PENGEMBANGAN VARIETAS PADI KARAKTERISTIK KHUSUS
DI LAHAN SAWAH IRIGASI
Ikhwani
1, Putu Wardhana
1, Bhakti Priatmodjo
1dan Endang Y.Purwani
21Puslitbang Tanaman Pangan, Jl. Merdeka 147 Bogor 16111 2Balai Besar Pasca Panen, jl. Tentara Pelajar 3 A Bogor 16111
PENDAHULUAN
Latar Belakang
:
Beras merupakan komoditi strategis sebagai bahan
pangan bagi masyarakat Indonesia sehingga kegiatan
produksi, penyediaan, pengadaan dan distribusi beras
menjadi sangat penting untuk ketahanan pangan,
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
Selain untuk kepentingan konsumen dan menciptakan
stabilitas ekonomi nasional, sebagai pangan
fungsional yang memiliki nilai tambah tertentu
(harga, gizi aroma, dsbnya), mengandung satu atau
lebih komponen pembentuk yang mempunyai fungsi
fisiologis tertentu dan bermanfaat bagi kesehatan.
Adanya kebutuhan beras khusus yang terkait dengan
kesehatan/dietary, konsumsi khusus atau segmen
tertentu, kebutuhan bahan baku/penolong untuk
industri dan restoran asing, belum sepenuhnya dapat
dipenuhi dari sumber dalam negeri sehingga
pengadaan beras dan benihnya di impor dari luar
negeri .
Mempertimbangkan
kebijakan
Pemerintah
yang
melarang impor beras khusus dan prioritas utama
upaya produksi dalam negeri dan pengembangan beras
substitusi untuk menutup impor .
Beras untuk
Kesehatan/ Dietary dan Konsumsi Khusus/ Segmen Tertentu
Beras Medium dengan Kepecahan paling Tinggi 25 %
1. Beras Japonica 2. Beras Basmati
3. Beras Thai Hom Mali 4. Beras Kukus
5. Beras Ketan Utuh
Beras dengan Kepecahan paling Tinggi 25 % Perum BULOG (Penugasan Pemerintah) Perusahaan Pemilik API -U Lembaga/ organisasi Sosial/Badan Pemerintah Tanpa Rekomendasi Rekomendasi
Jenis Beras
Peruntukan
Jenis Beras yang diimpor berdasarkan Permentan Rekomendasi Ekspor dan Impor
Beras (Draft Revisi Permentan 51 Tahun 2014)
KONDISI SAAT INI
Saat ini petani kita di Indonesia sudah bisa menanam dan memanen beras japonica, tetapi pertanaman dilakukan tanpa prosedur impor benih dan pelepasan varietas. Jumlah produksi yang terdata setiap bulan sekitar 130 ton beras japonica dengan produktivitas 5 sampai 6 ton per hektar. Beras ini dibutuhkan oleh restoran jepang dan ekspatriat jepang yang ada di Indonesia. Jumlah kebutuhan beras japonica sekitar 1.000 – 2.000 ton per tahun (Data importasi 2012 dan 2013).
Beras basmati sampai saat ini belum dikembangkan oleh petani di Indonesia, beras ini merupakan beras yang ditanam di India dan Pakistan, digunakan oleh restoran-restoran timur tengah. Pada tahun 2014 terjadi penurunan volume impor, sebagai akibat dari adanya kasus impor beras wangi, sehingga terjadi pengetatan aturan importasi beras khusus. Jumlah kebutuhan beras basmati sekitar 1.000 – 1.500 ton per tahun (Data importasi 2012 dan 2013)
Harga beras ketan utuh di dalam negeri rendah, di duga banyaknya beras ketan illegal masuk ke Indonesia (intelejen bea cukai). Jumlah kekurangan beras ketan utuh sekitar 120.000 ton per tahun (analisa Petugas BPS pada rapat pokja perberasan)
Diharapkan pengembangan
beras khusus ini dapat menutupi
kecukupan produksi pasar dalam
negeri dengan :
• memanfaatkan peluang pasar
indonesia (menekan impor )
• memberikan pilihan usaha
kepada petani untuk
mendapatkan nilai tambah
(beras khusus yang memiliki
harga lebih baik)
Kendala yang dihadapi :
Keengganan petani untuk menanam
dengan alasan yang bervariasi antar
daerah
tergantung
dari
iklim,
Tujuan Kegiatan :
untuk mendapatkan data dan informasi dari
varietas– varietas padi berkarakteristik
khusus sbb :
• Teknologi budi daya dan produktivitas
serta upaya pengembangan di lahan
sawah irigasi
• Kelayakan usahatani, dan
• analisis mutu beras.
Lokasi kegiatan penelitian :
Desa Karang Wangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten
Kegiatan Penelitian :
1. Demplot/keragaan tanaman di lahan petani seluas :
+ 3 ha, cara tanam jajar Legowo 4:1 dan 7 (tujuh)
varietas khusus.
2.Kegiatan sumper impose + 3000 m
2 ,
dengan menggunakan Rancangan Petak petak
terpisah (split split plot), dengan 3 (tiga) ulangan
terdiri dari :
Petak Utama Pupuk (P) ;
P1 - Anjuran setempat (Urea = 100 kg/ha, Phonska= 300 kg/ha; Pupuk
petrokimia = 500 kg/ha, Pemberian 1x pada saat tanaman berumur
14 hst,
P2- PHSL (7 hst 250 kg Phonska), (21 hst 125 kg Urea),
42 hst ( 125 kg Urea).
Anak Petak yaitu cara tanam (T);
T1 – Legowo 2:1 (27.5 cm---54cm) x 13.5 cm,
T2 – legowo 4:1 penuh (27.5 cm – 54 cm) x 13,5 cm dan
Anak-anak petak (V),
yiatu 6 ( enam) varietas special ;
V1, Cisokan, V2 – Inpari 21, V3 –Inpara 4, V4- Basmati, V5- Lusi dan
V6 – Tayken.
Deskripsi varietas khusus yang digunakan pada kegiatan penelitian :
No.
Varietas
Golongan
Karakteristik
1.
Cisokan
Beras pera
Indeks Glikemik 34 dan termasuk rendah dengan kadar amilosa 27%. Tahan wereng coklat biotipe 1, 2 dan rentan wereng coklat biotipe 3. Agak tahan penyakit hawar daun bakteri. Anjuran tanam pada tanah sawah di dataran rendah sampai ketinggian sampai 500 m dpl.2.
Lusi
ketan
kadar amilosa rendah kurang dari 6% dan merupakan beras ketan putih. Varietas ini merupakan hasil persilangan IR 38 dan Pelita 1-1 serta IR4744 dan termasuk golongan Cere (Indica). Bentuk gabah sedang dengan warna gabah kuning bersih. Potensi hasil varietas antara 4,0 hingga 6,0 t/ha GKG Untuk pembuatan tepung ketan dan sebagai bahan utama untuk pembuatan makanan seperti kue-kue basah, rengginang, dodol, kue moci dll.3.
Grendel
Ketan
kadar amilosa sangat rendah dan memiliki tekstur nasi yang sangat lengket. Berdasarkan komposisi pati dalam ketan, disamping memiliki kadar amilosa yang sangat rendah, ketan memiliki kadar amilopektin yang tinggi. Lebih lanjut, kadar amilopektin yang tinggi inilah yang bertanggung jawab terhadap tekstur lengket ketan4.
Inpara 4
Beras pera
varietas introduksi dari IRRI dari golongan Cere (Indica). Umur tanaman +135 hari dengan tekstur nasi pera dan mempunyai kadar amilosa 29%. Mempunyai Indeks Glikemik 50,9 dengan rata-rata hasil 4,7 t/ha dan potensi hasil 7,6 t/ha.No. Varietas
kategori
Karakteristik
4.
Tayken
Japonica
(beras
Jepang)
kadar amilosa yang cenderung lebih rendah dibandingkan dengan nasi yang ada di Indonesia pada umumnya sehingga nasi jepang lebih lengket dan cocok untuk dipakai membuat shushi dan gampang untuk diambil dengan chopstick (sumpit). Kandungan amilosa yang rendah pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung lebih transparan dan lengket. Untuk sushi
mengandung kadar amilosa sekitar 12-15% sehingga nasinya lebih lengket
5.
Inpari 17
Beras pera
kadar amilosa 26%. Bentuk gabah ramping dan warna gabah kuning. Rata-rata hasil 6,2 t/ha GKG dengan potensi hasil 7,9 t/ha GKG. Anjuran tanam di lahan sawah tadah hujan dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan di daerah spesial tungro.7.
Inpari 21
Beras pera
kadar amilosa 26%. Bentuk gabah sedang agak bulat dan warna gabah kuning bersih. Rata-rata hasil 6,4 t/ha GKG dengan potensi hasil 8,2 t/ha GKG. Varietas ini rentan tungro dan dianjurkantanam pada lahan sawah dataran rendah hingga ketinggian 600 m dpl dan tidak dianjurkan di daerah endemik tungro.
3. Studi kelayakan sosial ekonomi beras
khusus
.
4.
Uji mutu beras
Pengumpulan data dan informasi meliputi :
a)
Karakterisasi kondisi lingkungan
(kesuburan dan fisik tanah, OPT, data curah hujan serta
Permasalahan teknis produksi lainnya);
b). Study kelayakan social ekonomi, study hasil
dan produksi padi VUB secara umum;
(c) Teknologi budidaya petani setempat dan lainnya di kabupaten Cianjur.
Uji Kelayakan.
Analisis imbalan penerimaan atas biaya R/C ratio, analisis pendapatan atas biaya B/C ratio, titik impas produktivitas (TIP), titik impas harga (TIH). Biaya analisis TIP dan TIH digunakan untk mentoleransi penurunan produktivitas atau harga produk sampai batas tertentu di mana usaha yang dilakukan masih memberikan keuntungan. TIP dan TIP dihitung berdasarkan rumus :
TIP dan TIH di hitung dengan rumus sebagai berikut (Salikin dan Syam,1995): BP BP
TIP = --- ... TIH = --- (1) H P
Dimana P = Produktivitas (kg/ha) H = harga produksi BP = Biaya produksi (Rp)
Analisis kelayakan usahatani dianalisis berdasarkan rumus : (Rahim dan Hastuti, 2008 ) TP
R/C ratio = --- (2) TC
Dimana : R/C = nisbah penerimaan dan biaya TP = Total penerimaan (Rp/ha) TC = Total biaya (Rp/ha)
Dengan keputtusan :
R/C >1, usahatani secara ekonomi menguntungkan
R/C = 1 usahatani secara ekonomi berada pada titik impas (BEP) R/C < 1, usahatani secara ekonomi tidak menguntungkan (rugi)
Benefit cost ratio
(B/C ratio) dihitung berdasarkan formulasi berikut (Salikin dan Syam,1995):Total Pendapatan
B/C Ratio = --- (3) Total Biaya Produksi
Perhitungan B/C ratio menjelaskan bahwa jika nilai > 0 artinya teknologi introduksi berpotensi secara ekonomis untuk dikembangkan, jika nilai = 0 artinya teknologi introduksi berada pada titik impas (BEP), and jika nilainya < 0 artinya teknologi tersebut tidak berpotensi secara ekonomis untuk dikembangkan.
Uji Mutu Beras Khusus
Analisis Sifat Fisik
Beras patah, beras pecah dan menir dianalisis dengan metoda SNI6128-205.
Analisis panjang (P), lebar (L), rasio P/L, tebal dan roundness biji beras
digunakan Seed Count Image Analyzer (NextInstrument, Australia). Alat
dioperasikan sesuai dengan manual.
Analisis kadar amilosa dan Proksimat
Kadar amilosa dianalisis dengan bantuan spektrofotometer
Kadar air dan kadar abu dianalisis dengan metode gravimetri,
kadar lemak ditetapkan dengan metode ekstraksi soxhlet dan
kadar protein ditetapkan dengan metode Kjeldahl
Analisis Sifat Pasta
Profil pasta dianalisis dengan Instrumen Rapid Visco Analyzer (Perten),
Analisis Sifat Termal
Sifat termal dianalisis dengan diukur dengan instrument Differential Scanning
Calorimeter (DSC, Perkin Elmer 8000).
HASIL KEGIATAN :
1. Teknologi Budi daya pertanaman demplot
Tabel 1. Daftar petani koperator yang ikut dalam kegiatan demplot beras khusus, Desa
Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
No
Varietas
Luas
Tanam (ha)
tgl semai
Nama Petani
1
Cisokan
0.15
14-4-2016
Nanang
2
lusi
0.15
16-4-2016
Jaja
3
Inpari 17
0.20
14-4-2016
Dede
4
Grendel
0.50
20 -4-2016
Arom
5
Tayken
1.00
13-4-2016
Gandi
5
Inpari 21
0.50
13-4-2016
Gandi
6
Inpara 4
0.25
16-4-2016
Syarif
7
Grendel
0.25
16-4-2016
hasan
Jumlah
3
8,74 8,58 6,76 8,29 10,09 7,45 7,92 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00
Cisokan Inpari 17 Tayken inpari 21 Inpara 4 Grendel Lusi
Ton/
ha
GKG (t/ha)
Gambar 1. Hasil gabah varietas spesial/beras khusus,Desa Karangwangi,
Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
Varietas Jumlah gabah isi (butir) Jumlah gabah hampa (butir) Berat Gabah isi (gr) Berat gabah hampa (gr) Panjang malai (cm) Jumlah malai bobot 1000 butir (gr) Cisokan 3171 462 64.7 1.9 22.8 22.8 22.2 Inpari 17 2507 126 65.9 0.6 23.9 20.7 26.6 Tayken 1575 1395 35.8 7.7 22.0 21.3 23.3 inpari 21 2393 225 65.7 1.2 23.4 21.7 26.0 Inpara 4 3352 471 74.1 4.2 22.1 23.5 23.7 Grendel 1479 513 42.6 2.5 20.2 19.7 26.0 Lusi 2623 623 48.2 3.8 24.2 22.2 25.7
Tabel 2. Komponen hasil pertanaman demplot.Desa Karangwangi,
Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 14 28 42 56 70 84 98 Tingg i t ana ma n (c m) HST Cisokan Inpari 17 Tayken inpari 21 Inpara 4 Grendel Lusi
Gambar 3 Rata-rata tinggi tanaman pada umur 14 s/d panen,Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 14 28 42 56 70 84 98 Jum lah a na ka n HST Cisokan Inpari 17 Tayken inpari 21 Inpara 4 Grendel Lusi
Gambar 4. Rata-rata Jumlah anakan varietas spesial/beras khusus pada umur 14 s/d menjelang panen, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
2.
Teknologi Budidaya varietas-varietas padi special / beras Khusus pertanaman
super impose
8,77 8,74 9,13 8,40 6,28 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 10,00Cisokan Inpari 21 IR 42 Lusi Tayken
ton
/ha Bobot GKG
ton/ ha
Gambar 5. Produktivitas varietas -varietas khusus, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
8,39 8,14 8,03 8,50 7,70 7,80 7,90 8,00 8,10 8,20 8,30 8,40 8,50 8,60 Anjuran
setempat PHSL Legowo 2:1 Legowo 4:1 Pupuk Jarak tanam
Bobot GKG (t/ha)
Gambar 6. Produktivitas varietas -varietas khusus akibat pengaruh perlakuan
pemupukan dan cara tanam, Desa Karangwangi, Kecamatan
Varietas
Anjuran setempat
PHSL
Legowo 2:1 Legowo 4:1
Legowo 2:1
Legowo 4:1
Cisokan
9.13
9.24
8.38
8.33
Inpari 21
8.83
8.90
8.39
8.85
IR-42
9.15
9.80
8.49
9.08
Lusi
8.12
8.58
7.57
9.33
Tayken
6.19
5.97
6.04
6.93
Rerata
8.29
8.50
7.77
8.50
Standar Deviasi
1.11
1.33
0.93
0.85
Tabel 3. Kombinasi perlakuan (Teknologi budidaya) terhadap hasil gabah kering giling
ton/ha varietas spesial/beras khusus pada kegiatan super impose, Desa
Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
Perlakuan Jumlah
Gabah isi Jumlah Gabah hampa
Jumlah
Malai Panjang Malai Gabah Berat Isi Berat Gabah Hampa Bobot 1000 Butir Cisokan 2659 352 22 21.2 56.82 1.60 23.67 Inpari 21 2123 247 20 22.9 53.68 1.49 26.08 Inpara 4 2923 797 25. 21.6 58.10 3.93 23.39 Lusi 1830 499 18 23.4 44.86 3.60 27.14 Tayken 1532 882 17 22.2 34.92 4.75 23.80 Legowo 2:1 2260 495 21 22.2 51.80 2.74 24.93 Legowo 4:1 2166 616 21 22.4 47.55 3.41 24.70 Anjuran setempat 2188 545 21 22.3 50.03 3.02 24.66 PHSL 2239 566 21 22.3 49.32 3.13 24.97
Tabel 4. Komponen hasil varietas spesial/beras khusus pada kegiatan super
impose, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten
Varietas Produksi (kg/ha) x 1000
Harga gabah (Rp/kg) Biaya Produksi (Rp/ha)
GKP GKG GKP GKG GKP GKG Cisokan 9,663 8,744 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Inpari 17 9,320 8,580 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Tayken 7,433 6,759 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 inpari 21 8,919 8,286 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Inpara 4 10,292 10,088 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Grendel 8,119 7,453 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Lusi 9,034 7,918 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000
Petani
setempat
Ciherang 9,520 8,634 4,000 4,800 10,800,000 11,500,000 Mekongga 9,152 8,301 4,000 4,800 10,800,000 11,500,0003. Analisis Sosial Ekonomi varietas-varietas padi special/beras Khusus
Tabel 5. Biaya produksi (kg/ha), harga gabah (Rp/kg) dan Biaya produksi (Rp/ha) pada kegiatan Demplot, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
Jenis Kegiatan varietas Cisokan Inpari 17 IG Tinggi Inpari 21 Inpara 4 Japonica Tayken Grendel Ketan Lusi Ciherang Kontrol Mekongga Hasil Panen (kg/ha) 9,662.66 9,319.61 8,919.38 10,291.60 7,432.82 8,118.93 9,033.73 9,520.00 9,152.00 Biaya Produksi a. Benih (Rp/Kg) 270,000 270,000 270,000 270,000 750,000 360,000 360,000 270,000 270,000 b. Pupuk Urea (Rp/Kg) 270,000 270,000 270,000 270,000 270,000 270,000 270,000 270,000 270,000 NPK (Rp/Kg) 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 750,000 Pupuk Kandang 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 250,000 c. Pestisida (Rp/ha) 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 320,000 d. Tenaga Kerja (Rp) 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 8,465,000 Total Biaya Produksi (Rp) 10,325,000 10,325,000 10,325,000 10,325,000 10,805,000 10,415,000 10,415,000 10,325,000 10,325,000 Harga Aktual (Rp) 4000 4000 4000 4000 6000 4000 4000 4000 4000 Penerimaan (Rp/ha) 38,650,658 37,278,445 35,677,530 41,166,381 44,596,913 32,475,700 36,134,934 38,080,000 36,608,000 Pendapatan (Rp/ha) 28,325,658 26,953,445 25,352,530 30,841,381 33,791,913 22,060,700 25,719,934 27,755,000 26,283,000 R/C 3.74 3.61 3.46 3.99 4.13 3.12 3.47 3.69 3.55 B/C 2.74 2.61 2.46 2.99 3.13 2.12 2.47 2.69 2.55 TIH (Rp/kg) 1,069 1,108 1,158 1,003 1,454 1,283 1,153 1,085 1,128 TIP (kg/ha) 2581.25 2581.25 2581.25 2581.25 1800.83 2603.75 2603.75 2581.25 2581.25
Tabel 6 . Analisis Ekonomi usaha tani varietas spesial/beras khusus pada kegiatan Demplot, Desa Karangwangi, Kecamatan Ciranjang, Kabupaten Cianjur, MT I tahun 2016
Ukuran dan bentuk beras merupakan
salah satu parameter penting yang harus
dipertimbangkan oleh pemulia untuk
merakit varietas padi sesuai dengan sifat
yang dikehendaki pasar. Hal ini dapat
dipahami karena sebagian besar beras
dikonsumsi dalam bentuk biji utuh.
Varietas
Panjang
(mm)
Lebar
(mm)
Tebal
(mm)
Rasio P/L
Roundness
Luas
permukaan
biji (mm
2)
Tayken
5.90
2.64
2.01
2.117
0.524
9.80
Inpari 21
6.69
2.36
2.02
2.402
0.504
10.35
Cisokan
5.86
2.38
2.05
2.459
0.540
8.81
Inpari 17
6.56
2.34
2.12
2.439
0.531
10.00
Basmati
6.36
2.35
2.03
2.346
0.569
9.60
Grendel
5.95
2.63
2.13
1.825
0.538
10.10
Lusi
---Data menyusul---
Inpara 4
Varietas
Beras kepala (%)
Beras patah (%)
Menir (%)
Tayken
84.90
14.12
0.98
Inpari 21
88.60
10.92
0.48
Cisokan
96.94
2.79
0.27
Inpari 17
68.92
29.59
1.50
Basmati
49.82
46.94
3.24
Grendel
76.52
21.78
1.70
Lusi
---Data menyusul---
Inpara 4
Varietas
Air
(%)
(% bk)
Abu
*(% bk)
Lemak
Protein
(% bk)
Amilosa
(% bk)
Basmati
10.21
0.70
2.18
9.06
29.66
Cisokan
10.26
0.74
1.90
9.00
29.76
Grandel
14.82
0.60
2.07
9.62
5.35
Inpari 17 10.11
0.64
1.95
8.86
26.79
Inpari 21 10.60
0.55
2.19
9.30
28.34
Tayken
9.76
0.67
2.17
8.47
21.90
Lusi
8.80
0.67
1.91
9.22
6.35
Inpara 4
8.38
0.79
1.89
8.65
34.84
KESIMPULAN