• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan, dimana manusia akan lebih berkembang dengan adanya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. sebuah kebutuhan, dimana manusia akan lebih berkembang dengan adanya"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATARBELAKANG MASALAH

Pendidikan bukan hanya sebuah kewajiban, pendidikan sudah menjadi sebuah kebutuhan, dimana manusia akan lebih berkembang dengan adanya pendidikan. Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Negara Indonesia sendiri mengenal tiga kelompok layanan penyelenggara pendidikan yang berada pada jalur formal, non formal, dan informal yang berada pada setiap jenjang dan jenis pendidikan. John Caldwell Holtdalam bukunya yang berjudul “Growing without School”menerangkan bahwa belajar dan proses pendidikan yang dilalui anak tidak melulu ada di sekolah akan tetapi dapat didapat dari mana saja (Holt, 1977). Holt adalah salah satu pelopor homeschooling yang sekarang berkembang dengan pesat.

Homeschooling adalah sebuah jalur pendidikan yang tergolong pada jalur pendidikan informal. Salah seorang praktisi homeschooling, Tidak ada definisi tunggal dari homeschooling(Sumardiono, 2007). Seperti diungkapkan Karl M.Bundaydalam Learn in Freedom (1995), dalam homeschooling

(2)

anak-anakdilatih untuk bertanggungjawab terhadap pilihannya sendiri. Seorang anak yangsuka belajar fisika, perlu diarahkan agar menguasai pelajaran tersebut sedalammungkin, kemudian diarahkan mempelajari ilmu-ilmu modern yang sesuai dengan teori-teoriyang dikuasainya. Begitu pula anak-anak yang menyukai ilmu lainnya. Yang dimaksudkan bertanggung jawab di sini adalah keterlibatan penuh orangtuapada proses penyelenggaraan pendidikan, mulai dalam hal penentuan arah dan tujuanpendidikan, nilai-nilai yang ingin dikembangkan, kecerdasan dan keterampilan yang akandiraih, kurikulum dan materi pembelajaran hingga metode belajar serta praktek belajarkeseharian anak-anak (Sumardiono, 2007).

Karena sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 27 ayat(1) dikatakan kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Lalu pada ayat (2) dikatakan bahwa hasil pendidikan sebagaimana dimaksudkan dalam ayat(1) diakui sama dengan pendidikan formal dan nonformal setelah peserta didik lulus ujian sesuai dengan standar nasional pendidikan. Jadi secara hukum kegiatan persekolahan di rumah dilindungi oleh undang-undang.

Munculnya homeschooling didasari oleh berbagai hal yang berbeda-beda untuk setiap keluarga (Kembara, 2007). Namun, kekhawatiran orangtua akan pendidikan sekolah pada masa ini misalnya seperti sekolah yang tidakjelas kemana arahnya, belum lagi pergaulan anak yang penuh tekanan, biaya pendidikan yang cukup mahal, tuntutanperilaku yang harus seragam, jumlah jam

(3)

sekolah yang terlalu banyak dan penuh sehingga memforsir anak, disinyalir menjadi penyebabutama sejumlah orangtua menerapkan pendidikan model homeschooling ini. Hal ini didukung oleh salah satu komunikasi personal berikut:

“Dulu anak sulung saya sekolah di sekolah umum, tetapi ntah ada perkara apa ternyata beberapa orang gurunya tidak suka kepadanya dan melabel diri anak saya buruk, tugas-tugas anak saya pun ntah kenapa selalu nggak diterima sama mereka, jadi nilai anak saya jadi jelek trus jadi tinggal kelas.”

(komunikasi personal, 8 april 2014) Di samping itu, adanya karakteristik anak yang berbeda-beda juga menjadi perhatian. Pertimbangan lain dilakukannyapendidikan rumah adalah keinginan orangtua untuk membekali anak dengan nilai-nilai tertentu(agama, spiritualitas, dll) yang mungkin luput dari perhatian kurikulum dan sekolah formal. Berikut kutipan komunikasi interpersonal yang mendukung:

“Anak saya ini suka sekali menggambar, dan ternyata bagus-bagus juga hasil gambarannya, di sekolah dia biasanya pun kadang gak dengerin gurunya, malah asik gambar aja dia, makanya saya pikir lebih bagus saya homeschooling kan aja dia, dan fokus ke pengembangan minatnya yang suka menggambar itu, kayaknya minat dia ke pelajaran lain sedikit, yang penting dia udah tau aja gitu dasar-dasarnya gimana.”

(komunikasi personal, 8 april 2014) Pada perkembangannya, ada beragam model homeschooling yang dapat kita temui.Seto Mulyadi (2007), salah satu praktisi homeschooling mengemukakan bahwa ada 3 modelhomeschooling, yakni homeschooling tunggal, homeschooling majemuk, dan komunitashomeschooling. 3 model tersebut merupakan satuan pendidikan jalur informal. Acuan mengenai eksistensi komunitas homeschooling terdapat dalam UU 202003 pasal 26 ayat (4) yang

(4)

menyatakan komunitas homeschooling merupakan salah satu bentuk kelompok belajar (Sumardiono, 2007). Komunitashomeschooling belakangan memang marak dipilih para orangtua (Sumardiono, 2007).

Seiring dengan meningkatnya minat orangtua terhadap model pendidikan alternatif ini, komunitashomeschooling turut bermunculan khususnya di Jakarta, antara lain Kak SetoHomeschooling (KSHS), Komunitas Berkemas, Keluarga Peduli Pendidikan (KerLip), Morning Star Academy, Komunitas Ibnu Amanah, juga Komunitas Kebun Main. Untuk memayungi berbagai komunitas homeschooling ini, Kak Seto bersama Departemen Pendidikan Nasional kemudian menggagas lahirnya Asah Pena (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif) pada tanggal 4 Mei 2006 (Andriati, 2007). Menurut data yang dihimpun oleh Direktorat Pendidikan Kesetaraan Departemen Pendidikan Nasional, ada sekitar 600 peserta homeschooling di Jakarta. Sebanyak 16,7%, atau sekitar 100 orang, mengikuti homeschoolingtunggal, sedangkan 83,3% atau sekitar 500 orang mengikuti homeschoolingmajemuk dan komunitas (Republika dalam Sumardiono, 2007).

Pada homeschooling tunggal, keluarga menerapkan homeschooling secaramandiri, sesuai dengan yang diinginkan tanpa bergabung dengan keluarga homeschoolinglainnya. Pada homeschooling majemuk, beberapa keluarga bergabung melakukan kegiatan-kegiatantertentu, namun kegiatan pokok tetap menjadi tanggung jawab keluarga masing-masing (Kembara, 2007). Dalam hal ini antar keluarga memiliki kesamaan kebutuhan yang bisa dikompromikan.Komunitas homeschooling adalah gabungan beberapa

(5)

homeschooling majemuk yang menyusundan menentukan silabus, bahan ajar, kegiatan pokok, sarana dan prasarana serta jadwalpembelajaran. Pemilihan model homeschooling yang akan diterapkan bergantung padakebutuhan masing-masing keluarga, tujuan, dan ketersediaan berbagai dukungan, sarana dan kurikulum. Sejak awal homeschooling dirancang untuk memenuhi kebutuhananak dan keluarganya, sehingga materi yang diajarkan disesuaikan dengan minat dan kebutuhan belajar anak pada saat itu.

Direktur Pendidikan Kesetaraan, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Departemen Pendidikan Nasional, Yulaelawati, menyebutkan homeschooling merupakan jalur pendidikan informal dimana hasil belajarnya dapat disetarakan. Peserta didik jalur informal dapat pindah jalur ke jalur nonformal dengan alih kredit kompetensi. Apabila siswa ingin mengikuti ujian nasional kesetaraan (untuk ijazah SD adalah paket A, SMP paket B, dan SMA paket C), hasil belajar siswa homeschooling dapat diakui dari rapor, portofolio, CV (curiculum vitae), sertifikasi, dan berbagai bentuk prestasi lain dan atau tes penempatan (Mulyadi, 2007).

Dipandang dari sisi positif dan negatifnya, homeschooling memiliki beberapa pertimbangan penting. Dilihat dari sisi positifnya yang pertama homeschooling mengakomodasikan potensi kecerdasan anak secara maksimal karena setiap anak memiliki keberagaman dan kekhasan minat, bakat dan keterampilan yang berbeda-beda. Potensi ini akan bisa dikembangkan secara maksimal bila keluarga dapat memfasilitasi suasana belajar yang mendukung di rumahnya sehingga anak didik benar-benar merasa di rumah dalam proses

(6)

pembelajarannya. Hal ini sesuai dengan prinsip pendidikan yang bersifat informal. Dengan metode homeschooling ini anak didik tidak lagi dibatasi oleh tembok kelas yang sesak dan mereka bisa memilih tema pembelajaran yang diinginkan mereka. Dan metode ini mampu menghindari pengaruh lingkungan negatif yang mungkin akan dihadapi oleh anak di sekolah formal. Pergaulan bebas, tawuran, rokok, obat-obat terlarang, dan hal-hal buruk lainnya yang terus menghantui pikiran para orangtua. Seperti yang didapat dari komunikasi personal berikut:

“Kalau lihat anak saya waktu baru pulang sekolah sore hari itu wajahnya kelihatan capek banget gitu setelah seharian di sekolah, kadang saya suka kasihan kok sudah seperti saya saja yang sudah kerja, belum lagi ternyata malam harinya dia mesti ngerjain tugas-tugas yang diberikan gurunya. Kalau ngebandingin muka dia waktu hari minggu itu beda banget lah pokoknya, hari libur itu udah kayak surga bagi dia, mungkin karna tidak terikat dengan tugas-tugas sekolah dan buku-buku pelajarannya yang berat itu.”

(komunikasi personal, 8 april 2014)

Dilihat dari sisi negatifnya, dikhawatirkan anak-anak yang belajar dengan metode homeschooling kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang dapat memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat. Padahal interaksi sosial dengan teman sebaya merupakan bagian penting bagi kehidupan seseorang. Seperti kutipan komunikasi interpersonal berikut:

“Gimana anaknya mau bersosialisasi nantinya, kan belajarnya itu selalu di rumah saja, terus apa bisa nanti dia belajar bekerjasama dengan orang lain, belajar menjadi pemimpin, kasihan juga kan kalau dia nggak banyak punya teman sebayanya.”

(7)

Sekolah formal di Kota Medancukup banyak, bervariasi, dan menyebar, namun tetap saja ada beberapa keluarga yang memilih homeschooling untuk anak-anak mereka. Meskipun homeschooling di Medan tidak segencar homeschooling di Jakarta namun tetap saja pendidikan informal seperti homeschooling ini mulai diminati oleh keluarga. Sebagian besar karena orangtua berpendapat bahwa homeschooling berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang mereka rencanakan. Kebutuhan anak dan orangtua banyak ragamnya dan homeschooling berusaha memenuhi kebutuhan pendidikan yang spesifik dari keluarga karena homeschooling memang memiliki sifat yang menyesuaikan sehingga dapat disesuaikan dengan kondisi setiap keluarga.

Tidak sebanyak penyelenggara homeschooling di Jakarta, di kota Medan sendirihanya terdapat beberapa lembaga yang kegiatannya berbasis komunitas homeschooling, yaitu Homeschooling dan Kak Seto Homeschooling. I-Homeschooling merupakan lembaga yang memiliki program semi homeschooling, namun lebih mengutamakan pengajaran untuk anak berkebutuhan khusus seperti autis dan down syndrome. Lain halnya dengan Kak Seto Homeschooling (HSKS) di jalan Sei Bekala no 12 Medan yang sebagian besar pesertanya adalah anak-anak normal yang memang lebih memilih pendidikan homeschooling. Komunitas Homeschooling Kak Seto merupakan lembaga yang sudah berpengalaman dan berkembang pesat pertumbuhan jumlah peserta didiknya, terutama di Jakarta. Jenjang pendidikan dalam Homeschooling Kak Seto ini sudah dimulai dari tingkat SD yang terdiri dari kelas I sampai dengan kelas VI, tingkat SMP dari kelas VII sampai kelas IX, dan pada tingkat SMA terdiri dari kelas X sampai XII.

(8)

Homeschooling Kak Seto sendiri menempatkan anak-anak sebagai subjek dengan menggunakan metode pendekatan secara “at home” atau di rumah. Dengan pendekatan “at home” inilah anak-anak merasa nyaman belajar karena mereka dapat belajar apapun sesuai dengan keinginannya, kapan saja dan dimana saja seperti anak-anak tengah berada di rumahnya.

Walaupun sudah tersedia lembagahomeschooling yang sudah berpengalaman, tetapi masihbanyak orangtua di Kota Medan yang belum menyekolahkan anaknya dengan jalur pendidikan homeschooling.Pilihan setiap orangtua untuk menggunakan sekolah formal atau homeschoolingini pastilah pada awalnya berasal dari intensi mereka untuk memilih sistem pendidikan yang terbaik menurut mereka, karena faktor penentu perilaku individu adalah besarnya intensi individu untuk menampilkan atau tidak menampilkan perilaku tersebut (Ajzen, 1991). Intensi jugadapat digunakan untuk meramalkan seberapa kuat keinginan individu untuk melakukan perilaku tertentu (Ajzen, 1991).

Berdasarkan Theory of Planned Behavior(Ajzen, 1991),intensiuntuk melakukan suatu perilaku dapat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) sikap individu terhadap suatu perilaku; (2) norma-norma subjektifberupa tekanan sosial yang ada untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku; dan (3) perceived behavioral control.

Sikap adalah evaluasi individu secara positif atau negatif terhadap benda, orang, institusi, kejadian, perilaku atau minat tertentu (Ajzen, 2005). Merupakan disposisi untuk merespon secarafavorable atau unfavorable, dimana dalam penelitian ini, perilaku yang dimaksud adalah menggunakan jasa homeschooling,

(9)

maka salah satu faktor dari timbulnya sikap ini adalah apakah calon konsumen (para orangtua) berpikir bahwa dengan menggunakan jasa homeschooling untuk anak-anak mereka akan menimbulkan konsekuensi positif atau negatif. Perilaku akan terus dilakukan jika konsekuensi yang didapat adalah positif dan juga sebaliknya, perilaku akan hilang jika konsekuensi yang diterima adalah negatif. Sikap terhadap penggunaan jasa homeschooling ini dapat dilihat dari salah satu komunikasi interpersonal berikut:

“Dengan adanya homeschooling ini, saya jadi bisa fokus dan lebih intens untuk mengawasi dan belajar bersama anak saya, kan jadi punya quality time terus, dia juga pasti ngerasa kalau mamanya itu selalu ada disampingnya dan perduli sama dia.”

(komunikasi personal, 8 april 2014)

Selanjutnya, faktor kedua intensi yaitu norma subjektif adalah sebagai persepsi individu tentang apakah orang lain akan mendukung atau tidak terwujudnya perilaku tersebut (Baron & Byne, 2002). Norma subjektif juga diartikan sebagai persepsi terhadap tekanan sosial yang ada dalam melaksanakan perilakutertentu (Feldman, 1995). Norma subjektif dapat berupa keyakinan konsumen dan calon konsumen sendiri secara normatif, yang dipengaruhi oleh kelompok referensi. Dalam penelitian ini adalah persepsi calon konsumen (para orangtua) tentang apakah orang lain, terutama orang-orang yang dianggap penting (significant others) akan menyetujui atau menolak jika mereka menggunakan jasa homeschooling. Salah satu contoh pengaruh dari norma subjektif tersebut dapat dilihat dari komunikasi interpersonal berikut:

(10)

“Suami saya yang nggak setuju, dia bilang nanti takutnya malah gak keurus karna kami dua bekerja, kan sejatinya homeschooling itu anaknya belajar dengan orangtua sebagai fasilitatornya, nah kalau kami berdua sama-sama kerja kan jadi gak ada yang nemenin di rumah jadi suami saya bilang sekolah formal saja deh, dan resikonya tinggi kalau menggunakan homeschooling namun ternyata kami harus pindah ke luar kota karena kebijakan kantor.”

(komunikasi personal, 9 april 2014) Faktor yang ketiga dalam Theory of Planned Behavior(Ajzen, 2005) adalah perceived behavioral control, merupakan persepsi tentang kesulitan atau kemudahan dalam melaksanakan tingkah laku, berdasarkan pada pengalaman sebelumnya dan hambatan yang diantisipasi dalam melaksanakan tingkah laku tertentu (Feldman, 1995). Perceived behavioral control merupakan kemampuan kontrol individu terhadap faktor-faktor yang cenderung mempermudah atau menghambat perilaku yang akan dilakukan, baik yang berasal dari luar individu atau yang berasal dari dalam individu. Dalam penelitian ini, perceived behavioral control mengarah kepada kemudahan dan kesulitan yang dipersepsi oleh calon konsumen yang akan menggunakan jasa homeschooling.

“Program homeschooling pada salah satu komunitashomeschooling itu ada yang diperuntukkan bagi homeschooler-homeschooler yang ada di luar kota dan yang tidak berdomisili di kota pusat komunitas homeschooling tersebut, ternyata setelah saya tanya, harganya juga lumayan terjangkau, hanya membayar uang pangkal dan uang per semester saja, dan bukan menjadi masalah bagi anak saya karena tinggal di luar kota, ini merupakan salah satu faktor yang mendukung saya untuk menggunakan jasa homeschooling.”

(komunikasi personal, 15 april 2014) Ketigakomponeniniberinteraksi dan menjadifaktor yangdapat mempengaruhi seseorangapakahsuatu perilakuakan dilakukanatautidak dilakukan. Ketiga komponen ini dapat mempengaruhi besarnya intensi calon konsumen (para

(11)

orangtua) untuk menggunakan jasa homeschooling bagi anak-anak mereka. Ketiga faktor ini muncul dengan bobot yang berbeda pada tiap individu dalam mempengaruhi individu untuk memunculkan perilaku tersebut(Ajzen, 2005), maka peneliti merasa tertarik untuk membuat suatu penelitian tentang peran sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi konsumen dan calon konsumen (para orangtua) untuk menggunakan jasa homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak mereka. Studi ini dilakukan di Kota Medan dengan berbagai pertimbangan bahwa homeschooling belum terlalu banyak digunakan dan belum menjadi favorit di Kota Medan.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral controlsecara bersama-sama berperan terhadap intensi untuk menggunakan homeschooling?

2. Seberapa besar peran sikap terhadap intensi untuk menggunakan homeschooling?

3. Seberapa besar peran norma subjektif terhadap intensi untuk menggunakan homeschooling?

4. Seberapa besar peranperceived behavioral control(PBC) terhadap intensi untuk menggunakan homeschooling?

1.3 TUJUANPENELITIAN

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk melihat apakah sikap, norna subjektif, dan perceived behavioral control secara bersama-sama berperan

(12)

terhadap intensi orangtua untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh informasi mengenai:

1. Peran sikap terhadap intensi orangtua untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak.

2. Peran norma subjektif terhadap intensi orangtua untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak. 3. Peran perceived behavioral control terhadap intensi orangtua untuk

menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak. 4. Tingkat sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control

(PBC) pada sampel dibandingkan dengan populasi secara umum.

1.4 MANFAATPENELITIAN

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasilpenelitianinidiharapkandapatmenambahwacanadalamilmupsikologi padaumumnya,khususnyadibidangPsikologiIndustridanOrganisasikhususnya pada perilaku konsumen mengenaiperan sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi orangtua untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak.Selainitujuga,penelitian ini diharapkan dapat menambah sumber kepustakaan dan penelitian Psikologi Industri dan Organisasi sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensiuntuk bahan penelitian selanjutnya.

(13)

1.4.2 Manfaat Praktis

a. Manfaat untuk pengembang

Denganadanya penelitianini,diharapkandapatmemberikaninformasiyang berguna mengenai tingkat intensi konsumen untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan ditinjau dari sikap, normasubjektif, dan perceived behavioral control, yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemasaran oleh penyedia jasa homeschooling.

b. Manfaat untuk masyarakat

Dapat memberikan informasi kepada konsumen dan calon konsumen tentang adanya ketiga aspek yang dapat mempengaruhi intensi seseorang untuk melakukan suatu perilaku, sehingga dapat mengevaluasi lebih teliti sebelum memutuskan untuk menggunakan homeschooling sebagai suatu jasa di bidang pendidikan. 1.5 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematikapenulisanadalahstrukturpenulisansecaragarisbesaryangada dalam penelitian. Bab I : Pendahuluan Babiniterdiridarilatarbelakangmasalahpenelitianyaitumengenai intensi menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan,rumusan masalah penelitian apakah ada peran sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control terhadap intensi untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak, tujuanutama daripenelitianini adalahuntukmengetahui apakah ketiga aspek ini secara bersama-sama mempengaruhi intensi dan seberapa

(14)

besar peran tiap aspek. Selainitu,babini berisi manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan tentang tinjauan teoritis mengenai intensi untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak. Bab ini juga mengemukakan hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian mengenai sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control berhubungan dengan intensi untuk menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak.

Bab III : Metode Penelitian

Padababinimenguraikanidentifikasi variabel dandefinisioperasional variabel intensi, yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavioral control, populasidalampenelitianini adalahorangtua yang tidak menggunakan homeschooling sebagai jalur pendidikan bagi anak-anak mereka, teknikpengambilansampelyang digunakandalampenelitianinidengan teknikconvenience sampling, alat ukur yang digunakan yaituskala aspek intensiyang mengandung 3 faktor intensi danskala intensi.Padabab ini juga berisivaliditasdan reliabilitasalatukuryangdigunakan,hasilujicobaalatukur, prosedur pelaksanaan penelitian,serta penggunaanmetode regresilinear berganda sebagaimetode analisisdatayang digunakan untukmengolah hasil datapenelitian ini.

(15)

Padababini akan dijelaskan mengenai analisis hasil penelitian secara keseluruhan dari penelitian ini yang dilakukandenganmenggunakananalisa statistikdenganbantuanprogramSPSSversi16.0forwindows.Kemudian pada babinijugaakandibahas mengenai ketercapaian ataupun ketidaktercapaian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Babiniberisijawabanatasmasalah yangdiajukan, yaitu sikap, norma subjektif, dan perceived behavior kontrol secara bersama-sama berperan positif terhadap intensi menggunakan homeschooling.Kesimpulan dibuat

berdasarkananalisadaninterpretasidatasertadilengkapidengansaran-saranbagipengembangdanbagipeneliti lainberdasarkanhasilpenelitian yangdiperoleh.

Referensi

Dokumen terkait

merupakan titik tolak yang wajar dan baik untuk melakukan perencanaan program fungsional di perguruan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pangsa pengeluaran pangan sumber protein hewani sangat rendah; sebaliknya pangsa pengeluaran pangan sumber protein nabati dominan, (2)

Dari penjelasan tersebut berkaitan dengan penelitian ini yang berjudul Implementasi program IDB (Infaq, Disiplin dan Bersih) yang berada di MAN Bondowoso yaitu merupakan salah satu

Secara psikologis, yang menjadi faktor muculnya prilaku ataupun fenomena anak jalanan dalam kehidupan remaja adalah sebuah gejala yang diistilahkan oleh Kartono

Artikel yang diterbitkan dalam Jurnal edisi kali ini sebanyak 5 (lima) artikel yang meliputi: Bakteri Asosiasi pada Karang Scleractinia Kaitannya dengan Fenomena La-Nina di

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Chyntia, Indriani & Saputra (2018) yang telah memberikan bukti empiris bahwa IC yang diukur oleh VAIC berpengaruh

Dari pendapat-pendapat tentang definisi akuntansi maka, dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah sebuah sistem yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak

Hasil penelitian ini juga menggambarkan bahwa BBLR dinyatakan berhubungan secara statistik dengan kejadian stunting pada anak usia 6-23 bulan yang ditunjukkan dengan hasil uji