224
HUBUNGAN PENGETAHUAN, RIWAYAT KELUARGA DAN PERAN PETUGAS KESEHATAN TERHADAP KEJADIAN FIBROADENOMA MAMAE PADA REMAJA DI POLI BEDAH RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH LANGSA TAHUN 2015
RELATED KNOWLEDGE, AND THE ROLE OF FAMILY HISTORY OF HEALTH OFFICER MAMMARY FIBROADENOMAS EVENTS IN TEENAGERS IN POLY REGIONAL GENERAL HOSPITAL SURGICAL
LANGSA 2015 Kasad*
*Prodi Keperawatan Langsa. Desa Paya Bujuk Beuromo Kecamatan Langsa Barat Kota langsa
Email: davadavid64@yahoo.com
Abstrak: Fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun,
kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Tujuan mengetahui Hubungan Pengetahuan, Riwayat Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Kejadian Fibroadenoma Mamae Pada Remaja Di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2015. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross sectional. Populasi seluruh remaja usia 10-19 tahun yang datang ke poli bedah, sampel adalah 68 sampel ditentukan dengan cara accidental sampling. Dari 68 responden mayoritas tidak mengalami FAM sebanyak 35 responden (51,5%), tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja terhadap terjadinya fibroadenoma mamae pada remaja dengan P value 0,34, ada hubungan antara riwayat keluarga remaja dan peran petugas kesehatan terhadap terjadinya fibroadenoma mamae pada remaja dengan P value 0,03 (P≤0,05) dan 0,01 (P≤0,05). Kepada remaja untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri secara rutin, agar remaja dapat mendeteksi secara dini adanya kelainan pada payudara.
Kata Kunci : Fibroadenoma Mamae, Riwayat Keluarga, Peran Petugas Kesehatan Abstract: fibroadenoma generally occurs in women aged 21-25 years, less than 5%
occur at the age of 50 years, while the prevalence is more than 9% of the female population is exposed fibroadenoma. Interest knowing Knowledge Relationships, Family History, and the Role of Health Personnel Against Genesis fibroadenoma of the mammary Teen at Poly General Surgery Regional Hospital Langsa Year 2015. This research is an analytic with cross sectional design. Population of all adolescents aged 10-19 years who come to the poly surgical, the sample is 68 sample was determined by means of accidental sampling. Of the 68 respondents FAM majority do not experience as much as 35 respondents (51.5%), there was no significant association between adolescent knowledge on the occurrence of mammary fibroadenomas in adolescents with a P value of 0.34, there is a relationship between family history of adolescents and role of health workers to the occurrence of mammary fibroadenomas in adolescents with a P value of 0.03 (P≤0,05) and 0.01 (P≤0,05 For teenagers to perform breast self-examination regularly, so teens can detect early abnormalities in the breast.
225Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 224-235
PENDAHULUAN
Perkembangan teknologi dan industri dapat mempengaruhi perilaku dan perubahan gaya hidup masyarakat, seperti pola makan, berkurangnya kerja fisik, dan perubahan lingkungan hidup yang dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas, sehingga berkurangnya penyakit menular dan bertambahnya penyakit tidak menular1.
Penyakit tidak menular diantaranya adalah fibroadenoma mammae (FAM). Fibroadenoma mammae yaitu tumor jinak pada payudara yang berbatas jelas dan berbentuk benjolan yang dapat digerakkan. Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breast Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50 tahun, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma2
Di Yaman mulai Januari 2009 - Desember 2011 ditemukan sebanyak 635 kasus yang didiagnosis sebagai penyakit tumor payudara. Terdapat kelainan sebanyak 493 (77.6%) yang merupakan penyakit tumor payudara jinak dan 142 (22.4%) penyakit tumor
payudara ganas pada rentang usia 40-49 tahun. Dari 493 penyakit tumor payudara jinak tersebut yang paling sering fibroadenoma 40,5% dengan rentang usia 20-29 tahun diikuti oleh kelainan fibrokistik 16% dengan rentang usia 30-39 tahun, kelainan jinak lainnya 10% dengan rentang usia 20-29 tahun dan lesi inflamasi 8% dengan rentang usia 30-39 tahun3.
Sedangkan berdasarkan lokasi tumor payudara yang sering ditemukan pada daerah lateral atas 50%, diikuti daerah puting susu 17%, diikuti daerah medial atas 15%, diikuti daerah lateral bawah 10%, dan diikuti daerah medial bawah 8% 4.
Data penyakit FAM di Indonesia masih belum lengkap, namun diperkirakan tiap tahun mengalami peningkatan. Fakultas Kedokteran Universitas Andalas melaporkan pada periode 2007-2009 terdapat sebanyak 503 kasus fibroadenoma (47.5%) dari 1.059 kasus kelainan payudara wanita. Data dari Jakarta Breast Center, klinik di Jakarta yang mengkhususkan untuk penanganan keluhan pada payudara, menunjukkan bahwa dari 2.495 pasien yang datang pada tahun 2007 sampai 2009, ternyata 79% menderita tumor payudara jinak dan hanya 14% yang menderita kanker5.
Hubungan Pengetahuan, Riwayat Keluarga dan Peran Petugas Kesehatan… 226
Wanita yang menderita atau pernah menderita fibroadenomma mammae memiliki peningkatan risiko untuk mengalami kanker payudara. Peningkatan risiko untuk terkena kanker payudara pada wanita dengan riwayat tumor jinak berhubungan dengan adanya proses proliferasi yang berlebihan. Proses proliferasi jaringan payudara yang berlebihan tanpa adanya pengendalian kematian sel yang terprogram oleh proses apoptosis mengakibatkan timbulnya keganasan karena tidak adanya kemampuan untuk mendeteksi kerusakan pada
Deoxyribose Nucleic Acid (DNA)6. Menurut penelitian Siti Fitria Dewi (2008), dari hasil penelitian tersebut diperoleh 144 kasus fibroadenoma payudara pada wanita. Paling banyak ditemukan pada usia di bawah 30 tahun (79,90%), yaitu pada kelompok usia 21 – 25 tahun (41,70 %), kelompok usia 16 – 20 tahun (25,70 %), kelompok usia 26 – 30 tahun (9,70%) dan kelompok usia 10 – 15 tahun (2,80 %). Lokasi yang tersering terdapat pada payudara kanan (44,50%), dan ditemukan kasus yang jarang sekali terjadi yaitu Giant
Fibroadenoma (tidak diketahui
lokasinya 0,70%).
Notoatmodjo menjelaskan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, dan tradisi. Masih kurangnya kesadaran remaja dalam melakukan deteksi dini terhadap tumor payudara, bahkan masih banyak remaja belum mengetahui cara deteksi dini tumor payudara menyebabkan angka kejadian tumor payudara cukup besar. Pemeriksaan payudara sendiri merupakan salah satu langkah deteksi dini untuk mencegah terjadinya fibroadenoma mamae yang akan efektif bila dilakukan sedini mungkin ketika wanita mencapai usia reproduksi.
Faktor resiko terkena tumor payudara adalah pada riwayat adanya penyakit ini pada keluarga dekat seperti saudara perempuan atau ibu, salah satu dari beberapa gen untuk tumor payudara familiar telah berhasil di identifikasi dan tampaknya diwariskan sebagai suatu sifat dominan. Diet tinggi lemak dan konsumsi alkohol juga dapat dikaitkan dengan tumor payudara. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur setiap bulan penting untuk deteksi dini tumor, sadari harus dilakukan oleh semua wanita yang berusia diatas maupun dibawah 20 tahun5.
227 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 224-235
Peran petugas kesehatan terutama bidan dalam pemberian pemahaman terhadap remaja tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri untuk mendeteksi secara dini adanya tumor payudara masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan lebih memprioritaskan masalah penyakit yang menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) seperti pemberantasan nyamuk malaria daripada pemahaman tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri2.
Menurut data dari Rumah Sakit Umum Daerah Langsa didapatkan bahwa jumlah penderita fibroadenoma mamae tahun 2013 tercatat sebanyak 164 penderita, sedangkan data yang diperoleh pada bulan Januari hingga Maret 2015 tercatat jumlah penderita fibroadenoma mamae (FAM) sebanyak 41 penderita7.
Hasil survei awal yang peneliti lakukan di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2015 , didapatkan bahwa dari 10 remaja yang ditanyakan mengenai terjadinya fibroadenoma mamae, terdapat 4 remaja (40%) yang mengalami fibroadenoma mamae dan 6 remaja (60%) yang tidak mengalami fibroadenoma mamae.
Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan, Riwayat Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Kejadian Fibroadenoma Mamae Pada Remaja Di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2015. Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Terhadap Kejadian Fibroadenoma Mamae Pada Remaja Di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2015. Untuk mengetahui Hubungan Riwayat Keluarga Terhadap Kejadian Fibroadenoma Mamae Pada Remaja Di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2015. Untuk mengetahui Hubungan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Kejadian Fibroadenoma Mamae Pada Remaja Di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2015.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini bersifat analitik yaitu penelitian yang bertujuan mencari hubungan antarvariabel yang sifatnya bukan hubungan sebab akibat (Hidayat, 2013) bertujuan untuk mengetahui untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan, Riwayat Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Kejadian Fibroadenoma Mamae Pada Remaja Di Poli Bedah Rumah Sakit
Hubungan Pengetahuan, Riwayat Keluarga dan Peran Petugas Kesehatan… 228
Umum Daerah Langsa Tahun 2015. Dengan desain crossectional yaitu studi yang mempelajari terjadinya efek, dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek yang di observasi sekaligus pada waktu yang sama8.
Penelitian ini dilakukan di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa, Penelitian dilaksanakan pada priode Juli sampai dengan Desember Tahun 2015, Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2010). adalah seluruh remaja usia 10-19 tahun yang datang berkunjung ke Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa. Sampel sebanyak 68 responden.
HASIL PENELITIAN
Dari hasil penelitian terhadap 22 responden di ruang ICU rumah sakit umum kota Langsa tahun 2013 yang peneliti lakukan pada tanggal 28 – 30 Agustus 2013, didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Tingkat
Kecemasan Keluarga Pasien Tahun 2013 No Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien n % 1 2 Ada Tidak Ada 20 2 90.9 9.1 Jumlah 22 100
Sumber: data primer (diolah) 2013
Tabel 1 dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang terdapat di ruang
ICU rumah sakit umum kota Langsa tahun 2013, mayoritas sebanyak 20 responden (90.9%) ada mengalami kecemasan.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Perawat Di Ruang Icu RSUD Langsa Tahun 2013
No Pengetahuan n % 1 2 3 Baik Cukup Kurang 9 1 12 40.9 4.5 54.5 Jumlah 22 100
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang terdapat di ruang ICU rumah sakit umum kota Langsa tahun 2013 sebanyak 9 perawat (40.9%) memiliki pengetahuan baik, sebanyak 1 perawat (4.5%) memiliki pengetahuan cukup, dan sebanyak 12 perawat (54.5%) memiliki pengetahuan kurang.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Komunikasi Terapeutik Perawat Di Ruang Icu RSUD Langsa Tahun 2013
No Pengetahuan n % 1 2 3 Baik Cukup Kurang 3 9 10 13.6 40.9 45.5 Jumlah 22 100
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Tabel 3 dapat diketahui bahwa dari 22 responden yang terdapat di ruang ICU rumah sakit umum kota Langsa tahun 2013, mayoritas sebanyak 10 perawat (45.5%) memiliki komunikasi terapeutik yang kurang.
229Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 224-235
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien
Berdasarkan Pengetahuan di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Kota Langsa Tahun 2013
No Pengetahuan
Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien
Total P
Ada Tidak Ada
F % F % F % 1 Baik 9 100 0 0 9 100 0,400 2 Cukup 1 100 0 0 1 100 3 Kurang 10 83.3 2 16.7 12 100 Jumlah 20 2 22
Sumber : Data Primer (diolah) 2013
Berdasarkan tabel 4 diatas, dari 22 responden menunjukkan pengetahuan yang baik 9 responden, diperoleh 9 responden (100%) ada mengalami kecemasan pada keluarga pasien. Serta menunjukkan pengetahuan yang cukup 1 responden, diperoleh 1 responden (100%) ada mengalami kecemasan pada keluarga
pasien. Kemudian menunjukkan pengetahuan yang kurang 12 responden, diperoleh 2 responden (16.7%) tidak ada mengalami kecemasan pada keluarga pasien.
Hasil uji beda proporsi dengan Chi – Square (X2) menunjukkan tidak ada hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan nilai (Pvalue = 0,400 > = 0,05).
Table 5. Distribusi Frekuensi Terhadap Tingkat Kecemasan Keluarga Pasien
Berdasarkan Komunikasi Terapeutik di Ruang ICU Rumah Sakit Umum Kota Langsa Tahun 2013
No Komunikasi Terapeutik
Tingkat Kecemasan
Keluarga Pasien Total
P Ada Tidak Ada
F % F % F % 1 Baik 2 66.7 1 33.3 3 100 0.204 2 Cukup 8 88.9 1 11.1 9 100 3 Kurang 10 100 0 0 10 Jumlah 20 2 22
Hubungan Pengetahuan, Riwayat Keluarga dan Peran Petugas Kesehatan… 230
Berdasarkan tabel 5 diatas, dari 22 responden menunjukkan komunikasi terapeutik yang baik 3 responden, diperoleh 2 responden (66.7%) ada mengalami kecemasan pada keluarga pasien. Serta menunjukkan komunikasi terapeutik yang kurang 10 responden, diperoleh 10 responden (100%) ada mengalami kecemasan pada keluarga pasien.
Hasil uji beda proporsi dengan Chi – Square (X2) menunjukkan tidak ada hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kecemasan keluarga pasien dengan nilai (Pvalue = 0.204 > = 0,05).
PEMBAHASAN
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pengaruh Pengetahuan, Riwayat Keluarga, dan Peran Petugas Kesehatan Terhadap Kejadian Fibroadenoma Mamae Pada Remaja Di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2015 pada tanggal 11 sampai dengan 20 Juni 2015 maka didapatkan hasil sebagai berikut :
Berdasarkan tabel.4 dapat dilihat bahwa dari 19 responden (100%) yang memiliki pengetahuan baik mayoritas mengalami fibroadenoma mamae
sebanyak 14 responden (73,7%), dari 22 responden (100%) yang memiliki pengetahuan cukup mayoritas mengalami fibroadenoma mamae sebanyak 13 responden (59,1%), dan dari 27 responden (100%) yang memiliki pengetahuan kurang mayoritas mengalami fibroadenoma mamae sebanyak 17 responden (63%).
Berdasarkan hasil uji statistik Chi
Square dan pada derajat kepercayaan
95% dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan remaja terhadap terjadinya fibroadenoma mamae, diperoleh nilai P Value 0,34 (P>0,05). Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja terhadap terjadinya fibroadenoma mamae.
Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Apriyanthi Hosanah (2012) yang berjudul “Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Dengan Tindakan Deteksi Dini Fibroadenoma Mammae Di SMA Negeri 2 Semarang” didapatkan bahwa sebanyak 43,1% responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang fibroadenoma mammae, 34,7% yang memiliki pengetahuan cukup.
231 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 224-235
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata). Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda9.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis peneliti yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja terhadap terjadinya fibroadenoma mamae. Menurut asumsi peneliti, hal ini dikarenakan dengan semakin baiknya pengetahuan remaja terhadap fibroadenoma mamae tidak menyebabkan remaja tersebut terhindar dari penyakit FAM tersebut karena pada remaja yang sudah terkena penyakit FAM, maka remaja tersebut semakin mengetahui tentang penyakit fibroadenoma mamae sehingga pengetahuannya lebih baik dari remaja yang tidak mengalami FAM.
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 30 responden (100%) yang memiliki riwayat penyakit mayoritas mengalami fibroadenoma mamae sebanyak 21 responden (70%) dan dari 38 responden (100%) yang tidak memiliki riwayat penyakit mayoritas tidak mengalami fibroadenoma mamae sebanyak 26 responden (66,4%).
Berdasarkan hasil uji statistik Chi
Square dan pada derajat kepercayaan
95% dilakukan untuk mengetahui hubungan riwayat penyakit remaja terhadap terjadinya fibroadenoma mamae, diperoleh nilai P Value 0,03 (P≤0,05). Hal ini menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit remaja terhadap terjadinya fibroadenoma mamae.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2008) yang berjudul Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiko Terjadinya Tumor Payudara Pada Remaja Di Desa Bangun Tobing Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, menunjukkan bahwa mayoritas remaja tidak memiliki riwayat keluarga yang pernah mengalami fibroadenoma mamae sebanyak 56,7%.
Hubungan Pengetahuan, Riwayat Keluarga dan Peran Petugas Kesehatan… 232
Faktor resiko terkena tumor payudara adalah pada riwayat adanya penyakit ini pada keluarga dekat seperti saudara perempuan atau ibu, salah satu dari beberapa gen untuk tumor payudara familiar telah berhasil di identifikasi dan tampaknya diwariskan sebagai suatu sifat dominan. Diet tinggi lemak dan konsumsi alkohol juga dapat dikaitkan dengan tumor payudara. Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara teratur setiap bulan penting untuk deteksi dini tumor, sadari harus dilakukan oleh semua wanita yang berusia diatas maupun dibawah 20 tahun (Diananda, 2009).
Hal ini sesuai dengan hipotesis peneliti yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga remaja terhadap terjadinya fibroadenoma mamae. Menurut asumsi peneliti, hal ini dikarenakan dengan semakin adanya anggota keluarga remaja yang pernah mengalami fibroadenoma mamae menyebabkan semakin banyak pula remaja yang beresiko mengalami fibroadenoma mamae yang dikarenakan penyakit fibroadenoma mamae tersebut merupakan salah satu penyakit turunan yang dibawa oleh gen.
Berdasarkan tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 35 responden (100%) yang mendapatkan peran dari petugas kesehatan mayoritas tidak mengalami fibroadenoma mamae sebanyak 25 responden (71,4%) dan dari 33 responden (100%) yang tidak mendapatkan peran dari petugas kesehatan mayoritas tidak mengalami fibroadenoma mamae sebanyak 23 responden (69,7%).
Berdasarkan hasil uji statistik Chi
Square dan pada derajat kepercayaan
95% dilakukan untuk mengetahui hubungan peran petugas kesehatan terhadap terjadinya fibroadenoma mamae pada remaja, diperoleh nilai P
Value 0,01 (P≤0,05). Hal ini
menunjukkan secara statistis bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan terhadap terjadinya fibroadenoma mamae pada remaja.
Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2008) yang berjudul Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Resiko Terjadinya Tumor Payudara Pada Remaja Di Desa Bangun Tobing Kecamatan STM Hilir Kabupaten Deli Serdang Tahun 2008, menunjukkan bahwa mayoritas tidak
233 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 224-235
ada peran petugas kesehatan terhadap resiko terjadinya fibroadenoma mamae sebanyak 63,3%.
Peran petugas kesehatan terutama bidan dalam pemberian pemahaman terhadap remaja tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri untuk mendeteksi secara dini adanya tumor payudara masih sangat rendah. Hal ini dikarenakan petugas kesehatan lebih memprioritaskan masalah penyakit yang menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) seperti pemberantasan nyamuk malaria daripada pemahaman tentang pentingnya melakukan pemeriksaan payudara sendiri2.
Hal ini sesuai dengan hipotesis peneliti yang menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara peran petugas terhadap terjadinya fibroadenoma mamae pada remaja. Menurut asumsi peneliti, hal ini dikarenakan dengan semakin adanya peran dari petugas kesehatan maka remaja akan semakin mengetahui cara pencegahan terjadinya fibroadenoma mamae namun apabila semakin tidak adanya peran dari petugas kesehatan maka remaja semakin tidak tahu cara pencegahan terjadinya fibroadenoma mamae.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa Tahun 2015 pada priode bulan Juli sampai dengan Desember 2015 dapat disimpulkan bahwa. Hasil penelitian dari 68 responden mayoritas tidak mengalami FAM sebanyak 35 responden (51,5%). Tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan remaja terhadap terjadinya fibroadenoma mamae pada remaja di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2015 dengan P value 0,34 (P>005). Ada hubungan antara riwayat keluarga remaja terhadap terjadinya fibroadenoma mamae pada remaja di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2015 dengan P value 0,03 (P≤0,05). Ada hubungan antara peran petugas kesehatan terhadap terjadinya fibroadenoma mamae pada remaja di Poli Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Langsa tahun 2015 dengan P value 0,01 (P≤0,05).
Hendaknya bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk membuat penelitian lebih lanjut dalam bentuk yang lebih kompleks dan rinci tentang fibroadenoma mamae pada remaja serta dengan jumlah sampel
Hubungan Pengetahuan, Riwayat Keluarga dan Peran Petugas Kesehatan… 234
yang lebih banyak lagi. Hendaknya hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi kepada remaja tentang penyakit fibroadenoma mamae pada remaja sehingga remaja dapat meningkatkan pengetahuannya dan mau untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri. Hendaknya kepada institusi pendidikan khususnya pada perpustakaan untuk dapat memperbanyak referensi tentang penyakit fibroadenoma mamae pada remaja sehingga mahasiswa dapat dengan mudah mencari referensi mengenai penyakit fibroadenoma mamae pada remaja. Hendaknya pada instansi kesehatan dapat memperbanyak lagi informasi tentang fibroadenoma mamae pada remaja sehingga dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama pada remaja tentang penyakit fibroadenoama mamae dengan melakukan pemeriksaan payudara sendiri sehingga remaja dapat terhindar dari penyakit fibroadenoma mamae tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
1 Widyastuti, et al. 2010. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta:
Fitramaya
2 Pamungkas, Zaviera. 2011. Deteksi
Dini Kanker Paydara.
Yogyakarta : Buku Biru
3 Hoskins, 2011. Jumlah Penderita
Tumor Payudara Di Dunia.
http://repository.usu.ac.id/bitstre am/123456789/38884/4/Chapter %20l.pdf. (Diakses tanggal 04 Februari 2015 )
4 Diananda, 2009. Data Penyakit
Fibroadenoma Mamae Di Indonesia. http://repository.usu.ac.id/bitstrea m/123456789/38884/3/Chapter% 20ll.pdf. (Diakses tanggal 05 Februari 2015 )
5 Indriyati, 2007. Wanita Yang
Menderita Atau Pernah
Menderita Fibroadenomma
Mammae Memiliki Peningkatan
Risiko Untuk Mengalami
Kanker Payudara.
http://budikikiw.blogspot.com/2
009/06/presentasi-kasus-fibroadenoma-mammae.html. (Diakses tanggal 03 Februari 2015 )
6 Rekam Medik RSUD Langsa, 2015 .
Jumlah Remaja Penderita
Fibroadenoma Mamae Di RSUD Langsa. Aceh
235 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol. 9 No. 2 Nopember 2016, 224-235
7 Isgiyanto, Awal. 2009. Teknik
Pengambilan Sampel Pada
Penelitian Non-Eksperimental.
Jogjakarta: Mitra Cendikia 8 Notoatmodjo, Soekidjo, 2007.
Kesehatan Masyarakat Ilmu
Dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
10, ______________ 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
11_______________, 2010. Promosi
Kesehatan Teori Dan Aplikasi.