• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II DATA DAN ANALISA. Data yang menunjang sebagai landasan dasar penulisan ini diperoleh melalui:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II DATA DAN ANALISA. Data yang menunjang sebagai landasan dasar penulisan ini diperoleh melalui:"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

DATA DAN ANALISA

2.1 Metode Penelitian

Data yang menunjang sebagai landasan dasar penulisan ini diperoleh melalui:

2.1.1 Survey Lapangan

Melalui metode observasi lapangan data diambil berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis.

2.1.2 Wawancara

Wawancara dilakukan dengan Ibu Putu Dewiyanti Delim selaku Kepala Divisi Humas, Gedung Kesenian Jakarta tercatat tanggal 15 Maret 2013. Wawancara dilakukan dengan sesi pertanyaan dimana narasumber menjawab 15 pertanyaan yang sudah disusun oleh penulis sebagai indikasi data untuk landasan permasalahan yang diangkat. Pertanyaan mencakup hubungan dan situasi instansi Gedung Kesenian Jakarta dari Internal, External, dan Identity.

2.1.3 Kuisioner Online

Penulis memasang kuisioner di dunia maya sebagai data penunjang latar belakang masalah. Kuisioner yang dibagikan di dunia maya, tercatat total 52 responden yang mengisi kuisioner. Berikut hasil kesimpulan kuisioner yang dilakukan penulis : 30 responden berusia 17-21 tahun, 21 responden berusia 22-25 tahun.

(2)

1 responden berusia 25-30 tahun. 23 responden adalah pria dan 29 sisanya adalah wanita. 8 Responden belum tahu Gedung Kesenian Jakarta. 34 responden belum pernah ke Gedung Kesenian Jakarta. 42 responden tidak mengetahui sama sekali tentang program yang diadakan di Gedung Kesenian Jakarta dan 10 sisanya tahu programnya. 50 responden merasakan perlunya ada identitas baru untuk Gedung Kesenian Jakarta dan 1 responden merasa ragu tentang perubahan identitas visual. dan 1 responden merasa tidak perlu ada perubahan identitas visual. 14 responden lupa dan 29 responden tidak pernah melihat identitas berupa logo dari Gedung Kesenian Jakarta sisanya 9 responden pernah melihat identitas tersebut.

2.1.4 Data Penunjang

Materi publikasi dan promosional meliputi brosur, buku acara, poster dan sumber data yang sudah disusun oleh pihak Gedung Kesenian Jakarta sebagai penunjang penulisan ini, dan juga beberapa artikel dari internet.

2.2 Logo Gedung Kesenian Jakarta

Gambar 2.1 Logo Gedung Kesenian Jakarta

(3)

2.3 Sejarah Gedung Kesenian Jakarta

2.3.1 Masa Penjajahan Belanda

Ide awal didirikannya gedung ini yakni berasal dari Gubernur Jenderal Belanda, Daendels. Kemudian direalisasikan oleh Gubernur Jenderal Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles pada tahun 1814 yang merasa prihatin ketika pertama kali menduduki Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1811 karena menyaksikan kota ini tidak memiliki gedung kesenian.

Pada tanggal 27 Oktorber 1814 Gedung Pertunjukkan yang tidak mengesankan dibuka dan diresmikan. Dinding gedung terbuat dari gedek dan bagian atasnya ditutup dengan alang-alang, berdiri diatas tanah kosong dekat daerah Pasar Baru. Walau bentuk teater tersebut buruk namun mencapai tujuannya untuk menghibur tentara Inggris.

Dengan bangga gedung ini mereka beri nama "Gedung Teater Militer di Weltevreden" tapi orang Belanda mengejeknya dengan sebutan "Bamboo Theater" gedung inilah yang merupakan cikal bakal lahirnya Gedung Kesenian Jakarta.

Dalam perkembangannya, bangunan ini sering dikenal dengan nama Gedung Kesenian Pasar Baru, Gedung Komidi (Comedlegebouw) dan Schouwburg (Gedung pertunjukkan). Gedung ini bergaya Yunani baru merupakan perkembangan dari gaya Roccoco yang popular pada masa itu.

Schouwburg saat itu memang benar-benar menjadi pusat perhatian seni pertunjukkan, sehingga tak mengherankan bila Pangeran Hendrik dari Belanda ketika ke berkunjung ke Batavia juga pernah mendapat suguhan sandiwara dari gedung ini. Dan pada tahun 1833 didatangkan rombongan sandiwara dari Perancis, setelah itu secara bergiliran ditampilkan rombongan kesenian setempat ditambah rombongan yang didatangkan dari Perancis dan Belanda.

(4)

2.3.2 Masa Penjajahan Jepang

Memasuki masa penjajahan Jepang, Gedung ini berada dalam keadaan paling menyedihkan. tempat ini dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan kepentingan mereka sebagai penguasa Asia, gedung ini untuk beberapa lama dipakai sebagai markas tentara. Baru setelah dibentuk Badan Urusan Kebudayaan (Keimin Bunka Shidosho) oleh Pemerintah Pendudukan Jepang pada bulan April 1943, bangunan tersebut kembali digunakan sebagai tempat pertunjukkan dengan nama Siritsu Gekizyoo.

Menjelang Kemerdekaan Indonesia, Gedung Kesenian juga dijadikan ajang persiapan para seniman muda progresif untuk menghadapi tugas-tugas untuk menyiapkan kemerdekaan, Ketika bala tentara sekutu mendarat di Jakarta, mereka membentuk perkumpulan yang dinamakan "Seniman Merdeka" anggotanya diantaranya adalah Usmar Ismail, Cornel Simajuntak, Soerjo Soemanto, D Djajakusuma, Soedjono S, Basukin Resobowo, Rosihan Anwar, Sarifin, Suhaimi, dan satu-satunya gadis Malidar Malik.

2.3.3 Masa Kemerdekaan

Menurut catatan sejarah, Gedung Kesenian Jakarta yang waktu itu masih bernama Gedung Kesenian pernah digunakan untuk sidang pertama Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) tepat 12 hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Peristiwa penting ini dicatat karena merupakan peristiwa politik pertama yang menggunakan Gedung Kesenian Jakarta. KNIP sendiri waktu itu bisa disetarakan dengan parlemen atau Dewan Perwakilan Rakyat. Peristiwa ini semakin penting karena dihadiri oleh Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta.

Pada 1951 Gedung ini juga sempat digunakan sebagai ruang kuliah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Hukum Universitas Indonesia, pada pagi hari. Tetapi di malam hari tetap dijadikan tempat pentas oleh beberapa kelompok teater dan drama.

(5)

Tahun 1968 Gedung ini juga beralih fungsi menjadi Bioskop Diana dibawah pimpinan Prof. Siswabessy yang kemudian menjadi Menteri Kesehatan pada tahun 1968. !969 dibentuklah Yayasan Gedung Kesenian di bawah Alm. Brigjen Pringadi yang bertujuan menjaga agar gedung tetap terawat. Setelah adanya dorongan dari kaum seniman yang butuh tempat pertunjukkan selain Taman Ismail Marzuki. terbesit ide dari Gubernur R. Suprapto untuk merenovasi Gedung bersejarah ini dan mengembalikan fungsinya lewat SK Gubernur DKI Jakarta No. 4248/14/1984. Arsitektur dari Gedung Kesenian tidak dirubah sama sekali hanya dalam gedung yang direnovasi dan disesuaikan dengan kebutuhan.

5 Septemper 1987 Gedung Kesenian Jakarta diresmikan oleh Gubernur R. Suprapto yang menjabat sebagai Gubernur KDKI Jakarta periode itu. Gedung Teater Jakarta kembali sebagai teater yang mempergelarkan kesenian dengan kreatifitas dan taraf yang mewakili kesenian lokal dan internasional disamping menjadi oase budaya masyarakat Jakarta, persinggahan dan dialog budaya para seniman dalam dan luar negeri.

2.3.4 Penghargaan Yang Diperoleh

1. 2004, Adikaryottama Wisata 2. 2001, Adikaryottama Wisata

3. 1997, 60 Bangunan Terpilih dalam Tahun 1996 yang Mendukung Pelestarian Tapak Sejarah Perkembangan Kota Jakarta Ibukota Negara Republik Indonesia. 4. 1997. Adikaryottama Wisata

5. 1996. Adikaryottama Wisata 6. 1995. Adikaryottama Wisata

(6)

Gambar 2.2 Gedung Kesenian Jakarta Tampak Depan

Sumber Gambar 2.2 : www.yptravel.com

2.4 Visi Dan Misi

2.4.1 Visi

Visi dari Gedung Kesenian Jakarta adalah "Menjadi Gedung Seni Pertunjukkan Kebanggaan Jakarta khususnya dan Indonesia serta di tingkat internasional"

2.4.2 Misi

Misi dari Gedung Kesenian Jakarta untuk mendukung Visinya adalah :

(7)

2. Menjadi sumber inspirasi bagi proses perkembangan budaya bangsa, khususnya dalam bidang seni pertunjukkan, serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni budaya

3. Menjadi wadah dialog budaya para seniman seniwati lokal, nasional dan mancanegara melalui karya-karya inovatif yang diciptakan.

4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam mengimbangin persaingan atas maraknya gedung-gedung pertunjukkan dan galeri-galeri yang ada serta berperan dalam bidang kesenian melalui pelayanan secara baik dan profesional.

2.5 Fungsi dan Tugas Pokok

Mengacu pada Keputusan Kepala Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Provinsi DKI Jakarta No. 210/ 2006 tentang Tugas Pokok, Fungsi dan Tata Kerja Pengelola Gedung Kesenian Jakarta, fungsi dan tugas pokok Gedung Kesenian Jakarta adalah:

1. Turut berperan aktif dalam mengembangkan serta meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian, khususnya seni pertunjukkan dalam

nuansa etnik, klasik, tradisi, sampai modern di bidang seni musik, tari, teater, balet, seni kolaborasi dalam skala nasional khususnya dan internasional umumnya.

2. Mendukung Pemda Provinsi DKI Jakarta dalam menampilkan program seni budaya berkualitas sebagai sarana pendukung bidang pariwisata, ekonomi sekaligus menunjang perkembangan seni budaya khususnya seni pertunjukkan.

(8)

3. Meningkatkan saling pengertian internasional melalui kegiatan pertukaran budaya.

4. Menjalin berbagai hubungan kemitraan demi pengembangan kesenian Indonesia.

5. Melaksanakan misi Gedung Kesenian Jakarta sebagai etalase budaya dan tempat yang bergengsi untuk menampilkan kesenian berbobot.

6. Menyediakan fasilitas yang memadai untuk pementasan karya-karya seni upaya memberi motivasi kepada seniman dalam berkarya.

7. Menyelenggarakan pelayanan yang optimal terhadap mitra kerja Gedung Kesenian Jakarta termasuk grup pengisi acara dan penonton kesenian.

8. Menyediakan tempat untuk menjalin hubungan antar bangsa melalui pementasan kesenian dan saling bertukar apresiasi sebagai saran memupuk perkembangan kesenian, persahabatn sekaligus sebagai rangsangan peningkatan kreatifitas.

2.6 Struktur Organisasi

Keputusan Kepala Dinas Permuseuman dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta No. 83 Tahun 2006 tentang Struktur Organisasi Gedung Kesenian Jakarta. Pada saat ini tercatat total 29 orang pegawai yang bekerja di Gedung Kesenian Jakarta. 3 diantaranya adalah Pegawai Negeri.

(9)

2.7 Kegiatan Gedung Kesenian Jakarta

Dalam penyelenggaraan kegiatan program, Gedung Kesenian Jakarta mendapat bantuan/subsidi dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Perolehan dana tersebut digunakan untuk bantuan biaya operasional grup kesenian. Di luar bantuan/subsidi tersebut Gedung Kesenian Jakarta memperoleh dana dari kerjasama dengan grup kesenian berupa kegiatan berikut :

2.7.1 Penjualan Tiket

Pola kerjasama pergelaran dilakukan dengan maksud dapat menghasilkan pendapatan yang baik dari setiap penyelenggaraan kegiatan pertunjukkan, Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 1145/2004 tentang Pemberian Sumbangan kepada Badan Pengelola Gedung Kesenian Jakarta berupa pengembalian seluruh pajak hiburan / pementasan kesenian seni budaya nasional yang diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta, dimana Gedung Kesenian Jakarta harus menyetor terlebih dahulu Pajak Hiburan sebesar 10% dari harga tiket yang dicetak.

2.7.2 Penggunaan Gedung

Penampil dapat tampil di Gedung Kesenian Jakarta melalui seleksi materi pertunjukkan dan membayar kompensasi biaya penggunaan fasilitas gedung pertunjukkan. Hasil kompensasi biaya penggunaan fasilitas ini dialokasikan untuk gaji pegawai, perawatan, dan pengadaan peralatan ringan, perlengkapan gedung dan kantor, pengadaan bahan promosi, dan pengeluaran lain yang dianggap perlu.

(10)

2.8 Pertunjukkan di Gedung Kesenian Jakarta

2.8.1 Seni Musik

Adalah seni yang memadukan nada-nada dan suara dari instrumen musik sehingga tercipta perpaduan yang harmonis untuk didengar.

2.8.2 Seni Teater

Adalah seni yang memperagakan suatu karya atau cerita melalui sebuah pertunjukkan dengan memainkan laga para aktornya di dalam sebuah naskah yang sudah disusun.

2.8.3 Seni Tari

Adalah seni yang mempertunjukkan keindahan gerak dari tubuh manusia sebagai bentuk perpaduan yang dinamis antara irama dan gerakan.

2.9 Ruang Lingkup

Di bawah naungan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Gedung Kesenian Jakarta menjalin hubungan baik dengan badan / instansi pemerintah lainnya seperti : Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia, Dinas Penerangan Jalan Umum, Provinsi DKI Jakarta, Dinas Pemadam Kebakaran Jakarta Pusat, Dinas Pertamanan dan Pemakaman Provinsi DKI Jakarta dan lainnya.

Dalam menunjang programnya Gedung Kesenian Jakarta juga menjalin hubungan baik dengan :

1. Kedutaan Besar

2. Pusat Kebudayaan Asing

(11)

4. Mitra Sponsor

5. Media Partner (cetak/elektronik/online)

Gambar 2.3 Ruang Auditorium Gedung Kesenian Jakarta

Sumber Gambar 2.3 : www.streetdirectory.co.id

2.10 Fasilitas Gedung Kesenian Jakarta

Ruang Auditorium dengan kapasitas 472 tempat duduk, 395 di bagian bawah dan 77 buah di bagian atas. Panggung dengan tinggi 4.5 m dan lebar 10.5 m dan panjang 14.8 m dan kedalaman 1.17 m. Alat tata cahaya sebanyak 86 buah dan Alat Tata Suara 93 buah.

(12)

2.11 Pembanding

2.11.1 Komunitas Salihara - Teater Salihara

Gambar 2.4 Logo Komunitas Salihara

Sumber Gambar 2.4 : www.koalisiseni.or.id

Komunitas Salihara adalah pusat kesenian swasta pertama di Indonesia yang berkiprah sejak 08 Agustus 2008. Berlokasi di atas sebidang tanah seluas sekitar 3.800 m2 di Jalan Salihara 16, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, kompleks Komunitas Salihara terdiri atas tiga unit bangunan utama: Teater Salihara, Galeri Salihara, dan ruang perkantoran. Saat ini, Teater blackbox Salihara adalah satu-satunya yang ada di Indonesia. Pada saat ini kompleks Komunitas Salihara sedang diperluas dengan tambahan fasilitas untuk studio latihan, wisma seni dan amfiteater. Komunitas Salihara dibentuk oleh sejumlah sastrawan, seniman, jurnalis, dan peminat seni. Sejak berdiri, Komunitas Salihara telah menampilkan berbagai macam acara seni dan pemikiran; sebagian datang dari mancanegara, dan berkelas dunia. Pernah didapuk sebagai “The Best Art Space” (2010) oleh majalah Time Out Jakarta dan sebagai satu dari “10 Tempat Terunik di Jakarta” (2010) versi Metro TV, arsitektur Komunitas Salihara juga dinobatkan sebagai

(13)

“Karya arsitektur yang menerapkan aspek ramah lingkungan” oleh Green Design Award 2009.

Saat ini Komunitas Salihara banyak dikunjungi oleh masyarakat yang ingin menikmati program-program kesenian dan pemikiran, klasik dan mutakhir, dan bermutu tinggi. Di samping itu, Komunitas Salihara menjadi tempat berkumpul bagi berbagai kelompok minat—misalnya sastrawan, pembuat film, koreografer, arsitek muda, peminat filsafat, penerjemah, pencinta buku, dan lain-lain. Komunitas Salihara dapat juga disebut pusat kebudayaan alternatif: ia tidak dimiliki oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, ataupun kedutaan asing.

Visi Komunitas Salihara adalah memelihara kebebasan berpikir dan berekspresi, menghormati perbedaan dan keragaman, serta menumbuhkan dan menyebarkan kekayaan artistik dan intelektual. Kami perlu menegaskan visi ini, karena di Indonesia saat ini, yang sudah menjalankan demokrasi elektoral dalam dua dasawarsa terakhir, kebebasan berpikir dan berekspresi masih sering terancam dari atas (dari aparat Negara) maupun dari samping (dari sektor masyarakat sendiri, khususnya sejumlah kelompok yang mengatasnamakan agama dan suku).

Gambar 2.5 Gedung Komunitas Salihara

(14)

Dalam pemrograman, Komunitas Salihara memprioritaskan kesenian-kesenian baru. Kebaruan ini adalah, bagi kami, bukan hanya menandakan masyarakat pendukung kesenian yang dinamis, tapi juga sikap kreatif terhadap berbagai warisan kesenian Indonesia dan dunia. Komunitas Salihara mengajak penonton untuk mendukung kebaruan ini. Namun diperlukan proses yang agak panjang untuk mencapai situasi ideal ini. Karena itu, Komunitas Salihara masih menampilkan kesenian yang bersifat “biasa”, yang kami anggap bisa menjadi jembatan bagi penonton umum untuk menuju kesenian baru yang kami maksud. Dengan demikian, kami berharap, pada tahun-tahun mendatang, Komunitas Salihara dapat mementaskan lebih banyak lagi kesenian baru dan memperluas lingkaran penonton yang berwawasan baru pula.

Gambar 2.6 Pementasan Musik di Teater Salihara

(15)

Dalam menjalankan program-programnya, Komunitas Salihara dibantu oleh berbagai lembaga, terutama lembaga-lembaga swasta maupun perorangan. Di samping itu Komunitas Salihara selalu berusaha bekerjasama dengan sejumlah lembaga asing—misalnya pusat-pusat kebudayaan asing yang ada di Jakarta untuk mendatangkan sejumlah kelompok ke Indonesia.

2.11.2 Taman Ismail Marzuki - Graha Bhakti Budaya

Gambar 2.7 Logo Taman Ismail Marzuki

Sumber Gambar 2.7 : indonesiatourismus.blogspot.com

Graha Bhakti Budaya adalah gedung pertunjukkan yang memiliki kapasitas 800 kursi, umumnya digunakan sebagai pertunjukkan konser musik, teater baik tradisional maupun modern. Graha Bhakti Budaya merupakan bagian dari Pusat Kesenian Taman Ismail Marzuki. Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki yang populer disebut Taman Ismail Marzuki (TIM) merupakan sebuah pusat kesenian dan kebudayaan yang berlokasi di jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat. Di sini terletak Institut Kesenian Jakarta dan Planetarium Jakarta. Selain itu, TIM juga memiliki enam teater modern, balai pameran, galeri, gedung arsip, dan bioskop. Acara-acara seni dan budaya dipertunjukkan secara rutin di pusat

(16)

kesenian ini, termasuk pementasan drama, tari, wayang, musik, pembacaan puisi, pameran lukisan dan pertunjukan film. Berbagai jenis kesenian tradisional dan kontemporer, baik yang merupakan tradisi asli Indonesia maupun dari luar negeri juga dapat ditemukan di tempat ini.

2.12 Analisa SWOT

2.12.1 Strength :

Gedung Kesenian Jakarta sudah menjadi top of mind bagi seniman.

Gedung Kesenian Jakarta merupakan gedung akustik terbaik.

Gedung Kesenian Jakarta memiliki nilai-nilai bersejarah.

Gedung Kesenian Jakarta memberikan pelayanan yang baik. 2.12.2 Weakness :

Gedung Kesenian Jakarta masih kesulitan dalam memenuhi biayanya.

Gedung Kesenian Jakarta dianggap kuno dan tua.

Seleksi ketat membuat variasi grup seniman yang tampil menjadi sedikit.

Kurangnya sumber daya manusia di dalam struktur organisasinya. 2.12.3 Opportunity :

Gedung Kesenian Jakarta menjadi pusat kesenian tanah air.

Apresiasi masyarakat terhadap kesenian meningkat.

Adanya dukungan penuh dari pemerintah daerah DKI Jakarta.

(17)

2.12.4 Threat :

Status sebagai instansi pemerintah menyulitkan masuknya sponsor.

Perubahan jaman, berkurangnya peminatan terhadap kesenian klasik.

Karena kurang dana, Gedung Kesenian Jakarta sulit berkompetisi.

Kurangnya akuisisi Gedung Kesenian Jakarta di mata masyarakat. 2.13 Target Audiens

Sasaran yang dituju adalah Pria/Wanita dengan umur 18-30 tahun, dengan psikografi menyukai kesenian, memiliki sifat empati yang tinggi, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan bersifat terbuka dalam menerima pendapat. Aspek geografis daerah perkotaan dengan Aspek Demografis strata ekonomi sosial B hingga A.

Gambar

Gambar 2.1 Logo Gedung Kesenian Jakarta
Gambar 2.2 Gedung Kesenian Jakarta Tampak Depan
Gambar 2.3 Ruang Auditorium Gedung Kesenian Jakarta
Gambar 2.4 Logo Komunitas Salihara
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memperhatikan kerangka berpikir yang ada, maka dapat ditarik hipotesa awal dari penelitian ini, yaitu semakin besar faktor-faktor negatif yang ada dalam perencanaan

Dalam tahapan sosialisasi ini, dilakukan diskusi dengan warga setempat dengan tujuan untuk; memberikan informasi tentang tujuan dan maksud program pengabdian kepada masyarakat

Penelitian yang dilakukan oleh Kasmiati ini menunjukkan bahwa pesan dakwah yang disampaikan oleh Susuhunan Paku Buwono I terbagi dalam dua garis besar permasalahan

Semua yang dikemukakan responden mengenai green product promotion yang dirasakannya ini tidak cukup mampu mendorong responden untuk merasa yakin dalam

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis mengajukan penelitian dengan judul: “PENGARUH KAPASITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI, KOMITMEN

[r]

Laju pendinginan yang maksimum tidak akan tercapai dengan metode ini, sehingga tujuan pembentukan baja yang seluruh bagiannya bermikrostruktur martensit (untuk baja karbon

Ikan yang diamati pada percobaan ini adalah ikan tongkol, golongan ikan ini adalah ikan karnivora, yaitu ikan pemakan daging, hal ini dapat dilihat dari bentuk mulut dan gigi