• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Manajemen Risiko, Panduan Manajemen Risiko, Hasil Pelaksanaan Manajemen Risiko, Identifikasi Risiko,Analisis Risiko, Pencegahan Risiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penerapan Manajemen Risiko, Panduan Manajemen Risiko, Hasil Pelaksanaan Manajemen Risiko, Identifikasi Risiko,Analisis Risiko, Pencegahan Risiko"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS RAWAT INAP TUMBANG LAHUNG NOMOR : TAHUN 2017

TENTANG

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO, PANDUAN MANAJEMEN RISIKO, HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO, IDENTIFIKASI RISIKO,ANALISIS RISIKO,

PENCEGAHAN RISIKO

KEPALA PUSKESMAS RAWAT INAP TUMBANG LAHUNG

Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan kepastian penyelenggaraan pelayanan publik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, diperlukan SK Kepala Puskesmas tentang Penerapan Manajemen Risiko, Panduan Manajemen Risiko, Hasil Pelaksanaan Manajemen Risiko, Identifikasi Risiko, Analisis Risiko, Pencegahan Risiko;

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut perlu ditetapkan Kebijakan Puskesmas dengan Surat Keputusan Kepala Puskesmas;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003 ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 2009, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4272);

2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2009 tentang pelayanan publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038);

3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional; 5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/PER/VII/2008 tentang Standar

Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/ Kota;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1691/MENKES/PER/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama tempat Praktek Mandiri, Dokter dan Tempat Praktek Mandiri dokter gigi ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 No 1049 ); 8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan

Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 75); PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PUSKESMAS RAWAT INAP TUMBANG LAHUNG

(2)

9. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS RAWAT INAP TUMBANG LAHUNG

TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO, PANDUAN

MANAJEMEN RISIKO, HASIL PELAKSANAAN MANAJEMEN RISIKO, IDENTIFIKASI RISIKO, ANALISIS RISIKO, PENCEGAHAN RISIKO.

Kesatu : Uraian secara rinci Keputusan Kepala Puskesmas Rawat Inap Tumbang Lahung tentang penerapan manajemen risiko, panduan manajemen risiko, hasil pelaksanaan manajemen risiko, identifikasi risiko, analisis risiko, pencegahan risiko. sebagaimana dimaksud, dimuat dalam Pedoman manajemen Risiko.

Kedua : Surat Keputusan ini berlaku sejak ditetapkan dan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan dilakukan perbaikan sebagaimana mestinya.

Di tetapkan di : Tumbang Lahung Kepala Puskesmas

dr. Ria Fransiska Harianja Nip. 19750917200903 2 002

(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG.

Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan Puskesmas . Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) Puskesmas yaitu : keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait dengan kelangsungan hidup Puskesmas Puskesmas Rawat Inap Tumbang Lahung .Kelima aspek keselamatan Puskesmas terebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas , yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.

Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan non profesi yang memberikan pelayanan . Keberagaman dan kerutinan pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik,berisiko menimbulkan insiden. Karena itu Puskesmas Rawat Inap Tumbang Lahung perlu melakukan pengelolaan risiko dalam suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.

B. TUJUAN:

1. Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di Puskesmas Rawat Inap Tumbang Lahung

C. SASARAN:

1. Tersedianya pedoman manajemen risiko

2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada pimpinan unit layanan fungsional dan manajerial serta pegawai Puskesmas Rawat Inap Tumbang Lahung.

(4)

BAB 2 PENGERTIAN

DEFINISI:

1. Yang dimaksud dengan risiko adalah kerugian yang mungkin terjadi pada tiap unit, waktu atau kegiatan

2. Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi, menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau meminimalkan dampaknya. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.

(5)

BAB 3

ELEMEN KUNCI DISAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

A. TUJUAN

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau menghilangkan risiko kerugian:

1) Untuk mengurangi mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan kepada pasien melalui identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risiko yang dapat mencegah pasien dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien.

2) Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah penyimpangan hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien.

3) Untuk melindungi orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat kehilangan karena terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif, dengan meningkatkan perbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan pasien melalui lingkungan yang diciptakan dengan aman.

B. KEWENANGAN.

Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan selaku pemilik puskesmas memiliki tanggung-jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten Humbang Hasundutan mendelegasikan kewenangan kepada Kepala Puskesmas Saitnihuta untuk membentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan berperan secara luas.

Kepala Puskesmas Rawat Inap Tumbang Lahung menugaskan kepada Tim Peningkatan Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien untuk melaksanakan tugas manajemen risiko, dan bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Kepala Puskesmas, semua anggota staf medis, semua pegawai dan dengan pihak luar Puskesmas .

C. KOORDINASI.

Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas yang sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko, Puskesmas harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal maupun informal antara manajemen risiko professional dengan semua unit layanan struktural dan fungsional Puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di luar Puskesmas

Kepala Puskesmas, berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam program manajemen risiko. Bagian Keuangan bertanggung-jawab dalam pembiayaan dan memberikan informasi yang berharga untuk program manajemen risiko, mengawasi operasi keuangan sesuai dengan dana yang ada dan mengawasi kinerja analisis keuangan Puskesmas. Bagian Tata Usaha dan Kepegawaian, bertanggung jawab untuk mengembangkan efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja, pemeriksaan latar belakang pegawai, verifikasi izin, pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan kesehatan pegawai secara berkala yang semuanya penting untuk mencegah serta melindungi staf medis dan non medis yang melakukan tindakan/ pelayanan.

(6)

Ketua Tim Peningkatan Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien memiliki tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan keselamatan pasien. Tugas Tim Peningkatan Mutu Layanan dan Keselamatan Pasien dalam hal manajemen risiko sebagai berikut :

a. Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut : Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden, rujukan staf, tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien. b. Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan unit layanan terkait yaitu semua

ruang/unit pelayanan.

c. Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian sentinel.

(7)

\

BAB 4 KEGIATAN

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau menghilangkan risiko kerugian. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:

1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan memperbaiki kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain- lain.

2. Meninjau kebijakan dan prosedur (SK dan SOP) untuk direvisi agar dihasilkan pelayanan yang sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-hal yang merugikan.

3. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan bagaimana agar kejadian serupa dapat dihindari.

(8)

BAB 5

PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan. Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-menerus berubah dan harus diidentifikasi. Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:

1. Menetapkan lingkup manajemen risiko 2. Identifikasi risiko.

3. Analisis risiko. 4. Evaluasi risiko.

5. Tindakan terhadap risiko.

1. Menetapkan lingkup manajemen risiko, yaitu : a. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan b. Risiko terhadap staf medis

c. Risiko terhadap staf/ pegawai

d. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas e. Risiko terhadap keuangan

f. Risiko-risiko lain

2. Identifikasi Risiko, dilakukan melalui : a. Hasil audit

b. Komplain pasien/keluarga c. Hasil survei kepuasan

d. Insiden KTD, KTC, KPC, KNC

3. Analisis Risiko

a. Analisis risiko diawali dengan melakukan analisis tingkat keparahan risiko b. Untuk kejadian sentinel dan KTD : lakukan Root Cause Analysis (RCA)

c. Upaya proaktif untuk memperbaiki suatu proses/prosedur pelayanan : lakukan Failure Mode &

Effect Analysis (FMEA)

4. Evaluasi Risiko (Penilaian Risiko)

a. Kegiatan untuk menetapkan apakah suatu risiko memerlukan tindakan penanganan tertentu (treatment) atau tidak.

b. Jika ya : susun rencana tindak lanjut (tindakan risiko)

5. Tindakan terhadap Risiko

Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan edukasi tentang prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi, maka perlu dicari teknik lain untuk menurunkan risiko kerugian.

(9)

BAB 6

SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas terutama untuk pelayanan kepada pasien. Tujuan umum laporan insiden Puskesmas adalah menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi Potensial cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.

Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:

1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius sebagai berikut

a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri)

b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya.

c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah.

d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan orang tuanya.

2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang mengakibatkan cedera pada pasien.

3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.

4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinyainsiden yang belum sampai terpapar ke pasien.

5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yangsangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

Tipe Insiden :

1. Administrasi Klinis 2. Proses / Prosedur klinis 3. Dokumentasi

4. Proses Medikasi / Cairan Infus 5. Oxigen

6. Alat Medis 7. Perilaku pasien 8. Pasien jatuh 9. Pasien Kecelakaan

10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan 11. Sumber daya / Manajemen 12. Laboratorium

Pelaporan insiden. Yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden adalah : - Staf Puskesmas yang pertama menemukan kejadian

(10)

- Staf Puskesmas yang terlibat dengan kejadian.

BAB 7

INVESTIGASI INSIDEN

Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden dengan mencatat ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah pelayanan, mencatat staf yg terlibat dan mewawancarai mereka.

Langkah-langkah melakukan investigasi :

1. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara). 2. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :

 Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.

 Akar masalah (root cause): penyebab yang melatar belakangi penyebab langsung (underlying

cause).

3. Rekomendasi : buat rekomendasi tindak lanjut.

4. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan

BAB 8

EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah disusun dalam rencana, ditinjau minimal sekali 2 (dua) tahun oleh kepala Puskesmas.

Referensi

Dokumen terkait

Manajemen risiko di rumah sakit meliputi kegiatan klinis dan administratif yang dilakukan untuk mengidentifikasi, evaluasi, dan mengurangi risiko cedera pada

Organisasi manajemen risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap system kesehatan, organisasi Puskesmas , unit pelayanan dan semua iunit layanan, untuk memahami

Pemetaan Kegiatan dan Identifikasi Risiko adalah salah satu cara untuk memperoleh informasi tentang jenis dan tingkatan risiko yang dihadapi dalam pengelolaan asset

Maksud dari penelitian ini adalah untuk melakukan analisis terhadap dampak risiko dalam pemberian kredit pada Bank Perkreditan Rakyat atau BPR, dan pelaksanaan

Tujuan dari penelitian ini adalah meng- identifikasi risiko-risiko yang mungkin terjadi dan identifikasi agen/penyebab risiko dalam kegiatan konstruksi bangunan gedung

Untuk menyajikan profil risiko sebagaimana tersebut dalam Pasal 25 ayat (4), setiap tahun IPC menyusun laporan analisa risiko operasional, non operasional dan investasi secara

Menentukan dan menganalisis instrument derivatif untuk mengatasi risiko kredit pada PT. Bank Permata Tbk.. PEMBAHASAN 1) Risiko Kredit.. Risiko kredit adalah risiko akibat

Identifikasi risiko dilakukan terhadap seluruh aktivitas bisnis Bank dan dilakukan dalam rangka menganalisa sumber dan kemungkinan timbulnya risiko dan dampaknya