PELAKSANAAN PEMBAYARAN GANTI KERUGIAN DALAM
ASURANSI KEBAKARAN DI PT ASURANSI UMUM BUMIPUTERA
CABANG PADANG
ARTIKEL
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh:
HENGKY SAHPUTRA 1210012111130
Bagian Hukum Perdata
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA
PADANG 2016
PAYMENT OF COMPENSATION IN THE FIRE INSURANCE GENERAL INSURANCE AT 1967 BUMPUTERA YOUNG BRANCH PADANG
Hengky Sahputra1, As Suhaiti Arif1, Yansalzisatri1
Program Study of Law, Law Faculty, Bung Hatta University E-mail: hengky_sahputra@ymail.com
ABSTARK
With premiums paid by the insured in the fire insurance underwriter liability are damages due to the fire. Problem 1). How is the payment of compensation in fire insurance in PT. General Insurance Bumiputera Muda 1967 Padang branch 2). What are the obstacles encountered in the payment of compensation in PT. General Insurance Bumiputera Muda 1967 Padang branch. This type of research is a sociological law, the main data is in the field of research and data collection techniques are interviews and document research, data analysis was done by qualitative method. Results of this research is 1). The calculation of the payment of compensation in fire insurance is based on claims filed, the insurance company to determine how losses incurred after it had calculated how much compensation using the formula: the amount of coverage is divided by the value of the building after depreciation is then multiplied by the amount of loss is approved. 2). Obstacles encountered in the payment of compensation that is in frequent disagreements between the insurer by the insured in the payment of damages. If the compensation is 10 million then estimated through the central office will membutukan long time. The dishonesty of the insured person did not give a clear Opera- insured object.
Keywords: Payment, Compensation, Fire Insurance
___________________________________________________________________________
Pendahuluan
Manusia yang hidup didunia tidak terlepas dari mengalami peristiwa yang dapat diduga terlebih dahulu dan yang tidak terduga. Adapun peristiwa yang terduga pasti terjadi misalnya, lapuknya pada bagian rumah atau rusaknya kendaraan. Kalau kerugian ini hanya sebagian kecil, maka dapat ditutupi
kerugian itu simpanan dengan uang. Lain halnya dengan peristiwa yang tidak terduga dimana seseorang belum siap untuk menghadapi peristiwa yang tidak terduga itu, seperti terbakarnya rumah, kecelakaan dalam perjalanan, sehingga dimana seseorang tersebut tidak dapat menutup kerugian itu.
Kerugian inilah yang menimbulkan pikiran untuk memperkecil suatu resiko dengan jalan memperoleh jaminan dari pihak lain atau mengalihkan resiko pada orang lain yang bersedia memikul resiko. Pihak yang bersedia pengalihan resiko itu disebut dengan perusahaan asuransi
(penanggung) dan pihak yang
mengalihkan resiko disebut (tertanggung) Di dalam Pasal 246 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (K.U.H.D) berbunyi:
„„Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan pengantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilang keuntungan yang diharapkan ,yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu.‟‟
Dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2014 menyatakan bahwa:
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. Memberikan pengantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, keruasakan biaya yang timbul, kehilangan keuntungan atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;atau
b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayarannya yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Menurut Zainal Asikin ada 2 jenis asuransi,yaitu:
1. Asuransi kerugian (loss insurance
), dapat diketahui dalam rumusan: “Untuk memberikan pengantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita oleh tertanggung”
2. Asuransi jumlah (sum insurance), yang meliputi asuransi jiwa dan asuransi sosial, dapat diketahui dalam rumusan:
“Untuk memberikan suatu
pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”1
Salah satu bentuk asuransi kerugian adalah asuransi terhadap bahaya kebakaran. Jenis asuransi ini memberikan jaminan penggantian rugi atas kebakaran yang menimpa harta benda yang sudah diasuransikan. Barang yang bisa diasuransikan dalam asuransi bisa berupa benda tetap, maupun benda bergerak. Benda tetap seperti rumah, hotel, gedung, pertokoan, kantor, instalasi, pabrik, gudang, dan lain sebagainya, dan benda bergerak, seperti televisi, kain, mobil, motor dan lain-lain. Pasal 288 Ayat 1
KUHD menyatakan bahwa, pada
pertanggungan milik yang dibangun dipersyaratkan, akan diganti kerugian yang
1
Zainal Asikin, 2013, Hukum Dagang, cetakan ke 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 286
diderita pada persil itu akan dibangun kembali atau diperbaiki paling tinggi sampai jumlah yang dipertanggungkan.
Pasal 288 ayat (2) menyatakan bahwa, kerugian yang dihitung dengan memperbandingkan nilai persil sebelum bencana, dengan nilai sisanya segera setelah kebakaran, dan kerugiannya diganti dengan uang tunai, sedangkan dalam pasal 228 ayat (3) menyatakan bahwa, penanggung wajib membangun
kembali atau memperbaikinya.
Penanggung mempunyai hak untuk mengawasi, bahwa uang yang harus dibayar olehnya, dalam waktu yang ditentukan, kalau perlu oleh hakim, benar digunakan untuk keperluan itu; hakim bahkan dapat memerintahkan kepada tertanggung atas tuntutan penanggung, bila ada alasanya, untuk menjamin hal itu secukupnya.
Menurut Emmy pangaribuan
simanjuntak, pada pertanggungan atas milik-milik bagunan biasanya oleh si tertanggung dapat diadakan janji bahwa
kerugian yang akan menimpa persil itu lah yang akan diganti. Akan tetapi undang-undang masih memberi kemungkinan untuk mengadakan janji yang isinya berlainan yaitu bahwa penanggung akan mengganti ongkos-ongkos untuk membangun kembali atau untuk memperbaikinya, yang paling banyak hanya sebesar jumlah dipertanggungkan.
Dalam keadaan-keadaan biasa yaitu kalau janji untuk membangun itu tidak diadakan maka disitu penganti kerugian itu ditetapkan dengan perbandingan dari nilai persil itu sebelum bencana timbul dengan nilai dari apa yang masih ada. Dan oleh undang-undang masih diatur bahwa kalau hal ini terjadi pengantian kerugian itu dipenuhi dengan tunai.2
Adapun bahaya-bahaya yang ditanggung oleh penanggung dalam asuransi kebakaran. Dalam Pasal 290 KUHD dijelaskan yang dibebankan pada
2Emi Pangaribun Simanjutak, 1980, Hukum Pertanggungan (Pertanggungan Kerugian Pada Umumnya, Ebakaran Dan Jiwa), Seksi Hukum Dagang Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, hlm. 101-102
penanggung adalah semua kerugian dan kerusakan yang menimpa barang-barang yang dipertanggungkan karena kebakaran yang disebabkan oleh cuaca yang sangat buruk ata peritiwa lain, apinya sendiri, kelalaian kesalahan atau kejahatan pelayan sendiri, tetangga, musuh, prampok dan lain-lainnya dengan nama apa pun, dengan cara apa pun terjadinya kebakaran itu direncanakan atau tidak direncanakan, biasa atau tidak biasa, tampa ada dikecualikan.
Dalam Pasal 291 KUHD : kerugian yang disebabkan oleh kebakaran disamakan dengan kerugian sebagai akibat kebakaran, juga bila hal itu terjadi dari kebakaran dalam bagunan-bangunan yang berdekatan misalnya: karena air atau alat lain yang digunakan untuk menahan atau memadamkan kebakaran itu, atau hilangnya suatu dari barang itu karna pencurian atau sebab lain.
Demikian pula pada Pasal 292 KUHD, kerugian yang disebabkan oleh ledakan mesiu, pecahnya ketel uap
sambaran petir atau sebab lainnya, pecahnya atau sambaran itu tidak mengakibatkan kebakaran, disamakan kerugian yang disebabkan oleh kebakaran.
Dalam mengadakan perjanjian asuransi terlebih dahulu atau dibuat perjanjian antara tertanggung dan penanggung, wujud perjanjian itu dibuat dalam polis. Apabila terjadi peristiwa tidak tertentu dalam arti terjadinya kebakaran, maka polis mempunyai peran yang sangat penting mengajukan hal mengajukan klaim asuransi, karna dalam polis memuat hak dan kewajiban tertanggung, polis adalah sebagai salah satu alat bukti.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang asuransi kebakaran adalah PT Asuransi Umum Bumi Putera Muda 1967 atau disingkat BUMIDA 1967 merupakan salah satu anak perusahaan asuransi terbesar dan tertua di Indonesia, yaitu AJB Bumi Putera 1912. Bumida 1967 adalah perusahaan yang khusus bergerak dalam bidang jasa asuransi kerugian (umum).
Berdasarkan wawancara penulis dengan PT. Perusahaan Asuransi Umum Bumiputera Muda menyatakan, bahwa penggantian kerugian yang dilakukan oleh PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda adalah pembayaran dengan membayar jumlah ganti kerugian, tidak biaya untuk membangun kembali, namun dalam praktiknya pembayaran ganti kerugian ini sering terjadi permasalahan dalam menghitung nilai biaya ganti kerugian. Dari 10 kasus terjadi kebakaran ada 2 kasus yang mana pihak tertanggung tidak puas atas penggantian kerugian akibat kebakaran yang diberikan oleh PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 karena dalam ganti rugi yang diterima pihak tertanggung tidak sebanyak kerugian yang diderita.
Dari uaraian latar belakang masalah di atas, maka menarik perhatian dari penulis ingin mengangkat judul
“PELAKSANAAN PEMBAYARAN
GANTI KERUGIAN DALAM
ASURANSI UMUM BUMIPUTERA
MUDA 1967, KANTOR CABANG PADANG”
1. Bagaimanakah pembayaran ganti rugi dalam asuransi kebakaran di PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Cabang Padang?
2. Apa sajakah hambatan yang dihadapi dalam pembayaran ganti kerugian asuransi kebakaran di PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Cabang Padang?
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas dapat disusun beberapa tujuan penelitian, yaitu: 1. Untuk mengetauhi pelaksanaan
pembayaran ganti rugi dalam asuransi kebakaran di PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Cabang Padang.
2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam pembayaran ganti kerugian asuransi kebakaran di PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Cabang Padang
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian hukum sosiologis, yaitu penelitian yang menitikberatkan untuk memperoleh data primer dilapangan, disamping itu penulis juga melakukan penelitian terhadap data-data sekunder.
Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu hasilnya dapat menggambarkan secara menyeluruh dan sistematis tentang Tanggung Jawab Perusahaan Asuransi dalam Membayar Ganti Rugi Dengan Terjadinya Kebakaran Benda Tetap Dalam Asuransi Kebakaran di PT. ASURANSI UMUM BUMIPUTERA MUDA 1967.
Penelitian ini menggunakan dua sumber data yaitu data primer dan data sekunder.
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan
melalui wawancara dengan
informan, yaitu ibu Yessi Afrida sebagai kepala Seksi Teknik,
supryantoro sebagai staf klaim, ibu Idarwati dan bapak Tito Subrantas tertanggung yang mengajukan klaim b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan yang terdiri dari:
1) Bahan hukum primer
a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata(KUHPerdata)
b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
c) Undang-undang Nomor 40
Tahun 2014 tentang
Perasuransian
d) Polis asuransi kebakaran 2) Bahan hukum sekunder
Bahan hukum sekunder yaitu
bahan-bahan yang erat
hubungannya dengan bahan hukum primer bahkan yang dapat membantu menganalisa dan memahami bahan hukum primer berupa buku-buku dan literature, dan yang ada di
PT.Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Cabang Padang.
Dalam meleksanakan penelitian ini ada dua kegiatan utama yaitu
1. Wawancara
Wawancara yaitu teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data primer. Dalam melaksanakan wawancara ini penulis mengunakan daftar pertanyaan yang berbentuk terbuka yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sebagai alat pengumpulan data
2. Studi dokumen
Studi dokumen adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan mempelajari kepustakaan atau literatur-literatur yang ada terdiri dari peraturan perundang-undangan, buku-buku serta hasil penelitian yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti dan data yang ada di PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 Cabang Padang.
Analisis Data
Setelah data diperoleh
diklasifikasikan dan selanjutnya dianalisis.Dalam hal ini metode yang dipakai adalah metode kualitatif yaitu data tersebut diolah, disimpulkan, diuraikan bukan dalam bentuk angka melainkan dalam bentuk uraian kalimat hingga diperoleh suatu kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.
Hasil penelitian dan pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Bapak Bayu Supryantoro pada tanggal 15 april 2016, menyatakan, bahwa ganti kerugian yang dilakukan oleh PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Cabang Padang adalah pembayaran dengan membayar jumlah ganti kerugian, tidak biaya untuk membangun kembali. Namun dalam praktek yang terjadi ganti kerugian yang dilakukan oleh PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Cabang Padang adalah biaya untuk membangun kembali, dapat diketahui dari cara penghitungan ganti kerugian yang
dilakukan oleh pihak PT.Asuransi Umum Bumiputera, Cabang Padang.
Berdasarkan wawancara penulis dengan ibu Yessi Afrida pada tanggal 13 april 2016, Perhitungan ganti kerugian yang dilakukan oleh PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967 menggunakan prinsip indemnitas (indemnity). Menurut prinsip indemnitas bahwa yang menjadi dasar penggantian kerugian dari penanggung kepada tertanggung adalah sebesar kerugian yang sesungguhnya diderita oleh tertanggung dalam arti tidak dibenarkan mencari keuntungan dari ganti rugi asuransi. Namun berdasarkan wawancara penulis dengan ibu idarwati pada tanggal 20 mei 2016, menyatakan bahwa tertanggung merasa bahwa pengantian kerugian yang dibayarkan oleh PT. Asuransi Umum Bumiputera, cabang Padang tidak sesuai dengan kerugian yang diderita, yang mana tertanggung mengalami kerugian sebesar Rp 111.595.030.00, akan tetapi yang diganti oleh pihak asuransi adalah ssebesar Rp
66.418.730.78. berarti prinsip indmnitas dalam kenyataan tidak berlaku .
Menurut ibu yessi Afrida nilai sesunguhnya (value it risk) dari suatu benda objek asuransi mengalami kerugian dapat di hitung dengan cara metode deprisiasi atau penyusutann. Metode ini memperhitungkan penyusutan atau deprisiasi, singkatnya adalah harga baru dikurangi penyusutan. Metode ini lebih umum digunakan dan lebih praktis. Penyusutan adalah nilai yang harus dikurangkan dari nilai baru untuk mencerminkan nilai sungguhnya sesaat sebelum terjadi kerugian.
Adapun contoh kasus kebakaran di Jln Yos Sudarso, Kampung Jawa Kota Solok dengan mengunakan perhitungan deprisiasi atau penyusutan:
Ibuk Idarwati mempertanggungkan sebuah rumah tinggalnya pada tanggal 26 agustus 2015 dengan jumlah pertanggungan sebesar Rp 270. 000.000,00. Dengan rincian sebuah bangunan yang di pertanggungkan
sebesar Rp 207.000.000.00, dan nilai perabotan yang dipertanggungkan sebesar Rp 63.000.000,00. Pada tanggal 26 agustus 2015 rumah ibu idarwati tersebut terbakar dari kebakaran tersebut maka tertanggung telah memperkirakan dan merinci kerugian yang diderita dengan berapa besar kerugian, rincian itu kemudian diajukan untuk mengajukan klaim.
Berdasarkan klaim yang diajukan asuransi tersebut PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda cabang Padang akan mendatangi lokasi dengan membawa tim tenaga ahli (konstruksi bangunan) untuk mengecek kembali kebenaran kerusakan
bangunan yang diajukan oleh
sitertanggung. Dari pengecekan lapangan tersebut PT. Asuransi Umum Bumiputera cabang Padang menetapakan kerugian yang terjadi akibat kebakaran tersebut adalah sebesar Rp 66.418.730,78.
Setelah ditentukan berapa kerugian yang diderita kemudian dihitunglah berapa
ganti kerugian dengan cara rumus sebagai berikut:
Bahwa jumlah pertanggungan dibagi nilai bangunan setelah depresiasi kemudian dikalikan dengan jumlah kerugian yang disetujui.
Penjelasan rumus di atas ssebagai berikut:
Jumlah pertanggungan yang disepakati oleh tertanggung dengan penanggung adalah Rp 207.000.000,00. Nilai bangunan setelah depresiasi diperoleh dari, nilai bangunan dikurangi nilai depresiasi. Nilai bangunan diperoleh dari luas bangunan dikalikan dengan nilai bangunan/meter = 137 m2 x Rp 2.500.000,00= Rp 342.500.000,00, nilai depresiasi diperoleh dari tabel rate sesuai dengan tahun bangunan dikalikan harga bangunan, terhadap bangunan ini yang sudah dibangun 12 tahun yang lalu, tabel ratenya adalah 39,04%. Jadi nilai depresiasi adalah 39,04 x Rp 342.500.000,00=Rp 133.712.000.000,00. Dengan demikian nilai bangunan sesudah
depresiasi adalah Rp 342.500.000,00 – Rp 133.712.000.000,00 =Rp 208.788.000,00.
Dari urain di atas maka jumlah ganti rugi yang akan diterima oleh ibu Idarwati terhadap kebakaran rumahnya adalah Rp 65.849.939,99.
Cara perhingan perabotan yaitu total perabotan dikurangi dengan nilai % depresiasiasi kemudian di jumlahkan semua nilai depresiasi hasilnya menjadi Rp 37.176.093,54.
Dari hasil perhitungan depresiasi bangunan dan perabotan hasil tersebut
kemudian dijumlahkan. Rp
65.849.939,99 + Rp 37.176.093,54 = Rp 103.026.033,53.
. Hambatan Yang Dihadapi Dalam Pembayaran Ganti Kerugian Asuransi Kebakaran Di PT. Asuransi Umum Bumiputera Muda 1967, Cabang Padang.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Ibu yessi Arida, hambatan- yang dihadapi dalam pembayaran ganti kerugian asuransi kebakaran yaitu:
1. Kurangnya Pemahaman Tentang Isi Polis
Hal ini yang sering terjadi dalam proses penyelesaian klaim dimana tertanggung salah mempersepsikan isi polis tersebut. Tertanggung merasa bahwa jumlah ganti kerugian yang mereka ajukan itu yang akan diganti, sebagai contoh kasus kebakaran di atas tertanggung mempertanggung nilai maksimal Rp 270.000.000,00 dan setelah terjadi kebakaran tertanggung merasa bahwa kerugian yang diderita akan diganti. Kerugian yang diderita adalah Rp 111.595.030,00 ditambah
dengan Rp 43.499,919=Rp
155.094.949,00, maka itulahyang akan diganti ternya dalam praktek ganti kerugian jauh lebih kecil. 2. Adanya perhitungan pada asuransi
tidak dapat dilaksanakan dipadang Untuk pembayaran akibat ganti kerugian yang sangat besar, lebih dari Rp Rp 10.000.000,00. (sepulu
juta rupiah) PT. Asurnsi Umum Bumiputera Muda, cabang Padang tidak berwenang untuk menangani dan memberikan ganti keugian kepada tertanggung. Hal ini dikarenakan bila kerugian yang timbul sangat besar menjadi wewenang kantor pusat yang berada dijakarta. Semua proses perhitungan ganti kerugian akan dilakukan ulang oleh perusahaan asuransi jakarta. Menurut bapak bayu Supryantoro, hal ini memang sudah menjadi ketentuan dari PT. Asuransi Umum Bumiputera cabang Padang, apabila pengantian
kerugian melebihi Rp
10.000.000,00 itu adalah wewenang pusat.
3. Ketidak jujuran dari pihak tertanggung
Tertanggung tidak memberikan infomasi yang jelas, tentang objek pertanggungan bahkan tertanggung
menambah dan menyembunyikan tentang kecacatan bangunan atau benda yang dipertanggungkan. Dalam hal ini tertanggung telah melanggar syarat perjanjian asuransi, yakni kewajiban pemberitahuan keadaan benda yang
dipertanggungkan kepada
penanggung dalam hal ini sudah menjadi ketentuan bahwa apabila ada ketidak jujuran maka tertanggung tidak akan dibayar.
Kesimpulan
1. Pelaksanaan pembayaran ganti kerugian asuransi kebakaran di PT Asuransi Umum Bumiputera, Cabang Padang, mengunakan prisip indemnity adalah prinsip dasar Asuransi dimana Tertanggung tidak boleh menerima keuntungan. Berdasarkan klaim yang diajukan, perusahaan asuransi menentukan berapa kerugian yang terjadi setelah itu baru dihitung berapa ganti kerugian. Rumus:
Bahwa jumlah pertanggungan dibagi dengan nilai bangunan setelah depresiasi kemudian dikalikan dengan jumlah kerugian yang disetujui.
Cara perhingan perabotan yaitu total perabotan dikurangi dengan nilai % depresiasiasi kemudian di jumlahkan semua nilai depresiasi hasilnya menjadi Rp 37.176.093,54.
2. Hambatan yang dihadapi dalam pembayaran ganti kerugian di PT. Asuransi Umum Bumiputera Cabang, padang antara lain yaitu
a. Tertanggung salah mempersepsikan isi polis tersebut. tertanggung merasa bahwa jumlah pertanggungan yang mereka ajukan itu yang akan diganti, tertanggung menginginkan bahwa kerugian yang terjadi harus sesuai dengan maksimal ganti kerugian yang akan diterima
b. Apabila ganti kerugian lebih dari Rp 10.000.000,00 maka penghitungnya dilakukan dikantor pusat yang akan membutuhkan waktu yang lama.
c. Ketidak jujuran dari pihak tertanggung tidak memberikan infromasi yang jelas tentang objek yaitu dengan sengaja merubah, menambah dan menyembunyikan tentang kecacatan
bangunan atau benda yang
dipertanggungkan.
Saran
1. PT Asuransi Umum Bumiputera Cabang, Padang dalam memberikan informasi kepada calon tertanggung mengenai produk asuransi yang akan dipilih oleh calon tertanggung hendaknya memberikan informasi yang sejelas-jelasnya agar tidak terjadi kesalah pahaman.
2. Untuk mengatasi penyelesaian klaim asuransi kebakaran yang bermasalah baik pihak penanggung maupun tertanggung harus saling jujur dan transparasi sebelum polis ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
Ucapan terima kasih
Pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ingin
menyampaikan terima kasih banyak kepada ibu As Suhaiti Arief, S.H, M.Hum selaku pembimbing I dan Ibu Yansalzisatry,S.H.,M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan, bimbingan dan arahan yang bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Selanjutnya penulis mengucapkan terimaksih kepada :
1. Ibu Dwi Astuti Palupi,
S.H.,M.H.,selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta padang. 2. Ibu Nurbeti, S.H.,M.H.,selakuwakil
Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta padang.
3. Bapak Adri S.H.,M.H.,selaku ketua bagian Hukum Perdata Universitas Bung Hatta Padang.
4. Bapak dan ibu dosen Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta yang telah mengajar, mendidik dan membantu penulis selama menuntut ilmu di
Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta
5. Bapak dan ibu Staf Tata Usaha Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta yang
telah memberikan pelayanan
administrasi dengan sangat baik.
6. Ibu Yessi Afrida selaku Kepala Seksi Tehnik Keuangan Dan Umum.
7. Bapak Bayu Supryantoro selaku Staf Klaim.
8. Kedua orang tua yang selalu memberikan do‟a semangat dan motivasi selam perkuliahan sampai penulisan skripsi.
Daftar Kepustakaan
Abdul Kadir Muhammad, 2006, Hukum Asuransi Indonesia, Cetakan Ke 4, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Angger Singgit Pramukti, Andre Budiman
Panjaitan, 2016, Pokok-Pokok
Hukum Asuransi, cetekan ke 1,
Penerbit Pustaka Yustisia,
Yogyakarta.
Djoko Prakoso, I Ketut Murtika, Hukum Asuransi Indonesia, Cetakan ke3, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Emi Pangaribun Simanjutak, 1980, Hukum Pertanggungan (Pertanggungan Kerugian Pada Umumnya, Ebakaran Dan Jiwa), Seksi
Hukum Dagang Fakultas
Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Hartono Hadisoeprapto, 1994, Pokok-Pokok Hukum Perjanjian Dan Hukum Jaminan, Liberty, Yogyakarta.
H.M.N. Purwosutjipto, 1996, Pengertian Pokok Hukum Dagang
Indonesia Djambatan, Jakarta.
Kartini Muljadi Dan Gunawan Widjaja, 2002, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT Rajawali, Jakarta.
Mariam Darus Badrulzaman, 2005, Aneka Hukum Bisnis, Cetakan ke 2, PT Alumni, Bandung.
Subekti, 1997, Hukum Perjanjian, Cetakan Ke 21, PT Intermasa, Jakarta.
Zainal Asikin, 2013, Hukum Dagang, cetakan ke 1, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata)
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
Polis asuransi kebakaran
Ali Serizawa, pengertian hukum asuransi,
http:/hukumasuransi.blogspot.co .id/2009/01/asuransikebakaran.h tml akses 12-02-2015
Raka Darel, Asuransi Kebakaran, http://www.pengertianpakar.co m/2015/03/pengertian-asuransi-kebakaran.html akses,10-02-2015