• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN VIVIT WARDAH RUFAIDAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN LITBANG PERTANIAN TAHUN VIVIT WARDAH RUFAIDAH"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI

BIDANG PERTANIAN : STUDI KASUS PENELITIAN BADAN

LITBANG PERTANIAN TAHUN 2004-2006

VIVIT WARDAH RUFAIDAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Analisis Kolaborasi Interdisipliner Peneliti Bidang Pertanian: Studi Kasus Penelitian Badan Litbang Pertanian Tahun 2004-2006 adalah karya saya dengan arahan komisi pebimbing dan belum dijadikan bentuk apapun kepada Perguruan Tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, Desember 2008

Vivit Wardah Rufaidah NRP G652060115

(3)

ABSTRACT

VIVIT WARDAH RUFAIDAH. Analysis of Interdisciplinarity Collaboration on Agricultural Researcher : Case Study on Agency for Agricultural Research and Development (AARD) in 2004-2006. Under Direction of SRI NURDIATI dan MUSTANGIMAH

Analysis of Interdisciplinarity Collaboration on Agricultural Researchers : Case Study on Agency for Agricultural Research and Development (AARD) in 2004-2006. The purpose of this research are (1) to determine Multidisciplinarity and Interdisciplinarity collaboration on agricultural researcher, (2) to identify visualisation pattern of interdisciplinarity using the moleculer graph, and (3) to determine interdisciplinarity effect, collaboration to publication productivity of agricultural researchers.The investigation uses 525 research proposals (RPTP). Co-uthor analysed based on research discipline spesialization are used as a bibliometrics approach to measuring interdisciplinary collaboration in this program and to measuring publication productivity by using questionnaire. Results showed that (1) collaboration among researcher with different spesialization have been conducted in entire researches, (2) there was an average annual publication productivity of 0.58 items per researcher on agricultural researcher, and (3) there was negative correlation between publication productivity and Interdisiplinarity collaboration index.

Keyword: collaboration, interdiscipline, productivity, agricultural research, researcher

(4)

RINGKASAN

VIVIT WARDAH RUFAIDAH. Analisis Kolaborasi Interdisipliner Peneliti Bidang Pertanian: Studi Kasus Penelitian Badan Litbang Pertanian Tahun 2004-2006. Dibimbing oleh SRI NURDIATI dan MUSTANGIMAH

Peneliti sebagai komunitas pencipta dan pengguna pengetahuan ilmiah mempunyai peran penting dalam penciptaan ilmu melalui penelitian atau kajian ilmiah, dituntut memiliki pengetahuan dan alat-alat serta fasilitas-fasilitas lainnya yang memadai agar dapat mencapai hasil-hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) merupakan unit kerja setingkat Eselon I di Departemen Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertanian dan merupakan institusi penelitian terbesar di Indonesia. Sejak dibentuk pada tahun 1974, Badan Litbang Pertanian mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Sampai periode tahun 2008 Badan Litbang Pertanian memiliki 2036 peneliti yang tersebar di 4 Puslitbang, 2 Pusat, 7 Balai Besar, 15 Balai Penelitian, 1 Balai PATP, 31 Balai Pengkajian, dan 3 Loka Penelitian.

Salah satu bentuk evaluasi yang dapat dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana kegiatan penelitian di Badan Litbang Pertanian telah menstimulasi kerjasama antar peneliti dari berbagai disiplin limu adalah dengan melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kegiatan kolaborasi yang telah terjadi dan pengaruh kolaborasi antar disiplin terhadap produktivitas publikasi peneliti. Dengan melakukan evaluasi maka akan diperoleh gambaran mengenai karakteristik, kolaborasi antar disiplin dalam kegiatan penelitian intersidiplin yang dilakukan para peneliti pertanian

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menentukan tingkat kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian yang terjadi pada kegiatan penelitian pertanian Badan Litbang Pertanian, (2) Memvisualisasikan pola kolaborasi peneliti bidang pertanian menggunakan graf molekuler berdasarkan indeks interdisipliner, dan (3) Menentukan pengaruh kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian terhadap produktivitas publikasi hasil pertanian melalui AGRIS (The International Information System for Agricultural Sciences and Technology) dan publikasi lainnya. Metode penelitian yang dilakukan adalah (1) Analisis dokumen dan (2) Metode survei. Metode Analisis yang dilaksanakan adalah :1). analisis kategori disiplin, 2) pengukuran indeks Multidisiplinaritas, 3) pengukuran indeks Interdisiplinaritas, 4) visualisasi, 5) pengukuran pengaruh kolaborasi interdisiplin peneliti dengan produktivitas publikasi yang diterbitkan.

Hasil menunjukkan bahwa: (1) Kolaborasi di antara peneliti dengan bidang keahlian yang berbeda telah terjadi pada keseluruhan bidang penelitian Badan Litbang Pertanian tahun 2004-2006 dengan nilai rata-rata Indeks Interdisiplinaritas I2 sebesar 78,38. Hal ini menunjukkan bahwa kolaborasi antar peneliti dengan bidang keahlian yang berbeda cukup tinggi. Apabila bidang-bidang penelitian Badan Litbang dikelompokkan dalam 2 kelompok nilai Indeks Interdisiplinaritas maka diperoleh kesimpulan bahwa ada 7 bidang penelitian yang tingkat kolaborasi antar bidang keahlian penelitinya lebih dari 50%, dan hanya ada 3 bidang penelitian yang tingkat kolaborasinya kurang dari 50%, (2) Hasil

(5)

analisis terhadap kategori bidang keahlian peneliti yang termasuk dalam penghitungan nilai Indeks Multidisiplinaritas M05 dan visualisasi graf molekuler menunjukkan ada 58 bidang keahlian peneliti yang dimiliki oleh peneliti Badan Litbang Pertanian. Keahlian peneliti yang dominan berjumlah 10 keahlian yaitu Agronomy, Economic Sociology, Plant Breeding, Biotechnology, Postharvest Technology, Mycology, Entomology, Plant Physiology, Pests of Plant, Plant Physiology, dan Plant Diseases. Keahlian Agronomy dan Economic Sociology berperan di 6 bidang penelitian, sedangkan keahlian Plant Breeding dan Postharvest Technologi dominan di 5 bidang penelitian. 6 keahlian lainnya masing-masing berperan cukup besar di 4 bidang penelitian, (3) Hasil analisis terhadap subjek proposal penelitian Badan Litbang Pertanian tahun 2004-2006 menunjukkan bahwa ada 52 subjek proposal berdasarkan subject category AGRIS FAO. Subjek yang dominan adalah proposal dengan subjek Development Economic and Policies (E14) dan subjek Organization, Administration and Management of Agricultural Enterprises or Farm (E20) masing-masing di 5 bidang penelitian, diikuti oleh Crop Husbandry (F01), Seed Production and Processing (F03), Fertilizing (F04), Cropping Pattern and Systems (F08), Plant Genetics and Breeding (F30), dan Plant Diseases (H20) yang masing-masing dominan di 4 bidang penelitian. Hal ini sesuai dengan dominansi keahlian peneliti yang dimiliki oleh Badan Litbang Pertanian, (4) Produktivitas publikasi peneliti pertanian (Badan Litbang Pertanian) hanya berkisar antara 0,22 – 0,93 per tahun per peneliti. Peneliti pertanian menulis artikel rata-rata 0,58 artikel per tahun, peneliti bidang Mekanisasi Pertanian (0,93) diikuti oleh peneliti bidang Tanaman Pangan (0,92), sedangkan produktivitas peneliti terendah dalam menulis artikel hasil penelitiannya adalah peneliti bidang Bioteknologi (0,22), (5) Hasil uji korelasi antara kolaborasi peneliti pertanian dengan produktivitas hasil penelitian yang telah diterbitkan dalam publikasi menunjukkan korelasi negatif, tetapi interdisiplinaritas peneliti terhadap produktivitas publikasi hanya berkontribusi sebanyak 14%

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008

Hal cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalambentuk apapun tanpa izin IPB

(7)

ANALISIS KOLABORASI INTERDISIPLINER PENELITI

BIDANG PERTANIAN: STUDI KASUS PENELITIAN BADAN

LITBANG PERTANIAN TAHUN 2004-2006

VIVIT WARDAH RUFAIDAH

Tugas Akhir

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada

Departemen Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu pengetahuan berkembang dalam sebuah proses yang berlangsung secara bertahap dan berubah secara perlahan-lahan. Secara konsisten dan sistematis, ilmu disusun di atas dasar yang telah ada sebelumnya dan membentuk suatu kerangka keilmuan yang bersifat kumulatif. Ilmu baru bergantung dan berkembang berdasarkan ilmu yang telah ada. Ilmu baru berasimilasi dengan ilmu yang lebih dulu ada melalui proses difusi dan pembelajaran di antara para peneliti (Surtikanti, 2004).

Peneliti sebagai komunitas pencipta dan pengguna pengetahuan ilmiah mempunyai peran penting dalam penciptaan ilmu melalui penelitian atau kajian ilmiah, dituntut memiliki pengetahuan dan alat serta fasilitas lainnya yang memadai agar dapat mencapai hasil-hasil yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dalam kajian ilmiah, peneliti adakalanya mengalami hambatan dan kendala dan tidak mampu ditangani sendiri olehnya. Kondisi ini bisa terjadi karena rumit dan kompleksnya permasalahan yang diteliti atau karena kekurangan yang dimiliki oleh peneliti sendiri. Sulistyo-Basuki (1994) menyatakan bahwa semua peneliti secara umum merupakan anggota masyarakat dunia, mereka bekerja sama menjelajahi dan memahami misteri alam serta memberikan basis teori yang kemudian menjadi tumpuan pijakan bagi pengembangan ilmu pengetahuan. Oleh sebab itu muncullah istilah kolaborasi atau kerjasama yang berkembang sebagai salah satu solusi terhadap kenyataan tersebut.

Kolaborasi dalam sebuah penelitian muncul dalam berbagai tingkatan; pada individu, kelompok, bagian, lembaga, sektor, dan negara. Beberapa kolaborasi bersifat formal dan lebih banyak di antaranya bersifat informal. Kolaborasi kemudian sering dinyatakan dengan gagasan untuk menghilangkan batas penghalang antar disiplin, batas penghalang antara berbagai lembaga seperti antar universitas, antara universitas dengan industri, badan usaha komersial, pemerintah dan layanan umum.

(9)

Kolaborasi dianggap sebagai ujung tombak dunia ilmu pengetahuan sehingga mendapat perhatian besar dari komunitas ilmuwan dan institusi kebijakan ilmu pengetahuan (Nangpaul dalam Surtikanti, 2004). Dalam sebuah penelitian observasi, ditemukan adanya bukti meningkatnya makalah ilmiah dengan kepengarangan ganda dan dianggap merupakan bukti meningkatnya kolaborasi di antara kelompok peneliti (Katz & Martin, 1997).

Dorongan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan juga menjadi dasar bagi para peneliti di bidang pertanian dengan melakukan kegiatan penelitian, pengkajian, percobaan dan penemuan baru secara individual maupun berkelompok dan bekerjasama.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang Pertanian) merupakan unit kerja setingkat Eselon I di Departemen Pertanian yang mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengembangan di bidang pertanian dan merupakan institusi penelitian terbesar di Indonesia. Sejak dibentuk pada tahun 1974, Badan Litbang Pertanian mengalami beberapa kali perubahan dan penyempurnaan. Sampai periode tahun 2008 Badan Litbang Pertanian memiliki 2036 peneliti yang tersebar di 4 Puslitbang, 2 Pusat, 7 Balai Besar, 15 Balai Penelitian, 1 Balai Pengkajian Aplikasi Teknologi Pertanian, 31 Balai Pengkajian, dan 3 Loka Penelitian.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, Badan Litbang Pertanian melaksanakan penelitian terapan untuk menghasilkan inovasi teknologi dan kelembagaan dalam rangka mendukung pembangunan pertanian. Sejalan dengan permasalahan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pertanian, Badan Litbang Pertanian merumuskan lima program utama dalam Renstra Badan Litbang Pertanian 2005-2009, yaitu: (1) Program penelitian dan pengembangan sumberdaya pertanian, (2) Program penelitian dan pengembangan komoditas, (3) Program penelitian dan pengembangan sosial ekonomi dan nilai tambah pertanian, (4) Program pengkajian dan percepatan diseminasi inovasi pertanian, dan (5) Program pengembangan kelembagaan dan komunikasi hasil litbang (Badan Litbang Pertanian, 2008).

. Dalam melaksanakan program utama tersebut Badan Litbang Pertanian menerapkan manajemen penelitian di mana usulan penelitian yang akan

(10)

dilaksanakan dihimpun dalam Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP). Proses penelitian seperti tercantum dalam RPTP meliputi: (1) Perumusan masalah, (2) Tujuan dan luaran, (3) Macam penelitian, (4) Metode penelitian, (5) Rencana pelaksanaan penelitian dan, (6) Pengorganisasian (sumberdaya manusia dan dana/anggaran). RPTP setiap tahunnya dihimpun ke dalam suatu Pangkalan data CARIS (Current Agricultural Research Information System), sedangkan hasil penelitian dihimpun dalam Pangkalan data AGRIS (The International Information System for Agricultural Sciences and Technology).

CARIS dan AGRIS merupakan jaringan kerjasama informasi yang memberikan informasi tentang kegiatan penelitian yang sedang dilaksanakan (on going research) dan hasil penelitian yang telah dilaksanakan oleh peneliti atau ilmuwan atau lembaga ilmiah dari negara yang berpartisipasi dalam jaringan informasi CARIS dan AGRIS atas prakarsa Food and Agriculture Organization (FAO). CARIS dan AGRIS dibentuk pada tahun 1975 untuk mengidentifikasi dan menyediakan fasilitas pertukaran informasi tentang proyek/kegiatan penelitian pertanian terbaru yang sedang dilaksanakan dan hasil-hasil penelitian yang telah dilaksankan di negara berkembang. Hingga tahun 2008 tercatat masing-masing ada 132 dan 240 pusat nasional yang berpartisipasi dalam jaringan informasi CARIS dan AGRIS.

Melalui CARIS, setiap informasi kegiatan penelitian pertanian yang sedang dilaksanakan di negara peserta dapat diakses dan diharapkan bahwa perancangan penelitian yang lebih baru akan mempertimbangkan penelitian yang telah lampau dan yang sedang dilaksanakan di mana pun, agar duplikasi penelitian dapat dihindari. Di sisi lain, melalui AGRIS diharapkan semua informasi hasil-hasil penelitian pertanian dapat diakses dan dapat menjadi media pertukaran informasi bagi negara peserta.

Kegiatan CARIS dan AGRIS di Indonesia mulai aktif sesudah tahun 1981. Pusat Nasional CARIS di Indonesia ada di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA). Sampai saat ini PUSTAKA baru melaksanakan pengolahan informasi penelitian yang sedang dilaksanakan di lingkup Badan Litbang Pertanian, karena adanya keterbatasan dana dan waktu dan

(11)

secara berkala PUSTAKA mengirimkan informasi yang telah diolah ke Pusat CARIS di kota Roma.

Salah satu bentuk evaluasi yang dapat dilakukan untuk melihat sampai sejauh mana kegiatan penelitian di Badan Litbang Pertanian telah menstimulasi kerjasama antar peneliti dari berbagai disiplin limu adalah dengan melakukan penelitian dan pengkajian terhadap kegiatan kolaborasi yang telah terjadi dan pengaruh kolaborasi antar disiplin terhadap produktivitas publikasi peneliti. Dengan melakukan evaluasi maka akan diperoleh gambaran mengenai karakteristik, kolaborasi antar disiplin dalam kegiatan penelitian intersidiplin yang dilakukan para peneliti pertanian.

Oleh sebab itu, perlu diteliti seberapa jauh kolaborasi di antara peneliti bidang pertanian melalui komunikasi formal pada proposal penelitian dalam pangkalan data CARIS, dan produktivitas publikasi Badan Litbang Pertanian melalui AGRIS) dan publikasi lainnya. Melalui penelitian ini akan dikaji sejauh mana tingkat kolaborasi interdisipliner peneliti pertanian pada penelitian pertanian tahun 2004-2006 dan hubungan antara kolaborasi interdisipliner dengan produktivitas publikasi yang diterbitkan.

1.2. Tujuan Penelitian

Dari latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Menentukan tingkat kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian yang terjadi pada kegiatan penelitian pertanian Badan Litbang Pertanian melalui pangkalan data CARIS tahun 2004-2006.

(2) Memvisualisasikan pola kolaborasi peneliti bidang pertanian menggunakan graf molekuler berdasarkan indeks interdisipliner

(3) Menentukan pengaruh kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian terhadap produktivitas publikasi hasil pertanian melalui AGRIS dan publikasi lainnya.

(12)

1.3. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

(1) Memberikan gambaran sejauh mana tingkat dan pola kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian berdasarkan disiplin keahlian peneliti kepada Badan Litbang Pertanian

(2) Memberikan gambaran bagi Badan Litbang Pertanian Depertemen Pertanian sejauh mana peneliti-peneliti pertanian berperan dalam perkembangan ilmu pengetahuan pertanian melalui berbagai publikasi dan media, dan sejauh mana pencapaian penelitian yang dilaksanakan mempengaruhi produktivitas peneliti pertanian dan kegiatan penelitian menstimulasi kerjasama antara peneliti dari berbagai disiplin ilmu.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dan kajian kolaborasi peneliti bidang pertanian Badan Litbang Pertanian pada tahun 2004–2006 dibatasi pada pangkalan data CARIS tahun 2004-2006. Data untuk penelitian produktivitas publikasi yang diperlukan diambil dari pangkalan data AGRIS pada tahun 2005-2008 dan untuk melengkapi data tersebut dihimpun melalui kuesioner yang disebar kepada para peneliti.

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan diuraikan tinjauan pustaka yang digunakan untuk mendukung penelitian yang dilakukan. Pembahasan dibagi atas empat bagian yang terdiri dari kolaborasi penelitian, penelitian interdisipliner, dan metode pengukuran tingkat kolaborasi interdisiplin.

2.1. Kolaborasi

Kajian kolaborasi digunakan untuk mengetahui produktivitas dan jumlah penulis serta menghitung tingkat kolaborasi ditinjau dari organisasi asal dan kedudukan penulis. Pendekatan lain yang digunakan dalam kajian kolaborasi ialah dengan membandingkan tingkat kolaborasi antarlembaga dan antar disiplin ilmu dalam suatu negara serta untuk melihat kondisi yang melatarbelakangi penulis dalam melakukan kolaborasi (Surtikanti, 2004).

Kolaborasi merupakan terjemahan dari kata collaboration yang artinya kerjasama. Istilah kolaborasi mempunyai pengertian mencakup semua kegiatan yang ingin dicapai dan mempunyai tujuan serta manfaat sama. Kerjasama terjadi apabila lebih dari satu orang atau lembaga bekerjasama dalam suatu kegiatan penelitian dengan memberikan sumbangan dalam bentuk ilmu pengetahuan dan tindakan yang sifatnya intelektual maupun material. Konsep kolaborasi tumbuh dari anggapan bahwa adakalanya sebuah karya tidak dapat dikerjakan seorang diri sehingga dibutuhkan bantuan penulis atau peneliti lainnya. Kajian kolaborasi banyak ditujukan pada konsep ko-penulis daripada konsep sub-penulis, karena untuk konsep sub-penulis parameternya lebih jelas, batasannya lebih nampak dan lebih mudah diukur. Dalam konsep ko-penulis, kegiatan dikerjakan secara bersama-sama dan nama semua penulis atau peneliti dicantumkan dalam karyanya.

Sistem kolaborasi digambarkan oleh Egghe (1991) melalui sebuah pasangan himpunan makalah yang ditulis secara bersama atau sekelompok penulis. Menurut Subramanyam (1983) tingkat kolaborasi peneliti berbeda-beda pada masing-masing disiplin ilmu. Frekuensi peneliti dalam melakukan kolaborasi dengan

(14)

peneliti lain menentukan tingkat kolaborasi peneliti. Pernyataan itu diperkuat oleh Sulistyo-Basuki (1994) yang menyebutkan tingkat kolaborasi bervariasi antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lingkungan riset, faktor demografis, dan jenis disiplin ilmu. Tingkat kolaborasi untuk bidang teknologi umumnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan tingkat kolaborasi bidang humaniora. Kajian Lindsey dan Brown yang disitir oleh Garfield (1979) menyebutkan bahwa kolaborasi dari seluruh karya untuk bidang ekonomi, sosial dan sosiologi berkisar antara 17-25 %, sedangkan bidang gerontologi, psikiatri, psikologi dan biokimia kolaborasi mencapai 48-81 %.

Dalam tulisannya mengenai kolaborasi penelitian, Katz dan Martin (1997) menyatakan bahwa ada asumsi yang secara luas diterima bahwa kolaborasi dalam penelitian merupakan satu hal yang baik untuk dilakukan dan karenanya harus didukung dan dikembangkan. Asumsi ini juga mempengaruhi lingkungan pembuat kebijakan ilmu pengetahuan di berbagai negara. Banyak upaya telah dilakukan dengan cita-cita dan tujuan untuk mengembangkan kolaborasi di antara para peneliti menyatukan dan mempertemukan mereka dalam sebuah lembaga penelitian atau dalam kelompok-kelompok penelitian. Juga ada kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan hubungan antara ilmu dan teknologi yang dapat dicapai dengan mengembangkan kolaborasi penelitian lintas sektor khususnya antara industri dan universitas. Lebih jauh lagi banyak pemerintahan yang telah berusaha keras untuk meningkatkan keikutsertaan peneliti mereka dalam kegiatan kolaborasi internasional, yang diyakini dapat memberikan banyak keuntungan dan penghematan biaya.

2.1.1. Faktor yang Mempengaruhi Kolaborasi

Faktor yang mempengaruhi kolaborasi menurut Katz dan Martin (1997) adalah: (1) Adanya perubahan pola pendanaan, (2) Keinginan peneliti untuk meningkatkan popularitas dan kesadaran publik akan keberadaan dirinya, serta perolehan gelar dan kesarjanaan, (3) Meningkatnya tuntutan rasionalisasi tenaga kerja ilmuwan, (4) Kebutuhan instrumen penelitian yang lebih kompleks dan lebih besar skalanya, (5) Meningkatnya spesialisasi bidang ilmu, (6) Kemajuan disiplin

(15)

ilmiah yang menyebabkan munculnya kebutuhan akan banyak keahlian dalam melakukan sebuah penelitian yang bernilai tinggi, sebuah kondisi yang seringkali hanya dapat dipenuhi dengan bekerjasama dengan orang lain, (7) Tumbuhnya profesionalisme dalam ilmu, (8) Kebutuhan untuk mendapatkan pengalaman atau untuk melatih peneliti yang sedang belajar dengan cara yang paling efektif dan memungkinkan, (9) Meningkatnya keinginan untuk memperoleh perkawinan silang lintas disiplin, (10) Kebutuhan untuk bekerja berdekatan dengan peneliti lain agar dapat memperoleh keuntungan dari keahlian dan pengetahuan tacit yang tersembunyi, (11) Jenis dan karakteristik penelitian. Penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa penelitian eksperimental lebih sering dilakukan dengan cara berkolaborasi dibandingkan dengan yang sifatnya teoritis, sedangkan penelitian lain memberikan bukti bahwa penelitian terapan cenderung lebih sering berkolaborasi dibandingkan penelitian murni.

2.1.2. Motivasi Kolaborasi

Beberapa hal yang memotivasi peneliti untuk berkolaborasi menurut Smith dan Katz (2000) meliputi: (1) Peningkatan biaya pelaksanaan penelitian, (2) Biaya transportasi dan komunikasi yang semakin murah, (3) Ilmu adalah institusi sosial dimana kemajuannya sangat bergantung pada interaksi dengan ilmuwan lainnya, baik formal maupun informal melalui ’invisible college’, (4) Meningkatnya kebutuhan untuk spesialisasi pada bidang-bidang tertentu, terutama pada instrumen khusus yang sangat kompleks, (5) Meningkatnya siginifikansi dari bidang-bidang pengetahuan interdisipliner, (6) Adanya berbagai faktor politik dan kebijakan publik yang mendorong peningkatan tingkat kolaborasi antar peneliti.

2.1.3. Keuntungan dan Kerugian Berkolaborasi

Penelitian saat ini telah menjadi sangat kompleks dan menuntut keahlian yang lebih luas. Tidak seorang pun memiliki semua pengetahuan dan keahlian serta aspek-aspek teknis yang dibutuhkan dalam sebuah penelitian. Meskipun banyak keahlian yang mungkin bisa dipelajari oleh seorang peneliti tapi akan sangat memakan waktu dan biaya. Jika dua atau lebih peneliti berkolaborasi akan

(16)

ada kemungkinan di antara mereka yang memiliki keahlian yang dibutuhkan dalam penelitian yang akan dilakukan.

Keuntungan yang diperoleh dengan berkolaborasi menurut Katz dan Martin (1997) di antaranya:

(1) Kesempatan untuk berbagi pengetahuan, keahlian dan teknik tertentu dalam sebuah ilmu. Dengan kolaborasi akan terjadi pembagian kerja, dan kepastian penggunaan yang efektif setiap kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing peneliti

(2) Adanya transfer pengetahuan dan keahlian. Upaya untuk memperbaharui pengetahuan yang dimiliki seseorang sangat memakan waktu dan ada beberapa masalah dalam melakukan hal tersebut, di antaranya adalah kenyataan bahwa tidak seluruh ilmu dan perkembangan terbarunya didokumentasikan, ada banyak pengetahuan yang sifatnya tacit dan tetap dalam kondisi seperti itu sampai ilmuwan yang menguasainya mempunyai waktu untuk menuliskannya dan kemudian memublikasikannya.

(3) Kolaborasi mendorong perkawinan silang ide dari berbagai bidang ilmu yang akan menambah wawasan dan perspektif baru. Kolaborasi bisa menjadi pendorong tumbuhnya kreativitas dan peluang ini akan lebih tinggi jika berkolaborasi dengan orang-orang yang berasal dari berbagai bidang ilmu yang berbeda.

(4) Kolaborasi membuka kesempatan persahabatan intelektual. Penelitian bisa menjadi sebuah pekerjaan yang membatasi interaksi antar individu. Seorang peneliti dapat secara terbatas mengatasi isolasi intelektual tersebut melalui kerjasama dengan orang lain, melakukan pekerjaan dan mungkin juga membina hubungan pribadi dengan mereka. Dengan berkolaborasi, peneliti tidak saja akan membangun hubungan dengan para peneliti yang terlibat dalam penelitian yang sedang dilakukannya, tetapi juga akan membuka peluang bagi peneliti tersebut untuk masuk dalam jaringn yang lebih luas dalam komunitas ilmiah.

(17)

Menurut Katz dan Martin (1997), di samping keuntungan yang banyak diperoleh melalui kolaborasi penelitian, ada juga kerugiannya, di antaranya adalah: (1) meningkatnya biaya tambahan untuk keperluan transportasi baik yang digunakan untuk peneliti maupun peralatan penelitian yang perlu untuk dipindahkan, (2) bertambahnya waktu yang dibutuhkan untuk membuat proposal bersama, beberapa perjanjian kerja dan kemungkinan penelitian harus dilakukan di beberapa tempat yang berbeda. Juga harus disediakan waktu khusus untuk saling berbagi informasi, diskusi-diskusi untuk menyamakan pendapat dalam menyusun hasil akhir penelitian. Peneliti juga membutuhkan waktu tambahan untuk beradaptasi dengan lingkungan baru yang belum dikenalnya dan membangun kerjasama antar personal dengan peneliti lainnya, dan (3) bertambahnya kegiatan administratif yang dibutuhkan akibat banyaknya keterlibatan berbagai pihak. Diperlukan manajemen yang lebih baik dan rapi untuk mengatasi masalah-masalah birokrasi yang muncul. Jika dua lembaga atau lebih berkolaborasi maka seringkali akan muncul masalah menyatukan budaya manajemen yang berbeda, sistem keuangan, aturan hak cipta dan sebagainya. Juga akan ada sistem penghargaan yang berbeda kriteria promosi dan implikasi etik dan komersial yang berbeda.

2.1.4. Jenis Kolaborasi

Sulistyo-Basuki (1994) dan Subramanyam (1983) menyatakan bahwa jenis kolaborasi peneliti terbagi atas kolaborasi dosen-mahasiswa, kolaborasi di antara rekan sejawat, kolaborasi pengawas-asisten, kolaborasi peneliti-konsultan, kolaborasi di antara berbagai organisasi penelitian serta kolaborasi internasional. Jumlah anggota kolaborasi bervariasi, mulai dari dua sampai dengan sepuluh orang, walaupun ada juga yang melibatkan sampai 30 orang.

Di sisi lain, Smith dan Katz (2001) membagi kolaborasi atas tiga jenis yaitu kolaborasi antar lembaga, kolaborasi antar tim, dan kolaborasi antar individu. Alasan utama yang melatarbelakangi kerjasama antar lembaga umumnya untuk membuat akses pada sumberdaya eksternal, sedangkan pada tim dan individu terutama pada penyelesaian masalah penelitian dan kebutuhan pada keahlian yang dimiliki perseorangan.

(18)

2.1.5. Metode Perhitungan Tingkat Kolaborasi

Bibliometrika adalah bagian dari informatika yang merupakan kajian kuantitatif terhadap informasi terekam. Kajian bibliometrika mengaplikasikan metode matematika dan statistika untuk mengukur suatu perubahan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif pada sekumpulan dokumen atau media lainnya (Busha dan Harter, 1980). Metode ini memanfaatkan data bibliografis dari dokumen penelitian yang berfungsi sebagai indikator kolaborasi sebagai masukan. Dokumen hasil penelitian saat ini secara luas diterima sebagai salah satu indikator sifat, arah, jumlah dan karakteristik sebuah kajian atau disiplin ilmu (Surtikanti, 2004).

Secara kolektif dokumen-dokumen tersebut dapat mewakili data yang berhubungan dengan upaya atau usaha penelitian dan kemajuan ilmiah dalam sebuah bidang ilmu serta interaksi peneliti dalam sebuah komunitas ilmiah. Bahkan dalam periode tertentu data tersebut dapat memberikan gambaran dan pemahaman tentang perubahan komposisi dan pergerakan sebuah disiplin atau ilmu pengetahuan secara umum.

2.2. Penelitian Interdisipliner

Penelitian interdisipliner pertama kali diteliti pada bidang ilmu sosiologi, psikologi dan sejarah pada era tahun 50-an. Pada waktu itu ilmuwan melakukan investigasi bagaimana penelitian interdisipliner dikelola dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu, dan bagaimana ilmuwan berperilaku dalam kolaborasi interdisipliner (Qin, Lancaster dan Allen, 1997).

Dalam bidang informasi, ilmuwan mulai mengkaji bidang ini sekitar dua dekade. Beberapa jenis penelitian yang telah dilakukan ilmuwan adalah menggunakan informasi dalam bentuk menyitir dan publikasi dari sebuah penelitian interdisipliner dibandingkan dengan penelitian yang mono disiplin (Romero, 1997).

Penelitian interdispliner merupakan sebuah konsep yang belum memiliki batasan yang jelas dan sulit untuk didefinisikan. Qin, Lancaster dan Allen (1997)

(19)

merangkum beberapa karakteristik penelitian interdisipliner dari beberapa penelitian yaitu:

1. Berbagai bidang ilmu tercakup atau berada dalam sebuah penelitian.

2. Anggota kelompok penelitian menggunakan berbagai pendekatan yang berbeda untuk menyelesaikan sebuah masalah penelitian.

3. Anggota kelompok penelitian melakukan peran yang berbeda dalam menyelesaikan masalah penelitian.

4. Anggota kelompok penelitian bekerja untuk menyelesaikan masalah penelitian yang berbeda.

5. Ada sekelompok peneliti yang bertanggungjawab untuk menyelesaikan produk akhir penelitian.

6. Kelompok peneliti yang saling berbagi fasilitas yang sama.

7. Sifat atau karakter masalah penelitian menentukan pemilihan anggota kelompok penelitian.

8. Anggota kelompok dipengaruhi oleh bagaimana anggota lainnya bekerja.

2.2.1. Metode Interdisiplin

Disiplin berasal dari istilah bahasa Latin ’disciplina’, atau dalam bahasa Inggris ’discipline’ secara khusus mengacu pada konteks pendidikan dan kegiatan pengajaran wujud pengetahuan tertentu sebagaimana tergambar dalam kurikulum dan buku teks (McIrerney, 1997). Disiplin merupakan kombinasi dari kategori kognitif dan sosial.

Menurut McIrerney (1997), sistem kategori disiplin merupakan bagian dari bagaimana ilmu pengetahuan dikelola dalam sebuh sistematika tertentu. Sebuah sistem yang digunakan untuk mengorganisasikan pengetahuan dikenal sebagai skema klasifikasi. Klasifikasi yang ideal untuk keseluruhan pengetahuan yang ada harus dapat membedakan antara bidang pengetahuan atau disiplin dalam tiap bagian pengetahuan yang berbeda dan sama dalam sistematika pembagiannya. Skema ini juga harus memiliki pola kategori yang dapat disesuaikan bagi tiap perkembangan ilmu pengetahuan baru.

Klasifikasi yang ada saat ini sangat terbatas dalam hal kemampuan menempatkan bidang penelitian baru yang bersifat interdisiplin atau subdisiplin

(20)

baru yang spesifik. Sebagai contoh untuk alasan praktis tetap mempertahankan kategori yang tidak sesuai lagi dengan perkembangan ilmu yang ada pada saat sistem klasifikasi tersebut dibuat. Misalkan pada pembagian bidang sains, berdasarkan sistem klasifikasi yang ada saat ini umumnya sangat kurang dalam membedakan disiplin teknik yang akan menyebabkan kesalahan pemahaman lintas disiplin dalam bidang ini.

Mengingat peran penelitian dalam pengembangan ilmu dan disiplin baru maka dikenal beberapa metode penelitian bibliometrik dalam melihat bagaimana tingkat lintas disiplin dalam penelitian. Metode yang umum digunakan untuk mengukur penelitian interdisipliner adalah dengan menghitung kemunculan bersama elemen tertentu yang dapat dianggap sebagai penanda sebuah disiplin tertentu (Surtikanti, 2004). Di antara metode penghitungan adalah seperti kata kunci, tajuk klasifikasi, afiliasi pengarang, atau sitasi.

Beberapa jenis metode penghitungan lintas disiplin berdasarkan pendekatan kemunculan bersama elemen yang mewakili konsep disiplin adalah analisis co-word dan ko-klasifikasi, analisis sitiran dan analisis ko-pengarang. Keempat pendekatan tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan, dan mempunyai kesesuaian dengan tujuan-tujuan penelitian tertentu.

Analisis co-word dan ko-klasifikasi berfokus pada informasi yang ada pada makalah yang diteliti. Sebuah makalah akan dimasukkan pada kelompok interdisipliner apabila informasi yang ada pada makalah tersebut bukan dari klasifikasi monodisipliner karena relevansi atau karena subjek makalah tersebut berada di antara dua atau lebih disiplin. Analisis sitasi mengukur aliran informasi antar disiplin dari sumber bacaan antar disiplin pengarangnya. Konsep disiplin dari ketiga metode di atas hanya melakukan analisis pada aspek kognitif lintas disiplin yang berhubungan dengan informasi.

Ko-pengarang merupakan metode yang tepat untuk memahami sifat interdisipliner disiplin sebagai sebuah kombinasi fenomena kognitif dan sosial, khususnya untuk bidang yang secara sistematik ambigu. Dengan mengacu pada afiliasi pengarang dapat menghindari adanya distorsi dan hal-hal lain yang disebabkan klasifikasi pengetahuan yang tidak sempurna (Surtikanti, 2004).

(21)

2.2.2. Indeks Pengukuran Interdisiplinaritas dan Multidisiplinaritas

Dalam kajian ini akan digunakan dua macam pengukuran untuk menggambarkan tingkat dan pola kolaborasi interdisiplin dan multidisiplin, yaitu Indeks Interdisiplinaritas dan Indeks Multidisiplinaritas. Kedua pengukuran ini dipakai oleh Schummer (2003) dalam penelitiannya mengenai tingkat kolaborasi interdisiplin pada bidang nanosains dan nanoteknolgi, berdasarkan metode penghitungan yang dikembangkannya.

Metode ini memungkinkan pengukuran kedua indeks di atas pada keseluruhan populasi maupun pada bagiannya. Cara pengolahan data dapat diterapkan baik pada keseluruhan populasi maupun per bidang penelitian. Penggunaan distribusi fungsi disiplin pada metode ini merupakan pilihan ukuran yang relatif tepat, meskipun kurang ilustratif, untuk mengukur multidisipliner.

Secara umum disiplin dapat dihitung berdasarkan dua basis penghitungan yaitu basis pengarang dan basis makalah. Basis pengarang menghitung jumlah pengarang dari disiplin tersebut sedangkan basis majalah menghitung jumlah makalah yang di dalamnya terdapat sedikitnya satu pengarang dari disiplin yang terlibat. Metode yang dikembangkan oleh Schummer menggunakan basis makalah dalam penghitungannya.

Shummer juga menjelaskan bagaimana menerapkan metode ini dalam berbagai kategori kelas selain kategori disiplin. Untuk melakukan pengukuran yang berbeda, seperti pengukuran tingkat dan pola kolaborasi pada berbagai lembaga atau berbagai wilayah, maka dapat dilakukan hanya dengan mengubah kelas kategori sesuai dengan tujuan pengukurannya. Berikut akan dijelaskan bagaimana metode penghitungan kedua ukuran indeks di atas.

Indeks Multidisiplinaritas

Dalam melakukan pengukuran Indeks multidisiplinaritas dalam penelitian ini akan digunakan batasan disiplin yang akan masuk dalam penghitungan. Ukuran umum multidisipliner dari sebuah bidang adalah jumlah disiplin yang terlibat penelitian. Disiplin yang diukur adalah disiplin yang terlibat dalam kepengarangan dengan jumlah sekurangnya 5% dari keseluruhan karya yang ada. Penentuan nilai 5% merupakan pilihan untuk menyederhanakan pola interaksi

(22)

disiplin yang akan digambarkan dan dianggap cukup mewakili kondisi data yang diolah. Nilai ini dilambangkan dengan M05, dengan

M05 : Indeks multidisiplinaritas

: jumlah disiplin yang terlibat dalam kepengarangan dengan jumlah sekurangnya 5% dari keseluruhan karya yang ada.

Dengan demikian cara menghitungnya adalah M05 = hitung [ci] jika ci > 0,05,

dengan

ci : ukuran relatif disiplin i.

Dengan cara menghitungnya adalah

ci = ni/N ,

dengan

ni : jumlah makalah dengan sekurangnya 1 pengarang dari disiplin I

terlibat

N : jumlah total makalah.

Selain itu untuk memberikan gambaran tentang distribusi, juga digunakan ukuran relatif dari disiplin ilmu terbesar, c Max sebagai indikator lain yang sifatnya sederhana.

Cara pengukuran ukuran relatif disiplin terbesar adalah: c Max = Max [ci].

Indeks Interdisiplinaritas

Pengukuran umum penelitian Interdisiplinaritas adalah jumlah karya yang diko-pengarangkan oleh pengarang yang berasal lebih dari 1 disiplin. Dalam kajian ini dibatasi pada interaksi dari dua disiplin atau lebih. Ukuran indeks untuk karya yang diko-pengarangkan oleh pengarang dari 2 atau lebih disiplin adalah I2 atau indeks interdisiplin dari dua disiplin atau lebih.

Dengan cara penghitungannya adalah:

I2 = jumlah makalah yang diko-pengarangkan oleh pengarang dari 2 atau lebih disiplin/N.

Juga akan dilakukan pengukuran untuk menghitung koefisien bi-disipliner khusus untuk tiap pasangan disiplin I dan k, atau cik.

(23)

Cara menghitung koefisien ini adalah: cik = nik / N,

dengan

cik : ukuran relatif I dan k

nik : jumlah makalah dengan ko-pengarang sekurangnya 1 pengarang dari

tiap disiplin I dan k N : jumlah total makalah.

Untuk memperoleh semua informasi penting mengenai disiplin mana berkolaborasi dengan disiplin lain dan sampai sejauh mana tingkat kolaborasinya, maka koefisien cik yang diperoleh akan disusun menjadi kombinasi binari disiplin

dalam matriks interdisiplin simetrik. Matriks ini juga akan memberikan informasi mengenai tingkat kolaborasi antar pengarang yang berasal dari satu disiplin. Elemen diagonal matriks dengan k = I, ci.i, akan mengindikasikan jumlah relatif

karya yang dikarang oleh pengarang monodisipliner dari tiap disiplin i.

2.3. Teori Graf

Leigthon dan Rubinfeld (2006) menyatakan bahwa dalam matematika dan ilmu komputer, teori graf adalah ilmu mengenai graf struktur matematika. Suatu graf G dapat dinyatakan sebagai G = <V, E>. Graf G terdiri atas himpunan V yang berisikan puncak (node) pada graf tersebut dan himpunan dari E yang berisi rusuk pada graf tersebut. Himpunan E dinyatakan sebagai pasangan dari puncak yang ada dalam V. Sebagai contoh definisi dari graf pada Gambar 1. yaitu: V = {1,2,3,4,5,6} dan E = {(1,2),(1,5),(2,3),(3,4),(4,5),(5,2),(4,6)}.

V = {1,2,3,4,5,6}

E = {{1,2},{1,5},{2,3},{2,5},{3,4},{4,5},{4,6}}

Gambar 1. Ilustrasi himpunan E dan V

Banyak struktur yang bisa direpresentasikan dengan graf. Ekstensi lain pada graf adalah dengan membuat rusuknya berarah, yang secara teknis disebut graf berarah atau digraf (directed graph). Arah dengan rusuk berbobot disebut jaringan.

(24)

Jaringan banyak digunakan pada cabang praktis teori graf yaitu analisis jaringan. Perlu dicatat bahwa pada analisis jaringan, definisi kata “jaringan” bisa berbeda, dan sering berarti graf sederhana (tanpa bobot dan arah) (Harary, 1969).

Struktur graf dapat mereprentasikan berbagai masalah secara menarik. Sebagai contoh, graf dapat halaman yang tersedia pada website dan sebuah rusuk dari halaman A ke halaman B jika dan hanya jika A terdiri atas sebuah link ke B. A dengan pendekatan yang sama bisa digunakan dalam travel, biologi, desain chip komputer dan bidang yang lainnya. Dalam ilmu komputer yang menjadi perhatian utama dalam teori graf adalah pengembangan algoritme.

Suatu struktur graf dapat diperluas dengan menetapkan sebuah bobot atau ukuran untuk setiap rusuk. Graf dengan bobot digunakan untuk merepresentasikan struktur dalam hubungan pasangan yang memiliki nilai numerik. Sebagai contoh, jika sebuah graf digambarkan sebagai jalan raya, bobot atau ukuran digambarkan sebagai panjang setiap jalan. Suatu ukuran atau bobot rusuk dalam konteks teori graf disebut juga dengan jaringan.

Jaringan memiliki banyak kegunaan dari sisi teori graf. Dalam analisis jaringan istilah “jaringan” sangat beragam dan seringnya merujuk pada graf sederhana. Aplikasi teori graf sudah banyak, tetapi umumnya dibagi ke dalam dua kategori: pertama analisis untuk menentukan sifat dari suatu jaringan seperti distribusi derajat puncak dan diameter graf, kedua, analisis untuk mengukur kuantitas dalam jaringan, sebagai contoh untuk sebuah jaringan transportasi, berapa banyak kendaraan yang melewati suatu jalan tertentu.

Teori graf juga digunakan dalam studi molekuler pada ilmu kimia dan fisika, misalnya dalam struktur atom tiga dimensi. Teori graf juga secara luas digunakan dalam sosiologi dan komunikasi. Dalam sosiologi sudah terdapat software analisis jaringan sosial yang menggunakan teori graf. Dalam komunikasi teori graf dikenal dengan graf komunikasi.

2.3.1. Graf Komunikasi

Komunikasi ilmiah adalah penyampaian informasi ilmiah dari satu orang ke orang lain melalui berbagai media. Tujuan komunikasi adalah untuk penyebaran dan pertukaran informasi, penyusunan fakta menjadi bentuk informasi yang

(25)

memenuhi kebutuhan peneliti/ilmuan, dan pemberitahuan kepada sesama ilmuan yang mempunyai disiplin ilmu sama atau saling berkaitan (Schweppe dalam Sumaryanto, 1987).

Sulistyo-Basuki (1983) menggambarkan sistem komunikasi ilmiah sebagai penyampaian informasi secara langsung ataupun tidak langsung kepada pengguna atau pemakai informasi. Penyampaian secara langsung disebut komunikasi informal misalnya melalui lisan, telepon dan lain-lain, sedangkan penyampaian secara tidak langsung disebut komunikasi formal, yaitu melalui media formal (literatur primer, sekunder dan tersier).

Graf komunikasi dapat menggambarkan suatu komunikasi formal. Menurut Suryadi (1994), suatu graf G (V, E) terdiri atas 2 himpunan: (1) Himpunan V, yang elemennya disebut vertek, (2) Himpunan E yang merupakan himpunan pasangan tidak terutur dari puncak elemen, disebut himpunan Rusuk. Jadi suatu graf merupakan suatu himpunan yang terdiri atas himpunan titik (puncak) dan garis (rusuk) yang menghubungkan kedua titik tersebut. Setiap garis pada suatu graf terletak antara dua titik dan setiap titik disajikan secara eksplisit. Dalam hal ini konfigurasi geometris pada suatu graf adalah dihubungkan atau tidaknya dua titik pada graf tersebut. Banyaknya garis yang bertemu pada suatu titik disebut valensi (degree), dan untuk titik yang valensinya nol disebut dengan titik terasing (isolated point).

2.3.2. Graf Molekuler

Salah satu struktur graf yang bisa digunakan untuk memvisualisasikan hubungan kuantitatif dengan sederhana adalah dengan graf molekuler (Schummer, 2003). Dalam kajian ini graf molekuler digambarkan sebagai salah satu representasi topologis dengan disiplin sebagai simpul dalam bentuk bulatan dan tiap simpul disiplin dihubungkan satu sama lain dengan hubungan interdisipliner berupa batang. Kesederhanaan graf molekuler memungkinkan visualisasi struktur interdisipliner hanya pada beberapa disiplin dan beberapa hubungan interdisipliner yang terlibat. Keuntungan dan kesederhaaan graf ini benar-benar memungkinkan untuk memahami karakteristik struktur lintas disiplin langsung

(26)

A B C

untuk setiap kelompok kategori disiplin yang berbeda sesuai dengan tujuan analisis data.

Untuk meningkatkan kemudahan memahami graf molekuler dan memfokuskan diri pada informasi yang penting ada gunanya mengurangi kompleksibilitas dengan mengeluarkan informasi-informasi yang kurang penting. Sebagai contoh dengan menggunakan limit 5% untuk tiap disiplin, maka hubungan yang lebih kecil misalnya 2% atau 1% dapat dihilangkan.

Dengan melakukan pembatasan, graf molekuler dapat diatur agar hanya memasukkan disiplin-disiplin yang nilainya lebih besar atau sama dengan 5%, dengan jumlah lingkaran sesuai dengan indeks M05, lebar kombinasi dari semua hubungan binari sebanding dengan binari lintas disiplin I2, dan seterusnya. Jika digunakan skala yang sama untuk mewakili ukuran relatif dari tiap disiplin ci sebagai diameter lingkaran dan untuk mewakili koefisien bi-disiplin cik, dengan lebar batang penghubungnya, graf yang dihasilkan juga memvisualisasikan semua indeks yang didefinisikan di atas.

Sebagai contoh Gambar 2 mengilustrasikan suatu struktur tiga disiplin. Dua disiplin sama ukurannya yaitu disiplin A dan B, keduanya berhubungan sangat kuat dan dominan satu sama lain, sedangkan disiplin C yang ukurannya lebih kecil, lebih kuat behubungan dengan disiplin B daripada dengan disiplin A. Dari Gambar 2 dapat digambarkan bahwa ada tiga relasi yang terjadi yaitu: kuat dan simetris (A-B), kuat dan asimetris (B-C), dan lemah dan asimetris (A-C).

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Penelitian akan mempelajari tingkat dan pola multidisiplin dan interdisiplin kolaborasi penelitian yang terjadi pada program penelitian Badan Litbang Pertanian tahun 2004-2006 melalui pangkalan data CARIS. Data akan diolah dengan menggunakan metode bibliometrik dengan masukan berupa data bibliografis dan dokumen proposal penelitian Badan Litbang Pertanian.

Hasil akhir yang akan diperoleh dari perhitungan data adalah indeks multidisiplinaritas dan indeks interdisiplinaritas antara 2 disiplin atau lebih, atau I2. Seluruh metode penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus yang dipakai oleh Schummer (2003) dalam penelitiannya mengenai tingkat kolaborasi interdisiplin pada bidang nanosain dan nanoteknologi.

Selain itu akan dikaji hubungan antara tingkat kolaborasi peneliti dengan produktivitas publikasi yang diterbitkan oleh peneliti dari proposal yang telah dilaksanakan melalui pangkalan data AGRIS dan survei sehingga diketahui sejauh mana peran kolaborasi dalam menciptakan ilmu dan inovasi baru di bidang pertanian.

Pada penelitian ini, data akan didapatkan melalui proposal penelitian pertanian Badan Litbang Pertanian tahun 2004-2006 yang tercakup dalam pangkalan data CARIS yang dikelola oleh Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Sementara untuk mendapatkan data hasil publikasi yang telah diterbitkan akan menggunakan pangkalan data AGRIS dan kuesioner. Teknik dan sumber pengumpulan data tersebut ditetapkan berdasarkan pertimbangan bahwa:

1. CARIS dan AGRIS merupakan jaringan kerjasama penelitian internasional dimana data yang terkumpul cukup lengkap dan komprehensif dalam melihat kolaborasi para peneliti pertanian Badan Litbang Pertanian.

(28)

2. Sampai saat ini belum ada penelitian dan pengkajian mengenai sejauh mana peneliti pertanian berperan dalam jaringan kolaborasi penelitian baik di dalam lingkup internal (dalam negeri) maupun eksternal (luar negeri).

Alur penelitian kajian analisis kolaborasi interdisipliner peneliti bidang pertanian : studi kasus penelitian badan litbang pertanian tahun 2004-2006 dapat dilihat pada Gambar 3.

Tahap persiapan Penyebaran kuesioner Tahap pelaksanaan penelitian Tahap pengolahan dan analisis data

Tahap akhir

Persiapan

Studi

Literatur Pengumpulan Data Awal Pembuatan Kuesioner

Analisis Data Penulisan Laporan Akhir Pengukuran Indeks Interdisiplinaritas Pengukuran Indeks Multidisiplinaritas Uji pengaruh kolaborasi terhadap produktivitas publikasi ƒ Pearson Product Moment Correlation Coefficient Visualisasi dengan graf molekuler Pengumpulan data ƒ jumlah publikasi ƒ data peneliti dan kolaborasi dalam proposal

Pengumpulan dokumen proposal (RPTP)

(29)

3.2. Pendekatan Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah tingkat dan pola multidisiplin dan interdisiplin kolaborasi penelitian yang terjadi pada proposal kegiatan Badan Litbang Pertanian, sedangkan objek penelitiannya adalah dokumen proposal penelitian pada pangkalan data CARIS tahun 2004-2006.

3.3. Populasi dan Sampel

Anggota populasi dalam penelitian ini adalah semua proposal penelitian (RPTP) Badan Litbang Pertanian tahun 2004-2006 yang dokumennya dikumpulkan dalam pangkalan data CARIS di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Bogor. Proposal penelitian yang dijadikan objek penelitian adalah proposal penelitian yang berasal dari institusi penelitian dan bukan dari pengkajian. Berdasarkan studi awal terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan selama tahun 2004-2006 pada pangkalan data CARIS didapatkan jumlah populasi proposal penelitian adalah sebanyak 525 buah RPTP.

Dokumen proposal penelitian merupakan Rencana Penelitian Tingkat Peneliti (RPTP) yang berasal dari seluruh balai dan pusat penelitian lingkup Badan Litbang Pertanian. Pada periode tahun pengambilan dokumen proposal pada pangkalan data (2004-2006) ada beberapa beberapa balai penelitian atau pusat penelitian yang berganti nama, maka penulis tidak memisahkan dokumen proposalnya tetapi memasukkan nama terakhir dari balai atau pusat penelitian.

Tabel 1 di bawah ini akan memberikan gambaran kondisi populasi proposal penelitian pada pangkalan data tahun 2004-2006 berdasarkan sub program Badan Litbang Pertanian.

(30)

Tabel 1. Data proposal penelitian (RPTP) Badan Litbang Pertanian pada pangkalan data CARIS tahun 2004-2006 berdasarkan sub program

No Bidang Penelitian Jumlah Proposal Jumlah Peneliti Jumlah Responden (Proposal) 1 Bioteknologi dan Genetik Pertanian 17 61 6

2 Hortikultura 79 363 27

3 Mekanisasi Pertanian. 41 61 14

4 Pascapanen Pertanian. 13 69 4

5 Perkebunan 66 326 23

6 Peternakan 47 155 16

7 Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian 31 97 11

8 Sumberdaya Lahan 95 300 32

9 Tanaman Pangan 95 325 32

10 Veteriner 41 58 14

Jumlah total proposal 525 1190 176

3.4. Unit Analisis dan Variabel

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah kegiatan penelitian atau proposal penelitian (RPTP) pada pangkalan data CARIS 2004-2006. Variabel penelitian yang diukur adalah kolaborasi interdisipliner, kolaborasi multidispliner dan produktivitas publikasi yang berasal dari hasil penelitian.

3.5. Prosedur Penelitian 3.5.1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui: (1) Analisis dokumen dan dengan cara pemeriksaan dan pencatatan sistematis terhadap unit analisis dan variabel-variabel penelitian yang dibutuhkan. Dalam hal ini adalah data peneliti dan kolaborasinya dari proposal penelitian pada pangkalan data CARIS pada periode 2004-2006 dan disiplin keahlian pengarang serta disiplin keahlian instansi afiliasi pengarang, (2) Metode survei dengan menggunakan kuesioner yang disebar pada sampel yang telah ditentukan. Kemudian kedua jenis data (hasil analisis dokumen dan kuesioner) ditabulasikan untuk memudahkan pengukuran dan visualisasi.

(31)

3.5.2. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan pada penelitian kajian ini adalah secara deskriptif, dengan pengertian bahwa hasil analisis dengan memakai statistika deskriptif terutama menyajikan rangkuman data atau nilai-nilai tertentu. Rangkuman data atau nilai ini dihitung berdasarkan data yang telah tersedia atau yang akan dikumpulkan kemudian.

Tahapan dalam analisis data meliputi: 1. Analisis Dokumen

Analisis dokumen proposal dibagi berdasarkan sub program utama Badan Litbang Pertanian yaitu (1) Bioteknologi dan Genetik Pertanian, (2) Hortikultura, (3) Mekanisasi Pertanian, (4) Pascapanen Pertanian, (5) Perkebunan, (6) Peternakan, (7) Sosial Ekonomi, (8) Sumberdaya Lahan (9), Tanaman Pangan, dan (10) Veteriner.

2. Analisis Keahlian Peneliti dan Subjek Proposal

Analisis kategori keahlian peneliti pada setiap bidang penelitian menggunakan deskriptor pada Thesaurus AGROVOC. Untuk menganalisis keterkaitan keahlian peneliti dengan proposal penelitian, maka analisis subjek proposal menggunakan Scheme Categorization yang diterbitkan FAO yang merupakan acuan klasifikasi untuk CARIS dan AGRIS.

Contoh Kategori Keahlian pada deskriptor Thesaurus AGROVOC Plant Breeding

Livestock

Postharvest Technology.

Contoh Kategori disiplin dokumen proposal Plant Genetic and Breeding (F30) Animal Husbandy (L01)

Agricultural Economic and Policies (E10).

3. Pengukuran Indeks Multisiplinaritas

Pengukuran akan dilakukan pada kedua variabel penelitian yaitu keahlian peneliti dan instansi afiliasi peneliti. Tahapan pengukuran untuk menghitung Indeks Multidisiplinaritas meliputi:

(32)

a. Penghitungan jumlah penelitian dengan sekurang-kurangnya satu peneliti dari disiplin i terlibat atau ni

.

b. Penghitungan untuk mendapatkan nilai ukuran relatif disiplin i, atau ci..

c. Penghitungan untuk mendapatkan nilai indeks multidisiplinaritas atau M05. d. Tabulasi hasil penghitungan.

4. Pengukuran Indeks Interdisiplinaritas

Pengukuran akan dilakukan pada kedua variabel penelitian yaitu bidang keahlian peneliti dan instansi afiliasi peneliti. Tahapan pengukuran untuk menghitung Indeks Interdisiplinaritas meliputi:

a. Penghitungan jumlah penelitian dengan ko-pengarang sekurangnya satu peneliti dari tiap disiplin i dan k, atan nik.

b. Penghitungan untuk mendapatkan nilai ukuran relatif disiplin i dan k, atan cik.

c. Penghitungan untuk mendapatkan nilai Indeks Interdisiplinaritas disiplin i dan k, atan I2.

d. Tabulasi hasil penghitungan.

e. Penyusunan matriks Interdisiplinaritas simetrik.

5. Visualisasi

Dalam kajian ini penghitungan akan divisualisasikan dengan menggunakan graf molekuler yang merupakan representasi topologis yang terdiri atas simpul dan batang penghubung. Disiplin merupakan simpul dari graf dan dihubungkan dengan batang penghubung yang menggambarkan hubungan interdisipliner.

Ukuran yang diperlukan untuk pembuatan graf masing-masing bidang keahlian untuk keseluruhan data adalah:

a. ck untuk diameter lingkaran dan untuk mewakili koefisien bi-disiplin.

b. cik untuk lebar batang penghubungnya.

5. Pengukuran Pengaruh Kolaborasi Interdisiplin Peneliti dengan Produktivitas Publikasi yang diterbitkan

Untuk melihat hubungan kolaborasi peneliti pada kegiatan (RPTP) dengan produktivitas publikasi yang diterbitkan, maka dilakukan pengumpulan hasil-hasil

(33)

penelitian yang terhimpun dalam pangkalan data AGRIS dan publikasi lainnya serta dari kuesioner dari tahun 2005-2007.

Tahapan pengumpulan data meliputi:

a. Pengumpulan data publikasi hasil penelitian yang berhubungan dengan proposal kegiatan penelitian (CARIS) dari pangkalan data AGRIS dan publikasi Badan Litbang Lainnya mulai tahun 2005-2007.

b. Pengumpulan data dari kuesioner melalui unit analisis penelitian berupa proposal penelitian. Dari populasi sebanyak 525 buah proposal maka jumlah sampel penelitian adalah 176 proposal berdasarkan tabel penentuan sampel Bartlett, Kotrlik, & Higgins (2001). Metode sampling yang digunakan adalah Proportional Stratified Sampling (Powell, 1999).

c. Tabulasi hasil pengumpulan data dari pangkalan data AGRIS dan survei melalui kuesioner.

d. Penghitungan Pearson Product Moment Correlation Coefficient (Irianto, 2004). Uji ini digunakan untuk menemukan hubungan antara kolaborasi peneliti pertanian dengan produktivitas hasil penelitian yang telah diterbitkan dalam publikasi dan media lainya. Dalam hal ini formulasi Pearson disajikan sebagai berikut:

∑ ∑

− = 2 2 2 2 ( ) ( . ) ( ) . ) )( ( y y n x x n y x xy n rxy , r = -1≤ r ≤ 1, apabila

r = 0 tidak ada hubungan linear antara kedua kolaborasi interdisiplin peneliti dengan produktivitas publikasi yang diterbitkan.

r = 1 ada korelasi positif sempurna antara kolaborasi interdisiplin peneliti dengan produktivitas publikasi yang diterbitkan.

r = -1 ada korelasi negatif sempurna antara kolaborasi interdisiplin peneliti dengan produktivitas publikasi yang diterbitkan.

(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan dan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk memudahkan pembahasan maka pemaparan hasil pengolahan data dibagi berdasarkan bidang-bidang penelitian yang ada pada Program Penelitian Badan Litbang Pertanian.

4.1. Bidang Penelitian Program Utama Badan Litbang Pertanian

Berdasarkan kajian awal yang dilakukan terhadap bidang-bidang penelitian pada Program Utama Badan Litbang Pertanian, diperoleh data bahwa Program utama Badan Litbang Pertanian 2005-2009, terdiri 5 program utama dan 13 sub program yaitu:

(1) Program Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Pertanian: Sub Program Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Tanah, Air, dan Agroklimat, Sub Program Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Bioteknologi dan Genetik Pertanian.;

(2) Program Penelitian dan Pengembangan Komoditas: Sub Program Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Sub Program Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hortikultura, Sub Program Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, Sub Program Penelitian dan Pengembangan Peternakan;

(3) Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi dan Nilai Tambah Pertanian: Sub Program Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian dan Kebijakan Pertanian, Sub Program Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Sub Program Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian;

(4) Program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian: Sub Program Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi, Sub Program Pengembangan Model Agribisnis Berbasis Inovasi Pertanian; dan

(5) Program Pengembangan Kelembagaan dan Komunikasi Hasil Litbang: Sub Program Pengembangan Kelembagaan Litbang Pertanian, Sub Program

(35)

Pengembangan Sumberdaya Informasi Iptek, Diseminasi dan Penjaringan Umpan Balik.

Pengolahan dan analisis data selanjutnya mengacu pada 9 sub program penelitian dan pengembangan, sedangkan 4 sub program lainnya tidak diteliti dan dioleh karena bukan program yang bersifat penelitian tetapi merupakan program pengkajian dan pengembangan kelembagaan (Tabel 2.).

Tabel 2. Bidang Penelitian Program Utama Badan Litbang tahun 2005-2009

No Program Utama Sub Program Bidang Penelitian

yang diteliti 1 Program Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Pertanian

Sub Program Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya

Tanah, Air, dan Agroklimat D Sub Program Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi

dan Bioteknologi dan Genetik Pertanian D 2 Program Penelitian dan

Pengembangan Komoditas

Sub Program Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Pangan D

Sub Program Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Hortikultura D

Sub Program Penelitian dan Pengembangan Tanaman

Perkebunan D

Sub Program Penelitian dan Pengembangan Peternakan D 3 Program Penelitian dan

Pengembangan Sosial Ekonomi dan Nilai Tambah Pertanian

Sub Program Penelitian dan Pengembangan Sosial

Ekonomi Pertanian dan Kebijakan Pertanian D Sub Program Penelitian dan Pengembangan Mekanisasi

Pertanian D

Sub Program Penelitian dan Pengembangan Pascapanen

Pertanian D

4 Program Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Pertanian

Sub Program Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik

Lokasi U

Sub Program Pengembangan Model Agribisnis Berbasis

Inovasi Pertanian U 5 Program Pengembangan

Kelembagaan dan Komunikasi Hasil Litbang

Sub Program Pengembangan Kelembagaan Litbang

Pertanian U

Sub Program Pengembangan Sumberdaya Informasi Iptek,

Diseminasi dan Penjaringan Umpan Balik U

Dalam perkembangannya, Sub Progam Peternakan dibagi menjadi 2 (dua) bidang yaitu penelitian penelitian Peternakan dan penelitian Veteriner. Pembagian ini dikarenakan penelitian Veteriner mempunyai karakteristik dan spesifik dalam penelitiannya, sehingga dalam pembahasan selanjutnya mengacu pada 10 bidang penelitian yaitu: (1) Sumberdaya Lahan, (2) Bioteknologi dan Genetik Pertanian, (3) Tanaman Pangan, (4) Hortikultura, (5) Perkebunan, (6) Peternakan, (7) Veteriner, (8) Sosial Ekonomi, (9) Mekanisasi Pertanian, dan (10) Pascapanen Pertanian. Berdasarkan data populasi RPTP/Proposal tahun

(36)

2004-2006, diketahui bahwa jumlah keseluruhan proposal yang diteliti berjumlah 525 dokumen yang dilaksanakan oleh 1.797 orang peneliti. Jumlah proposal terbesar yang dilaksanakan adalah bidang Sumberdaya Lahan dan Bidang Tanaman Pangan masing-masing 95 proposal selama kurun waktu 2004-2006.

Rata-rata jumlah peneliti yang melaksanakan penelitian lebih dari 1, sehingga dapat dikatakan bahwa kegiatan penelitian seluruhnya dilakukan secara kolaboratif, dengan nilai rata-rata peneliti per proposal 3,5 orang peneliti. Jumlah peneliti terbanyak terdapat pada bidang penelitian Hortikultura (363 orang), diikuti oleh bidang penelitian Tanaman Pangan (325), sedangkan jumlah peneliti terkecil pada Bidang Veteriner (58 orang).

Keahlian peneliti terbanyak terdapat di Bidang Sumberdaya Lahan dengan jumlah 34 keahlian peneliti disusul oleh Bidang Perkebunan sebanyak 30 keahlian, sedangkan yang terkecil adalah Bidang Sosial Ekonomi dan Veteriner masing-masing 6 keahlian peneliti.

Dari keseluruhan proposal yang diteliti diketahui bahwa jumlah subjek penelitian pada proposal tertinggi ada pada Bidang Sumberdaya Lahan (32 subjek) dan Tanaman Pangan (25 subjek), walaupun demikian rata-rata disiplin proposal termasuk rendah yaitu 0,28.

Tabel 3 Data Populasi RPTP/Proposal Badan Litbang Pertanian Tahun 2004-2006 berdasarkan Unit Bidang Keahlian/disiplin Peneliti

Bidang Jumlah Jumlah xpeneliti/ Σ keahlian xkeahlian/ Σ disiplin Proposal Peneliti proposal Peneliti proposal proposal Bioteknologi 17 61 5,71 22 1,24 4 Hortikultura 79 363 4,59 24 0,30 19 Mekanisasi Pertanian 41 61 1,49 7 0,17 11 Pascapanen Pertanian 13 69 5,31 9 0,69 5 Perkebunan 66 291 4,41 30 0,45 16 Peternakan 47 141 3,00 18 0,38 4 Sosial Ekonomi 31 98 3,13 6 0,19 11 Sumberdaya Lahan 95 300 2,95 34 0,36 32 Tanaman Pangan 95 325 4,00 24 0,25 25 Veteriner 41 58 1,41 6 0,15 6 Jumlah 525 1797

(37)

4.2. Indeks Multidisiplinaritas M05

Bidang penelitian multidisiplin adalah bidang penelitian yang melibatkan banyak disiplin atau keahlian. Kondisi ini diketahui melalui Indeks Multidisiplinaritas dan secara lebih akurat dapat dilihat dalam distribusi fungsi disiplin atau keahlian melalui ukuran relatifnya atau ci untuk disiplin i. Untuk menyederhanakan pembuatan graf dan analisis data maka nilai ci yang dimasukkan dalam penghitungan Indeks Multidisiplinaritas adalah yang nilainya ≥ 0,5 atau Indeks Multidisiplinaritas M05.

Hasil analisis diketahui bahwa bidang keahlian yang dimiliki oleh peneliti Bioteknologi adalah 21 keahlian dengan indeks Multidisiplinaritas M05 = 21 (Tabel 4). Hasil ini menunjukkan bahwa semua bidang keahlian yang dimiliki oleh peneliti Bioteknologi memenuhi nilai ci ≥ 0,05, ini berarti semua keahlian peneliti cukup berperan dalam setiap proposal penelitian.

Tabel 4 Nilai Indeks Multidisiplinaritas M05 peneliti Bidang Pertanian Tahun 2004-2006

Bidang Penelitian ∑ Bidang Keahlian peneliti M05

Bioteknologi dan Genetik Pertanian 21 21

Hortikultura 24 18 Mekanisasi Pertanian. 7 3 Pascapanen Pertanian. 9 9 Perkebunan 30 17 Peternakan 18 11 Sosial Ekonomi 6 2 Sumberdaya Lahan 34 16 Tanaman Pangan 24 18 Veteriner 6 6

Untuk bidang penelitian Sosial Ekonomi diketahui bahwa dari 6 bidang keahlian yang dimiliki oleh peneliti, yang memenuhi nilai ci ≥ 0,5 adalah 2 keahlian saja, sehingga nilai indeks Multidisiplinaritas M05 = 2. Data ini menunjukkan bahwa Sosial Ekonomi merupakan bidang penelitian yang rendah keterlibatan berbagai keahlian peneliti dalam proposal penelitiannya.

Hal ini bertolak belakang dengan penelitian sebelumnya pada bidang Riset dan Teknologi oleh Surtikanti (2004) yang menunjukkan bahwa keterlibatan

(38)

berbagai disiplin ilmu yang dimiliki peneliti bidang sosial ekonomi dalam kegiatan penelitian cukup tinggi dibandingkan dengan bidang penelitian lainnya termasuk dengan bidang penelitian Bioteknologi.

Indeks Multidisiplinaritas M05 pada bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura masing-masing 18 keahlian peneliti, disusul oleh bidang Perkebunan (17 keahlian peneliti) dan Bidang Sumberdaya Lahan (16 keahlian peneliti). Bidang Pascapanen Pertanian dan Peternakan melibatkan 8 dan 11 keahlian peneliti dalam kegiatan penelitiannya. Bidang keahlian peneliti untuk setiap bidang penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1 – Lampiran 20.

4.3. Indeks Interdisiplinaritas I2

Bidang penelitian interdisiplin adalah bidang penelitian yang dalam setiap kegiatan penelitiannya melibatkan interaksi antara berbagai disiplin/keahlian yang berbeda. Kondisi ini disyaratkan melalui Indeks Interdisiplinaritas I2. Besaran nilai interaksi ini secara lebih akurat dapat dilihat dalam distribusi fungsi interaksi disiplin i dan k melalui ukuran relatifnya atau nilai ci,k untuk disiplin i dan k.

Nilai indeks Interdisiplinaritas I2 untuk analisis keahlian peneliti adalah tertinggi 100% yaitu pada proposal penelitian Bidang Peternakan dan Bidang Sumberdaya Lahan dan terendah bidang Sosial Ekonomi yaitu 25,81% (Tabel 5). Tabel 5 Nilai Indeks Interdisiplinaritas I2 peneliti Bidang Pertanian Tahun

2004-2006

Bidang Penelitian ∑ proposal

∑ Proposal dgn

keahlian yang berbeda

I2 (%)

Bioteknologi dan Genetik Pertanian 17 16 94,12

Hortikultura 79 75 94,94 Mekanisasi Pertanian. 41 4 31,71 Pascapanen Pertanian. 13 38 92,31 Perkebunan 66 65 98,49 Peternakan 47 47 100,00 Sosial Ekonomi 31 8 25,81 Sumberdaya Lahan 95 95 100,00 Tanaman Pangan 95 94 98,95 Veteriner 41 19 47,50

(39)

Apabila nilai Indeks Interdisiplinaritas I2 untuk keahlian peneliti dikelompokkan berdasarkan selang tertentu maka akan diperoleh data berikut: ada 7 bidang penelitian dengan nilai Indeks Interdisiplinaritas I2 di antara 75%-100%, yaitu bidang Hortikultura, Pascapanen, Perkebunan, Peternakan, Bioteknologi dan Genetik Pertanian, Sumberdaya Lahan, dan Tanaman Pangan; dan ada 3 bidang penelitian dengan nilai Indeks Interdisiplinaritas I2 antara 25%-50% yaitu Mekanisasi Pertanian, Sosial Ekonomi dan Veteriner.

Nilai tersebut memperlihatkan bahwa ada 7 bidang penelitian yang 75%-100% proposalnya melibatkan kerjasama keahlian peneliti yang berbeda. Di sisi lain ada 3 proposal yang keterlibatan atau kerjasama dengan peneliti dengan keahlian yang berbeda dalam dalam proposalnya antara 25-50% saja.

Rendahnya keterlibatan berbagai keahlian peneliti pada beberapa bidang penelitian (Sosial Ekonomi, Mekanisasi Pertanian dan Veteriner) karena bidang tersebut sangat spesifik penelitiannya. Kegiatan penelitian bidang Sosial Ekonomi spesifik mengarah pada penelitian untuk merumuskan dan menganalisis program dan kebijakan pertanian (PSEKP, 2008) sehingga keterlibatan keahlian peneliti dalam setiap proposalnya tidak bergitu beragam.

Demikian juga dengan kegiatan penelitian bidang Mekanisasi Pertanian yang lebih mengarah pada perekayasaan model perakayasaan prototipe, sistem, proses dan permodelan dan alat mesin pertanian baik untuk peningkatan kualitas dan nilai tambah komoditas utama; produktivitas, efisiensi sumberdaya pertanian, juga pemanfaatan sumber daya energi terbarukan dengan pemanfaatan sumber energi alternatif (BB Mektan, 2008)). Oleh sebab itu keterlibatan keahlian peneliti lebih banyak pada keahlian mekanisasi untuk perekayasaan alat.

Bidang penelitian Veteriner menekankan pada penelitian eksplorasi, konservasi, karakterisasi dan pemanfaatan sumberdaya plasma nutfah mikroba veteriner; penelitian virologi, bakteriologi, parasitologi, mikologi, toksikologi, patologi, epidemiologi, bioteknologi, farmakologi dan teknik penyehatan hewan; dan penelitian penyakit zoonosis dan penelitian keamanan pangan produk peternakan (Balitvet, 2008). Kegiatan penelitian tersebut lebih membutuhkan keahlian veteriner dan kesehatan hewan.

(40)

Interaksi berbagai keahlian peneliti di berbagai bidang penelitian pertanian, akan dijelaskan dalam sub bab berikutnya.

4.4. Kolaborasi Interdisipliner Peneliti Badan Litbang Pertanian tahun 2004-2006

Dalam bagian ini akan dijelaskan tingkat dan pola multidisipliner kolaborasi penelitian dan produktivitas publikasi peneliti yang terjadi pada tiap Bidang Penelitian di Badan Litbang Pertanian pada tahun 2004-2006. Tingkat multidisipliner diukur dengan menggunakan Indeks Multidisiplinaritas M05 dan Indeks Interdisiplinaritas I2. Pola multidisipliner dan interdisipliner digambarkan dengan graf molekuler berdasarkan kedua indeks tersebut, dan produktivitas publikasi berdasarkan banyaknya artikel penelitian yang yang berasal dari proposal penelitian yang dipublikasikan.

4.4.1. Bidang Bioteknologi dan Genetik Pertanian

Dari tahun 1974 Bidang Bioteknologi dan Genetik Pertanian merupakan bagian dari penelitian Tanaman Pangan, tetapi pada tahun 2002 Badan Litbang Pertanian memisahkan bidang penelitian tersebut menjadi bidang tersendiri yaitu bidang Bioteknologi dan Genetik Pertanian. Penelitian bidang Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian hanya dilaksanakan oleh satu Balai Besar Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB Biogen, 2008).

Dari data yang berhasil dikumpulkan diketahui ada 17 proposal penelitian bidang Bioteknologi dan Genetik Pertanian dengan jumlah peneliti 61 orang (Lampiran 33) dan 21 keahlian peneliti (Lampiran 13). Dengan jumlah peneliti yang cukup besar, rata-rata peneliti dalam setiap kegiatan adalah 5,71 orang.

Nilai Indeks Multidisiplinaritas M05 bidang penelitian Bioteknologi adalah 21, dan nilai Indeks Interdisiplinaritas I2 adalah 94,12%. Data tersebut menunjukkan bahwa keterlibatan semua keahlian peneliti dalam penelitian bidang bioteknologi tidak kurang dari 5% dari keseluruhan proposal yang ada. Indeks Interdisiplinaritas menunjukkan bahwa kolaborasi peneliti antar keahlian/disiplin sangat tinggi, artinya dalam setiap proposal kegiatan penelitian hampir semua melibatkan peneliti dari berbagai keahlian.

Gambar

Gambar 2 Ilustrasi graf molekuler dari struktur tiga disiplin ilmu
Gambar 3 Alur Kegiatan Penelitian
Tabel  1. Data proposal penelitian (RPTP) Badan Litbang Pertanian pada  pangkalan data CARIS tahun 2004-2006 berdasarkan sub program
Tabel 2.  Bidang Penelitian Program Utama Badan Litbang tahun 2005-2009
+7

Referensi

Dokumen terkait

Contohnya, partikel yang dihasilkan dari peralatan mekanik (crush atau grind) cenderung besar ( di atas 10 micrometer); sedangkan partikel yang berasal dari combustion atau

Sehingga untuk kapal ini menggunakan single screw propeller.. Jenis – jenis diameter di atas telah memenuhi persyaratan diameter, maka akan dihitungnilai δb.. Nilai σ0.7R

Target terapi reperfusi adalah aliran TIMI grade 3 (menunjukkan perfusi pembuluh yang mengalami infark dengan aliran normal), karena perfusi penuh pada arteri koroner yang terkena

Pertunjukan musik yang disuguhkan kepada penonton oleh Kesenian Tradisional Tong-Tong Prek Desa Jatirejo, Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Pemalang sama dengan

a) Posisikan multimeter pada posisi DC 50 V, kemudian sambungkan kabel positif tester ke terminal kabel coklat dan negatif tester ke masa. b) Putar kunci pada posisi

kiprok ini juga mengatur tegangan yang mengalir pada lampu kepala tipe AC yaitu ketika motor hidup dan lampu depan dinyalakan maka arus AC dari spull penerangan akan menuju ke

Kaedah ini dijalankan di perkampungan terhadap responden sekitar Pekan Dabong. Segala maklumat yang didapati adalah berdasarkan struktur kegiatan ekonomi dan kesan-kesan

Efektivitas penyebaran informasi di bidang pertanian melalui perpustakaan digital di PUSTAKA Bogor berdasarkan kinerja layanan, ketersediaan database hasil penelitian