1
ANALISIS PENGARUH PROFESIONALISME AUDITOR TERHADAP
PERTIMBANGAN TINGKAT MATERIALITAS DALAM PROSES PENGAUDITAN LAPORAN KEUANGAN
Oleh:
Jumirza1, Dandes Rifa1, Popi Fauziati1
1
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas BungHatta
1
Email: jumirzaokta@rocketmail.com
ABSTRACT
The auditing is a critically and systematically inspection was done by auditor on the financial report that has been structured by management including note of ledger and supportable evidence with aim to enable provide opinion about the feasibility of the ledger. This research aim to empirically examine the influence of dedication toward profession, social duties, belief to the profession, relation with similar profession toward the consideration rate of materiality. This research used primary data in the form of questionnaire distributed to auditors who work in public accounting firm located in the area of pekanbaru and padang. Technique of sampling was purposive sampling. The number of questionnaire was distributed to respondent were 90 sheets in the questionnaire that can be analyzed further was 57 sheets. The hypothesis examination used multiple linear regressions by using SPSS program. The result of this research showed that the dedication toward the profession, belief toward the profession and relationship with profession partner have influence to take a consideration of materiality while the social duties and independent did not have influence toward taking a consideration of materiality.
Key words: Professionalism of Auditor, Consideration Rate Of Materiality
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Secara umum, audit adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevalusi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian
hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2011).
Mulyadi (2011) Materialitas itu sendiri adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji
2 itu. Definisi materialitas tersebut mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan baik keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.
Dengan profesionalisme yang baik, seseorang akan mampu melaksanakan tugasnya meskipun imbalan ekstrinsiknya berkurang, selain itu dengan profesionalisme seorang akan mampu untuk membuat keputusan tanpa tekanan pihak lain, akan selalu bertukar pikiran dengan rekan sesama profesi, dan selalu beranggapan bahwa yang paling berwenang untuk menilai pekerjaannya adalah rekan sesama profesi sehingga dengan profesionalisme yang tinggi kemampuan dalam mempertimbangankan tingkat materialitas suatu laporan keuangan akan semakin baik pula (Basri, 2011).
Pertimbangan auditor tentang materialitas adalah suatu masalah kebijakan profesional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor tentang kebutuhan yang beralasan dari laporan keuangan. Tingkat materialitas suatu laporan keuangan tidak akan sama tergantung pada ukuran laporan keuangan tersebut. Selain itu tingkat materialitas tergantung pada dua aspek yaitu aspek kondisional dan aspek
situasional (Wahyudi dan Mardiyah, 2006).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang diambil sebagai berikut : Apakah pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas?
1.3 Tujuan penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menguji secara empiris pengaruh pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan terhadap profesi, dan hubungan dengan sesama profesi terhadap pertimbangan tingkat materialitas.
1.4 Tinjauan Pustaka
1.4.1 Profesionalisme auditor
Sikap dan tindakan profesional merupakan tuntutan diberbagai bidang profesi, tidak terkecuali profesi sebagai auditor. Auditor yang profesional dalam melakukan pemeriksaan diharapkan akan menghasilkan audit yang memenuhi standar yang ditetapkan oleh organisasi. Profesional yang harus ditanamkan kepada auditor dalam menjalankan fungsinya yang antara lain dapat melalui pendidikan dan pelatihan penjenjangan, seminar serta pelatihan yang bersifat kontinyu (Basri, 2011).
3 Seorang auditor bisa dikatakan profesional apabila telah memenuhi dan mematuhi standar-standar kode etik yang telah ditetapkan oleh IAI (Wahyudi dan Mardiyah, 2006)
1. Prinsip-prinsip yang telah ditetapkan oleh IAI yaitu standar ideal dari perilaku etis yang telah ditetapkan oleh IAI seperti dalam terminologi filosofi.
2. Peraturan perilaku seperti standar minimum perilaku etis yang ditetapkan sebagai peraturan khusus yang merupakan suatu keharusan.
3. Inteprestasi peraturan perilaku tidak merupakan keharusan, tetapi para praktisi harus memahaminya. 4. Ketetapan etika seperti seorang
akuntan publik wajib untuk harus tetap memegang teguh prinsip kebebasan dalam menjalankan proses auditnya, walaupun auditor dibayar oleh kliennya.
Febrianti (2012) mengembangkan konsep profesionalisme dari level individual yang digunakan untuk profesionalisme eksternal auditor, meliputi lima dimensi:
1. Pengabdian Pada Profesi (dedication), yang tercermin dalam dedikasi profesional melalui penggunaan pengetahuan dan kecakapan pengetahuan yang
dimiliki. Sikap ini adalah ekspresi dari penyerahan diri secara total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefenisikan sebagai tujuan hidup dan bukan sekedar sebagai alat untuk mencapai tujuan. Penyerahan diri secara total merupakan komitmen pribadi, dan sebagai kompensasi utama yang diharapkan adalah kepuasan rohaniah dan kemudian kepuasan material. 2. Kewajiban Sosial (Social
Obligation), yaitu pandangan
tentang pentingnya peran profesi serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat ataupun oleh profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
3. Kemandirian (autonomy demands), yaitu suatu pandangan bahwa seorang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak yang lain. 4. Keyakinan terhadap peraturan
profesi (belief in self-regulation), yaitu suatu keyakinan bahwa yang berwenang untuk menilai pekerjaan profesional adalah rekan sesama profesi, dan bukan pihak luar yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka.
5. Hubungan dengan sesama profesi (professional community
4
affiliation), berarti menggunakan
ikatan profesi sebagai acuan, termasuk organisasi formal dan kelompok-kelompok kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional membangun kesadaran profesinya.
1.4.2 Konsep Materialitas
Menurut Arens, dkk (2008) FASB 2 mendefinisikan materialitas adalah besarnya penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang , dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengendalikan informasi tersebut mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut. Konsep materialitas dan risiko dalam auditing berkaitan erat dan tidak terpisahkan. Risiko adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas mengukur besarnya. Secara bersama-sama, keduanya mengukur ketidakpastian jumlah dengan besaran tertentu.
Peran konsep materialitas itu adalah untuk mempengaruhi kualitas dan kuantitas informasi akuntansi yang diperlukan oleh auditor dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan bukti. Konsep materialitas menyatakan bahwa tidak semua informasi keuangan diperlukan atau tidak semua informasi seharusnya dikomunikasikan. Dalam
laporan akuntansi, hanya informasi yang material yang seharusnya disajikan. Informasi yang tidak material sebaiknya diabaikan atau dihilangkan. Materialitas seharusnya tidak hanya dikaitkan dengan keputusan investor, baik yang hanya berdasarkan tipe informasi tertentu maupun metode informasi yang disajikan (Wahyudi dan mardiyan, 2006).
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2009), menyatakan bahwa “pertimbangan auditor mengenai materialitas merupakan pertimbangan professional dan dipengaruhi oleh persepsi auditor atas kebutuhan yang memiliki pengetahuan memadai dan yang akan meletakkan kepercayaan terhadap laporan keuangan”.
Pertimbangan materialitas diperlukan dalam menentukan jumlah bukti yang harus dikumpulkan atau kecukupan bukti, bagaimana bukti itu akan diperoleh dan kriteria yang digunakan untuk mengevalusi bukti tersebut. Kecukupan bukti audit digunakan sebagai dasar yang layak untuk menyatakan pendapat auditor atas laporan keuangan yang diaudit, seperti tersebut dalam standar pekerjaan lapangan ketiga (Yendrawati, 2008).
5 1.5 Pengembangan Hipotesis
1.5.1 Pengaruh Pengabdian Pada Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
Alvina dan Suryanawa (2011) penelitiannya dilakukan di Bali tentang analisis hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan dan Febrianti (2012) penelitiannya dilakukan di Palembang tentang pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas audit atas laporan keuangan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengadian pada profesi berhubungan signifikan dengan pertimbangan tingkat materialitas. Sedangkan penelitian Basri (2011) dan Christian (2012) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa pengabdian pada profesi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1: Pengabdian pada profesi seorang auditor eksternal berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. 1.5.2. Pengaruh Kewajiban Sosial Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006)
penelitiannya dilakukan Malang tentang pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemerikasaan laporan keuangan, Basri (2011) penelitiannya dilakukan Makassar tentang pengaruh dimensi profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan, dan Christian (2012) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kewajiban sosial secara signifikan tidak berhubungan dengan pertimbangan tingkat materialitas. Sedangkan penelitian Alvina dan Suryanawa (2011) tentang analisis hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan, Febrianti (2012) penelitiannya dilakukan di Palembang tentang pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas audit atas laporan keuangan , dan Hizkia (2012) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kewajiban sosial berhubungan signifikan dengan pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 : Kewajiban sosial seorang auditor ekternal perpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.
6 1.5.3 Pengaruh Kemandirian Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006) penelitiannya dilakukan di Malang tentang pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemerikasaan laporan keuangan , Alvina dan Suryanawa (2011) penelitiannya dilakukan di Bali tentang analisis hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan, Basri (2011) penelitiannya dilakukan di Makassar, dan Febrianti (2012) penelitiannya dilakukan di Palembang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kemandirian berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Sedangkan penelitian Yendrawati (2008), Christian (2012) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H3 : Kemandirian seorang auditor ekternal berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan
1.5.4. Pengaruh Keyakinan Pada profesi terhadap Pertimbangan ingkat Materialitas
Basri (2011) penelitiannya dilakukan di Makassar tentang pengaruh dimensi profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa keyakinan terhadap profesi tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Sedangkan dalam penelitian Christian (2012) penelitiannya dilakukan di Surabaya tentang peran profesionalisme auditor dalam mengukur tingkat materialitas pada pemeriksaan laporan keuangan, menunjukkan bahwa keyakinan pada profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Bila auditor memiliki tingkat kayakinan tehadap profesi yang tinggi maka akan mengakibatkan auditor memiliki ketepatan dalam pertimbangan yang materialitas yang tinggi pula. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H4 : Keyakinan terhadap Profesi seorang auditor ekternal berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan
7 1.5.4 Pengaruh Hubungan Dengan Sesama Profesi Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
Penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006) penelitiannya dilakukan di Malang tentang pengaruh profesionalisme auditor terhadap tingkat materialitas dalam pemerikasaan laporan keuangan , Yendrawati (2008) penelitiannya dilakukan di Yogyakarta tentang analisis hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan, Alvina dan Suryanawa (2011) penelitiannya dilakukan di Bali tentang analisis hubungan antara profesionalisme auditor dengan pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan, dan Febrianti (2012) penelitiannya dilakukan di Palembang tentang pengaruh profesionalisme auditor terhadap pertimbangan tingkat materialitas audit atas laporan keuangan hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hubungan dengan sesama profesi berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Sedangkan penelitian Christian (2012) penelitiannya dilakukan di Surabaya tentang peran profesionalisme auditor dalam mengukur tingkat materialitas pada pemeriksaan laporan keuangan dan Hizkia (2012) tentang pengaruh dimensi profesionalisme auditor
terhadap pertimbangan tingkat materilaitas dalam proses pengauditan laporan keuangan pada kantor akuntan publik berafiliasi hasil penelitiannya menunjukkan bahwa hubungan dengan sesama profesi tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pertimbangan tingkat materialitas. Berdasarkan hal tersebut, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H5 : Hubungan dengan sesama profesi seorang auditor ekternal berpengaruh terhadap pertimbangan tingkat materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan
2. METODOLOGI 2.1 Populasi dan Sampel
Didalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Pekanbaru dan Padang.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara purposive
sampling yaitu metode pengambilan
sampel yang didasarkan kepada karakteristik khusus yang terdapat pada populasi. Karakteristik khusus yang digunakan adalah:
1. Auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Pekanbaru dan Padang
2. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang masih berstatus aktif.
8 Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data primer yang diperoleh melalui kuesioner.
2.2Pengukuran Variabel 2.2.1 Pengabdian Pada Profesi
Pengabdian pada profesi dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator yang diperoleh dari kuesioner Basri (2011). Untuk mengukur pengabdian pada profesi yang terdiri dari 8 item pertanyaan maka digunakan skala likert 5 point dengan model pertanyaan tertutup. 2.2.2. Kewajiban sosial
Kewajiban sosial dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator yang diperoleh dari kuesioner Basri (2011). Untuk mengukur kewajiban sosial yang terdiri dari 5 item pertanyaan maka digunakan skala likert 5 point dengan model pertanyaan tertutup.
2.2.3. Kemandirian
Kemandirian dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator yang diperoleh dari kuesioner Basri (2011). Untuk mengukur kemandirian yang terdiri dari 3 item pertanyaan maka digunakan skala likert 5 point dengan model pertanyaan tertutup.
2.2.4. Keyakinan Terhadap Profesi Keyakinan terhadap profesi dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator yang diperoleh dari kuesioner Basri (2011). Untuk mengukur keyakina terhadap profesi yang terdiri dari 3 item
pertanyaan maka digunakan skala likert 5 point dengan model pertanyaan tertutup. 2.2.5. Hubungan Dengan Sesama Profesi
Hubungan dengan sesama profesi dalam penelitian ini diukur menggunakan indikator yang diperoleh dari kuesioner Basri (2011). Untuk mengukur hubungan dengan sesama profesi yang terdiri dari 5 item pertanyaan maka digunakan skala likert 5 point dengan model pertanyaan tertutup.
2.2.6. Pertimbangan Tingkat Materialitas
Pertimbangan tingkat materialitas diukur dengan menggunakan indikator yang diperoleh dari kuesioner Basri (2011) yang terdiri dari 18 item pertanyaan dengan menggunkan skala Likert 5 point dengan model pernyataan tertutup.
3. ANALISIS DATA
Untuk memperoleh data, 90 kuesioner disebarkan kepada auditor yang bekerja di Kantor akuntan Publik (KAP) Pekabaru dan Padang, 33 kuesioner yang tidak dikembalikan dan 57 kusioner dikembalikan. Berdasarkan proses pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel dibawah ini:
9 Tabel 1
Distribusi Kuesioner
Keterangan Jmlh Persentase
%
Kuesioner yang disebarkan Kuesioner yang tidak dikembalikan Kuesioner yang dikembalikan Kuesioner yang memenuhi syarat untuk dianalisa 90 33 57 57 100 % 36.67 % 63.33 % 63.33% Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel diatas, dapat kita ketahui bahwa 90 lembar kuesioner yang disebarkan menghasilkan tingkat pengembalian kuesioner sebanyak 57 lembar, berarti 33 lembar tidak kembali dalam penelitian ini disebabkan karena beberapa alasan, diantaranya responden memang tidak bersedia untuk mengisi karena alasan rahasia, sibuk, dan berbagai alasan lainnya sehingga ada beberapa kuesioner yang tidak dapat juga diambil atau diperoleh kembali walaupun sudah dijanjikan sebelumnya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa jumlah kuesioner yang dapat dianalisa sebanyak 57 lembar.
3.1 Uji Validitas
Untuk mengukur valid tidaknya kuesioner yang digunakan, maka dilakukan uji validitas dengan menggunakan Kaiser Meyer Olkin Measure Of Sampling Adequency (KMO –
MSA). Variabel pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan pada profesi dan hubungan dengan sesama profesi dinyatakan valid. Berdasarkan proses pengolahan data yang telah
dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2 Hasil Uji Validitas
Variabel KMO Factor Loading Ket Pengabdian Terhadap profesi (X1) 0.672 0,453 – 0,838 Valid Kewajiban sosial (X2) 0.557 0,401 – 0,920 Valid Kemandiriaan (X3) 0.626 0,682 - 0,832 Valid Keyakinan Terhadap Profesi (X4) 0.640 0,731 – 0,799 Valid Hubungan Dengan
Sesama Profesi (X5) 0.521 0,631 – 0,727 Valid Pertimbangan
Tingkat Materialitas ( Y)
0.558 0,428 – 0,858 Valid
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
3.2 Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan pengujian validitas tahapan pengujian instrumen data berikutnya adalah pengujian reliabilitas dengan menggunakan cronbach’s Alpha > 0,50. Variabel pengabdian pada profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan pada profesi dan hubungan dengan sesama profesi dinyatakan reliabel. Berdasarkan proses pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3
Hasil Uji Reliabilitas Variabel Cronbach’s
Alpha
Keterangan
Pengabdian Terhadap profesi (X1) 0,604 Reliabel Kewajiban sosial (X2) 0,619 Reliabel
Kemandiriaan (X3) 0,657 Reliabel
Keyakinan Terhadap Profesi (X4) 0,621 Reliabel Hubungan Dengan Sesama Profesi
(X5)
0,639 Reliabel
Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y)
0,818 Reliabel
10 3.3 Pengujian Hipotesis
Untuk membuktikan pengaruh Pengabdian Terhadap profesi (X1),
Kewajiban sosial (X2), Kemandirian (X3),
Keyakinan Terhadap Profesi (X4),
Hubungan Dengan Sesama Profesi (X5),
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y), maka dilakukan pengujian t-statistik. Berdasarkan proses analisis data yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil seperti yang terlihat dibawah ini:
Tabel 4 Hasil Uji t Model Unstandardize Coefficients Standa rdized Coeffi cients T Sig Ket B Std. Error Beta 1 (Constant) X1 X2 X3 X4 X5 34,323 -,944 ,526 ,316 2,035 1,140 6,270 ,203 ,298 ,314 ,420 ,389 -,526 ,202 ,098 ,537 ,313 5,474 -4,653 1 ,765 1,007 4 ,842 2,933 ,000 ,000 ,084 ,319 ,000 ,005 H1 diterima H2 ditolak H3 ditolak H4 diterima H5 diterima R2 ,573 F-Test 13,690 Sig= 0,000
a. Dependent Variable: Pertimbangan tingkat materialitas(Y) Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS
Dari tabel diatas terlihat bahwa variabel penelitian yang digunakan memiliki koefisien regresi yang dapat dibuat kedalam persamaan regresi linear berganda seperti yang terlihat dibawah ini: Y= 34,323 - 0,944 X1 + 0,526 X2 + 0,316 X3 + 2,035 X4 + 1,140 X5
Hipotesis pertama yaitu variabel Pengabdian Terhadap profesi (X1). Dengan
melihat signifikansi 0,000 sedangkan tingkat alpha yang digunakan adalah 5 % (0,05) dengan demikian, karena 0,000 <
0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis pertama (H1) diterima, artinya Pengabdian Terhadap profesi berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi Pengabdian Terhadap profesi maka akan semakin meningkat Pertimbangan Tingkat Meterialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Tetapi jika semakin rendah Pengabdian Terhadap profesi maka akan semakin rendah pula Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.
Hipotesis kedua yaitu Kewajiban sosial (X2) tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Dengan melihat signifikansi 0,084 sedangkan tingkat alpha yang digunakan adalah 5 % (0,05) dengan demikian, karena 0,080 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis kedua ditolak (H2) ditolak, artinya Kewajiban sosial tidak berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuanggan. Semakin tinggi Kewajiban sosial terhadap proses pengauditan laporan keuanggan maka akan semakin tinggi pula Pertimbangan Tingkat Materialitas tetapi jika semakin rendah Kewajiban sosial maka akan semakin rendah pula Pertimbangan Tingkat
11 Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuanggan.
Hipotesis ketiga yaitu Kemandirian (X3) tidak berpengaruh terhadap
Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Dengan melihat signifikansi 0,319 sedangkan tingkat alpha yang digunakan adalah 5 % (0,05) dengan demikian, karena 0,319 > 0,05 maka dapat di simpulkan bahwa Kemandirian tidak berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.
Hipotesis keempat yaitu Keyakinan Terhadap Profesi (X4)
terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. dengan melihat signifikan 0,000 sedangkan tingkat alpha yang digunakan adalah 5 % (0,05) dengan demikian , karena 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis keempat diterima, artinya Keyakinan Terhadap Profesi berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.
Hipotesis kelima yaitu Hubungan Dengan Sesama Profesi (X5) berpengaruh secara signifikan Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. dengan melihat signifikan 0,005 sedangkan tingkat alpha yang digunakan adalah 5 % (0,05) dengan demikian, karena 0,005 < 0,05 maka dapat
disimpulkan bahwa hipotesis kelima ( H5) diterima, artinya Hubungan Dengan Sesama Profesi berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.
Hasil analisis dengan menggunakan R2 berkisar dari 0-1, semakin mendekati 0 maka semakin lemah pengaruhnya, sedangkan apabila semakin mendekati 1 semakin kuat pengaruhnya. Diketahui Angka R2 didapat sebesar 0,573 angka ini memberikan arti bahwa hasil uji determinasi (R2) antara Pengabdian Terhadap profesi (X1), Kewajiban sosial
(X2), Kemandirian (X3), Keyakinan
Terhadap Profesi (X4), Hubungan Dengan
Sesama Profesi (X5), mampu
mempengaruhi Pertimbangan Tingkat Materialitas (Y) sebesar 0,573 (57,3%).
Hasil uji F (Uji Anova) digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh secara signifikan secara simultan terhadap variabel dependen. Nilai signifikan Pertimbangan Tingkat Materialitas 0,000 sedangkan tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 5 % ( 0,05). Dengan demikian variabel Pertimbangan Tingkat Materialitas 0,000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan untuk Pengabdian Terhadap profesi (X1), Kewajiban sosial (X2),
Kemandirian (X3), Keyakinan Terhadap
12 Profesi (X5), dan terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas (Y).
4. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan
Hipotesis pertama ditemukan bahwa Pengabdian Terhadap profesi berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alvina dan Suryanawa (2011)
Hipotesis kedua ditemukan bahwa Kewajiban sosial tidak berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Alvina dan Suryanawa (2011)
Hipotesis ketiga ditemukan bahwa Kemandiriaan tidak berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Alvina dan Suryanawa (2011)
Hipotesis keempat ditemukan bahwa Keyakinan Terhadap Profesi berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alvina dan Suryanawa (2011)
Hipotesis kelima ditemukan bahwa Hubungan Dengan Sesama Profesi berpengaruh terhadap Pertimbangan
Tingkat Materialitas. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alvina dan Suryanawa (2011)
4.2 Saran
Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis maka saran kepada penelitian selanjutnya untuk dapat menambahkan variabel lain yang kemungkinan berpengaruh terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas dalam proses pengauditan laporan keuangan.
Daftar Pustaka
Agoes, Sukrisno. 2012. Auditing. Edis Keempat. Salemba Empat. Jakarta. Alvina, Novita dan I Ketut Suryanawa.
2011. Analisis Hubungan Antara
Profesionalisme Auditor Dengan Pertimbnagan Tingkat Materialitas
Dalam Proses Pengauditan
Laporan Keuangan (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Bali). Universitas Udayana.
Arens A. Alvin, Marks Beasley, dan Randal Elder. 2008. Auditing and
Assurance Service. Edisi
Keduabelas. Erlangga. Jakarta. Basri, Hasan. 2011. Pengaruh Dimensi
Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
Dalam Proses Pengauditan
Laporan Keuangan. Skripsi S1,
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Christian, Yohannes. 2012. Peran
Profesionalisme Auditor Dalam Mengukur Tingkat Materialitas
13
Keuangan. Jurnal Ilmiah
Mahasiswa Akuntansi – Vol. 1, No. 3.
Febrianty.2012. Pengaruh profesionalisme
Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Audit Atas Laporan Keuangan.
Jurnal Ekonomi Dan Informasi Akuntansi (Jenius), Politeknik PalcomTech Palembang.
Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis
Multivariate Dengan Program IBM
SPSS 19’’, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro. Semarang.
Hizkia, Boyke Raja. 2012. Pengaruh
Dimensi Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas Dalam Proses Audit Laporan Keuangan Pada Kantor
Akuntan Publik Berafiliasi.
Universitas Bina Nusantara, Jakarta, Indonesia.
Mulyadi. 2011. Auditing. Edisi Keenam. Salemba Empat. Jakarta.
Sekaran, Uma. 2011. Metodologi
Penelitian Bisnis. Edisi Keempat.
Salemba Empat. Jakarta.
Sinaga, Marfin dan Jaka Isgiyarta. 2012. Analisis Pengaruh Profesionalisme Terhadap Tingkat
Materialitas Dalam Proses
Pengauditan Laporan Keuangan.
Diponegoro Journal Of Accounting. http://ejournal-s1 . undip.ac.id/index.php/accounting. Wahyudi, Hendro dan Aida Ainul
Mardiyah. 2006. Pengaruh Profesionalisme Auditor Terhadap Pertimbangan Tingkat Materialitas
Dalam Pemeriksaan Laporan
Keuangan. Simposium Nasional
Akuntansi 9 Padang, Agustus: 23-26.
Yendrawati, Reni. 2008. Analisis
Hubungan Antara Profesionalisme
Auditor Dengan Pertimbangan
Tingkat Materialitas Dalam Proses Pengauditan Laporan Keuangan.
Jurnal Penelitian & Pengabdian dppm.uii.ac.id.