• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN VARIETAS PADI KARAKTERISTIK KHUSUS DI LAHAN SAWAH IRIGASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN VARIETAS PADI KARAKTERISTIK KHUSUS DI LAHAN SAWAH IRIGASI"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN VARIETAS PADI KARAKTERISTIK KHUSUS

DI LAHAN SAWAH IRIGASI

Ikhwani

1

, Putu Wardhana

1

, Bhakti Priatmodjo

1

dan Endang Y.Purwani

2

1Puslitbang Tanaman Pangan, Jl. Merdeka 147 Bogor 16111 2Balai Besar Pasca Panen, jl. Tentara Pelajar 3 A Bogor 16111

(2)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

:

Beras merupakan komoditi strategis sebagai bahan

pangan bagi masyarakat Indonesia sehingga kegiatan

produksi, penyediaan, pengadaan dan distribusi beras

menjadi sangat penting untuk ketahanan pangan,

peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Selain untuk kepentingan konsumen dan menciptakan

stabilitas ekonomi nasional, sebagai pangan

fungsional yang memiliki nilai tambah tertentu

(harga, gizi aroma, dsbnya), mengandung satu atau

lebih komponen pembentuk yang mempunyai fungsi

fisiologis tertentu dan bermanfaat bagi kesehatan.

(3)

Adanya kebutuhan beras khusus yang terkait dengan

kesehatan/dietary, konsumsi khusus atau segmen

tertentu, kebutuhan bahan baku/penolong untuk

industri dan restoran asing, belum sepenuhnya dapat

dipenuhi dari sumber dalam negeri sehingga

pengadaan beras dan benihnya di impor dari luar

negeri .

Mempertimbangkan

kebijakan

Pemerintah

yang

melarang impor beras khusus dan prioritas utama

upaya produksi dalam negeri dan pengembangan beras

substitusi untuk menutup impor .

(4)

Beras untuk

Kesehatan/ Dietary dan Konsumsi Khusus/ Segmen Tertentu

Beras Medium dengan Kepecahan paling Tinggi 25 %

1. Beras Japonica 2. Beras Basmati

3. Beras Thai Hom Mali 4. Beras Kukus

5. Beras Ketan Utuh

Beras dengan Kepecahan paling Tinggi 25 % Perum BULOG (Penugasan Pemerintah) Perusahaan Pemilik API -U Lembaga/ organisasi Sosial/Badan Pemerintah Tanpa Rekomendasi Rekomendasi

Jenis Beras

Peruntukan

Jenis Beras yang diimpor berdasarkan Permentan Rekomendasi Ekspor dan Impor

Beras (Draft Revisi Permentan 51 Tahun 2014)

(5)

KONDISI SAAT INI

 Saat ini petani kita di Indonesia sudah bisa menanam dan memanen beras japonica, tetapi pertanaman dilakukan tanpa prosedur impor benih dan pelepasan varietas. Jumlah produksi yang terdata setiap bulan sekitar 130 ton beras japonica dengan produktivitas 5 sampai 6 ton per hektar. Beras ini dibutuhkan oleh restoran jepang dan ekspatriat jepang yang ada di Indonesia. Jumlah kebutuhan beras japonica sekitar 1.000 – 2.000 ton per tahun (Data importasi 2012 dan 2013).

 Beras basmati sampai saat ini belum dikembangkan oleh petani di Indonesia, beras ini merupakan beras yang ditanam di India dan Pakistan, digunakan oleh restoran-restoran timur tengah. Pada tahun 2014 terjadi penurunan volume impor, sebagai akibat dari adanya kasus impor beras wangi, sehingga terjadi pengetatan aturan importasi beras khusus. Jumlah kebutuhan beras basmati sekitar 1.000 – 1.500 ton per tahun (Data importasi 2012 dan 2013)

 Harga beras ketan utuh di dalam negeri rendah, di duga banyaknya beras ketan illegal masuk ke Indonesia (intelejen bea cukai). Jumlah kekurangan beras ketan utuh sekitar 120.000 ton per tahun (analisa Petugas BPS pada rapat pokja perberasan)

(6)

Diharapkan pengembangan

beras khusus ini dapat menutupi

kecukupan produksi pasar dalam

negeri dengan :

• memanfaatkan peluang pasar

indonesia (menekan impor )

• memberikan pilihan usaha

kepada petani untuk

mendapatkan nilai tambah

(beras khusus yang memiliki

harga lebih baik)

(7)

Kendala yang dihadapi :

Keengganan petani untuk menanam

dengan alasan yang bervariasi antar

daerah

tergantung

dari

iklim,

(8)

Tujuan Kegiatan :

untuk mendapatkan data dan informasi dari

varietas– varietas padi berkarakteristik

khusus sbb :

• Teknologi budi daya dan produktivitas

serta upaya pengembangan di lahan

sawah irigasi

• Kelayakan usahatani, dan

• analisis mutu beras.

(9)

Lokasi kegiatan penelitian :

Desa Karang Wangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten

(10)

Kegiatan Penelitian :

1. Demplot/keragaan tanaman di lahan petani seluas :

+ 3 ha, cara tanam jajar Legowo 4:1 dan 7 (tujuh)

varietas khusus.

2.Kegiatan sumper impose + 3000 m

2 ,

dengan menggunakan Rancangan Petak petak

terpisah (split split plot), dengan 3 (tiga) ulangan

(11)

terdiri dari :

Petak Utama Pupuk (P) ;

P1 - Anjuran setempat (Urea = 100 kg/ha, Phonska= 300 kg/ha; Pupuk

petrokimia = 500 kg/ha, Pemberian 1x pada saat tanaman berumur

14 hst,

P2- PHSL (7 hst 250 kg Phonska), (21 hst 125 kg Urea),

42 hst ( 125 kg Urea).

Anak Petak yaitu cara tanam (T);

T1 – Legowo 2:1 (27.5 cm---54cm) x 13.5 cm,

T2 – legowo 4:1 penuh (27.5 cm – 54 cm) x 13,5 cm dan

Anak-anak petak (V),

yiatu 6 ( enam) varietas special ;

V1, Cisokan, V2 – Inpari 21, V3 –Inpara 4, V4- Basmati, V5- Lusi dan

V6 – Tayken.

(12)

Deskripsi varietas khusus yang digunakan pada kegiatan penelitian :

No.

Varietas

Golongan

Karakteristik

1.

Cisokan

Beras pera

Indeks Glikemik 34 dan termasuk rendah dengan kadar amilosa 27%. Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan rentan wereng coklat biotipe 3. Agak tahan penyakit hawar daun bakteri. Anjuran tanam pada tanah sawah di dataran rendah sampai ketinggian sampai 500 m dpl.

2.

Lusi

ketan

kadar amilosa rendah kurang dari 6% dan merupakan beras ketan putih. Varietas ini merupakan hasil persilangan IR 38 dan Pelita 1-1 serta IR4744 dan termasuk golongan Cere (Indica). Bentuk gabah sedang dengan warna gabah kuning bersih. Potensi hasil varietas antara 4,0 hingga 6,0 t/ha GKG Untuk pembuatan tepung ketan dan sebagai bahan utama untuk pembuatan makanan seperti kue-kue basah, rengginang, dodol, kue moci dll.

3.

Grendel

Ketan

kadar amilosa sangat rendah dan memiliki tekstur nasi yang sangat lengket. Berdasarkan komposisi pati dalam ketan, disamping memiliki kadar amilosa yang sangat rendah, ketan memiliki kadar amilopektin yang tinggi. Lebih lanjut, kadar amilopektin yang tinggi inilah yang bertanggung jawab terhadap tekstur lengket ketan

4.

Inpara 4

Beras pera

varietas introduksi dari IRRI dari golongan Cere (Indica). Umur tanaman +135 hari dengan tekstur nasi pera dan mempunyai kadar amilosa 29%. Mempunyai Indeks Glikemik 50,9 dengan rata-rata hasil 4,7 t/ha dan potensi hasil 7,6 t/ha.

(13)

No. Varietas

kategori

Karakteristik

4.

Tayken

Japonica

(beras

Jepang)

kadar amilosa yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nasi yang ada di Indonesia pada umumnya sehingga nasi jepang lebih lengket dan cocok untuk dipakai membuat shushi dan gampang untuk diambil dengan chopstick (sumpit). Kandungan amilosa yang rendah pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung lebih transparan dan lengket. Untuk sushi

mengandung kadar amilosa sekitar 12-15% sehingga nasinya lebih lengket

5.

Inpari 17

Beras pera

kadar amilosa 26%. Bentuk gabah ramping dan warna gabah kuning. Rata-rata hasil 6,2 t/ha GKG dengan potensi hasil 7,9 t/ha GKG. Anjuran tanam di lahan sawah tadah hujan dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan di daerah spesial tungro.

7.

Inpari 21

Beras pera

kadar amilosa 26%. Bentuk gabah sedang agak bulat dan warna gabah kuning bersih. Rata-rata hasil 6,4 t/ha GKG dengan potensi hasil 8,2 t/ha GKG. Varietas ini rentan tungro dan dianjurkan

tanam pada lahan sawah dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan di daerah endemik tungro.

(14)

3. Studi kelayakan sosial ekonomi beras

khusus

.

4.

Uji mutu beras

(15)

Pengumpulan data dan informasi meliputi :

a)

Karakterisasi kondisi lingkungan

(kesuburan dan fisik tanah, OPT, data curah hujan serta

Permasalahan teknis produksi lainnya);

b). Study kelayakan social ekonomi, study hasil

dan produksi padi VUB secara umum;

(c) Teknologi budidaya petani setempat dan lainnya di kabupaten Cianjur.

Uji Kelayakan.

Analisis imbalan penerimaan atas biaya R/C ratio, analisis pendapatan atas biaya B/C ratio, titik impas produktivitas (TIP), titik impas harga (TIH). Biaya analisis TIP dan TIH digunakan untk mentoleransi penurunan produktivitas atau harga produk sampai batas tertentu di mana usaha yang dilakukan masih memberikan keuntungan. TIP dan TIP dihitung berdasarkan rumus :

TIP dan TIH di hitung dengan rumus sebagai berikut (Salikin dan Syam,1995): BP BP

TIP = --- ... TIH = --- (1) H P

Dimana P = Produktivitas (kg/ha) H = harga produksi BP = Biaya produksi (Rp)

Analisis kelayakan usahatani dianalisis berdasarkan rumus : (Rahim dan Hastuti, 2008 ) TP

R/C ratio = --- (2) TC

(16)

Dimana : R/C = nisbah penerimaan dan biaya TP = Total penerimaan (Rp/ha) TC = Total biaya (Rp/ha)

Dengan keputtusan :

R/C >1, usahatani secara ekonomi menguntungkan

R/C = 1 usahatani secara ekonomi berada pada titik impas (BEP) R/C < 1, usahatani secara ekonomi tidak menguntungkan (rugi)

Benefit cost ratio

(B/C ratio) dihitung berdasarkan formulasi berikut (Salikin dan Syam,1995):

Total Pendapatan

B/C Ratio = --- (3) Total Biaya Produksi

Perhitungan B/C ratio menjelaskan bahwa jika nilai > 0 artinya teknologi introduksi berpotensi secara ekonomis untuk dikembangkan, jika nilai = 0 artinya teknologi introduksi berada pada titik impas (BEP), and jika nilainya < 0 artinya teknologi tersebut tidak berpotensi secara ekonomis untuk dikembangkan.

(17)

Uji Mutu Beras Khusus

Analisis Sifat Fisik

Beras patah, beras pecah dan menir dianalisis dengan metoda SNI6128-205.

Analisis panjang (P), lebar (L), rasio P/L, tebal dan roundness biji beras

digunakan Seed Count Image Analyzer (NextInstrument, Australia). Alat

dioperasikan sesuai dengan manual.

Analisis kadar amilosa dan Proksimat

Kadar amilosa dianalisis dengan bantuan spektrofotometer

Kadar air dan kadar abu dianalisis dengan metode gravimetri,

kadar lemak ditetapkan dengan metode ekstraksi soxhlet dan

kadar protein ditetapkan dengan metode Kjeldahl

Analisis Sifat Pasta

Profil pasta dianalisis dengan Instrumen Rapid Visco Analyzer (Perten),

Analisis Sifat Termal

Sifat termal dianalisis dengan diukur dengan instrument Differential Scanning

Calorimeter (DSC, Perkin Elmer 8000).

(18)

HASIL KEGIATAN :

1. Teknologi Budi daya pertanaman demplot

Tabel 1. Daftar petani koperator yang ikut dalam kegiatan demplot beras khusus, Desa

Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016

No

Varietas

Luas

Tanam (ha)

tgl semai

Nama Petani

1

Cisokan

0.15

14-4-2016

Nanang

2

lusi

0.15

16-4-2016

Jaja

3

Inpari 17

0.20

14-4-2016

Dede

4

Grendel

0.50

20 -4-2016

Arom

5

Tayken

1.00

13-4-2016

Gandi

5

Inpari 21

0.50

13-4-2016

Gandi

6

Inpara 4

0.25

16-4-2016

Syarif

7

Grendel

0.25

16-4-2016

hasan

Jumlah

3

(19)

8,74 8,58 6,76 8,29 10,09 7,45 7,92 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00

Cisokan Inpari 17 Tayken inpari 21 Inpara 4 Grendel Lusi

Ton/

ha

GKG (t/ha)

Gambar 1. Hasil gabah varietas spesial/beras khusus,Desa Karangwangi,

Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016

(20)

Varietas Jumlah gabah isi (butir) Jumlah gabah hampa (butir) Berat Gabah isi (gr) Berat gabah hampa (gr) Panjang malai (cm) Jumlah malai bobot 1000 butir (gr) Cisokan 3171 462 64.7 1.9 22.8 22.8 22.2 Inpari 17 2507 126 65.9 0.6 23.9 20.7 26.6 Tayken 1575 1395 35.8 7.7 22.0 21.3 23.3 inpari 21 2393 225 65.7 1.2 23.4 21.7 26.0 Inpara 4 3352 471 74.1 4.2 22.1 23.5 23.7 Grendel 1479 513 42.6 2.5 20.2 19.7 26.0 Lusi 2623 623 48.2 3.8 24.2 22.2 25.7

Tabel 2. Komponen hasil pertanaman demplot.Desa Karangwangi,

Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016

(21)

0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 14 28 42 56 70 84 98 Tingg i t ana ma n (c m) HST Cisokan Inpari 17 Tayken inpari 21 Inpara 4 Grendel Lusi

Gambar 3 Rata-rata tinggi tanaman pada umur 14 s/d panen,Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016

0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 14 28 42 56 70 84 98 Jum lah a na ka n HST Cisokan Inpari 17 Tayken inpari 21 Inpara 4 Grendel Lusi

Gambar 4. Rata-rata Jumlah anakan varietas spesial/beras khusus pada umur 14 s/d menjelang panen, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016

(22)

2.

Teknologi Budidaya varietas-varietas padi special / beras Khusus pertanaman

super impose

8,77 8,74 9,13 8,40 6,28 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00

Cisokan Inpari 21 IR 42 Lusi Tayken

ton

/ha Bobot GKG

ton/ ha

Gambar 5. Produktivitas varietas -varietas khusus, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016

(23)

8,39 8,14 8,03 8,50 7,70 7,80 7,90 8,00 8,10 8,20 8,30 8,40 8,50 8,60 Anjuran

setempat PHSL Legowo 2:1 Legowo 4:1 Pupuk Jarak tanam

Bobot GKG (t/ha)

Gambar 6. Produktivitas varietas -varietas khusus akibat pengaruh perlakuan

pemupukan dan cara tanam, Desa Karangwangi, Kecamatan

(24)

Varietas

Anjuran setempat

PHSL

Legowo 2:1 Legowo 4:1

Legowo 2:1

Legowo 4:1

Cisokan

9.13

9.24

8.38

8.33

Inpari 21

8.83

8.90

8.39

8.85

IR-42

9.15

9.80

8.49

9.08

Lusi

8.12

8.58

7.57

9.33

Tayken

6.19

5.97

6.04

6.93

Rerata

8.29

8.50

7.77

8.50

Standar Deviasi

1.11

1.33

0.93

0.85

Tabel 3. Kombinasi perlakuan (Teknologi budidaya) terhadap hasil gabah kering giling

ton/ha varietas spesial/beras khusus pada kegiatan super impose, Desa

Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016

(25)

Perlakuan Jumlah

Gabah isi Jumlah Gabah hampa

Jumlah

Malai Panjang Malai Gabah Berat Isi Berat Gabah Hampa Bobot 1000 Butir Cisokan 2659 352 22 21.2 56.82 1.60 23.67 Inpari 21 2123 247 20 22.9 53.68 1.49 26.08 Inpara 4 2923 797 25. 21.6 58.10 3.93 23.39 Lusi 1830 499 18 23.4 44.86 3.60 27.14 Tayken 1532 882 17 22.2 34.92 4.75 23.80 Legowo 2:1 2260 495 21 22.2 51.80 2.74 24.93 Legowo 4:1 2166 616 21 22.4 47.55 3.41 24.70 Anjuran setempat 2188 545 21 22.3 50.03 3.02 24.66 PHSL 2239 566 21 22.3 49.32 3.13 24.97

Tabel 4. Komponen hasil varietas spesial/beras khusus pada kegiatan super

impose, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten

(26)

Varietas Produksi (kg/ha) x 1000

Harga gabah (Rp/kg) Biaya Produksi (Rp/ha)

GKP GKG GKP GKG GKP GKG Cisokan 9,663 8,744 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Inpari 17 9,320 8,580 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Tayken 7,433 6,759 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 inpari 21 8,919 8,286 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Inpara 4 10,292 10,088 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Grendel 8,119 7,453 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Lusi 9,034 7,918 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000

Petani

setempat

Ciherang 9,520 8,634 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Mekongga 9,152 8,301 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000

3. Analisis Sosial Ekonomi varietas-varietas padi special/beras Khusus

Tabel 5. Biaya produksi (kg/ha), harga gabah (Rp/kg) dan Biaya produksi (Rp/ha) pada kegiatan Demplot, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016

(27)

Jenis Kegiatan varietas Cisokan Inpari 17 IG Tinggi Inpari 21 Inpara 4 Japonica Tayken Grendel Ketan Lusi Ciherang Kontrol Mekongga Hasil Panen (kg/ha) 9,662.66 9,319.61 8,919.38 10,291.60 7,432.82 8,118.93 9,033.73 9,520.00 9,152.00 Biaya Produksi a. Benih (Rp/Kg) 270,000 270,000 270,000 270,000 750,000 360,000 360,000 270,000 270,000 b. Pupuk Urea (Rp/Kg) 270,000 270,000 270,000 270,000 270,000 270,000 270,000 270,000 270,000 NPK (Rp/Kg) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Pupuk Kandang 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 c. Pestisida (Rp/ha) 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 d. Tenaga Kerja (Rp) 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 Total Biaya Produksi (Rp) 10,325,000 10,325,000 10,325,000 10,325,000 10,805,000 10,415,000 10,415,000 10,325,000 10,325,000 Harga Aktual (Rp) 4000 4000 4000 4000 6000 4000 4000 4000 4000 Penerimaan (Rp/ha) 38,650,658 37,278,445 35,677,530 41,166,381 44,596,913 32,475,700 36,134,934 38,080,000 36,608,000 Pendapatan (Rp/ha) 28,325,658 26,953,445 25,352,530 30,841,381 33,791,913 22,060,700 25,719,934 27,755,000 26,283,000 R/C 3.74 3.61 3.46 3.99 4.13 3.12 3.47 3.69 3.55 B/C 2.74 2.61 2.46 2.99 3.13 2.12 2.47 2.69 2.55 TIH (Rp/kg) 1,069 1,108 1,158 1,003 1,454 1,283 1,153 1,085 1,128 TIP (kg/ha) 2581.25 2581.25 2581.25 2581.25 1800.83 2603.75 2603.75 2581.25 2581.25

Tabel 6 . Analisis Ekonomi usaha tani varietas spesial/beras khusus pada kegiatan Demplot, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016

(28)

Ukuran dan bentuk beras merupakan

salah satu parameter penting yang harus

dipertimbangkan oleh pemulia untuk

merakit varietas padi sesuai dengan sifat

yang dikehendaki pasar. Hal ini dapat

dipahami karena sebagian besar beras

dikonsumsi dalam bentuk biji utuh.

(29)

Varietas

Panjang

(mm)

Lebar

(mm)

Tebal

(mm)

Rasio P/L

Roundness

Luas

permukaan

biji (mm

2

)

Tayken

5.90

2.64

2.01

2.117

0.524

9.80

Inpari 21

6.69

2.36

2.02

2.402

0.504

10.35

Cisokan

5.86

2.38

2.05

2.459

0.540

8.81

Inpari 17

6.56

2.34

2.12

2.439

0.531

10.00

Basmati

6.36

2.35

2.03

2.346

0.569

9.60

Grendel

5.95

2.63

2.13

1.825

0.538

10.10

Lusi

---Data menyusul---

Inpara 4

(30)

Varietas

Beras kepala (%)

Beras patah (%)

Menir (%)

Tayken

84.90

14.12

0.98

Inpari 21

88.60

10.92

0.48

Cisokan

96.94

2.79

0.27

Inpari 17

68.92

29.59

1.50

Basmati

49.82

46.94

3.24

Grendel

76.52

21.78

1.70

Lusi

---Data menyusul---

Inpara 4

(31)

Varietas

Air

(%)

(% bk)

Abu

*

(% bk)

Lemak

Protein

(% bk)

Amilosa

(% bk)

Basmati

10.21

0.70

2.18

9.06

29.66

Cisokan

10.26

0.74

1.90

9.00

29.76

Grandel

14.82

0.60

2.07

9.62

5.35

Inpari 17 10.11

0.64

1.95

8.86

26.79

Inpari 21 10.60

0.55

2.19

9.30

28.34

Tayken

9.76

0.67

2.17

8.47

21.90

Lusi

8.80

0.67

1.91

9.22

6.35

Inpara 4

8.38

0.79

1.89

8.65

34.84

(32)

KESIMPULAN

Teknologi Budidaya

Hasil gabah varietas khusus tertinggi pertanaman demplot mencapai 10,09 ton/ha

GKG pada varietas Inpara 4, kemudian varietas Cisokan sebesar 8,74 t/ha GKG dan

Inpari 17 sebesar 8,58 t/ha GKG.

Teknologi budidaya pada kegiatan super impose hasil tertinggi dicapai pada varietas

IR-42 dengan pemupukan anjuran setempat dan jarak tanam legowo 4:1, mencapai

9,13 t/ha GKG, diikuti varietas Cisokan sebesar 8,77 t/ha GKG dan Inpari 21 sebesar

8,74 t/ha GKG.

Tinggi tanaman varietas – varietas khusus di demplot rata-rata tertinggi pada

varietas Inpari 17, Cisokan, Inpara 4 dan Lusi, Varietas terendah dibawah rata-rata

dari semua varietas yang diuji pada varietas Grendel.

Jumlah anakan varietas – varietas khusus di demplot rata-rata terbanyak pada

varietas Inpara 4 diikuti oleh varietas ketan Lusi. Varietas dengan anakan terendah

dibawah rata-rata dari semua yaitu pada beras golongan Japonica Tayken.

(33)

Studi kelayakan analisis sosial ekonomi beras khusus

• Penerimaan paling besar terdapat pada Golongan Japonica Tayken, yaitu

sebesar Rp. 44,596,913,- dan yang terendah pada varietas ketan grendel

sebesar Rp. 32,475,700,-.

• Beras khusus layak diusahakan terutama pada varietas khusus Japonica

Tayken, Varietas Inpara 4, dan Cisokan, dengan R/C

ratio

masing-masing

sebesar 4,13, 3,99 Dan 3,74.

• Analisis TIP dan TIH terhadap 7 (tujuh) varietas khusus yang diuji (Cisokan

77,68%; Inpari 17 76,98%; Inpari 21 76,08%; Inpara 4 78,86%; Tayken

85,97%; Grendel 77,17%; dan Lusi 79,20%. Sementara varietas existing

Ciherang sebesar 77,40% dan Mekongga sebesar 76,61%.

Hal ini menunjukkan bahwa dengan pengembangan varietas-varietas khusus

tidak akan mengalami kerugian meskipun terjadi penurunan produktivitas

atau harga tidak mencapai nilai TIH dan TIP. Dengan demikian usaha tani

varietas – varietas yang diuji tetap menguntungkan.

(34)

Analisis Mutu Beras

• Hanya varietas Inpari 21 yang termasuk dalam katagori butir panjang,

sedangkan yang lainnya berada dalam katagori butir sedang.Berdasarkan

nilai rasio panjang/lebar, semua beras memiliki nillai rasio P/L antara 2-3

dan ini termasuk dalam katagori benbentuk “sedang”.

• Variasi sangat signifikan tampak pada viskogram beras yang kadar

amilosanya setara.

• Ketan mengalami gelatinisasi lebih awal dibanding beras tayken

(beramilosa sedang, Japonica) maupun beras amilosa tinggi kelompok

indica.Basmati dan Cisokan masing-masing menunjukkan stabilitas pasta

sedang dan rendah, meskipun keduanya mampu menahan banyak air

(nilai viskositas puncak lebih besar) dibanding varietas lainnya.Profil pasta

varietas Inpari 17 mirip dengan Inpari 21 dan keduanya cenderung sulit

berretrogradasi. Inpara 4 mampu menahan banyak air dengan stabilitas

rendah dan cenderung beretrogradasi. Analisis sifat termal menunjukkan

Tayken memiliki kisaran suhu gelatinisasi lebih sempit/seragam dibanding

varietas lain yang diteliti.

(35)

Introduksi dan perakitan padi penghasil

beras khusus di dalam negeri sangat

penting untuk peningkatan pendapatan

petani padi pada masa depan. Oleh karena

itu, identifikasi potensi pengembangan

varietas/beras khusus dalam mendukung

peningkatan pendapatan petani dan ekspor

beras

serta

identifikasi

stakeholder‟

potensial untuk pengembangan padi khusus

di Indonesia sangat perlu di lakukan.

(36)

Gambar

Tabel 1. Daftar petani koperator yang ikut dalam kegiatan demplot beras khusus, Desa  Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten  Cianjur,  MT I  tahun 2016
Gambar 1. Hasil gabah varietas spesial/beras khusus,Desa Karangwangi,                    Kecamatan Ciranjang, Kabupaten  Cianjur,  MT I  tahun 2016
Tabel 2.  Komponen hasil pertanaman demplot.Desa Karangwangi,                Kecamatan Ciranjang, Kabupaten  Cianjur,  MT I  tahun 2016
Gambar 3      Rata-rata tinggi tanaman pada umur 14 s/d panen,Desa Karangwangi,                      Kecamatan Ciranjang, Kabupaten  Cianjur,  MT I  tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Wisata ini dapat dirancang hampir serupa dengan kegiatan safari malam (night safari) yaitu dengan melakukan perjalanan pada malam hari pada jalur pengamatan karena

Penelitian Safwan, dkk (2018) yang berjudul faktor-faktor yang mempengaruhi tidak berfungsinya pasar tradisional (Studi kasus: Pasar Lamgapang Kecamatan Ulee Kareng Kota

Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat dan Meiranto (2014) juga mendapatkan hasil yang berbeda pada perusahaan manufaktur yang tercatat di BEI menyatakan bahwa rasio

Terjadi reaksi oksidasi dan reduksi pada sel baterai dengan kapasitas charge sekitar 24 mAh pada tegangan 4 volt, sedangkan kapasitas discharge bernilai sama sekitar

Tujuan penelitan adalah untuk mengetahui pertumbuhan populasi menggunakan metode hubungan panjang berat dan indek kondisi udang H.raphidea di perairan Juata Kota Tarakan

Maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ANALISIS LEVERAGE, RASIO LIKUIDITAS, RASIO SOLVABILITAS, RASIO PROVITABILITAS, RASIO PRODUKTIVITAS DALAM

Organizational Citizenship Behavior (OCB) merupakan suatu perilaku positif individu dalam organisasi, yaitu suatu bentuk kedesiaan secara sadar dan sukarela untuk

REKONSILIASI RUMAH TANGGA PES YANG DITEMUKAN/ GANTI KRT/ PINDAH DALAM BLOK SENSUS/BERGABUNG DENGAN RUMAH TANGGA LAIN, TETAPI PADA SAAT ST2013 PINDAH KELUAR BLOK SENSUS/TIDAK