• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aset ini dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dan tidak dijual sebagai bagian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aset ini dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dan tidak dijual sebagai bagian"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

2.1 Pengertian Aset Tetap (Fixed Assets)

(Reeve, 2010:2) mendefinisikan aset yang bersifat jangka panjang atau secara relative memiliki sifat permanen serta dapat digunakan dalam jangka panjang. Aset ini dimiliki dan digunakan oleh perusahaan dan tidak dijual sebagai bagian dari kegiatan operasi normal. Nama lain yang biasa digunakan dalam Bahasa Inggris untuk asset tetap adalah plant, property, and equipment. Sementara dalam PSAK 16 menyatakan bahwa:

“aset tetap adalah aset berwujud yang: (a) dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan (b) diperkirakan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.”

Adapun menurut Rudianto (2012:256), aset tetap adalah barang berwujud milik perusahaan yang sifatnya relative permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, bukan untuk diperjualbelikan. Sementara itu menurut Jerry J. weygandt,2011:

“Plant Assets are resources that have three characteristics: they have a physical substance ( a definite size and shape ), are used in the operations of a business, and are not intended for sale to customers. They are also called property, plant, and equipment; plant and equipment; and fixes assets. These assets are expected to provide services to the company for a number of years. Except for land, plant assets decline in service potential over their useful lives.”

(2)

Berdasarkan definisi diatas maka dapat ditarik beberapa hal penting yang terkait dengan aset tetap, yaitu:

a. Aset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus, yaitu digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, atau untuk tujuan administrative. Aset seperti tanah yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual, bukanlah merupakan aset tetap.

b. Aset tetap termasuk ke dalam aset tidak lancar, karena diharapkan dapat dimanfaatkan untuk lebih dari 1 (satu) periode akuntansi.

c. Aset tetap adalah aset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik seperti tanah dan bangunan.

Contoh dari aset tetap adalah tanah, bangunan, peralatan dan kendaraan yang digunakan suatu entitas dalam kegiatan operasionalnya dan bukan ditujukan untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan. Apabila sebuah entitas membeli tanah dengan tujuan untuk dijual kembali karena entitas tersebut meyakini tanah tersebut akan mengalami peningkatan nilai, maka tanah tersebut bukan merupakan aset tetap, tetapi merupakan property investasi. Jika entitas tersebut bergerak dibidang jual beli mobil, maka mobil yang diperoleh entitas dengan tujuan untuk dijual kembali merupakan persediaan, bukan merupakan aset tetap.

Sebagaimana dikemukakan oleh Reeve, Warren, Duschac, wang (2011:415) Aset tetap dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu:

(3)

1. They exist physically and, thus, are tangible assets.

2. They are owned and used by the company in its normal operations.

3. They are not offered for sale as part of normal operations.

Aset tetap yang umurnya tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga perolehannya, sedangkan aset tetap yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan harga perolehannya. Aktiva tetap biasanya merupakan bagian investasi yang cukup besar dalam jumlah keseluruhan aset perusahaan. Besarnya investasi yang ditanamkan dalam aktiva tetap menjadikan aktiva tetap itu perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tidak hanya pada penggunaan dan operasinya saja, tetapi juga dalam akuntansinya yang biasanya mencakup pengakuan aktiva tetap, perolehan dan penghentian aktiva tetap atau pelepasan aktiva tetap, serta penyajian dan pengungkapannya dalam laporan keuangan.

2.2 Akuntansi Aset Tetap

Proses akuntansi aset tetap dimulai pada saat pembelian (perolehan) aset tetap. Selama aset tetap dimiliki dan di gunakan oleh perusahaan, harus dilakukan perhitungan beban penyusutan setiap periode, biaya yang dikeluarkan untuk perawatan atau perbaikan aset tetap, penjualan aset tetap, penukaran sampai aset tetap tersebut habis umur ekonomisnya.

Perlakuan disini merupakan penetapan transaksi aset tetap yang telah diakui kedalam akun-akun yang menampung mutasi, yaitu terdiri dari:

(4)

1. Aset tetap (fixed asset) merupakan akun yang menampung nilai perolehan aset tetap yang telah diakui.

2. Akumulasi penyusutan aset tetap (accumulation depreciated of fixed asset) merupakan akun yang menampung jumlah akumulasi penyusutan aset tetap.

3. Beban depresiasi penyusutan aset tetap (accumulated of depreciation expenses) merupakan akun yang menampung beban periodik penyusutan aset tetap yang telah dihitung seduia dengan metode dan aturan yang ditetapkan.

2.3 Pengakuan Aset Tetap (Recognition)

Kebanyakan perusahaan menggunakan biaya historis sebagai dasar untuk menilai property, pabrik, dan peralatan. Biaya historis (historical cost) biasaya diukur oleh kas atau ekuivaen kas untuk memperoleh aktiva dan membawanya ke lokasi serta kondisi yang diperlukan untuk tujuan penggunaannya. Seperti harga beli, ongkos angkut, pajak pembelian, dan biaya instalasi. (Kieso 2010:3)

Menurut PSAK 16 Revisi 2015, Biaya perolehan aset tetap diakui sebagai aset tetap jika dan hanya jika:

a. Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomik masa depan dari aset tersebut, dan

b. Biaya Perolehannya dapat diukur secara andal.

Rudianto, 2012:259 mengatakan bahwa aset tetap harus dicatat sebesar nilai bukunya yaitu harga perolehan dikurangai dengan akumulasi penyusutan. Biaya perolehan tersebut meliputi semua jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap sampai siap untuk digunakan. Contohnya, harga beli

(5)

mesin, biaya pengangkutan mesin yang dibayar pembeli dan biaya pemasangan mesin adalah bagian dari biaya perolehan mesin pabrik yang dibeli perusahaan.

Biaya perolehan aset tetap mencakup semua jumlah yang dibelanjakan untuk mendapatkan aset sampai siap digunakan, misalnya biaya angkut dan biaya pemasangan peralatan. Reeve, Warren, Duschac, Wang (2011:417) merangkum beberapa biaya umum untuk perolehan aset tetap.

Jerry J. weygandt,2011 menjelaskan bahwa

1. Buildings/ Gedung

Buldings are facilities used in operations, such as stores, offices, factories, ware-house, and airplane hanggar. Companies debit to the buildings account all necesay expenditures related of the purchase or construction of a building.

(6)

When a building is purchased, such costs include the purchase price, clossing costs and real estate broker’s commisions.

2. Equipment/peralatan

Equipment includes assets used in operations, such as store check-out counters, office furniture, factory machinery, delivery trucks, and airplane. The cost of equipment, such as vehicles, consist of the cash purchase price, sales taxes, freight charges, ans insurance during transit paid by the purchaser.

3. Land/Tanah

Companies acquire land for use as a site upon which to build a manufacturing plant or office. The costs of land includes (1) the cash

(7)

purchase price, (2) closing costs such as title and attorney’s fees, (3) real estate brokers commisions, and (4) accuraed property tax and other liens assumed by the purchaser. Secara umum, tanah adalah bagian dari property, pabrik, dan peralatan. Namun jika tujuan utama dari perolehan dan pemilikan tanah adalah spekulatif, maka tanah lebih tepat diklasifikasikan sebagai investasi dan jika tanah dimiliki oleh perusahaan real estate untuk dijual kembali, maka tanah tersebut harus diklasifikasikan sebagai persediaan.

Sedangkan menurut PSAK 16 Revisi 2015 biaya Perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi, atau jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain. Misalnya, jika suatu perusahaan membeli tanah dengan harga Rp. 1.000.000, dan untuk itu harus dibayar biaya notaris sebesar Rp. 100.000, dan komisi makelar Rp. 200.000, maka harga perolehan tanah tersebut menjadi Rp. 1.300.000.

Ini merupakan prinsip pengakuan umum untuk aset tetap. Prinsip ini diterapkan pada saat pengakuan awal aset, pada saat ada bagian tertentu yang terjadi terkait dengan aset tersebut selama masa manfaatnya. Jika pengeluaran tersebut menimbulkan manfaat ekonomis di masa depan, maka dapat diakui sebagai aset.

Selain itu, tidak menutup kemungkinan akan timbul masalah jika beberapa aktiva dibeli sekaligus dan tidak dirincikan harga dari masing-masing aktiva

(8)

tersebut (lumpsum). Dalam hal demikian, total harga yang dibebankan harus dialokasikan ke masing-masing aktiva yang bersangkutan.

Jika taksiran harga pasar dari masing-masing aktiva tersebut sukar dibuat, maka alokasi dapat didasarkan atas kriteria-kriteria lain, misalnya nilai yang ditetapkan untuk pajak (NJOP = Nilai Jual Objek Pajak). Jika harga taksiran hanya dapat dilakukan untuk satu jenis aktiva saja, misalnya tanah, maka sisanya dapat dianggap sebagai harga perolehan aktiva lainnya.

Sesuai dengan prinsip pengakuan, dalam PSAK 16 tahun 2015, entitas tidak mengakui biaya perawatan sehari-hari aset tetap sebagai baian dari aset tetap tersebut. Sebaliknya, biaya tersebut diakui dalam laba rugi pada saat terjadiya. Biaya perawatan sehari-hari teutama terdiri dari biaya tenaga kerja dan bahan habis pakai termasuk suku cadang kecil. Tujuan pengeluaran ini sering dideskripsikan sebagai “perbaikan dan pemeliharaan” aset tetap.

Supaya aset tetap dapat beroperasi secara berkelanjutan, perlu dilakukan inspeksi teratur terlepas apakah terdapat komponen yang diganti. Dalam setiap inspeksi signifikan yang dilakukan, biaya inspeksi diakui dalam jumlah tercatat aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi criteria pengakuan.

2.4 Pengukuran Saat Pengakuan (measurement)

Seperti aktiva lainnya, perusahaan sebaiknya mencatat property, pabrik, dan bangunan pada nilai pasar wajar yang diberikan pada saat akuisisi atau nilai wajar aktiva yang diterima, bergantung pada mana yang memiliki bukti lebih jelas.

(9)

Dalam PSAK 16 tahun 2015, menjelaskan bahwa suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi pengakuan sebagai aset diukur pada biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap meliputi:

1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak dapat dikreditkan setelah dikurangi diskon dan potongan lain.

2. Setiap biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan intensi manajemen.

3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tetap, kewajiban tersebut timbul ketika aset tetap diperoleh atau sebagai konsekuensi penggunakan aset tetap selama periode tertentu untuk tujuan selain untuk memproduksi persediaan selama periode tersebut.

Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:

a. Biaya imbalan kerja yang timbul secara langsung dari konstruksi atau perolehan aset tetap.

b. Biaya penyiapan lahan untuk pabrik. c. Biaya penanganan dan penyerahan awal. d. Biaya istalasi dan perakitan.

e. Biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi hasil neto penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian tersebut (seperti contoh hasil dari peralatan yang sedang diuji).

f. Fee professional.

Sedangkan contoh biaya-biaya yang bukan merupakan biaya perolehan aset tetap menuut PSAK 16 adalah:

1. Biaya pembukaan fasilitas baru.

2. Biaya pengenalan produk atau jasa baru (termasuk biaya iklan dan aktivitas promosi).

(10)

3. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelas pelanggan baru (termasuk biaya pelatihan staf).

4. Biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya.

Agar sejalan dengan prinsip akuntansi yang lazim, aset tetap harus dicatat sebesar harga perolehannya. Dimana harga perolehan meliputi semua pengeluaran yang diperlukan untuk mendapatkan aset tetap dan pengeluaran-pengeluaran lain agar aset siap untuk digunakan. Beberapa aset tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara yang masing-masing cara perolehannya akan mempengaruhi harga perolehannya. Cara perolehan aset tetap adalah sebagai berikut:

a. Pembelian tunai

Aset tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan. Dalam jumlah uang yang dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tetap termasuk harga faktur dan semua biaya yang dikeluarkan agar aktiva tetap tersebut siap untuk dipakai, seperti biaya angkut, premi asuransi dalam perjalanan, biaya balik nama, biaya pemasangan dan biaya percobaan. Semua biaya-biaya tersebut dikapitalisasi dengan harga perolehan aktiva tetap. Apabila dalam pembelian aktiva tetap ada potongan tunai (diskon tunai), maka potongan tunai tersebut merupakan pengurangan terhadap harga faktur, tidak memandang apakah potongan itu didapat atau tidak.

Jurnal pada saat pembelian aset:

Peralatan xxx Sebesar harga beli

(11)

b. Pembelian secara lumpsum/gabungan

Apabila dalam suatu pembelian diperoleh lebih dari satu macam aktiva tetap maka harga perolehan harus dialokasikan pada masing-masing aktiva tetap. Misalnya dalam pembelian gedung beserta tanahnya maka harga perolehan dialokasikan untuk gedung dan tanah. Dasar alokasi yang digunakan sedapat mungkin dilakukan dengan harga pasar tanah dan harga pasar gedung, masing-masing harga pasar ini dibandingkan dan menjadi dasar alokasi harga perolehan. Apabila harga pasar masing-masing aktiva tidak diketahui, alokasi harga perolehan dapat dilakukan dengan menggunakan dasar surat bukti pembayaran pajak (misalnya pajak bumi dan bangunan). Jika tidak ada dasar yang dapat digunakan untuk alokasi harga perolehan maka alokasinya didasarkan pada putusan pimpinan perusahaan.

c. Perolehan melalui pertukaran

Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar-menukar, atau sering disebut “tukar tambah”, dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru, baik seluruhnya atau sebagian dan kekurangannya dibayar tunai. Dalam keadaan seperti ini, harga perolehan aktiva tetap yang diperoleh dinilai sebesar nilai wajar aktiva tetap yang dilepas atau diperoleh, mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva tetap yang dilepaskan setelah disesuiakan jumlah kas atau setara kas yang ditransfer.

(12)

1. Ditukar dengan surat berharga

2. Ditukar dengan aset tetap tidak sejenis

3. Ditukar dengan aset tetap sejenis

d. Pembelian dengan angsuran

Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga. Bunga selama masa angsuran baik jelas-jelas dinyatakan maupun yang tidak dinyatakan tersendiri, harus dikeluarkan dari harga perolehan dan dibebankan sebagai biaya bunga.

Contoh jurnal pada saat pembelian:

Peralatan xxx Sebesar harga beli

Kas xxx Sebesar uang muka yang dibayarkan

Hutang xxx Sisa yang masih harus dibayar

Contoh jurnal pada saat pembayaran angsuran:

Hutang xxx Total yang masih harus dibayar

Bunga xxx Hutang x bunga yang ditetapkan

Kas xxx Jumlah Hutang + bunga

e. Diperoleh dari hadiah/donasi

Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah/donasi, pencatatannya bisa dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan. Untuk menerima hadiah, mungkin dikeluarkan biaya-biaya, tetapi biaya-biaya tersebut jauh

(13)

lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diterima. Apabila aktiva dicatat sebesar biaya yang sudah dikeluarkan, maka hal ini akan menyebabkan jumlah aktiva dan modal terlalu kecil, juga be ban depresiasi menjadi terlalu kecil. Untuk mengatasi keadaan ini maka aktiva yang diterima sebagai hadiah dicatat sebesar harga pasarnya.

f. Aktiva yang dibuat sendiri

Menurut PSAK 16 2015 tentang perolehan aset tetap dengan dibuat sendiri. Biaya perolehan suatu aset yang dibangun sendiri ditentukan dengan menggunakan prinsip yang sama sebagaimana aset yang diperoleh bukan dengan konstruksi sendiri. Jika entitas membuat aset serupa untuk dijual dalam kegiatan usaha normal, biaya perolehan aset biasanya sama dengan biaya konstruksi aset untuk dijual. Oleh karena itu, dalam menetapkan biaya perolehan maka setiap laba internal dieliminasi. Demikian pula biaya pemborosan yang terjadi dalam pemakaian bahan baku, tenaga kerja, atau sumber daya lain dalam proses konstruksi aset yang dibangun sendiri tidak termasuk biaya perolehan aset.

2.4.1 Pengukuran setelah Pengakuan

Dalam PSAK 16 tahun 2015 par. 29 mengungkapkan untuk aset tetap, setelah pengakuan awal entitas harus memilih model biaya di paragraf 30 atau model revaluasi di paragraf 31 sebagai kebijakan akuntansinya dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelas yang sama. Sedangkan Rudianto 2012:257 mengatakan bahwa aset tetap yang dimiliki perusahaan

(14)

biasanya memiliki nilai yang cukup material dibandingkan dengan total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Karena itu, metode penilaian dan penyajian aset tetap sebuah perusahaan akan berpengaruh terhadap laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan.

Beberapa contoh kelompok aset yang terpisah menurut PSAK 16 tahun 2015 par. 37 adalah:

a. Tanah

b. Tanah dan bangunan c. Mesin d. Kapal e. Pesawat udara f. Kendaraan bermotor g. Perabotan h. Peralatan kantor

Aset-aset dalam suatu kelompok aset tetap harus direvaluasi secara bersamaan untuk mengindari revaluasi aset secara selektif dan bercampurnya biaya perolehan dan nilai lainnya pada saat yang berbeda-beda. Namun suatu kelompok aset dapat direvaluasi secara bergantian (rolling basis) sepanjang revaluasi dari kelompok aset tersebut dapat diselesaikan secara lengkap dalam waktu yang singkat dan sepanjang revaluasi dimutakhirkan (PSAK 16 tahun 2015).

(15)

Menurut PSAK 16 tahun 2015, setelah pengukuran sebagai aset, aset tetap dicatat pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusuta dan rugi penurunan nilai. Sedangkan menurut Rudianto, 2014;257 Model biaya adalah metode penilaian aset yang didasarkan pada jumlah pengorbanan ekonomis yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh aset tetap tertentu sampai aset tetap tersebut siap untuk digunakan. Itu berarti nilai aset yang disajikan dalam laporan keuangan adalah jumlah rupiah historis pada saat memperoleh aset tetap tersebut dikurangi dengan akumulasi penyusutan (jika ada).

b. Model revaluasi

Dalam PSAK 16 tahun 2015, setelah pengakuan sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara andal dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup regular untuk memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dengan jumlah yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.

Nilai wajar adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal pengukuran.(PSAK 16 tahun 2015). Nilai wajar dari aset tetap, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan peralatan biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai. Namun,

(16)

entitas dapat mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telash disusutkan.

Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari aset tetap yang direvaluasi. Jika nilai wajar dari aset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah tercatatnya, maka revaluasi lanjutan disyaratkan. Beberapa aset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif sehingga perlu direvaluasi secara tahunan. Revaluasi tahunan tersebut tidak perlu dilakukan untuk aset tetap yang perubahan nilai wajarnya tidak signifikan. Sebaiknya, aset tetap tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.

Sebagai ilustrasi , PT. ABC membeli sebuah peralatan dengan spesifikasi khusus seharga Rp. 100.000.000 pada tanggal 1 Januari 2010. Karena mesin tersebut mempunyai spesifikasi khusus maka tidak terdapat pasar aktifnya. Estimasi masa manfaat mesin tersebut adalah 4 tahun. PT.ABC memilih untuk menggunakan model revaluasi. Pada tanggal 31 Desember 2010, biaya penggantian peralatan baru yang serupa dengan peralatan yang dimiliki PT. ABC tersebut adalah Rp. 200.000.000.

Mesin tersebut sudah berumur 1 tahun dan sisa umurnya adalah 3 tahun atau ¾ x Rp. 200.000.000 = Rp. 150.000.000.

Selisih lebih nilai wajar dari nilai tercatat aset tetap dicatat diakun surplus revaluasi, yang merupakan komponen pendapatan komprehensif lainnya. Jika

(17)

suatu aset tetap direvaluasi, maka terdapat 2 alternatif perlakuan untuk akumulasi penyusutan aset tetap. Adalah sebagai berikut:

1. Disajikan kembali secara proporsional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah direvaluasi sama dengan jumlah revaluasinya. Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara member indeks untuk menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.

2. Dieliminasi teerhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.

Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus direvaluasi. Jumlah penyesuaian yang timbul dari penyajian kembali atau eliminasi akumulasi penyusutan membentuk bagian dari kenaikan atau penurunan dalam jumlah tercatat yang ditentukan.

Jika jumlah tercatat aset meningkat akibat revaluasi, maka kenaikan tersebut diakui dalam pendapatan komprehensif lain dan terakumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. Akan tetapi, kenaikan tersebut diakui dalam laba rugi hingga sebesar jumlah penurunan nilai aset yang sama akibat revaluasi yang pernah diakui sebelumnya dalam laba rugi. Sedangkan, jika jumlah tercatat aset turun akibat revaluasi, maka penurunan tersebut diakui dalam laba rugi. Akan tetapi, penurunan nilai tersebut diakui dalam penghasilan komprehensif lain sepanjang tidak melebihi saldo surplus

(18)

revaluasi untuk aset tersebut. Penurunan nilai yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain tersebut mengurangi jumlah akumulasi dalam ekuitas pada bagian surplus revaluasi. (PSAK 16 tahun 2015).

c. Penyusutan

Menurut PSAK 16 tahun 2015 penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah tersusutkan dari aset selama umur manfaatnya. Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset tetap disusutkan secara terpisah. Beban penyusutan untuk setiap periode diakui dalam laba rugi, kecuali jika beban tersebut termasuk dalam jumlah tercatat aset lain.

Seperti yang kita ketahui, tanah memiliki masa kegunaan yang tidak terbatas sehingga dapat menyediakan jasa yang tidak terbatas. Di sisi lain, asset tetap lainnya seperti peralatan, gedung, dan pengembahan tanah kehilangan kemampuannya untuk memberikan jasa seiring dengan berjalannya waktu. Akibatnya, biaya peralatan, gedung, dan pengembangan tanah perlu dipindahkan keakun beban secara sistematis selama masa kegunaannya. Pemindahan biaya ke beban secara berkala semacam ini disebut penyusutan (Reeve,2010:8).

Konsep alokasi harga perolehan aktiva tetap juga diberlakukan terhadap semua aktiva yang dimiliki perusahaan. Jumlah penyusutan umumnya dibuat pada tiap-tiap akhir tahun atau tiap-tiap akhir bulan dengan jurnal sebagai berikut:

(19)

Beban penyusutan xxx

Akumulasi penyusutan xxx

Sedangkan Jerry J. weygandt,2011 mendefinisikan bahwa Depreciation is the process of allocation to expense the cost of a plan asset over is a useful (service) life in a rational and systematic manner. Karena terjadinya penyusutan dari suatu aset tetap maka menyebabkan kemampuan suatu aset tersebut untuk menghasilkan pendapatan dan memberikan jasa menjadi menurun, baik secara fisik maupun fungsinya. Beberapa faktor yang mempengaruhi penurunan kemampuan adalah pemakaian, keusangan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta, dan keterbelakangan teknologi.

Ada tiga faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban penyusutan setiap periode menurut Rudianto (2012:260), yaitu:

1. Harga perolehan

Harga perolehan, yaitu keseluruhan uang yang dikeluarkan untuk memperoleh suatu asset tetap sampai siap digunakan oleh perusahaan.

2. Nilai Sisa (Residu)

Nilai sisa, yaitu taksiran harga jual asset tetap pada akhir masa manfaatnya. Setiap perusahaan akan memiliki taksiran yang berbeda satu dengan yang lainnya atas suatu jenis asset tetap yang sama. Jumlah taksiran nilai residu juga akan sangat dipengaruhi oleh umur

(20)

ekonomisnya, inflasi, nilai tukar mata uang, bidang usaha, dan sebagainya.

3. Taksiran Umur Kegunaan.

Taksiran umur kegunaan yaitu taksiran masa manfaat dari asset tetap. Masa manfaat adalah taksiran umur ekonomis dari asset tetap, bukan umur teknis. Taksiran masa manfaat dapat dinyatakan dalam satuan periode waktu, satuan hasil produksi, atau satuan jam jasa.

Ilustration 9-6 summarizes the three factors used in computing depreciation (Jerry J. weygandt,2011-393)

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung beban penyusutan. Metode penyusutan yang digunakan mencerminkan pola pemakaian manfaat ekonomik masa depan aset yang diharapkan oleh entitas. Untuk dapat memilih salah satu metode hendaknya dipertimbangkan keadaan-keadaan yang mempengaruhi aktiva tersebut. Menurut Jerry J. weygandt,2011-394 metode penyusutan yang biasanya digunakan adalah terdiri dari:

(21)

a. Metode garis lurus ( straight line depreciation)

b. Metode unit produksi (Units of activity depreciation)

c. Metode Saldo menurun (declining balance depreciation)

Berikut ini akan diberikan penjelasan tentang penggunaan masing-masing metode:

a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)

Dalam metode garis lurus lebih melihat aspek waktu daripada aspek kegunaan. Metode ini paling banyak diterapkan oleh perusahaan karena paling mudah diaplikasikan dalam akuntansi. Dalam metode penyusutan garis lurus, beban penyusutan untuk tiap tahun nilainya sama besar dan tidak dipengaruhi dengan hasil atau output yang diproduksi. Metode garis lurus menghasilkan pembebanan yang tetap selama umur manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah (PSAK 16, par. 63).

(22)

d. Metode unit produksi (Units of activity depreciation)

Metode ini digunakan untuk mengalokasikan beban penyusutan berdasarkan pada proporsi penggunaan aset yang sebenarnya. Metode penyusutan ini menggunakan hasil produksi sebagai dasar pengalokasian beban penyusutan untuk tiap periode. Dalam metode ini beban penyusutan diperlakukan sebagai beban variable sesuai dengan unit produksi yang dihasilkan tiap periode akuntansi, bukan

(23)

beban tetap seperti dalam metode penyusutan garis lurus (straight line method).

e. Metode Saldo menurun (declining balance depreciation)

Metode saldo menurun menghasilkan pembebanan yang menurun selama umur manfaat aset (PSAK 16,Par 63). Metode ini juga merupakan metode penurunan beban penyusutan yang menggunakan tingkat penyusutan (diekspresikan dalam presentase) yang merupakan perkalian dari metode garis lurus. Tingkat penyusutan metode ini selalu tetap dan diaplikasikan untuk

(24)

mengurangi nilai buku pada setiap akhir tahun. Tidak seperti metode lain, dalam metode saldo menurun nilai sisa tidak dikurangkan dari harga perolehan dalam memghitung nilai yang dapat disusutkan.

2.4.2 Penghentian pengakuan

Walaupun aktiva tetap mempunyai waktu pemakaian yang relative panjang, namun aktiva tetap tidak akan selamanya digunakan dalam aktivitas perusahaan. Berakhirnya pemakaian aktiva tetap bisa terjadi karena aktiva tersebut sudah tidak dipakai lagi, atau karena sebab-sebab lain. Dalam PSAK 16 par:67 menyatakan bahwa jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya jika:

(25)

b. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomik masa depan yang di harapkan dari penggunaan atau pelepasannya.

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap dimasukkan dalam laba rugi ketika aset tetap tersebut dihentikan pengakuannya. Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan. Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian pengakuan aset tetap ditentukan sebesar selisih antara jumlah hasil pelepasan neto, jika ada, dan jumlah tercatatnya dari aset tersebut.

Menurut (Jerry J. weygandt,2011-401) penghentian aktiva tetap bisa diakhiri karena hal-hal berikut:

Apabila suatu aktiva tetap akan dihentikan, maka harus ditentukan dahulu nilai buku aktiva tetap tersebut. Nilai buku adalah selisih antara harga perolehan aktiva tetap dengan akumulasi depresiasi pada tanggal yang bersangkutan. Apabila penghentian terjadi pada suatu tanggal tertentu pada suatu tahun, maka depresiasinya harus dihitung sampai dengan saat penghentian terjadi. Selanjutnya nilai buku pada

(26)

aktiva tetap harus dihapus dari pembukuan dengan mendebet rekening Akumulasi Depresiasi dan mengkredit aktiva tetap yang bersangkutan sebesar harga perolehannya.

Jika berdasarkan prinsip pengakuan, entitas mengakui biaya penggantian sebagai aset tetap dalam jumlah tercatat aset tetap tersebut, maka entitas menghentikan pengakuan jumlah tercatat dari bagian yang diganti, maka entitas dapat menggunakan biaya penggantian tersebut sebagai indikasi biaya perolehan dari bagian yang diganti pada saat diperoleh atau dikonstruksi.

Piutang atas pelepasan aset tetap diakui pada saat awal sebesar nilai wajarnya. Jika pembayaran untuk hal tersebut ditangguhkan, perhitungan yang akan diterima diakui pada saat awal sebesar nilai tunainya. Perbedaan antara jumlah nominal piutang dan nilai tunainya diakui sebagai pendapatan bunga sesuai dengan PSAK 23 : Pendapatan yang mencerminkan imbalan efektif atas piutang.

2.5 Pelaporan (disclosure)

Menurut Kieso 2012:84, perusahaan seharusnya mengungkapkan dasar penilaian, biasanya biaya historis untuk property, pabrik, dan peralatan. Properti, pabrik, dan peralatn yang saat ini tidak digunakan sebagai aktiva produksi dalam bisnis (seperti fasilitas menganggur atau tanah yang dipegang sebagai investasi) harus dipisahkan dari aktiva yag digunakan dalam operasi. Apabila aktiva

(27)

disusutkan, maka akun penilaian yang biasanya disebut akumulasi penyusutan yang bersaldo normal dikredit.

Menurut PSAK 16 tahun 2015, laporan keuangan mengungkapkan untuk setiap aset tetap:

a. Dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto. b. Metode penyusutan yang digunakan.

c. Umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunkan.

d. Jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (digabungkan dengan akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode, dan

e. Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukan: 1. Penambahan

2. Aset yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual atau termasuk dalam kelompok lepasan dan diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58: Aset tidak lancer yang dimiliki untuk dijual dan operasi yang dihentikan dan pelepasan lain.

3. Perolehan melalui kombinasi bisnis

4. Peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai dengan paragraf 31, 39, dan 40 serta dari rugi penurunan ilai yang diakui atau dibalik dalam penghasilan komprehensif lain sesuai PSAK 48: Penurunan nilain aset.

5. Rugi peurunan nilai yang diakui dalam laba rugi sesuai dengan PSAK 48. 6. Pembalikan rugi penurunan nilai dalam laba rugi sesuai dengan PSAK

48.

7. Penyusutan

8. Selisih Kurs Neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda, termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang pelaporan dari entitsa pelopor, dan

9. Perubahan lain

(28)

a. Keberadaan dan jumlah pembatasan atas hak milik dan aset tetap yang dijaminkan untuk liabilitas.

b. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sudang dalam konstruksi.

c. Jumlah komitmen kontraktual untuk memperoleh aset tetap; dan

d. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang, atau dihentikan yang termasuk dalam laba rugi , jika tidak diungkapkan secara terpisah dalam laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain.

Jika aset tetap di sajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan sebagai tambahan pegungkapan yang disyaratkan oleh PSAK 68: Pengukuran nilai wajar:

a. Tanggal efektif revaluasi

b. Apakah melibatkan penelitian independe c. Dikosongkan

d. Dikosongkan

e. Untuk setiap kelas aset tetap yang direvaluasi, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat dengan metode biaya; dan

f. Surplus revaluasi, yang mengindikasikan perubahan selama periode dan setiap pembatasan distribusi kepada pemegang saham

Menurut Dwi Martiani (2012:291), laporan keuangan juga mengungkapkan, antara lain:

1. Keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang dijaminkan untuk hutang.

2. Jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang sedang dalam pembangunan.

3. Jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap.

4. Jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laporan laba rugi komprehensif, jika tidak diungkapkan secara terpisah pada

(29)

laporan lapa rugi komprehensif. Pemilihan metode penyusutan dan estimasi umur manfaat aset adalah hal-hal yang memerlukan pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan dan estimasi umur manfaat atau tarif penyusutan memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan dalam me-review kebijakan yang dipilih manajemen dan memungkinkan perbandingan dengan entitas lain. Untuk alasan yang serupa, juga perlu diuangkapkan:

a. Penyusutan, apakah diakui dalam laporan laba rugi komprehensif atau diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset lain, selama suatu periode; dan

b. Akumulasi penyusutan pada akhir periode.

Gambar 2.1. Contoh Pelaporan Aset tetap

PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk Neraca (Sebagian)

Desember 31, 2007

Properti, Pabrik dan

Peralatan: Harga Perolehan Penyusutan Akumulasi Nilai Buku

Tanah 102,249,000,000 - 102,249,000,000

Jalan & Jembatan 430,410,000,000 162,006,000,000 268,404,000,000 Gedung, Pemasangan, dan

Mesin 794,147,000,000 217,622,000,000 576,525,000,000

Mesin dan Peralatan 766,698,000,000 291,510,000,000 475,188,000,000 Kendaraan 257,916,000,000 147,864,000,000 110,052,000,000 Peralatan Kantor dan

Rumah 48,010,000,000 37,758,000,000 10,252,000,000

Pembangunan Dalam Proses 212,904,000,000 - 212,904,000,000

2,612,334,000,000 856,760,000,000 1,755,574,000,000

Sumber: Dwi Martani(2012)

Jumlah beban penyusutan dan amortisasi dalam suatu periode harus dilaporkan secara terpisah dalam laporan laba rugi atau diungkapkan dalam catatan laporan keuangan. Penjelasan umum untuk metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan juga perlu dilaporkan. Jumlah setiap golongan utama aset tetap harus diungkapkan dalam neraca atau catatan laporan keuangan. Akumulasi

(30)

penyusutan terkait juga perlu diungkapkan, baik menurut golongan utama atau secara total. Aset tetap dapat ditampilkan dalam nilai bukunya (biaya dikurangi akumulasi penyusutan), yang juga dapat dijelaskan sebagai nilai bersihnya. Jika aset tetap memiliki penggolongan terlalu banyak, satu jumlah saja dapat disajikan dalam neraca dengan didukung oleh daftar rincian terpisah. (Reeve, 2010:28)

Dasar penilaian aktiva tetap, setiap hak gadai atas kekayaan dan akumulasi penyusutan harus diungkapkan, biasanya dalam catatan atas laporan keuangan.

Gambar

Gambar 2.1. Contoh Pelaporan Aset tetap

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut menjelaskan bahwa secara klasikal, kelas tersebut belum dapat dinyatakan tuntas dalam kemampuan pemahaman konsep pada mata pelajaran PPKn, seperti yang

diketahui bahwa secara keseluruhan N-Gain motivasi belajar siswa pada kelas eksperimen untuk semua indikator adalah 0,46 dengan kategori sedang, sedangkan pada kelas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas mempelajari buku paket dan mengerjakan lembar kerja siswa (LKS) terhadap prestasi belajar matematika pada siswa kelas

Dengan demikian perlu dilakukan kajian teknis produktivitas alatgali-muat dan angkut untuk mencapai target produksi, maka dari itu penulis mengambil judul penelitian

Pada Gambar 15 dapat dilihat juga bahwa retak yang dialami oleh balok bataton semi pracetak ini terjadi pada bagian mutu yang lebih rendah yaitu beton pracetak 5

DAFTAR PESERTA PLPG TAHAP 4 STATUS LULUS

Secara umum kita dapat membedakan atau melihat empat tradisi konseptual utama dalam pembahasan tentang ke- beradaan kaum tani (peasantry) sebagai hal yang khusus, meliputi seluruh

5 tetapi berbeda dengan penelitian Maria (2016) yang menyatakan bahwa kualitas layanan tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan.. Dasar utama kegiatan perbankan adalah