• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN MINI PURSE SEINE DI PPP LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIVINIA ARINDINA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN MINI PURSE SEINE DI PPP LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIVINIA ARINDINA"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN

MINI PURSE SEINE

DI PPP LEMPASING, BANDAR LAMPUNG

RIVINIA ARINDINA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keragaan Unit Penangkapan Mini Purse Seine di PPP Lempasing, Bandar Lampung adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014 Rivinia Arindina NIM C44100051

(4)

42

ABSTRAK

RIVINIA ARINDINA. Keragaan Unit Penangkapan Mini Purse Seine di PPP Lempasing, Bandar Lampung. Dibimbing oleh WAWAN OKTARIZA dan ZULKARNAIN.

PPP Lempasing merupakan salah satu pelabuhan yang berada di perairan Teluk Lampung. Purse seine merupakan alat tangkap yang menghasilkan tangkapan terbesar di PPP Lempasing. Volume produksi hasil tangkapan mengalami penurunan setiap tahunnya (2007-2013). Hal ini diduga karena sumber daya ikan yang semakin menurun. Pengkajian keragaan unit penangkapan mini purse seine di PPP Lempasing dilakukan untuk mengetahui keoptimalan usaha penangkapannya. Penelitian ini menggunakan metode survei melalui pendekatan deskriptif. Kapal mini purse seine yang digunakan di PPP Lempasing berukuran 3-23 GT dengan panjang alat tangkap 200-450 m dan beroperasi di perairan Teluk Lampung dengan jumlah ABK sebanyak 12-20 orang. Komposisi hasil tangkapan mini purse seine tergolong fluktuatif dengan hasil tangkapan dominan di tahun 2013 yaitu ikan kembung (15,50%), tongkol (8,71%) dan cumi-cumi (8,34%). Trend produktivitas alat tangkap ini mengalami penurunan sebesar 63,0 kg/trip setiap tahunnya. Berdasarkan analisis finansial diperoleh nilai NPV≥0, net B/C≥1 dan IRR≥20% sehingga usaha perikanan mini purse seine di PPP Lempasing layak untuk dikembangkan.

Kata kunci: analisis finansial, Lempasing, mini purse seine, produktivitas

ABSTRACT

RIVINIA ARINDINA. The Physical Matter of Mini Purse Seine in PPP Lempasing, Bandar Lampung. Supervised by WAWAN OKTARIZA and ZULKARNAIN.

PPP Lempasing is a port which is located in Lampung bay. Purse seine is a fishing gear that produces the largest catches in PPP Lempasing. The volume of catches production in PPP Lempasing has been decreased every year (2007-2013). it is predicted because the diminishing of fish resources. So it can be seen the variability of mini purse seine fishing unit and calculate the value of productivity as well as to analyze the feasibility of mini purse seine in PPP Lempasing. The research used a descriptive survey method. Mini purse seiner’s size in PPP Lempasing were 3-23 GT with 200-450 m fishing gear and operating in Lampung bay with 12-20 crewsare. The composition of mini purse seine’s catches were fluctuating with dominant catches in the year 2013 are mackerel (15.50%), cob (8.71%) and squid (8.34%). Trend productivity of fishing gear decreased by 63.0 kg/trip every year. Financial analysis resulted NPV≥0, net B/C≥1 and IRR≥20%, so mini purse seine fisheries industry in PPP Lempasing feasible to develop. Keywords: financial analysis, Lempasing, mini purse seine, productivity

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peerikanan

pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

KERAGAAN UNIT PENANGKAPAN

MINI PURSE SEINE

DI PPP LEMPASING, BANDAR LAMPUNG

RIVINIA ARINDINA

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Keragaan Unit Penangkapan Mini Purse Seine di PPP Lempasing, Bandar Lampung

Nama : Rivinia Arindina NIM : C44100051

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui oleh

Ir Wawan Oktariza, MSi Pembimbing I Dr Ir Zulkarnain, MSi Pembimbing II Diketahui oleh Dr Ir Budy Wiryawan, MSc Ketua Departemen Tanggal Lulus:

(8)

42

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah Keragaan Unit Penangkapan Mini Purse Seine di PPP Lempasing, Bandar Lampung

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ir Wawan Oktariza, MSi dan Dr Ir Zulkarnain, MSi selaku pembimbing. Terima kasih penulis sampaikan kepada Dr Ir Ernani Lubis, DEA selaku penguji dan Dr Yopi Novita, SPi MSi selaku komisi pendidikan sekaligus pembimbing akedemik. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada semua pihak DKP Provinsi Lampung, UPT PPP Lempasing dan nelayan mini purse seine yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, Kakak (Yucca), Adik-adik (Rino, Raina, Dzaky) dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya serta kepada teman-teman PSP 47 dan 48 yang telah memberikan dukungannya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014 Rivinia Arindina

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 1 Tujuan Penelitian 2 Manfaat Penelitian 2 METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat dan Bahan 3

Metode Penelitian 3

Jenis dan Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 10

Unit Penangkapan Mini Purse Seine 10

Alat Bantu Penangkapan 15

Daerah Penangkapan Ikan 15

Metode Pengoperasian Mini Purse Seine 16

Hasil Tangkapan Mini Purse Seine 18

Produktivitas 19

Musim penangkapan 20

Konflik Alat Tangkap 22

Kelayakan Usaha Perikanan Mini Purse Seine 22

KESIMPULAN DAN SARAN 24

Kesimpulan 24

Saran 25

DAFTAR PUSTAKA 25

LAMPIRAN 28

(10)

42

DAFTAR TABEL

1 Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian 4

2 Jenis data berdasarkan tujuan penelitian 4

3 Analisis data berdasarkan tujuan penelitian 5

4 Jumlah kapal mini purse seine di PPP Lempasing 11 5 Spesifikasi kapal mini purse seine 8 GT dan kapal penganak 3 GT di

PPP Lempasing 11

6 Spesifikasi alat tangkap mini purse seine di PPP Lempasing 12 7 Jenis dan jumlah hasil tangkapan mini purse seine di PPP Lempasing

tahun 2013 18

8 Perkembangan produktivitas mini purse seine di PPP Lempasing 19 9 Biaya investasi dan biaya usaha per tahun pada mini purse seine di

Lempasing 22

10 Kelayakan usaha pada unit penangkapan mini purse seine di Lempasing

tahun 2013 23

11 Nilai kriteria investasi mini purse seine di Lempasing, tahun 2013 24

DAFTAR GAMBAR

1 Kapal mini purse seine dan kapal penganak 10

2 Desain jaring mini purse seine di PPP Lempasing 13 3 Diagram sistem bagi hasil nelayan mini purse seine di PPP Lempasing 14

4 Lampu rakit sebagai alat bantu penangkapan 15

5 Peta daerah penangkapan ikan 16

6 Perbandingan hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan

pada alat tangkap mini purse seine 19

7 Perkembangan produktivitas unit penangkapan mini purse seine di PPP

Lempasing tahun 2007-2013 19

8 Grafik indeks musim penangkapan ikan kembung, tongkol dan

cumi-cumi di Teluk Lampung 21

DAFTAR LAMPIRAN

1 Dokumentasi penelitian di PPP Lempasing 28

2 Volume dan nilai produksi alat tangkap purse seine di PPP Lempasing 29

3 Perhitungan indeks musim penangkapan ikan 30

4 Musim penangkapan ikan di Lempasing tahun 2007-2013 31 5 Perhitungan analisis usaha mini purse seine di PPP Lempasing 32 6 Contoh perhitungan analisis usaha mni purse seine di PPP Lempasing 41 7 Perhitungan cashflow unit penangkapan mini purse seine di PPP

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Teluk Lampung merupakan perairan yang memiliki potensi perikanan cukup besar untuk melakukan operasi penangkapan ikan (Surini 2013). PPP Lempasing merupakan salah satu pelabuhan yang digunakan untuk mendaratkan ikan-ikan yang telah ditangkap dari perairan tersebut. Budi (2013) menjelaskan PPP Lempasing merupakan salah satu pusat penyedia kebutuhan ikan untuk wilayah Bandar Lampung dan kabupaten lain di sekitarnya. Berbagai alat tangkap digunakan oleh para nelayan untuk menangkap ikan di PPP Lempasing, jenis alat tangkap yang dominan digunakan yaitu purse seine dan payang (Anggara 2013). Purse seine merupakan salah satu alat tangkap yang menghasilkan nilai produksi tinggi. Pattikayhatu dan Nanlohy (2012) mengungkapkan purse seine merupakan alat tangkap ikan yang cukup produktif dan tergolong alat tangkap aktif.

Purse seine merupakan alat tangkap yang memiliki hasil tangkapan terbesar yang didaratkan di PPP Lempasing. Kontribusi hasil tangkapan rata-rata purse seine mencapai 38,31% dari total keseluruhan hasil tangkapan (Lampiran 2). Rata-rata volume produksi hasil tangkapan purse seine selama 7 tahun terakhir dari tahun 2007 sampai tahun 2013 yaitu sebesar 351.822 kg dengan nilai produksi rata-rata sebesar Rp 3.300.329.429 (UPTD PPP Lempasing 2014). Volume produksi hasil tangkapan purse seine yang tercatat dari tahun 2007 sampai 2012 setiap tahunnya mengalami penurunan yang cukup signifikan, kecuali pada tahun 2013 volume produksi kembali meningkat. Hal ini diduga sumber daya ikan yang semakin berkurang. Hariyanto et al. (2008) menjelaskan produktivitas di Teluk Lampung mengalami penurunan sehingga diindikasikan terjadi penurunan biomassa atau sumber daya. Nilai produksi hasil tangkapan yang cenderung berfluktuasi diduga karena komposisi hasil tangkapan ekonomis yang berbeda-beda.

Volume dan nilai produksi yang menurun dipastikan akan mempengaruhi pendapatan nelayan pemilik yang berinvestasi di PPP Lempasing. Informasi mengenai faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi permasalahan tersebut sangat diperlukan agar usaha penangkapan berjalan optimal, sehingga hal tersebut mendorong penulis untuk mendeskripsikan keragaan unit penangkapan purse seine di PPP Lempasing. Kajian terhadap keragaan ini meliputi aspek teknik, biologi, sosial dan finansial.

Perumusan Masalah

Operasi penangkapan ikan menggunakan alat tangkap purse seine merupakan jenis kegiatan usaha perikanan yang umumnya dilakukan oleh para nelayan perikanan, salah satunya di PPP Lempasing. PPP Lempasing memiliki berbagai aktivitas yang berkaitan dengan usaha di bidang perikanan, khususnya usaha penangkapan ikan. Salah satu alat tangkap yang digunakan dalam usaha penangkapan di Lempasing yaitu purse seine. Setiap tahunnya usaha penangkapan alat tangkap purse seine mengalami penurunan volume dan nilai produksi hasil

(12)

43 tangkapan, sehingga diduga akan berpengaruh terhadap penerimaan nelayan

pemilik yang berinvestasi di PPP Lempasing. Permasalahan tersebut diperlukan suatu pengkajian mengenai kondisi perikanan purse seine baik dalam aspek biologi, teknis, dan sosial, selain itu diperlukan pula perhitungan nilai produktivitas dan analisis finansial untuk dapat memberikan strategi terbaik dalam usaha perikanan purse seine di PPP Lempasing. Permasalahan dalam perikanan purse seine dapat dirumuskan antara lain:

1. Bagaimana gambaran keragaan unit penangkapan purse seine di PPP Lempasing?

2. Bagaimana produktivitas purse seine di PPP Lempasing?

3. Bagaimana tigkat kelayakan usaha perikanan purse seine di PPP Lempasing?

Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan keragaan unit penangkapan mini purse seine di PPP Lempasing.

2. Menghitung produktivitas mini purse seine di PPP Lempasing.

3. Menganalisis kelayakan usaha unit penangkapan mini purse seine di PPP Lempasing.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi instansi terkait khususnya Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-Institut Pertanian Bogor, memberikan informasi tentang perikanan mini purse seine di PPP Lempasing kepada pengusaha dibidang perikanan tangkap, serta sebagai bahan masukan kepada Pemerintah Daerah (PEMDA), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta pihak-pihak terkait dalam penentuan kebijakan selanjutnya.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Mei 2014. Lokasi penelitian di PPP Lempasing, Bandar Lampung. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah studi literatur, survei lokasi penelitian dan pembuatan usulan penelitian yang dilakukan bulan Januari–Februari 2014. Tahap kedua adalah pelaksanaan penelitian dan pengambilan data di lokasi penelitian yang dilakukan bulan Februari 2014. Tahap ketiga yaitu pengolahan data pada bulan Maret–Mei 2014.

(13)

Alat dan Bahan

1. Kuesioner untuk pengumpulan data

2. Alat tulis, alat pengukur (penggaris), kamera, notebook

3. Unit penangkapan mini purse seine yang menjadi sampel penelitian

Metode Penelitian

Metode yang digunakan berupa metode penelitian survei yang termasuk kedalam metode deskriptif. Metode penelitian survei dilakukan dengan meneliti keadaan suatu kelompok individu atau populasi untuk mendapatkan gambaran objek yang diteliti. Nazir (1983) menjelaskan metode survei yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual, baik tentang sosial, ekonomi, atau politik dari suatu kelompok ataupun suatu daerah. Albar (2012) menjelaskan penggunaan metode survei dalam penelitian ini sangat tepat karena kajian tentang pengembangan usaha perikanan membutuhkan tinjauan langsung atau pengamatan langsung mengenai keadaan aktual di lapangan dari berbagai pelaku (stakeholders) yang terlibat dalam sistem bisnis perikanan.

Metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena (Nazir 1983).

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan berupa data primer dan sekunder. Metode pengambilan contoh (sampling) unit penangkapan menggunakan sampel purposif (purposive sampling) yang termasuk kedalam teknik penarikan sampel nonprobabilitas. Sampel purposif yaitu sampel yang diambil didasarkan pada pertimbangan tertentu dari peneliti (Eriyanto 2007). Metode sampel purposif dalam penelitian ini berdasarkan pertimbangan, yaitu responden bersedia diwawancara serta mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian secara terbuka. Responden yang dijadikan tujuan objek penelitian sebayak 30 orang diantaranya yaitu 6 orang nelayan pemilik usaha mini purse seine setempat, 2 orang nahkoda dan 22 orang ABK yang bersedia diwawancarai dan mampu menjawab pertanyaan secara terbuka. Responden yang diambil dari 6 sampel kapal yang berukuran 6 GT (2 unit), 8 GT (1 unit), 16 GT (1 unit) dan 21 GT (2 unit). Jenis data yang diambil dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.

(14)

43 Tabel 1 Jenis data, teknik pengambilan dan sumber data penelitian

Jenis Data Teknik Pengambilan Sumber data Data

Primer

1. Diskripsi unit penangkapan (ukuran kapal, mesin, alat tangkap, dan lainnya) 2. Daerah penangkapan ikan 3. Metode pengoperasian

4. Biaya operesi penangkapan ikan dan biaya pengelolaan

5. Sistem bagi hasil

6. Tingkat pendidikan dan konflik nelayan Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Wawancara dan kuisioner Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Nelayan Data Sekunder

1. Jumlah unit mini purse seine

2. Diskripsi unit penangkapan (ukuran kapal, mesin, alat tangkap, dan lainnya)

Studi literatur Studi literatur PPP Lempasing PPP Lempasing 3. Volume produksi mini purse

seine/tahun

4. Jumlah trip mini purse seine/tahun

5. Harga dan jenis hasil tangkapan

mini purse seine

6. Penerimaan nelayan mini purse seine Studi literatur Studi literatur Studi literatur Studi literatur PPP Lempasing PPP Lempasing PPP Lempasing PPP Lempasing

Tabel 2 Jenis data berdasarkan tujuan penelitian

No Tujuan Jenis Data

1 Keragaan unit penangkapan mini purse seine

- Deskripsi unit penangkapan - Daerah penangkapan ikan - Metode pengoperasian - Sistem bagi hasil

- Jumlah unit penangkapan - Harga dan jenis hasil tangkapan - Tingkat pendidikan dan konflik nelayan 2 Produktivitas mini purse seine - Volume produksi / tahun

- Jumlah trip/tahun 3 Kelayakan usaha unit penangkapan

mini purse seine

- Sistem bagi hasil

- Biaya operasi penangkapan ikan dan biaya pengelolaan

(15)

Analisis Data

Analisis data yang digunakan berdasarkan tujuan dan jenis data dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Analisis data berdasarkan tujuan penelitian

Tujuan Jenis Data Analisis Data

1. Keragaan unit

penangkapan mini purse seine

- Deskripsi unit penangkapan Analisis aspek teknis - Daerah penangkapan ikan Analisis aspek teknis

dan sosial

- Metode pengoperasian Analisis aspek teknis - Sistem bagi hasil Analisis aspek teknis - Jumlah unit penangkapan Analisis aspek teknis - Harga dan jenis hasil

tangkapan

Analisis aspek biologi - Tingkat pendidikan dan konflik

nelayan

Analisis aspek sosial 2. Produktivitas mini purse

seine

- Volume produksi / tahun Produktivitas - Jumlah trip/tahun Produktivitas 3. Kelayakan usaha unit

penangkapan mini purse seine

- Sistem bagi hasil Analisis finansial - Biaya operasi penangkapan

ikan dan biaya pengelolaan

Analisis finansial - Penerimaan nalayan selama

satu tahun

Analisis finansial

Analisis Aspek Teknis

Aspek teknis menurut Nurmalina et al.(2010) merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut selesai dibangun. Aspek teknis pada penelitian ini dilakukan dengan menganalisis secara deskriptif spesifikasi unit penangkapan mini purse seine berupa armada penangkapan, alat tangkap, alat bantu penangkapan dan nelayan. Selain itu, aspek teknis juga meliputi daerah penangkapan dan metode pengoperasian mini purse seine.

Analisis Aspek Biologi

Analisis aspek biologi yang meliputi musim penangkapan dan komposisi hasil tangkapan selama satu tahun terakhir. Aspek biologi ini dianalisis menggunakan aplikasi microsoft excel sebagai alat analisis.

Pola musim penangkapan yaitu menggunakan teknik analisis deret waktu terhadap hasil tangkapan per satuan upaya penangkapan bulanan ikan selama tujuh tahun terakhir (2007-2013). Penentuannya menggunakan metode rasio rata-rata bergerak (moving average). Langkah perhitungannya menurut Dajan (1983) yang dimodifikasi Wiyono (2001):

1. Menyusun data deret waktu CPUE bulan Januari 2007–Desember 2013, yaitu :

𝑌𝑖 = 𝐶𝑃𝑈𝐸𝑖 ... (1) i = 1, 2, 3, ..., n

(16)

43 2. Menyusun rata-rata bergerak CPUE 12 bulanan (RG) :

𝑅𝐺𝑖 = 1 12 𝑌𝑖 𝑖+5 𝑖=1−6 ... (2) i = 7, 8, ..., n-5

3. Menyusun rata-rata bergerak CPUE terpusat (RGP) :

𝑅𝐺𝑃𝑖 = 1 2 𝑅𝐺𝑖 𝑖+1 𝑖=1 ... (3) i = 7, 8, ..., n-6

4. Menghitung rasio rata-rata untuk tiap bulan (Rb) :

𝑅𝑏𝑖 = 𝑌𝑖

𝑅𝐺𝑃𝑖

... (4) i = bulan 1, 2, 3, ..., 12

5. Menyusun nilai rata-rata dalam satu matrik berukuran j*i yang disusun untuk setiap bulan dimulai bulan Juli-Juni, kemudian menghitung rata-rata/variasi musim dan selanjutnya menghitung indeks musim penangkapan.

(i)Rasio rata-rata untuk bulan ke-i (RRB) :

𝑅𝑅𝐵𝑖 = 1 𝑛 𝑅𝑏𝑖𝑗 𝑛 𝑗 =1 ... (5) j = 1, 2, 3, ..., n

(ii) Jumlah ratio rata-rata bulanan (JRRB) :

𝐽𝑅𝑅𝐵 = 𝑅𝑅𝐵𝑖

12

𝑖=1

... (6) i = 1, 2, 3, ..., 12

(iii) Indeks musim penangkapan (IMP):

Nilai JRBB idealnya sebesar 1200, namun banyak faktor yang menyebabkan nilai JRRB tidak selalu sama dengan 1200, oleh karena itu nilai rasio rata-rata bulanan harus dikoreksi dengan suatu nilai koreksi yang disebut nilai faktor koreksi (FK) :

𝐹𝐾 = 1200

𝐽𝑅𝑅𝐵

... (7) Kemudian indeks musim penangkapan (IMP) dihitung dengan persamaan :

𝐼𝑀𝑃𝑖 = 𝑅𝑅𝐵𝑖× 𝐹𝐾 ... (8) i = 1, 2, 3, ..., 12

Zulkarnain et al. (2012) menjelaskan penggolongan musim penangkapan berdasarkan nilai indeks musim penangkapan sebagai berikut:

1. IMP < 50% : musim paceklik 2. 50% ≤ IMP < 100% : musim sedang 3. IMP ≥ 100% : musim puncak

(17)

Analisis Aspek Sosial

Fauzi dan Anna (2005) menjelaskan bahwa salah satu atribut dari aspek sosial dalam perikanan dan kelautan yaitu tingkat pendidikan nelayan. Selain itu konflik sosial antarkelompok masyarakat nelayan dalam memperebutkan sumber daya perikanan juga merupakan salah satu persoalan konkret yang sedang berlangsung di berbagai daerah pesisir (Kusnadi 2002). Permasalahan utama usaha perikanan adalah sifat common property sumberdaya ikan yang berpotensi menimbulkan konflik sosial antara nelayan dalam pemilihan teknologi penangkapan ikan. Oleh karena itu hendaknya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat (Albar 2012).

Produktivitas

Herjanto (2006) menjelaskan secara umum, produktivitas dinyatakan sebagai rasio hasil yang diperoleh terhadap sumber daya yang dipakai. Bentuk persamaan ditulis sebagai berikut:

𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 =𝑜𝑢𝑡𝑝𝑢𝑡𝑖𝑛𝑝𝑢𝑡 =𝑠𝑢𝑚𝑏𝑒𝑟 𝑑𝑎𝑦𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑔𝑢𝑛𝑎𝑘𝑎𝑛ℎ𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒 ℎ ...(9) Zulbainarni (2012) menjelaskan bahwa yang menjadi hasil (output) dalam kegiatan usaha penangkapan yaitu hasil tangkapan per satuan waktu, sedangkan yang menjadi masukan (input) dalam kegiatan penangkapan ikan di suatu perairan adalah upaya penangkapan (effort). Fauzi (2010) mendifinisikan bahwa effort merupakan pengukuran keragaan perikanan sebagai alat ukur produktivitas. Berdasarkan Koeshendrajana dan Priyatna (2008) jumlah upaya penangkapan yang dapat digunakan berupa jumlah unit penangkapan, jumlah trip dan jumlah hari yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan. Dalam penelitian ini menggunakan data jumlah trip dalam satu tahun sebagai effort dan volume produksi hasil tangkapan per tahun sebagai hasil/produksi. Hal ini menjelaskan bahwa untuk menghitung produktivitas perikanan mini purse seine adalah dengan menghitung nilai catch per unit effort (CPUE) dari alat tangkap.

Analisis Finansial

A. Analisis usaha

Analisis usaha merupakan pemeriksaan keuangan pada suatu usaha selama usaha itu telah berjalan. Analisis usaha untuk mengetahui tingkat keuntungan atau keberhasilan dari usaha perikanan yang telah dijalankan selama ini. Analisis ini meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (revenuecost ratio), analisis waktu balik modal (payback period) dan analisis return of investement (ROI). Pengukuran analisis usaha meliputi :

1. Pendapatan usaha (π)

Analisis ini bertujuan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis ini dapat juga digunakan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh. Keuntungan maksimum dicapai dari selisih antara penghasilan total dan pembiayaan total pada suatu kegiatan. Keuntungan dapat dirumuskan sebagai berikut (Hanafiah dan Saefuddin 2006) :

(18)

43 Keterangan :

π : Keuntungan

TR : Total revenue/total penghasilan TC : Total cost/ total biaya

Kriteria :

TR > TC, usaha mendapat keuntungan; TR = TC, usaha dalam titik impas; TR < TC, usaha merugi.

2. Imbangan penerimaan dan biaya (revenue cost ratio)

Menurut Nurmalina et al. (2010) analisis ini digunakan untuk mengetahui hasil yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu menguntungkan atau tidak. Rumus R/C yang digunakan adalah :

𝑅/𝐶 = 𝑇𝑅/𝑇𝐶 ... (11) Keterangan :

R/C : Revenue cost ratio

TR : Total revenue/penerimaan total TC : Total cost/biaya total

Kriteria :

R/C : > 1, usaha layak untuk dilanjutkan; R/C : = 1, usaha dalam titik impas;

R/C : < 1, usaha rugi dan tidak layak untuk dilanjutkan. 3. Waktu balik modal (payback period)

Payback period merupakan suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas. Payback period dapat juga diartikan sebagai ratio antara pengeluaran investasi dengan cash inflownya yang hasilnya merupakan satuan waktu, selanjutnya nilai rasio dibandingkan dengan maksimum payback period yang dapat diterima (Nurmalina et al. 2010). Rumus yang digunakan adalah :

𝑃𝑎𝑦𝑏𝑎𝑐𝑘 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑜𝑑 =𝐴𝑏𝐼 ... (12) Keterangan:

I : Besarnya biaya investasi yang diperlukan

Ab: Keuntungan bersih yang diperoleh pada setiap tahunnya

Kriteria: Jika payback period lebih pendek waktunya dari maksimum payback period maka usaha tersebut dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan.

4. Return of investment (ROI)

Return of investment (ROI) adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan. Perhitungan terhadap ROI dilakukan untuk mengetahui besarnya perolehan keuntungan dibandingkan dengan besar investasi yang ditanamkan (Nurmalina et al 2010). Rumus yang digunakan adalah :

(19)

B. Analisis kriteria investasi

Kriteria investasi kelayakan usaha dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam menentukan apakah suatu usaha layak atau tidak untuk dijalankan. Untuk menentukan layak atau tidaknya usaha maka digunakan metoda discounted cash flow yang umumnya digunakan. Kriteria investasi yang digunakan adalah net present value (NPV), net benefit cost ratio (Net B/C) dan internal rate of return (IRR).

1. Net present value (NPV)

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui nilai keuntungan bersih yang diperoleh selama umur usaha. Net present value (NPV) merupakan selisih antara nilai sekarang (present value) dari keuntungan dan nilai sekarang dari biaya, dinyatakan dalam rumus (Nurmalina et al 2010) :

𝑁𝑃𝑉 = 𝐵𝑡 − 𝐶𝑡 (1 + 𝑖)𝑡 𝑛 𝑡=0 ... (14) Keterangan:

NPV : Net present value Bt : Manfaat pada tahun ke-t Ct : Biaya pada tahun ke-t

t : Tahun kegiatan proyek (t = 0,1,2,3,..., n tahun) i : Tingkat suku bunga

n : Umur ekonomis usaha Kriteria:

Jika NPV ≥ 0, maka usaha menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan Jika NPV < 0, maka usaha merugi dan tidak layak untuk dilanjutkan 2. Net benefit cost ratio (Net B/C)

Net B/C ratio adalah rasio antara manfaat bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif. Dengan kata lain, manfaat bersih yang menguntungkan bisnis yang dihasilkan terhadap setiap satu satuan kerugian dari bisnis tersebut yang dinyatakan dalam rumus berikut (Nurmalina et al. 2010):

𝑁𝑒𝑡𝐵 𝐶= 𝐵𝑡 −𝐶𝑡 (1+𝑖)𝑡 𝐶𝑡−𝐵𝑡 (1+𝑖)𝑡 𝑛 𝑡 =0 ... (15) Kriteria:

Jika Net B/C ≥1, maka usaha layak dijalankan Jika Net B/C < 1, maka usaha tidak layak dijalankan 3. Internal rate of return (IRR)

Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengembalian usaha terhadap investasi yang ditanamkan. Menghitung tingkat IRR umumnya dengan menggunakan interpolasi di antara tingkat suku bunga yang lebih rendah (menghasilkan NPV positif) dengan yang lebih tinggi (menghasilkan NPV negatif) (Nurmalina et al. 2010). Berikut rumus IRR:

...(Bt – Ct) > 0

(20)

43

𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1+ 𝑁𝑃𝑉1

𝑁𝑃𝑉1− 𝑁𝑃𝑉2 × 𝑖2− 𝑖1

... (16) Keterangan:

i1 : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif i2 : Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif NPV1 : NPV positif

NPV2 : NPV negatif Kriteria:

IRR ≥ tingkat suku bunga berlaku, maka usaha layak dijalankan IRR < tingkat suku bunga berlaku, maka usaha tidak layak dijalankan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Unit Penangkapan Mini Purse Seine

Kapal

Kapal mini purse seine dilengkapi dengan mesin gardan yang dirakit sendiri oleh nelayan untuk membantu nelayan dalam menarik tali kolor (purse line). Kegiatan penangkapan biasanya dibantu dengan kapal lain yang disebut kapal penganak. Kapal penganak bertugas sebagai kapal lampu yang ikut serta dalam membantu kapal mini purse seine mengumpulkan ikan di laut dan sebagai kapal pengangkut untuk mengangkut sebagian hasil tangkapan ke pelabuhan. Kapal mini purse seine dan kapal penganak dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kapal mini purse seine (kiri) dan kapal penganak (kanan)

Kapal mini purse seine di Lempasing dilihat dari segi ukuran dan teknologi yang digunakan sangat berbeda dengan kapal-kapal purse seine yang

beroperasi di pantai utara Jawa. Kapal-kapal mini purse seine di Lempasing merupakan kapal yang tidak dilengkapi dengan GPS (global positioning system)

untuk membantu dalam penentuan daerah penangkapan ikan. Nelayan hanya memanfaatkan pengalaman nahkoda untuk menentukan daerah penangkapan ikan. Kegiatan pengoperasian mini purse seine menggunakan alat bantu lampu rakit sebanyak 2–4 unit yang bertujuan untuk mengumpulkan gerombolan ikan di laut.

(21)

Tabel 4 Jumlah kapal mini purse seine di PPP Lempasing

Ukuran kapal (GT) Jumlah (unit)

<5 13 5-10 21 11-15 16-20 5 7 21-23 3 Jumlah 49

Sumber: UPTD PPP Lempasing tahun 2014

Tabel 5 Spesifikasi kapal mini purse seine 8 GT dan kapal penganak 3 GT di PPP Lempasing

Spesifikasi kapal Ukuran/jenis Satuan

8 GT 3 GT 1. Dimensi utama a. Panjang (L) 11,85 9,60 meter b. Lebar (B) 4,15 2,75 meter c. Dalam (D) 0,98 0,80 meter 2. Palka a. Panjang b. Lebar c. Dalam 4,00 1,30 0,80 1,00 1,50 0,75 meter meter meter

3. Bahan kapal Kayu jati Kayu jati -

4. Jenis Mesin

a. Mesin penggerak Mitsubishi Jiang Dong -

b. Mesin lampu Dong Feng Dong Feng -

5. Jumlah Mesin a. Mesin penggerak b. Mesin lampu 6. Kekuatan Mesin a. Mesin Penggerak b. Mesin lampu 7. Gardan

8. Rata-rata jumlah nelayan yang diangkut 1 1 120 22 1 15 1 1 26 22 - 3 unit unit PK PK unit orang

Kapal yang dipergunakan untuk pengoperasian alat tangkap mini purse seine di PPP Lempasing berukuran 3-23 GT. Kapal yang banyak dioperasikan oleh nelayan yaitu rata-rata dibawah 11 GT (Tabel 4). Kapal yang berukuran <15 GT sebanyak 39 unit dan yang berukuran ≥11 GT sebanyak 10 unit. Kapal mini purse seine di Lempasing memiliki ukuran panjang (L) berkisar 10,05 – 14,50 m, lebar (B) 3,12–5,10 m dan dalam (D) 0,95–1,50 m, sedangkan untuk kapal penganak memiliki ukuran <5 GT dengan panjang antara 7,78–10,50 m, lebar 2,50–2,75 m dan dalam (D) 0,6–0,86 m. Hal ini serupa dengan Wiyono (2003) yang menjelaskan kapal mini purse seine yang digunakan di pantai utara Jawa adalah kapal kayu yang memiliki panjang antara 10–18 m. Tenaga penggerak yang digunakan untuk kedua kapal yaitu mesin outboard. Kapal mini purse seine yang berukuran <15 GT dilengkapi dengan 1 unit mesin penggerak, sedangkan kapal yang berukuran ≥15 GT menggunakan 2 unit mesin penggerak dengan kekuatan mesin 120–190 PK. Kapal penganak memiliki kekuatan mesin penggerak 26–30 PK. Mesin lampu yang digunakan umumnya pada kedua kapal

(22)

43 memiliki kekuatan 22–24 PK. Kapal mini purse seine dan kapal penganak yang

biasa melakukan bongkar muat di dermaga PPP Lempasing yaitu masing-masing berukuran 8 GT dan 3 GT. Spesifikasi kapal mini purse seine berukuran 8 GT dan kapal penganak berukuran 3 GT dapat dilihat pada Tabel 5.

Alat Tangkap

Alat tangkap mini purse seine di PPP Lempasing biasa dikenal dengan sebutan “Kursin” atau “Pursin”. Alat tangkap ini tergolong mini purse seine karena mempunyai ukuran yang lebih kecil dan lama waktu pengoperasian yang hanya satu malam dalam satu trip (one day trip). Wiyono (2003) menjelaskan bahwa perikanan mini purse seine dioperasikan dengan waktu penangkapan yang relatif pendek yaitu jumlah hari yang dibutuhkan dalam setiap tripnya berkisar antara 1-3 hari. Menurut Subani dan Barus (1989) konstruksi purse seine atau pukat cincin terdiri dari bagian jaring (jaring utama, sayap, dan kantong), selvedge (srampatan) yang dipasang pada bagian pinggiran jaring yang berfungsi memperkuat jaring sewaktu dioperasikan, tali temali (tali pelampung, tali pemberat, tali ris atas dan bawah, tali kolor, dan tali selambar), pelampung, pemberat, dan cincin. Spesifikasi salah satu alat tangkap mini purse seine yang terdapat di PPP Lempasing dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Spesifikasi alat tangkap mini purse seine di PPP Lempasing

Spesifikasi kapal Bahan Ukuran Satuan

1. Dimensi utama jaring

a. Panjang - 200 meter b. Dalam - 50 meter 2. Bagian jaring a. Sayap PA Ø 6 mm b. Badan PA Ø 9 mm c. Kantong PA Ø 12 mm d. Selvedge (srampatan) PE Ø 18 mm 3. Mesh size a. Sayap - 1 inchi b. Badan - ¾ inchi c. Kantong - ½ inchi d. Srampatan - 2 inchi 4. Bagian tali

a. Tali ris atas PE 200 meter

b. Tali ris bawah PE 230 meter

c. Tali pelampung PE 200 meter

d. Tali pemberat PE 230 meter

e. Tali kolor (purse line) PE 300 meter

5. Pelampung kecil PVC 1000 buah

a. Panjang - 130 mm

b. Diameter - 85 mm

6. Pelampung tanda PVC 1 buah

7. Pemberat Timah 1500 buah

a. Panjang - 55 mm

b. Diameter - 30 mm

8. Cincin Kuningan 70 buah

(23)

Mini purse seine berdasarkan dimensinya memiliki ukuran panjang kurang dari 300 m dan dioperasikan di laut dangkal (DKP 2009). Berdasarkan bentuk dasarnya mini purse seine di Lempasing termasuk ke dalam tipe Jepang dengan kapal tunggal karena kantong terletak di bagian tengah jaring (Nomura dan Yamazaki 1977). Mini purse seine yang biasa dioperasikan di Lempasing memiliki ukuran panjang 200–450 m dan dalam 35–90 m dengan panjang tali kolor 300–675 m, tali ris atas 200-450 m dan tali ris bawah 230–450 m. Harzada (2003) menjelaskan bahwa bentuk mini purse seine yang biasa dioperasikan di Lempasing yaitu bentuk trapesium dengan ukuran panjang jaring 200–350 m dan lebar 50–70 m, artinya alat tangkap mini purse seine di PPP Lempasing saat ini mengalami peningkatan ukuran. Menurut Suryana (2013) panjang purse seine merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap hasil tangkapan, semakin panjang jaring maka hasil tangkapan ikan yang terjaring akan semakin optimal. Pelampung kecil berbentuk elips yang digunakan sebanyak 500–1500 buah dan pelampung tanda sebanyak 1–2 buah, sedangkan untuk pemberat yaitu sebanyak 1500–2000 buah dan cincin sebanyak 70–160 buah. Desain mini purse seine di PPP Lempasing dapat dilihat pada Gambar 2.

Keterangan:

A. Kantong G. Pemberat timah B. Badan jaring H. Pemberat batu C. Sayap I. Tali ris bawah D. Serampatan (selvedge) J. Tali ris atas E. Tali kolor (purse line) K. Pelampung F. Cincin

Gambar 2 Desain jaring mini purse seine di PPP Lempasing 200 – 450 m 35 – 90 m H J E D I G B A C F K K

(24)

43 Nelayan

Nelayan mini purse seine di PPP Lempasing terbagi mejadi dua kategori, yaitu nelayan pemilik dan nelayan buruh/penggarap. Nelayan pemilik merupakan orang yang memiliki kapal, alat tangkap dan membiayai operasional penangkapan. Nelayan pemilik biasanya tidak ikut dalam kegiatan operasi penangkapan ikan di laut, sedangkan nelayan penggarap merupakan nelayan yang melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan dengan sistem bagi hasil. Nelayan mini purse seine di PPP Lempasing pada umumnya merupakan nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktunya digunakan untuk melakukan kegiatan operasi penangkapan ikan. Pendidikan terakhir yang ditempuh oleh para nelayan umumnya hanya sebatas sekolah dasar (SD).

Nelayan yang melakukan operasi penangkapan ikan menggunakan mini purse seine di PPP Lempasing berjumlah 12 sampai 20 orang per trip dengan jabatan yang berbeda-beda. Adapun pembagian jabatan nelayan terdiri dari 1 orang nahkoda, 1 orang wakil nahkoda, 1 orang juru masak, 1 orang juru mesin, 1 orang juru dagang, 1 orang juru lampu dan sisanya sebagai ABK pengurus alat tangkap. Nahkoda dan wakil nahkoda bertugas mengemudikan kapal dan mencari daerah penangkapan ikan secara bergantian. Juru masak bertugas menyediakan makanan untuk semua ABK, membeli perbekalan bahan makanan dan kebutuhan lainnya (rokok dan air bersih). Juru mesin bertugas menyalakan dan mematikan mesin, merawat mesin agar tetap dalam kondisi baik serta membeli perbekalan. Juru dagang bertugas menjual hasil tangkapan yang sudah disortir di atas kapal kepada petugas lelang atau pedagang pengumpul. Juru lampu bertugas menurunkan lampu ke laut dan mengangkat lampu ke atas kapal. ABK lainnya bertugas menurunkan alat tangkap yang akan dioperasikan, menarik, mengangkat dan merapihkan kembali alat tangkap di atas kapal.

Sistem bagi hasil dilakukan nelayan mini purse seine setelah adanya pengurangan biaya operasional dan retribusi. Pembagian hasil untuk kapal mini purse seine yaitu 50% untuk nelayan pemilik dan 50% untuk nelayan buruh (50% nahkoda dan 50% ABK) setelah dikurangi 10% dari pendapatan bersih kapal untuk tabungan perbekalan musim paceklik dan kerusakan (Gambar 3).

Gambar 3 Diagram sistem bagi hasil nelayan mini purse seine di PPP Lempasing Tabungan (10%) Penerimaan (90%) ABK (50%) Nahkoda (50%) Pendapatan kotor

Pendapatan bersih Biaya operasional dan retribusi

Nelayan buruh (50%) Nalayan

(25)

Alat Bantu Penangkapan

Pengoperasian mini purse seine dilakukan pada malam hari dengan alat bantu berupa lampu rakit. Lampu rakit dibuat sendiri oleh nelayan dengan ukuran panjang ±2,3 m, lebar ±1 m dan tinggi ±0,9 m. Lampu rakit dibuat menggunakan 2 batang gabus sebagai bahan pengapung alat dan batu sebagai pemberat. Kayu dibuat sedemikian rupa sebagai kerangka untuk menopang mesin diesel dan lampu. Atap yang digunakan sebagai pelindung mesin dan lampu yaitu terbuat dari terpal plastik atau menggunakan ember sebagai pelindung lampu-lampu. Lampu yang digunakan yaitu lampu neon (100 watt) sebanyak 8 buah. Bahan bakar mesin ini berupa solar. Solar ditempatkan dalam jeriken yang diposisikan di atap.

Keterangan:

A. Pelampung (gabus) E. Atap (plastik)

B. Pemberat (batu) F. Lampu neon (100 watt) C. Rangka (kayu) G. Jeriken

D. Mesin diesel

Gambar 4 Lampu rakit sebagai alat bantu penangkapan

Daerah Penangkapan Ikan

Daerah penangkapan mini purse seine di Lempasing hanya di lakukan di WPP RI 712 yaitu di perairan Laut Jawa. Pada umumnya nelayan melakukan penangkapan ikan di Teluk Lampung, yaitu perairan sekitar pulau Pahawang, Kelagian, Tegal, Legundi hingga ke wilayah perairan Kalianda dan di sekitar pulau Sebesi. Nelayan yang menentukan daerah penangakapan ikan yaitu nahkoda. Nahkoda menentukan daerah yang terdapat gerombolan ikan hanya berdasarkan pengalaman melaut sebelumnya dengan memperhatikan angin yang datang dan melihat keadaan bulan. Jarak daerah penangkapan ikan untuk armada mini purse seine yang diperbolehkan hingga 30 mil dari fishing base. Hal ini serupa dengan Wiyono (2003) yang menjelaskan bahwa daerah pengoperasian mini purse seine di sekitar pantai maupun hingga lepas pantai yang jaraknya bisa mencapai sekitar 30 mil dari pantai.

0,9 m 2,3 m 1 m A B C D E F G

(26)

43

Gambar 5 Peta Daerah Penangkapan Ikan

Metode Penangkapan Mini purse seine

Operasi penangkapan perikanan mini purse seine dilakukan pada malam hari (sekitar pukul 22.00 WIB) hingga dini hari (sekitar 04.00 WIB) yang dilanjutkan dengan kembali ke fishing base. Satu kali trip biasanya nelayan menurunkan alat tangkap sebanyak 4–6 kali.

Metode pengoperasian mini purse seine di PPP Lempasing terdiri dari lima tahap, yaitu:

1. Persiapan menuju fishing ground

Persiapan keberangkatan dilakukan di dermaga pelabuhan atau di pantai yang menjadi tempat sandar kapal-kapal mini purse seine. Persiapan keberangkatan dimulai dari pukul 15.00 WIB. Kegiatan persiapan ini dilakukan tergantung dari masing-masing kapal yang akan berlayar. Sebelum melakukan operasi penangkapan, nelayan menyiapkan kebutuhan perbekalan seperti air tawar, bahan makanan/ransum, es balok, solar, oli, mempersiapkan mesin, pengisian solar untuk mesin penggerak, mesin lampu kapal dan mesin lampu rakit serta persiapan lainnya yang dianggap penting agar kegiatan operasi penangkapan ikan dapat berjalan dengan lancar. Keberangkatan menuju fishing ground biasanya sekitar pukul 16.00 WIB dengan lama perjalanan ±3–4 jam dari fishing base ke fishing ground yang dituju.

2. Pemasangan lampu

Pemasangan lampu rakit dilakukan setelah sampai di fishing ground. Fishing ground ditentukan oleh nahkoda berdasarkan pengalaman sebelumnya. Lampu mulai dihidupkan oleh juru lampu di atas kapal. Setelah itu juru lampu

(27)

meletakkan lampu pertama ditengah laut dengan cara berenang. Setelah lampu dipasang, juru lampu kembali lagi ke atas kapal dan kapal kembali berlayar mencari posisi penempatan untuk lampu rakit kedua. Pemasangan lampu kedua tidak jauh dari pemasangan lampu yang pertama. Nelayan hanya mengisi waktu luang selama menunggu hasil tangkapan yaitu dengan beristiharat dan makan malam. Kegiatan menunggu dilakukan selama ±1–2 jam.

3. Setting

Pemasangan alat tangkap mini purse seine dilakukan setalah ikan berkumpul di sekitar lampu. Proses setting diawali dengan penurunan pelampung besar yang dilanjutkan penurunan pelampung kecil, jaring mini purse seine, pemberat, lalu bagian tali kolor. Sebelum menurunkan pelampung ujung-ujung tali ris (atas dan bawah) disatukan dengan tali kerut. Penurunan alat tangkap dilakukan dari kapal yang berada di bagian lambung kiri kapal. Hal ini dilakukan karena penempatan alat tangkap di atas kapal di bagian lambung kiri yaitu disesuaikan dengan arah putaran baling-baling kapal. Proses setting alat tangkap dilakukan selama ±15 menit. Proses setting yaitu dengan melingkari gerombolan ikan oleh kapal dengan kekuatan penuh. Ini dilakukan agar gerombolan ikan yang menjadi target tidak lolos. Proses setting dilakukan sebanyak 4–6 kali dalam satu trip.

4. Hauling

Proses hauling dilakukan setelah proses pelingkaran gerombolan ikan oleh kapal. Penarikan jaring dilakukan terlebih dahulu dengan menarik tali kolor (purse line) hingga cincinnya terkumpul. Hal ini dimaksudkan agar bagian bawah jaring mengkerut dan membentuk kantong. Penarikan tali kolor ini dibantu dengan mesin gardan. Sebelum ditarik menggunakan gardan, tali kolor dilempar oleh salah satu nelayan untuk dikaitkan ke mesin gardan. Penarikan jaring dimulai dari ujung-ujung sayap, hal ini dilakukan karena kantong berada di tengah-tengah jaring. Setelah bagian sayap dinaikkan keatas kapal, maka ikan-ikan akan terkurung pada bagian kantong yang relatif lebih sempit. Penarikan jaring ini melibatkan hampir seluruh ABK. Waktu yang diperlukan dalam proses ini yaitu ±1 jam.

5. Brailling

Proses pengangkatan hasil tangkapan dilakukan setelah jaring membentuk mangkok yang sudah mengecil. Ikan-ikan yang tertangkap di jaring kemudian dinaikkan ke atas kapal dengan menggunakan serok sampai ikan-ikan yang ada di dalam kantong terambil semua. Bagian yang masih berada di dalam air dinaikkan keatas kapal dan disusun kembali sehingga kapal siap setting kembali. Hasil tangkapan yang diperoleh sekali hauling bisa mencapai 100 kg. Ikan hasil tangkapan kemudian disortir berdasarkan jenis ikan yang didapatkan, kemudian ditempatkan pada keranjang yang telah disediakan dan disimpan di dalam palka kapal.

(28)

43 Hasil Tangkapan Mini purse seine

Subani dan Barus (1989) menyebutkan hasil tangkapan purse seine terutama untuk perairan Jawa dan sekitarnya adalah layang (Decapterus spp), bentong (Caranx crumenopthalmus), kembung (Restelliger spp), dan lemuru (Sardinella spp). Ikan tangkapan utama mini purse seine berdasarkan nilai ekonomisnya meliputi bawal hitam, bentong, cumi-cumi, kembung, kuwee, selar hijau, tongkol dan tenggiri. Ikan tangkapan sampingan meliputi alu-alu, golok-golok, japuh, kurisi, layang, layur, lemuru, manyung, peperek, talang-talang, tembang, teri, tetengkek, dan lainnya.

Tabel 7 menunjukkan bahwa jenis hasil tangkapan yang dominan tertangkap yaitu ikan kembung (15,50%), tongkol (8,71%), cumi-cumi (8,34%), alu-alu (7,21%), kuwee (6,84%), dan bentong (6,40%). Sedangkan hasil tangkapan yang paling sedikit tertangkap yaitu ikan lemuru (Sardenilla sp) sebesar 364 kg (0,19%). Perbandingan hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan dapat diketahui dari penjumlahan volume produksi dari masing-masing jenis ikan yang tergolong (Gambar 6). Jumlah hasil tangkapan utama diperoleh dari penjumlahan volume bawal hitam, bentong, cumi-cumi, kembung, kuwee, selar hijau, tongkol dan tenggiri, sedangkan jumlah hasil tangkapan sampingan diperoleh dari penjumlahan selain jenis ikan tangkapan utama.

Tabel 7 Jenis dan jumlah hasil tangkapan mini purse seine di PPP Lempasing tahun 2013

Jenis Ikan Nama Ilmiah Jumlah (Kg) Persentase (%) Harga/kg (Rp) 1. Kembung Rastrelliger sp. 29.354 15,50 13.000 – 21.000 2. Tongkol Euthynnus sp. 16.498 8,71 13.000 – 15.000 3. Cumi-cumi Loligo sp. 15.790 8,34 15.000 – 19.000 4. Alu-alu Sphyraena sp. 13.651 7,21 8.000 – 10.000 5. Kuwee Caranx sp. 12.967 6,84 15.000 – 26.000 6. Bentong Selar sp. 12.132 6,40 9.000 – 13.000 7. Tembang Sardinella sp 6.667 3,52 5.000 – 8.000 8. Selar hijau Atule sp. 6.195 3,27 14.000 – 17.000 9. Peperek Mene sp. 5.778 3,05 5.000 – 8.000 10. Tetengkek Megalaspis sp. 4.601 2,43 8.000 – 11.000 11. Layang Decapterus sp. 4.488 2,37 8.000 – 15.000 12. Bawal hitam Parastromateus sp. 4.414 2,33 14.000 – 25.000 13. Layur Trichiurus sp. 2.903 1,53 6.000 – 8.000 14. Golok-golok Chirocentrus sp. 2.546 1,34 9.000 – 10.000 15. Japuh Dussumieria sp. 1.713 0,90 5.000 – 8.000 16. Teri Stolephorus sp. 1.634 0,86 9.000 – 12.000 17. Manyung Netuma sp. 1.491 0,79 7.000 – 14.000 18. Kurisi Nemipterus sp. 1.463 0,77 6.000 – 8.000 19. Talang-talang Scomberoides sp. 1.380 0,73 6.000 – 10.000 20. Tenggiri Scomberomorus sp. 479 0,25 23.000 – 33.000 21. Lemuru Sardinella sp. 364 0,19 5.000 – 10.000 22. Ikan lainnya 42.930 22,66 8.000 – 11.000 Jumlah 189.438 100,00

(29)

Gambar 6 Perbandingan hasil tangkapan utama (HTU) dan hasil tangkapan sampingan (HTS) pada alat tangkap mini purse seine

Produktivitas

Produktivitas perikanan tangkap di Lampung pada tahun 2011 mencapai 105,95 kg/trip (SIDATIK 2013). Kurniawati (2010) menjelaskan bahwa tingkat produktivitas suatu unit penangkapan dapat diestimasi dengan pendekatan hasil tangkapan per satuan upaya atau catch per unit effort (CPUE). Oleh karena itu, pendekatan ini digunakan untuk mengetahui tingkat produktivitas unit penangkapan mini purse seine.

Tabel 8 Perkembangan produktivitas (CPUE) mini purse seine di Lempasing Tahun Produksi (kg) Effort (trip) CPUE (kg/trip)

2007 686.164 5.183 132,4 2008 578.697 4.246 136,3 2009 358.793 4.574 78,4 2010 317.133 4.415 71,8 2011 170.767 2.712 63,0 2012 161.760 1.715 94,3 2013 189.438 1.668 113,6 Rata-rata 351.822 3.502 98,5

Sumber: UPTD PPP Lempasing tahun 2014 (diolah)

Gambar 7 Perkembangan produktivitas unit penangkapan mini purse seine di PPP Lempasing tahun 2007-2013 -15.000 30.000 45.000 60.000 75.000 90.000 105.000 V o lu m e p r o d u k si (k g)

Jenis hasil tangkapan HTU 91.609 97.829 HTS 132,4 136,3 78,4 71,8 63,0 94,3 113,6 y = -5,566x + 11287 -20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 P ro d u k ti v it as ( k g/ tr ip ) Tahun

(30)

43 Gambar 7 menjelaskan bahwa produktivitas mini purse seine di PPP

Lempasing cenderung berfluktuasi setiap tahunnya. Produktivitas tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 136,3 kg/trip, namun terjadi penurunan hingga tahun 2011 sebesar 63,0 kg/trip. Produktivitas mini purse seine secara keseluruhan setiap tahunnya cendrung mengalami penurunan sebesar 5,56 kg/trip. Hal ini dikarenakan upaya penangkapan (trip) yang semakin berkurang. Produktivitas mini purse seine di Lempasing cukup tinggi jika dibandingkan dengan produktivitas perikanan tangkap di Lampung. Berdasarkan Tabel 8 terdapat titik balik produktivitas yaitu dalam kegiatan penangkapan yang optimal sebaiknya upaya penangkapan yang dilakukan tidak lebih dan tidak kurang dari ± 2000 trip. Upaya penangkapan (trip) yang menurun diduga karena jumlah armada yang semakin berkurang. Jumlah armada mini purse seine saat ini yang tercatat mencapai 49 unit. Berdasarkan Pujiyanti (2007) jumlah unit penangkapan mini purse seine di PPP Lempasing pada tahun 2007 yaitu 64 unit, artinya armada mini purse seine di PPP Lempasing mengalami penurunan yang cukup signifikan. Selain itu, produktivitas yang menurun disebabkan terjadinya penurunan produksi hasil tangkapan. Penurunan produksi hasil tangkapan diduga kerena jumlah sumber daya ikan yang semakin berkurang. Hal ini serupa dengan Hariyanto et al. (2008) yang menjelaskan bahwa produktivitas penangkapan ikan di Lampung Selatan cenderung mengalami penurunan yang mengindikasikan terjadinya penurunan biomassa atau sumber daya, artinya perairan Teluk Lampung diprediksi mengalami penurunan sumber daya ikan.

Keadaan biologi sumber daya ikan yang semakin berkurang dapat disebabkan adanya upaya penangkapan. Upaya penangkapan merupakan ukuran mortalitas akibat penangkapan. Ketika sejumlah upaya penangkapan mengeksploitasi lebih rendah dibandingkan stok ikan yang tersedia, maka stok ikan yang tersisa masih dapat tumbuh dan berkembang (Widodo dan Suadi 2006). Hal ini terlihat peningkatan nilai CPUE di tahun 2012 sebesar 31,3 kg/trip dan di tahun 2013 sebesar 19,3 kg/trip. Penurunan jumlah armada yang cukup signifikan menyebabkan produktivitas kembali meningkat.

Musim Penangkapan

Perairan Selat Sunda (termasuk Teluk Lampung) terdiri dari 3 musim penangkapan, yaitu musim Barat, musim Timur dan musim Peralihan. Musim Barat terjadi pada bulan Desember-Februari, sedangkan musim Timur terjadi pada bulan Juni-Agustus. Musim Peralihan 1 terjadi pada bulan Maret-Mei, sedangkan musim Peralihan 2 terjadi bulan September-November (Amri 2008 vide Septiana 2013). Berdasarkan Pujiyanti (2007), musim penangkapan di Lempasing terjadi sepanjang tahun, hanya saja saat musim Barat aktivitas penangkapan ikan berkurang karena kondisi perairan tidak memungkinkan untuk melakukan penangkapan ikan dengan kapal bertonase kecil.

Nelayan mini purse seine saat musim Barat tetap melakukan aktivitas penangkapan, hal ini bergantung dari keberanian ABK. Nelayan hanya melakukan penangkapan di sekitar Teluk Lampung yang tidak jauh dari pantai. Nelayan mini purse seine di Lempasing umumnya tidak mengenal musim paceklik ataupun musim puncak melainkan fase bulan terang-gelap. Nelayan mengetahui efek dari

(31)

fase bulan yang berbeda terhadap hasil tangkapan komersial. Nelayan mini purse seine di Lempasing memanfaatkan fase bulan gelap (new moon) untuk mendapatkan hasil tangkapan yang lebih banyak dan cenderung tidak melaut selama 5–7 hari saat fase bulan terang (full moon). Akyol (2013) menyatakan bahwa tingginya hasil tangkapan saat fase bulan gelap disebabkan karena terjadinya penurunan jarak penglihatan ikan terhadap jaring.

Tabel 7 menjelaskan ikan-ikan yang dominan tertangkap yaitu ikan kembung (15,50%), tongkol (8,71%) dan cumi-cumi (8,34%). Ketiga jenis ikan tersebut merupakan ikan pelagis kecil yang bernilai ekonomis tinggi. Setiap jenis ikan memiliki perbedaan musim penangkapan ikan. Berdasarkan indeks musim penangkapan periode 2007-2013 bahwa terjadinya musim puncak penangkapan ikan kembung selama 5 bulan yaitu pada bulan Maret–Mei (musim Peralihan 1) dan Juni–Juli (musim Timur). Musim sedang terjadi selama 7 bulan yaitu pada bulan Agustus (musim Timur), September–November (musim Peralihan 2) dan Desember–Februari (musim Barat) (Gambar 8) .

Musim puncak penangkapan ikan tongkol terjadi selama 7 bulan yaitu pada bulan Maret–Mei (musim Peralihan 1), Juli–Agustus (musim Timur) dan Oktober–November (musim Peralihan 2). Musim sedang terjadi selama 4 bulan yaitu pada bulan Juni (musim Timur), September (musim Peralihan 2), Desember dan Februari (musim Barat). Musim paceklik ikan tongkol terjadi selama 1 bulan yaitu pada bulan Januari (musim Barat) (Gambar 8).

Musim puncak penangkapan cumi-cumi terjadi selama 5 bulan yaitu pada bulan Februari (musim Barat), Maret–Mei (musim Peralihan 1) dan Juni (musim Timur). Musim sedang terjadi selama 7 bulan yaitu Juli–Agustus (musim Timur), September–November (musim Peralihan 2) dan Desember–Januari (musim Barat) (Gambar 8).

Gambar 8 Grafik indeks musim penangkapan ikan kembung, tongkol dan cumi-cumi di perairan Teluk Lampung.

0,0000 20,0000 40,0000 60,0000 80,0000 100,0000 120,0000 140,0000 160,0000 180,0000

Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sep Okt Nov

MB MP 1 MT MP 2 IM P (% ) Bulan

Ikan Kembung Ikan Tongkol Cumi-Cumi

Sedang

Paceklik Puncak

(32)

43 Konflik Alat Tangkap

Konflik sosial yang berkaitan dengan keberadaan unit penangkapan mini purse seine di Lempasing, baik konflik antar sesama armada mini purse seine maupun dengan alat tangkap lainnya sampai saat ini tidak pernah terjadi, karena sudah ada pembagian daerah penangkapannya sesuai dengan jenis alat tangkap dan ukuran kapalnya, sehingga tidak terjadi konflik dalam perebutan daerah penangkapan. Hal ini serupa dengan penelitian Albar (2012) yang menjelaskan keberadaan alat tangkap purse seine di PPP Blanakan Subang tidak terjadi konflik dalam perebutan daerah penangkapan karena setiap armada penangkapan sudah memiliki daerah penangkapan masing-masing yang berbeda dengan armada lainnya. Keberadaan unit penangkapan ini memberikan banyak kesempatan untuk bekerja menjadi nelayan ABK, pedagang ikan, kuli panggul dan aktivitas lainnya.

Kelayakan Usaha Perikanan Mini Purse Seine

Analisis Usaha

Biaya investasi yang dikeluarkan oleh nelayan pemilik mini purse seine untuk memulai usaha penangkapan yaitu terdiri dari kapal, alat tangkap, mesin (penggerak kapal dan lampu), gardan, lampu rakit, palka fiber dan keranjang anyaman. Biaya yang harus dikeluarkan selain biaya investasi yaitu biaya usaha. Biaya usaha merupakan pengeluaran dari kegiatan usaha penangkapan yang harus dikeluarkan. Biaya usaha tersebut terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabele cost). Albar (2012) menjelaskan bahwa biaya tetap adalah biaya yang harus dikeluarkan meskipun tidak melakukan penangkapan yang meliputi biaya penyusutan dan biaya pemeliharaan setiap tahunnya. Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan apabila akan melakukan kegiatan penangkapan. Biaya tidak tetap ini meliputi biaya operasional (perbekalan), biaya retribusi dan bagi hasil selama satu tahun.

Tabel 9 Biaya Investasi dan Biaya Usaha per tahun pada mini purse seine di Lempasing

Nama Ukuran kapal (GT) Biaya Investasi (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Kapal A 6 287.600.000 62.270.000 231.373.527 Kapal B 6 291.200.000 63.170.000 251.230.219 Kapal C 8 302.200.000 71.140.000 295.742.813 Kapal D 16 358.800.000 78.420.000 320.638.594 Kapal E Kapal F 21 21 438.300.000 472.300.000 89.820.000 99.020.000 388.351.974 421.982.300 Rata-rata 358.400.000 77.306.667 318.219.905

Tabel 9 menjelaskan bahwa ukuran kapal yang semakin besar maka biaya yang harus dikeluarkan oleh nelayan pemilik akan semakin besar pula. Hal ini diduga disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ukuran kapal, jumlah mesin yang digunakan, jarak daerah penangkapan dan jumlah ABK. Biaya investasi yang digunakan oleh nelayan pemilik mini purse seine berkisar antara Rp 287.600.000–Rp 472.300.000, biaya tetap terendah yang dikeluarkan sebesar Rp

(33)

62.270.000 dan yang tertinggi sebesar Rp 99.020.000, sedangkan biaya tidak tetap/variabel yang dikeluarkan oleh nelayan berkisar Rp 231.373.527–Rp 421.982.300 dengan biaya investasi rata-rata sebesar Rp 358.400.000, biaya tetap rata-rata Rp 77.306.667 dan biaya variabel rata-rata sebesar Rp 318.219.905.

Analisis usaha yang diperhitungkan meliputi keuntungan (π) selama satu tahun, imbangan penerimaan dan biaya (R/C), waktu balik modal/payback period (PP), dan return of investment (ROI). Keuntungan diperoleh dari pengurangan total penerimaan (total revenue) dengan total biaya usaha (total cost). R/C diperoleh dari perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya, sedangkan PP dihitung dari perbandingan besarnya biaya investasi dengan keuntungan bersih selama satu tahun. ROI diperoleh dari keuntungan dibagi biaya investasi kemudian di kali 100%.

Tabel 10 Kelayakan usaha pada unit penangkapan mini purse seine di Lempasing, tahun 2013

Nama Total Biaya (Rp) Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp) R/C PP (tahun) ROI (%) Kapal A 293.373.527 333.377.380 40.003.854 1,14 7,19 13,91 Kapal B 314.400.219 369.432.000 55.031.781 1,18 5,29 18,90 Kapal C 366.882.813 437.040.000 70.157.188 1,19 4,31 23,22 Kapal D Kapal E 399.058.594 478.171.947 454.200.000 538.419.970 55.141.406 60.248.023 1,14 1,13 6,51 7,27 15,37 13,75 Kapal F 521.002.300 593.408.000 72.405.700 1,14 6,52 15,33 Rata-rata 395.481.567 454.312.892 58.831.325 1,15 6,18 16,75 Tabel 10 menjelaskan bahwa keuntungan terbesar terdapat pada Kapal F yaitu Rp 72.405.700 dengan nilai revenue-cost ratio (R/C) sebasar 1,14 yang artinya setiap satu rupiah biaya usaha yang dikeluarkan maka akan memperoleh Rp 1,14 sehingga usaha tersebut menguntungkan dan layak untuk dilanjutkan. Nilai payback period (PP) Kapal F sebesar 6,52 artinya perkiraan waktu pengembalian investasi yang ditanamkan yaitu selama 6 tahun 7 bulan. Hasil perhitungan terhadap return of investment (ROI) sebesar 15,33% hal ini berarti setiap satu rupiah yang diinvestasikan pada usaha perikanan mini purse seine akan memberikan keuntungan sebesar Rp 15,33. Nilai ini menjelaskan tingkat keuntungan sebesar 15,33%. Angka tersebut relatif memberikan gambaran terhadap prospek investasi yang cukup baik terhadap usaha perikanan mini purse seine.

Analisis Kriteria Investasi

Analisis kriteria investasi unit penangkapan mini purse seine di PPP Lempasing dapat dilihat dari tiga kriteria yaitu net present value (NPV), internal rate of return (IRR) dan net benefit-cost ratio (Net B/C). Ketiga kriteria tersebut digunakan untuk mengetahui usaha penangkapan dengan menggunakan alat tangkap mini purse seine di PPP Lempasing layak untuk dikembangkan atau tidak. Analisis finansial yang dilakukan pada usaha perikanan mini purse seine, menggunakan asumsi sebagai berikut: 1) Umur proyek ditentukan berdasarkan nilai investasi yang memiliki umur teknik paling lama (10 tahun); 2) Tahun pertama proyek dimulai tahun 2013; 3) Harga input dan output yang digunakan sepanjang umur proyek adalah tetap yang ditentukan pada saat penelitian; 4) Nilai

(34)

43 penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus; 5) Nilai discount rate yang

digunakan sebesar 20% yang merupakan tingkat suku bunga pinjaman yang umumnya berlaku di BRI daerah setempat pada tahun 2013. Nilai kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Nilai kriteria investasi mini purse seine di Lempasing, tahun 2013

Nama NPV (Rp) IRR (%) Net B/C (Rp)

Kapal A 3.729.265 20 1,19 Kapal B 64.654.526 27 1,41 Kapal C 121.827.883 32 1,37 Kapal D 25.229.450 22 1,06 Kapal E 1.777.577 20 1,00 Kapal F 37.366.497 22 1,07 Rata-rata 42.430.866 24 1,18

Tabel 11 menunjukkan hasil perhitungan terhadap NPV pada unit penangkapan mini purse seine di Lempasing yaitu Rp 1.777.577 sampai Rp 121.827.883. NPV terbesar terdapat pada kapal C yaitu sebesar Rp 121.827.883 yang berarti unit penangkapan mini purse seine selama umur proyek akan mendapat keuntungan sebesar Rp 121.827.883 apabila dinilai pada saat ini dan layak untuk dilanjutkan (NPV > 0).

Hasil perhitungan IRR yaitu antara 20% sampai 32%, dengan nilai rata-rata IRR sebesar 24% yang artinya bahwa usaha tersebut memberikan manfaat yang baik dari nilai investasi yang ditanamkan untuk usaha penangkapan mini purse seine rata-rata sebesar 24% setiap tahunnya selama 10 tahun. Usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap mini purse seine layak dilanjutkan (IRR ≥ 20%).

Nilai Net B/C usaha penangkapan mini purse seine yang diperoleh yaitu antara 1,00 sampai 1,41 artinya usaha tersebut layak untuk dilanjutkan (Net B/C > 1). Nilai perhitungan Net B/C terbesar terdapat pada kapal B yaitu 1,41 yang berarti selama 10 tahun pada nilai discount rate 20% setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan bersih sebesar Rp 1,41. Berdasarkan nilai kriteria investasi, usaha perikanan mini purse seine di Lempasing layak untuk dikembangkan. Hal ini karena usaha perikanan mini purse seine di Lempasing memberikan keuntungan dalam jangka waktu yang panjang (10 tahun).

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Ukuran kapal mini purse seine di PPP Lempasing berkisar 3–23 GT dengan ukuran panjang (L) 10,05–14,50 m, lebar (B) 3,12–5,10 m dan dalam (D) 0,95– 1,50 m. Alat tangkap mini purse seine yang biasa dioperasikan di Lempasing memiliki ukuran panjang 200–450 m dan dalam 35–90 m dengan panjang tali kolor 300–675 m. Daerah pengoperasian alat tangkap hanya di sekitar Teluk Lampung dengan jarak yang diperbolehkan hingga 30 mil dari fishing base.

(35)

Penentuan daerah penangkapan ikan masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu nelayan hanya melakukan berdasarkan pengalaman sebelumnya. Pengoperasian alat tangkap dilakukan pada malam hari (one day trip) dengan alat bantu lampu rakit. Komposisi hasil tangkapan yang banyak diantaranya ikan-ikan pelagis seperti ikan kembung, tongkol dan cumi-cumi dengan musim penangkapan terjadi hampir sepanjang tahun.

2. Produktivitas mini purse seine setiap tahunnya cenderung mengalami penurunan sebesar 5,56 kg/trip, hal ini diduga karena terjadinya penurunan biomassa atau sumberdaya ikan di perairan yang menyebabkan produksi hasil tangkapan ikut menurun.

3. Kelayakan usaha unit penangkapan mini purse seine di PPP Lempasing layak untuk dilanjutkan. Hal ini dapat dilihat dari nilai analisis usaha mini purse seine yang memperoleh manfaat atau keuntungan yang cukup tinggi dengan kisaran nilai R/C sebesar 1,13–1,19; pengembalian nilai investasi yang ditanamkan tidak lebih dari umur proyek dan kisaran tingkat keuntungan (ROI) sebesar 13,75–23,22%. Analisis kriteria investasi unit penangkapan mini purse seine layak untuk dikembangkan dengan kisaran nilai NPV sebesar Rp 1.777.577–Rp 121.827.883, kisaran IRR sebesar 20–32% dan kisaran Net B/C sebesar 1,00–1,41.

Saran

1. Peningkatan ukuran armada penangkapan mini purse seine sehingga daerah pengoperasian bisa lebih jauh.

2. Mengingat adanya penurunan sumber daya ikan di perairan Teluk Lampung, maka diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai effort optimum yang seharusnya dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Akyol O. 2013. The Influence of the Moon Phase on the CPUEs of Swordfish Gillnet Fishery in the Aegan Sea, Turkey. Turkish Journal of Fisheries and aquatic Sciences. 13:355-358. Doi:10.4194/1303-27 12-v13_2_18. Albar AB. 2012. Pengembangan Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan Subang

[skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Anggara C. 2013. Analisis Pendapatan Nelayan PPP Lempasing Lampung [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

[DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan. 2009. Alat Tangkap Ramah Lingkungan untuk Jenis Ikan Pelagis. Jakarta (ID): Pusat Pengembangan Penyuluhan, Badan Pengembangan SDM KP, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Eriyanto. 2007. Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta (ID): LkiS Yogyakarta.

Gambar

Tabel 2 Jenis data berdasarkan tujuan penelitian
Tabel 3 Analisis data berdasarkan tujuan penelitian
Gambar 1 Kapal mini purse seine (kiri) dan kapal penganak (kanan)    Kapal  mini  purse  seine  di  Lempasing  dilihat  dari  segi  ukuran  dan  teknologi  yang  digunakan  sangat  berbeda  dengan  kapal-kapal  purse  seine  yang
Tabel 4 Jumlah kapal mini purse seine di PPP Lempasing  Ukuran kapal (GT)  Jumlah (unit)
+7

Referensi

Dokumen terkait

a) Melakukan kunjungan ke SD Negeri 01 untuk melihat ketersediaan sarana CTPS nya kemudian dilanjutkan dengan mengukur tingkat pengetahuan Siswa kelas 5 untuk

Tujuan yang ingin dicapai dari penyuluhan tentang mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir diberikan kepada orangtua dan anak ini adalah meningkatkan

Pada point pengetahuan dan sikap sudah cukup baik, sedangkan pada tindakan responden terkait PHBS terdapat banyak penyimpangan pada total mandi salam 1 hari, menyikat

Hasil penelitian di lapangan, peneliti menemukan hasil bahwa semua kegiatan yang dilakukan sudah berjalan dengan cukup baik dan kerja sama yang dibangun antara pihak

3 Usaha Jasa Transportasi farasifa Tour dan Travel Sudah Ada (Dalam Pengurusan) 10 Orang. 4 Usaha Jasa Transportasi Halim Perdana Taksi Sudah Ada (Dalam Pengurusan)

“Bapak Tua sebenarnya tidak masalahnya kalau Maktuamu ini bermain judi karena Bapak Tua tahu bagaimana perasaannya dan yang dipikirannya, pasti Maktuamu stres karena mikirin

Solusi lain yang dapat diberikan untuk masalah kesehatan untuk keluarga Bapak I Ketut Simpen adalah menyarankan beliau untuk memeriksakan kesehatan keluarga ke

Transliterasi yang digunakan Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang menggunakan EYD plus, yaitu transliterasi yang didasarkan atas