at"z,
=<
vtlN
DEPARTEW|EN PERDAGANGAN ||EPUBLTK IND('NESIA MenimbangMengingat
DI REKTO RAT J EN DERAT PERDAGANGAN NALAIVI N EG ER I
Jalan [,4.] Bidwan Rais No. 5 Jakarta 10110 Tel. 021-3440408, fa. 021-3858185
KEPUTUSAN
DIREKTUR
JENDERAL
PERDAGANGAN
DALAM
NEGERI
NoMOR 25IPDN/KEP
/5 /?ua
TENTANG
SYARAT
TEKNIS
BEJANA
UKUR
DIREKTUR
JENDERAL
PERDAGANGAN
DALAM
NEGERI,
: a.
bahwa untuk melaksanakan
ketentuan Pasal 3 Peraturan Menteri
Perdagangan
Nomor O8/M-DAGlPERl3l201O
tentang Alat-alat Ukur,
Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya
(UTTP)
Yang Wajib Ditera
dan
Ditera
Ulang,
perlu
mengatur
syarat
teknis
bejana
ukur;
b.
bahwa penetapan syarat teknis bejana ukur, diperlukan untuk
mewujudkan
kepastian
hukum dalam pemeriksaan,
pengujian,
dan
penggunaan
bejana ukur, sebagai upaya menjamin kebenaran
pengukuran
volume
cairan;
c.
bahwa
berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana
dimaksud
dalam
huruf
a
dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal
Perdagangan
Dalam
Negeri;
: 1 . Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
lndonesia
Nomor
3193);
2. Undang-Undang
Nomor
8 Tahun
1999
tentang
Perlindungan
Konsumen
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
3821);
3. Undang-Undang
Nomor
21 Tahun
2001 tentang
Otonomi
Khusus
Bagi
Provinsi
Papua (Lembaran
Negara Republik
Indonesia
Tahun 2001
Nomor 135, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4151)
sebagaimana
telah
beberapa
kali diubah
terakhir
dengan
Undang-Undang
Nomor
35 Tahun
2008 (Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun 2008 Nomor 112, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia
Nomor
4884);
4. Undang-Undang
Nomor
32 Tahun
2004 tentang
Pemerintahan
Daerah
(Lembaran
Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana
telah beberapa
kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang
Nomor
12 Tahun
2008 (Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2008 Nomor
59, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor 4844);
5. Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh
(Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2006 Nomor 6?
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
a633);
7 . 8 . 9 .
1 0 .
1 1 .1 2 .
1 3 .
1 4 .1 5 .
1 6 .
1 7 .
1 8 .
Keputusan
Direktur
Jenderal
Perdagangan
Dalam
Negeri
Nomor
: zJ /p\N l\<frp
/ 5 /?o1O
Undang-Undang
Nomor
29 Tahun
2007 tentang
Pemerintahan
Provinsi
Daerah Khusus lbukota Jakarta Sebagai lbukota Negara Kesatuan
Republik
Indonesia
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
2007
Nomor 93, Tambahan
Lembaran
Negara Republik
Indonesia
Nomor
4744);
Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan
Pembebasan
Untuk Ditera dan/atau
Ditera Ulang Serta Syarat-syarat
Bagi Alat-alat
Ukur, Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1985 Nomor
4, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
3283);
Peraturan
Pemerintah
Nomor
10 Tahun 1987
tentang
Satuan
Turunan,
Satuan Tambahan,
dan Satuan Lain Yang Berlaku
(Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Tahun
1987
Nomor
lT,Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
3351);
Peraturan
Pemerintah
Nomor
38 Tahun
2007 tentang
Pembagian
Urusan
Pemerintahan
Antara Pemerintah,
Pemerintahan
Daerah Provinsi,
dan
Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik
Indonesia
Tahun
2007
Nomor
82, Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
lndonesia
Nomor
4737);
Peraturan
Presiden
Nomor
10 Tahun
2005 tentang
Unit Organisasi
dan
Tugas Eselon I Kementerian
Negara Republik
Indonesia
sebagaimana
telah beberapa
kali diubah
terakhir
dengan
Peraturan
Presiden
Nomor
50
Tahun
2008;
Keputusan
Presiden
Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan
Kabinet
lndonesia
Bersatu
ll;
Peraturan
Presiden
Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan
dan
Organisasi
Kementerian
Negara;
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
61/MPP/Kepl2l1998 tentang
Penyelenggaraan Kemetrologian
sebagaimana
telah diubah
dengan
Keputusan
Menteri
Perindustrian
dan
Perdagangan
Nomor
251
IMPP
lKep/6/1
999;
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor
635/M
PP/Kep/
1012004
tentang
Tanda
Tera;
Peiaturan
Menteri
Perdagangan
Nomor 01/M-DAG/PER/3/2005
tentang
Organisasi
dan Tata Kerja
Departemen
Perdagangan
sebagaimana
telah
beberapa
kali diubah terakhir
dengan Peraturan
Menteri
Perdagangan
N om or 24 | M-D AG/P
E R/6/2009
;
Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor
50/M-DAG/PER/1
0/2009
tentang
Unit Kerja
dan Unit Pelaksana
Teknis
Metrologi
Legal;
Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor
51/M-DAG/PER/1
0/2009
tentang
Penilaian
Terhadap
Unit Pelaksana
Teknis
dan Unit Pelaksana
Teknis
Daerah
Metrologi
Legal;
Peraturan
Menteri
Perdagangan
Nomor 08/M-DAGlPERl3l2010
tentang
Alat-alat Ukur, Takar, Timbang,
dan Perlengkapannya
(UTTP) Yang
Wajib Ditera
dan Ditera
Ulang;
Keputusan Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri
Nomor:
zt lp9;p'/mpfi/Z1to
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERTAMA
: Memberlakukan
Syarat Teknis Bejana Ukur yang selanjutnya
disebut ST
Bejana Ukur sebagaimana
tercantum
dalam Lampiran
yang merupakan
bagian tidak terpisahkan
dari Keputusan
Direktur
Jenderal
Perdagangan
Dalam
Negeri
ini.
KEDUA
: ST Bejana Ukur sebagaimana
dimaksud dalam Diktum PERTAMA
merupakan
pedoman
bagi petugas
dalam melaksanakan
kegiatan
tera dan
tera ulang
serta
pengawasan
bejana
ukur.
KETIGA
: Keputusan
Direktur
Jenderal
Perdagangan
Dalam Negeri
ini mulai berlaku
pada
tanggal
ditetapkan.
SUBAGYO
Ditetapkan
di Jakarta
pada tanggal
61 l1ar.et 2010
D I R E K T U R
J E N D E R A L
PERDAGANGAN
DALAM
NEGERI.
A " )
LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN DALAM NEGERI
NOMOR . 2t {PDY/mr/lfz.ota
TANGGAL: 0T l{aret 2010Daftar
lsi
BAB I
Pendahuluan
1 . 1 . L a t a r
B e l a k a n g
1 . 2 . M a k s u d
d a n
T u i u a n
1.3. Pengertian
BAB ll
Persyaratan
Administrasi
2 . 1 . R u a n g
L i n g k u p
2.2. Penerapan
2.3. ldentitas
2.4. Persyaratan
Bejana
Ukur
Sebelum
Peneraan
BAB lll
Persyaratan
Teknis
dan Persyaratan
Kemetrologian
3.1
. Persyaratan
Teknis
3.2. Persyaratan
Kemetrologian
BAB lV
Pemeriksaan
dan Pengujian
4 . 1 . P e m e r i k s a a n
4.2. Pengujian
Tera
dan Tera Ulang
BAB
V
Pembubuhan
Tanda
Tera
5 . 1 . P e n a n d a a n
T a n d a
T e r a
5.2. Tempat
Tanda
Tera
BAB
Vl
Penutup
,
D I R E K T U R
J E N D E R A L
Z P E R D A G A N G A N
D A L A M
N E G E R I ,
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Salah satu tujuan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal adalah untuk melindungi kepentingan umum melalui jaminan kebenaran pengukuran dan adanya ketertiban dan kepastian hukum dalam pemakaian satuan ukuran, standar satuan, metode pengukuran, dan Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya (UTTP). Dalam ketentuan Pasal 12 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal, mengamanatkan pengaturan UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang, dibebaskan dari tera atau tera ulang, atau dari kedua-duanya, serta syarat-syarat yang harus dipenuhi. Dalam melaksanakan amanat tersebut di atas, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1985 tentang Wajib dan Pembebasan Untuk Ditera dan/atau Ditera Ulang Serta Syarat-syarat Bagi Alat-alat Ukur, Takar, Timbang, dan Perlengkapannya. Adapun UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang adalah UTTP yang dipakai untuk keperluan menentukan hasil pengukuran, penakaran, atau penimbangan untuk kepentingan umum, usaha, menyerahkan atau menerima barang, menentukan pungutan atau upah, menentukan produk akhir dalam perusahaan, dan melaksanakan peraturan perundang-undangan. Untuk menjamin kebenaran hasil pengukuran dimaksud dan dalam upaya menciptakan kepastian hukum, maka terhadap setiap UTTP wajib dilakukan tera dan tera ulang yang berpedoman pada syarat teknis UTTP.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu disusun syarat teknis UTTP yang wajib ditera dan ditera ulang yang merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan UTTP.
1.2. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Untuk mewujudkan keseragaman dalam pelaksanaan kegiatan tera dan tera ulang Bejana Ukur.
2. Tujuan
Tersedianya pedoman bagi petugas dalam melaksanakan kegiatan tera dan tera ulang serta pengawasan Bejana Ukur.
1.3. Pengertian
Dalam syarat teknis ini yang dimaksud dengan:
1. Bejana Ukur adalah alat ukur volume yang digunakan sebagai standar untuk menguji alat ukur volume lainnya.
2. Kapasitas nominal (VN) adalah nilai yang dipergunakan untuk menandai
karakteristik atau sebagai penunjuk volume Bejana Ukur.
3. Volume kering Bejana Ukur adalah volume cairan yang dikandung oleh Bejana Ukur pada suhu dasar, ketika Bejana Ukur tersebut diisi sampai garis skalanya.
4. Waktu tetes adalah rentang waktu tertentu (10 sekon atau 30 sekon) yang dihitung dari mulai aliran utama putus dan berubah menjadi tetesan.
5. Deformasi plastis adalah perubahan bentuk atau ukuran yang tidak dapat
kembali seperti semula (irreversible) dari suatu benda karena adanya
tekanan, suhu, atau pengaruh lainnya.
6. Pipa limpah (over flow device) adalah perlengkapan pada Bejana Ukur yang
dipergunakan untuk membatasi kapasitas nominal yang ditakar oleh Bejana Ukur tersebut.
7. Ketidakpastian yang diperluas (expanded uncertainty) adalah suatu interval
sekitar nilai hasil pengukuran, dimana dapat diharapkan nilai hasil pengukuran terletak di dalamnya dan juga merupakan sifat dari besaran yang diukur tersebut.
BAB II
PERSYARATAN ADMINISTRASI
2.1. Ruang Lingkup
Syarat teknis ini mengatur mengenai persyaratan teknis dan persyaratan kemetrologian untuk Bejana Ukur.
2.2. Penerapan
Syarat teknis ini berlaku untuk setiap Bejana Ukur yang digunakan untuk menakar volume UTTP sebagai berikut:
1. Bejana Ukur
2. Pompa Ukur Bahan Bakar Minyak
3. Tangki Ukur Tetap
4. Tangki Ukur Gerak
5. Meter Arus Bahan Bakar Minyak
6. Meter Prover
7. Meter Air
8. Meter arus untuk jenis cairan lainnya.
2.3. Identitas
1. Bejana Ukur harus dilengkapi tanda pengenal dengan tulisan dalam huruf latin dan angka arab atau tanda lain yang jelas, mudah dibaca, dan tidak mudah terhapus yang memberikan keterangan sebagai berikut:
a. nomor Surat Izin Tanda Pabrik atau Izin Tipe; b. pabrik/pembuat;
c. tipe/model; d. nomor seri; e. kapasitas nominal;
f. koefisien muai ruang;
g. penggunaan, “kering” dan/atau “basah”; dan h. tanda tera.
2. Pelat nominal Bejana Ukur harus dipasang pada tempat yang mudah terlihat dan tidak mempengaruhi sifat-sifat ukurnya.
2.4. Persyaratan Bejana Ukur Sebelum Peneraan
1. Bejana Ukur yang akan ditera harus memiliki Surat Izin Tipe atau Izin Tanda Pabrik.
2. Label tipe harus terlekat pada Bejana Ukur asal impor yang akan ditera. 3. Bejana Ukur yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang
memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik.
4. Bejana Ukur yang diproduksi di dalam negeri harus memiliki label yang memuat merek pabrik dan nomor Surat Izin Tanda Pabrik dan label tipe untuk Bejana Ukur asal impor sebelum ditera.
BAB III
PERSYARATAN TEKNIS DAN PERSYARATAN KEMETROLOGIAN
3.1. Persyaratan Teknis
1. Bahan
Bejana Ukur dapat terbuat dari gelas, kuningan, baja anti karat, atau bahan lain yang tahan karat dan tidak mudah melentur.
2. Konstruksi
a. Bejana Ukur harus menggunakan satuan volume yang didasarkan pada satuan Sistem Internasional (SI).
b. Kapasitas nominal Bejana Ukur mempunyai kelipatan 1x10n L, 2x10n L
dan 5x10n L dengan n bilangan bulat positif atau nol.
c. Kapasitas nominal sebagaimana dimaksud pada huruf b diberi tanda yang sesuai dengan cara penggunaan:
1) “kering”;
2) “basah”; atau
3) “kering” dan “basah”.
d. Bejana Ukur dapat terdiri dari 3 (tiga) bagian utama, yaitu:
1) leher atas berbentuk silinder atau kotak;
2) badan berbentuk silinder; dan
3) leher bawah berbentuk silinder atau kotak.
e. Dalam hal di antara bagian-bagian sebagaimana dimaksud pada huruf d terdapat penghubung, maka penghubung tersebut harus berbentuk kerucut terpancung;
f. Konstruksi Bejana Ukur harus dirancang sedemikian rupa, sehingga kokoh, tidak bocor, dan tidak mudah terjadi deformasi plastis yang akan mempengaruhi sifat metrologisnya.
g. Bejana Ukur harus dilengkapi dengan penyipat datar, baik yang bersifat permanen atau terpisah.
h. Bejana Ukur harus dilengkapi dengan alat penunjukan volume, dengan ketentuan sebagai berikut:
1) alat penunjuk kapasitas nominal, dapat berupa skala atau pipa limpah;
2) alat penunjuk berupa skala, dapat menggunakan skala tunggal atau
skala majemuk yang dapat dilengkapi dengan skala nonius atau alat bantu baca meniskus;
3) volume cairan pada leher atas yang ditunjukkan oleh garis skala, minimal 1% dari kapasitas nominal, baik untuk bagian skala positif maupun negatif;
4) volume cairan pada leher bawah yang ditunjukkan oleh garis skala,
minimal 0,5% dari kapasitas nominal, baik untuk bagian skala positif maupun negatif; dan
5) untuk pipa limpah harus dirancang sedemikian rupa, sehingga limpahan air dapat mengalir dengan lancar.
i. Bejana Ukur harus dilengkapi dengan tempat untuk meletakkan
termometer (thermowell) yang terpasang secara permanen serta
penempatannya dapat mewakili suhu cairan di dalam Bejana Ukur.
j. Bejana Ukur harus dilengkapi dengan tempat untuk pembubuhan tanda
tera.
3. Alat Tambahan
a. Bejana Ukur dapat dilengkapi dengan alat tambahan sebagai berikut:
1) alat justir, yang tidak boleh berubah setelah penyegelan;
2) gelas penglihat, yang harus dipasang secara permanen dan tidak dapat dilepas atau diganti tanpa memutus segel;
3) bagian penuangan pada leher atas, untuk memudahkan penuangan;
4) alat pegangan;
5) kran pengeluaran pada leher atas; dan
6) pipa pengeluaran.
b. Bejana Ukur yang dilengkapi dengan pipa pengeluaran sebagaimana
dimaksud pada huruf a angka 6) harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut :
1) dimensi badan dan lubang pengeluaran dibuat sedemikian rupa, sehingga kecepatan turunnya cairan pada badan tidak melebihi 1 cm/sekon;
2) saluran pengeluaran atau pengosongan dipasang sedemikian rupa,
sehingga tetesan cairan terpusat pada satu titik;
3) dimensi leher atas dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menghindari terperangkapnya udara, cairan atau uap air dan masalah dalam pembersihan Bejana Ukur serta memperhitungkan faktor kepekaannya; dan
4) diameter gelas penglihat cukup, sehingga tidak ada efek kapiler dan
efek meniskus.
4. Syarat Penggunaan
a. Penggunaan Bejana Ukur dengan sistem kering, bagian dalam Bejana Ukur dipastikan berada dalam keadaan kering.
b. Penggunaan Bejana Ukur dengan sistem basah memperhatikan waktu tetes.
c. Waktu tetes Bejana Ukur dengan kapasitas nominal kurang dari atau sama dengan 20 liter adalah 10 sekon dan lebih dari 20 liter adalah 30 sekon.
3.2. Persyaratan Kemetrologian
1. Batas Kesalahan yang Diizinkan (BKD)
BKD untuk Bejana Ukur yang diatur dalam syarat teknis ini adalah 1/2000
(satu perduaribu) dari kapasitas nominal atau 5 x 10-4 VN.
2. Perubahan ketinggian cairan
Perubahan ketinggian cairan pada leher atas minimum 3 mm sama dengan BKD Bejana Ukur yang bersangkutan.
3. Ketidakpastian yang diperluas
Pengujian Bejana Ukur harus dilaksanakan sedemikian rupa, sehingga ketidakpastian yang diperluasnya adalah 1/5 (satu perlima) BKD untuk izin tipe dan 1/3 (satu pertiga) BKD untuk tera atau tera ulang .
BAB IV
PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN
4.1. Pemeriksaan
Pemeriksaan Bejana Ukur dalam rangka peneraan dan peneraulangan sesuai dengan Lampiran 5 dan Lampiran 6 dalam syarat teknis ini.
4.2. Pengujian Tera dan Tera Ulang
Pengujian Bejana Ukur dalam rangka peneraan dan peneraulangan sesuai dengan Lampiran 5 dan Lampiran 6 dalam syarat teknis ini.
BAB V
PEMBUBUHAN TANDA TERA
5.1. Penandaan Tanda Tera
Pada Bejana Ukur dipasang lemping tanda tera sebagai tempat pembubuhan Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah. Tanda Jaminan dibubuhkan dan/atau dipasang pada bagian-bagian tertentu dari Bejana Ukur yang sudah disahkan pada waktu ditera dan ditera ulang untuk mencegah penukaran dan/atau perubahan. Bentuk tanda tera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5.2. Tempat Tanda Tera
1. Bejana Ukur yang telah dilakukan pengujian dan memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam syarat teknis ini wajib dibubuhi Tanda Daerah, Tanda Pegawai Yang Berhak, dan Tanda Sah yang berlaku secara berurutan pada lemping tanda tera.
2. Lemping tanda tera sebagaimana dimaksud pada angka 1 harus dipasang
pada Bejana Ukur dengan cara diikat dengan kawat segel dan diberikan Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm.
3. Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm sebagaimana dimaksud pada angka 2 dipasang pada bagian–bagian yang dapat memungkinkan dilakukan perubahan-perubahan sifat ukurnya, seperti alat justir, dan menjamin lemping tanda tera.
4. Bejana Ukur yang telah ditera atau ditera ulang wajib dibubuhi Tanda Jaminan Plombir (JP) ukuran 8 mm pada alat justir dan dilengkapi dengan sertifikat pengujian. .
BAB VI PENUTUP
Syarat Teknis Bejana Ukur merupakan pedoman bagi petugas dalam melaksanakan tera dan tera ulang Bejana Ukur serta pengawasan Bejana Ukur guna meminimalisir penyimpangan penggunaan Bejana Ukur serta upaya perwujudan tertib ukur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal.
Lampiran 1. Bentuk Bejana Ukur
Bentuk 1 Bentuk 2 Bentuk 3
Lampiran 2. Jumlah dan Penempatan Thermowell pada Bejana Ukur Kapasitas Nominal 20 L ≤ Vn ≤ 500 L 500 L < Vn ≤ 2000 L Vn > 2000 L Jumlah Minimum Thermowell 1 2 3 Penempatan
Tengah badan 1/3 dari atas badan 2/3 dari atas badan
1/4 dari atas badan 1/2 dari atas badan 3/4 dari atas badan
15 Lampiran 3. Konstruksi Dan Bagian-Bagian Bejana Ukur
1. Bejana Ukur Tanpa Leher
Gelas datar Gelas datar Skala baca Skala baca
Skala baca Pelindung Gelas baca dengan skala Jendela Gelas baca
2. Bejana Ukur dengan leher bawah
Keran pemasukan Keran keluaran Keran pemasukan Keran keluaran Keran pemasukan
Keran pemasukan Gelas Baca Termometer Gelas baca Gelas datar Gelas baca Skala baca (atas bawah)
Lampiran 4. Tempat Pembubuhan Tanda Tera Tempat meletakkan tanda sah Tanda tera LEHER ATAS BEJANA UKUR Segel
Lampiran 5. Prosedur Kerja Pemeriksaan Dan Pengujian Bejana Ukur Metode Gravimetrik
1. Pengantar
a. Maksud dan Tujuan
Bejana Ukur adalah salah satu alat ukur volume yang dikategorikan sebagai alat standar dan digunakan sebagai pembanding dalam pelaksanaan pengujian alat ukur volume lainnya.
Bejana Ukur kapasitas kecil diuji dengan metode gravimetrik. OIML dan ISO merekomendasikan metode gravimetrik ini untuk digunakan dalam pelaksanaan pengujian yang memerlukan tingkat ketelitian pengukuran yang tinggi.
Tulisan ini menguraikan tentang prosedur kerja pengujian Bejana Ukur kapasitas kecil dengan metode gravimetrik dimana timbangan yang digunakan adalah neraca.
b. Ruang Lingkup dan Rentang Ukur
Bejana Ukur kapasitas kecil yang dimaksud adalah Bejana Ukur dengan kapasitas lebih kecil atau sama dengan 20 liter dan terbuat dari bahan yang telah diketahui koefisien muai kubiknya.
c. Ketelitian Pengujian
Ketidakpastian hasil pengujian dengan prosedur pengujian ini adalah berkisar antara 0,001 % sampai dengan 0,01 %.
d. Prasyarat
1) Sertifikat pengujian anak timbangan standar dan peralatan/perlengkapan uji harus tersedia, masih berlaku dan dijadikan acuan;
2) Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus berada dalam kondisi baik dan laik pakai serta disesuaikan dengan tingkat ketelitian pengujian yang diharapkan;
3) Pelaksana pengujian harus memahami dan menguasai: a) metode pembacaan meniskus;
b) metode pembacaan nonius; c) petunjuk penggunaan bejana; dan
d) petunjuk perhitungan massa jenis air suling.
2. Standar Acuan
a. International Recommendation OIML R 120 tentang “Standard capacity measures for testing systems for liquids other than water”, edisi 1996(E);
b. P4 - OIML Publication tentang “Verification equipment for national Metrology services”, edisi Maret 1986; dan
c. ISO Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement, edisi 1993.
3. Standar, Peralatan dan Perlengkapan Pengujian
a. Ruang laboratorium yang kondisi lingkungannya cukup stabil.
b. Neraca dengan kapasitas disesuaikan dengan Bejana Ukur yang akan diuji. c. Anak timbangan standar dan imbuh kelas F1 atau F2 atau M1.
d. Beban untuk tara.
e. Termometer dengan daya baca 0,10C.
f. Stop watch.
j. Cerapan pengujian Bejana Ukur. k. Pipet.
l. Gelas takar kapasitas 50 mL, 100 mL dan 200 mL dengan kelas ketelitian A.
m. Selang plastik.
n. Gelas takar untuk penyimpanan termometer. o. Lap dan kertas tisu.
4. Persiapan Pengujian
a. Persiapan Teknis dan Administratif
1) Pastikan bahwa laboratorium dalam keadaan berfungsi dengan baik untuk
melaksanakan pengujian Bejana Ukur
a) kondisi laboratorium cukup stabil terhadap faktor lingkungan; dan
b) penataan peralatan/perlengkapan pengujian yang teratur sehingga tidak akan mengganggu jalannya pelaksanaan pengujian
2) Siapkan dan periksa masa laku sertifikat dari:
a) anak timbangan standar (termasuk anak timbangan untuk imbuh);
b) termometer;
c) gelas takar; dan
d) neraca.
3) Periksa kondisi peralatan standar dan perlatan bantu, bila diperlukan lakukan penyetelan.
4) Catat/rekam data teknis peralatan standar dan Bejana Ukur yang akan diuji ke dalam cerapan pengujian Bejana Ukur.
5) Isilah Bejana Ukur dengan air suling sampai dengan skala volume nominal. 6) Letakkan semua peralatan standar dan perlengkapan pengujian, serta biarkan
untuk jangka waktu tertentu (sekitar 30 menit) sampai keseimbangan suhu tercapai.
b. Penentuan Nilai Skala dan Ketidaktetapan Neraca
1) Kosongkan/tuangkan air dalam Bejana Ukur ke dalam penampung untuk: a) Bejana Ukur dengan sistem basah pengosongan harus memperhatikan
waktu penuangan/waktu tetesannya (10 sekon); dan
b) Bejana Ukur dengan sistim kering setelah pengosongan keringkan dinding bagian dalam Bejana Ukur (misal: dengan cara di lap).
2) Tentukan nilai skala dan ketidaktetapan neraca (mengacu pada prosedur pengujian neraca) dengan ketentuan:
a) Peletakan muatan
(1) Piring muatan kiri : beban tara.
(2) Piring muatan kanan : bejana kosong dan anak timbangan standar S. b) Cara pembacaan skala neraca
(1) Pergerakan jarum skala ke arah kanan dari skala tengah neraca memberikan pembacaan skala yang bertanda positif.
(2) Pergerakan jarum skala ke arah kiri dari skala tengah neraca
memberikan pembacaan skala yang bertanda negatif. 3) Catat/rekam data pengujian pada cerapan pengujian.
5. Prosedur Pengujian Bejana Ukur
2) Isilah Bejana Ukur dengan air suling sampai dengan skala volume nominal. 3) Kosongkan/tuangkan air dalam Bejana Ukur ke dalam penampung untuk:
a) Bejana Ukur dengan sistim basah pengosongan harus memperhatikan waktu penuangan/waktu tetesannya (10 sekon); dan
b) Bejana Ukur dengan sistim kering setelah pengosongan keringkan dinding bagian dalam Bejana Ukur (misal : dengan cara di lap).
4) Letakkan bejana kosong dan anak timbangan standar Ms yang sesuai dengan
massa air untuk volume nominal bejana pada piring muatan sebelah kanan: a) anak timbangan standar 5 kg untuk Bejana Ukur 5 liter;
b) anak timbangan standar 10 kg untuk Bejana Ukur 10 liter; dan c) anak timbangan standar 20 kg untuk Bejana Ukur 20 liter. 5) Lakukan pembacaan titik-titik balik ai.
6) Catat/rekam data pengujian pada cerapan pengujian.
7) Pada keadaan neraca tidak bekerja, kosongkan piring muatan sebelah kanan. b. Penimbangan Bejana Ukur berisi air suling:
1) Letakkan Bejana Ukur di atas landasannya, isi dengan air suling sampai meniskus tepat pada skala volume nominalnya (penambahan/pengurangan air dilakukan dengan menggunakan pipet) dan bersihkan sisa-sisa air yang masih menempel pada Bejana Ukur tersebut.
2) Letakkan Bejana Ukur yang berisi air suling tersebut pada piring muatan sebelah kanan neraca.
3) Lakukan penimbangan dan tambahkan imbuh Is pada piring muatan sebelah
kanan sampai neraca berada pada posisi kurang lebih seimbang lalu kembalikan neraca pada posisi tidak bekerja (diareatir).
4) Catat jumlah imbuh Is yang digunakan ke dalam cerapan.
5) Lakukan penimbangan dan baca titik-titik balik bi serta catat data pengujian
pada cerapan.
6) Turunkan daun neraca pada posisi tidak bekerja (diareatir), angkat dan letakkan Bejana Ukur dengan hati-hati pada landasan bejana serta simpan
kembali imbuh Is yang telah digunakan.
7) Ukur dan catat suhu air t dalam bejana.
c. Lakukan langkah angka 5 huruf a dan 5 huruf b secara berturutan sehingga diperoleh 3 seri pengukuran, kemudian diakhiri dengan melakukan langkah angka 5 huruf a kembali
d. Catat data kondisi laboratorium untuk akhir pengujian e. Pengujian skala Bejana Ukur:
1) Letakkan Bejana Ukur di atas landasannya, isi dengan air suling sampai meniskus tepat pada skala minimum Bejana Ukur yang dapat dibaca (penambahan/pengurangan air dilakukan dengan menggunakan pipet) dan bersihkan sisa-sisa air yang masih menempel pada bagian dalam leher bejana.
2) Baca dan catat penunjukan skala awal Bejana Ukur s0 (satuan skala).
3) Tambahkan air suling sampai meniskus tepat pada skala maksimum Bejana Ukur yang dapat dibaca menggunakan gelas takar dengan memperhatikan waktu tetes gelas takar (30 sekon).
4) Baca dan catat penunjukan skala akhir Bejana Ukur s1 (satuan skala).
6. Perhitungan Hasil Pengujian
a. Titik kesetimbangan neraca αdanβ
1) Titik kesetimbangan neraca untuk muatan bejana kosong dan anak timbangan
Standar Ms, dihitung dengan rumus:
α
=2 +3 +2 +3 +2 121 2 3 4 5
a a a a a
ai : Nilai pembacaan skala titik balik
Untuk dua buah pengukuran, nilai yang diambil adalah rata-ratanya:
α
=
α α
1+
22
Catatan :
α terakhir untuk seri pengukuran sebelumnya digunakan sebagai α awal untuk
seri berikutnya
2) Titik kesetimbangan neraca untuk muatan bejana berisi air suling dihitung dengan rumus :
β =
2
+
3
+
2
+
3
+
2
12
1 2 3 4 5
b b b b b
bi : Nilai pembacaan skala titik balik
b. Perhitungan volume Bejana Ukur pada suhu referensi to : Vto
1) Volume Bejana Ukur untuk masing-masing seri pengukuran dihitung dengan menggunakan rumus :
{
}
V (M I ) 1,2 (t t) to, i s s a o = 0 99985, −− + ( − ) 1+ − ( )α β µ
ρ
γ
Liter Vto,i Ms Is ρa µ γ t : : : : : : :Volume Bejana Ukur pada suhu referensi to untuk seri ke i (liter)
Massa anak timbagan standar (gram) Massa anak timbagan standar imbuh (gram)
Massa jenis air suling (kg/m3)
Nilai skala neraca untuk muatan bejana kosong dan anak timbangan standar (gram/skala)
Koefisien muai kubik bahan Bejana Ukur (°C)-1
Suhu air suling dalam Bejana Ukur (°C)
2) Volume Bejana Ukur dihitung dengan mengambil nilai rata-rata volume Bejana
Ukur untuk masing-masing seri pengukuran :
Liter
3 V V V
Vto= to,1+ to,2+ to,3
c. Perhitungan nilai skala Bejana Ukur : ns
1) Jumlah skala s yang diuji dihitung menggunakan rumus :
s = s1 - s0 skala
s0 : Penunjukan skala Bejana Ukur sebelum ditambahkan air suling dari gelas
takar (skala)
s1 : Penunjukan skala Bejana Ukur setelah ditambahkan air suling dari gelas
takar (skala) 2) Nilai skala ns: skala mL s / v ns=∆
7. Ketidakpastian Pengujian a. Anak timbangan standar
1) Ketidakpastian standar
k
U
U
M Sert M − =UM-Sert : Ketidakpastian anak timbangan standar menurut sertifikatnya
K : Faktor cakupan yang tercantum dalam sertifikat anak timbangan standar. Bila tidak ada asumsikan sama dengan 2
2) Koefisien sensitivitas
(
)
{
}
(
1,2)
1 99985 , 0 0 − − + =ρ
γ
t t CM 3) Derajat Kebebasan 50 = Mυ
b. Anak timbangan standar imbuh
1) Ketidakpastian standar k U U I Sert I − =
UI-Sert : Ketidakpastian anak timbangan standar imbuh menurut sertifikatnya
K : Faktor cakupan yang tercantum dalam sertifikat anak timbangan standar. Bila tidak ada asumsikan sama dengan 2
2) Koefisien sensitivitas
(
)
{
}
(
1,2)
1 99985 , 0 0 − − + =ρ
γ
t t CI 3) Derajat Kebebasan 50 = Iυ
c. Pembacaan titik balik pada saat penimbangan Bejana kosong + anak timbangan standar 1) Ketidakpastian standar
( )
2( )
2 αµ αµ U R U = T +µ
132 , 0 = TU (Metode Pembacaan Titik Balik Neraca M-SM-01)
neraca apan ketidaktet = αµ R 2) Koefisien sensitivitas
(
)
{
}
(
1,2)
1 0 − − + =ρ
γ
αµ t t C 3) Derajat Kebebasan 50 = αµυ
d. Pembacaan titiik balik pada saat penimbangan Bejana Ukur isi air suling
1) Ketidakpastian standar
( )
2( )
2 βµ βµ U R U = T +µ
132 , 0 = T2) Koefisien sensitivitas
(
)
{
}
(
1,2)
1 0 − − + =ρ
γ
βµ t t C 3) Derajat Kebebasan 50 = βµυ
e. Koefisien muai kubik bahan Bejana Ukur
1) Ketidakpastian standar 3 γ γ d U =
dγ : Nilai dari setengah lebar rentang distribusi segiempat dimana nilai γ
terletak, seperti ilustrasi di bawah ini.
2) Koefisien sensitivitas
(
) (
)
{
}(
)
(
1,2)
99985 , 0 0 − − − + − =ρ
µ
β
α
γ t t I M C 3) Derajat Kebebasan 50 = γυ
f. Suhu air suling dalam Bejana Ukur
1) Ketidakpastian standar
(
)
2 2 2 3⎟⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + = t−Sert t HOM t d k U U UDalam perhitungan suhu Bejana Ukur dianggap sama dengan suhu air suling pada saat pengujian, oleh karena itu kita harus memperhitungkan faktor homogenitas suhu Bejana Ukur tersebut. Dinding Bejana Ukur pada kenyataannya berada antara dua media, udara dan air suling, oleh karena itu nilai suhu Bejana Ukur berada antara suhu udara dan suhu air suling, dengan demikian dapat kita rumuskan ketidakpastian akibat faktor homogenitas ini adalah :
(
)
12 t t U udara HOM − =Ut-Sert : Ketidakpastian thermometer menurut sertifikatnya
K : Faktor cakupan yang tercantum dalam sertifikat thermometer. Bila tidak ada asumsikan sama dengan 2
dt : Daya baca thermometer
2) Koefisien sensitivitas
(
) (
)
{
}
(
1,2)
99985 , 0 − − + − =ρ
γ
µ
β
α
I M Ct 3) Derajat Kebebasan 50 = tυ
γ
γ
+
d
γ
γ
‐
d
γ
2d
γ
g. Massa jenis air suling
1) Ketidakpastian standar
Mengacu pada Petunjuk Perhitungan Massa Jenis Air Suling P-SV-01 maka ketidakpastian standarnya tergantung dari tingkat ketelitian thermometer yang digunakan yaitu :
Daya Baca Thermometer (oC) Ketidakpastian Standar, U a (kg/m 3 ) 0,1 0,2 0,5 1 2 0,005 0,010 0,025 0,05 0,10 2) Koefisien sensitivitas
(
1,2)
0 − =ρ
ρ t V C a 3) Derajat Kebebasan 50 = a ρυ
h. Pembacaan skala Bejana Ukur (hubungannya dengan posisi meniskus)
1) Ketidakpastian standar 3 BU m d U =
dBU : Daya baca Bejana Ukur
2) Koefisien sensitivitas 1 = m C 3) Derajat Kebebasan 50 = m
υ
i. Repeatability 1) Ketidakpastian standarPengujian dilakukan secara berulang sebanyak 3 seri pengukuran, maka ketidakpastian standarnya dapat kita nyatakan dengan persamaan berikut :
( )
n V S UR = n−1 t0 Sn-1 adalah standar deviasi, yaitu:
[ ]
(
)
1
n
V
V
V
S
2 to i to, to 1 n−
−
=
∑
− 2) Koefisien sensitivitas 1 = R C 3) Derajat Kebebasan 2 1= − =n Rυ
j. Ketidakpastian standar gabungan
Ketidakpastian Standar Gabungan, UC :
(
)
∑
= 2 i i C CU U Ci = CM, CI, Cαµ, Cβµ, Cγ, Ct, Cρa, Cm, CR Ui = UM, UI, Uαµ, Uβµ, Uγ, Ut, Uρa, Um, URk. Derajat kebebasan efektif
Derajat kebebasan efektif,
ν
eff :(
)
∑
⎟
⎟
⎠
⎞
⎜
⎜
⎝
⎛
=
i i i C effU
C
U
υ
υ
4 4ν
i =ν
M,ν
I,ν
αµ,ν
βµ,ν
γ,ν
t,ν
ρa,ν
m,ν
R l. Faktor cakupan Faktor Cakupan, k :)
(
95 efft
k
=
υ
m. Ketidakpastian yang diperluas Ketidakpastian yang Diperluas, U :
C
kU U =
Lampiran 6. Prosedur Kerja Pemeriksaan dan Pengujian Bejana Ukur Metode Volumetrik 1. Pengantar
a. Maksud dan Tujuan
Bejana Ukur adalah salah satu alat ukur volume yang dikategorikan sebagai alat standar dan digunakan sebagai pembanding dalam pelaksanaan pengujian alat ukur volume lainnya.
Salah satu metode yang digunakan untuk menguji Bejana Ukur adalah metode volumetrik. Dalam metode ini volume Bejana Ukur yang diuji dibandingkan dengan volume Bejana Ukur referensi.
b. Ruang Lingkup
Bejana Ukur yang diuji mempunyai volume nominal lebih besar atau sama dengan volume nominal Bejana Ukur referensi. Kelas ketelitian Bejana Ukur referensi haruslah lebih tinggi dari pada kelas ketelitian Bejana Ukur yang diuji.
c. Ketelitian Pengujian
Ketidakpastian hasil pengujian dengan prosedur ini adalah berkisar antara 0,0033 % sampai dengan 0,033 %.
d. Prasyarat
1) Peralatan-peralatan standar yang dipergunakan harus bersertifikat.
2) Peralatan/perlengkapan uji yang digunakan harus berada dalam kondisi baik dan laik pakai serta disesuaikan dengan tingkat ketelitian pengujian yang diharapkan.
3) Ruang laboratorium yang kondisi lingkungannya cukup stabil. 4) Pelaksana pengujian harus memahami dan menguasai:
a) metode pembacaan meniskus; b) metode pembacaan nonius; c) petunjuk penggunaan bejana; dan
d) petunjuk perhitungan massa jenis air suling (bila menggunakan air suling sebagai cairan ujinya).
2. Standar Acuan
a. International Recommendation OIML R 120 tentang “Standard capacity measures for testing systems for liquids other than water”, edisi 1996(E).
b. P4 - OIML Publication tentang “Verification equipment for national Metrology services”, edisi Maret 1986.
c. ISO Guide to the Expression of Uncertainty in Measurement, edisi 1993.
d. Peter Rampp, “Influence on gravimetric and volumetric calibration of reference and working standards”, Bavarian State of Weights and Measures, Munich, 1998.
3. Standar, Peralatan, dan Perlengkapan Pengujian
a. Bejana Ukur referensi, dengan volume nominal 1/10 kali volume nominal Bejana Ukur yang diuji;
b. termometer dengan daya baca 0,1°C; c. stop watch;
d. kaca pembesar (loupe);
e. landasan bejana, lengkap dengan waterpassnya;
f. cerapan pengujian Bejana Ukur metode volumetrik;
g. pipet;
h. gelas takar kapasitas 50 mL, 100 mL dan 200 mL dengan kelas ketelitian A;
4. Cairan Uji
Cairan yang digunakan untuk pengujian harus berupa air yang bersih, bebas dari kontaminasi atau bebas dari bahan yang dapat menyebabkan korosi dan tidak mengandung gelembung-gelembung udara.
5. Persiapan Pengujian
a. Siapkan dan periksa masa berlaku dari: 1) sertifikat Bejana Ukur referensi; 2) sertifikat termometer; dan 3) sertifikat gelas takar.
b. Periksa kondisi peralatan standar dan perlatan bantu, pastikan berfungsi dengan baik.
c. Pastikan bahwa laboratorium dalam keadaan berfungsi dengan baik untuk melaksanakan pengujian Bejana Ukur, yaitu:
1) kondisi laboratorium cukup stabil terhadap faktor lingkungan; dan
2) penataan peralatan/perlengkapan pengujian yang teratur sehingga tidak akan mengganggu jalannya pelaksanaan pengujian.
d. Siapkan cairan uji. Pastikan jumlah volumenya cukup untuk melaksanakan pengujian Bejana Ukur yang dimaksud.
e. Aturlah sedemikian rupa, sehingga posisi Bejana Ukur referensi dan Bejana Ukur yang akan diuji dalam keadaan datar.
f. Isilah Bejana Ukur referensi dan Bejana Ukur yang akan diuji dengan cairan uji sampai batas skala volume nominalnya.
g. Letakkan semua peralatan standar dan perlengkapan pengujian, serta biarkan untuk jangka waktu tertentu (minimum ±30 menit) sampai keseimbangan suhu tercapai.
h. Catat/rekam data teknis Bejana Ukur referensi dan Bejana Ukur yang akan diuji ke dalam cerapan pengujian.
i. Perhatikan tipe penggunaan Bejana Ukur referensi. Pastikan bahwa dalam sertifikatnya tercantum nilai volume untuk tipe penggunaan “basah”.
j. Tentukan tipe penggunaan Bejana Ukur yang akan diuji “kering” dan/ atau “basah”.
Catatan :
Bejana Ukur dengan tipe penggunaan “basah”, saat pengosongannya harus memperhatikan waktu tetes.
Volume Nominal (VN) Waktu tetes
VN≤ 20 liter 10 sekon
VN > 20 liter 30 sekon
Bejana Ukur dengan tipe penggunaan “kering”, saat pengosongannya tidak memperhatikan waktu tetes, namun diusahakan sedemikian rupa, sehingga dalam Bejana Ukur tidak ada air yang tersisa (misalkan : dengan cara dilap ataupun ditiup dengan angin).
6. Pelaksanaan Pengujian
a. Penentuan volume sebenarnya pada skala nol Bejana Ukur 1) Catat data kondisi (suhu dan kelembaban) laboratorium.
2) Kosongkan/keluarkan air dari Bejana Ukur referensi dan Bejana Ukur yang akan diuji.
3) Isilah Bejana Ukur referensi dengan air sampai batas skala volume nominalnya.
4) Ukur dan catatlah suhu air dalam Bejana Ukur referensi (tRC).
5) Baca dan catatlah kelebihan/kekurangan penunjukan volume air dari skala
nol Bejana Ukur referensi (Va)
Catatan :
Bila dikehendaki air dalam bejana dapat ditambah atau dikurangi dengan menggunakan pipet hingga diperoleh nilai volume yang diinginkan.
6) Tuangkan air yang ada di dalam Bejana Ukur referensi ke dalam Bejana Ukur yang diuji dengan memperhatikan waktu tetesnya.
7) Bila volume nominal Bejana Ukur yang diuji lebih besar dari Bejana Ukur referensi, ulangilah langkah angka 3) sampai dengan angka 6) sehingga volume air dalam Bejana Ukur yang diuji mencapai batas volume nominalnya.
8) Baca dan catatlah penunjukan volume air dalam Bejana Ukur yang diuji (VP).
9) Ukur dan catatlah suhu air dalam Bejana Ukur yang diuji (tWC).
Catatan :
Pengukuran suhu air dilakukan di 3 (tiga) tempat yang berbeda, yaitu di bagian dasar, tengah dan atas.
10) Dengan memperhatikan angka 5 huruf j., kosongkan/keluarkan air dari Bejana Ukur yang diuji.
11) Lakukan kembali angka 1) sampai dengan angka 10), sehingga diperoleh hasil pengujian sebanyak 3 (tiga) seri.
b. Pengujian nilai skala Bejana Ukur
1) Letakkan Bejana Ukur di atas landasannya, isi dengan air sampai meniskus tepat pada skala minimum Bejana Ukur yang dapat dibaca (penambahan/pengurangan air dilakukan dengan menggunakan pipet) dan bersihkan sisa-sisa air yang masih menempel pada bagian dalam leher bejana
2) Baca dan catatlah penunjukan skala awal Bejana Ukur s0 (satuan skala);
3) Tambahkan air sampai meniskus tepat pada skala maksimum Bejana Ukur yang dapat dibaca menggunakan gelas takar dengan memperhatikan waktu tetes gelas takar (30 sekon)
4) Baca dan catatlah penunjukan skala akhir Bejana Ukur s1 (satuan skala);
5) Catat penambahan volume air ∆v (satuan mL).
7. Perhitungan Hasil Pengujian
a. Volume sebenarnya rata-rata Bejana Ukur yang diuji pada suhu referensi
1) Volume bersih Bejana Ukur referensi (VB)
[
]
[
W(
WR WC)
R(
RC RR)
]
WC RC a RR B V V t t t t V ⎥ + − + − ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ + =γ
γ
ρ
ρ
1 . . VRR Va tRR tRC tWR tWC γ : : : : : :Volume Bejana Ukur referensi pada suhu dasar menurut sertifikatnya Pembacaan kelebihan/ kekurangan dari skala nol volume Bejana Ukur referensi
Suhu dasar Bejana Ukur referensi
Suhu air dalam Bejana Ukur referensi pada saat pengujian Suhu dasar Bejana Ukur yang diujii
Suhu air dalam Bejana Ukur yang diuji pada saat pengujian Koefisien muai kubik bahan Bejana Ukur referensi
ρRC ρWC
: :
Massa jenis air dalam Bejana Ukur referensi pada suhu saat pengujian
Massa jenis air dalam Bejana Ukur yang diuji pada suhu saat pengujian
2) Volume bersih total Bejana Ukur referensi (V’B)
( )
∑
= = m i i B B V V 1 '(VB)i : Volume bersih Bejana Ukur referensi pada penakaran ke-i
m : Banyaknya penakaran
3) Koreksi penunjukan volume Bejana Ukur yang diuji (VK)
P B
K V V
V = ' −
VP : Penunjukan volume Bejana Ukur yang diuji
4) Volume sebenarnya Bejana Ukur yang diuji pada suhu referensi (VACT)
K N
ACT V V
V = +
VN : Volume nominal Bejana Ukur yang diuji
5) Volume sebenarnya rata-rata Bejana Ukur yang diuji pada suhu referensi
( )
VACT 3 3 2 1 ACT ACT ACT ACT V V V V = + +b. Nilai skala Bejana Ukur (ns)
1) Jumlah skala s yang diuji dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
s = s1 - s0 skala
s0 : Penunjukan skala Bejana Ukur sebelum ditambahkan air dari gelas takar
(skala)
s1 : Penunjukan skala Bejana Ukur setelah ditambahkan air dari gelas takar
(skala)
2) Nilai skala ns
ns= ∆v
s mL skala/
∆v : Volume air dari gelas takar yang ditambahkan ke dalam Bejana Ukur
(mL) 8. Ketidakpastian Pengujian a. Ketidakpastian tipe A 1) Ketidakpastian standar
(
)
n V S u n ACT R 1 − = Sn-1(VACT) adalah standar deviasi, yaitu :[
]
(
)
1
n
V
V
V
S
2 ACT i ACT ACT 1 n−
−
=
∑
− 2) Koefisien sensitivitas 1 = R c3) Derajat kebebasan 1 − =n R
υ
b. Ketidakpastian tipe B1) Pembacaan penunjukan volume Bejana Ukur yang diuji
a) Ketidakpastian standar
x d uVP = BUU
dBUU adalah nilai skala terkecil (nst) Bejana Ukur yang diuji, dengan x
berupa nilai tertentu yang besarnya tergantung dari kemampuan pembacaan skala itu sendiri. Dalam distriBejana Ukur referensii segi empat (rectangular), bila kita mampu membedakan/membaca satu skala maka nilai x sama dengan 3, setengah skala sama dengan 12, sepertiga skala sama dengan 27, dan seterusnya.
b) Koefisien sensitivitas 1 − = VP c c) Derajat kebebasan
Nilai ketidakpastian standar UVP dapat kita percaya sampai dengan 10 %,
sehingga diperoleh : 50
=
VP
υ
2) Volume Bejana Ukur referensi pada suhu referensi
a) Ketidakpastian standar k u u sert BUS VRR − = USert-BUS k : :
Ketidakpastian anak timbangan standar imbuh menurut sertifikatnya.
Faktor cakupan yang tercantum dalam sertifikat Bejana Ukur referensi, bila tidak ada asumsikan sama dengan 2.
b) Koefisien sensitivitas
(
CTL)(
CTS)
m cVRR=c) Derajat kebebasan
Tergantung dari kapabilitas laboratorium yang menerbitkan sertifikat pengujian Bejana Ukur referensi, namun demikian biasanya dapat kita tuliskan :
υ
VRR =503) Pembacaan kelebihan/kekurangan volume Bejana Ukur referensi
a) Ketidakpastian standar
x d u BUS
Va =
dBUS adalah nilai skala terkecil (nst) Bejana Ukur referensi.
c) Derajat kebebasan 50
=
Va
υ
4) Suhu air dalam Bejana Ukur referensi
a) Ketidakpastian standar
(
)
2 2 2 ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + = − − k u x nst Uu therm sert therm
R HOM tRC
Dalam perhitungan suhu Bejana Ukur dianggap sama dengan suhu air pada saat pengujian, oleh karena itu kita harus memperhitungkan faktor homogenitas suhu Bejana Ukur tersebut. Dinding Bejana Ukur pada kenyataannya berada antara dua media, udara dan air, oleh karena itu nilai suhu Bejana Ukur berada antara suhu udara dan suhu air, dengan demikian dapat kita rumuskan ketidakpastian akibat faktor homogenitas ini adalah:
(
)
12 RC udara R HOM t t U − = − USert-therm k nsttherm tudara : : : :Ketidakpastian thermometer menurut sertifikatnya
Faktor cakupan yang tercantum dalam sertifikat thermometer, bila tidak ada asumsikan sama dengan 2. Daya baca atau nilai skala terkecil thermometer
Suhu udara disekitar Bejana Ukur (kondisi laboratorium)
b) Koefisien sensitivitas
(
V V)
(
CTL)
m ctRC = RR+ aγ
R c) Derajat kebebasan 50 = tRCυ
5) Suhu air dalam Bejana Ukur yang diuji
a) Ketidakpastian standar
(
)
2 2 ⎟2 ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ + ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + = − − k u x nst Uu therm sert therm
W HOM tWC
(
)
12 WC udara W HOM t t U − = − b) Koefisien sensitivitas(
V V)
(
CTL)
m ctWC =− RR+ aγ
W c) Derajat kebebasan 50 = tWCυ
6) Massa jenis air pada suhu tRC
a) Ketidakpastian standar
RC
ρRC :ketidakpastian massa jenisair padasuhu t
u b) Koefisien sensitivitas
(
)
(
)
WC a RR RC m CTS V V cρ
ρ = +c) Derajat kebebasan 50 = RC ρ
υ
7) Massa jenis air pada suhu tWC
a) Ketidakpastian standar
WC
ρWC :ketidakpastian massa jenisair padasuhu t
u b) Koefisien sensitivitas
(
)
(
)(
)
WC a RR WC m CTS CTL V V cρ
ρ =− + c) Derajat kebebasan 50 = WC ρυ
8) Koefisien muai ruang bahan Bejana Ukur referensi
a) Ketidakpastian standar 3 R R d uγ = γ
Nilai dari setengah lebar rentang distribusi rectangular dimana nilai γR
terletak, seperti ilustrasi di bawah ini
b) Koefisien sensitivitas
(
V V)
(
CTL)
(
t t)
m cγR = RR+ a RC− RR c) Derajat kebebasan 50 = R γυ
9) Koefisien muai ruang bahan Bejana Ukur yang diuji
a) Ketidakpastian standar 3 W W d uγ = γ
dγW : Nilai dari setengah lebar rentang distribusi rectangular dimana nilai
γW terletak. b) Koefisien sensitivitas
(
V V)
(
CTL)
(
t t)
m cγW = RR + a WR− WC c) Derajat kebebasan 50 = W γυ
γ
γ
+ d
γ
γ
- d
γ
2d
γ
10) Gelembung udara dalam air a) Ketidakpastian standar (L) V x 0,00001 N = ∆ab u VN dalam Liter b) Koefisien sensitivitas 1 = ∆ab c c) Derajat kebebasan 50 = ∆ab
υ
11) Variasi jumlah sisa air
a) Ketidakpastian standar (L) V x 0,000005 N = ∆lr u VN dalam Liter b) Koefisien sensitivitas 1 = ∆lr c c) Derajat kebebasan 50 = ∆lr
υ
12) Kehilangan air akibat penguapan
a) Ketidakpastian standar (mL) V x 0,000005 N = ∆e u VN dalam Liter b) Koefisien sensitivitas 1 = ∆e c c) Derajat kebebasan 50 = ∆e
υ
c. Ketidakpastian Standar Gabungan
( )
∑
= i i i C cu u 2d. Derajat Kebebasan Efektif dan Faktor Cakupan
Derajat kebebasan efektif : Faktor Cakupan :
( )
∑
⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ = i i i i C eff u c uυ
υ
4 4 k=t95(υ
eff)e. Ketidakpastian yang Diperluas
C
ku U =