts, principles, laws, and theories in interaction with the environment as well as the use of science in the process of problem solving, decision making, further understand the true of nature. In this regard, this study is conducted aiming at descripting initial capability science literacy of students. The samples of the study were 68 students of tenth grade of SMAN 4 Malang. The student‘s initial ability of scientific literacy was measured using 15 items of multiple choices. The analysis showed that the ability of early scientific literacy of students is low. Based on the results of tests that have to be got the data that students' skills in identify a valid scientific argument; evaluate the validity of sources; understand elements of the study design; create graphical representation of data; solve problems using quantitative skills; understand and interpret basic statistics; and justify inferences and conclusions based on quantitative data still low average of 52%. This is a preliminary study for a quasi experimental study which

(2)

Malang, 26 Maret 2016

772

investigates the strategy that is assumed to influence the ability of student‘s scientific literacy.

Key word: ability of scientific literacy PENDAHULUAN

Literasi sains merupakan salah satu permasalahan yang cukup penting dan harus segera diatasi di Indonesia. Berdasarkan survey yang diselenggarakan oleh TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) yang dilakukan setiap empat tahun sekali pada tahun 2007 Indonesia berada di peringkat ke 35 dari 49 negara dan tahun 2011 Indonesia berada di peringkat 40 dari 42 negara. Hasil survey menunjukkan bahwa skor rata-rata prestasi sains siswa berada di bawah rata-rata skor Internasional. Sejalan dengan survey yang dilakukan oleh TIMSS, survey yang dilakukan oleh PISA (Program for International Student Assessment) rata-rata skor prestasi literasi sains di Indonesia masih jauh di bawah rata-rata internasional. Pada tahun 2003 berada di posisi ke 38 dari 40 negara, 2006 berada di posisi ke 50 dari 57 negara, 2009 Indonesia menempati posisi ke 60 dari 65 peserta, dan pada 2012 menempati posisi 66 dari 67 negara (OECD, 2013). Hal ini membuktikan bahwa secara umum kemampuan literasi sains siswa Indonesia masih rendah dan harus segera di atasi.

Literasi sains adalah kemampuan menggunakan pengetahuan sains, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan, menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti untuk memahami dan membantu membuat keputusan berkenaan tentang alam serta perubahan yang dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia (PISA, 2003). Kemampuan literasi sains diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk membedakan fakta-fakta sains dari bermacam-macam informasi, mengenal dan menganalisis penggunaan metode penyelidikan saintifik serta kemampuan untuk mengorganisasi, menganalisis, menginterpretasikan data kuantitatif dan informasi sains (Gormally, 2012).

Pembelajaran biologi mengupayakan terbentuknya subyek didik sebagai manusia yang memiliki modal literasi sains, yaitu manusia yang membuka kepekaan diri, mencermati, menyaring, mengaplikasikan, serta turut serta berkontribusi bagi perkembangan sains dan teknologi untuk peningkatan kesejahteraan dan kemaslahatan masyarakat. Selain kemampuan intelektual, literasi sains juga menyangkut keterampilan berpikir tingkat tinggi, sosial, dan interdisipliner (Nbina dan Obomanu, 2010). Orang yang literat sains dapat dengan tepat menggunakan konsep sains, prinsip, hukum, dan teori dalam interaksi dengan lingkungannya serta menggunakan proses sains dalam penyelesaian masalah, membuat keputusan, selanjutnya mengerti keadaan alam yang sesungguhnya (Laugksch, 2000). Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk menganalisis kemampuan awal literasi sains siswa SMA kelas X di Kota Malang. Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang kemampuan awal literasi sains siswa SMA kelas X di Kota Malang.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif yang bertujuan menggambaran secara cermat dan sistematis mengenai fakta dan sifat populasi tertentu. Jenis penelitian digunakan untuk menggambarkan kemampuan awal literasi sains siswa SMA. Populasi

(3)

Malang, 26 Maret 2016

773

dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Kota Malang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMAN 4 Malang tahun ajaran 2015-2016 yang berjumlah 68 siswa.

Pengukuran literasi sains dilakukan mengunakan 15 soal pilihan ganda sesuai dengan indikator yang dikembangkan oleh Gormally (2012). Indikator literasi sains yang digunakan terdiri atas: 1) mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid 2) melakukan penelusuran literatur yang efektif 3) memahami elemen-elemen desain penelitian dan bagaimana dampaknya terhadap temuan/ kesimpulan 4) membuat grafik secara tepat dari data; 5) memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar; 6) memahami dan menginterpretasikan statistik dasar; 7) melakukan inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif. Indikator dan soal dijelaskan pada Tabel 1 sebagai berikut:

Tabel 1. Indikator dan Contoh Soal Literasi

No. Indikator Contoh soal

1. Mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid

1. Soal nomor 1. Pada tahun 2010-2011 terjadi ledakan populasi ulat bulu. Manakah berikut ini yang menunjukkan argumen ilmiah yang valid?

a. Meledaknya ulat bulu di daerah Probolinggo dapat menyebabkan berbagai penyakit untuk masyarakat di sekitarnya

b. Fenomena meledaknya ulat bulu merebak ke sejumlah daerah di Indonesia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh LIPI penyebab meledaknya ulat bulu dipengaruhi oleh faktor biotik

c. Fenomena meledaknya ulat bulu ini dapat ditangani dengan memberikan pestisida pada tanaman inang yang ditumpangi oleh ulat bulu

d. Proses perkembangbiakan ulat bulu sangat dipengaruhi oleh waktu-suhu. Pada tahun 2010-2011 di Probolinggo terjadi musim panas yang panjang. Ledakan populasi ulat bulu di Probolinggo disebabkan oleh kenaikan suhu.

e. Meledaknya ulat bulu diakibatkan karena predator ulat bulu banyak di buru oleh manusia

2. Melakukan

penelusuran literatur yang efektif

2. Soal nomor 3. Berdasarkan data dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kabut asap yang muncul sebagai akibat kebakaran lahan gambut telah membuat setidaknya 30.249 orang menderita infeksi saluran pernapasan akut, 562 orang menderita pneumonia, lalu asma 1.109 orang, iritasi mata 895 orang, dan iritasi kulit 1.490 orang.

(4)

Malang, 26 Maret 2016

774

Kutipan di atas berasal dari jenis sumber informasi? a. Primer (Hasil penelitian yang ditulis, ditelaah ahli

dan dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.)

b. Sekunder (Ulasan dari beberapa hasil penelitian yang ditulis sebagai sebuah artikel yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah.)

c. Tersier (Laporan dari media, ensiklopedia, atau dokumen yang diterbitkan oleh instansi pemerintah) d. Kuarter (Laporan hasil praktikum siswa)

e. Tidak ada sumber 3. Memahami elemen-elemen desain penelitian dan bagaimana dampaknya terhadap temuan/ kesimpulan

3. Soal nomor 5). Anda mencatat ada benang-benang putih pada tempe yang menempelkan kedelai satu dengan lainnya. Pernyataan di atas adalah...

a. Teori b. Hasil Penelitian c. Hipotesis d. Observasi e. Prediksi 4. Membuat grafik secara tepat dari data

4. Soal nomor 13. Grafik manakah yang paling tepat menggambarkan data penelitian pengaruh air Sungai Brantas terhadap jumlah gerak operkulum ikan?

(5)

Malang, 26 Maret 2016 775 5. Memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar

Soal nomor 8. Rani melakukan penelitian, yaitu pemupukan tanaman padi dengan pupuk N dalam dosis yang bertingkat-tingkat (10 %, 15 %, 20 %, 25% dan 30 %), dalam 4 ulangan pengaruhnya pupuk diukur pada hasil panen padi. Data produksi padi pada setiap petak adalah sebagai berikut.

Perlakuan (dosis pupuk N) Ulangan (kuintal/hektar) 1 2 3 4 10 % 30 32 33 29 15 % 40 33 30 31 20 % 36 34 32 31 25 % 30 32 31 28 30 % 28 30 31 31 5.

6. Berdasarkan data hasil panen di atas pada dosis berapa yang paling efektif mempengaruhi hasil panen padi? a. 10 %

b. 15 % c. 20 % d. 25 % e. 30 %

(6)

Malang, 26 Maret 2016

776 menginterpretasikan

statistik dasar

statistik untuk menarik kesimpulan data penelitiannya? a. Para peneliti biasanya mengumpulkan data dari

populasi

b. Masyarakat mudah memahami hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk angka

c. Hanya statistik saja yang dapat digunakan untuk membandingkan

d. Kesimpulan yang benar untuk menjawab pertanyaan hanya dapat terungkap melalui analisis statistik.

e. Para peneliti membuat kesimpulan tentang populasi menggunakan estimasi dari sampel yang lebih kecil 7. Melakukan inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif.

7. Soal nomor 9. Berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan oleh Rani, kesimpulan yang paling tepat adalah...

a. Dosis pupuk N 20% merupakan dosis yang paling efektif meningkatkan hasil produksi padi

b. Dosis pupuk N yang menghasilkan produksi panen padi yang paling rendah adalah 25 %

c. Dosis pupuk N yang paling efektif meningkatkan hasil produksi padi adalah 15 %

d. Produksi panen padi dengan dosis 10 %

berdasarkan 4 kali ulangan menghasilkan rata-rata 31,5 kw/hektar

e. Produksi panen padi yang paling banyak selama 4 kali ulangan sebesar 33, 25 kw/hektar

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap awal dalam penelitian ini adalah penyusunan tes literasi sains yang berjumlah 15 soal yang telah dilakukan validasi ahli. Tes literasi dikembangkan berdasarkan 7 indikator dengan 15 soal untuk mengembangkan beberapa kemampuan siswa seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 2 berikut ini.

Tabel 2. Indikator, nomor soal, dan keterampilan dalam pengukuran kemampuan literasi sains siswa

Indikator No.

Soal

Skill

Mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid

1, 2 Mengenal dan mengetahui fakta, pendapat, dan teori sains untuk mendukung hipotesis

(7)

Malang, 26 Maret 2016

777

yang efektif membedakan diantara tipe

sumber-sumber tersebut Memahami elemen-elemen

dalam desain penelitian

5, 6, 7, 10, 11

Mengetahui tahap desain penelitian (observasi, hipotesis, variabel bebas, variabel kontrol, variabel terikat) Membuat grafik secara tepat dari

data

13, 15 Mengidentifikasi format grafik yang tepat untuk menggambarkan tipe data yang berbeda

Memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar

8 Menghitung rata-rata dan persentase

Memahami dan

menginterpretasikan statistik dasar

14 Menginterpretasi kesalahan, memahami kebutuhan untuk analisis statistik Melakukan inferensi, prediksi,

dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif

9, 12 Menginterpretasikan data dan meninjau desain eksperimental untuk mengevaluasi hipotesis dan mengetahui kekurangan pendapat (argumen)

Tahap kedua dengan memberikan tes pada 68 siswa SMA kelas X. Tes yang diberikan berjumlah 15 soal pilihan ganda yang kontekstual berdasarkan masalah-masalah nyata. Aspek dari literasi sains yang digunakan yakni mengenali dan menganalisis penggunaan metode inkuiri untuk mengarahkan pengetahuan sains dan kemampuan untuk mengorganisasi, menganalisis, dan menginterpretasikan data kuantitatif dan informasi sains. Indikator 1 yakni mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid atau melakukan penelusuran literatur yang efektif. Siswa harus mampu berpikir kritis dan membedakan pendapat-pendapat ilmiah di masyarakat, dalam hal ini siswa harus mampu meninjau penelitian sains, data, dan hasil penelitian untuk memuat keputusan tentang permasalahan yang sering muncul terkait dengan sains. Pada indikator ini terdapat 2 soal, soal pertama tentang permasalahan meledaknya ulat bulu di Probolinggo dan soal kedua tentang kerusakan terumbu karang di Indonesia. Pada soal 1 persentase jawaban siswa yang benar sebesar 75 %, sedangkan pada nomor 2 jawaban siswa yang benar sebesar 19 %.

Mencari referensi dan menganalisis kualitas dari sumber yang digunakan juga merupakan bagian yang terkait dengan analisis argumen saintifik (Gormally, 2012). Faktanya 40 % pengguna internet di U. S melaporkan bahwa mereka memperoleh banyak informasi sains dari internet, dan 87 % pengguna internet juga melaporkan telah mencari informasi sains secara online minimal satu kali (Horrigan, 2006; Gormally, 2012). Di Indonesia sendiri pada tahun 2014 berdasarkan riset yang dilakukan oleh Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) dan Pusat Kajian Komunikasi (PusKaKom) FISIP Universitas Indonesia menjelaskan bahwa pengguna internet mencapai 88, 1 juta jiwa dari 252, 5 juta jiwa penduduk. Hal ini jelas bahwa warga negara Indonesia termasuk siswa juga mencari informasi secara online. Semua siswa dari segala umur dan jenjang (SMP,

(8)

Malang, 26 Maret 2016

778

SMA, dan mahasiswa) mengalami kesulitan ketika mengevaluasi relevansi dan keandalan (reliable) informasi dari web (MaKinster et al., 2002; Merek-Gruwel et al., 2009). Selain hal itu, diketahui bahwa sangat sedikit pengguna internet memeriksa sumber dan tanggal informasi yang mereka temukan (Fox, 2006). Berdasarkan alasan-alasan tersebut maka dibuat soal untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk mengevaluasi validitas sumber dan membedakan diantara tipe sumber-sumber tersebut. Terdapat 2 soal untuk mengukur kemampuan melakukan penelusuran literatur yang efektif yakni soal nomor 3 dan 4. Pada soal nomor 3 persentase siswa menjawab benar sebesar 19 %, dan persentase siswa menjawab benar pada soal nomor 4 sebesar 54 %. Hal ini juga didukung hasil wawancara kepada 15 siswa yang semuanya menjawab bahwa referensi atau rujukan yang mereka gunakan adalah buku paket yang berasal dari sekolah. Terdapat 13 dari 15 siswa menjelaskan sumber lain yang sering digunakan didapat dari browsing dengan membuka blogger dan wikipedia. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan mencari dan menganalisis sumber referensi siswa masih sangat rendah.

Memahami elemen-elemen dalam desain penelitian, hal ini perlu diketahui oleh siswa untuk mendapatkan data ilmiah atau membuktikan fenomena-fenomena sains yang terjadi di lingkungan. kemampuan ini diukur dengan 5 soal yang terdiri dari kemampuan observasi, hipotesis, variabel bebas, variabel kontrol, dan variabel terikat. Pada indikator ini diberikan soal tentang sebuah desain penelitian. Pada indikator kemampuan observasi diukur dengan soal nomor 5, dan persentase jawaban benar sebesar 75 %. Kemampuan observasi siswa sudah cukup tinggi jika dilihat dari banyaknya siswa yang sudah dapat menjawab benar. Kemampuan siswa untuk membuat hipotesis berdasarkan pernyataan atau informasi diukur pada soal nomor 6, dengan persentase jawaban benar sebesar 50%. Kemampuan siswa untuk membedakan beberapa variabel antara lain variabel terikat, bebas, dan kontrol diukur dengan soal 7, 10, 11. Persentase jawaban benar secara berurutan adalah 95 %, 53 %, dan 73 %. Hal ini didukung data hasil wawancara dari 15 siswa diketahui bahwa siswa belum pernah melakukan praktikum yang bersifat eksperimental melainkan hanya praktikum yang bersifat observasi, sehingga kemampuan siswa untuk memahami elemen-elemen penelitian masih perlu ditingkatkan.

Membuat grafik secara tepat dari data, merupakan bagian integral dari memperoleh literasi fungsional, karena klaim ilmiah sering didukung oleh data kuantitatif (Steen, 1997; Gormally, 2012). Siswa mengalami kesulitan mewakili data kuantitatif pada grafik, dan kesulitan dalam memilih jenis grafik yang tepat untuk menampilkan jenis-jenis data tertentu (Bray Speth et al., 2010). Indikator ini diwakili oleh soal nomor 13 dan 15. Pada soal nomor 13 persentase jawaban benar sebesar 40 % dan persentase jawaban benar pada soal nomor 15 sebesar 47%. Hasil wawancara dengan 15 siswa menunjukkan bahwa siswa tidak pernah menginterpretasikan data tertentu dengan membuat grafik dan siswa tidak mengetahui berbagai jenis grafik dan kegunaannya.

Memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar, memahami dan menginterpretasikan statistik dasar, dan melakukan inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif merupakan komponen yang penting dikuasai siswa. Pada indikator ini dibuat soal yang berhubungan dengan kegiatan eksperimental, pada soal ini siswa harus mampu menghitung rata-rata dari data untuk dapat membuat kesimpulan. Persentase jawaban benar pada soal nomor 8 sebesar 45

(9)

Malang, 26 Maret 2016

779

%. Soal nomor 14 tentang pentingnya menggunakan statistik untuk analisis, persentase jawaban benar siswa sebesar 31 %. Kemampuan untuk membuat kesimpulan diukur pada soal nomor 9 dan 12 dengan persentase jawaban benar sebesar 40 % dan 90 %. Penjelasan persentase jawaban benar setiap soal dijelaskan dalam Gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Grafik Persentase Jawaban Benar Tiap Soal

Hasil analisis jawaban siswa menunjukkan bahwa pada indikator memahami elemen-elemen dalam desain penelitian dan membuat grafik secara tepat dari data menunjukkan persentase tersebesar yakni 68 % dan 69 %, pada indikator melakukan inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan berdasarkan data kuantitatif persentase jawaban benar dari 68 siswa sebesar 65 %. Pada indikator mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid (misalnya pendapat/teori untuk mendukung hipotesis) persentase siswa yang menjawab benar adalah 47 % dan pada indikator memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar siswa yang menjawab benar sebesar 45 %. Indikator melakukan penelusuran literatur yang efektif (misalnya mengevaluasi validitas sumber dan membedakan diantara tipe sumber-sumber tersebut) serta indikator memahami dan menginterpretasikan statistik dasar (menginterpretasi kesalahan, memahami kebutuhan untuk analisis statistik) persentase siswa yang menjawab benar sangat rendah hanya 37 % dan 31 %. Persentase jawaban benar siswa tiap indikator disajikan dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Persentase Jawaban Benar Tiap Indikator

Indikator Persentase

jawaban benar

Mengidentifikasi pendapat ilmiah yang valid (misalnya

pendapat/teori untuk mendukung hipotesis) 47%

Melakukan penelusuran literatur yang efektif (misalnya

(10)

Malang, 26 Maret 2016

780 sumber-sumber tersebut)

Memahami elemen-elemen dalam desain penelitian 68%

Membuat grafik secara tepat dari data 69%

Memecahkan masalah menggunakan keterampilan kuantitatif, termasuk statistik dasar (misalnya menghitung rata-rata, probabilitas, persentase, frekuensi)

45% Memahami dan menginterpretasikan statistik dasar

(menginterpretasi kesalahan, memahami kebutuhan untuk analisis statistic)

31% Melakukan inferensi, prediksi, dan penarikan kesimpulan

berdasarkan data kuantitatif 65%

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa kemampuan literasi sains siswa secara umum masih tergolong rendah. Rendahnya kemampuan literasi sains ini disebabkan karena proses pembelajaran yang belum melibatkan proses sains. Peningkatan kemampuan tersebut dapat dilakukan melalui pembelajaran yang menekankan pada kemampuan

problem solving siswa. Pembelajaran dengan melatih kemampuan problem solving siswa

dapat dilakukan dengan strategi Problem-Based Learning (PBL). Pembelajaran dengan strategi PBL membantu siswa menjadi pebelajar mandiri (Arends, 2012). Pada pembelajaran berbasis masalah (PBL), siswa bekerja sama dengan teman sekelas untuk memecahkan masalah yang kompleks dan autentik yang membantu mengembangkan pengetahuan konten serta pemecahan masalah, penalaran, komunikasi, dan keterampilan penilaian atau refleksi diri. Siswa mengambil tanggung jawab secara mandiri pada pembelajaran mereka dengan menempatkan beberapa informasi yang mereka butuhkan untuk memecahkan masalah (Levin, 2001).

Pembelajaran dengan PBL merupakan pembelajaran yang menggunakan masalah yang autentik dalam pembelajaran. Permasalahan yang efektif digunakan dalam pembelajaran adalah masalah sosial masyarakat yang berkaitan dengan sains. Masalah sosial sains telah menjadi penting dalam pendidikan sains karena menempati peran sentral dalam peningkatan literasi sains (Merghli, 2009). Socioscientific menyediakan situasi belajar kontekstual yang berpeluang bagi pengembangan keterampilan ilmiah argumentatif, eksplorasi isu-isu moral, pengembangan penalaran moral (moral reasoning) dan kemampuan reflective judgment (Zeidler, 2009), sehingga subyek didik mampu membuat keputusan atas persoalan yang ada pada lingkungan sosialnya secara ilmiah dan bernilai sosial.

Konsep SSI disarankan sebagai fungsi literasi sains di beberapa tempat (Zeidler, 2009). Konsep SSI disarankan karena SSI baik untuk menangani hal pertumbuhan psikologis, sosial, dan emosional anak dan sensitivitas fleksibel anak. Pembelajaran dengan SSI merupakan langkah utama untuk mengembangkan literasi sains, karena dengan SSI siswa akan diarahkan untuk membiasakan diri dengan ilmu pengetahuan dalam tindakan, artinya mengaplikasikan ilmu pengetahuan dalam setiap tindakan yang dilakukan (Zeidler, 2009).

(11)

Malang, 26 Maret 2016

781

PENUTUP

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan adalah kemampuan awal literasi sains siswa masih rendah. Kemampuan awal literasi yang paling rendah adalah kemampuan siswa untuk memahami dan menginterpretasikan statistik dasar (menginterpretasi kesalahan, memahami kebutuhan untuk analisis statistik), hal ini ditunjukkan sebesar 31 % siswa yang menjawab benar. Adapun solusi yang dapat ditawarkan adalah perlunya penggunaan model pembelajaran yang berbasis masalah sosial sains untuk meningkatkan kemampuan literasi sains siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Arends, R. I. 2012. Learning to Teach, Ninth Edition. New York. McGraw-Hill Companies, Inc.

Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII). 2014. Data Pengguna Internet di Indonesia. (Online) (www.apjii.or.id), diakses pada 15 Februari 2016

Bray S. E., Momsen J.L, Moyerbrailean G.A, Ebert-May D. L., Wyse S, Linton D (2010). Infusing quantitative literacy into introductory biology. CBE Life Sci Educ. Vol

9, 323–332

Gormally, C., Peggy B., dan Mary L., 2012. Developing a Test of Scientific Literacy Skills (TOLS): Measuring Undergraduates‘ Evaluation of Scientific Information and Arguments. CBE-Life Sciences Education. Vol. 11, 364-377.

Horrigan J. 2006. The Internet as a Resource for News and Information about Science. (online) (www.pewtrusts.org/our_work_report), diakses pada 11 Februari 2016 Laugksch, R. C. 2000. Scientific Literacy: A Conceptual Overview. John Wiley & Sons,

Inc. Sci. Ed, 84 (-) : 71-94

Levin, B. B. 2001. Energizing Teacher Education and Professional Development with

Problem-Based Learning. USA: Association for Supervision and Curriculum

Development

MaKinster J.G, Beghetto R.A, Plucker J.A. 2002. Why can‘t I find Newton‘s third law? Case studies of students‘ use of the Web as a science resource. J Sci Educ

Technol. Vol. 11, 155–172.

Merghli, Kacem. S., S. Laurence, A. Atf. 2009. The Teaching of Socio-Scientific Issues for Scientific Literacy and Citizenship. In Cakmakci, G & M.F. Tasar (Eds). 2010.

Contemporary Science Education Research: Science Literacy and Social Aspects of Science. Turkey: PEGEM Akademi.

Nbina, J.B & B.J. Obomanu. 2010. The Meaning of Scientific Literacy: A Model of Relevance in Science Education. Academic Leadership Journal, 8 (4).

OECD. 2013. Survey International Program for International Student Assessment (PISA). (Online) (http: // www.oecd.org/pisa), diakses 01 Juni 2015.

Pisa. 2015. Draft Science Framework

Zeidler, D. L. 2009. Advancing Reflective Judgment through Socioscientific Issues.

Journal of Research in Science Teaching, 46 (1): 74-101.

Zeidler, D. L. dan Bryan H. N. 2009. Socioscientific Issues: Theory and Practice. Journal

Gambar

Tabel  2.  Indikator,  nomor  soal,  dan  keterampilan  dalam  pengukuran  kemampuan  literasi  sains siswa
Gambar 1. Grafik Persentase Jawaban Benar Tiap Soal

Referensi

Dokumen terkait

pandemi covid-19 yaitu keterbatasan sinyal atau jaringan internet yang tidak bisa menjangkau wilayah lokasi sekolah yang berada cukup jauh dari pusat kota, minimnya

Untuk mengukur tekanan darah pasien sebelum melakukan perawatan seperti pencabutan, sebaiknya dilakukan dengan teliti dan dicatat dengan baik pada saat dilakukan pengukuran,

Pengertian pencuri secara singkat adalah seseorang yang melakukan tindakan dalam pencurian. Pengertian pencuri dalam kamus hukum memang tidak tertulis dan dipaparkan

Secara numerik pertambahan bobot hidup terbesar diperoleh pada perlakuan pakan R3 hal ini terkait dengan konsumsi bahan kering pakan terbesar juga diperoleh pada

1. Sebagian besar petani responden Desa Citarik berumur produktif, tamat SD, sedikitnya pernah mendapatkan pelatihan pertanian setiap tahunnya, cukup berpengalaman

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memiliki arti yang sangat penting, tidak hanya bagi masyarakat umum dan pemerintah saja, akan tetapi juga bagi dunia usaha

(1965), Professor of English Emeritus (2002) MEJORADO, MARIA (2001), Associate Professor of Education Emeritus MERCHANT, JOHN E. (1974), Professor of

Oleh karena itu, ketika proses perdamaian dimulai dengan komitmen untuk memberikan otonomi ekonomi-politik kepada rakyat Aceh, mengakomodir kultur lokal (dalam hal ini Syariat