• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI AH PADA BNI SYARI AH CABANG SEMARANG Analisis Terhadap Implementasi Akuntansi Syari ah Pada BNI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS TERHADAP PERAN AKUNTANSI SYARI AH PADA BNI SYARI AH CABANG SEMARANG Analisis Terhadap Implementasi Akuntansi Syari ah Pada BNI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

4.1. Analisis Terhadap Implementasi Akuntansi Syari’ah Pada BNI Syari’ah Cabang Semarang

Pepatah mengatakan ilmu tanpa amal bagaikan pohon tanpa buah, begitu pula teori tanpa adanya praktek adalah nonsense. Oleh karena itu dalam bab ke empat ini akan dibahas analisis terhadap pelaksanaan akuntansi syari’ah yang diterapkan pada Bank BNI Syari’ah cabang Semarang.

Dalam praktik ekonomi kebutuhan informasi akuntansi tidak dapat dibantah, begitupun dalam praktik ekonomi syari’ah. Namun demikian, pada saat ini kiranya para ekonom muslim dapat sedikit lega karena dalam tataran akuntansi –terutama akuntansi syari’ah- telah ada, yang paling tidak bisa membuat sebuah rujukan atau referensi bagi akuntan muslim pada umumnya dan para akuntan perbankan syari’ah khususnya. Fenomena ekonomi syari’ah bagaimanapun juga akan tetap membutuhkan standar akuntansi dan konvensi-konvensi akuntansi lainnya, dengan begitu masih ada kekurangan yang perlu di sempurnakan. Setidaknya kebutuhan terhadap standar akuntansi perbankan syari’ah sebagian telah terpenuhi dengan diterbitkannya PSAK No. 59 tentang Akuntansi Perbankan Syari’ah, meskipun masih ada kekurangan yang perlu disempurnakan.

(2)

Tujuan diberlakukannya akuntansi syari’ah tidak lain adalah untuk menciptakan keadilan, kesejahteraan (sosial maupun ekonomi) dan melindungi hak milik masyarakat. Bank BNI Syari’ah Cabang Semarang sebagai salah satu bank yang berasaskan syari’ah tentunya dituntut mampu menciptakan tujuan tersebut, oleh karena itu dituntut juga untuk menggunakan sistem dan operasional secara syari’ah pula, termasuk di dalamnya akuntansi. Akuntansi perbankan secara umum memang sudah ada dalam PSAK No. 31 tahun 2000 dan PSAK lainnya yang mengatur tentang akuntansi, baik akuntansi biaya, akuntansi rugi/laba, dan lain sebagainya.

Sebagaimana telah diuraikan di dalam bab III bahwa BNI Syari’ah cabang Semarang mempunyai beberapa produk diantaranya adalah Tabungan Syariah Plus, Murabahah, mudharabah dan lain-lain. Secara umum proses akuntansi Bank BNI Syari’ah cabang Semarang sebagai berikut :

setiap hari dicatat dalam setiap hari dicatat dalam

disusun

disiapkan Dokumentasi Dasar

Intern-Ekstern

Buku Jurnal Buku Besar Sub Buku Besar

Neraca Lajur

(3)

Menurut data yang Penulis dapat, jenis akuntansi yang digunakan di BNI Syari’ah Cabang Semarang adalah berupa cash basis,1 yaitu akuntansi berbasis kas, transaksi ekonomi dan kejadian lain diakui ketika kas diterima atau dibayarkan.2 Basis kas ini tentunya dapat mengukur kinerja keuangan PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syari’ah Cabang Semarang yaitu untuk mengetahui perbedaan antara penerimaan kas dan pengeluaran kas dalam suatu periode. Karena dengan akuntansi yang berjenis Basis kas (cash basis) tersedia informasi mengenai sumber dana yang dihasilkan selama satu periode, penggunaan dana dan saldo kas pada tanggal pelaporan atau pada kenyataannya (tanpa ada perkiraan), maka model pelaporan keuangan dalam basis kas berbentuk Laporan Penerimaan dan Pembayaran (Statement of Receipts and Payment) atau Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement).3 Penerapan akuntansi syari’ah di BNI Syari’ah Cabang Semarang ini tidak hanya sekedar teori, karena setelah adanya PSAK No. 59 semua cabang yang ada (devisi bank syari’ah) ditraining di Jakarta dalam rangka memperkaya khazanah ilmu akuntansi syari’ah secara praktek.4

Ada beberapa perbedaan yang mendasar antara akuntansi syari’ah (BNI Syari’ah) dengan akuntansi konvensional (bank konvensional), yakni:

1

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staff Penyelia Unit Keuangan dan Umum dan Bapak Madekun pada tanggal 29 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang

2

Untuk lebih mengetahui lebih jelas tentang cash basis lihat di

http://www.iaiglobal.or.id/elib-iai/knowledge/knowledge_18.htm

3

Ibid atau lihat Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: (UPP) AMPYKPN, tt., hlm. 303.

4

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staff Penyelia Unit Keuangan dan Umum dan Bapak Madekun pada tanggal 29 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang

(4)

1. Dalam hal memperoleh keuntungan

Pada tataran operasional perbankan, ada beberapa perbedaan yang sangat mencolok antara bank konvensional dan bank syari’ah yaitu pada akuntansinya, yakni pada hal profitnya, kalau keuntungan yang didapat bank konvensional adalah bunga maka keuntungan yang ada pada bank syari’ah adalah dengan bagi hasil.5 Menurut Muslihun keuntungan bank konvensional berdasarkan tingkat suku bunga, sedang keuntungan dari bank syari’ah di dapat dari hasil investasi.6 Hal tersebut seperti dikatakan oleh Bpk. Madekun bahwa bank BNI Syari’ah pada dasarnya bukan memberikan pinjaman uang, akan tetapi memberikan pinjaman barang walaupun tehnisnya akan memberikan uang tetapi memakai akad wakalah.7

2. Dalam hal Hutang

Bank konvensional menggunakan prisinp hutang uang sedang bank syari’ah (BNI Syari’ah) menggunakan prinsip hutang pengadaan barang8. Kedua jenis hutang tersebut tentu berbeda, karena kalau hutang yang terjadi karena pinjam-meminjam uang maka tidak boleh ada

5

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum bersama Bapak Madekun pada tanggal 29 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

6

Muslihun berpendapat bahwa semua usaha yang ada pada bank syari’ah pada prinsipnya adalah investasi, lihat Muslihun, “Argumen-Argumen Baru Pro-kontra Bunga Bank”, Istinbath, Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam, Mataram: STAIN Mataram, no.2, vol.1, 2004, hlm.130-132.

7

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum bersama Bapak Madekun pada tanggal 27 Mei 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

8

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum bersama Bapak Madekun pada tanggal 25 Mei 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

(5)

tambahan, kecuali dengan alasan yang pasti dan jelas, seperti biaya materai, biaya notaris, dan studi kelayakan. Sedang tambahan akibat inflasi dan deflasi atau sesuatu yang tidak jelas tidak diperbolehkan. Adapun hutang pengadaan barang ini diberbolehkan karena tidak sebagaimana bunga yang ada di bank konvensional. Hutang pengadaan barang ini harus jelas dalam akadnya, baik tentang harga pokoknya maupun harga jual itu sendiri atas harga pokok barang ditambah keuntungan yang disepakati. Namun harga jual yang telah disepakati tersebut tidak boleh berubah karena akan masuk dalam kategori riba fadl.9

3. Pencatatan dalam pos-pos

Perbedaan akuntansi syari’ah dan konvensional ini juga bisa dilihat melalui penempatan catatan pada masing-masing pos yakni dalam neraca gabungan BNI Syari’ah cabang Semarang. Dalam neraca tersebut menunjukkan sesuatu yang berbeda terutama dalam pos beban/biaya, yang dalam neraca tersebut terdapat beban operasional dan zakat. Hal ini menunjukkan bahwa BNI Syari’ah ini termasuk lembaga Islam yang mengeluarkan zakat yang mana tidak semua lembaga Islam itu ada catatan zakat sebagai beban perusahaan tersebut. Hal ini berbeda sekali dengan bank konvensional yang tidak ada beban zakat perusahaan. Namun begitu tampaknya BNI Syari’ah cabang Semarang ini tidak ada

9

Muslihun, “Argumen-Argumen Baru Pro-kontra Bunga Bank”, Istinbath, Jurnal Hukum dan Ekonomi Islam, Mataram: STAIN Mataram, no.2, vol.1, 2004, hlm.132-133.

(6)

jasa layanan infak, shodaqah dan zakat sehingga kalau melihat neraca tersebut dalam pos aktiva tidak ada.10

Untuk lebih jelasnya dalam analisis ini penulis juga sedikit menguraikan beberapa produk yang sering digunakan di BNI Syari’ah cabang Semarang. Hal ini sengaja penulis batasi karena memang ada produk Bank BNI Syari’ah cabang Semarang yang bagi masyarakat belum siap untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada di dalamnya11.

a. Tabungan Syari’ah Plus

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa tabungan syari’ah plus ini menggunakan bentuk mudharabah dimana pemilik dana memberikan kebebasan kepada pengelola dalam pengelolaan investasi,12 dengan begitu posisi Bank BNI Syari’ah adalah sebagai

Mudharib dan masyarakat (nasabah) sebagai shohibu al maal. Karena Bank sebagai pengelola dana, maka dana yang diterima disajikan dalam neraca sebagai investasi tidak terikat, sedang metode bagi hasil yang digunakan adalah metode profit sharing (bagi hasil).13 Hal tersebut di atas memang sudah sesuai dengan syari’ah dan PSAK No. 59. Adapun metode bagi hasil dalam PSAK No. 59 ada dua metode yakni:

10

Lihat data lampiran dari BNI Syari’ah Cabang Semarang tentang Neraca Gabungan per xxx dalam rupiah. Lihat juga karya Taswan, Akuntansi Perbankan; Transaksi dalam Valuta Rupiah, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, 2003

11

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum bersama Bapak Madekun pada tanggal 25 Mei 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

12

Buku Sistem Operasional Perbankan Syari’ah Indonesia (BNI Syari’ah), 2004. 13

(7)

a) Bagi Hasil (profit Sharing) yang berarti dihitung dari pendapatan setelah dikurangi beban yang berlaku dengan pengelolaan dana

mudharabah.

b) Bagi pendapatan (Revenue Sharing), yakni dihitung dari total pendapatan pengelolaan Mudharabah.14

Uraian Jumlah Metode Bagi Hasil

Revenue Sharing 100 60 35 25 Penjualan Harga pokok penjualan Laba Kotor Beban

Laba rugi bersih 10 Profit Sharing

b. Murabahah

Murabahah merupakan transaksi yang sangat sering di lakukan untuk melakukan pembiayaan daripada produk lainnya seperti pembiayaan Mudharabah dan musyarakah. proses Murabahah di BNI Syari’ah cabang Semarang sebagaimana telah diuraikan di bab sebelumnya bahwa dalam pembiayaan murabahah ini berdasarkan pesanan yang mengikat, yakni pembeli tidak dapat membatalkan pesanannya. sedang harga yang disepakati adalah harga jual dan harga beli diberitahukan pada pembeli (nasabah)15. Hal ini sesuai dengan pendapat ulama fiqh modern yang berpendapat bahwa janji untuk membeli barang tersebut bisa mengikat pemesan, karena bila nasabah bisa membatalkan begitu saja maka akan sangat merugikan pihak bank,

14

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Standar Akuntansi Keuangan; Per 1 April2002, Jakarta: Salemba Empat, 2002, hlm. 59.4-59.5.

15

(8)

dengan begitu perjanjian tersebut adalah sah demi menghindari

Kemadharatan.16 Untuk lebih memperkuat rasa kepercayaan kepada nasabah maka BNI Syari’ah juga meminta nasabah untuk menyediakan Agunan.

Dalam pencatatannya, pada saat akad, piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan yang disepakati pada akhir periode, laporan keuangan piutang murabahah dinilai sebesar nilai bersih yang dapat direalisasikan, yaitu saldo piutang dikurangi penyisihan kerugian piutang. Sedang laba murabahah diakui pada periode terjadinya, yakni dengan sistem cash basis17. Hal ini sesuai dengan ketentuan yang ada dalam PSAK No. 59 Tentang Akuntansi Perbankan Syari’ah.18

Perlu diketahui bahwa produk ini menggunakan prinsip jual beli, jadi keuntungan yang didapat bukan atas bagi hasil akan tetapi dengan adanya marginkeuntungan19dari hasil jual beli tersebut.20 Sebagaimana yang ada dalam ketentuan syari’ah bahwa Bai’ al Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Untuk penghitungan margin keuntungan dalam produk ini

16

Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Suatu Pengenalan Umum, Jakarta: BI dan Tazkia Institute, tt., Hlm. 148.

17

Wawancara dengan Bp. Subarno sebagai Staff Penyelia Unit Pemasaran Bisnis (1) BNI Syari’ah Cabang Semarang pada tanggal 2 Mei 2005.

18

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), op,cit. hlm. 59.10. 19

Maksud daripada marjin keuntungan adalah persentase tertentu yang ditetapkan oleh pihak bank baik pertahun perhitungan marjin keuntungan secara harian, maka jumlah hari dalam setahun ditetapkan 360 hari, perhitungan marjin keuntungan secara bulanan, maka setahun ditetapkan 12 bulan. Lihat Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet, 2004, hlm. 254.

20

(9)

tidak begitu rumit, karena BNI Syari’ah biasanya menggunakan

murabahah-Bai bi al-Thaman al-Ajil (angsuran). Berikut contoh perhitungan angsuran murabahah.21

Kebutuhan investasi 12.000.000,00

Modal Sendiri 4.000.000,00

Pembiayaan Bank 8.000.000,00

Jangka waktu 3 Tahun

Expectasi margin 10.50% Effective Harga beli bank 8.000.000,00

Margin bank 2.520.000,0022 Harga jual bank 10.520.000,00 Angsuran perbulan 292.222,2223

Contoh kasus Murabahah-Bai bi al Thaman al Ajil:

Seorang nasabah yang bernama A mengajukan Pembiayaan Murabahah,

untuk pembelian sepeda. Harga sepeda motor seharga 12.000.000,00 kemudian ada kesepakatan untuk marjin keuntungan sebesar 2.000.000,00 dan penyelesaian pembiayaan selama 24 bulan dengan demikian pembiayaan yang tanggung oleh Si-A adalah 12.000.000,00 ditambah keuntungan margin 2.000.000,00. jadi secara sistematisnya adalah sebagai berikut:

Modal Pinjaman : 12.000.000,00 Marjin keuntungan : 2.000.000,00 Waktu Angsuran : 24 kali

Maka angsuran perbulannya : 12.000.000,00 + 2.000.000,00 : 24 bln

21

http://www.bni.co.id/produklayan/p_syariah.asp?section=2&sub=1

22

Berasal dari 8.000.000,00 X 10.50% = 84.000.000,00 X 3 tahun = 2.520.000,00 23

(10)

: 583.333,33 (angsuran Modal 500.000,00 + angsuran marjin 83.333,33)

Perhitungan seperti diatas menurut Muhammad sangat mudah karena menggunakan akad Murabahah Bai Al-Thaman Al-Ajil.24

M. Syafi’i Antonio mencontohkan misal pembeli memesan komputer yang kemudian pedagang tersebut membeli komputer dari grosir dengan harga 10.000.000,00 kemudian ia menambahkan keuntungan sebesar 750.000,00 dan ia menjual 10.750.000,00 pada pembeli (pemesan) dan telah ada kesepakatan tentang lama biaya, besar keuntungan yang akan diambil pedagang, baik dengan angsuran atau kontan.25

Pengakuan angsuran harga jual yang terdiri dari harga pokok dan angsuran marjin keuntungan, BNI Syari’ah Cabang Semarang menggunakan metode marjin keuntungan flat26. Dalam pengakuan angsuran Adiwarman Karim mengatakan bahwa ada empat metode dalam angsuran:

1. Metode marjin Keuntungan menurun 2. Marjin keuntungan rata-rata

3. Marjin keuntungan flat

24

Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: (UPP) AMPYKPN, tt., hlm. 116-117.

25

Muhammad Syafi’i Antonio, op. cit., hlm. 145. 26

Marjin keuntungan flat adalah perhitungan marjin keuntungan terhadap nilai harga pokok pembiayaan secara tetap dari suatu periode ke periode lainnya, walaupun baki debetnya menurun sebagai akibat dari adanya angsuran harga pokok.

(11)

4. Marjin keuntungan annuitas27

c. Pembiayaan Ijarah (Sewa-beli)

Seperti yang ada dalam bab III, bahwa ijarah ini ada 2 jenis yang ditawarkan yakni Ijarah Bai al Takjiri, yang mana dengan melalui sewa ini pada akhirnya bertujuan untuk pemindahan kepemilikan kepada kepemilikan kepada penyewa. Istilah tersebut lebih dikenal dengan

Ijarah Muntahia bi al Tamlik. BNI Syari’ah Cabang Semarang biasanya melakukannya dengan penjualan secara bertahap sebesar harga tertentu yang disepakati dalam akad. Sedang biaya perbaikan obyek sewa ditangung pemilik obyek maupun penyewa sebanding dengan bagian kepemilikan masing-masing di dalam obyek sewa.28

Pengakuan pelepasan obyek sewa dalam Ijarah Mutahia bi al-Tamlik adalah sebagai berikut:

a) Perpindahan hak milik sebagian obyek sewa diakui jika seluruh pembayaran sewa telah selesai dan penyewa membeli sebagian obyek sewa.

b) Obyek sewa dikeluarkan dari aktiva pemilik obyek (bank) pada saat terjadinya perpindahan hak.

27

Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet, 2004, hlm. 255.

28

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum bersama Bapak Madekun pada tanggal 25 Mei 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

(12)

c) Kalau penyewa tidak melakukan pembelian objek sewa yang tersisa maka akuntansinya adalah:

- Jika penyewa melakukan perjanjian untuk membeli objek sewa, kemudian memutuskan untuk tidak membelinya, dan ternyata nilai dari obyek sewa tersebut lebih rendah dari nilai wajar maka selisihnya diakui sebagai piutang pemilik objek sewa kepada penyewa.

- Kalau pembatalan pembelian objek sewa tanpa adanya janji, maka objek sewa dinilai sebesar nilai wajar atau nilai buku, mana yang lebih rendah. Jika nilai wajar objek sewa tersebut lebih rendah dari nilai buku, maka selisihnya diakui sebagai kerugian pada periode berjalan.

Dengan begitu keuntungan bank dalam produk ini (Pembiayaan Ijarah) diperoleh dari margin keuntungan atas barang yang di sewakan

Dari ketiga produk tersebut yang masuk dalam pencatatan dalam pos aktiva adalah pembiayaan murabahah dan pembiayaan ijarah, sedang tabungan syari’ah pencatatannya masuk dalam pos pasiva sebagai dana pihak ketiga.29

Perlu diketahui bahwa pencatatan atas semua transaksi keuangan bank syari’ah juga berpedoman pada persamaan (keseimbangan) sebagaimana yang berlaku pada umumnya yaitu30:

Harta/Aktiva = Kewajiban + Modal

29

Data lampiran BNI Syari’ah, loc. cit. 30

Taswan, Akuntansi Perbankan; Transaksi Dalam Valuta Rupiah, Edisi Revisi, UPP AMP YKPN, 2003, hlm. 15.

(13)

Persamaan di atas adalah pedoman dalam setiap pencatatan transaksi keuangan bank syari’ah. Harta atau yang lebih sering disebut aktiva ini dapat dipahami sebagai sisi kiri yang dikenal dengan istilah Debit sedang kewajiban dan modal dihapami sebagai sisi Kredit. Untuk lebih memudahkan adalah sebagaimana berikut:

Aktiva/Debit = Kewajiban + Modal

Harta Kredit

Dari uraian masing-masing produk di atas dalam pencatatannya adalah dengan sistem cash basis (berbasis kas) yakni semua transaksi, baik pendapatan maupun biaya itu dicatat atau diakui ketika kas diterima, dengan begitu cash basis tidak menerima adanya perkiraan pendapatan sebagaimana akuntansi yang berbentuk accrual basis (akrual) yang berarti pendapatan harus diakui pada saat diperoleh dan biaya diakui pada saat biaya terjadi tanpa memandang apakah kas tersebut sudah diterima atau belum. Dengan begitu dalam pencatatannya bank tersebut telah mengakui adanya perkiraan pendapatan.

Contoh Bpk. A mempunyai tanggungan pembiayaan kredit 12.000.000,00 pada bank dan diangsur selama 1 tahun (12 bulan yakni mulai dari bulan Januari-Desember) yang telah mengangsur 3 bulan (sampai bulan Maret) pada saat ini (Maret) dan akhir pembayaran kepada bank tiap bulannya adalah tiap tanggal 10, sehingga ketika tutup buku pada tiap tanggal 1 maka aktiva tersebut sudah diakui sebagai perkiraan pendapatan. Jenis akuntansi ini biasanya digunakan oleh bank konvensional.

(14)

Menurut Prayudi sistem accrual kurang pas dengan jiwa syari’ah karena menempatkan pendapatan yang belum nyata dalam laporan keuangan.31 Menurut Zen Assegaf penggunaan akuntansi dengan sistem

cash basis sangat cocok dengan karakteristik syari’ah Islam dan sesuai dengan karakteristik bank syari’ah itu sendiri.32 Dengan begitu sistem

accrual basis (yang sering digunakan bank konvensional) berarti telah mencatat sesuatu yang belum benar-benar nyata, walaupun tidak tahu keadaan suatu perusahaan tersebut akan untung atau justru merugi sebagaimana Firman Allah:

...

ﺍﺪﻏ ﺐﺴﻜﺗ ﺍﺫﺎﻣ ﺲﻔﻧ ﻯﺭﺪﺗ ﺎﻣﻭ

)

ﻥﺎﻤﻘﻟ

:

34

(

Artinya : “…dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui dengan pasti apa yang diusahakan besok” (Q.S. Lukman: 34)33

Menurut Syari’ah, perusahaan atau institusi bisnis yang menerapkan transaksi yang mengandung unsur gharar tidak diperbolehkan, karena syari’ah melarang dengan tegas semua transaksi bisnis yang mengandung unsur ketidakpastian dalam segala bentuk apapun.34 Dengan begitu semakin jelaslah bahwa akuntansi dengan sistem cash basis ini sangat cocok untuk perbankan syari’ah karena bagaimanapun juga perbankan syari’ah harus mampu menegakkan ekonomi yang Islami, yakni sebagai mana yang ada pada prinsip-prinsip

31

Prayudi, Kebangkitan Akuntansi Kapitalis,

http://www.fatimah.org/artikel/bangkrut.htm

32

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum pada tanggal 24 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

33

Mahmud Junus, Tarjamah Al-Qur’an Al-Karim, Bandung: PT. Al-Ma’arif, cet., Ke-6, 1997, hlm. 504

34

(15)

akuntansi syari’ah yakni pertanggungjawaban,35 prinsip keadilan36 dan prinsip kebenaran.37 Ketiga hal tersebut harus terpenuhi karena itu merupakan pondasi pokok sebuah akuntansi yang syar’i. Dengan memakai sistem cash basis maka setidaknya telah memenuhi beberapa prinsip yang ada, seperti keadilan dan kebenaran yang mana akuntansinya (sistem kas) dicatat ketika transaksi terjadi dan tidak ada istilah perkiraan pendapatan. Pada tatanan teknis operasional, akuntansi syari’ah menjadi instrumen yang dapat digunakan sebagai informasi akuntansi yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi.38 Jadi penerapan sistem cash basis

sangat fundamental. Seperti halnya bank syariah tidak bisa mengalami

negative spread39 karena menggunakan prinsip bagi hasil. Jadi kalau sistem cash basis ini dihilangkan, ciri akuntansi syariah ikut hilang.40

Selain itu juga ada sebuah kaidah fiqh yang mengatakan bahwa suatu kewajiban yang tidak sepurna dengan sesuatu yang lain maka sesuatu yang lain itu juga menjadi wajib.

35

Yang berarti harus bisa memegang amanah baik insaniah maupun Ilahiah, karena tanggung jawab seorang seorang muslim bukan hanya kepada manusia akan tetapi juga pada sang Khaliq, Lihat Muhammad, Manajemen Bank Syari’ah, Jakarta: UPP AMPYKPN, tt, hlm. 282.

36

Dapat berarti bahwa semua transaksi harus di catat dengan benar, Ibid.

37

Karena dalam akuntansi akan selalu dihadapkan pada masalah pengakuan, pengukuran dan pelaporan maka diperlukan adanya kebenaran, Ibid.

38

Muhammad, Pengantar Akuntansi Syari’ah, Jakarta: PT. Salemba Empat, Cet. Ke-1, 2002, hlm. 128.

39

Yakni bila bunga dari peminjam ternyata lebih kecil dibandingkan dengan kewajiban bunga ke deposan maka bank harus menambahi sendiri.

40

(16)

ﺐﺟﺍﻭ ﻮﻬﻓ ﻪﺑﻻﺍ ﺐﺟﺍﻮﻟﺍ ﻢﺘﻳﻻﺎﻣ

41

Artinya: "Suatu kewajiban yang tidak akan sempurna kecuali disertai dengan sesuatu yang dapat mewujudkan terlaksananya kewajiban itu, maka sesuatu itu wajib juga"

Jadi menurut penulis menggunakan sistem cash basis itu diharuskan apabila tanpa itu, sistem ekonomi Islam (akuntansi syari’ah) tidak sempurna. Hal ini juga hampir sama dengan kaidah fiqh yang mengatakan ﻪﻠﺋﺎﺳﻮﺑ ﺮﻣﺍ ﺊﺸﺑﺮﻣﻻﺍ (perintah menjalankan sesuatu perbuatan berarti perintah juga kepada perkara yang menjadi wasilahnya perbuatan tersebut).42

4.2. Analisis Terhadap Signifikansi Akuntansi Syari’ah Terhadap Operasional di BNI Syari’ah Cabang Semarang

Sebuah perusahaan, organisasi atau lembaga keuangan tentunya membutuhkan manajemen yang baik untuk bisa mengembangkan produk dan keuntungannya. Salah satu alat guna menunjang perkembangan ekonomi perbankan syari’ah adalah dengan menggunakan akuntansi dengan baik dan benar, karena fungsi daripada akuntansi tersebut adalah memberikan informasi guna pengambilan keputusan. Selain itu akuntansi sangat di butuhkan baik untuk kalangan internal (bank) maunpun eksternal (pihak-pihak yang membutuhkan), karena dengan adanya akuntansi, setiap transaksi akan dicatat, dibukukan secara sistematis yang dapat di pahami oleh semua instansi yang terkait karena memang sudah ada ketentuan dan

41

Abdu al Hamid Hakim, Mabadi Awwaliyah, Jakarta: Sa’adiyah Putra, tt., hlm. 41. 42

(17)

peraturan yang mengatur tentang bagaimana pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan setiap transaksi yang ada kaitannya dengan segala akitivitas sebuah lembaga keuangan atau bank tersebut. Bank konvensional menganggap bahwa akuntansi itu penting untuk sebuah lembaga keuangan yang mengelola dana masyarakat, karena dengan adanya akuntansi sangat membantu dalam membuat keputusan serta untuk mengetahui keadaan kas yang ada pada saat itu. Dengan hal tersebut maka timbul suatu pertanyaan, bagaimana dengan Bank Syari’ah? Apakah akuntansi ini di pandang sebagai salah satu alat untuk membantu dalam membuat keputusan? Dan apakah penting akuntansi (syari’ah) bagi perbankan syari’ah?

Menurut PT. Bank Negara Indonesia (BNI) Syari’ah Cabang Semarang, Akuntansi itu sangat dibutuhkan bagi lembaga keuangan (bank) karena akuntansi akan mempermudah dalam mengaudit kinerja keuangan yang ada di bank tersebut. BNI syari’ah yang notabenenya berasaskan syari’ah maka juga sangat membutuhkan sebuah akuntansi yang sesuai dengan konsep dan perilaku syari’at Islam, yaitu akuntansi syari’ah. Menurut Bapak Zen Assegaf bahwa suatu hal yang membodohi sekaligus lucu kalau sebuah lembaga keuangan yang mengklaim sebagai bank syari’ah akan tetapi sistem dan operasionalnya tidak sesuai dengan syari’ah Islam.43

Islam menganjurkan pola konvensi yang moderat, yakni tidak berlebihan dan tidak terlalu sedikit. Dalam ekonomi dapat berarti untuk

43

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum pada tanggal 29 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

(18)

mendorong terpupuknya surplus konsumsi dalam bentuk simpanan, yang kemudian di pergunakan untuk membiayai investasi baik produk maupun perdagangan. Menurut Pontjowinoto yang dinukil juga oleh Muslihun, kegiatan investasi adalah kegiatan menempatkan uang (dana) pada sesuatu (aktiva) yang diharapkan akan meningkatkan nilainya di masa mendatang.44

Jelasnya perbedaan mendasar antara investasi dan bunga adalah kalau investasi adalah suatu transaksi yang mengandung resiko karena transaksi tersebut memiliki unsur ketidakpastian, sehingga keuntungan yang didapat tidak pasti, tergantung pada produktifitas kegiatan tersebut karena dalam pencatatan bagi hasil (baik untung atau rugi) kedua belah pihak menunggu hasil akhir dari apa yang di lakukan pengelola dana (mudharib) sehingga diantara keduanya ada keseimbangan kalau nantinya akan mendapat keuntungan besar atau kecil atau bahkan rugi. Hal ini sebagaimana yang ada dalam perbankan syari’ah dan sesuai dengan ajaran Islam, karena melakukan usaha produktif dan investasi dibolehkan selama tidak keluar dari koridor ajaran Islam.

Sedang bunga atau membungakan uang adalah suatu kegiatan yang kurang mengandung resiko karena keuntungan yang didapat relatif pasti dan stagnan, hal ini dikarenakan dengan sistem bunga. Dengan sistem ini akan terjadi ketidak seimbangan antara kedua belah pihak karena bagi pemilik dana sudah dapat di pastikan keuntungannya sedang pengelola dana belum mengetahui apakah usahanya akan untung atau rugi. Hal ini bertentangan

44

(19)

dengan teori ekonomi Islam yang tidak menghendaki al-ghunmu bila ghurmi

(keuntungan yang tidak disertai oleh resiko).45 Sistem akuntansi konvensional atau kapitalis dari sono-nya memang didesain untuk mendukung pemilik modal.

Di sinilah bedanya sistem akuntansi kapitalis dan Syari’ah dibangun. Akuntansi Syari’ah bukan saja untuk melayani kepentingan stockholder, tapi juga semua pihak yang terlibat atau stakeholder. Itu berarti ada upaya melindungi kepentingan masyarakat yang terkait langsung maupun tidak langsung.

Karena itu, Akuntansi Islam bukan melulu bicara angka. Sebaliknya, domain akuntansi juga mengukur perilaku (behavior). Konsekuensinya, akuntasi Islam menjadi mizan dalam penegakan ketertiban perdagangan, pembagian yang adil, pelarangan penipuan mutu, timbangan, bahkan termasuk mengawasi agar tidak terjadi benturan kepentingan antara perusahaan yang bisa merugikan kalangan lain. Oleh karena itu dalam akhir periode pelaporan Akuntansi di BNI Syari’ah di haruskan membuat pernyataan / sumpah (dalam bentuk berita acara) bahwa apa yang di tulis itu benar apa adanya, hal ini untuk memenuhi persyaratan pertanggungjawabannya sebagai akuntan muslim.46

Apalagi setelah melihat beberapa perbedaan yang ada pada sisi operasionalnya yang selalu mengedepankan sosial masyarakat dan harus

45

Muslihun, op.cit., hlm. 132. 46

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum pada tanggal 29 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

(20)

dituntut untuk lebih baik dari pada hari kemarin serta tidak lupa untuk mengeluarkan zakat.

Dengan begitu akuntansi syari’ah sangat dibutuhkan oleh lembaga atau organisasi Islam terutama bagi perbankan syari’ah. Karena menurut Imam Syafi’i sebagaimana dikutip oleh Muhammad al-Musahamah bahwa sesungguhnya seorang pedagang atau yang lain tidak dapat mengambil keputusan secara benar atau mengeluarkan pemikiran yang tepat tanpa bantuan data-data yang tercatat dalam buku.47

Kemudian apakah ada hambatan-hambatan dengan pihak lain setelah BNI Syari’ah cabang Semarang menggunakan akuntansi syari’ah? Menurut BNI Syari’ah cabang Semarang dengan menggunakan akuntansi Syari’ah hubungan antar bank atau perusahaan lain tidak ada hambatan yang berarti, hal ini dikarenakan BNI Syari’ah melakukan hubungan dengan bank yang berasaskan syari’ah pula. Jadi untuk masalah akuntasi tidak ada masalah. Sedang hubungannya dengan perusahaan lain (yang notabenenya bukan berdasarkan syari’ah) kalau ingin mengadakan kerjasama dengan BNI Syari’ah maka harus mengikuti sesuai dengan peraturan yang ada pada perbankan syari’ah.48

Adapun hubungan dengan nasabah menurut penulis, dengan adanya akuntansi syari’ah ini akan semakin menyakinkan nasabah bahwa perbankan

47

Muhammad al-Musahamah, Nur Ghofar Isma’il, Akuntansi Syari’ah; Analisis Pendapat Muhammad al-Musahamah tentang Ayat-ayat Akuntansi dalam Al-Qur’an, Yogyakarta: Pesantren ekonomi Islam al-Musahamah, Cet. ke-1, 2005, hlm. 105.

48

Hasil wawancara dengan Bapak Zen Assegaf Staf Penyelia Unit Keuangan dan Umum pada tanggal 24 April 2005 di BNI Syari’ah Cabang Semarang, Jl. Pandanaran no. 102 Semarang.

(21)

syari’ah itu bukan hanya merupakan sebuah simbolik atau hanya sebuah bank yang mengganti namanya dengan syari’ah, akan tetapi benar-benar perbankan yang menggunakan sistem syari’ah baik sistem maupun operasionalnya.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu cara yang dapat diterapkan untuk mengembangkan sarana pendidikan bahasa yang memadai, terutama sarana uji kemahiran bahasa sebagai upaya memartabatkan bahasa

Peran lembaga kearsipan bagi institusi perguruan tinggi bukan hanya meringankan beban dalam mengelola arsip, namun juga membantu institusinya dalam menjalani tuntutan

Suatu Negara pihak pada Kovenan yang menjadi pihak dalam Protokol ini mengakui kewenangan Komite untuk menerima dan mempertimbangkan komunikasi dari orang- orang

kekuatan-keuatan politik terhadap isi kebijakan public; sebuah penelusuran tentang pengaruh berbagai penataan kelembagaan dan proses- proses politik terhadap kebijakan public; dan

Bagi Warga Jemaat yang ingin dikunjungi saat ulang tahun kelahiran/pernikahan dapat menghubungi Pendeta Pelayanan atau BPH MJ GKE Sinar Kasih dengan nomor yang terdapat

Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER), Return On Equity (ROE), Dan Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa

Data yang dimaksud adalah fenomena lingual khusus yang berkaitan langsung dengan ihwal penggunaan strategi tuturan penolakan yang digunakan oleh siswa dalam

(2) Bantuan sosial bagi Penyandang Disabilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikoordinir oleh Pemerintah Daerah melalui SKPD yang mempunyai tugas pokok dan fungsi