• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hendra Winata Putra Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hendra Winata Putra Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

ANALISIS DAN PENERAPAN AKUNTANSI YANG TEPAT TERHADAP PENJUALAN ANGSURAN PADA CV “X” DI SURABAYA

Hendra Winata Putra

Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika hendrawinataputra@gmail.com

Hari Hananto, S.E., M.ak.

Akuntansi / Fakultas Bisnis dan Ekonomika harhananto@yahoo.com

Abstrak – Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana perlakuan dan penerapan akuntansi yang tepat atas penjualan angsuran. Objek penelitian yang diambil merupakan badan usaha yang kegiatan utamanya menyediakan dan menjual sepeda motor dengan sistem pembayaran beragam termasuk diantaranya adalah angsuran. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih terdapat kesalahan perlakuan akuntansi atas penjualan angsuran baik dalam hal format pelaporan akun dalam laporan keuangan, penghitungan nilai angsuran per bulan, pengakuan pendapatan, dan pencatatan transaksi. Badan usaha juga tidak memisahkan pelaporan antara penjualan tunai, kredit, dan angsuran, menyebabkan tingkat keakuratan informasi dalam laporan keuangan berkurang. Nilai angsuran per bulan tidak dihitung berdasarkan metode anuitas, menyebabkan badan usaha tidak dapat menunjukan nilai angsuran saat ini yang seharusnya diterima. Kemudian pengakuan pendapatan yang tidak tepat dapat mengindikasikan adanya pelanggaran terhadap prinsip matching. Dalam hal ini ditunjukkan oleh laba kotor yang diakui seluruhnya pada periode terjadinya penjualan angsuran, padahal jangka waktu pelunasan angsuran oleh konsumen umumnya terjadi lebih dari 1 periode akuntansi. Kesalahan juga terjadi pada saat pemilikan kembali sepeda motor, di mana tidak ada perlakuan akuntansi apapun oleh badan usaha. Hal-hal tersebut di atas pada akhirnya berdampak pada tingkat keakuratan dan kualitas informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Kata kunci: kesalahan perlakuan akuntansi, penjualan angsuran, format pelaporan akun, metode anuitas, prinsip matching, laba kotor, kualitas laporan keuangan.

Abstract - The purpose of this study is to explain how the treatment and application of appropriate accounting over installment sales. The object of research is a business entity whose main activity is to provide and sell motorcycles with a variety of payment systems including the installment. The results showed that there are errors in accounting for installment sales both in terms of reporting format accounts in the financial statements, calculating the value of installment per month, revenue

(2)

2

recognition, and recording transactions. Separate business entities are also not reporting the cash sales, credit, and installment, causing the accuracy of information in the financial statements is reduced. Value installment per month is not calculated based on the annuity method, leading enterprises are not able to show the value of the current installment that should be accepted. Then the improper revenue recognition may indicate a violation of the matching principle. In this case indicated by the gross profit recognized entirely in the period in installment sales, installment when the repayment period by consumers generally occurs more than one accounting period. Errors also occurred when the motorcycle repossession, where there is no accounting of any business entity. The things mentioned above in turn affects the level of accuracy and quality of information presented in the financial statements.

Keywords : accounting errors, installment sales, account reporting format, the annuity method, the matching principle, gross profit, the quality of financial reporting.

PENDAHULUAN

Untuk meningkatkan angka penjualan, setiap perusahaan sepeda motor berusaha untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan sepeda motor. Hal tersebut dapat ditunjukan dengan uang muka yang cukup terjangkau dengan angsuran pembayaran yang ringan. Uang muka yang sangat terjangkau ini tentu saja meringankan masyarakat dengan pendapatan rendah untuk dapat memiliki sepeda motor. Dengan hanya membayar uang muka sebesar Rp 500.000,- mereka sudah dapat membawa pulang satu unit sepeda motor. (Tristar Finance, 2012).

Namun di sisi lain kebijakan pemberian uang muka yang rendah dan sangat terjangkau dengan angsuran pembayaran yang ringan akan memberikan masalah tersendiri bagi perusahaan. Permasalahan utama perusahaan adalah bahwa perusahaan tidak dapat menjamin tingkat ketertagihan piutang di masa depan akibat kebijakan penjualan secara angsuran yang diterapkan. Seperti diketahui bahwa pelunasan angsuran sepeda motor dilakukan dalam jangka panjang, di mana pembeli melunasi angsuran tersebut dalam jangka waktu tertentu secara berkala sesuai ketentuan yang telah disepakati. Namun yang menjadi pertanyaan adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah apakah dapat secara konsisten melunasi biaya angssuran sepeda motor tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Drebin (1991) bahwa tingkat kemampuan untuk membayar dari pembeli di masa depan tentu akan dapat berubah. Jika melihat dari sisi masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah kebawah, maka peluang terjadinya penurunan kemampuan membayar angsuran yang berakibat tidak

(3)

3

tertagihan piutang menjadi lebih besar. Jika demikian tentu akan menjadi kerugian bagi perusahaan.

Dalam hal ini, perusahaan yang melakukan penjualan secara angsuran harus benar-benar memperhatikan kebijakan-kebijakan, tata cara pencatatan, dan prinsip-prinsip akuntansi atas suatu transaksi penjualan terutama dalam hal pengakuan pendapatan penjualan angsuran. Kebijakan yang tepat ketika memutuskan untuk menjual barang dagangannya secara angsuran diharapkan dapat mengurangi risiko kerugian yang besar akibat kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Sedangkan dalam pengakuan pendapatannya, perusahaan harus memperhatikan apakah laba kotor atas penjualan angsuran tersebut telah dapat diakui pada suatu periode atau masih harus ditangguhkan sampai beberapa periode ke depan mengingat angsuran belum seluruhnya diterima pada suatu periode dan adanya faktor ketidakpastian tingkat ketertagihan piutang penjualan angsuran di masa depan. Selain itu, prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku juga harus tetap dipegang oleh perusahaan. Kesalahan dalam perlakuan akuntansi akan berdampak langsung pada kualitas informasi dalam laporan keuangan, sehingga kualitas pengambilan keputusan oleh pengguna laporan keuanganpun akan berpengaruh.

METODE PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan penulis merupakan penelitian explanatory research dengan pendekatan alternative (kualitatif) dengan objek penelitian yang diambil adalah dealer sepeda motor di Surabaya.

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah wawancara, analisis dokumen, dan kombinasi dari keduanya. Wawancara yang dilakukan menggungakan metode semi-structured interview dengan persero pengurus, finance and accounting manager, dan staf akuntansi dari badan usaha yang diteliti. Penulis menyiapkan waktu wawancara selama 11 jam. Selain itu, penulis juga berusaha mengumpulkan data melalui analisis dokumen yang didapat dari dokumen-dokumen perusahaan, jurnal transaksi, laporan keuangan, buku-buku literatur, dan jurnal penelitian yang terkait dengan fenomena yang akan diangkat oleh penulis.

(4)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Saat Terjadinya Penjualan Angsuran a. Perlakuan Akuntansi CV “X”

Pada saat terjadinya penjualan angsuran tanggal 5 Juni 2012 kepada Tuan A, CV “X” mencatat penerimaan kas sebagai uang muka yang telah dibayar oleh Tuan A, kemudian mengakui adanya penjualan secara penuh dan potongan penjualan, serta akun-akun lain yang terkait dengan penjualan angsuran seperti piutang usaha-Tuan A, hutang PPN, dan hutang BBN.

Tidak tepat jika CV “X” mengakui penjualan angsuran tersebut sebagai penjualan penuh. Dalam hal ini CV “X” telah mengklaim seluruh nilai penjualan angsuran tersebut sebagai pendapatan, meskipun sebenarnya seluruh nilai penjualan angsuran tersebut baru benar-benar diterima setelah konsumen menyelesaikan kewajiban membayar angsuran selama dua belas bulan. Perlu diingat juga bahwa dalam kontrak penjualan angsuran dengan konsumen menunjukan bahwa meskipun sepeda motor telah dikirim ke konsumen namun sepeda motor tersebut masih belum sepenuhnya menjadi hak konsumen. Sepeda motor tersebut akan sepenuhnya menjadi hak konsumen jika seluruh angsuran telah dibayar lunas. Apabila konsumen dianggap gagal melaksanakan tanggung jawabnya untuk membayar angsuran maka CV “X” berhak untuk melakukan pemilikan kembali atas barang tersebut. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya pemilikan kembali atas barang tersebut maka risiko terjadinya kerugian bagi CV “X” sangat tinggi akibat adanya penurunan nilai dari sepeda motor tersebut di kemudian hari.

b. Perlakuan Akuntansi yang Tepat

Sebagai perbaikan, metode yang dapat digunakan CV “X” dalam mencatat penjualan angsuran adalah dengan metode penjualan angsuran. Nilai stransaksi penjualan dicatat dan diakui sebagai penjualan angsuran bukan sebagai penjualan penuh seperti pencatatan yang dilakukan oleh CV “X”.

2. Saat Penerimaan Angsuran a. Perlakuan Akuntansi CV “X”

Pada saat penerimaan angsuran yang jatuh tempo, CV “X” mencatat penerimaan kas dan menghapus piutang usaha Tuan A. Kas yang diterima terdiri dari pokok angsuran per bulan (termasuk penerimaan PPN dan BBN yang juga diangsur

(5)

5

selama dua belas bulan) beserta bunganya. Dalam perhitungan nilai pokok angsuran per bulan dan pendapatan bunga per bulan, CV “X” masih belum melakukan perhitungan secara anuitas. CV “X” hanya menghitung nilai angsuran per bulan dengan membagi jumlah piutang usaha Tuan A dengan jumlah bulan angsurannya dan menghitung bunga per bulannya berdasarkan nilai angsuran per bulan setelah dikurangi PPN dan BBN. Akibat dari penghitungan nilai angsuran per bulan seperti ini maka CV “X” tidak dapat menunjukan nilai piutang sesungguhnya yang harus diterima saat ini akibat adanya perbedaan nilai uang di masa depan dan saat ini, sehingga di periode tersebut cv “X” juga tidak dapat menunjukan adanya potensi nilai kerugian yang sesungguhnya jika terjadi kegagalan konsumen dalam membayar angsurannya.

b. Perlakuan Akuntansi yang Tepat

Menurut metode penjualan angsuran yang tepat, ketika badan usaha menarik bunga atas penerimaan angsuran, dan mengharapkan penerimaan angsuran yang sama tiap bulannya maka dalam penghitungan penerimaan angsuran per bulannya badan usaha harus menggunakan metode penghitungan anuitas (present value of an ordinary annuity). Dalam metode ini bunga dihitung berdasarkan sisa saldo piutang penjualan angsuran. penghitungan dengan metode bunga anuitas ini menyebabkan pendapatan bunga akan mengalami penurunan tiap bulannya dan jumlah pokok piutang yang diterima akan bertambah tiap bulannya. Metode ini menuntut perhitungan bunga secara fair di mana bunga dihitung berdasarkan saldo piutang penjualan yang belum dibayar.

3. Akhir Periode Akuntansi a. Perlakuan Akuntansi CV “X”

Pengakuan pendapatan secara penuh pada saat terjadinya penjualan angsuran juga diikuti dengan pengakuan laba kotor secara penuh pula pada periode penjualan angsuran tersebut. Pada akhir periode akuntansi, CV “X” tidak melakukan penundaan pengakuan laba kotor atas penjualan angsuran. Laba kotor langsung diakui secara penuh pada periode penjualan angsuran meskipun proses penagihan angsuran ke konsumen belum selesai dan masih akan dilakukan penagihan angsuran pada periode berikutnya. Perlakuan akuntansi seperti demikian tentu tidak sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK-ETAP menegenai pengakuan pendapatan.

(6)

6

Perlu diingat bahwa berdasarkan PSAK-ETAP mengenai pengakuan pendapatan terhadap penjualan barang, pendapatan diakui jika badan usaha telah memindahkan risiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada konsumen dan kemungkinan besar manfaat ekonomi yang terkait transaksi tersebut akan mengalir kepada badan usaha tersebut, sedangkan pada kasus ini CV “X” yang melakukan penjualan angsuran tidak dapat menjamin secara akurat tingkat ketertagihan piutangnya di masa depan atau di periode akuntansi berikutnya akibat adanya kemungkinan perubahan tingkat kemampuan konsumen dalam membayar angsuran. Apalagi terhadap konsumen dengan tingkat ekonomi menengah ke bawah yang telah melakukan pembelian secara angsuran karena adanya uang muka dan bunga angsuran yang ringan, kemungkinan adanya gagal bayar angsuran di masa depan akan lebih besar.

Selain itu, berdasarkan PSAK-ETAP pendapatan diakui jika badan usaha tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual. Namun pada kasus ini, CV “X” mengakui transaksi penjualan angsuran pada suatu periode sebagai pendapat secara penuh, padahal berdasarkan kontrak penjualan angsuran menyatakan bahwa sepeda motor yang telah dibeli konsumen secara angsuran belum sepenuhnya menjadi hak konsumen tersebut sebelum seluruh angsuran telah benar-benar diterima oleh CV “X”. Dengan kata lain, CV “X” masih memiliki penguasaan terhadap sepeda motor tersebut selama angsuran belum dilunasi.

b. Perlakuan Akuntansi yang Tepat

Sebagai rekomendasi, agar pengakuan pendapatan atas suatu transaksi penjualan angsuran sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK-ETAP, maka setelah melakukan penjurnalan terhadap penjualan angsuran dan penerimaan angsuran tiap bulannya, di akhir periode akuntansi, badan usaha akan mengakui adanya laba kotor yang masih ditangguhkan dan laba kotor yang telah terealisasi. Badan usaha akan melakukan pencatatan dengan menutup akun penjualan angsuran dan beban pokok penjualan angsuran, kemudian mengakui laba kotor yang belum terealisasi atau laba kotor yang ditangguhkan. Setelah menutup akun penjualan angsuran dan mengakui adanya laba kotor yang ditangguhkan, selanjutnya badan usaha melakukan pencatatan laba kotor yang terealisasi selama periode tersebut dan

(7)

7

menghapus laba kotor yang ditangguhkan sebesar laba kotor yang terealisasi. Dengan demikian terdapat sisa laba kotor yang ditangguhkan di akhir periode tersebut. Laba kotor yang ditangguhkan ini baru akan diakui atau terealisasi di periode berikutnya. 4. Saat Pemilikan Kembali ketika Konsumen Gagal Bayar

a. Perlakuan Akuntansi Menurut CV “X”

Pada saat pemilikan kembali, CV “X” tidak melakukan penilaian kembali atas sepeda motor yang telah ditarik dan tidak melakukan pencatatan akuntansi apapun. CV “X” hanya membuat berita acara penarikan kembali barang dagangan. Saldo akhir piutang usaha dari konsumen yang gagal bayar tidak dihapus dan tidak mengakui adanya kerugian. Pencatatan baru dilakukan ketika sepeda motor yang telah ditarik berhasil dijual. Hasil penjualan barang tarikan tersebut diakui sebagai pengurang atau pelunasan dari piutang konsumen yang gagal bayar. Tidak dihapusnya akun piutang usaha konsumen yang gagal bayar di periode akuntansi yang bersangkutan menyebabkan nilai piutang usaha pada neraca terlalu besar (lebih saji). Jika sepeda motor tarikan sampai akhir periode belum terjual dan ketika terjadinya pemilikan kembali belum dilakukan pencatatan, serta belum dinilai kembali berdasarkan nilai wajarnya maka dapat menyebabkan tidak akuratnya (kurang saji) nilai aset CV “X” dalam neraca. Selain itu, kerugian akibat pemilikan kembali tidak dapat ditunjukan dalam laporan laba rugi CV “X”.

b. Perlakuan Akuntansi yang Tepat

Menurut metode penjualan angsuran mengenai pemilikan kembali, sepeda motor yang telah ditarik tersebut kemudian akan dinilai sebesar nilai wajar. Setelah menentukan nilai wajar sepeda motor, badan usaha melakukan penghitungan saldo piutang penjualan angsuran konsumen yang tersisa dan laba kotor yang masih ditangguhkan. Penjurnalan pada saat pemilikan kembali ini akan menghapus akun piutang penjualan angsuran konsumen tersebut sebesar saldo yang tersisa dan laba kotor yang masih ditangguhkan. Badan usaha juga mencatat pemilikan kembali sepeda motor dan mengakui adanya kerugian akibat pemilikan kembali.

5. Laporan Keuangan untuk Transaksi Penjualan Angsuran

Perlakuan akuntansi atas penjualan angsuran di CV “X” tersebut akhirnya berdampak pada penyajian laporan keuangan terutama laporan laba rugi dan neraca. Pada laporan laba rugi, dampak penyimpangan dari prinsip matching dan diakuinya

(8)

8

laba kotor atas penjualan angsuran sepeda motor secara penuh pada periode penjualan adalah tidak akuratnya nilai laba (rugi) yang dilaporkan oleh CV “X” karena nilai laba (rugi) bersih yang tertera terlalu besar (lebih saji). Sedangkan pada neraca, dampak dari perlakuan akuntansi yang tidak tepat atas penjualan angsuran di CV “X” adalah terlalu besarnya (lebih saji) nilai aset dari akun piutang usaha dan laba (rugi) ditahan. Nilai piutang usaha yang terlalu besar ini diakibatkan karena tidak dihapusnya akun piutang usaha konsumen yang gagal bayar di periode akuntansi yang bersangkutan. Nilai piutang usaha konsumen yang gagal bayar tetap dimunculkan atau ditahan sampai CV “X” mampu menjual sepeda motor yang telah ditarik dari tangan konsumen yang gagal bayar tersebut. Akibat dari ketidakakuratan laporan keuangan ini tentu berdampak juga pada tingkat keakuratan keputusan-keputusan yang akan diambil oleh para pengguna laporan keuangan sebagai pengambil keputusan keuangan.

KONKLUSI 1. Temuan

a. Pada laporan laba rugi, seluruh penjualan dilaporkan dalam satu akun, yaitu penjualan. Tidak ada pemisahan pelaporan antara penjualan tunai, kredit dan angsuran. Demikian juga pada neraca, tidak ada pemisahan piutang atas penjualan tiap jenis penjualan tersebut.

b. Penghitungan nilai pokok angsuran dan pendapatan bunga per bulan belum dilakukan berdasarkan metode penghitungan anuitas (present value of an ordinary annuity).

c. Seluruh laba kotor atas penjualan angsuran diakui pada periode saat terjadinya penjualan angsuran meskipun proses penagihan angsuran ke konsumen masih berlangsung sampai periode berikutnya.

d. Pada saat pemilikan kembali, CV “X” tidak melakukan penilaian kembali atas sepeda motor tarikan dan tidak melakukan pencatatan akuntansi apapun. CV “X” hanya membuat berita acara pemilikan kembali.

2. Implikasi

a. Tingkat keakuratan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan akan berkurang karena tidak terincinya tiap jenis penjualan dan timbulnya piutang atas

(9)

9

tiap penjualan tersebut. Pengguna laporan keuangan tidak dapat menilai dan membandingkan nilai penjualan dan piutang yang berasal dari penjualan tunai, angsuran, maupun kredit.

b. Akibat tidak menggunakan metode anuitas dalam menghitung nilai angsuran dan bunga per bulan maka CV “X” tidak dapat mengukur secara akurat nilai angsuran saat ini yang seharusnya diterima, mengingat adanya perbedaan nilai uang saat ini dibandingkan nilai uang di masa mendatang. Akibatnya CV “X” tidak mampu menunjukan adanya potensi kerugian yang sesungguhnya apabila terjadi gagal bayar angsuran pada periode tersebut.

c. Laba kotor yang diakui seluruhnya pada saat periode terjadinya penjualan angsuran mengimplikasikan adanya pelanggaran terhadap prinsip matching. CV “X” telah mengklaim seluruh nilai penjualan angsuran sebagai pendapatan, padahal angsuran belum seluruhnya diterima pada periode tersebut dan CV “X” juga tidak dapat menjamin secara akurat bahwa angsuran tersebut pasti akan diterima seluruhnya di periode mendatang. Perlu diperhatikan juga bahwa dalam kontrak penjualan angsuran telah dijelaskan bahwa sebelum seluruh angsuran diterima, sepeda motor tersebut masih belum menjadi hak milik sepenuhnya konsumen. Dampaknya pada laporan laba rugi adalah nilai laba (rugi) yang tertera tidak menunjukan angka yang sebenarnya, karena juga mengikutsertakan laba yang belum boleh diakui pada periode tersebut. Nilai laba (rugi) yang dilaporkan terlalu besar (lebih saji). Akibat Nilai laba (rugi) yang terlalu besar maka nilai laba (rugi) ditahan pada neraca juga terlalu besar (lebih saji).

d. Tidak dihapusnya akun piutang usaha konsumen yang gagal bayar di periode akuntansi yang bersangkutan menyebabkan nilai piutang usaha pada neraca terlalu besar (lebih saji). Jika sepeda motor tarikan sampai akhir periode belum terjual dan ketika terjadinya pemilikan kembali belum dilakukan pencatatan, serta belum dinilai kembali berdasarkan nilai wajarnya maka dapat menyebabkan tidak akuratnya (kurang saji) nilai aset CV “X” dalam neraca. Selain itu, kerugian akibat pemilikan kembali tidak dapat ditunjukan dalam laporan laba rugi CV “X”. 3. Rekomendasi

a. Pada laporan laba rugi dan neraca, akun penjualan dan piutang dilaporkan secara rinci berdasarkan jenis penjualannya yaitu tunai, kredit, dan angsuran, sehingga

(10)

10

informasi yang disajikan lebih akurat dan penggunanya dapat menilai serta membandingkan nilai penjualan dan piutang berdasarkan jenis penjualan tersebut. b. Dalam menghitung besarnya nilai angsuran per bulan, CV “X” menggunakan

metode penghitungan anuitas (present value of an ordinary annuity). Pendapatan bunga dihitung berdasarkan saldo pokok angsuran di setiap bulan penerimaan angsuran. Selisih dari nilai angsuran per bulan dan pendapatan bunga per bulan merupakan pokok piutang penjualan angsuran yang telah diterima dari konsumen. Penggunaan metode penghitungan anuitas ini dapat menunjukan nilai angsuran saat ini yang seharusnya diterima.

c. Laba kotor dari penjualan angsuran diakui di akhir periode berdasarkan jumlah angsuran yang telah diterima selama 1 periode akuntansi. Badan usaha akan menangguhkan laba kotor yang berasal dari angsuran yang belum diterima. Laba kotor yang ditangguhkan tersebut akan di bawa ke periode akuntansi berikutnya sampai seluruh angsuran telah diterima. Dengan demikian badan usaha dapat menunjukan nilai laba kotor yang benar-benar terealisasi pada suatu periode akuntansi. Namun, untuk penghitungan pajak penghasilan (PPh) badan tetap berdasarkan laporan laba rugi fiskal di mana perusahaan tetap harus mengakui PPh badan dari seluruh laba hasil transaksi penjualan angsuran pada periode tersebut tanpa melakukan penundaan seperti yang ditunjukan pada laporan laba rugi komersil.

d. Pada saat penarikan sepeda motor akibat konsumen gagal bayar, maka sepeda motor tarikan tersebut dinilai berdasarkan nilai wajarnya, dan dicatat sebagai aset pemilikan kembali. Kemudian, sisa piutang penjualan angsuran konsumen yang gagal bayar dihapus. Selisih dari nilai pemilikan kembali dan sisa piutang penjualan angsuran yang dihapus diakui sebagai kerugian akibat pemilikan kembali. Perlakuan akuntansi ini dimaksudkan agar badan usaha dapat menunjukan nilai aset yang sebenarnya dan kerugian yang timbul dari adanya pemilikan kembali tersebut.

(11)

11 DAFTAR PUSTAKA

Dapurpacu.com. Peraih Otomotif Award 2012. http://www.dapurpacu .com/ peraih-otomotif-award-2012/. Diakses Pada 27 Mei 2013, Pukul 11.32 WIB.

Detikfinance. 2013. Pengangguran di Indonesia Berkurang 440.000 Orang, Turun 5,7%.http://finance.detik.com/read/2013/05/06/123747/2238907/4/penganggur an-di-indonesia-berkurang-440000-orang-turun-57.Diakses Pada 26 Mei 2013, Pukul 19.23 WIB.

Drebin, A. R. 1991. Advanced Accounting (Akuntansi Keuangan Lanjutan) Edisi 5. Jakarta: Erlangga.

Haried, A. A., L. F. Imdieke, R. L. Smith. 1994. Advance Accounting Sixth Edition. Canada: John Wiley & Sons, Inc.

Harnanto, H. Y. 1981. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Yogyakarta: BPFE-UGM. Kieso, D. E., J. J. Weygandt, T. D. Warfield. 2010. Intermediate Accounting Thirteent

Edition (International Student Version). John Wiley & Sons.

Knapp, Duanne E. 2001. The Brand Mindset. New York: McGraw-Hill; 1 edition. Kompas.com. 2013. Ini Sebab Ekonomi Indonesia Melambat di Kuartal II.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/08/04/1226490/Ini.Sebab.Ekono mi.Indonesia.Melambat.di.Kuartal.II. Diakses Pada 12 September 2013, Pukul 10.36 WIB.

Kompas.com. 2012. Honda Sepeda Motor Kian Kukuh Di Atas. http://otomotif.kompas.com/read/2013/03/06/6979/Honda.Sepeda.Motor.Kian. Kukuh.Di.atas. Diakses Pada 27 Mei 2012, Pukul 11.29 WIB.

Kompas.com. 2012. Honda Sepeda Motor Kian Kukuh Di Atas. http://otomotif.kompas.com/read/2013/03/06/6979/Honda.Sepeda.Motor.Kian. Kukuh.Di.atas. Diakses Pada 27 Mei 2012, Pukul 11.29 WIB.

Munandar, M. 1996. Pokok Pokok Intermediate Accounting Edisi 5. Yogyakarta: Liberty.

Niswonger, C., C. S. Warren, and P. E. Fees. 1992. Prinsip-Prinsip Akuntansi (Terjemahan), Alih Bahasa: Alfonsus Sirait, jilid I, Edisi 16. Jakarta: Erlangga. Octtenz’s Blog. 2013. Trend Penjualan Sepeda Motor di Indonesia. http://

octtenz.wordpress.com/2013/03/04/trend-penjualan-sepeda-motor-di-indonesia/. Diakses Pada 26 Mei 2013, Pukul 20.13 WIB.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 23 Tahun 2009 (Revisi): Pendapatan.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 24 Tahun 2009 (Revisi): Persediaan.

(12)

12

Porwal. L. S. 2008. Accounting Theory An Introduction. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited.

Ratnaningsih, Dewi. 1993. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Yogyakarta: Universitas Atmajaya.

Reeve, J. M., C. S. Warren, J. E. Duchac, N. Suhardianto, D. S. Kalanjati, A. A. Jusuf, C. D. Djakman. 2012. Principles of Accounting-Indonesia Adaptation 2ndEdition-Volume 1. Singapore: Cengange Learning Asia Pte Ltd.

Tristar Finance. 2012. Wuih.. Mudahnya Dapat Kredit Motor. http://www. tristarfinance.co.id/berita-146-wuih-mudahnya-dapat-kredit-motor.html. Diakses Pada 26 Mei 2013, Pukul 20.33 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

i) Peraturan Gubernur Aceh Nomor 60 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan Penyelesaian Sengketa/Perselisihan Adat dan Istiadat.. Saat ini, dengan berlakunya Undang-Undang Nomor

Sedangkan pada fungsi pemrosesan, proses pengolahan keripik singkong mulai dari bahan baku hingga menjadi produk keripik dilakukan dengan mekanisme yang tidak

responden adalah Petugas Penyuluh Lapang (PPL) maka diketahui upaya-upaya yang telah dilakukan Pemerintah memitigasi faktor-faktor teknis dan non-teknis yang

Hasil: ada hubungan yang kuat antara pengetahuan perawat tentang pasien safety dan perilaku 2013 Meneliti tentang sistem kerja perawat termasuk perilaku perawat dalam

Berdasarkan bentuk dan fungsi Kursi Betawi tersebut dapat disaksikan bahwa ergonomi yang ada pada Kursi Betawi sa- ngat mewakili perilaku dari masyarakat Be- tawi, ini tercermin

penyelesaian agar Megawati tidak terlalu ikut andil dalam kinerja pemerintahan Jokowi dan Jokowi harus tegas dalam bersikap. Kompas dalam ketiga berita yang

Pada Struktur bagian dept logistic press & body terdapat empat bagian yaitu, Sheet Material Warehouse, Press Part Warehouse, Body Part Warehouse, Production Planning

tidak. Hal ini mungkin saja disebabkan berbagai faktor yang tidak terkendali oleh peneliti. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa ada interaksi antara model