• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Penelitian

Eksistensi perbankan sangat diperlukan dalam suatu negara, untuk itu perlu diadakan pengawasan pembinaan usaha agar usaha bank dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Tujuan pembinaan dan pengawasan bank menurut pasal 29 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998, yaitu: bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian.

Pelaksana fungsi pengawasan bank (otoritas pengawasan bank) di Indonesia dilakukan oleh bank sentral (Bank Indonesia). Fungsi bank sentral adalah menjaga kestabilan moneter. Adapun tolok ukurnya adalah kestabilan nilai mata uang negara yang bersangkutan, kestabilan harga, nilai tukar, dan pengendalian inflasi. Selain itu, bank sentral juga mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.

Krisis keuangan global yang dipicu oleh subprime mortgage tanpa diduga telah membawa risiko likuiditas menjadi isu terpenting dalam agenda para praktisi dan otoritas perbankan. Krisis keuangan yang berawal pada kuartal III tahun 2007 diprediksi menjadi salah satu dari krisis yang terparah

(2)

dalam sejarah, dalam hal durasi, lingkup, dan dampak kerugian bagi lembaga keuangan, serta perekonomian global.

Putaran krisis ekonomi dan keuangan global menimbulkan kekacauan dan di pasar keuangan global, termasuk berdampak pada perbankan di Indonesia. Di berbagai negara, aliran dana dan kredit terhenti, transaksi dan kegiatan ekonomi sehari-hari terganggu. Aliran dana keluar (capital outflow) terjadi besar-besaran. Indonesia yang saat krisis tidak memberlakukan penjaminan dana nasabah secara menyeluruh, menderita capital outflow lebih parah dibanding negara-negara tetangga yang menerapkan penjaminan dana nasabah secara penuh (blankeet guarantee). Aliran dana keluar itu membuat likuiditas di dalam negeri semakin kering dan bank-bank mengalami kesulitan mengelola arus dananya.

Situasi krisis ketika itu sampai berdampak pada bank-bank berskala besar. Pada Oktober 2008, ada tiga bank besar BUMN yakni PT Bank Mandiri Tbk., PT Bank BNI Tbk. dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. meminta bantuan likuiditas dari pemerintah masing-masing Rp5 triliun. Total dana untuk menginjeksi ketiga bank tersebut sebesar Rp15 triliun. Dana tersebut bersumber dari uang pemerintah yang berada di BI. Bantuan likuiditas itu dipakai untuk memperkuat cadangan modal bank atau memenuhi komitmen kredit infrastruktur tanpa harus terganggu likuiditasnya. Maksud bantuan likuiditas pemerintah ini agar ketiga bank tersebut tidak perlu mencari pinjaman dari luar negeri. Tetapi yang paling menderita adalah bank-bank menengah dan kecil yang mengalami penurunan dana simpanan masyarakat.

(3)

Dana itu lari ke luar negeri atau bank-bank besar, bahkan yang menarik sampai ada yang menyimpan di safe deposit box karena takut banknya ditutup. Kesulitan bank-bank menengah-kecil itu semakin diperparah ketika salah satu sumber pendanaan yang biasanya sangat diandalkan, yakni dana antarbank atau Pasar Uang Antar Bank (PUAB), berhenti mengalir. Kenyataan tersebut masih diperburuk dengan penurunan kualitas aset-aset yang dipegang bank. Hal ini pada akhirnya akan memukul modal bank. Karena surat-surat berharga yang dikuasai bank seperti SUN, nilainya menurun tajam.

Krisis keuangan global tersebut juga berdampak pada CAR perbankan di Indonesia. Pada tahun 2009 turunnya rasio kecukupan modal (CAR) perbankan di bawah 12% dinilai akibat merosotnya keyakinan nasabah dan bank paska krisis finansial. Bank-bank yang modalnya Rp 100 miliar ke bawah akan mengalami risiko krisis. Hal ini menyebabkan rasio kecukupan modal bank tersebut hingga di bawah 12%. CAR perbankan merosot terutama karena dua hal, yaitu kebutuhan perbankan yang tinggi terhadap likuiditas paska penarikan dana besar-besaran oleh nasabah. Kemudian situasi terjepitnya perbankan pada masa likuiditas ketat. Saat ini bank-bank sangat membutuhkan likuiditas dan tidak ada pilihan lain kecuali mencari pinjaman antar bank yang menerapkan suku bunga tinggi. Bunga yang tinggi tersebut berakibat pada tersedotnya profit perbankan. Akibatnya terkena pada CAR bank tersebut. Hal seperti ini tidak hanya terjadi pada bank-bank kecil tetapi juga pada bank-bank besar. Di saat bank-bank kecil kolaps karena CAR

(4)

kurang dari 12%, bank-bank besar pun menurun CARnya hingga 2-4% dari

existing CAR sebelumnya.

Selain masalah CAR dan likuiditas yang dialami oleh perbankan di Indonesia, masalah yang tidak kalah peliknya adalah tentang efisiensi yang berkaitan dengan kegiatan operasional perbankan. Efisiensi operasional merupakan masalah yang kompleks dimana setiap perusahaan perbankan selalu berusaha untuk memberikan layanan yang terbaik kepada nasabah, namun pada saat yang sama bank harus berupaya untuk beroperasi dengan efisien. Pada industri, kompetisi diantara perbankan bagaimanapun juga dapat menurunkan tingkat profitabilitas masing-masing bank. Dan apabila tingkat profitabilitas ini rendah maka akan dapat mengakibatkan bank akan mengalami kerugian yang cukup berarti dan ini tentunya dapat mengancam kelangsungan hidup usaha perbankan. Permasalahan utama yang ada pada perbankan adalah pengelolaan aset yang kurang tepat sehingga berpengaruh terhadap likuiditas. Likuiditas yang baik yang dimiliki oleh bank akan menambah kepercayaan masyarakat karena bank tersebut mampu memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya tepat waktu. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut, maka bank harus mempertahankan tingkat likuiditas yang aman sesuai dengan kebijakan manajemen bank.

Bank juga dituntut untuk dapat menghasilkan laba (profitabilitas) yang terus meningkat melalui penjualan jasanya. Penjualan kredit akan menyebabkan aliran kas keluar yang dapat mengurangi cadangan kas yang ada.

(5)

Semakin besar kemampuan bank untuk menciptakan kredit, semakin besar kesempatan bank untuk memperoleh laba tetapi perluasan kredit dapat mengurangi tingkat likuiditas bank. Hal inilah yang sulit dilakukan oleh para bankir untuk mengelola liquidity dan profitability yang sejak dahulu menjadi dilema dunia perbankan karena sifatnya yang selalu bertentangan kepentingan

(conflict of interest).

Berdasar pada keterangan dan permasalahan di atas dapat diketahui betapa pentingnya laba bagi suatu perbankan. Laba bersih merupakan kunci untuk eksistensi (kesehatan) suatu perbankan. Bank Indonesia selaku bank sentral telah menetapkan cara menilai kesehatan suatu bank yang disebut dengan CAMEL. CAMEL ini terdiri dari permodalan (Capital), struktur aktiva (Asset), Management, profitabilitas (Earning) dan Likuidity.

Dari berbagai permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh dunia perbankan, khususnya permasalahan kesehatan dan kinerja bank. Hal tersebut yang memotivasi penulis untuk melakukan penelitian tentang “PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) DAN EFISIENSI OPERASIONAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA”.

(6)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat ditarik permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Adapun pertanyaan yang timbul adalah:

1. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap profitabilitas?

2. Apakah terdapat pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap profitabilitas?

3. Apakah terdapat pengaruh efisiensi operasional (BOPO) terhadap profitabilitas?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian

Tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis besarnya pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap profitabilitas.

2. Untuk menganalisis besarnya pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap profitabilitas.

3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh efisiensi operasional (BOPO) terhadap profitabilitas.

(7)

Kegunaan Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini penulis mempunyai harapan akan diperolehnya manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis, yaitu:

a. untuk mengetahui bagaimana cara menilai kinerja perbankan yang sehat sebagai tempat berinvestasi yang menguntungkan, dan

b. bagi civitas akademika, sebagai bahan kajian dalam penelitian sejenis di masa waktu yang akan datang.

2. Manfaat praktis, yaitu:

a. sebagai bahan pertimbangan bagi dunia perbankan dalam melakukan operasinya selalu menggunakan prinsip kehati-hatian sehingga kinerjanya akan dianggap sehat oleh Bank Indonesia pada khususnya dan masyarakat pada umumnya,

b. sebagai bahan pertimbangan bagi calon investor untuk menilai kelayakannya, sehingga investasi yang dilakukan pada dunia perbankan memperoleh manfaat yang diinginkan,

c. sebagai bahan pertimbangan Bank Indonesia sebagai pemegang kendali dalam pengawasan bank untuk lebih memperketat pengawasannya sehingga kinerja yang tidak sehat pada bank dapat dihindari, dan

d. sebagai bahan pertimbangan pihak manajemen untuk berhati-hati dalam menanamkan dana dari nasabah sehingga mampu memenuhi kebutuhan nasabah.

Referensi

Dokumen terkait

Bahan baku yang digunakan: Bahan Penolong yang digunakan: Ket : Pembelian Plastik dimasukan ke akun Perlengkapan Pabrik.. HARUM ROTI. Jl. Raya Kalimalang

Atas kehendak-Nya penyusunan skripsi dengan judul “APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAME TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI LOMPAT JAUH

Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau sebagai salah satu perangkat pemerintah daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi untuk mengelola pendapatan daerah yang

Dampak dari pelatihan pembuatan lilin aromaterapi dari ekstrak lemongrass adalah masyarakat paham dengan teori dan cara pembuatan lilin aromaterapi, selain itu

Teknik pengendalian hama tungau yang ramah lingkungan sangat dibutuhkan pada masa-masa mendatang, terutama untuk mengatasi serangannya yang kemungkinan semakin

1. Susunan status dan peran yang terdapat didalam satuan sosial, ditambah nilai- nilai dan norma-norma yang mengatur interaksi antar status dan peran

Rajah P.1 Rangkaian operasi telecentre xxi Rajah P.2 Ringkasan maklumat telecentre xxii Rajah P.3 Lokasi kajian xxvi Rajah 2.1 Maklumat ringkas Pos Gob 29 Rajah 2.2 Sejarah Pos Gob

Buku Kecamatan Kota Baru Dalam Angka Tahun 2011/2012 adalah Publikasi yang diterbitkan setiap tahun, guna mendapatkan data yang akurat dan menentukan kebijaksanaan serta