• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU BARA DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS BATU BATA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU BARA DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS BATU BATA"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU BARA DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK

FISIS DAN MEKANIS BATU BATA

SKRIPSI

OLEH :

CAHYANING KILANG PERMATASARI K1508032

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juli 2012

(2)

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Cahyaning Kilang Permatasari

NIM : K1508032

Jurusan/Program Studi : PTK/Pendidikan Teknik Bangunan

menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PENGARUH PENGGANTIAN

TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU BARA DAN LAMA

PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS BATU BATA” ini benar – benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juli 2012 Yang membuat pernyataan

(3)

commit to user

PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU BARA DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK

FISIS DAN MEKANIS BATU BATA

OLEH :

CAHYANING KILANG PERMATASARI K1508032

Skipsi

diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendididkan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan

Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juli 2012

(4)

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Surakarta, Juli 2011

Pembimbing I, Pembimbing II,

Anis Rahmawati, S.T., M.T. Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars. NIP. 19790426 200212 2 001 NIP. 19720205 200501 1 001

(5)

commit to user PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng.

Sekretaris : Eko Supri Murtiono, S.T., M.T.

Anggota I : Anis Rahmawati, S.T., M.T.

Anggota II : Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars.

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

a.n Dekan

Pembantu Dekan I

Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si. NIP. 19660415 199103 1 002

(6)

commit to user

vi ABSTRAK

Cahyaning Kilang Permatasari. PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT

OLEH FLY ASH BATU BARA DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS BATU BATA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendiddikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama pembakaran batu bata yang minimal dengan penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara. Variasi lama pembakaran dalam penelitian ini adalah 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam. Variasi prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara adalah 0%, 15%, 30%, 40% dan 50%.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Setelah melalui proses pembuatan batu bata dan pembakaran batu bata secara tradisional, selanjutnya dilakukan pengujian terhadap karakteristik fisis (berat jenis, susut bakar dan porositas) dan mekanis (kuat tekan dan kuat patah) batu bata uji. Pengujian karakteristik fisis dan mekanis menggunakan NI 10 dan SII 1978.

Nilai berat jenis dalam lama pembakaran 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam berkisar antara 1,590 g/cm³ – 1,113 g/cm³. Prosentase susut bakar dan prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash untuk 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam berturut – turut sebagai berikut 0,786% pada 11,5%; 0,882 pada 14%, 0,962% pada 17% dan 1,203% pada 15%. Pada 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash dan porositas berturut – turut adalah sebagai berikut 32,67% sebesar 35,19%; 25,80% sebesar 31,05%; 22,70% sebesar 27,43% dan 24,88% sebesar 33,37%. Sementara, pada 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash dan kuat tekan adalah sebagai berikut 23,83% sebesar 3,60 N/mm²; 21,38% sebesar 3,81N/mm²; 26,33% sebesar 4,60 N/mm² dan 23,50% sebesar 3,90 N/mm². Kecenderungan kuat patah optimal pada 30% untuk semua lama pembakaran. Pada 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam berturut – turut adalah sebagai berikut 0,080 N/mm², 0,150 N/mm², 0,320 N/mm² dan 0,240 N/mm².

Setelah melihat dari 5 karakteristik yang ditinjau, kesimpulan penelitian ini adalah pembakaran batu bata minimal dan memenuhi standar adalah selama 24 jam.

Kata Kunci : batu bata, lama pembakaran, fly ash batu bara, karakteristik fisis dan mekanis batu bata.

(7)

commit to user ABSTRACT

Cahyaning Kilang Permatasari. THE EFFECT OF REPLACEMENT OF CLAY BY COAL’S FLY ASH AND BURNING OLD OF PHYSICAL AND MECHANICAL CHARACTERISTICS OF BRICKS. Research Paper. Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas Maret Surakarta. July 2012.

This study is mainly intended to determine the minimal time of burning brick with coal’s fly ash addition. Brick burning old is generally 48 hours, burning time in this research consisting of 12 hours, 18 hours, 24 hours and 30 hours. The variation percentages of the addition of coal’s fly ash are 0%, 15%, 30%, 40% and 50%.

This study is kuantitative study. After going through the process of making bricks and traditional burning brick, the next step is testing the physical characteristics of the bricks (the density, the fuel shrinkage and the porosity) and the mechanical (the compressive strength and the strong fracture) of bricks testing. Physical and mechanical characteristics standardized achievement test based on the NI 10 and SII 1978.

The specific gravity result test at burning old for 12 hours, 18 hours, 24 hours and 30 hours ranged from 1.590 g/cm³ – 1.113 g/cm³. The shrinkage fuel percentage and percentage of replacement of clay by fly ash for 12 hours, 18 hours, 24 hours and 30 hours respectively participated are as follows 0.786% at

11.5%; 0.882 at 14%, 0.962% at 17% and 1.203% at 15%.At 12 hours, 18 hours,

24 hours and 30 hours of replacement percentage of clay by fly ash and porosity respectively participated are as follows 32.67% at 35.19%, 25.80% at 31.05%, 22.70 % at 27.43% and 24.88% at 33.37%. While, at 12 hours, 18 hours, 24 hours and 30 hours of replacement percentage of clay by fly ash and compressive strength are as follows 23.83% at 3.60 N / mm ²; 21.38% at 3.81 N / mm ²; 26.33% at 4.60 N / mm ² and 23.50% at 3.90 N / mm ². The fracture strength tendency optimal at 30% for all burning old.At 12 hours, 18 hours, 24 hours and 30 hours respectively participated are as follows 0.080 N / mm ², 0.150 N / mm ², 0.320 N / mm ² and 0.240 N / mm ².

After looking at the terms of those five characteristics, the conclution from this study is the minimum of burning bricks and fulfill the standard is for 24 hours.

Keywords : bricks, burning old, coal’s fly ash, physical and mechanical characteristics.

(8)

commit to user

viii MOTTO

# BISMILLAH#

#ALHAMDULILLAAH#

(9)

commit to user PERSEMBAHAN

 Bapak dan Ibu

Bersyukur kepada Alloh karena memiliki kedua orang tua seperti bapak dan ibuku. Terimakasih kepada kedua orang tuaku untuk do’a, kasih sayang, kerja keras, motivasi yang tak terbatas yang membuatku terus semangat untuk meraih cita – cita.

 Adikku

Terimakasih untuk canda tawa disetiap hari. Semoga kita bisa meraih cita – cita, dan bisa membanggakan dan membahagiakan kedua orang tua kita.

 Eri Febriani, Sri Lestari, Septia Dian Kusuma

Tim skripsi, terimakasih untuk perjuangannya dan semangat kalian. Semangat kita akan menjadi kunci kesuksesan kita. Terus berjuang meraih kesuksesan.

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini sesuai dengan waktu yang diharapkan. Skripsi ini berjudul “PENGARUH PENGGANTIAN TANAH LIAT OLEH FLY ASH BATU BARA DAN LAMA PEMBAKARAN BATU BATA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIS BATU BATA”

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam menyusun skripsi ini penulis mendapat bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Sutrisno, S.T., M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ida Nugroho Saputro, S.T., M.Eng., selaku Ketua Program Pendidikan Teknik Sipil/Banguan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Abdul Haris S, S.Pd., M.Pd., selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Anis Rahmawati, S.T., M.T., selaku Dosen pembimbing I, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi. 6. Bapak Budi Siswanto, S.Pd., M.Ars., selaku Dosen pembimbing II, yang

telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun proposal skripsi.

7. Teman-teman mahasiswa Program Teknik Bangunan angkatan tahun 2008. 8. Semua pihak yang ikut membantu hingga terselesaikannya proposal skripsi

(11)

commit to user

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih belum sempurna. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, Juli 2012

(12)

commit to user xii DAFTAR ISI Halaman JUDUL... i PERNYATAAN... ii PENGAJUAN... iii PERSETUJUAN... iv PENGESAHAN... v ABSTRAK... vi MOTTO... viii PERSEMBAHAN... ix KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR TABEL... xv

DAFTAR RUMUS... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Identifikasi Masalah... 5 C. Pembatasan Masalah... 5 D. Rumusan Masalah... 6 E. Tujuan Penelitian... 6 F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Dan Hasil Penelitian Yang Relevan... 8

B. Kerangka Berpikir... 29

C. Hipotesis 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian... 31

(13)

commit to user

B. Rancangan Penelitian... 32

C. Populasi Dan Sampel... 44

D. Pengumpulan Data... 45

E. Analisa Data... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data... 53

B. Pengujian Persyaratan Analisis... 60

C. Pengujian Hipotesis... 73

D. Pembahasan Hasil Analisa Data... 87

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan... 103

B. Implikasi... 104

C. Saran... 105

DAFTAR PUSTAKA... 106

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1. Proses Pembakaran Pada Pembuatan Batu Bata... 12

2.2. Fly Ash Batu Bara... 26

2.3 Paradigma Penelitian... 30

3.1 Alokasi Waktu dan kegiatan penelitian... 31

3.2 Alur Penelitian... 43

3.3 Skema Pembuatan Batu Bata... 44

3.4 Skema Uji Tekan... 46

3.5 Skema Uji Patah... 47

3.6 Skema Uji Porositas... 48

3.7 Skema Uji Susut Bakar... 48

3.8 Skema Uji Berat Jenis... 48

4.1. Diagram Batang Kesesuaian Berat Jenis Dengan Standar NI 10... 83

4.2. Diagram Batang Kesesuaian Susut Bakar Dengan Standar NI 10. 84 4.3. Diagram Batang Kesesuaian Porositas Dengan Standar NI 10... 85

4.4. Diagram Batang Kesesuaian Kuat Tekan Dengan SII 1978... 86

4.5. Diagram Batang Kuat Patah... 87

4.6. Hubungan Berat Jenis Batu Bata Dan Prosentase Penggantian... Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara 88 4.7. Hubungan Berat Jenis Batu Bata Dan Lama Pembakaran... 89

4.8. Hubungan Susut Bakar Batu Bata Dan Prosentase Penggantian.... Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara 91 4.9. Hubungan Susut Bakar Batu Bata Dan Lama Pembakaran... 92

4.10. Hubungan Porositas Batu Bata Dan Prosentase Penggantian... Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara 94 4.11. Proses Bercampurnya Fly Ash Dan Tanah Liat... 95

4.12. Hubungan Porositas Batu Bata Dan Lama Pembakaran... 96 4.13. Hubungan Kuat Tekan Batu Bata Dan Prosentase Penggantian..

Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara

(15)

commit to user

4.14. Hubungan Kuat Tekan Batu Bata Dan Lama Pembakaran... 99

4.15. Hubungan Kuat Patah Batu Bata Dan Prosentase... Penggantian Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara

101

(16)

commit to user

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1. Klasifikasi Kekuatan Bata NI 10... 14

2.2. Kekuatan Tekan Rata-Rata Batu Bata (SII-0021,1978) ... 15

2.3. Komposisi Kimia Tanah Liat... 17

2.4.Perkiraan Perubahan Warna Tanah Liat Setelah Proses Pembakaran 22 2.5. Komposisi Fly Ash Batu Bara... 26

3.1. Rincian Sampel Benda Uji... 45

4.1. Data Hasil Pengujian Bahan... 53

4.2. Kadar Air Dalam Tanah 54 4.3. Nilai Berat Jenis Dari Berbagai Tanah... 55

4.4. Nilai Indeks Plastisitas Dan Macam Tanah... 57

4.5. Uji Berat Jenis Batu Bata... 57

4.6. Uji Susut Bakar Batu Bata... 58

4.7. Uji Porositas Batu Bata... 58

4.8. Uji Kuat Tekan Batu Bata... 59

4.9. Uji Kuat Patah Batu Bata... 59

4.10. Uji Normalitas X1 Dan X2... 60

4.11. Uji Normalitas Y1... 61

4.12. Uji Normalitas Y2... 61

4.13. Uji Normalitas Y3... 62

4.14. Uji Normalitas Y4... 62

4.15. Uji Normalitas Y5... 63

4.16. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X1 Dan Y1... 64

4.17. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X1 Dan Y2... 65

4.18. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X1 Dan Y3... 66

4.19. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X1 Dan Y4... 67

4.20. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X1 Dan Y5... 68

(17)

commit to user

4.22. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X2 Dan Y2... 70

4.23. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X2 Dan Y3... 71

4.24. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X2 Dan Y4... 72

4.25. Uji Lineraritas Dan Keberartian Regresi X2 Dan Y5... 73

4.26. Interpretasi Terhadap Koefisien Korelasi... 74

4.27. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X1 Terhadap Y1... 75

4.28. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X1 Terhadap Y2... 76

4.29. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X1 Terhadap Y3... 76

4.30. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X1 Terhadap Y4... 77

4.31. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X1 Terhadap Y5... 78

4.32. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X2 Terhadap Y1... 79

4.33. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X2 Terhadap Y2... 79

4.34. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X2 Terhadap Y3... 80

4.35. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X2 Terhadap Y4... 81

4.36. Tingkat Hubungan Dan Pengaruh X2 Terhadap Y5... 81

4.37. Hasil Turunan X1 Dan Y1... 82

4.38. Hasil Turunan X1 Dan Y2... 83

4.39. Hasil Turunan X1 Dan Y3... 84

4.40. Hasil Turunan X1 Dan Y4... 85

(18)

commit to user

xviii

DAFTAR RUMUS

Rumus Halaman

1. Kadar Air Tanah... 34

2. Berat Jenis Butir Tanah... 35

3. Batas Plastis Tanah... 38

4. Indeks Plastis Tanah... 38

5. Kuat Tekan Batu Bata ... 46

6. Kuat Patah Batu Bata... 47

7. Porositas Batu Bata... 47

8. Susut Bakar Batu Bata... 48

9. Berat Jenis Batu Bata... 48

10. Persamaan Linier... 50

11. Persamaan Polinom Pangkat Dua... 50

12. Persamaan Polinom Pangkat Tiga... 50

(19)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

I. Rencana Campuran... 109

II. Pemeriksaan Bahan... 113

III. Pemeriksaan Batu Bata... 124

IV. Analisa Data... 144

V. Proses Pembakaran Batu Bata Tradisional... 212

(20)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pesatnya laju pembangunan akhir – akhir ini membuat beberapa permintaan kebutuhan material bangunan meningkat, tidak terkecuali pada material bangunan berupa batu bata. Batu bata umumnya dalam konstruksi bangunan memiliki fungsi sebagai bahan non-struktural, di samping berfungsi sebagai struktural. Batu bata masih sangat diminati masyarakat sampai hari ini sebagai pengisi dinding dan penyekat ruangan, meskipun saat ini sudah banyak ditemukan beberapa material bangunan pengganti batu bata seperti batako. Akan tetapi dalam kenyataannya permintaan kebutuhan material bangunan batu bata lebih banyak diminati daripada permintaan terhadap batako. Salah satu alasan kenapa masyarakat masih mempercayai batu bata adalah dari segi estetikanya terlihat lebih berseni dibandingkan dengan batako, serta kekurangan dari batu bata lebih dapat diterima dibandingkan dengan kekurangan dari batako. Contohnya adalah rumah berdinding batu bata lebih sejuk ditempati dibandingkan rumah berdinding batako. (http://kumpulan.info/rumah.com/)

Produksi batu bata di Indonesia dilakukan dengan cara tradisional dengan bahan baku berupa tanah liat yang dicetak. Ukuran batu bata dipasaran bervariasi yang mempunyai tebal sekitar 3 cm – 5 cm, ukuran lebar 7 cm – 11 cm, dengan panjang antara 17 cm – 22 cm, yang masing-masing jenis batu bata tersebut akan sangat dipengaruhi oleh daerah asal batu bata. Setelah melalui tahap pencetakan, batu bata tersebut dikeringkan, setelah kering yaitu sekitar 3 sampai 4 hari kemudian dibakar dengan suhu yang tinggi. Proses pembakaran batu bata memerlukan waktu yang lama yaitu sekitar 2 sampai 4 hari, dikarenakan waktu yang lama tersebut maka akan berdampak pula pada biaya bahan bakar atau biaya produksi yang otomatis meningkat.

Kebutuhan batu bata untuk bahan bangunan yang semakin meningkat menyebabkan perlu diusahakan alternatif bahan pengikat tambahan yang dapat mengurangi lama pembakaran terhadap batu bata. Usaha alternatif ini

(21)

commit to user

dimaksudkan agar kebutuhan batu bata saat pembangunan tidak terhambat karena keterlambatan material, karena material batu bata ini memakan waktu yang lama saat proses produksi.

Baru – baru ini telah banyak penelitian yang dilakukan mengenai pemanfaatkan beberapa limbah industri untuk penambahan dalam campuran berbagai keperluan bahan bangunan teknik sipil. Pemanfaatan limbah fly ash batu bara untuk campuran batu bata juga telah dilakukan, seperti contoh penelitian yang dilakukan oleh Muhardi, Reni Suryanita dan Alsaidi (2007), Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau, dengan judul “Perbaikan Karakteristik Batu Bata Lempung Dengan Penambahan Abu Terbang”. Dari penelitian mereka didapat kesimpulan bahwa kekuatan tekan batu bata mengalami kenaikan seiring bertambahnya umur dari batu bata mencapai 15% pada umur 14 hari dan 30,03% pada umur 28 hari pada pemakaian abu terbang 10%. Karakteristik batu bata dengan penambahan material abu terbang sampai pada persentase 50% mempunyai bentuk permukaan rata dan halus, siku yang tajam dan ringan. Sedangkan penambahan abu terbang diatas 50% menunjukan bentuk permukaan yang kasar dan tidak siku, rapuh dan warna yang kusam. Batu bata yang menggunakan abu terbang akan lebih ringan, penyerapan air yang kecil, lebih padat dengan penyusutan yang kecil.

Penelitian yang dilakukan oleh M. Abdullah, dkk. (2009) Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha 10 Bandung 40132, tentang “Sintesis Keramik Berbasis Komposit Clay-Karbon dan Karakterisasi Kekuatan Mekaniknya.” Melalui penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa fraksi karbon yang digunakan sangat berpengaruh pada kekuatan keramik. Kekuatan mekanik keramik terbesar diperoleh ketika penambahan karbon dengan fraksi 0,05 – 0,1 w/w atau sekitar 0,2 – 0,4 v/v. Kekuatan keramik juga dipengaruhi oleh suhu pembakaran, di mana makin tinggi suhu pembakaran maka keramik makin kuat. Lama waktu pembakaran juga mempengaruhi kekuatan keramik, waktu pembakaran di atas 2 jam akan mengurangi kekuatan keramik karena pengurangan jumlah karbon di dalam keramik.

(22)

commit to user

Industri di Indonesia telah berkembang dengan relatif pesat. Seperti pidato yang telah disampaikan oleh Sri Prabandiyani Retno Wardani (2008) saat upacara penerimaan jabatan Guru Besar di Fakultas Teknik Universitas Diponegoro. Salah satu kebijakan pemerintah di bidang energi pada tahun 1976 adalah masalah diversifikasi energi, batubara diharapkan dapat berperan sebagai sumber energi pengganti minyak bumi. Produksi batubara pada tahun 2010 diperkirakan sekitar 153 juta ton, sedangkan pemakaian dalam negeri pada tahun tersebut adalah 108 juta ton, sedangkan sisanya 45 juta ton merupakan jumlah yang dapat diekspor. Dari pembakaran batubara dihasilkan sekitar 5% polutan padat yang berupa abu (fly ash dan bottom ash), di mana sekitar 10-20% adalah

bottom ash dan sekitar 80-90% fly ash dari total abu yang dihasilkan. Semakin meningkatnya pemakaian batubara, maka beban lingkungan juga akan semakin berat dan perlu diantisipasi dengan pemakaian teknologi batu bara bersih dan pemanfaatan secara optimal dari limbah batu bara (fly ash). Sedangkan fly ash

batu bara itu sendiri termasuk limbah B3 oleh karena itu perlakuan limbah fly ash

harus sama dengan limbah B3 yang lainnya. Seperti yang dipaparkan pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 18 tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) menyebutkan bahwa pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang dapat tercemar sehingga sesuai fungsinya kembali.

Tribuana (2002) dalam Muhardi, dkk (2007) mengungkapkan abu terbang adalah sisa dari hasil proses pembakaran batu bara pada temperatur tinggi yang merupakan bahan pozzolanik, yaitu bahan yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, namun mengandung senyawa silika-alumina aktif yang dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar dan adanya air yang cukup banyak membentuk senyawa stabil yang mempunyai sifat-sifat seperti semen (PT.Semen Andalas, 1998) dengan unsur dominan unsur CaO sebanyak 15,2% Silika (SiO2) sebanyak 31,45%. Abu dasar merupakan fraksi yang lebih

(23)

commit to user

kasar dan memiliki warna abu-abu gelap. Setelah melalui proses pembakaran abu dasar akan jatuh dan terkumpul di dasar tungku pembakaran.

Sri Prabandiyani Retno Wardani (2008) mengungkapkan fly ash dari produksi pembakaran batu bara secara sederhana melalui corong gas dan menyebar ke atmosfer. Hal ini yang menimbulkan masalah lingkungan dan kesehatan, karena fly ash hasil dari tempat pembakaran batu bara dibuang sebagai timbunan. Fly ash dan bottom ash ini terdapat dalam jumlah yang cukup besar, sehingga memerlukan pengelolaan agar tidak menimbulkan masalah lingkungan, seperti pencemaran udara, atau perairan, dan penurunan kualitas ekosistem.

Melihat fly ash batu bara dari produksi digunakan sebagai bahan tambahan, dimana merupakan limbah dari pembakaran batu bara yang dihasilkan dari beberapa pabrik atau industri seperti pabrik tekstil, pengolahan kayu serta pabrik lainnya. Pabrik – pabrik ini memerlukan bahan bakar berkelanjutan dalam jumlah yang besar dengan harga relatif murah. Bahan ini potensinya ternyata cukup melimpah dan belum banyak termanfaatkan dengan baik. Semakin meningkatnya pemakaian batubara, maka beban lingkungan juga akan semakin berat dan perlu diantisipasi dengan pemakaian teknologi batu bara bersih dan pemanfaatan secara optimal dari limbah batu bara.

Farida Marzuki, ITB, menuliskan fly ash batu bara mempunyai kandungan unsur silikat dan aluminat yang reaktif, sama seperti semen. Oleh karenanya fly ash dipilih sebagai bahan alternatif campuran tambahan dalam pembuatan batu bata. Penelitian yang dilakukan mengkaji seberapa besar pengaruh penambahan fly ash terhadap waktu pembakaran batu bata.

Dengan menambahkan fly ash batu bara pada bata diharapkan mampu menghasilkan bata dengan kekuatan yang baik dalam waktu produksi yang tidak terlalu lama dan dapat dilihat penggunaannya pada bangunan yang tepat dari jenis batu bata tersebut. Oleh karena itu peneliti mengambil judul “Pengaruh Penggantian Tanah Liat Oleh Fly Ash Batu Bara Dan Lama Pembakaran Terhadap Karakteristik Fisis dan Mekanis Batu Bata” sebagai penelitian. Dari penelitian ini diharapkan akan meningkatkan pemanfaatan limbah fly ash

(24)

commit to user

batu bara dan mengurangi pencemaran lingkungan karena logam berat yang dikandung dalam fly ash batu bara.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Lama pembakaran batu bata yang terlalu lama meningkatkan biaya produksi. 2. Limbah fly ash batu bara yang masih berlimpah dan belum dimanfaatkan

secara maksimal.

3. Pemanfaatan limbah fly ash batu bara dapat digunakan untuk bahan tambahan pembuatan batu bata.

4. Belum diketahui prosentase penggantian volume tanah liat oleh fly ash batu bara untuk mempercepat lama pembakaran batu bata.

5. Belum diketahui prosentase penggantian volume tanah liat oleh fly ash batu bara untuk mendapatkan lama pembakaran minimal dengan karakteristik batu bata yang dihasilkan memenuhi standar.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas akan dibuat beberapa batasan masalah, agar masalah yang dikaji dalam penelitian ini menjadi terarah. Batasan masalah difokuskan sebagai berikut:

1. Sifat batu bata yang ditinjau adalah sifat fisis (berat jenis, susut bakar, dan porositas) sedangkan sifat mekanis (kuat tekan dan kuat patah).

2. Abu yang digunakan adalah fly ash batu bara dari limbah pembakaran batu bara pabrik tekstil PT. Kusuma Putra Santosa yang berada di daerah Karanganyar tanpa melihat type karakteristik fly ash tersebut.

3. Variasi penggantian fly ash yaitu 0%, 15%, 30%, 40% dan 50% dari volume tanah liat.

4. Variasi lama pembakaran yaitu 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam.

5. Benda uji berupa batu bata merah yang terbuat dari tanah liat dengan dimensi 23 cm x 11 cm x 5 cm.

(25)

commit to user

6. Tanah liat yang digunakan adalah tanah lempung alluvial yaitu lempung yang terdapat di pesawahan Desa Baki RT 03/05, Sukoharjo, Surakarta.

7. Tidak meninjau besarnya suhu pembakaran. 8. Tidak meninjau persamaan kimia.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang masalah tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata?

2. Adakah pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata?

3. Berapakah prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara dan lama pembakaran minimal batu bata untuk mencapai karakteristik fisis dan mekanis batu bata sesuai standar?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata.

2. Untuk mengetahui pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan mekanis batu bata.

3. Untuk mengetahui prosentase penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara dan lama pembakaran minimal batu bata untuk mencapai karakteristik fisis dan mekanis batu bata sesuai standar.

(26)

commit to user F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini begitu penting karena dapat menghasilkan informasi yang dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan bahan bangunan pengaruh penggantian tanah liat oleh fly ash batu bara dan lama pembakaran batu bata.

b. Memberikan informasi tentang pemanfaatan fly ash batu bara sebagai bahan tambahan pembuatan bahan bangunan khususnya batu bata.

c. Sebagai penelitian pengembang untuk penelitian lain yang relevan. d. Sebagai pendukung teori-teori penelitian sebelumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi tentang pemanfaatan fly ash batu bara sebagai limbah industri yang mencemari lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai campuran batu bata.

b. Memberikan informasi tentang fly ash batu bara yang bisa mempercepat pembakaran batu bata sehingga produksi batu bata lebih efisien.

(27)

commit to user BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan 1. Batu Bata

a. Pengertian Batu Bata

Batu bata adalah batuan yang terbuat dari tanah hitam atau tanah merah. Bahan baku didapat dari tanah pertanian. Adapun cara pembuatan batu bata diawali dengan manggali tanah, kemudian dilanjutkan dengan mencampur tanah tersebut dengan campuran bahan baku penolong, selanjutnya di lakukan proses pencetakan, pengeringan , pembakaran dan pendinginan batu bata. Batu bata adalah bahan bangunan yang banyak kegunaannya, antara lain adalah sebagai berikut : bahan untuk pembuatan bangunan, bahan untuk pembuatan pot bunga, bahan untuk pembuatan telor asin. (http://id.shvoong.com/)

Batu bata lempung adalah batu bata yang terbuat dari lempung dengan atau tanpa campuran bahan lain melalui suatu proses pembakaran atau pengeringan. Batu bata lempung dibakar dengan temperatur tinggi hingga tidak hancur bila direndam dalam air dan mempunyai luas penampang lubang kurang dari 15% dari luas potongan datarnya. Batu bata lempung yang diproduksi melalui proses pembakaran lebih dikenal dengan nama bata merah. Dalam proses pembuatannya baik pembuatan secara tradisional maupun modern, tergantung kepada material dasar pembentuk batu bata serta pengolahannya dalam menghasilkan kualitas produksi yang baik. (Muhardi, dkk, 2007)

b. Jenis Batu Bata

Jika disesuaikan dengan bahan pembuatannya, secara umum batu bata digolongkan dalam 2 jenis:(http://solusibangunanmu.com/)

1) Batu Bata Tanah Liat

Batu bata yang terbuat dari tanah liat ini memiliki 2 kategori utama, yaitu bata biasa dan bata muka.

(28)

commit to user

a) Bata biasa memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu. Bata ini digunakan untuk dinding dan ditutup dengan semen. Bata biasa seringkali disebut dengan bata merah.

b) Bata muka memiliki permukaan yang baik, licin dan mempunyai warna atau corak yang sama. Meski digunakan untuk dinding juga, namun bata muka tidak perlu ditutup lagi dengan semen. Bata muka biasa disebut sebagai bata imitasi.

2) Batu Bata Pasir-Kapur

Sesuai dengan namanya, batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1:8 serta air yang ditekankan kedalam campuran sehingga membentuk bata yang sangat padat. Biasa digunakan untuk bagian dinding yang terendam air dan memerlukan kekuatan tinggi.

Jika disesuaikan dengan cara pembuatannya, secara umum batu bata digolongkan dalam 2 jenis: ( http://kumpulan.info/rumah/tips-rumah/44-tips/335-batu-bata-rumah.html)

1) Batu Bata Konvensional

Batu bata ini dibuat dengan cara tradisional dan menggunakan alat-alat yang sederhana. Salah satu ciri dari batu bata konvensional adalah bentuk yang tidak selalu sama, tidak rapi dan bertekstur kasar. Ini dapat dipahami karena pembuatan batu bata konvensional menggunakan alat-alat yang sederhana dan lebih mengutamakan sumber daya manusia dalam pembuatannya.

2) Batu Bata Pres

Pembuatan batu-bata ini menggunakan bantuan mesin-mesin. Hasilnya adalah batu-bata yang memiliki tekstur halus, memiliki ukuran yang sama dan terlihat lebih rapi.

c. Proses Pembuatan Batu Bata

Menurut Suwardono, (2002)dalam Masthura, (2010), tahap-tahap pembuatan batu bata, yaitu sebagai berikut:

(29)

1) Penggalian Bahan Mentah

Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya dicarikan tanah yang tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang mengandung sedikit pasir untuk menghindari penyusutan. Penggalian tanah dilakukan dengan menggunakan alat tradisional, berupa cangkul. Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira-kira setebal 40 – 50 cm, sebelumnya tanah dibersihkan dari akar pohon, plastik, daun, dan sebagainya agar tidak ikut terbawa. Kemudian menggali sampai ke bawah sedalam 1,5 – 2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah digali dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi. Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin baik karena menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat.

2) Pengolahan Bahan Mentah

Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus dicampur secara merata yang disebut dengan pekerjaan pelumatan. Pekerjaan pelumatan dilakukan secara manual dengan cara diinjak-injak oleh orang atau hewan dalam keadaan basah dengan kaki atau diaduk dengan tangan. Bahan campuran yang ditambahkan pada saat pengolahan harus benar-benar menyatu dengan tanah liat secara merata. Bahan mentah yang sudah jadi ini sebelum dibentuk dengan cetakan, terlebih dahulu dibiarkan selama 2 sampai 3 hari dengan tujuan memberi kesempatan partikel-partikel tanah liat untuk menyerap air agar menjadi lebih stabil, sehingga apabila dibentuk akan terjadi penyusutan yang merata.

3) Pembentukan Batu Bata

Bahan mentah yang telah dibiarkan 2 – 3 hari dan sudah mempunyai sifat plastisitas sesuai rencana, kemudian dibentuk dengan alat cetak yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai ukuran standar NI 15-2094-1991 atau SII-0021-78. Supaya tanah liat tidak menempel pada cetakan, maka

(30)

commit to user

sekam padi. Langkah awal pencetakan batu bata yaitu letakkan cetakan pada lantai dasar pencetakan, kemudian tanah liat yang telah siap dilemparkan pada bingkai cetakan dengan tangan sambil ditekan-tekan ingat tanah liat memenuhi segala sudut ruangan pada bingkai cetakan. Selanjutnya cetakan diangkat dan batu bata mentah hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar terkena sinar matahari. Batu bata mentah tersebut kemudian dikumpulkan pada tempat yang terlindung untuk diangin-anginkan.

4) Pengeringan Batu Bata Merah

Pengeringan batu bata yang dibuat secara tradisional, proses pengeringannya mengandalkan kemampuan alam. Proses pengeringan batu bata akan lebih baik bila berlangsung secara bertahap agar panas dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang penutup plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artian panas sinar matahari terlalu menyengat akan mengakibatkan retakan-retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering, batu bata tersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena angin. Proses pengeringan batu bata memerlukan waktu dua hari jika kondisi cuacanya baik. Sedangkan pada kondisi udara lembab, maka proses pengeringan batu bata sekurang-kurangnya satu minggu.

5) Pembakaran Batu Bata

Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencapai suhu yang dinginkan, melainkan juga memperhatikan kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta kecepatan untuk mencapai pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi perubahan fisika dan kimia serta mineralogy dari tanah liat tersebut. Pada umumnya dalam suatu proses pembakaran batu bata yang dilakukan oleh produsen batu bata, mereka membutuhkan waktu 2 – 4 hari tanpa berhenti untuk membakar batu bata tersebut sampai memenuhi standar batu bata yang layak digunakan.

(31)

Proses pembakaran batu bata harus berjalan seimbang dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu : (Suwardono, 2002 dalam Masthura, 2010)

a) Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu pengeluaran air pembentuk, terjadi hingga temperatur kira – kira 120°C.

b) Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa – sisa tumbuhan (karbon) yang terdapat di dalam tanah liat. Proses ini berlangsung pada temperatur 650 – 800°C.

c) Tahap pembakaran penuh. Bata dibakar hingga matang dan terjadi vitrifikasi hingga menjadi bata padat. Temperatur matang bervariasi antara 920 – 1020°C tergantung pada sifat tanah liat yang dipakai. d) Tahap penahanan. Pada tahap ini terjadi penahanan temperatur selama

1 – 2 jam. Pada tahap 1, 2 dan 3 kenaikan temperatur harus perlahan – lahan, agar tidak terjadi kerugian pada batanya. Antara lain : pecah – pecah, noda hitam pada bata, pengembangan, dan lain – lain. Pada gambar (a) diperlihatkan bahwa partikel tanah liat sebelum dibakar mempunyai dua permukaan terpisah yang berdekatan. Setelah terbakar, butir-butir mempunyai satu batas, seperti yang diperlihatkan pada gambar (b) Gaya gerak untuk pembakaran adalah pengurangan luas permukaan (yang berarti pengurangan energi permukaaan).

Gambar 2.1. Proses Pembakaran Pada Pembuatan Batu Bata (Sumber : Van Vlack, 1992 dalam Masthura, 2010)

(32)

commit to user 6) Pemilihan (Seleksi) Batu Bata

Bata yang telah dibakar kemudian didinginkan, dibongkar dari dalam tungku. Pembongkaran ini biasanya dapat dilakukan bila temperature telah cukup rendah, di bawah 50°C. Bata tersebut dipilih, biasanya criteria untuk pemilihan batu bata adalah sebagai berikut :

a) Kematangan bata mudah dibedakan dengan warnanya : (1) Hitam, terlalu matang.

(2) Merah, matang.

(3) Abu – abu/cream, masih mentah. b) Bunyi dan warnanya

c) Ukuran bata terlalu kecil atau terlalu besar. Kriteria yang baik dengan sendirinya harus disesuaikan dengan standar yang berlaku.

d. Standar Batu Bata

Penilaian terhadap kualitas batu bata dengan campuran fly ash batu bara harus memenuhi syarat-syarat batu bata merah. NI 10 mendefinisikan bata merah adalah suatu unsur bangunan, yang diperuntukan pembuatan konstruksi bangunan dan yang dibuat dari tanah dengan atau tanpa campuran bahan – bahan lain, dibakar cukup tinggi, hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. Adapun syarat-syarat batu bata sebagai bahan bangunan sesuai standar baku NI 10 yang meliputi :

1) Pandangan Luar

Batu bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan bentuk yang berkelebihan, Bentuk lain yang disengaja karena pencetakan, diperbolehkan. Disamping syarat-syarat tersebut di atas, pembeli dan penjual dapat mengadakan perjanjian tersendiri.

2) Ukuran

Ukuran–ukuran panjang, lebar dan tebal dari bata merah ditentukan dan dinyatakan dalam perjanjian antara pembeli dan penjual (pembuat). Ukuran bata merah standar ialah seperti di bawah ini :

(33)

b) Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm

Penyimpangan terbesar, dari ukuran – ukuran seperti tersebut di atas ini ialah : untuk panjang maksimum 3%, lebar maksimum 4%, tebal maksimum 5%. Tetapi antara bata – bata dengan ukuran – ukuran yang terbesar dan bata dengan ukuran – ukuran terkecil, selisih maksimum yang diperbolehkan ialah : untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, tebal 4 mm. Jumlah benda – benda percobaan yang boleh menunjukan penyimpangan dalam ukuran – ukuran lebih dari penyimpangan maksimum yang telah ditetukan ialah :

a) Bata merah mutu tingkat I (satu) : tidak ada yang menyimpang.

b) Bata merah mutu tingkat II (dua) : satu buah dari sepuluh benda percobaan.

c) Bata merah mutu tingkat III (tiga) : dua buah dari sepuluh benda percobaan.

3) Kuat Tekan

Tabel 2.1. Klasifikasi Kekuatan Bata NI 10 Mutu Bata Merah Kuat Tekan Rata-Rata

Kgf/cm2 N/mm2

Tingkat I (satu) Tingkat II (dua) Tingkat III (tiga)

Lebih besar dari 100 100 – 80

80 – 60

>10 10 – 8

8 – 6

Dari tiap – tiap benda percobaan, kuat tekannya tidak diperbolehkan 20% lebih rendah dari harga rata – rata terendah untuk tingkat mutunya. Sedangkan menurut SII-0021-1978 terdapat pembagian kelas batu bata berdasarkan kekuatan tekan, yang dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut :

(34)

commit to user

Tabel 2.2. Kekuatan Tekan Rata-Rata Batu Bata (SII-0021,1978) Kelas

Kekuatan Tekan

Rata-Rata Batu Bata Koefisien Variasi Izin Kg/cm2 N/mm2 25 50 100 150 200 250 25 50 100 150 200 250 2,5 5,0 10 15 20 25 25% 22% 22% 15% 15% 15% (Sumber : SII-0021,1978 dalam Muhardi, dkk, 2007.)

4) Kadar Garam

Benda – benda percobaan tidak boleh menunjukkan tanda – tanda yang menurut hasil pengujian dinyatakan membahayakan. Hasil pengujian dinyatakan dengan kata – kata :

a) Tidak membahayakan

b) Ada kemungkina membahyakan c) Membahyakan

5) Porositas (Penyerapan)

Menurut Yudha Romadhona (2007) dalam Masthura (2010) bahwa penyerapan disyaratkan tidak melebihi dari 20%, dan berat jenis batu bata normal berkisar antara 1,8 – 2,6 gr/cm3.

e. Karakteristik

Beberapa jenis pengujian dan analisis yang dibahas untuk keperluan penelitian ini antara lain: pengujian sifat fisis (berat jenis, susut bakar dan porositas) dan pengujian sifat mekanis (kuat tekan dan kuat patah). Karakteristik batu bata oleh Masthura (2010) dijelaskan sebagai berikut :

1) Kuat Tekan (Compresive Strength)

Kuat tekan suatu material didefenisikan sebagai kemampuan material dalam menahan beban sampai terjadinya kegagalan (failure). Kuat tekan batu bata ini membandingkan antara beban maksimum yang mampu ditahan batu bata dengan luas bidang permukaan batu bata.

(35)

2) Kuat Patah (Bending Strength)

Kekuatan Patah sering juga disebut dengan Modulus of Rapture (MOR)

yang menyatakan ukuran ketahanan material terhadap tekanan mekanis dan tekanan panas (thermal Stress) selama penggunaannya. Kekuatan patah ini berkaitan dengan komposisi, struktur material, pori-pori, dan ukuran butiran. Ada dua cara pengujian untuk menentukan kekuatan bahan yang berdasarkan tumpuan, yaitu tiga titik tumpu (three point bending) dan empat titik tumpu (four point bending). Dalam hal ini dibatasi hanya pada pengujian tiga titik tumpu saja. Kuat patah batu bata ini membandingkan 3 kali gaya di puncak beban pada jarak antara tumpuan, dengan 2 kali lebar benda uji dan 2 kali tinggi benda uji.

3) Porositas

Porositas dapat didefenisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh zat padat. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0 % sampai dengan 90 % tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut. Semakin banyak porositas yang terdapat pada benda uji maka semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya.

4) Susut Bakar

Susut Bakar adalah perubahan dimensi atau volume bahan yang telah dibakar. Salah satu parameter yang menunjukkan terjadinya proses sintering adalah penyusutan akibat adanya perubahan mikrostruktur (butir atau batas butir).

5) Berat Jenis

Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau

(36)

commit to user 2. Tanah Liat

a. Pengertian Tanah Liat

Hampir semua tanah liat yang ada di Indonesia disebut lempung. Lempung merupakan produk alam, yaitu hasil pelapukan kulit bumi yang sebagian besar terdiri dari batuan feldspatik berupa batuan granit dan batuan beku. (http://axzx.blogspot.com/)

Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah liat dapat membentuk kerutan-kerutan atau pecah-pecah bila kering.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Lempung)

Tanah liat memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah akan mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Pada umumnya, masyarakat memanfaatkan tanah liat atau lempung ini sebagai bahan baku pembuatan bata dan gerabah. Tanah liat memiliki komposisi kimia seperti pada tabel 2.3. sebagai berikut:

Tabel 2.3. Komposisi Kimia Tanah Liat No Unsur Kimia Jumlah (%)

1 SiO2 59,14 2 Al2O3 15,34 3 Fe2O3 + FeO 6,88 4 CaO 5,08 5 Na2O 3,84 6 MgO 3,49 7 K2O 1,13 8 H2O 1,15 9 TiO2 1,05 10 Lain-lain 2,9 Sumber: (http://axzx.blogspot.com)

(37)

b. Jenis – Jenis Tanah Liat (Lempung)

Di alam hanya terdapat dua jenis tanah liat, yaitu: (http://rumahtanahliatcitra.com/)

1) Tanah Liat Primer

Jenis tanah liat yang dihasilkan dari pelapukan batuan feldspatik oleh tenaga endogen yang tidak berpindah dari batuan induk. Tanah liat primer cenderung berbutir kasar, tidak plastis, daya leburnya tinggi dan daya susutnya kecil. Pada umumnya tanah liat primer bersifat tahan api. Suhu matang berkisar antara 13000ºC s/d 17500ºC. Yang termasuk tanah liat primer antara lain: kaolin, bentonite, feldspat, kwarsa dan dolomit. 2) Tanah Liat Sekunder

Tanah liat sekunder atau sediment adalah jenis tanah liat hasil pelapukan batuan feldspatik yang berpindah jauh dari batuan induknya karena tenaga eksogen, dan dalam perjalanan bercampur dengan bahan-bahan organik maupun anorganik sehingga merubah sifat-sifat kimia maupun fisika tanah liat tersebut. Tanah liat ini mempunyai sifat: berbutir halus, berwarna krem/abu-abu/coklat/merah jambu/kuning, suhu matang antara 9000ºC s/d 14000ºC. Tanah liat sekunder ini dibagi jadi 4 yaitu :

a)

Tanah liat tahan api (fire clays)

Tanah liat tahan api (fire clays) sering kali berwarna terang (putih) ke abu-abu gelap menuju ke hitam dan ditemukan di alam berbentuk bongkahan padat. Yang tergolong tanah liat tahan api ialah tanah liat yang tahan dibakar pada suhu tinggi tanpa berubah bentuk. Contoh : alumina dan silika.

b)

Tanah liat stoneware

Tanah liat stoneware ialah tanah liat yang dalam pembakaran gerabah (earthenware) tanpa disertai perubahan bentuk. Titik lebur tanah liat stoneware bisa mencapai suhu 14000ºC. Dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan benda keramik alat rumah tangga

(38)

commit to user

c)

Tanah liat ball clay

Disebut juga sebagai tanah liat sedimen, berbutir halus, mempunyai tingkat plastisitas sangat tinggi, daya susutnya besar dan biasanya berwarna abu-abu.

d)

Tanah liat merah ( earthenware clay )

Bahan ini sangat banyak terdapat di alam. Tingkat keplastisannya cukup, sehingga mudah dibentuk, warna bakar merah coklat dan titik leburnya sekitar 11000ºC s/d 12000ºC. Banyak digunakan di industri bata genteng dan gerabah kasar dan halus.

Berdasarkan tempat pengendapan dan asalnya, menurut Suwardono, (2002) dalam Masthura, (2010) tanah liat (lempung) dapat dibagi dalam beberapa jenis, sebagai berikut :

1) Lempung Residual, adalah lempung yang terdapat pada tempat di mana lempung tersebut terjadi, atau dengan kata lain lempung tersebut belum berpindah tempat sejak terbentuknya.

2) Lempung Illuvial, adalah lempung yang telah terangkut dan mengendap pada suatu tempat tidak jauh dari tempat asalnya, misalnya di kaki bukit. Lempung illuvial sifatnya mirip lempung residual, hanya saja pada lempung illuvial bagian dasarnya tidak diketemukan batuan asalnya. 3) Lempung Alluvial, adalah lempung yang diendapkan oleh air sungai di

sekitar atau sepanjang sungai. Pada waktu banjir sungai akan meluap, sehingga lempung dan pasir yang dibawanya akan mengendap di sekitar atau sepanjang sungai. Pasir akan mengendap di tempat dekat sungai, sedangkan lempung akan mengendap jauh dari tempat asalnya. Letak sungai dapat berubah-ubah sehinggan hasil endapan lempung atau pasir juga akan berubah-ubah. Oleh karena itu endapan lempung alluvial dicirikan dengan selang-seling antara pasir dan lempung, baik vertikal maupun horizontal. Bentuk endapan alluvial umumnya menyerupai lensa. Pada endapan alluvial muda, lapisan pasirnya terlihat masih segar, sedangkan pada endapan alluvial tua, lapisan pasirnya telah melapuk sebagian atau seluruhnya telah menjadi lempung.

(39)

4) Lempung Marin, adalah lempung yang endapannya berada di laut. Lempung yang dibawa oleh sungai sebagian besar diendapkan di laut. Hanya sebagian kecil saja yang diendapkan sebagai lempung alluvial. Lempung marin sangat halus dan biasanya tercampur dengan cangkang - cangkang foraminefera (kapur). Lempung marin dapat menjadi padat karena pengaruh beban di atasnya, oleh gaya geologi.

5) Lempung Rawa, adalah lempung yang diendapkan di rawa – rawa. Jenis lempung ini dicirikan oleh warna yang hitam. Apabila terdapat dekat laut akan mengandung garam.

6) Lempung Danau, adalah lempung yang diendapkan di danau. Sifat lempung ini tidak tebal seperti lempung marin dan mempunyai sifat seperti lempung rawa air tawar.

c. Sifat – Sifat Tanah Liat (Lempung)

Menurut Daryanto, (1994) dalam Masthura, (2010), tanah liat (lempung) mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang penting, antara lain : 1) Plastisitas

Plastisitas atau keliatan tanah liat ditentukan oleh kehalusan partikel – partikel tanah liat. Kandungan plastisitas tanah liat bervariasi. Tergantung kehalusan dan kandungan lapisan airnya. Plastisitas berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga batu bata yang dibentuk tidak mengalami keretakan atau berubah bentuk. Tanah liat dengan plastisitas yang tinggi juga akan sukar dibentuk sehingga perlu ditambahkan bahan bahan yang lain.

2) Kemampuan Bentuk

Tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik, batu bata dan genteng harus memiliki kemampuan bentuk agar dapat berdiri tanpa mengalami perubahan bentuk baik pada waktu proses maupun setelah pembentukan. Tanah liat dikatakan memiliki daya kerja apabila mempunyai plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik sehingga

(40)

commit to user 3) Daya Suspensi

Daya suspensi adalah sifat yang memungkinkan suatu bahan tetap dalam cairan. Flokulan merupakan suatu zat yang akan menyebabkan butiran – butiran tanah liat berkumpul menjadi butiran yang lebih besar dan cepat mengendap, contohnya: magnesium sulfat. Deflokulan merupakan suatu zat yang akan mempertinggi daya suspensi (menghablur) sehingga butiran – butiran tanah liat tetap melayang, contohnya: waterglass/sodium silikat, dan sodium karbonat.

4) Penyusutan

Tanah liat untuk mengalami dua kali penyusutan, yakni susut kering (stelah mengalami proses pengeringan) dan susut bakar (setelah mengalami proses pembakaran). Penyusutan terjadi karena menguapnya air selaput pada permukaan dan air pembentuk atau air mekanis sehingga butiran – butiran tanah liat menjadi rapat. Pada dasarnya susut bakar dapat dianggap sebagai susut keseluruhan dari tanah liat sejak dibentuk, dikeringkan sampai dibakar. Persentase penyusutan yang dipersyaratkan untuk jenis tanah liat earthenware sebaiknya antara 10% - 15%.

Tanah liat yang terlalu plastis pada umumnya memiliki persentase penyusutan lebih dari 15% sehingga mengalami resiko retak/pecah yang tinggi. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan pasir halus.

5) Suhu Bakar

Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu kondisi benda yang telah mencapai kematangan pada suhu tertentu secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat dikatakan tanah liat tersebut memiliki kualitas kemampuan bakar. Dalam proses pembakaran tanah liat akan mengalami proses perubahan (ceramic change) pada suhu sekitar 600°C, dengan hilangnya air pembentuk dari bahan benda.

6) Warna Bakar

Warna bakar tanah liat dipengaruhi oleh zat/bahan yang terikat secara kimiawi pada kandungan tanah. Warna pada tanah liat disebabkan oleh zat yang mengotorinya, warna abu -abu sampai hitam mengandung zat

(41)

arang dan sisa – sisa tumbuhan, warna merah disebabkan oleh oksida besi (Fe).Perubahan warna batu bata merah dari keadaan mentah sampai setelah dibakar biasanya sulit dipastikan. Berikut tabel 2.4. perkiraan perubahan warna tanah liat mentah setelah proses pembakaran.

Tabel 2.4. Perkiraan Perubahan Warna Tanah Liat Setelah Proses Pembakaran Warna Tanah Liat Mentah Kemungkinan Perubahan Warna Setelah

Dibakar 1. Merah

2. Kuning tua 3. Cokelat 4. Putih

5. Abu-abu ata hitam 6. Hijau

7. Merah, kuning, abu-abu tua

Merah atau cokelat

Kuning tua, cokelat atau merah Merah atau cokelat

Putih atau putih kekuningan Merah, kuning tua atau putih Merah

Pertama merah lalu krem, kuning tua atau kuning kehijauan pada saat melebur

(Sumber: Hartono, 1987: 24 dalam Masthura, 2010)

7) Porositas

Porositas atau absorbsi adalah persentase penyerapan air oleh badan keramik atau batu bata. Persentase porositas ditentukan oleh jenis badan, kehalusan unsur badan, penambahan pasir, kepadatan dinding bahan, serta suhu bakarnya. Tanah liat poros biasanya fragile, artinya pada bentuk – bentuk tertentu bila mendapatkan sentakan agak keras akan mudah patah/pecah. Tanah liat earthenware umumnya mempunyai porositas paling tinggi sekitar 5% - 10% bila dibandingkan dengan

stoneware atau porselin. 8) Kekuatan Kering

Kekuatan kering merupakan sifat tanah liat yang setelah dibentuk dan kondisisnya cukup kering mempunyai kekuatan yang stabil, tidak berubah bila diangkat untuk keperluan finishing, pengeringan serta penyusunan dalam pembakaran. Kekuatan kering dipengaruhi oleh kehalusan butiran, jumlah air pembentuk, pencampuran dengan bahan

(42)

commit to user 9) Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan perbandingan besar butiran – butiran tanah dengan bentuk butiran – butiran tersebut. Sifat liat, susut kering dan kekuatan kering sangat tergantung dari struktur tanah liatnya. Struktur tanah liat dibedakan dalam dua golongan yaitu tanah liat sebagai struktur halus dan pasir sebagai struktur kasar.

10) Slaking

Slaking merupakan sifat tanah liat yaitu dapat hancur dalam air menjadi butiran – butiran halus dalam waktu tertentu pada suhu udara biasa. Makin kurang daya ikat tanah liat semakin cepat hancurnya. Sifat

slaking ini berhubungan dengan pelunakan tanah liat dan

penyimpanannya. Tanah liat yang keras membutuhkan waktu lama untuk hancur, sedangkan tanah liat yang lunak membutuhkan waktu lebih cepat.

3. Air

Air dipakai dalam proses reaksi pengikatan material yang digunakan untuk pembuatan batu bata. Supaya batu bata mudah dicetak, perlu penambahan air pada kadar tertentu sesuai jenis batu bata yang diproduksi. Dalam pembuatan batu bata lempung, penambahan kadar air ditandai dengan tidak adanya penempelan lempung pada telapak tangan. Disamping itu perlu adanya pemeriksaan visual terhadap air yang digunakan seperti tidak berminyak, tidak mengandung banyak sampah dan kotoran. (Muhardi, dkk, 2007)

Air yang digunakan untuk tujuan ini harus mempunyai syarat – syarat sebagai berikut :

a. Air cukup banyak dan kontinyu sepanjang tahun. Kadar air untuk tanah liat kira – kira 30%.

b. Air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di dalam air, seperti garam dapur.

(43)

4. Fly Ash Batu Bara

Tribuana (2002) dalam Muhardi, dkk (2007) mengatakan abu terbang adalah sisa dari hasil proses pembakaran batu bara pada temperatur tinggi yang merupakan bahan pozzolanik, yaitu bahan yang tidak mempunyai sifat mengikat seperti semen, namun mengandung senyawa silika-alumina aktif yang dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar dan adanya air yang cukup banyak membentuk senyawa stabil yang mempunyai sifat-sifat seperti semen (PT.Semen Andalas, 1998) dengan unsur dominan unsur CaO sebanyak 15,2% dan Silika (SiO₂) sebanyak 31,45%. Dari hasil pembakaran batu bara tersebut menghasilkan abu dalam dua jenis, yaitu abu dasar (bottom ash) sekitar 20%, dan abu terbang sebanyak 80%. Abu dasar merupakan fraksi yang lebih kasar dan memiliki warna abu-abu gelap. Setelah melalui proses pembakaran abu dasar akan jatuh dan terkumpul di dasar tungku pembakaran.

Cripwell (1992) dalam Muhardi, dkk (2007) mengatakan abu terbang merupakan fraksi yang halus dan memiliki warna lebih terang serta memiliki butiran yang lebih bundar dibandingkan dengan abu dasar. Setelah proses pembakaran abu terbang akan turut terbawa oleh gas pembuangan. Selanjutnya abu terbang akan diipisahkan dari gas pembuangan dengan presipator elektro statis, silikon atau kantung-kantung penyaring.

Cripwell (1992) dalam Muhardi, dkk (2007) mengatakan aplikasi dalam teknik sipil, abu terbang dimanfaatkan dalam berbagai bidang, antara lain: sebagai bahan pengganti atau pengisi semen dalam beton, dalam pembuatan semen, abu terbang dipakai sebagai bahan dasar terutama untuk pengering semen, intergrinding abu terbang dengan arang semen dan dalam pencampuran kering antara semen dan abu terbang, pemanfaatan dalam bidang geoteknik seperti bahan pengganti tanah atau bahan campuran untuk timbunan tanah, pemakaian dalam pembuatan baja sebagai bahan penguat terhadap bahaya oksidasi yang menggunakan abu terbang dengan kadar

(44)

commit to user

pembakaran, dan aplikasi lainnya, seperti pada pembuatan jalan sebagai bahan stabilisasi tanah dasar dan dinding penahan tanah.

Roni Ardiansyah (2010) mengatakan abu terbang sendiri tidak memiliki kemampuan mengikat seperti halnya semen. Tetapi dengan kehadiran air dan ukuran partikelnya yang halus, oksida silika yang dikandung oleh abu terbang akan bereaksi secara kimia dengan kalsium hidroksida yang terbentuk dari proses hidrasi semen dan menghasilkan zat yang memiliki kemampuan mengikat.

Clarke (1992) dalam Muhardi, dkk (2007) saat penelitiannya didapat bahwa, ukuran partikel abu terbang bisa lebih besar atau kecil dari partikel semen, yaitu antara 1 sampai 150 mikron atau lebih banyak berukuran lanau, abu terbang bersifat non plastis, dan mempunyai berat jenis spesifik antara 1,90 - 2,72 Mg/m³ dan kerapatan kering berkisar 1,09 – 1,60 Mg/m3 yang tergantung pada sumber batu bara yang digunakan, dan abu terbang merupakan bahan material yang bersifat pozzolan.

Beberapa kegunaan abu terbang adalah:

(http://www.balitbangjatim.com/)

a. Penyusun beton untuk jalan dan bendungan b. Penimbun lahan bekas pertambangan c. Recovery magnetit, cenosphere, dan karbon

d. Bahan baku keramik, gelas, batu bata, dan refraktori

e. Bahan penggosok (polisher)

f. Filler aspal, plastik, dan kertas g. Pengganti dan bahan baku semen

h. Aditif dalam pengolahan limbah (waste stabilization)

i. Konversi menjadi zeolit dan adsorben

Sri Prabandiyani Retno Wardani (2008) menyatakan fly ash

merupakan material yang memiliki ukuran butiran yang halus, berwarna keabu-abuan dan diperoleh dari hasil pembakaran batubara. Pada intinya fly ash mengandung unsur kimia antara lain silika (SiO₂), alumina (Al₂𝑂3), fero

(45)

lain yaitu magnesium oksida (MgO), titanium oksida (TiO₂), alkalin (Na₂O

dan K₂O), sulfur trioksida (S𝑂3), pospor oksida (P₂𝑂5) dan karbon.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan teknis dari fly ash adalah tipe batubara, kemurnian batubara, tingkat penghancuran, tipe pemanasan dan operasi, metoda penyimpanan dan penimbunan. Berikut ini adalah gambar 2.2. fly ash batu bara :

Gambar 2.2. Fly Ash Batu Bara

Adapun komposisi kimia seperti dapat dilihat pada Tabel 2.5. berikut ini :

Tabel 2.5. Komposisi Fly Ash Batu Bara Komponen Presentase % SiO₂ 51,82 Al₂𝑂3 30,98 Fe₂𝑂3 4,93 CaO 4,66 MgO 1,52 S𝑂3 1,51 Na₂O 1,52 K₂O&LOI 1,42 (Sumber: www.indonesiapower.co.id/jlbara.htm)

5. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dan dijadikan referensi pada penelitian ini diantaranya :

a. Penelitian yang dilakukan oleh Muhardi, Reni Suryanita dan Alsaidi (2007), Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Riau tentang “Perbaikan Karakteristik Batu Bata Lempung Dengan Penambahan

(46)

commit to user

“Variabel batu bata yang digunakan dalam penelitian ini adalah pada variasi persentase kadar abu terbang yaitu: 0%, 5% , 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70% dan 80%. Pembuatan benda uji dilakukan di tempat pabrik batu bata di daerah Kulim yang dilakukan dengan beberapa tahapan kerja sebagai berikut:

1) Material yang telah diolah dan dicetak sesuai dengan komposisi perbandingan variasi dijadikan satu dengan penambahan kadar air sebanyak 56%. Banyaknya material yang digunakan berdasarkan banyaknya jumlah material yang dibutuhkan dalam satu cetakan berukuran 65 x 90 x 190 mm dan ukuran 50 x 90 x 190 mm. Acuan banyaknya material yang digunakan diambil dari pembuatan satu sampel cetakan batu bata dengan ukuran 65 x 90 x 190 mm dan 50 x 90 x 190 mm adalah 1237,39 gram dan 920,76 gram.

2) Pembuatan benda uji batu bata menggunakan tipe M-5a dengan ukuran 65 x 90 x 190 mm sebanyak 90 buah untuk pengujian kekuatan tekan batu bata pada umur 7, 14 dan 28 hari. Sedangkan pembuatan batu bata ukuran 50 x 90 x 190 mm sebanyak 100 buah untuk pengujian karaktenstik fisis batu-bata.

3) Pengeringan batu-bata dilakukan selama 5 hari dengan pengeringan tanpa langsung terkena sinar matahari.

4) Pembakaran dilakukan pada tungku pembakaran selama kurang lebih 48 jam dengan menggunakan bahan bakar kayu.

5) Batu bata yang telah dibakar dibiarkan sampai dingin selama 2 hari. Pengujian terhadap karakteristik batu bata meliputi pengujian karakteristik fisis dan mekanis. Pengujian fisis terdiri dari pemeriksaan visual, berat jenis, penyerapan air, dan porositas batu bata. Sedangkan secara mekanis, pengujian batu bata dilakukan terhadap kekuatan tekan batu bata pada umur 7, 14 dan 28 hari dengan menggunakan alat mesin uji tekan (compressive strength machine).

Pada variasi campuran 10% – 80% didapat bahwa pada penambahan 50% abu terbang merupakan penambahan maksimum terhadap batu bata dengan persentase kenaikan kuat tekan 25,27%; 26,40% dan 20,37% pada umur 7, 14 dan 28 hari terhadap kuat tekan batu bata tanpa abu terbang, sedangkan kuat tekan maksimum terjadi pada penambahan 40/% dengan persentase kenaikan kuat tekan 36,69%; 39,32% dan 48,37% pada umur 7, 14 dan 28 hari. Untuk penambahan di atas 50%, kekuatan tekan batu bata mengalami penurunan dibandingkan kuat tekan batu bata tanpa abu terbang. Sedangkan karakteristik fisis batu bata yang menggunakan abu terbang didapat bahwa batu batanya lebih ringan, penyerapan air yang kecil, dan lebih padat”.

b. Penelitian yang dilakukan oleh Munir, M. “Penambahan Abu Terbang Batubara (Fly Ash) Pada Pembuatan Batako dan Pengaruhnya Terhadap Kuat Tekan.” Melalui penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dilihat dari kuat tekan penambahan abu terbang batu bara sebagai

(47)

pengganti semen seanyak 5% dan 19% mampu neningkatkan kuat tekan produk batako 5,6% dan 2,56% dibanding tanpa penambahan abu terbang batu bara dan penambahan sampai dengan 10% dapat meningkatkan produk batako dari mutu II menjadi produk batako mutu I serta penambahan abu tebang batubara sebagai pengganti semen sampai dengan 25% masih memberikan produk batako mutu 11.

c. Penelitian yang dilakukan oleh Andoyo (2006), Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang tentang “Pengaruh Penggunaan Abu Terbang (Fly Ash )Terhadap Kuat Tekan Dan Serapan Air pada Mortar.” Melalui penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa penambahan abu terbang pada bahan ikat semen portland dan kapur juga membuat mortar menjadi lebih kedap air karena nilai serapan air mortar menjadi semakin rendah. Serapan air pada mortar dengan abu terbang 0% adalah sebesar 12,912%, pada prosentase 10% sebesar 12,119%, pada prosentase 20% sebesar 11,868%, pada prosentase 30% sebesar 9,31% danpada prosentase abu terbang sebesar 40% nilai serapan airnya adalah 10,886%. Serapan air yang terjadi pada mortar masih memenuhi syarat yang ditetapkan oleh PUBI-1982.

d. Penelitian yang dilakukan oleh Endah Safitri, Djumari Djumari, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UNS tentang “Kajian Teknis dan Ekonomis (Fly Ash) Pada Produksi Paving Block.” Melalui penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa dengan menambahkan 10%, 20%, 30%, 40%, 50% dan 60% abu terbang dengan Portland Cement atau volume PC dapat meningkatkan kekuatan tekan paving blok. Hasil optimum dicapai pada 33,29% penambahan fly ash dengan komposisi campuran 1 PC: 0,3329 FA: 5 pasir atau PS. Kekuatan tekan dari komposisi ini adalah 15,54 MPa atau 4,25 MPa atau 37,12% lebih tinggi dari paving block tanpa fly ash yang tercatat 11,45 MPa dengan komposisi campuran 1 PC: 4,14 PS. Pada aspek ekonomi perbandingan harga antara paving block

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi Kekuatan Bata NI 10  Mutu Bata Merah  Kuat Tekan Rata-Rata
Tabel 2.4. Perkiraan Perubahan Warna Tanah Liat Setelah Proses Pembakaran  Warna Tanah Liat Mentah  Kemungkinan  Perubahan  Warna  Setelah
Gambar 3.2. Alur Penelitian  Persiapan bahan dan alat
Gambar 3.3. Skema Pembuatan Batu Bata
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Universitas Negeri. Yogyakarta memberikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih, kepada

Penelitian yang penulis lakukan bertujuan untuk mengetahui nilai nilaiapasajakah yang terkandung dalam perang Badar serta bagaimana relevansinya dengan pendidikan

Pola kekeliruan yang dimaksud tersebut adalah (1) kekeliruan pemahaman dan imple- mentasi triangulasi akibat hadirnya penilaian seorang ahli atau pakar (expert judgment),

D work entitled "Development of Elegiac Poetry in Mamlouk and Ottoman Period" under my supervision. The Doctorate thesis embodies the findings and results of investigation

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti bermaksud melakukan sebuah penelitian yang berjudul “Pengembangan Bahan Ajar Interaktif E-Modul Berbasis Flash Untuk

Algoritma SVM digunakan untuk memprediksi kunjungan wisata musium di Jakarta, di mana terdapat variabel tempat destinasi, bulan, jenis pengunjung dan jumlah pengunjung.. Di mana

 Disisi lain dalam rangka mengimplementasikan kebijakan dan program pembangunan nasional dan daerah perlu didukung oleh ketersediaan data dan inormasi

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah YME atas berkah dan kasih- Nya sehingga dapat diselesaikannya penelitian ini dengan judul “PENGARUH KUALITAS LAYANAN,