• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya peningkatan tanggungjawab keluarga Katolik di Paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap pendidikan iman anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya peningkatan tanggungjawab keluarga Katolik di Paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap pendidikan iman anak"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK. SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. Oleh: Agnes Garlosi Kusumaningrum NIM: 111124023. PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI UPAYA PEIYINGKATAI\i TAITGGTJNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PIROKI SAI\iTO PETRUS PEKALONGATT TERIIADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK. Oleh: Agnes Garlosi Kusumaningrum. NIM:. :. 111124A23. Telah disetujui oleh:. I. DosenPembimbin!. ,,,J-l.ww,sr,M'd. 1l. Tanggal 8 Maret 2016.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SKRIPSI T]PAYA PEI\TINGKATAI\{ TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PEI\IDIDIKAN IMAN ANAK. T. Dipersiapkan dan ditulis oleh Agnes Garlosi Kusumaningrum. NIMi 111124023 Telah.dip;rtahankan di depan Panitia Penguji. Yogyakarta, 29 I!darct2016 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. rll.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Kedua orang tuaku Agus Sundoro dan Clara Harnati Adikku Cornelia Sundari Kusumaningtyas Seluruh umat Paroki Santo Petrus Pekalongan. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Jika kita yang hina dan tidak layak ini, memohon bantuan Tuhan siang dan malam, kiranya perlu juga kita bersedia mendengarkan dan mengabulkan permintaan sesama saudara kita” (Santa Agnes). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERI\TTATAAI\I KEASLIAN KARYA. Saya. menyaakt dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang telah saya tulis ini. tidak memuat karya atau r':bagian karya orumg lain, kecuali yang telah disebu&an dalam kutipan dan daftar. pustaka. layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 29 Maret 201 6 Penulis,. Agnes Garlosi Kusumaningrum.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PEF,I\TYATAAI\I PERSETUJUAI\T PUBLIKASI KARYA ILMIAH T}NTT]K KEPENTINGAN AKAI}ENilIS. t Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dhanna:. Nama. : Agnes Gadosi Kusumaningnrm. NomorMahasiswa :111124023 Demi pengembangan ihnu pengetatruarq saya menoberikan kepada perpustakaan. universitas sanata Dhtrma karya ilmiah saya yang berjudul UPAYA. PENINGKATAN TANGGUNGJA1YAB KELUARGA KATOLIK DI PARCKI SAFTTO PETRUS PEKALCNGAI\I TERILEDAP PEFil}IBIKAN. IMAN ANAK. beserta perangkat yang diperlukan, Dengan demikian saya. raemberikaa kepada perpustakaaa Universitas Sanata Dhanna. hak uofift. menyimpan, mangalihkan rlalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk. pangkalm data, mendistribusikan secare terbatas, dan mennpr$likasikao di internet atau media lain untuk kepntingan akademis tanpa perlu minta izin dari saya maupurt memberikan rr:yalti selama tetap mencantumkaa. penulis.. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.. Dibuat di Yogyakarf,a Pada tanggal 29 Maret 201 6. Yangmenyatakan. W /. Agnes Garl osi Kusumaningrun. vii. naru. saya sebagai.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK. Judul skripsi UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK dipilih berdasarkan kesan pribadi penulis bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di Paroki Santo Petrus Pekalongan dalam mendidik iman anak masih kurang. Padahal keluarga merupakan sekolah pertama dan utama dalam mendidik iman anak. Maka keluarga-keluarga Katolik Santo Petrus Pekalongan perlu meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab dalam mendidik iman anak-anak mereka. Keprihatinan lain yang masih dialami oleh keluarga-keluarga Katolik dalam melaksanakan tanggungjawab mereka yakni kurangnya waktu bersama anak oleh karena tuntutan pekerjaan, perubahan teknologi komunikasi yang begitu cepat mempengaruhi anak terhadap sikap dan tindakannya. Anak asyik dengan dunianya sendiri. Kebanyakan orang tua masih menyerahkan pendidikan iman anak kepada pihak lain, seperti guru agama atau sekolah Minggu. Persoalan pokok pada skripsi ini bagaimana keluarga Katolik dapat meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab mereka dalam mendidik iman anakanaknya. Dalam rangka menanggapi permasalahan pokok tersebut, penulis melakukan studi pustaka yang bersumber dari Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan para ahli mengenai tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Di samping itu, untuk memperoleh gambaran pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak penulis melakukan penelitian dengan cara pengamatan, penyebaran kuesioner, dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di paroki Santo Petrus Pekalongan masih kurang. Hal ini terlihat dari keempat unsur koinonia, kerygma, leiturgia, dan diakonia yang kurang nampak dalam kehidupan sehari-hari. Namun demikian, umat paroki Santo Petrus Pekalongan memiliki harapan melalui pendampingan rekoleksi keluarga guna meningkatkan pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak. Maka dari itu, penulis mengusulkan program pendampingan rekoleksi keluarga sebagai upaya untuk meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap pendidikan iman anak-anak mereka sehingga anak-anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang berguna bagi sesama dan semakin mencintai Sang Pencipta.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. Thesis title IMPROVEMENT EFFORT OF CATHOLIC FAMILY RESPONSIBILITY AT SAINT PETER PARISH PEKALONGAN TOWARDS CHILDREN FAITH EDUCATION is chosen based on the personal impression that the implementation of the responsibilities of Catholic families in the parish of Saint Peter Pekalongan in education children is still lacking faith. Whereas the family is the first and primary schools to educate children of faith. Then Catholic families Saint Peter Pekalongan need to improve the implementation of the responsibility to educate their children faith. Another concern that is still experienced by Catholic families in carrying out their responsibilities namely the lack of time with children because of work demands, nassive changing of communication technology affects both the attitude and actions of children. Child absorbed in his own world. Most of parents are still handing children faith education to others, such as religious teachers or Sunday schools. The main problem in this thesis how Catholic Family can improve the implementation of their responsibilities in educating their children faith. In order to respond these main problems, the authors conducted a literature that comes from Scripture, Church documents, and also the experts views on Catholic families responsibilities toward to children faith education. Besides that, to gain an overview of the implementation of Catholic families responsibilities toward to children faith education, the authors conducted a research by observation, questionnaires, and interviews. The research results showed the implementation of the responsibilities of Catholic family against faith education of children in the parish of Saint Peter Pekalongan are still lacking. This can be seen from the four elements of koinonia, kerygma, liturgy, and diakonia are less visible in everyday life. However, the parishioners of Saint Peter Pekalongan have hope through recollection assistance for the improvement of Catholic families responsibilities toward to children faith education. Therefore, the authors proposes family recollection assistance program as an effort to increase the Catholic families responsibilities toward to children faith education at the Saint Peter Pekalongan parish so that children can grow and develop as an useful people for others and more loving God as The Creator.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Puji Syukur kepada Allah Yang Maha Esa, sebab melalui kasihNyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK. Skripsi. ini. dilatarbelakangi. oleh. keprihatinan. penulis. terhadap. tanggungjawab keluarga Katolik dalam mendidik iman anak-anak yang ada di paroki Santo Petrus Pekalongan. Menurut hasil pengamatan penulis, orang tua masih cenderung menyerahkan pendidikan iman anak-anak kepada pihak lain, seperti guru agama ataupun sekolah Minggu. Mereka kurang mampu melaksanakan tugasnya sebagai pendidik iman anak dengan baik. Oleh karena itu, penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk membantu keluarga Katolik semakin meningkatkan tanggungjawabnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama dalam keluarga. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini melibatkan banyak pihak. Oleh karena itu, pantaslah pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.. Drs. F.X. Heryatno Wono Wulung, S.J., M.Ed., selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang dengan setia dan penuh kesabaran membimbing, memberikan motivasi dan masukan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2.. Bapak Yoseph Kristianto, SFK., M.Pd., selaku dosen penguji II dan sekretaris panitia penguji yang telah memberikan dukungan, semangat, meluangkan waktu untuk mempelajari dan memberi masukan sehubungan dengan skripsi ini.. 3.. Bapak P. Banyu Dewa HS, S.Ag, M.Si selaku dosen penguji III yang telah memberikan. semangat,. meluangkan. waktu. untuk. mempelajari. dan. memberikan masukan demi semakin baiknya skripsi ini. 4.. Para dosen Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah setia membagikan cinta kasih, pengetahuan serta pengorbanan selama penulis menjalani masa studi.. 5.. Staf dan karyawan Prodi IPPAK yang turut memberi perhatian dan dukungan bagi penulis.. 6.. Romo MB. Sheko Swandi M., Pr selaku Pastor Kepala Paroki Santo Petrus Pekalongan yang telah menerima dan memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian.. 7.. Bapak Bonifasius Denny Yuswanto, bapak Ignatius Sunarno Hadi, ibu Clara Harnati yang telah bersedia memberikan informasi berkaitan dengan situasi umat Paroki Santo Petrus Pekalongan.. 8.. Umat Paroki Santo Petrus Pekalongan yang telah meluangkan waktu memberikan jawaban dan mencurahkan perasaan sewaktu penulis melakukan penelitian.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9.. Bapak, ibu, adik, dan segenap keluarga yang dengan setia menemani, selalu mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa studi.. 10. Sahabat terdekat Didimus Matheus Nurak Lakawolo, S.Pd yang dengan setia menemani dan menyemangati penulis serta memberikan dukungan spiritual, gagasan serta ide selama studi dan proses penyelesaian skripsi ini. 12. Sahabat terbaik Kartika Putri Dinanti, S.Pd, Priska Veria Kusuma dan Margaretha Desy Christikaratna yang selalu setia menemani dan memberikan semangat serta motivasi selama penulis studi dan menyelesaikan skripsi. 13. Teman-teman angkatan 2011 yang selalu memberikan semangat, motivasi dan turut membentuk pribadi serta menjadi bagian dalam hidup penulis. 14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama ini dengan ketulusan hati memberikan motivasi, doa maupun bantuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat. bermanfaat. bagi. para. orang tua. sehingga. dapat. meningkatkan. tanggungjawabnya terhadap pendidikan iman anak bagi keluarga Katolik di Paroki Santo Petrus Pekalongan.. Yogyakarta, 29 Maret 2016 Penulis. Agnes Garlosi Kusumaningrum. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9.. Bryak, ibu, adilq dan segenap keluarga yang dengan setia menemani, selalu mendukung, mendoakan dan berkorban bagi penulis selama menjalani masa. shdi.. t. 10. Sahabat terdekat Didimus Matheus Nurak Lakawolo, S.Pd yang dengan setia renemani dan menyemangati penulis serta memberikan gagasnn serta ide selama studi dan proses penyelesaian skripsi. t2. sahabat terbaik Ifurtika. Puti Dinanti,. spiritual,. ini.. S.Pd, Priska veria Kusuma dan. Margaretha Desy Christikaratna yang selalu setia menemani dan memberikan stmangat serta motivasi selamapenulis studi dan menyelesaikan slcripsi.. 13- Teman-teman angkatan. 20ll. yang selalu memberikan semanga! motivasi. ,lan turut membentuk pribadi serta menjadi bagran dalam hidup penuLis.. I{-. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang selama. ini. dengan kehrlusan hati memberikan motivasi, doa mauprm bautuan sehinga penulis dapat menyelesaikan slaipsi ini dengan baik.. Penulis menyadari keterbatasan pngetatruan dan pengalaman dalam. mlisan. skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kdtik dari. p pembca demi perbaikan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dTil bermaofaat bagi para oftmg tua sehingga dapat meningkatkan Qmgiawabnya nroki. terhadap pendidikan iman anak bagi keluarga Katolik di. Santo Petus Pekalongan.. Yogyakart4 Z9Ma:et}Aft Penulis. /. /tffi\. firap-'-. Agaes Garlosi Kusumaningrum. xll.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ ii. HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv. MOTTO .......................................................................................................... v. HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... vi. PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .......................................... vii. ABSTRAK ..................................................................................................... viii. ABSTRACT ................................................................................................... ix. KATA PENGANTAR ................................................................................... x. DAFTAR ISI ................................................................................................. xiii. DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xviii. BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1. A. Latar Belakang ................................................................................ 1. B. Rumusan Masalah ............................................................................ 5. C. Tujuan Penulisan .............................................................................. 5. D. Manfaat Penulisan ............................................................................ 6. E. Metode Penulisan ............................................................................. 6. F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 7. BAB II. TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK ........................................................ 9. A. Tanggungjawab Keluarga Katolik .................................................... 10. 1. Tanggungjawab ............................................................................ 10. a. Pengertian Tanggungjawab ..................................................... 10. b. Jenis-jenis Tanggungjawab ..................................................... 13. 2. Keluarga Katolik .......................................................................... 15. a. Pengertian Keluarga Katolik ................................................... 17. b. Ciri-ciri Keluarga Katolik ....................................................... 20. c. Tugas Keluarga Katolik ........................................................... 25. xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. Tanggungjawab Keluarga Katolik ............................................... 30. a. Koinonia (Persekutuan Pribadi) .............................................. 33. b. Kerygma (Pewartaan) ............................................................. 34. c. Leiturgia (Perayaan Iman) ....................................................... 35. d. Diakonia (Pelayanan) .............................................................. 36. B. Pendidikan Iman Anak ...................................................................... 37. 1. Pengertian Pendidikan Iman Anak ............................................. 37. 2. Tujuan Pendidikan Iman Anak .................................................... 39. 3. Bentuk-bentuk Pendidikan Iman Anak ........................................ 41. a. Teladan Tokoh-tokoh Identifikasi............................................ 41. b. Suasana .................................................................................... 42. c. Pengajaran ............................................................................. 43. d. Komunikasi ............................................................................ 44. C. Urgensi Tanggungjawab Keluarga Katolik terhadap Pendidikan Iman Anak .................................................................... 45. BAB III. GAMBARAN PELAKSANAAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK .... 49. A. Gambaran Situasi Umum Paroki Santo Petrus Pekalongan ............. 50. 1. Situasi Geografis Paroki Santo Petrus Pekalongan ...................... 50. 2. Sejarah Singkat Paroki Santo Petrus Pekalongan ........................ 50. 3. Situasi Umat Paroki Santo Petrus Pekalongan ............................. 55. a. Mata Pencaharian Umat ........................................................... 56. b. Segi-segi Kehidupan Umat ...................................................... 56. 4. Karya-karya Pastoral Paroki Santo Petrus Pekalongan ................ 58. a. Bidang Persekutuan (Koinonia) .............................................. 58. b. Bidang Pewartaan (Kerygma) ................................................. 59. c. Bidang Liturgi (Leiturgia) ...................................................... 60. d. Bidang Pelayanan (Diakonia) ................................................. 60. 5. Visi, Misi dan Strategi Paroki Santo Petrus Pekalongan ............. 61. a. Visi ........................................................................................... 61. b. Tantangan-tantangan yang Harus Dihadapi ............................. 63. xiv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. c. Misi ......................................................................................... 63. d. Strategi ..................................................................................... 64. B. Penelitian tentang Tanggungjawab Keluarga Katolik terhadap Pendidikan Iman Anak di Paroki Santo Petrus Pekalongan ............ 65. 1. Persiapan Penelitian ..................................................................... 65. a. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 65. b. Tujuan Penelitian .................................................................... 67. c. Jenis Penelitian ....................................................................... 68. d. Instrumen Pengumpulan Data ................................................ 68. e. Responden Penelitian .............................................................. 69. f. Tempat Penelitian dan Alokasi Waktu ................................... 71. g. Variabel yang Diteliti dan Kisi-kisi ........................................ 71. h. Definsi Konseptual .................................................................. 71. i. Definisi Operasional ............................................................... 72. 2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian .................................. 74. a. Identitas Responden ................................................................ 75. b. Pemahaman Tanggungjawab Keluarga Katolik ...................... 76. c. Pelaksanaan Tanggungjawab Keluarga Katolik ..................... 82. d. Kesulitan Keluarga Katolik dalam Menjalankan Tanggungjawabnya ................................................................ 88. e. Harapan Keluarga Katolik dalam Upaya Peningkatan Tanggungjawab terhadap Pendidikan Iman Anak .................. 92. 3. Pendalaman Lebih Lanjut Hasil Penelitian Menurut Masing-masing Variabel ............................................................. 95. a. Identitas Responden ................................................................ 96. b. Tingkat Pemahaman Tanggungjawab Keluarga Katolik ......... 97. c. Pelaksanaan Tanggungjawab Keluarga Katolik ...................... 98. d. Kesulitan-kesulitan Keluarga Katolik dalam Menjalankan Tanggungjawabnya ................................................................. 101. e. Harapan Keluarga Katolik dalam Upaya Peningkatan Tanggungjawab terhadap Pendidikan Iman Anak ............... ... 103. 4. Kesimpulan Hasil Penelitian ....................................................... 104. xv.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB IV. UPAYA PENINGKATAN TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK DI PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK ................................. 106. A. Pentingnya Tanggungjawab Keluarga Katolik Paroki Santo Petrus Pekalongan Terhadap Pendidikan Iman Anak ................................. 107. B. Upaya Peningkatan Tanggungjawab Keluarga Katolik Paroki Santo Petrus Pekalongan Terhadap Pendidikan Iman Anak ............ 110. 1. Alasan Pemilihan Program Rekoleksi Keluarga ......................... 110. 2. Rekoleksi Keluarga ..................................................................... 111. a. Tujuan Kegiatan Rekoleksi .................................................... 111. b. Waktu, Tempat dan Peserta .................................................... 111. C. Usulan Program Rekoleksi untuk Meningkatkan Tanggungjawab Keluarga Katolik Paroki Santo Petrus Pekalongan ......................... 112. 1. Latar Belakang Program .............................................................. 112. 2. Tema dan Tujuan Rekoleksi Keluarga ........................................ 113. 3. Matriks Usulan Rekoleksi Keluarga ............................................ 115. 4. Contoh Satuan Persiapan Rekoleksi Keluarga ............................ 117. BAB V. PENUTUP ........................................................................................ 124. A. Kesimpulan ....................................................................................... 124. B. Saran ................................................................................................. 126. DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 128. LAMPIRAN Lampiran 1: Surat Permohonan Izin Penelitian. (1). Lampiran 2: Surat Keterangan Selesai Penelitian. (2). Lampiran 3: Kuesioner Tertutup dan Semi Terbuka. (3). Lampiran 4: Contoh Jawaban Responden. (12). Lampiran 5: Transkip Hasil Wawancara 1. (21). Lampiran 6: Transkip Hasil Wawancara 2. (23). Lampiran 7: Daftar Lagu. (26). Lampiran 8: Kisah Keluarga Albert. (27). Lampiran 9: Teks Kitab Suci. (28). xvi.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A. Singkatan Teks Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang diselenggarakan oleh Lembaga Alkitab Indonesia. Ef. : Efesus. Kej. : Kejadian. Kis. : Kisah Para Rasul. Luk. : Lukas. Mat. : Matius. Rm. : Roma. 1 Yoh. : 1 Yohanes. B. Singkatan Dokumen Gereja AA. : Apostolicam Actuositatem Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam. Tanggal 18 November 1965.. CT. : Catechesi Tradendae Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini. Tanggal 16 Oktober 1979.. xvii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. FC. : Familiaris Consortio Peranan Keluarga Kristiani dalam Dunia Modern: Anjuran Apostolik Sri Paus Yohanes Paulus II kepada para Uskup, Imamimam dan Umat beriman seluruh Gereja Katolik, tanggal 22 November 1981.. GE. : Gravissium Educationis Dokumen Konsili Vatikan II yang membahas mengenai Pendidikan Kristen. Dicetuskan oleh Paus Paulus VI pada tanggal 28 Oktober 1965.. KGK. : Katekismus Gereja Katolik Terjemahan Indonesia dikerjakan berdasarkan edisi Jerman oleh P. Herman Embuiri, SVD. Tahun 2007.. LG. : Lumen Gentium Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja. Tanggal 21 November 1964.. KHK. : Kitab Hukum Kanonik Dikeluarkan pada tanggal 25 Januari 1983 oleh Paus Yohanes Paulus II.. C. Singkatan Lain ABRI. : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. ay. : ayat. xviii.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BUMN. : Badan Usaha Milik Negara. D III. : Diploma III. fl. : Gulden Belanda (bahasa Belanda: gulden, IPA: [ˈɣʏldən]; mata uang: ƒ atau fl.) adalah mata uang Belanda sejak abad ke-17 hingga 2002 ketika digantikan oleh euro.. G 30 S. : Gerakan 30 September. KAS. : Keuskupan Agung Semarang. KBG. : Komunitas Basis Gereja. KBM. : Komunitas Basis Masyarakat. KDRT. : Kekerasan Dalam Rumah Tangga. KK. : Kepala Keluarga. KKMK. : Kelompok Karyawan Muda Katolik. KWI. : Konferensi Waligereja Indonesia. Mgr. : Monseignor. MSC. : Missionariorum Sacratissimi Cordis Iesu. OMK. : Orang Muda Katolik. PD. : Persekutuan Doa. PIA. : Pembinaan Iman Anak. PIR. : Pendampingan Iman Remaja. PKI. : Partai Komunis Indonesia. PLN. : Perusahaan Listrik Negara. Pr. : Praja. RI. : Republik Indonesia. xix.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SAGKI. : Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia. SD. : Sekolah Dasar. SJ. : Serikat Jesuit. SLTA. : Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. SLTP. : Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. SMA. : Sekolah Menengah Atas. SMP. : Sekolah Menengah Pertama. SND. : Suster Notre Dame. S1. : Sarjana. WKRI. : Wanita Katolik Republik Indonesia. xx.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Tugas mendidik pertama-tama merupakan tanggungjawab keluarga, karena keluarga merupakan tempat di mana untuk pertama kalinya anak memperoleh pengajaran mengenai keutamaan-keutamaan sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, tempat anak hidup dan berkembang (GE, a. 3). Di dalam keluarga, anak pertama kali menemukan pengalaman pertama masyarakat manusia yang sehat. Lambat laun, melalui keluargalah anak dibawa masuk ke dalam pergaulan warga dan dalam umat Allah. Peranan keluarga Katolik dalam mendidik iman anak mempunyai tempat yang sangat penting dalam karya pastoral (FC, a. 40). Maka dari itu, para orang tua perlu menyadari betapa pentingnya pendidikan Katolik dalam keluarga karena itu adalah tugas orang tua untuk memberikan pendidikan Katolik di dalam keluarga. Orang tua merupakan tokoh penting dalam kehidupan dan perkembangan seorang anak, karena orang tua banyak memberi pengaruh terhadap perkembangan diri anak. Di dalam sebuah keluarga, orang tua wajib menciptakan suasana lingkungan keluarga yang dijiwai oleh cinta kasih Allah dan manusiawi sehingga membantu pendidikan pribadi dan sosial anak-anak. Tugas orang tua untuk mendidik segala hal tentang pendidikan Katolik anak tidak dapat digantikan oleh siapa pun, karena ini merupakan tanggungjawab orang tua. Paus Yohanes Paulus II dalam Anjuran Apostolik Familiaris Consortio (FC, a. 36) mengatakan bahwa:.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Hak maupun kewajiban orang tua untuk mendidik bersifat hakiki karena berkaitan dengan penyaluran hidup manusiawi. Selain itu bersifat asali dan utama terhadap peran serta orang-orang lain dalam pendidikan, karena keistimewaan hubungan cinta kasih antara orang tua dan anak. Karya manusia dalam penciptaan manusia baru melahirkan suatu tugas baru, yaitu tugas mendidik dan memelihara hasil prokreasi tersebut. Dalam hal ini, kedua manusia yang telah menjadi kelurga Katolik mempunyai tanggungjawab untuk mendidik secara Katolik anak-anak yang telah dikaruniakan kepada mereka. Bagi orang tua Katolik, tugas mendidik yang berakar dalam panggilan utama mereka untuk berperan serta di dalam karya penciptaan Allah mendapat sumber baru yang khas dalam sakramen perkawinan, yang menguduskan mereka untuk mendidik secara Katolik anak-anak mereka: artinya perutusan itu meminta mereka untuk mengambil bagian dalam wewenang dan cinta kasih Allah Bapa dan Kristus Sang Gembala (FC, a. 38). Konsili Vatikan II (GE, a. 3) mengingatkan bahwa: Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anak, terikat kewajiban amat berat untuk mendidik anak mereka. Maka, orang tua lah yang harus diakui sebagai pendidik mereka yang pertama dan utama. Begitu pentinglah tugas mendidik itu, sehingga apabila diabaikan, sangat sukar pula dapat dilengkapi. Sebab merupakan kewajiban orang tua menciptakan lingkungan keluarga, yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa sehingga menunjang keutuhan pendidikan pribadi dan sosial anak-anak mereka. Maka, keluarga itulah lingkungan pendidikan pertama keutamaankeutamaan sosial yang dibutuhkan oleh setiap masyarakat. Pernyataan di atas ingin menegaskan bahwa ketika anak dilahirkan, orang tua memiliki tugas dan kewajiban baru dalam kehidupan keluarga, yakni mendidik anak-anak mereka. Dalam hal ini, orang tua merupakan pendidik iman yang pertama dan utama dalam keluarga Katolik. Sebagai pendidik iman anak.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. yang pertama dan utama dalam keluarga Katolik, hak dan kewajiban yang dimiliki orang tua untuk mendidik anak-anak mereka tidak dapat diganggu gugat. Orang tua harus dapat mendidik hidup rohani anak di dalam keluarga mereka. Dengan begitu anak memperoleh bekal untuk hidup dalam lingkungan, Gereja, dan masyarakat. Konsili Vatikan II menyatakan bahwa anak-anak dan kaum remaja berhak didukung untuk belajar menghargai nilai-nilai moral dengan suara hati yang lurus, serta dengan tulus menghayatinya secara pribadi, dan juga untuk semakin sempurna dalam mengenal serta mengasihi Allah (GE, a. 1). Oleh karena itu anak perlu dan berhak untuk mendapatkan pendidikan Katolik di dalam keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Anak merupakan buah cinta dari pasangan suami-istri yang perlu dilindungi, dibesarkan dengan kasih sayang dan juga pendidikan, terutama pendidikan Katolik. Orang tua harus dapat mendidik anak-anak dengan diberi nasehat-nasehat atau teladan-teladan. Para orang tua harus bisa mengarahkan anak-anaknya untuk terlibat di dalam hidup menggereja. Namun kesan penulis sekarang ini banyak orang tua yang lalai akan hal itu. Orang tua sekarang lebih mementingkan kesibukan mereka dengan pekerjaan-pekerjaan, sehingga para orang tua lupa akan tanggungjawabnya mendidik anak dengan pendidikan iman Katolik. Berangkat dari pengalaman pribadi, penulis mendapatkan kesan bahwa keluarga. Katolik. di. paroki. Santo. Petrus. Pekalongan. masih. kurang. bertanggungjawab dalam mengembangkan iman anak-anaknya. Seperti yang.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. penulis alami dalam keluarga sendiri kurang mendapat perhatian, keteladanan serta pendampingan dari orang tua berkaitan dengan pokok-pokok iman Katolik. Penulis merasa bahwa para keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan kurang memahami sepenuhnya tanggungjawab mereka sebagai pendidik iman anak yang utama dan pertama. Keluarga Katolik cenderung menyerahkan pendidikan iman anaknya kepada suatu lembaga terkait, seperti sekolah, tetapi sebenarnya itu tidaklah cukup. Karena yang paling penting dan utama adalah orang tualah yang memberikan pendampingan kepada anaknya supaya iman mereka dapat tumbuh dan berkembang serta mampu menghasilkan buah yang melimpah bagi Gereja dan masyarakat. Hasil pengamatan yang penulis lakukan pada beberapa keluarga di paroki Santo Petrus Pekalongan menunjukkan bahwa mereka kurang memperhatikan pendidikan. iman. anaknya. karena. terbentur. oleh. pekerjaan.. Padahal. tanggungjawab keluarga Katolik dalam pendidikan iman anak bertujuan agar anak dapat memahami ajaran Gereja Katolik seperti berdoa, mengikuti perayaan Ekaristi, mau terlibat dalam hidup menggereja dan lain-lain. Dengan begitu anak semakin tahu dan dapat mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari sampai mereka dewasa. Keluarga Katolik harus menyadari tanggungjawabnya tersebut dalam memberikan keteladanan serta pendampingan bagi anak-anaknya, misalnya dengan berdoa rutin dalam keluarga sebelum dan sesudah makan, mengawali hari baru dengan merenungkan Kitab Suci, doa malam, mengikuti latihan koor, menjadi misdinar, lektor/lektris, pemazmur atau di lingkungan.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. dengan mengikuti ibadat mingguan atau doa-doa yang lainnya. Inilah wujud tanggungjawab orang tua yang harus disadari oleh keluarga-keluarga Katolik. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin memberikan sumbangan pemikiran melalui penulisan skripsi dengan judul UPAYA PENINGKATAN. TANGGUNGJAWAB. KELUARGA. KATOLIK. DI. PAROKI SANTO PETRUS PEKALONGAN TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK. Keluarga Katolik diharapkan dapat bertanggungjawab terhadap pendidikan iman anak-anak mereka. Dengan demikian anak-anak mereka akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang unggul dan siap ambil bagian dalam mengembangkan Gereja dan masyarakat.. B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah yang dimaksud tanggungjawab keluarga Katolik bagi pendidikan iman anak-anak? 2. Sejauh mana pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan berpengaruh positif terhadap pendidikan iman anak-anak? 3. Apa yang perlu dilakukan oleh keluarga Katolik untuk meningkatkan tanggungjawab bagi pendidikan iman anak-anak mereka?. C. Tujuan Penulisan Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penulis memberikan penjelasan tujuan penulisan sebagai berikut:.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. 1. Menggambarkan tanggungjawab keluarga Katolik bagi pendidikan iman anak. 2. Mengetahui sejauh mana pelaksanaan tanggungjawab keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan berpengaruh positif terhadap pendidikan iman anak-anak. 3. Memberikan sumbangan berupa program terhadap keluarga Katolik dalam rangka meningkatkan tanggungjawab bagi pendidikan iman anak-anak mereka.. D. Manfaat Penulisan Manfaat yang diperoleh dari penulisan ini adalah: 1. Keluarga. Katolik. di. paroki. Santo. Petrus. Pekalongan. mengetahui. tanggungjawab dalam mendidik iman anak. 2. Menambah pengetahuan dan wawasan bagi penulis sejauh mana peningkatan tanggungjawab keluarga Katolik berpengaruh positif terhadap pendidikan iman anak di paroki Santo Petrus Pekalongan. 3. Penulis dapat memberikan sumbangan berupa program terhadap keluarga Katolik dalam rangka meningkatkan tanggungjawab bagi pendidikan iman anak di paroki Santo Petrus Pekalongan.. E. Metode Penulisan Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis yaitu metode yang menggambarkan dan menganilisis data yang diperoleh baik melalui pengalaman maupun studi pustaka. Penulis juga akan mengungkapkan tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak di paroki Santo Petrus Pekalongan. Guna mengetahuinya, penulis akan melaksanakan penelitian.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. di paroki Santo Petrus Pekalongan. Melalui data yang diperoleh tersebut, penulis mencoba. menganalisa. dan. merumuskan. sumbangan. mengenai. program. pendampingan keluarga Katolik guna meningkatkan tanggungjawab orang tua Katolik terhadap pendidikan iman anak mereka.. F. Sistematika Penulisan Pada bab I, penulis menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II membahas tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Bab ini berisi tiga bagian pokok bahasan. Pertama, tanggungjawab, keluarga Katolik, meliputi tanggungjawab, keluarga Katolik, dan tanggungjawab keluarga Katolik. Kedua menguraikan pendidikan iman anak,meliputi pengertian pendidikan iman anak, tujuan pendidikan iman anak, dan bentuk-bentuk pendidikan iman. Dan yang ketiga membahas urgensi tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Bab III memberikan gambaran umum paroki Santo Petrus Pekalongan yang berisi situasi geografis paroki, sejarah berdirinya paroki, situasi umat paroki, karya-karya pastoral paroki Santo Petrus Pekalongan, visi, misi, dan strategi paroki. Dalam bab ini juga dikemukakan penelitian mengenai upaya peningkatan tanggungjawab keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap pendidikan iman anak di dalamnya memuat persiapan penelitian, laporan dan pembahasan hasil penelitian, pendalaman lebih lanjut hasil penelitian menurut masing-masing variabel dan kesimpulan hasil penelitian..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Bab IV berisi uraian mengenai upaya peningkatan tanggungjawab keluarga Katolik di paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap pendidikan iman anak yang dibagi. menjadi. tiga. bagian.. Bagian. pertama. menguraikan. pentingnya. tanggungjawab keluarga Katolik paroki Santo Petrus Pekalongan terhadap pendidikan. iman. anak.. Bagian. kedua. mendalami. upaya. peningkatan. tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak meliputi, alasan pemilihan program rekoleksi keluarga dan rekoleksi keluarga. Bagian ketiga berisi usulan program rekoleksi untuk meningkatkan tanggungjawab keluarga Katolik, paroki Santo Petrus Pekalongan yang di dalamnya terdapat latar belakang program, tema, tujuan, matriks usulan rekoleksi keluarga dan contoh satuan persiapan rekoleksi. Bab V berisikan penutup yang mencakup dua bagian. Bagian pertama membahas kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan, tujuan penulisan skripsi serta didukung oleh data hasil penelitian. Bagian kedua berisikan saran yang ditujukan kepada pihak paroki Santo Petrus Pekalongan..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. BAB II TANGGUNGJAWAB KELUARGA KATOLIK TERHADAP PENDIDIKAN IMAN ANAK. Bab II ini secara khusus menguraikan topik-topik tentang tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak menurut bahan-bahan kepustakaan untuk memberikan gambaran bagaimana tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Tanggungjawab keluarga Katolik adalah suatu kewajiban orang tua Katolik untuk memperhatikan pendidikan iman anaknya. Peran orang tua sangatlah besar di dalam keluarga terutama dalam memperhatikan pendidikan iman anaknya. Bab II ini terdiri dari tiga bagian yaitu tanggungjawab keluarga Katolik, pendidikan iman anak, dan urgensi tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak. Dalam setiap bagian akan diuraikan beberapa topik menurut bahan-bahan kepustakaan. Bagian pertama meliputi tanggungjawab dan keluarga Katolik. Bagian ini mencakup pengertian tanggungjawab, jenis-jenis tanggungjawab, pengertian keluarga Katolik, ciri-ciri keluarga Katolik, dan tugas keluarga Katolik. Bagian kedua membahas pendidikan iman anak. Bagian ini meliputi tiga pokok bahasan yaitu pengertian pendidikan iman anak, tujuan pendidikan iman anak, dan bentuk-bentuk pendidikan iman anak. Kemudian bagian ketiga menjelaskan tentang urgensi tanggungjawab keluarga Katolik terhadap pendidikan iman anak..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. A. Tanggungjawab Keluarga Katolik 1.. Tanggungjawab Tanggungjawab merupakan salah satu nilai moral yang utama yang ada di. dalam hukum moral. Sebab tanggungjawab tersebut memiliki tujuan dan mengandung nilai-nilai baik bagi semua orang, baik sebagai individu maupun sebagai bagian dari masyarakat. Tanggungjawab sangat diperlukan untuk mengembangkan jiwa yang sehat, membentuk kepribadian yang memiliki kepedulian akan hubungan interpersonal dan menjadi warga masyarakat yang humanis.. a.. Pengertian Tanggungjawab Berbicara mengenai tanggungjawab tentu tidak lepas dari kebebasan sebab. kebebasan adalah syarat tanggungjawab (Suparno, 2003: 114). Semakin orang tersebut bebas maka ia semakin bertanggungjawab atau “kebebasan yang bertanggungjawab.” Artinya apabila manusia dalam mengambil keputusan dan menentukan jenis tindakan itu manusia tidak memiliki kebebasan, maka dengan sendirinya ia tidak mungkin memiliki tanggungjawab. Bebas di sini bukan berarti bebas semaunya. Kebebasan tidak sama dengan keliaran dan tanpa aturan (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 22). Dan tentu keputusan maupun tindakan tersebut diambil dengan penuh kesadaran. Sebab orang tidak mungkin mengembangkan tanggungjawab apabila ia tidak menyadari keputusan atau perbuatannya. Sadar artinya mengetahui dan merasakan proses-proses emosi dan pikiran yang sedang berjalan sewaktu individu mengambil keputusan atau melakukan suatu tindakan..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. Menurut Suparno (2003: 114) tanggungjawab adalah keberanian, kesiapan, dan keteguhan hati untuk menerima konsekuensi-konsekuensi atas putusan dan tindakan yang dipilih. Artinya seorang individu dikatakan bertanggungjawab apabila dirinya dengan sadar mengambil sebuah keputusan, menjalankannya, dan mau menghadapi serta menerima konsekuensi apa pun yang ada. Menerima konsekuensi juga berarti mau menerima kegagalan dan tidak menyalahkan orang lain. Dapiyanta mengemukakan pendapatnya dalam buku “Teologi Moral Masa Kini” bahwa tanggungjawab adalah kemampuan seseorang untuk memberikan respon atas tindakannya (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 22). Respon tersebut berupa jawaban atas pertanyaan mengapa aku melakukan hal tertentu dan kesiapan menanggung resiko atas apa yang telah aku lakukan. Tuntutan kesiapan menjawab dan menanggung itulah disebut tanggungjawab. Contohnya: seorang pemuda ditangkap polisi karena dituduh telah membunuh sebuah keluarga. Pemuda itu harus mempertanggungjawabkan di pengadilan tindakan membunuh yang telah ia lakukan. Mikhael Dua (2011: 31) berpendapat bahwa tanggungjawab sering dimengerti dalam arti kausalitas. Artinya segala tindakan yang dilakukan oleh manusia menuntut sebab-akibat atas tindakannya tersebut. Karena itu sebagai pelaku tindakan ia harus siap menerima akibat-akibat dari tindakan tersebut. Berdasarkan ketiga uraian pengertian di atas dapat dikatakan bahwa tanggungjawab adalah segala keputusan dan tindakan yang diambil oleh manusia dengan penuh kebebasan, konsekuensi, dan kesadaran. Misalnya dalam sebuah.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. permainan volley. Saat persiapan, pemain dibimbing untuk melihat dirinya dengan sungguh-sungguh dalam mempersiapkan lapangan dan peralatan ataukah hanya enak-enak saja membiarkan teman lain mengadakan persiapan. Kemudian pada saat permainan berlangsung peserta diajak menyadari jalannya permainan bola volley. Dimana peserta mengambil bagian atau perannya masing-masing, apakah sebagai toser, smasher, kapten, dan sebagainya. Lalu sesudah permainan, apakah peserta dapat membereskan perlengkapan, peralatan, dan keadaan lapangan yang digunakan. Dari keseluruhan ini dapat dilihat sikap tanggungjawab yang tercermin dalam permainan bola volley (Suparno, 2003: 116). Berkaitan dengan tanggungjawab maka Gilarso (1996: 14) mengatakan bahwa tanggungjawab dalam membangun keluarga Kristiani dilakukan dengan penuh cinta kasih. Melalui pernikahan, suami-istri membangun suatu persekutuan cinta yang kita sebut keluarga Kristiani. Cinta itu pertama-tama harus diusahakan antara mereka berdua sendiri, kemudian kepada anak-anak, juga kepada sanaksaudara, tetangga, lingkungan, dan akhirnya kepada semua orang lain, terutama orang-orang kecil dan miskin. Karena itu, segenap anggota keluarga terutama suami-istri harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk menumbuhkembangkan cinta kasih di dalam kehidupan mereka. Bila cinta kasih ada dalam keluarga, maka sikap keterbukaan, saling pengertian, saling mengampuni, serta saling mendukung satu sama lain dalam hal-hal yang baik akan muncul dalam keluarga. Tanggungjawab yang diemban oleh keluarga sangatlah penting dan besar. Orang tua tidak hanya sekedar mengetahui tanggungjawabnya kepada setiap anggota keluarga, tetapi sungguh-sungguh melaksanakan tanggungjawab tersebut..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. Keluarga harus dapat bertanggungjawab terhadap pendidikan iman anak-anaknya. Di dalam keluarga mendidik anak adalah tugas yang utama dan pertama, tidak dapat digantikan oleh siapapun itu (FC, a. 36). Ini juga dapat berarti bahwa arah kehidupan dan iman anak ditentukan oleh bagaimana cara keluarga itu mendidik secara bertanggungjawab. Oleh sebab itu, tanggungjawab untuk mendidik anak perlu ditanamkan sejak dini mungkin bahkan dalam kandungan oleh orang tua (Warta Iman, 16-17 Mei 2015: 24).. b.. Jenis-jenis Tanggungjawab Tanggungjawab seorang manusia tidak hanya berhenti pada dirinya. sendiri, melainkan juga untuk hal lainnya. Wujud tanggungjawab ada bermacammacam, misalnya tanggungjawab terhadap diri sendiri, keluarga, sekolah, masyarakat dan kepada Tuhan. Jenis-jenis tanggungjawab itu sendiri antara lain:. 1) Tanggungjawab terhadap Diri Sendiri Tanggungjawab terhadap diri sendiri berarti menanggung tuntutan kata hati, misalnya dalam bentuk penyesalan yang mendalam. Tanggungjawab terhadap diri sendiri merupakan hal dasar dalam melakukan kewajiban-kewajiban lainnya sebagai tuntutan dalam mengembangkan kepribadian sebagai pribadi. Pada dasarnya manusia adalah makhluk bermoral, tetapi manusia juga seorang pribadi yang memiliki pendapat sendiri dalam berbuat dan bertindak. Apabila manusia. bertanggungjawab. pada. dirinya. sendiri. maka. ia. mampu. bertanggungjawab pada hal-hal lainnya pula. Dengan berani bertanggungjawab berarti kita sudah mampu melaksanakan tugas dan kewajiban untuk kepentingan.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. diri. sendiri. sehari-hari. secara. rutin.. Misalnya,. Pak. Waru. selalu. mempertimbangkan baik-buruknya dari setiap tindakan yang akan dilakukannya. Pertimbangan itu dimaksudkan agar ia dapat memilih tindakan yang baik sesuai dengan komitmennya. Ketika ditawari sejumlah uang sebagai bantuan untuk lembaganya dengan menandatangani kuitansi kosong, Pak Waru menolaknya. Bahkan ia bertanya dari mana asal-usul uang tersebut. Ternyata asal-usul uang itu tidak jelas. Maka penolakan Pak Waru semakin dikuatkan, meskipun perusahaannya sangat butuh bantuan (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 23).. 2) Tanggungjawab sebagai Anggota Keluarga Setiap anggota keluarga saling membutuhkan dalam melaksanakan tugas dan peran dengan baik agar keharmonisan keluarga tetap terjalin dengan baik. Segala tugas yang dilakukan dengan ikhlas akan menunjukkan kepedulian akan apa yang dirasakan dan dibutuhkan oleh anggota keluarga lainnya. Sebagai contoh: seorang anak harus belajar dengan baik dan membantu meringankan tugas orang tua ketika berada di rumah. Dengan melaksanakan tanggungjawab sebagai anak, maka hal tersebut tentunya menjadi suatu kebanggaan bagi kedua orang tua. Apabila dalam hal-hal kecil diabaikan, maka semakin sulit untuk membangun rasa tanggungjawab dalam diri maupun untuk orang lain (Rintyastini, 2006: 53).. 3) Tanggungjawab sebagai Anggota Masyarakat Pada dasarnya seorang manusia adalah makhluk sosial, yakni tidak bisa hidup tanpa bantuan dari orang lain. Seorang manusia dituntut untuk dapat berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai anggota masyarakat tentu harus.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. memiliki tanggungjawab sehingga dapat melangsungkan hidup yang baik di tengah-tengah masyarakat dan mempertanggungjawabkan perbuatannya pada masyarakat. Bertanggungjawab terhadap masyarakat berarti menanggung tuntutan norma-norma sosial, bisa berupa sanksi-sanksi sosial seperti cemoohan masyarakat, hukuman penjara, dan lain-lain. Bertanggungjawab sebagai anggota masyarakat akan melatih seseorang menjadi pribadi yang lebih matang, di mana ia akan memiliki wawasan yang lebih luas (Rintyastini, 2006: 57).. 4) Tanggungjawab sebagai Umat Beragama Tanggungjawab umat beragama diwujudkan antara lain dengan berusaha memahami aturan agama dan kemudian mengamalkannya (Rintyastini, 2006: 58). Seseorang yang memiliki pemahaman dan ketaatan terhadap agama diharapkan memiliki tanggungjawab pada agamanya yang dianut. Bertanggungjawab kepada agama berarti menanggung tuntutan norma-norma agama, misalnya perasaan berdosa. Bagi kaum muda tanggungjawab dalam beragama masih mudah terpengaruh oleh aneka tawaran duniawi. Namun kesadaran diri mereka untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan sudah mengalami peningkatan yang baik. Misalnya aktif dalam kegiatan Gereja dan lingkungan seperti menjadi misdinar, lektor, mengikuti komunitas doa, Rosario, doa lingkungan atau katekese di lingkungan, bakti sosial, dan lain sebagainya (Rintyastini, 2006: 60).. 2.. Keluarga Katolik “Dalam abad atom ini, keluarga modern dapat dikategorikan sebagai. ‘nuclear’ (inti), yang berarti bagian yang paling dasar. Itu berarti bahwa keluarga.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. seperti atom, mudah terbelah dan disertai dengan penghancuran dan perubahan besar”. (Eminyan,. 2001:. 7).. Artinya. keluarga. merupakan. dasar. tumbuhkembangnya suatu peradaban manusia serta mempunyai peran penting dalam membawa perubahan hidup dalam masyarakat. “Gereja sadar akan luar biasa pentingnya keluarga bagi masyarakat pada umumnya serta bagi kesejahteraan komunitas Kristiani” (Eminyan, 2001: 9). Sebab di dalam keluarga ada ikatan kasih paling unggul, tempat lahir manusia baru dan berkembang dalam kemanusiaan serta iman. Keluarga adalah komunitas pertama dan utama yang bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak, karena di dalam keluargalah anak-anak lahir, hidup dan bertumbuh dewasa (GE, a. 3). Dalam keluarga, anak menemukan pengalaman pertama mengenai masyarakat manusia yang sehat dan Gereja. Melalui keluarga itu pula, secara perlahan anak dihantar masuk ke dalam pergaulan masyarakat dan Gereja. Dalam rangka pembukaan Konvensi Tahunan Gerejani Keuskupan Roma, Paus Fransiskus, mengatakan “hendaknya suami dan istri saling melengkapi dalam keluarga sehingga anak tumbuh dewasa dalam jati diri mereka sendiri ketika membandingkan berbagai cara berbeda ayah dan ibu mereka mengasihi” (Warta Iman, 27-28 Juni 2015: 28). Kutipan di atas mengartikan bahwa di dalam keluarga anak dapat meniru dan meneladani segala sikap dan tindakan baik dan buruk dari orang tua. Terlebih khusus segala sikap baiknya dan anak mampu merealisasikan panggilan hidupnya sebagai manusia dan orang beriman Kristiani dalam keluarga. Dengan demikian, peranan keluarga dalam kehidupan Gereja dan masyarakat semakin diakui dan dirasakan oleh semua pihak..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. a.. Pengertian Keluarga Katolik Syamsu Yusuf (2010: 35-36) mengemukakan pendapat M.I. Soelaeman. mengenai pengertian keluarga. Ditinjau dari sudut pandang sosiologis, keluarga dapat diartikan dua macam, yaitu dalam arti luas, keluarga meliputi semua pihak yang ada hubungan darah atau keturunan yang dapat dibandingkan dengan “clan” atau marga; dalam arti sempit keluarga meliputi orang tua dan anak. Dari pengertian keluarga di atas dapat dirumuskan bahwa yang dimaksud dengan keluarga adalah meliputi orang tua serta anak-anak yang telah dipersatukan oleh ikatan perkawinan. Konsili Vatikan II mengatakan: “karena Pencipta alam semesta telah menetapkan persekutuan suami-istri menjadi asal-mula dan dasar masyarakat manusia, maka keluarga merupakan sel terkecil dan sangat penting bagi masyarakat” (AA, a. 11). Sebagai sel terkecil dalam masyarakat, keluarga mempunyai hubungan-hubungan yang amat penting dan organik dengan masyarakat, karena di dalam keluarga seluruh jaringan hubungan sosial dibangun (Paus Yohanes Paulus II, 1994: 8). Melalui kehadiran dan peran anggotaanggotanya, keluarga menjadi tempat asal dan upaya efektif untuk membangun masyarakat yang manusiawi dan rukun (FC, a. 43). Sebagai suatu satuan kekerabatan, keluarga memiliki hubungan kedekatan atau relasi antar anggota-anggotanya. Kata kekerabatan sendiri memiliki arti perihal berkerabat. Sedangkan berkerabat artinya mempunyai hubungan keluarga. Dalam perkawinan dan keluarga terjalin serangkaian hubungan antar pribadi (FC, a. 15). Setiap anggota keluarga dijalin oleh relasi yang bersifat personal dan.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. fungsional. Yang dimaksud dengan relasi personal adalah relasi antar pribadi, yang tidak didasarkan pada kedudukan atau fungsi seseorang. Dalam relasi personal ini, anggota-anggota yang ada di dalam keluarga memiliki martabat yang sama, tidak ada hubungan orang tua dan anak, melainkan hubungan antar pribadi yang ada di dalam keluarga. Sedangkan, relasi fungsional adalah relasi yang muncul dari kedudukan atau fungsi seseorang dalam keluarga. Contoh dari relasi fungsional seperti relasi antara orang tua dan anak. Dalam keluarga, kedua relasi ini tidak dapat dipisahkan satu sama lain, karena hubungan fungsional dalam keluarga harus selalu personal juga, artinya harus selalu dalam semangat menerima yang lain sebagai pribadi yang bermartabat sama karena memiliki hak yang sama pula. Pandangan mengenai keluarga di atas sejalan dengan padangan Gereja dalam Katekismus Gereja Katolik yang mengartikan keluarga Katolik sebagai persekutuan kodrati, di mana pria dan wanita dipanggil untuk menyerahkan diri dalam cinta kasih dan melanjutkan kehidupan (KGK No. 2207). Artinya persekutuan pribadi-pribadi ini terjadi atas dasar pilihan dan keputusan sadar dan bebas antara seorang pria dan seorang wanita, serta diungkapkan dalam kesepakatan nikah. Mereka bersedia meninggalkan segalanya, termasuk orang tua dan sanak saudaranya untuk membangun persekutuan hidup dengan pasangannya. Pria dan wanita dipanggil untuk senantiasa menumbuhkembangkan persatuan mereka dengan selalu setia pada janji perkawinan. Berkat janji perkawinan yang diucapkan, mereka tidak lagi dua melainkan satu daging. Dalam Mat 19:6 dikatakan “Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Sabda Yesus ini mengatakan bahwa suami-istri merupakan dua pribadi yang telah disatukan oleh Allah. Surat Santo Paulus kepada jemaat di Efesus (5:22-33) mengatakan suatu perkawinan dapat dikatakan sebagai sakramen, sebagai tanda dan rahmat hubungan antara Allah dan jemaat-Nya, bila perkawinan tersebut dilakukan secara sah oleh dua pribadi yang telah dibaptis dalam nama Yesus. Sejak dibaptis, suami bersatu dengan Kristus. Tuhan hadir dalam dirinya. Demikian pula istri, sejak dibaptis ia pun bersatu dengan Kristus. Tuhan hadir dalam dirinya. Oleh karena itu, ketika kedua orang Katolik menikah, Kristus semakin hadir dalam diri mereka. Menurut keyakinan Gereja, kehadiran Kristus membawa rahmat, yang semakin menyatukan mereka berdua. Sebab kasih ilahiNya menyempurnakan kasih manusiawi mereka berdua lewat kekuatan dan bantuan rahmat sehingga dapat melaksanakan segala tugas yang berkaitan dengan status mereka sebagai suami-istri dan sebagai orang tua bagi anak-anak mereka (Gilarso, 1996: 158). Konsili Vatikan II menegaskan sakramentalitas perkawinan tersebut dalam Konstitusi Pastoral tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini dengan menyatakan bahwa cinta kasih suami-istri dengan segala dimensinya dilimpahi anugerahanugerah yang mengalir dari sumber kasih ilahi dan dibangun oleh Kristus menurut teladan persatuan cinta kasih-Nya dengan Gereja (GS, a. 48). Melalui sakramen, suami-istri mengambil bagian dalam karya keselamatan. Sebagai perwujudan, Sakramen Perkawinan memberi mereka rahmat dan tugas untuk melaksanakan atau mewujudnyatakan tuntutan-tuntutan kasih yang mengampuni.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. dan menebus pada masa sekarang ini. Sebagai nubuat, Sakramen Perkawinan memberi mereka rahmat dan tugas untuk hidup dan menjadi saksi tentang pengharapan perjumpaan dengan Kristus pada masa yang akan datang (FC, a. 13). Kehadiran Kristus membawa rahmat yang membantu suami-istri dalam mengasuh dan mendidik anak-anak. Karena rahmat ilahi itu, mereka tidak hanya mengasihi anak-anak dengan kasih manusiawi yang serba terbatas, tetapi juga dengan kasih ilahi.. Sebagai. sakramen,. perkawinan. memiliki. berbagai. tujuan,. yakni. kesejahteraan suami-istri dan kesejahteraan anak-anak (GS, a. 48). Menurut sifat kodratinya, perkawinan dan cinta kasih suami-istri tertuju kepada lahirnya keturunan serta pendidikannya (KHK, kan. 1055 § 1).. b.. Ciri-ciri Keluarga Katolik Selain merupakan sel terkecil dalam masyarakat luas, keluarga Katolik. juga merupakan bagian utuh dari Gereja. Sebagai bagian dari Gereja, keluarga ikut ambil bagian dalam tugas perutusan Gereja, yakni mewartakan dan menyebarluaskan Injil. Maka dari itu, keluarga juga sering disebut Gereja kecil (FC, a. 21). Paus Yohanes Paulus II, yang mendapat gelar sebagai Paus Keluarga, melalui Anjuran Apostolik Familiaris Consortio (22 November 1981), menegaskan keyakinannya bahwa keluarga Kristiani sebagai Gereja rumah tangga atau Gereja kecil (LG, a. 11; FC, a. 21, 86; KGK). Menurut Kristianto dalam buku “Teologi Moral Masa Kini” sebagai Gereja kecil, keluarga Katolik memiliki ciriciri yang khas, yakni kesatuan iman yang dimiliki oleh anggota-anggotanya;.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. monogam dan tak terceraikan, keluarga adalah Gereja mini (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 63-65).. 1) Kesatuan Iman yang Dimiliki oleh Anggota-anggotanya. Hidup keluarga didasarkan pada kesatuan iman antar anggotanya. Sebagai suatu komunitas iman, antar anggota keluarga diharapkan dapat saling membantu dalam memperkembangkan iman yang dimiliki. Sharing atau dialog mengenai pengalaman akan Allah merupakan sarana yang dapat dilakukan untuk saling memperkembangkan iman yang telah dimiliki masing-masing anggota keluarga. Misalnya sharing pengalaman iman bagaimana menerapkan cara hidup beriman Katolik dalam masyarakat atau bagaimana membangun komunikasi yang baik dalam keluarga. Pesan Paus Fransiskus untuk hari komunikasi sedunia ke-49 mengajak keluarga untuk menimba ilham sederhana dari Injil Lukas 1:39-56 berkaitan dengan membangun komunikasi yang baik dalam keluarga. (Warta Iman, 16-17 Mei 2015: 23) “dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: “diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu” (ay. 41-42). Kisah dari perikop ini memperlihatkan bagaimana komunikasi tersebut pada dasarnya juga melibatkan bahasa tubuh. Ada perasaan gembira dan sukacita ketika berjumpa dengan sesama dan ini merupakan pengalaman personal yang sering dialami oleh setiap orang (Warta Iman, 16-17 Mei 2015: 24)..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. Pengalaman tentang relasi yang “mendahului” kita memungkinkan keluarga untuk menjadi latar di mana bentuk komunikasi yang paling dasar, yaitu doa, diwariskan (Warta Iman, 16-17 Mei 2015: 24). Artinya bahwa melalui doa yang sering diucapkan orang tua pada saat menidurkan anak-anaknya itulah letak dimensi rohani komunikasi, yang di dalam orang Kristiani diresapi sebagai kasih, yaitu kasih yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia dan kemudian ditawarkan kepada orang lain. Di dalam keluarga itulah setiap anggota belajar untuk saling berbagi dan mendukung, belajar mengartikan dengan tepat ekspresi wajah orang dan membaca isi hatinya sekalipun diam tanpa kata-kata. Realitas ini tentu saja sangat membantu setiap anggotanya untuk memahami makna komunikasi sebagai kedekatan pertalian batin yang saling meneguhkan dan mempertautkan (Warta Iman, 16-17 Mei 2015: 26). Lewat cara-cara sederhana ini, hubungan antar anggotanya menjadi lebih harmonis. Cara-cara sederhana ini diperlukan agar kehidupan iman anak dan orang tua dapat berjalan bersama-sama dengan demikian komunikasi iman dapat mengakibatkan suatu persekutuan rohani antara orang beriman sebagai anggota satu Tubuh Kristus dan membuat mereka menjadi sahati-sejiwa (1 Yoh 1:7).. 2) Monogam dan Tak Terceraikan “Pernikahan adalah persekutuan hidup yang dibangun oleh seorang pria dan seorang wanita (monogami). Terbentuknya persekutuan itu pertama kali dijalin dan berkembang oleh persekutuan suami-istri melalui janji perkawinan. Mereka ini ‘bukan lagi dua melainkan satu’ (Mat 19:6)”, lihat pula pendapat Kristianto dalam buku “Teologi Moral Masa Kini” (Rukiyanto dan Esti Sumarah.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. 2014: 64). Kutipan ini memberi gambaran bahwa pasangan suami-istri senantiasa menjaga keutuhan hubungan mereka berdua. Kesatuan cinta yang mereka bina sepenuhnya hanya dapat terwujud dalam ikatan satu pria dan satu wanita dan berlangsung sepanjang hidup (kekal tak terceraikan). Maka sifat poligami (memiliki istri lebih dari satu), dengan berbagai alasan apapun sangat bertentangan dengan kehendak Allah (GS, a. 49). Persekutuan suami-istri menjadikan mereka dipanggil oleh Allah untuk tumbuh dan berkembang dalam persekutuan yang mereka bina lewat kesetiaan dalam janji pernikahan untuk saling menyerahkan diri seutuhnya (FC, a. 19). Persekutan suami-istri ini tidak hanya ada ciri kesatuan melainkan tak terceraikan. Kesatuan yang tak terceraikan ini sekaligus menuntut kesetiaan yang utuh dari kedua belah pihak baik dari suami maupun dari istri dan demi kepentingan anakanak (GS, a. 48). Demi kepenuhan cinta menuju kesempurnaannya, dan demi kesejahteraan anak serta tuntutan sakramental, bahwa cinta suami-istri merupakan lambang cinta Allah dan Kristus kepada jemaat-Nya yang bersifat kekal, maka perceraian secara tegas ditolak oleh Kristus sendiri (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 65). Sebuah pernikahan tentu membawa sebuah konsekuensi atasnya. Janji nikah yang diikrarkan oleh kedua mempelai membuktikan bahwa cinta mereka pun dituntut menuju pada kesempurnaan serta kesejahteraan anak. Hubungan cinta keduanya juga merupakan gambaran hubungan cinta Allah dan Kristus kepada Gereja yang mana Kristus sebagai kepalanya dan manusia menjadi anggota-anggotanya. Oleh karena itu sebuah pernikahan yang telah dilakukan.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. secara sah dan diikat oleh rahmat sakramen perkawinan tidak dapat diceraikan atau dipisahkan lagi. Demikian juga segala bentuk perbedaan maupun perpecahan yang menyangkut apapun itu merupakan sebuah penyimpangan dari makna kesatuan yang sesungguhnya. Walaupun suami-istri memiliki berbagai perbedaan, hendaknya jangan sampai hal tersebut menjadi sumber perceraian tetapi justru didayagunakan secara sinergis, agar tercipta kesejahteraan bersama (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 65).. 3) Keluarga adalah “Gereja Mini” “Identitas kekristenan keluarga Kristiani mengandung makna bahwa keluarga tersebut terpanggil untuk turut serta dalam hidup dan perutusan Gereja. Keluarga Kristiani wajib mewujudkan dirinya menjadi ‘Gereja Mini” (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 65). Dalam arti terpanggil untuk turut serta dalam tugas perutusan Gereja maka keluarga Kristiani dituntut untuk senantiasa menampilkan kehidupan keluarganya dengan meneladani cara hidup Jemaat Perdana dalam persatuan dengan Yesus Kristus (Kis 2:41-47). Konsekuensi keluarga Kristiani untuk hidup supaya dapat diteladani masyarakat yang diteladani bukan hanya bentuk kerukunan dalam hidup berkeluarga, melainkan sekaligus membentuk kerukunan dalam hal iman. Dimensi iman inilah yang justru harus mewarnai seluruh aspek hidup keluarga Kristiani sebab kata “Kristiani” itu sendiri sudah menunjukkan ciri khas iman Katolik..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. “Sebagaimana cara hidup Jemaat Perdana, keluarga Kristiani perlu memiliki komitmen yang tinggi terhadap segi iman itu” (Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 66). Artinya dalam membangun keluarga Kristiani dimensi iman tersebut hendaknya betul-betul dipraktekkan dan dihayati dalam tindakan konkret melalui hubungan kasih persaudaraan, pewartaan yang menggembirakan kepada siapa saja, dirayakan dalam doa, diwujudnyatakan dalam bentuk pelayanan bagi sesama sebagai bentuk kesaksian akan iman tersebut sehingga mendatangkan suka cita yang luar biasa bagi segala ciptaan di muka bumi. Bentuk penghayatan iman seperti inilah merupakan gambaran yang cocok dengan tugas perutusan Gereja yang harus terus menerus dihidupi oleh keluarga-keluarga Kristiani di manapun berada.. c.. Tugas Keluarga Katolik Wignyasumarta (2000: 13-17) mengungkapkan kembali isi dari Anjuran. Apostolik Paus Yohanes Paulus II tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern (Familiaris Consortio) bahwa sesuai dengan rencana Allah, keluarga Katolik mengemban empat tugas penting, yakni:. 1) Membentuk Komunitas antarpribadi “Cinta merupakan dasar kehidupan keluarga Kristiani” (Wignyasumarta, 2000: 13). Artinya keluarga Kristiani harus memperkembangkan cinta itu agar tumbuh menjadi komunitas antarpribadi. Sebab cinta yang mempersatukan suami-istri adalah cinta yang eksklusif. Roh Kudus mencurahkan cinta sejati kepada mereka lewat sakramen perkawinan, sebagaimana cinta Yesus Kristus.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. kepada Gereja-Nya (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 65). Cinta suami-istri juga bersifat tak terceraikan, karena dilandaskan pada cinta yang total, dituntut demi kesejahteraan anak, serta dikehendaki Allah yang menjadi lambang cinta. Allah dan Kristus bagi umat-Nya (Kristianto dalam. Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 65). Perempuan dan laki-laki berperan sebagai suami dan istri dan juga sebagai ayah dan ibu terhadap anak-anak mereka. Kehadiran anak dalam keluarga mereka memang patut dilindungi, dihargai, dan dicintai. Martabat pribadi anak-anak mereka diakui, dijadikan pusat perhatian orang tuanya. Sedangkan para orang tua perlu tetap dihargai perannya dalam keluarga, dalam Gereja dan dalam masyarakat karena pengalaman dan kebijaksanaannya.. 2) Mengabdi Kehidupan Rukiyanto dan Esti Sumarah (2014: 66) mengungkapkan pendapat Kristianto bahwa “peranan keluarga Kristiani yang juga sangat penting adalah mengabdi kehidupan. Ini pertama-tama demi penyaluran kehidupan melalui keturunan.” Tentu pengadaan keturunan didasari oleh cinta suami-istri yang bersifat subur, baik dalam arti menurunkan anak maupun dalam membuahkan kekayaan moral dan spiritual. Hubungan seks dan hidup berkeluarga terarah kepada penerusan penciptaan manusia (Kej 1) dan pendidikan anak-anak. Prokreasi juga meliputi pendidikan anak-anak. Tugas dan kewajiban orang tua untuk mendidik anak ini merupakan hak esensial, orisinil dan primer, tak.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. tergantikan dan tak terpindahkan oleh siapapun. Semua itu didasarkan atas dasar cinta sebagai prinsipnya. Anak-anak perlu dididik dalam nilai-nilai dasar: tidak lekat pada harta, adil karena cinta meluap, dan murni dalam seksualitas. Dan masih banyak hal lain, seperti pendidikan iman, pendidikan mengenal arah hidup atau panggilan, dan sebagainya, karena orang tua adalah ibu dan guru, seperti Gereja, dalam bidang iman.. 3) Ikut Serta Membangun Masyarakat Keluarga Katolik bukanlah suatu pulau yang terpisah dari pulau yang satu dengan yang lainnya, tetapi mereka saling berkaitan antar keluarga yang ada dalam masyarakat (Wignyasumarta, 2000: 15). Sebagaimana keluarga-keluarga lainnya, keluarga juga merupakan sel masyarakat yang pertama, yang menjadi dasar dan faktor penumbuh masyarakat, terutama lewat pelayanan yang berdasarkan cinta kepada sesama. “Keluarga merupakan sekolah hidup bermasyarakat” (Wignyasumarta, 2000: 15). Artinya di situ ditumbuhkan semangat berkorban dan dialog di mana manusia dimanusiawikan. Hubungan erat antara keluarga dan masyarakat menuntut sikap terbuka dari keluarga dan masyarakat untuk bekerjasama membela dan mengembangkan kesejahteraan setiap orang. Suasana kesatuan yang akrab keluarga sebagai sekolah hidup bermasyarakat dapat menumbuhkan semangat berkorban dan dialog untuk dapat membina dan mengembangkan sikap sosial dan rasa tanggungjawab. Maka orang tua mampu mengajak anak belajar memperhatikan orang lain (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 68)..

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. 4) Ikut Serta dalam Hidup dan Perutusan Gereja “Keluarga Katolik harus menjadi “Gereja mini”, yang mengambil bagian dalam tugas perutusan Gereja dalam mewartakan Injil” (FC, a. 49). Artinya Keluarga sebagai komunitas kecil dan paling mendasar dalam masyarakat senantiasa menjadi pelopor utama untuk menjalankan tugas perutusan Gereja. “Melalui kegiatan merayakan sakramen-sakramen Gereja diharapkan dapat semakin memperkaya dan memperkuat keluarga Kristiani dengan rahmat Kristus, supaya keluarga dikuduskan demi kemuliaan Bapa” (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 68). Ini berarti kehadiran Gereja juga ikut memberi warna akan cinta kasih terus menerus kepada keluarga Kristiani dengan demikian akan semakin mendorong dan membina keluarga Kristiani untuk melaksanakan pelayanannya dalam cinta kasih. Di mana pelayanan cinta kasih tersebut berpola pada Kristus yang penuh pengorbanan. Maka dari itu, keluarga juga diharapkan dapat menyalurkan cinta kasih Kristus kepada saudara-saudari mereka. “Yesus Kristus menjadi teladan dan sumber hidup keluarga Kristiani maka keluarga Kristiani juga mempunyai tugas pokok dalam mengembangkan misi Gereja yang mengacu pada hidup Yesus sebagai Nabi, Imam, dan Raja” (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 69). Bentuk kenabiannya adalah menyambut dan mewartakan sabda, menjalankan fungsi kritis di dalam masyarakat serta membela kebenaran (Wignyasumarta, 2000: 16). Dengan sakramen baptis, penguatan, dan perkawinan, keluarga Katolik mempunyai tugas misioner, yakni mewartakan Injil kepada keluarga-keluarga yang kurang beriman.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. dan kepada dunia, baik secara eksplisit maupun implisit melalui tingkah laku, kesetiaan dalam perkawinan, dan contoh hidup berkeluarga yang baik (Wignyasumarta, 2000: 16). Berdasarkan tugas imamatnya, keluarga Katolik bersatu dengan Allah lewat sakramen-sakramen, ibadat, dan doa. Keluarga dipanggil menuju kepada kesucian dan ikut membantu menyucikan Gereja dan dunia seluruhnya (Wignyasumarta, 2000: 16). Tugas imamat keluarga Kristiani juga dilaksanakan lewat pertobatan dan saling mengampuni, yang memuncak dalam penyambutan sakramen Tobat. Tugas pengudusan itu juga dilaksanakan dalam doa, yang berciri kebersamaan. Dalam doa diungkapkan suka duka hidup keluarga sehingga terjadi sharing. Orang tua wajib mendidik anak-anak mereka untuk berdoa, tahap demi tahap membangun jalinan hati dengan Allah secara pribadi. Itu harus dilakukan lewat teladan, dan doa bersama. Doa keluarga menyiapkan anggota keluarga untuk ibadat Gereja. Keluarga perlu pergi bersama-sama ke Gereja pada Minggu, mempersiapkan merenungkan. penerimaan sabda. sakramen-sakramen. Allah, dan. berdoa. rosario. secara secara. memadai, bersama. (Wignyasumarta, 2000: 17). “Keluarga juga mepunyai tugas rajawi, yakni memberi arah dan kepemimpinan dengan melayani sesama manusia seperti Kristus Raja (Rm 6:12)” (Kristianto dalam Rukiyanto dan Esti Sumarah, 2014: 70). Dalam tugas rajawi ini keluarga harus mampu melihat setiap orang khususnya anak-anak sebagai citra Allah dan terutama pada mereka yang menderita, yang mana semuanya itu harus dilaksanakan dan didasarkan dengan cinta kasih..

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. 3.. Tanggungjawab Keluarga Katolik Berdasarkan uraian mengenai pengertian tanggungjawab dan keluarga. Katolik di atas, maka dapat dikatakan bahwa tanggungjawab keluarga Katolik merupakan segala keputusan maupun tindakan yang dilakukan secara bebas dan penuh kesadaran. Hal ini berkaitan dengan apa yang dilakukan oleh ayah, ibu maupun anak dalam membangun sebuah keluarga dengan dasar cinta kasih Kristus. Tanggungjawab keluarga Katolik yang diberikan oleh Gereja dan negara menurut Gilarso (1996: 14-15) ada empat yaitu: pertama, tanggungjawab keluarga Katolik untuk membangun keluarga penuh cinta kasih terutama dalam keluarganya sendiri. Kedua, keluarga Katolik memiliki tanggungjawab mendidik generasi muda terutama anak-anak mereka sendiri. Ketiga, keluarga Katolik ikut membangun masyarakat dengan membentuk pribadi-pribadi yang baik, bertindak jujur, adil, berke-Tuhanan dan berkeprimanusiaan. Keempat, keluarga Katolik ikut membangun Gereja dengan membina hidup rohani keluarganya sendiri (doa bersama, mengikuti ibadah di gereja, dan sebagainya), serta mendidik anak-anak mereka dalam sikap dan cara-cara beriman yang benar. Keluarga Katolik juga menjadi saksi Kristus, dengan aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan umat beriman, khususnya di lingkungan dan paroki. Inilah merupakan wujud keputusan maupun tindakan yang dilakukan oleh keluarga dengan penuh tanggungjawab. Wejangan Paus Fransiskus dalam pembukaan Konvensi Tahunan Gerejani Keuskupan Roma mengatakan demikian “para orang tua adalah orang-orang pertama yang bertanggungjawab untuk pendidikan anak-anak mereka, dan harus.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. memperbaiki gagasan-gagasan aneh anak-anak yang sering dialami dalam setiap pengalaman hidupnya.” (Warta Iman, 27-28 Juni 2015: 26). Artinya orang tua memiliki tugas penting dalam tumbuh kembangnya kepribadian serta jatidiri anaknya. Mereka perlu merubah dan mencari cara-cara baru yang lebih efektif dalam mendidik anak-anak mereka. Tentunya, cara-cara tersebut dilandaskan rasa saling mencintai serta mengasihi satu dengan yang lainnya. Kasih yang dialami dalam keluarga akan menjadi sumber kekuatan luar biasa untuk turut serta dalam perutusan Gereja. Kehidupan dalam keluarga menjadi penentu tingkah laku setiap anggotanya dalam hidup bermasyarakat dan menggereja karena apa yang diajarkan dalam keluarga, itulah yang akan diterapkan dalam tindakan nyata. Agar dapat melaksanakan tugas perutusannya, keluarga perlu mempersiapkan anggotaanggotanya, terutama anak-anak, melalui pendidikan, baik mengenai iman Katolik maupun nilai-nilai kemanusiaan, karena keluarga adalah sekolah yang pertama dan utama bagi mereka (GE, a. 3). Mereka perlu dibimbing menjadi pribadi Katolik yang dewasa dan memiliki kepedulian serta kesediaan mengambil bagian dalam pembangunan kehidupan bersama. Identitas kekristenan keluarga Kristiani mengandung makna bahwa keluarga tersebut terpanggil untuk turut serta dalam hidup dan perutusan Gereja. Keluarga Kristiani wajib mewujudkan dirinya menjadi “Gereja Mini” (FC, a. 49). Hal ini juga disinggung oleh Heryatno Wono Wulung (2012: 1) yang mengungkapkan bahwa.

Gambar

Tabel 1. Kisi-kisi

Referensi

Dokumen terkait

dengan judul “ Persepsi Masyarakat Sunda Terhadap Masyarakat Pendatang Jawa di Kampung Nelayan Desa Teluk Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang Banten” ini

Perobahan itu menurutnya adalah hasil dari meminjam alat-alat elaborasi (teori sosial) yang dimiliki oleh ilmuan di luar Islam. Dari sini muncullah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis efektif dan pengaruh penambahan ragi roti ( Saccharomyces cereviceae ) dalam pakan untuk meningkatkan

Struktur Organisasi PDAM Kota Denpasar telah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2007 Tentang Organ dan Kepegawaian Perusahaan Daerah Air

SIM-8: Simulasi 8 adalah kombinasi kenaikan harga dunia minyak mentah 5 persen, peningkatan penerimaan dalam negeri pemerintah 10 persen, kenaikan indek harga konsumen 5

digunakan sebagai media pembelajaran. Flip book ini bisa digunakan secara individu maupun kelompok. Seperti halnya media pembelajaran lainnya, flip book mempunyai

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan MANDIRI INVESTA DANA SYARIAH yang telah dipenuhi sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak

Skripsi merupakan suatu karya ilmiah untuk menampilkan kemampuan yang dimiliki seorang mahasiswa dalam menyelesaikan suatu masalah melalui sistem, model, strategi, atau