• Tidak ada hasil yang ditemukan

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS LINGKUNGAN HIDUP PENJELASAN. (Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS LINGKUNGAN HIDUP PENJELASAN. (Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

SKPD : DINAS LINGKUNGAN HIDUP

TUGAS : Melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah dan tugas pembantuan di bidang lingkungan hidup

FUNGSI :

1

2 Pelaksanaan kebijakan teknis bidang tata lingkungan;

3 Pelaksanaan kebijakan teknis bidang pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan;

4 Pelaksanaan kebijakan teknis bidang penataan dan peningkatan dan peningkatan kapasitas lingkungan hidup; 5

6

7 Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian UPT; 8 Pengelolaan bagian kesekretariatan.

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

1. Indeks Kualitas Air (IKA) Makna Indikator :

Indeks Kualitas Udara (IKU) Indeks kualitas air (IKA) merupakan angka yang menunjukkan gambaran atau indikasi awal untuk memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi kualitas air pada lingkup dan periode tertentu. Begitu pula dengan indeks kualitas udara (IKU) merupakan angka yang menunjukkan gambaran atau indikasi awal untuk memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi kualitas udara pada lingkup dan periode tertentu. Kondisi kualitas air ataupun udara yang dapat diterjemahkan dalam angka ini diharapkan dapat

mempermudah semua pemangku kepentingan dalam memahami kualitas air ataupun udara apakah dalam kategori baik, sedang, atau buruk sehingga dapat dijadikan data dasar yang membantu proses pembuatan keputusan atau kebijakan. Semakin jauh dengan angka 100, mengindikasikan harus semakin besar upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan.

Kepala Dinas LH Bidang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan LH, Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Kemitraan, Bidang Penaatan Kapasitas dan Peraturan LH

Alasan Pemilihan :

Perhitungan IKA dan IKU merupakan data dasar dalam perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). Penyusunan IKLH terkait erat dengan kebutuhan sasaran pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dalam Rencana Pembangunan Nasional sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2014, Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Tahun 2015 yang memuat sasaran dan arah kebijakan terkait Isu strategis. Selain itu dalam RPJMN menyebutkan kebijakan pengelolaan kualitas lingkungan hidup diarahkan pada peningkatan IKLH.

INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) DINAS LINGKUNGAN HIDUP

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Terwujudnya pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan

Perumusan kebijakan teknis bidang tata lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah B3, pengendalian pencemaran, kerusakan lingkungan, penataan dan peningkatan kapasitas lingkungan hidup;

Koordinasi dan sinkronisasi pelaksanaan kebijakan teknis bidang tata lingkungan, pengelolaan sampah dan limbah B3, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dan penataan dan peningkatan kapasitas lingkungan hidup;

Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kebijakan teknis bidang tata lingkungan, pengelolaan sampah, dan limbah B3, pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup dan penataan dan peningkatan kapasitas lingkungan hidup;

(2)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Air, terutama air sungai mempunyai peranan yang sangat strategis dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Selain itu, air sungai juga menjadi sumber air baku untuk kebutuhan lainnya seperti industri, pertanian, dan pembangkit listrik. Sungai juga dijadikan tempat pembuangan berbagai macam limbah. Karena peranannya tersebut, maka sangat layak jika kualitas air sungai dijadikan indikator kualitas lingkungan hidup. Udara merupakan komponen lingkungan abiotik penyusun ekositem yang penting bagi kehidupan. Udara termasuk kebutuhan dasar bagi makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya.

Cara Perhitungan Indikator : INDEKS KUALITAS AIR Langkah 1

Pij = indeks pencemaran bagi peruntukan j (Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij (Ci/Lij)M adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij Ci = konsentrasi parameter kualitas air i

Lij = konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam baku peruntukan air j

Parameter yang digunakan DO, COD, TSS, BOD, E Coli, Total Coliform, Total Phosphat Langkah 2

Evaluasi terhadap Pij

Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 Pij 1,0 Tercemar ringan jika 1,0 < Pij 5,0

Tercemar sedang jika 5,0 < Pij 10,0 Tercemar berat jika PIj > 10,0

Langkah 3

Jumlah titik sampel yang memenuhi baku mutu air dijumlahkan dan dibuat dalam persentase dengan membaginya terhadap seluruh jumlah sampel.

(3)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Masing-masing persentase pemenuhan baku mutu air kemudian dikalikan bobot indeks. Kemudian dijumlahkan didapatkanlah IKA

INDEKS KUALITAS UDARA

IPU = Indeks Pencemar Udara IPNO2 = Indeks Pencemar NO2 IPSO2 = Indeks Pencemar SO2

Indeks Pencemar Udara tersebut merupakan indeks pencemar udara yang telah dibandingkan dengan Referensi standar European Union atau dapat disebut Indeks Udara Model EU. Selanjutnya Indeks Udara Model EU tersebut dikonversi menjadi Indeks Kualitas Udara untuk perhitungan IKLH.

2 Indeks Tutupan Hutan Makna Indikator :

Indeks tutupan hutan (ITH) merupakan angka yang menunjukkan gambaran atau indikasi awal untuk memberikan kesimpulan cepat dari suatu kondisi tutupan hutan pada lingkup dan periode tertentu. Semakin jauh dengan angka 100, mengindikasikan harus semakin besar upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan.

Kepala Dinas LH Bidang Pengendalian Pencemaran dan Perusakan LH, Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Kemitraan, Bidang Tata Lingkungan, BPKH Wilayah V Banjarbaru

Alasan Pemilihan :

Perhitungan ITH merupakan data dasar dalam perhitungan Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH). Tutupan hutan merupakan bagian dari isu hijau yakni pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani aspek-aspek konservasi atau

pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Isu hijau seharusnya memiliki kontribusi yang sama terhadap IKLH, namun karena hanya diwakili 1 (satu) indikator yakni tutupan hutan, maka bobotnya lebih besar dibanding indikator lainnya dalam perhitungan IKLH.

Terwujudnya peningkatan konservasi Sumber Daya Alam

(4)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Hutan merupakan salah satu komponen penting ekosistem yang berfungsi sebagai penjaga tata air, pencegah erosi, pengatur iklim, dan tempat tumbuh berbagai plasma nutfah. Pada hakikatnya, hutan memberikan manfaat yang sama terhadap manusia, sehingga manusia memiliki hak yang sama terhadap layanan hutan atau luasan hutan yang sama. Setiap luas lahan harus memiliki proporsi luas hutan yang sama untuk menjaga kelestarian lingkungan hidupnya. Sehingga perlu adanya angka yang menggambarkan kondisi tersebut melalui indeks tutupan hutan.

Cara Perhitungan Indikator :

TH = Tutupan Hutan

LTH = Luas Tutupan ber-Hutan LWP = Luas Wilayah Provinsi

Selanjutnya dilakukan konversi persentase tutupan hutan hingga didapatkan indeks tutupan hutan

(5)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

1. 1.

Persentase perusahaan yang diawasi taat terhadap pengelolaan Kualitas air

Kabid Penataan dan Peningkatan Kapasitas LH

Data Hasil Pengawasan; Dokumen Lingkungan Perusahaan

2.

Alasan Pemilihan Indikator: Adanya kegiatan pengawasan terhadap perusahaan merupakan salah satu langkah untuk meningkatkan ketaatan bagi perusahaan dalam mengelola lingkungan. Dengan meningkatnya ketaatan perusahaan, maka diharapkan akan mengurangi dampak suatu kegiatan terhadap kerusakan maupun pencemaran lingkungan. Dengan taatnya perusahaan terhadap pengelolaan kualitas air dan udara, diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan indeks kualitas air dan indeks kualitas udara.

Cara Perhitungan:

Persentase kasus lingkungan hidup yang ditindaklanjuti dan diselesaikan secara hukum

Makna Indikator : Menggambarkan respon Dinas LH terhadap kasus lingkungan yang terjadi. Dimulai dari kasus tersebut bermula sampai dengan penyelesaiannya.

Kabid Penataan dan Peningkatan Kapasitas LH Alasan Pemilihan Indikator:

Cara Perhitungan: Kasus lingkungan hidup disini merupakan kasus LH yang sudah terdaftar / teregistrasi sebagai kasus LH oleh Dinas LH Pemprov Kalsel

Jumlah ASN yang mendapat sertifikat kompetensi

Makna Indikator : Peningkatan kapasitas LH salah satunya bisa dengan meningkatkan kualitas aparatur/SDM LH. Peningkatan tersebut dapat dicapai melalui kegiatan kursus, bimbingan teknis, atau diklat baik yang berhubungan langsung dengan teknis LH maupun yang berhubungan dengan perencanaan, keuangan, dan kepegawaian. Sebagai salah satu tolok ukur bahwa ASN yang bersangkutan memahami materi yang diikutinya, maka digambarkan dengan sertifikat kompetensi yang didapatkannya.

Kabid Penataan dan Peningkatan Kapasitas LH

Alasan Pemilihan Indikator: Agar dapat menggambarkan tingkat kepahaman ASN dalam mengikuti kursus/bimtel/diklat yang diikutinya.

Cara Perhitungan: Menghitung jumlah ASN yang telah mengikuti kursus/bimbingan teknis/diklat dan mendapatkan sertifikat kompetensi tertentu

Makna Indikator : Persentase perusahaan yang diawasi taat terhadap pengelolaan kualitas air maupun udara menggambarkan tingkat ketaatan suatu perusahaan yang diawasi oleh Dinas LH terhadap pengelolaan kualitas air dan udara sesuai dengan yang tercantum dalam dokumen lingkungan yang dimiliki perusahaan tersebut.

Persentase perusahaan yang diawasi taat terhadap pengelolaan Kualitas udara

Meningkatkan penegakan hukum lingkungan

Meningkatkan kapasitas SDM aparatur LH.

ESSELON III

Meningkatkan pembinaan dan evaluasi pengelolaan limbah yang berdampak pada kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑠𝑖 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐿𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 x 100% 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑠𝑖 x 100%

(6)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Persentase pengelolaan persampahan di TPA dengan sistem sanitary landfill

Makna Indikator : TPA dengan Sistem Sanitary Landfill adalah Tempat Pemprosesan Akhir Sampah dengan menggunakan metode Sanitary Landfill.

Sanitary Landfil adalah membuang dan menumpuk sampah ke suatu lokasi yang cekung, memadatkan sampah tersebut kemudian menutupnya dengan tanah sehingga dapat menghilangkan polusi udara atau sarana pengurugan sampah ke lingkungan yang disiapkan dan dioparasikan secara sistematis, ada proses penyebaran dan pemadatan sampah pada area pengurugan dan menutup sampah dengan tanah setiap hari (Ockta Othed (Senin, 02 Januari 2012))

Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Kemitraan

• Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah • Ockta Othed (Senin, 02 Januari 2012)

Alasan Pemilihan Indikator: Dalam pengelolaan sampah di TPA dilarang

menggunakan sistem open dumping dan wajib menggunakan minimal control landfill dan lebih baik lagi apabila dengan metode sanitary landfill. Jika tidak akan dikenakan sangsi hukum pidana dan administrasi bagi Kepala Daerah yang memiliki TPA bersangkutan. Dasar Hukum

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah Sasaran

TPA yang ada di wilayah Kalimantan Selatan

Cara Perhitungan:

persentase perusahaan dengan pengelolaan Limbah B3 sesuai ketentuan

Makna Indikator : Memberikan gambaran mengenai proporsi perusahan yang telah mengelola limbah B3, dalam hal ini penghasil, pengumpul, pemanfaat, dan pengangkut di Provinsi Kalimantan Selatan sesuai ketentuan.

Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Kemitraan

Alasan Pemilihan Indikator: Menerapkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3.

Cara Perhitungan: Meningkatkan pengelolaan

persampahan di TPA

Meningkatkan pengelolaan limbah B3 - Pelaporan neraca limbah B3

dari perusahaan / rumah sakit - Pengawasan lapangan - Data manifest elektronik 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑇𝑃𝐴 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑖𝑠𝑡𝑒𝑚 𝑆𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎𝑟𝑦 𝐿𝑎𝑛𝑑𝑓𝑖𝑙𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑇𝑃𝐴 𝑑𝑖 𝑃𝑟𝑜𝑣𝑖𝑛𝑠𝑖 𝐾𝑎𝑙𝑠𝑒𝑙 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑕𝑎𝑠𝑖𝑙 𝐿𝐵3 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎𝑕 𝐵3 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑖𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎𝑕 𝐵3 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑢𝑚𝑝𝑢𝑙 𝐿𝐵3 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎𝑕 𝐵3 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑖𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎𝑕 𝐵3 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑓𝑎𝑎𝑡 𝐿𝐵3 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎𝑕 𝐵3 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑖𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎𝑕 𝐵3 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛𝑔𝑘𝑢𝑡 𝐿𝐵3 𝑑𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑚𝑏𝑎𝑕 𝐵3 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑖 𝑘𝑒𝑡𝑒𝑛𝑡𝑢𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑤𝑎𝑠𝑖 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑎𝑖𝑡 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝐿𝑖𝑚𝑏𝑎𝑕 𝐵3 x 100%

(7)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

1 Jumlah sekolah peserta adiwiyata nasional dan internasional

Makna Indikator : Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembela sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya

penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan. Terwujudnya sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan baik ditingkat Dasar maupun Menegah, dan mengembangan norma-norma kebersamaan, keterbukaan, kesetaraan, kejujuran, keadilan serta kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Kemitraan

Alasan Pemilihan Indikator:

- Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

- Undang - Undang 18 tahun 2008 tenteng Persampahan

- Sesuai dengan Permen LH Republik Indonesia Nomor : 05 Tahun 2013. tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.

- Peraturan Gubernur Nomor 036 Tahun 2012 tentang Sekolah Adiwiyata Provinsi Kalimantan Selatan.

Cara Perhitungan: Menjumlahkan sekolah peserta adiwiyata nasional dan internasional pada tahun berjalan. ari 13 Kabupaten / Kota yang mengikuti persentasi terdapat 73 sekolah yang lulus di tingkat Provinsi dan diusulkan ke KLH, dari 73 sekolah telah lulus administrasi tinggal menunggu verifikasi lapangan sebagai ketentuan kelulusan sekolah adiwiyata.

2 Jumlah peserta Saka Kalpataru tingkat nasional yang diusulkan

Makna Indikator : Memberikan wadah dan Pembinaan bagi Pramuka Penegak dan Pramuka Pandega untuk menyalurkan minat, mengembangkan bakat, kemampuan, pengalaman dalam bidang pengetahuan dan teknologi serta keterampilan, khususnya yang berkaitan dengan upaya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ( PPLH ) yang menjadi bekal penghidupan untuk mengabdi pada masyarakat, bangsa dan negara.

Kabid Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Kemitraan

Alasan Pemilihan Indikator:

- Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor : 17/MENLH/11/2011 dan Nomor

014/PK.MoU/11/2011. tentang Pelaksanaan Program dan Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

- Keputusan Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : 03 tahun 2013 tentang Kelonpok Kerja ( POKJA ) Persiapan Pembentukan Saka Lingkungan Hidup ( Kalpataru ).

Cara Perhitungan: Menjumlahkan usulan peserta Saka Kalpataru tingkat nasional

1 Persentase parameter kualitas air sungai hasil pemantauan yang memenuhi baku mutu

Makna Indikator : Persentase parameter kualitas air sungai hasil pemantauan yang memenuhi baku mutu menggambarkan tingkat pemenuhan baku mutu parameter kualitas air sungai di semua lokasi pemantauan terhadap seluruh data hasil pemantauan

Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

Data Hasil Pemantauan oleh Dinas LH

Meningkatkan peran serta institusi maupun masyarakat di bidang lingkungan hidup

Meningkatkan hasil pemantauan kualitas air sungai dan udara yang memenuhi baku mutu

(8)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Alasan Pemilihan Indikator: Data hasil pemantauan parameter kualitas air diperlukan dalam perhitungan status mutu air yang kemudian diperlukan pula dalam perhitungan Indeks Kualitas Air (IKA). Dengan meningkatnya hasil pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi bakumutu maka dapat meningkatkan kualitas air sungai tersebut. Dengan meningkatnya kualitas air sungai maka dapat memperbaiki status mutu air yang berdampak pada peningkatan IKA.

Cara Perhitungan:

2 Persentase parameter kualitas udara hasil pemantauan yang memenuhi baku mutu

Makna Indikator : Persentase parameter kualitas udara yang memenuhi baku mutu menggambarkan tingkat pemenuhan baku mutu parameter di semua lokasi pemantauan terhadap seluruh data hasil analisis di semua lokasi pemantauan

Alasan Pemilihan Indikator: Data hasil pemantauan parameter kualitas udara diperlukan dalam perhitungan Indeks Kualitas Udara (IKU). Dengan meningkatnya kualitas udara maka dapat meningkatkan IKU.

Cara Perhitungan:

1 Persentase perusahaan yang dinilai kinerjanya taat terhadap pengelolaan air

Makna Indikator : Perusahaan yang dinilai kinerjanya disini melalui kegiatan Proper. Indikator ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam menaati aspek pengelolaan lingkungan yang ditetapkan kriterianya dalam kegiatan PROPER. Dengan meningkatnya kinerja perusahaan dalam pengelolaan kualitas air, diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas air.

Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

Rapor PROPER

Alasan Pemilihan Indikator: indikator ketaatan atas baku mutu berkolerasi dengan IKA yang mempengaruhi indeks kualitas lingkungan setempat.

Cara Perhitungan:

2 Persentase perusahaan yang dinilai kinerjanya taat terhadap pengelolaan udara

Makna Indikator : Perusahaan yang dinilai kinerjanya disini melalui kegiatan PROPER. Indikator ini menggambarkan kinerja perusahaan dalam menaati aspek pengelolaan lingkungan yang ditetapkan kriterianya dalam kegiatan PROPER. Dengan

meningkatkannya kinerja perusahaan dalam pengelolaan kualitas udara, diharapkan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas udara.

Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

Alasan Pemilihan Indikator: Indikator ketaatan atas baku mutu berkolerasi dengan IKU yang mempengaruhi indeks kualitas lingkungan setempat.

Cara Perhitungan: Meningkatkan hasil pemantauan

kualitas air sungai dan udara yang memenuhi baku mutu

Meningkatkan perusahaan yang kinerjanya dinilai taat terhadap pengelolaan air

Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑃𝑅𝑂𝑃𝐸𝑅 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑕𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑡𝑎𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢𝑕𝑖 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑢𝑡𝑢 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑡𝑎𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑎𝑖𝑟 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑎𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑕𝑎𝑑𝑎𝑝 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑜𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑔𝑖𝑘𝑢𝑡𝑖 𝑃𝑅𝑂𝑃𝐸𝑅 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑕𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑡𝑎𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢𝑕𝑖 𝑏𝑎𝑘𝑢 𝑚𝑢𝑡𝑢 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑎𝑟𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 𝑝𝑒𝑚𝑎𝑛𝑡𝑎𝑢𝑎𝑛 𝑘𝑢𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑢𝑑𝑎𝑟𝑎 x 100%

(9)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Persentase laporan mengenai pemantauan lingkungan yang disusun dan diinformasikan

Makna Indikator : Sebagai lanjutan dari Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang Lingkungan Hidup. Sebelumnya, saat urusan LH menjadi urusan wajib pelayanan dasar SPM LH terdiri atas (1)Pelayanan informasi status mutu air;

(2) Pelayanan informasi status mutu udara ambien, dan;

(3) Pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Sehingga dalam hal ini laporan hasil pemantauan kualitas lingkungan diinformasikan baik melalui koordinasi, pengiriman hasil pemantauan kepada pihak-pihak terkait, pameran, media sosial seperti facebook ataupun website DLH Prov. Kalsel

Kabid Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup

Alasan Pemilihan Indikator: Melanjutkan dengan SPM urusan LH yang pernah dilaksanakan sebelumnya.

Cara Perhitungan:

1 Persentase Dokumen KRP yang mendapat rekomendasi lingkungan

Makna Indikator : Rekomendasi lingkungan terhadap KRP menunjukkan bahwa KRP tersebut telah divalidasi sesuai ketentuan teknis PPLH

Kabid Tata Lingkungan

Alasan Pemilihan Indikator: Proses rekomendasi/validasi mengacu pada amanat UU 32 tahun 2009 tentang PPLH, PP No 71 tahun 2014 Jo PP No 57 Tahun 2016 tentang PPEG dan PP No 46 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan KLHS.

Cara Perhitungan:

2 Persentase dokumen lingkungan yang mendapatkan rekomendasi kelayakan dan atau ketidaklayakan lingkungan hidup

Makna Indikator : Rekomendasi kelayakan dan atau ketidaklayakan menunjukkan bahwa KPA/Instansi LH telah bekerja untuk menilai rencana kegiatan/usaha berdasarkan ketentuan teknis pengelolaan lingkungan.

Kabid Tata Lingkungan

Alasan Pemilihan Indikator: Proses rekomendasi/validasi mengacu pada amanat UU 32 tahun 2009 tentang PPLH, PP 27 Tahun 2012 tentang Izin Lingkungan dan PermenLh No 8 Tahun 2013 tentang Tata Laksana Penilaian dan Pemeriksaan Dokumen LH serta Penerbitan IL

Cara Perhitungan:

Persentase penurunan emisi GRK dari Business As Ussual

Makna Indikator : Emisi GRK secara absolut dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Penurunan emisi GRK disini didasarkan atas perbandingan terhadap emisi GRK pada BAU (Business As Ussual). Semakin tinggi persentase penurunan

menunjukkan semakin baik pengelolaan lingkungan, meskipun secara absolut emisi GRK tetap naik.

Kabid Tata Lingkungan

Alasan Pemilihan Indikator: Upaya mitigasi perubahan iklim sesuai amanah Perpres No 71 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Inventarisasi Emisi GRK Nasional dan Perda No 2 Tahun 2017 tentang RPPLH.

KLHK, P3EK, BPS, Dinas PUPR, Dishut, Disbunnak, Dinas ESDM, Dishub, BBPTKL, Lab Kesehatan, Lab Lingkungan DLH, DLH Kab/Kota,

Inventarisasi dan identifikasi emisi GRK

BPS, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikutura, Dishut, Disbunnak, Dinas ESDM. Dishub, Pertamina, PLN, DLH Kab/Kota, Meningkatkan akses informasi

mengenai kualitas lingkungan hidup daerah

Meningkatkan kualitas dokumen perencanaan lingkungan 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛⬚𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘𝑙𝑎𝑦𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑙𝑖𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 ܬݑ݈݉ܽh ݌݁ݎ݉݋h݋݊ܽ݊݅ݖ݈݅݊݅݊݃݇ݑ݊݃ܽ݊ x 100% ܬݑ݈݉ܽh ܭܴܲݕܽ݊݃݉݁݊݀ܽ݌ܽݐݎ݁݇݋݉݁݊݀ܽݏ݅ ܬݑ݈݉ܽh ܭܴܲ ݀݅ݏݑݏݑ݊ݕܽ݊݃݉݁݉݁ݎ݈ݑ݇ܽ݊ݎ݁݇݋݉݁݊݀ܽݏ݅ x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑢𝑠𝑢𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑖𝑖𝑛𝑓𝑜𝑟𝑚𝑎𝑠𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝐿𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑠𝑢𝑠𝑢𝑛 x 100%

(10)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑅𝑃 𝑑𝑖𝑠𝑢𝑠𝑢𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑟𝑒𝑘𝑜𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑠𝑖Cara Perhitungan:

Persentase kenaikan nilai komponen perencanaan pada LKjIP Dinas LH

Makna Indikator : Kenaikan nilai komponen perencanaan pada LKjIP Dinas LH dapat dianggap sebagai tolok ukur dari peningkatan kualitas perencanaan yang dilakukan Dinas LH.

Sekretaris Kasubag Perencanaan dan

Pelaporan, Inspektorat Prov. Kalsel

Alasan Pemilihan Indikator: Perencanaan merupakan salah satu komponen yang dinilai pada penyelenggaraan SAKIP SKPD.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Cara Perhitungan:

Persentase kenaikan nilai komponen pelaporan pada LKjIP Dinas LH

Makna Indikator : Kenaikan nilai komponen pelaporan pada LKjIP Dinas LH dapat dianggap sebagai tolok ukur dari peningkatan kualitas pelaporan yang dilakukan Dinas LH.

Sekretaris

Alasan Pemilihan Indikator: Pelaporan merupakan salah satu komponen yang dinilai pada penyelenggaraan SAKIP SKPD.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Cara Perhitungan:

Persentase aset yang tercatat Makna Indikator : Merupakan tertib administrasi dalam pencatatan aset kantor Sekretaris

Alasan Pemilihan Indikator: Agar semua aset dapat dikontrol dengan baik Cara Perhitungan:

BPS, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikutura, Dishut, Disbunnak, Dinas ESDM. Dishub, Pertamina, PLN, DLH Kab/Kota,

Pelayanan sarana prasarana dan administrasi perkantoran dan kepegawaian

Meningkatkan kualitas perencanaan dan pelaporan kinerja.

(𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛𝐿𝐾𝑗𝐼𝑃 𝑡𝑎𝑕𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 (𝑛) −𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑕𝑢𝑛 𝑛−1) 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎𝑎𝑛 𝐿𝐾𝑗𝐼𝑃 𝑡𝑎𝑕𝑢𝑛 𝑛−1 x 100% (ܤݑݏ݅݊݁ݏݏܣݏܷݏݏݑ݈ܽ − ܵݐܽݐݑݏܧ݉݅ݏ݅ܩܴܭݏܽܽݐ݅݊݅ ) ܤݑݏ݅݊݁ݏݏܣݏܷݏݏݑ݈ܽܧ݉݅ݏ݅ܩܴܭ x 100% (𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝐿𝐾𝑗𝐼𝑃 𝑡𝑎𝑕𝑢𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 (𝑛) −𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝑡𝑎𝑕𝑢𝑛 𝑛−1) 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐾𝑜𝑚𝑝𝑜𝑛𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑝𝑜𝑟𝑎𝑛 𝐿𝐾𝑗𝐼𝑃 𝑡𝑎𝑕𝑢𝑛 𝑛−1 x 100%

(11)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Persentase pemenuhan sarana dan prasarana yang dibutuhkan Dinas LH

Makna Indikator : Terpenuhinya sarana dan prasarana yang diperlukan pada tahun berjalan akan memperlancar kerja ataupun kinerja para ASN di Dinas LH

Sekretaris

Alasan Pemilihan Indikator: Sebagai bagian dari pelayanan terhadap ASN dalam hal pemenuhan sarana prasarana di Dinas LH

Cara Perhitungan:

Persentase pemenuhan pengurusan administrasi kepegawaian PNS Dinas LH

Makna Indikator : Menggambarkan tingkat pelayanan pengurusan administrasi kepegawaian di Dinas LH

Sekretaris

Alasan Pemilihan Indikator: Sebagai bagian dari pelayanan terhadap ASN dalam hal pemenuhan administrasi kepegawaian

Cara Perhitungan:

Persentase penyerapan anggaran Dinas LH

Makna Indikator : Menggambarkan kemampuan SKPD dalam menjalankan program dan kegiatan

Sekretaris

Alasan Pemilihan Indikator: Dengan melihat penyerapan anggaran maka dapat memberikan kesimpulan awal terhadap berjalannya suatu program dan kegiatan di SKPD.

Cara Perhitungan:

Persentase proses pengadaan lahan TPA Regional

Makna Indikator : Memberikan gambaran mengenai sejauh mana proses pembebasan lahan untuk TPA Regional dilaksanakan. TPA Regional yang dimaksud merupakan TPA Regional Banjarbakula yang berlokasi di Desa Gunung Kupang, Kelurahan Cempaka, Banjarbaru

Sekretaris BPN, Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah Bahan Berbahaya Beracun, dan Kemitraan

Alasan Pemilihan Indikator: Tahapan awal dari pembangunan TPA Regional adalah pembebasan lahan. Semakin cepatnya urusan pembebasan lahan ini dilaksanakan, maka proses pembangunan TPA Regional akan semakin cepat pula.

Pelayanan sarana prasarana dan administrasi perkantoran dan kepegawaian

Pelayanan administrasi keuangan

Mempercepat pembangunan TPA Regional 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑅𝑒𝑎𝑙𝑖𝑠𝑎𝑠𝑖 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑇𝑎𝑕𝑢𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑎𝑔𝑢 𝐴𝑛𝑔𝑔𝑎𝑟𝑎𝑛 𝑇𝑎𝑕𝑢𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑗𝑎𝑙𝑎𝑛 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑢𝑠𝑎𝑛 𝐴𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑔𝑎𝑤𝑎𝑖 𝐷𝑖𝑛𝑎𝑠 𝐿𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑢𝑕𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑢𝑟𝑢𝑠𝑎𝑛 𝐴𝑑𝑚𝑖𝑛𝑖𝑠𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑔𝑎𝑤𝑎𝑖 𝐷𝑖𝑛𝑎𝑠 𝐿𝐻 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝐷𝑖𝑛𝑎𝑠 𝐿𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑢𝑕𝑖 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑆𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝑑𝑎𝑛 𝑃𝑟𝑎𝑠𝑎𝑟𝑎𝑛𝑎 𝐷𝑖𝑛𝑎𝑠 𝐿𝐻 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑢𝑡𝑢𝑕𝑘𝑎𝑛 x 100% 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑐𝑎𝑡𝑎𝑡 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝐴𝑠𝑒𝑡 x 100%

(12)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

• Dibangunan sarana dan prasarana TPA Regional Banjarbakula oleh PUPR sementara lahan TPA disediakan oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan.

• Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa urusan lingkungan hidup di provinsi antara lain dengan melakukan pengananan TPA skala Regional

Cara Perhitungan:

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑖𝑙 𝐿𝑎𝑕𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑒𝑏𝑎𝑠𝑘𝑎𝑛

(13)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

1. Jumlah Perusahaan yang Bergerak di

Sektor Pertambangan, Perkebunan dan Industri di kalsel yang diawasi

kebijakan LH-nya

Makna Indikator : Indikator tersebut menggambarkan banyaknya pembinaan dan pengawasan terhadap pemegang izin lingkungan untuk melaksanakan ketentuan sesuai dengan dokumen lingkungan/ izin lingkungannya.

Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan LH

Alasan Pemilihan Indikator: Usaha di Provinsi Kalsel yang memiliki dokumen lingkungan sebagian besar ada pada sektor pertambangan, perkebunan, dan industri. Dalam menjalankan suatu kegiatan diperlukan pengawasan agar dapat memastikan kesesuaian apa yang termuat dalam dokumen lingkungan baik itu mengenai pengelolaan limbah cair, pengendalian pencemaran udara, limbah B3, reklamasi dan revegetasi. Adanya pembinaan tersebut diharapkan dapat meminimalisir pencemaran lingkungan, sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas air, udara, maupun tutupan lahan.

Cara Perhitungan: Menjumlahkan perusahaan yang diawasi mengenai pengelolaan kualitas lingkungan sesuai dokumen lingkungan yang dimilikinya

Jumlah rekomendasi pada institusi yang dikoordinasikan terkait dengan Sumber Pencemar Air Sungai yang Digunakan sebagai Sumber Air Baku air minum

Makna Indikator : Sebagai bagian dari upaya pengelolaan terhadap sumber air baku air minum, maka perlu dilakukan koordinasi dengan instansi yang terkait langsung dengan pengolahan air minum, yakni PDAM di kab/kota. Hasil koordinasi dengan PDAM tersebut menghasilkan beberapa rekomendasi mengenai pengelolaan kualitas lingkungan, baik dalam hal pengelolaan limbah padat, cair, B3 maupun non B3 pada berbagai sumber pencemar yang ada di perusahaan tersebut.

Kepala Seksi Pembinaan dan Pengawasan LH

Alasan Pemilihan Indikator: Rekomendasi yang dikeluarkan dapat menjadi tolok ukur terhadap koordinasi yang telah dilakukan sebagai langkah awal dari perbaikan kualitas air baku air minum.

Cara Perhitungan: Menjumlahkan rekomendasi yang dibuat dari hasil koordinasi dengan institusi yang menangani sumber air baku air minum dalam hal ini PDAM di Kab/Kota

Jumlah ASN yang mengikuti pelatihan bersertifikat kompetensi

Makna Indikator : Terdapat institusi ataupun lembaga penyelenggara pelatihan yang dapat mengeluarkan sertifikat kompetensi bagi para peserta pelatihan. Lembaga yang dapat memberikan sertifikat kompetensi inilah yang dapat menjadi pilihan bagi ASN yang ingin mengikuti pelatihan. Setiap pelatihan dimaksud dalam rangka meningkatkan SDM di bidang lingkungan, sehingga dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab sesuai kompetensinya.

Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas dan Peraturan LH

Alasan Pemilihan Indikator:

Banyaknya peraturan perundangan di bidang LH Sering terjadi rotasi/mutasi pegawai

Latar belakang staf dari berbagai disiplin ilmu

Cara Perhitungan: Dengan menjumlahkan berapa ASN yang mengikuti pelatihan bersertifikat kompetensi

Jumlah peraturan terkait Raperda LH yang diinventarisasi

Makna Indikator : Menggambarkan hasil inventarisasi dari peraturan bidang LH yang terkait dengan Raperda yang akan dibuat. Dengan adanya inventarisasi peraturan ini akan memberikan banyak pertimbangan dalam penyusunan suatu Raperda.

Kepala Seksi Peningkatan Kapasitas dan Peraturan LH

KLHK Meningkatkan pembinaan dan

pengawasan terhadap penerima izin lingkungan dan izin lainnya yang dipersyaratkan dalam peraturan perundangan terkait pengelolaan lingkungan

Meningkatkan koordinasi dan pengawasan kegiatan untuk pengurangan bahan pencemar

Melaksanakan fasilitasi dan bimbingan teknis sumberdaya manusia dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan.

Menginventarisasi peraturan yang terkait dengan penyusunan Raperda LH

(14)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Alasan Pemilihan Indikator: Tahun 2017 akan disusun Raperda mengenai pengelolaan persampahan.

Cara Perhitungan: Menginventarisasi Raperda yang terkait dengan Raperda yang akan disusun

Persentase Penyelesaian Hukum Kasus Lingkungan Hidup

Makna Indikator: Setiap kasus LH yang tidak dapat diselesaikan melalui cara

pembinaan, akan diselesaikan secara hukum (sanksi administrasi, paksaan pemerintah, pembekuan izin, maupun pencabutan izin).

Alasan Pemilihan Indikator: Setiap sanksi hukum terhadap kasus lingkungan yang dikeluarkan, harus dilakukan progress penyelesaiannya sesuai dengan pasal-pasal yang terdapat dalam sanksi hukum tersebut, sehingga dapat menjamin kasus lingkungan hidup dapat diselesaikan

Cara Perhitungan Indikator:

1 Persentase Kab/Kota yang mendapat penghargaan sebagai kota bersih

Makna Indikator : Kota sehat/Adipura adalah merupakan salah satu program strategis lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan lingkungan perkotaan se Kalimantan Selatan sehingga menjadi kota yang bersih, teduh, dan berkelanjutan serta serta menjadikan sampah menjadi bernilai ekonomi melalui pengelolaan sampah dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle).

Timbulan Sampah. Jumlah penduduk Kalimantan Selatan cenderung meningkat dengan asumsi 2% pertahun dimana tahun 2017 berjumlah 4.119.794 jiwa dengan timbulan sampah 1,038 juta ton/tahun (asumsi 0,7 kg/orang/hari) maka pada tahun 2022 yang diperkirakan akan mencapai 4.531.773 jiwa maka timbulan sampah menjadi 1,142 juta ton/tahun.

Target Provinsi sampai tahun 2022 :

Timbulan sampah sampai dengan 2022 = 1,142 juta ton/tahun pengurangan sampah : 20% atau 0,228 juta ton pertahun. Penanganan sampah : 20% atau 0,228 juta ton pertahun Pengelolaan Sampah = Pengurangan + Penanganan = 20% + 20%

= 40% (sesuai RPJM DLH Provinsi sampai dengan 2022)

Kepala Seksi Pengelolaan Persampahan

Alasan Pemilihan Indikator: Meningkatkan penanganan atas

pengaduan kasus lingkungan hidup

Kasi Pengaduan Kasus Lingkungan Hidup dan Penegakan Hukum

Mengembangkan sistem penilaian, evaluasi dan penghargaan lingkungan dalam pengelolaan sampah dan lingkungan

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑒𝑙𝑒𝑠𝑎𝑖𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠𝑢𝑠 𝐿𝐼𝑛𝑔𝑘𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐻𝑖𝑑𝑢𝑝 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑆𝑎𝑛𝑘𝑠𝑖 𝐻𝑢𝑘𝑢𝑚 x 100

(15)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Alasan Kota sehat /Adipura dilaksanakan adalah berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan perlindungan Lingkungan Hidup perihal menimbang bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa urusan lingkungan hidup di provinsi antara lain dengan memberikan penghargaan lingkungan hidup tingkat daerah provinsi Kalimantan Selatan.

3. PermenLH No. P.53/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 tentang Pelaksanaan Program Adipura pasal 7 ayat (1) Gubernur dapat membentuk tim pemantau provinsi yang bertugas untuk memantau kinerja pemerintah di bidang pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau, ayat (2) susunan keanggotaan dan tugas tim pemantau provinsi ditetapkan gubernur.

Cara Perhitungan: A.

B. Timbulan Sampah TS = JP x ATS x JB x JH

TS = Timbulan Sampah (ton/tahun) JP = Jumlah Penduduk (jiwa)

ATS = Asumsi Timbulan Sampah 0,7 kg/orang/hari = koefisien timbulan sampah ton/orang/hari = 0,0007 JB = Koefiesien Jumlah bulan dalam 1 tahun = 12 JH = Koefisien Jumlah hari dalam 1 bulan = 30

C. Target Pengelolaan Sampah Provinsi TPSP = Psu + Psa

TPSP = Target Pengelolaan Sampah Provinsi

Psu = Persentase Pengurangan Sampah sesuai RPJM Psa = Persentase Penanganan Sampah sesuai RPJM Mengembangkan sistem penilaian,

evaluasi dan penghargaan lingkungan dalam pengelolaan sampah dan lingkungan

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑖𝑕 𝑎𝑑𝑖𝑝𝑢𝑟𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑘𝑎𝑏⬚𝑘𝑜𝑡𝑎 𝑑𝑖 𝐾𝑎𝑙𝑠𝑒𝑙 x 100%

(16)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

D. Target Kota Sehat / Adipura Provinsi dalam Pengelolaan Sampah

Bila Target provinsi dalam pengelolaan sampah adalah 40% berarti bila target sampai 2022 adalah 7 kabupaten/kota berarti setiap kabupaten/kota peraih Adipura minimal mampu mengelola sampahnya sebesar 0,065 ton/tahun/kabupaten/kota dengan perhitungan sebagai berikut :

TPSPK = JK TKS

TKS = Target Pengelolaan Sampah dalam Kota Sehat/Adipura JK = Target Jumlah Kabupaten/Kota yang memperoleh Adipura TPSPK = Total Minimal Pengelolaan Sampah Kabupaten/Kota peraih Adipura

E. Perhitungan Nilai Adipura

Nilai Adipura = Nilai Fisik + Nilai Non Fisik

Komponen Non Fisik Adipura

1. Pengelolaan Sampah dan Ruang Terbuka Hijau 2. Pengendalian Pencemaran Air

3. Pengendalian Pencemaran Udara

4. Pengendalian Kerusakan Lahan Akibat Tambang 5. Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan

6. Pengendalian Perubahan Iklim melalui Adaptasi dan Mitigasi Mengembangkan sistem penilaian,

evaluasi dan penghargaan lingkungan dalam pengelolaan sampah dan lingkungan

(17)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Komponen Fisik Adipura 1. Pemukiman 2. Jalan 3. Pasar 4. Pertokoan 5. Perkantoran 6. Sekolah 7. Rumah Sakit/Puskesmas 8. Hutan kota 9. Taman kota 10. Terminal Bus/Angkot 11. Perairan Terbuka 12. TPA 13. Bank Sampah

14. Fasilitas Pengolahan Sampah Skala Kota 15. Bank Sampah Induk

16. Pelabuhan Sungai/Laut 17. Bandara

18. Pantai Wisata Catatan :

Passingrade Perolehan Adipura

a. Kota Besar Nilai Akhir Minimal = 73, Tempat Pemprosesan Akhir Sampah (TPA) = 72 b. Kota Sedang dan Kecil Minimal =75, TPA = 74

2 Jumlah Kantor di Prov. Kalsel yang dinilai mengenai kebersihan lingkungan mendapatkan nilai minimal 75

Makna Indikator : Penilaian Lingkungan Perkantoran Provinsi Kalimantan Selatan adalah merupakan salah satu program strategis lingkungan hidup dalam upaya pengelolaan lingkungan perkantoran khususnya dalam lingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan sehingga kantor yang bersih, teduh, dan berkelanjutan serta menjadikan sampah menjadi bernilai ekonomi melalui prinsip 3R (Reuse, Reduce, Recycle).

Alasan Pemilihan Indikator: 1. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan perlindungan Lingkungan Hidup perihal menimbang bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa urusan lingkungan hidup di provinsi antara lain dengan memberikan penghargaan lingkungan hidup tingkat daerah provinsi Kalimantan Selatan.

3. PermenLH No. P.53/Menlhk/Setjen/Kum.1/6/2016 tentang Pelaksanaan Program Adipura pasal 7 ayat (1) Gubernur dapat membentuk tim pemantau provinsi yang bertugas untuk memantau kinerja pemerintah di bidang pengelolaan sampah dan ruang terbuka hijau, ayat (2) susunan keanggotaan dan tugas tim pemantau provinsi ditetapkan gubernur.

4. Nilai minimum Peraih Pemenang Penilaian Kantor disamakan dengan Passinggrade Adipura Kota Kecil dengan Titik Pantau ± 45 titik yaitu 75

Cara Perhitungan: Menginventarisir kemudian menjumlahkan kantor di lingkup pemprov kalsel yang menurut hasil penilaian mendapatkan nilai minimal 75 Mengembangkan sistem penilaian,

evaluasi dan penghargaan lingkungan dalam pengelolaan sampah dan lingkungan

(18)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

B. Perhitungan Nilai masing-masing Komponen penilaian kantor Nilai1...10 = Bobot x Skor1...10

100

C. Perhitungan Nilai Akhir Kantor

Nilai Akhir = Nilai 1 + Nilai2 +...+ Nilai10 = Sum Nilai1...10

(19)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

(20)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

1 Jumlah Bank Sampah Induk di Kalsel Makna Indikator : Bank Sampah induk adalah bank sampah yang memiliki surat Keputusan dan pejabat berwenang setempat. Memiliki struktur organisasi pengelola, memiliki nasabah bank sampah binaan serta menjalankan fungsi bank sampah induk. Bank Sampah Induk merupakan Pusat dari beberapa Bank Sampah

Kasi Pengelolaan Persampahan

Alasan Pemilihan Indikator: a. Untuk mendorong percepatan terbentuknya Bank Sampah Induk skala Regional Provinsi Kalimantan Selatan.

b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa urusan lingkungan hidup di provinsi antara lain penanganan sampah di TPST (Tempat Penyimpanan Sampah Sementara Terpadu) skala Regional. Salah satu penanganan di TPST adalah dengan proses 3R melalui Bank Sampah Induk Skala Regional .

c. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah bahwa urusan lingkungan hidup di provinsi antara lain penanganan sampah di TPA (Pemprosesan Akhir Sampah) skala Regional. Salah satu penanganan juga adalah dengan proses 3R melalui Bank Sampah Induk Skala Regional yang anggotanya terdiri dari beberapa Bank Sampah yang ada di Kabupaten/Kota.

d. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Thn 2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah

Cara Perhitungan: Menginventarisir kemudian menjumlahkan bank sampah induk di setiap kab/kota

Mengembangkan program dan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah

(21)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

2 Jumlah Peserta Bank Sampah Aktif di lingkup Perkantoran Pemprov Kalsel

Makna Indikator : Bank sampah adalah salah satu strategi penerapan 3R dalam

pengelolaan sampah pada sumbernya di tingkat masyarakat. Pelaksanaan bank sampah pada prinsipnya adalah salah satu rekayasa social (social engineering) untuk mengajak masyarakat memilah sampah. Targetnya adalah masyarakat dalam lingkungan kantor

Kasi Pengelolaan Persampahan Peserta bank sampah disebut Nasabah, berasal dari lingkup pemda Provinsi Kalimantan

Selatan khususnya yang ada dalam wilayah Kota Banjarbaru, karena bank sampah Provinsi Kalimantan Selatan berada di Banjarbaru

Alasan Pemilihan Indikator: Ada ± 45 Kantor dilingkup Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang perlu ditingkatkan Pengelolaan Persampahannya sehingga sampah yang ada di kantor tersebut menjadi bernilai ekonomis selain itu juga untuk meningkatkan kebersihan kantor dari sampah.

Dasar Hukum :

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 13 Thn 2012 ttg Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle Melalui Bank Sampah

Cara Perhitungan Indikator: Dengan menjumlahkan nasabah bank sampah Dinas LH Prov Kalsel yang aktif

Jumlah sekolah peserta adiwiyata tingkat Provinsi

Makna Indikator : Menggambarkan Sekolah yang peduli lingkungan yang sehat, bersih serta lingkungan yang indah. Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, yang diperbaharui pada tahun 2005 dan tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan tahun 2005, pada tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata. Program ini dilaksanakan di 10 sekolah di Pulau Jawa sebagai sekolah model dengan melibatkan perguruan tinggi dan LSM yang bergerak di bidang Pendidikan Lingkungan Hidup. Sekolah adiwiyata dapat menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari sekolah dapat bertanggung jawab dalam upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Kepala Seksi Kemitraan dan Peran Serta Masyarakat

Alasan Pemilihan Indikator:

- Undang - Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

- Undang - Undang 18 tahun 2008 tenteng Persampahan

- Sesuai dengan Permen LH Republik Indonesia Nomor : 05 Tahun 2013.tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata.

- Peraturan Gubernur Nomor 036 Tahun 2012 tentang Sekolah Adiwiyata Provinsi Kalimantan Selatan.

Cara Perhitungan: Dengan menjumlahkan sekolah yang menjadi peserta adiwiyata tingkat Provinsi Kalsel

1 Peningkatan jumlah titik penghijauan Makna Indikator : Menggambarkan jumlah penanaman pohon pada beberapa titik di kab/kota provinsi Kalsel. Dengan penanaman pohon diharapkan dapat Meningkatkan keseimbangan antara hutan, tanah, air, udara dan mahkluk hidup, dalam melestarikan fungsi lingkungan hidup, yang ada di Kalimantan Selatan

Kepala Seksi Kemitraan dan Peran Serta Masyarakat

Alasan Pemilihan Indikator:

Undang - Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Target yang ingin dicapai dimana RTH ± 30 % dari luas wilayah kota.

Mengembangkan program dan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah

Penilaian/evaluasi dan pemberian penghargaan LH tingkat Provinsi

Meningkatan peran serta masyarakat dalam akses lingkungan hidup

(22)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Cara Perhitungan: Menginventarisir dan menghitung jumlah pohon yang ditanam 2 Jumlah Kandidat/Usulan Abdi Persada

Lingkungan/Kalpataru

Makna Indikator :Penghargaan yang diberikan dibidang lingkungan baik secara perseorangan atau masyarakat yang telah menunjukan kepeloporannya dalam melestari kan fungsi lingkungan hidup, yang serasi, selaras dan seimbang antara hutan, tanah, air, udara dan makhluk hidup.

Kepala Seksi Kemitraan dan Peran Serta Masyarakat

Alasan Pemilihan Indikator:

Undang - Undang Nomor 23 tahun 2007 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dimana pemerintah berkewajiban memberikan penghargaan.

Cara Perhitungan: Dengan menjaring kandidat yang dapat diusulkan sebagai penerima kalpataru. Pengusulan dapat dilakukan baik oleh perorangan maupun kelompok, termasuk pers, organisasi swadaya masyarakat, pejabat pemerintah, dan masyarakat luas, asal tidak mengusulkan diri sendiri atau kelompoknya. Sedangkan surat pengantar usulan dapat dari Pemda.

3 Jumlah Saka Kalpataru Tingkat Prov Kalsel

Makna Indikator : Saka Kalpataru adalah Satuan Karya Pramuka tempat meningkatkan pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kecakapan, kepemimpinan Pramuka Penegak dan Pendega serta wadah untuk menanamkan kepedulian dan rasa tanggungjawab dalam mengelola, menjaga, mempertahankan dan melestari kan lingkungan untuk keberlanjutan generasi sekarang dan mendatang.

Kepala Seksi Kemitraan dan Peran Serta Masyarakat

Alasan Pemilihan Indikator:

Kesepakatan Bersama antara Menteri Negara Lingkungan Hidup dengan Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Nomor : 17/MENLH/11/2011 dan Nomor

014/PK.MoU/11/2011. tentang Pelaksanaan Program dan Kegiatan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

- Keputusan Deputi Bidang Komunikasi Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor : 03 tahun 2013 tentang Kelonpok Kerja ( POKJA ) Persiapan Pembentukan Saka Lingkungan Hidup ( Kalpataru ). Cara Perhitungan: Dengan menjumlahkan peserta kalpataru dari tingkat Kwarcab masing-masing kabupaten/kota

Meningkatan peran serta masyarakat dalam akses lingkungan hidup

(23)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Jumlah perusahaan/RS/Instansi yang diawasi terkait limbah B3

Makna Indikator : Jumlah perusahaan / rumah sakit yang diawasi terkait limbah B3 disini menunjukkan gambaran mengenai bagaimana sistem pengelolaan limbah B3 (pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengolhan, pemusnahan dan penimbunan) di Provinsi Kalimantan Selatan sesuai data – data yang didapat dari setiap indikator tadi dapat diketahui apakah metode pengelolaan dari masing-masing indikator sudah sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku, Dengan adanya pengawasan terhadap indikator ini diharapkan tidak ditemukan permasalahan lingkungan yang terkontaminasi limbah B3, karena setiap langkah pengelolaan limbah B3 terpantau berdasarkan manifest elektronik maupun kewajiban izin – izin lingkungan yang berhubungan dengan

pengelolaan limbah B3

Kepala Seksi Pengelolaan Limbah B3

- Pelaporan neraca limbah B3 dari perusahaan / rumah sakit - Pengawasan lapangan - Data manifest elektronik

Alasan Pemilihan Indikator: Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Limbah B3. Jumlah perusahaan / rumah sakit di Provinsi Kalimantan Selatan berbanding lurus dengan volume limbah yang akan dilakukan pengelolaan lanjutan, hal inilah sebagai dasar perencanaan kegiatan pengawasan itu sendiri. Untuk setiap tahunnya rata – rata 20 perusahaan penghasil limbah B3, 2 rumah sakit, 2 perusahaan pemanfaat limbah B3, dan 6 perusahaan pengumpul limbah B3 yang akan dikunjungi untuk kegiatan pengawasan terhadap pengelolaan limbah B3.

Cara Perhitungan: Dalam pengelolaan limbah B3 lebih difokuskan pada volume limbah yang masuk dan keluar dari Provinsi Kalimantan Selatan. Dari perhitungan volume limbah tersebut dapat diketahui berapa jumlah volume limbah yang dikirim ke perusahaan pengolah, berpa yang ditimbun, dan berapa volume limbah yang diperkirakan beresiko mencemari lingkungan dan perlu dilakukan kegiatan pemulihan lahan terkontaminasi. Metode perhitungan limbah B3 yang berkaitan dengan volumenya bisa menggunakan media manifest elektronik.

1 Jumlah sungai Kewenangan Provinsi Kalimantan Selatan yang dipantau kualitasnya

Makna Indikator : Indikator ini menggambarkan jumlah sungai lintas kab/kota yang dipantau kualitasnya

Plt. Kasi Pemantauan Kualitas LH

Alasan Pemilihan Indikator: Pemerintah Provinsi berwenang untuk melakukan pemantauan kualitas air sungai lintas kab/kota. Penetapan sungai juga memperhatikan pemanfaatan air sungai oleh masyarakat sekitar secara langsung. Sungai-sungai yang dipantau juga merupakan air baku intake PDAM di Kab/Kota. Dengan dilakukan pemantauan maka dapat tersedia data kualitas air sungai di setiap Kab/kota sebagai salah satu bahan untuk penentuan kebijakan pengelolaan air sungai di Provinsi Kalimantan Selatan.

Cara Perhitungan: Menghitung jumlah sungai lintas kab/kota yang dipantau 2 Jumlah Kab/Kota yang dipantau

kualitas udaranya

Makna Indikator : Indikator ini menggambarkan jumlah kab/kota yang dipantau kualitas udaranya

Plt. Kasi Pemantauan Kualitas LH

Alasan Pemilihan Indikator: Dengan melaksanakan kegiatan pemantauan kualitas udara maka tersedia data hasil pemantauan kualitas udara di Kab/kota yang dapat menggambarkan kualitas udara di masing-masing Kab/kota. Data kualitas udara di setiap Kab/kota digunakan sebagai salah satu bahan untuk penentuan kebijakan pengelolaan udara di Provinsi Kalimantan Selatan.

Cara Perhitungan: Menjumlahkan kab/kota yang dipantau kualitas udaranya Meningkatkan pemantauan dan

pengawasan terhadap pengolahan, pemanfaatan, pengangkutan, dan penimbunan limbah B3

Meningkatkan pemantauan Kualitas Lingkungan

(24)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

1 Jumlah dokumen/data Status Lingkungan Hidup Kalsel yang Disusun.

Makna Indikator : Dokumen SLHD merupakan salah satu bentuk keterbukaan informasi publik dalam bidang lingkungan hidup.

Kepala Seksi Pemulihan Kualitas Lingkungan Alasan Pemilihan Indikator: Dokumen SLHD dapat menggambarkan upaya untuk

membuka akses informasi LH sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH dan UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik.

Cara Perhitungan: Jumlah Dokumen yang Disusun 2 Penyelenggaraan Pameran LH (Jumlah

Pengunjung Pameran)

Makna Indikator : Pelaksanaan pameran merupakan upaya untuk mempercepat penyampaian informasi kepada masyrakat tentang isu-isu terkini mengenai kondisi lingkungan hidup.

Kepala Seksi Pemulihan Kualitas Lingkungan Alasan Pemilihan Indikator: Pameran yang diselenggarakan dapat menjadi indikasi

bahwa telah ada upaya penyampaian informasi LH dan juga mendukung pelayanan publik di bidang lingkungan hidup.

Cara Perhitungan: Jumlah Pameran yang terselenggara dan Jumlah Pengunjung Pameran.

Persentase perusahaan dengan peringkat kinerja biru dan/atau hijau

Makna Indikator : Menggambarkan / menunjukan ketaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan ditandai dengan peringkat atau sertifikat biru bagi perusahaan yang taat dan peringkat / sertifikat merah atau hitam bagi perusahaan yang tidak taat pada satu periode penilaian. Sedangkan perusahaan yang memperoleh sertifikat hijau dan emas adalah perusahaan yang melakukan upaya lebih dari yang dipersyarakatkan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Gambaran sertifikat merah, biru, hijau dan emas menggambarkan ketaatan perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang meliputi kriteria izin lingkungan, kriteria pengendalian pencemaran air, kriteria pengendalian pencemaran udara, kriteria pengelolaan limbah B3 serta kriteria pengendalian kerusakan lahan (khusus untuk kegiatan pertambangan). Sehingga mempermudah semua pemangku kepentingan dalam memahami kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan apakah taat ataukah tidak, serta melakukan upaya lebih yang dipersyaratkan dan ini berakibat pada penghargaan dan hukuman.

Kepala Seksi Penilaian Kinerja Pengelolaan LH

Alasan Pemilihan Indikator: Penilaian peringkat kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup ini yang meliputi indicator-indikator pada masing – masing kriteria yang menjadikan dasar penilaian dan terkait dengan kewajiban perusahaan sebagaimana janji perusahaan pada saat mendapatkan izin lingkungan perusahaan.

Karena penilaian kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan meliputi kriteria atas izin lingkungan, kriteria pengendalian pencemaran air, kriteria pengendalian pencemaran udara, kriteria pengelolaan limbah B3 serta kriteria pengendalian kerusakan lahan (khusus untuk kegiatan pertambangan) berhubungan langsung dengan indeks kualitas lingkungan dan penetapan RPJMD daerah dalam upaya peningkatan IKLH Provinsi Kalimantan Selatan.

Menyajikan data kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup

Peningkatan kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan

(25)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

1. Kewajiban lingkungan / izin lingkungan.

Kewajiban perusahaan dalam pemantauan dan pengelolaan lingkungan sebagaimana yang tercantum dalam pelaksanaan RKL-RPL atau UKL-UPL.

2. Kewajiban pengendalian pencemaran air.

Dikarenakan air merupakan unsur penting kehidupan, maka pelaku usaha perlu dikendalikan sarana dan prasarana yang menghasilkan sumber pencemar air. Sehingga parameter air limbah yang dihasilkan dapat dikontrol dan dapat dihitung beban pencemar air limbahnya.

Sehingga perhitungan beban pencemar air dijadikan dasar untuk pengendalian air sungai yang menerima beban pencemar sehingga fungsi sungai dapat tetap digunakan sesuai dengan peruntukannya.

3. Kewajiban pengendalian pencemaran udara.

Karena udara unsur penting dalam kehidupan ekosistem, maka pelaku usaha perlu dikendalikan sarana dan prasarana yang menghasilkan sumber pencemar emisi. Sehingga parameter emisi yang dihasilkan dapat dikontrol dan dapat dihitung beban pencemar udaranya.

4. Kewajiban pengelolaan limbah B3.

Pelaku usaha berkewajiban melakukan pengumpulan, penyerahan kepada pihak ketiga yang berizin. Sehingga limbah b3 yang dihasilkan tidak mencemari pada media air, udara dan tanah.

Cara Perhitungan:

Perhitungan peringkat : Aspek yang dinilai yakni: 1. Beban pencemar air. Konsentrasi air limbah (parameter) x Debit air limbah perbulan.

Jumlah parameter pencemar air limbah tergantung pada masing-masing kegiatan. 2. Beban pencemar emisi.

Konsentrasi emisi (parameter) x Debit.

Jumlah parameter pencemar emisi tergantung pada masing-masing kegiatan. 3. Pengelolaan limbah B3.

Jenis, krakteristik serta volume limbah B3 yang dihasilkan teridentifikasi , diserahkan kepada pihak ketiga (pengumpul), disampaikan kepada pihak ketiga lanjutan (pengelola, pemanfaat, pengolah dan menimbun) sebagai pengelola akhir B3.

4. Pengendalian kerusakan lahan

Jumlah sarana prasaran pengendali erosi, unit pengendali air larian, pengendalian batuan penyebab air asam tambang, luas area yang direklamasi / revegetasi serta pengelolaan kebencanaan dalam area pertambangan.

Persentase dokumen Lingkungan yang diproses.

Makna Indikator : Setiap proses penilaian/pemeriksaan dokumen lingkungan menunjukkan tingkat kinerja.

Alasan Pemilihan Indikator: Proses penilaian/pemeriksaan dokumen lingkungan merupakan amanat Permen LH No. 08 Tahun 2013.

Melaksanakan penilaian/pemeriksaaan terhadap dokumen lingkungan

Kasi Kajian Dampak Lingkungan

KLHK, P3EK, BPS, Dinas PUPR, Dishut, Disbunnak, Dinas ESDM, Dishub, BBPTKL, Lab Kesehatan, Lab Lingkungan DLH, DLH Kab/Kota,

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑚𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑏𝑖𝑟𝑢 𝑑𝑎𝑛⬚𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑕𝑖𝑗𝑎𝑢 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎𝑕𝑎𝑎𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑖𝑛𝑒𝑟𝑗𝑎𝑛𝑦𝑎 x 100%

(26)

PENJELASAN

(Makna Indikator, Alasan Pemilihan Indikator dan Cara Perhitungan Indikator)

NO. SASARAN/ KINERJA UTAMA INDIKATOR KINERJA UTAMA PENANGGUNG JAWAB SUMBER DATA

Cara Perhitungan:

1 Persentase komisi penilai Amdal kab/kota yang dievaluasi

Makna Indikator : Pembinaan dan pengawasan terhadap komisi penilai Kab/Kota sesuai SOP Penilaian Dokumen Lingkungan.

Alasan Pemilihan Indikator: Proses pembinaan dan pengawasan terhadap komisi penilai kab/kota sesuai PermenLH No. 25 Tahun 2009.

Cara Perhitungan:

2 Makna Indikator :Pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan/usaha yang baru mendapatkan izin lingkungan.

Alasan Pemilihan Indikator: Proses pembinaan dan pengawasan terhadap kegiatan/usaha sesuai PP 27 tahun 2012 tentang Izin Lingkungan.

Cara Perhitungan:

1 Persentase parameter lingkungan yang terakreditasi pada laboratorium lingkungan Provinsi Kalsel

Makna Indikator : Semakin banyak parameter yang terakreditasi menunjukkan semakin tinggi kapasitas laboratorium lingkungan

Kasi Kajian Dampak Lingkungan

Alasan Pemilihan Indikator: Parameter lingkungan yang terakreditasi sesuai persyaratan lab lingkungan yaitu SNI ISO/IEC 17025:2008 dan PermenLH No 6 Tahun 2009

Cara Perhitungan:

2 Persentase Laboratorium Kab/Kota yang terakreditasi

Makna Indikator : Semakin banyak laboratorium lingkungan yang terakreditasi semakin tinggi kinerja lab lingkungan

Kasi Kajian Dampak Lingkungan

Alasan Pemilihan Indikator: Laboratorium lingkungan yang terakreditasi sesuai persyaratan lab lingkungan yaitu SNI ISO/IEC 17025:2008 dan PermenLH No 6 Tahun 2009

Cara Perhitungan:

Kasi Kajian Dampak Lingkungan

KLHK, P3EK, BPS, Dinas PUPR, Dishut, Disbunnak, Dinas ESDM, Dishub, BBPTKL, Lab Kesehatan, Lab Lingkungan DLH, DLH Kab/Kota,

Melaksanakan

pembinaan dan pengawasan terhadap penilaian dokumen lingkungan di Kabupaten/kota

Kasi Kajian Dampak Lingkungan

KLHK, P3EK, BPS, Dinas PUPR, Dishut, Disbunnak, Dinas ESDM, Dishub, BBPTKL, Lab Kesehatan, Lab Lingkungan DLH, DLH Kab/Kota,

Persentase Pembinaan

RKL/RPL bagi kegiatan/usaha yang Baru Mendapatkan Izin Lingkungan

Kasi Kajian Dampak Lingkungan

KLHK, P3EK, BPS, Dinas PUPR, Dishut, Disbunnak, Dinas ESDM, Dishub, BBPTKL, Lab Kesehatan, Baristand, Lab Lingkungan DLH, DLH Kab/Kota,

Meningkatkan kapasitas dan SDM laboratorium lingkungan KLHK, Pusarpedal, P3EK, BBPTKL, Baristand, Lab Kesehatan, DLH Kab/Kota, ܬݑ݈݉ܽh ݀݋݇ݑ݉݁݊ ܮ݅݊݃݇ݑ݊݃ܽ݊ ݕܽ݊݃݀݅݌ݎ݋ݏ݁ݏ ܬݑ݈݉ܽh ܲ݁ݎ݉݋h݋݊ܽ݊ܦ݋݇ݑ݉݁݊ܮ݅݊݃݇ݑ݊݃ܽ݊ x 100% ܬݑ݈݉ܽh ݇݋݉݅ݏܾ݅݇ܽ݇݋ݐܽݕܽ݊݃݀݅݁ݒ݈ܽݑܽݏ݅ ܬݑ݈݉ܽh ݇݋݉݅ݏܾ݅݇ܽ݇݋ݐܽݏ݈݁݇ܽݏ݈݁ x 100% ܬݑ݈݉ܽh 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑖𝑛𝑎𝑎𝑛 ܬݑ݈݉ܽh ܫݖ݅݊ܮ݅݊݃݇ݑܾ݊݃ܽ݊ܽݎݑ݀݅ݐ݁ݎܾ݅ݐ݇ܽ݊ x 100% ܬݑ݈݉ܽh ݌ܽݎܽ݉݁ݐ݁ݎݐ݁ݎܽ݇ݎ݁݀݅ݐܽݏ݅ ܬݑ݈݉ܽh ܲܽݎܽ݉݁ݐ݁ݎܮ݅݊݃݇ݑ݊݃ܽ݊ x 100% ܬݑ݈݉ܽh ݈ܾ݈ܽ݅݊݃݇ݑ݊݃ܽ݊ݐ݁ݎܽ݇ݎ݁݀݅ݐܽݏ݅ ܬݑ݈݉ܽh ܾ݇ܽ݇݋ݐܽ x 100%

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini berarti sebesar 71,6 persen variabel kepuasan konsumen dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel independen tersebut yaitu, variabel wujud fisik, kehandalan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : Campuran Asphalt Concrete Wearing Course mempunyai kadar aspal optimum 6,7 % terhadap total campuran, Semakin padat campuran ACWC dan

Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa perlakuan herbisida diuron 500 g/l SC dengan beberapa dosis yang diberikan memiliki tingkat bobot kering gulma Cleome rutidosperma yang

“Jika akan digunakan ke sekumpulan besar manusia, maka benar-benar akan sangat berbahaya, karena racun ini adalah jenis yang mematikan dalam waktu beberapa menit belaka dan

Ada beberapa media transmisi yang dapat kita gunakan sebagai link backhaul , suatu teknologi seluler contihnya fiber optic, microwave, E1, dan lain sebagainya.. Pada

Sebelum penelitian dilaksanakan maka peneliti melakukan uji validator, untuk mengetahui apakah Rencana Pelaksanaan Pembelajarn (RPP) dan Soal Pretest dan

Isu Strategis LH (RPJMD) Tujuan Indikator Tujuan Target Indikator Tujuan (Tahun 2016) Sasaran Indikator Kinerja Sasaran Alasan Pemilihan Indikator Formulasi/Penjelasan

Isu Strategis LH (RPJMD) Tujuan Indikator Tujuan Target Indikator Tujuan (Tahun 2017) Sasaran Indikator Kinerja Sasaran Alasan Pemilihan Indikator Formulasi/Penjelasan