Modul ke:
Fakultas
Program Studi
Psikologi Sosial
The Self
Memahami Diri Kita Dalam
Konteks Sosial
Reno Laila Fitria, M.Si.
Psikologi
Psikologi
Siapakah Aku?
oSiapakah anda?
oBagaimana anda mendeskripsikan tentang diri anda
sendiri?
oBagaimana anda bisa menjadi seperti sekarang ini? oBagaimana cara anda mendapatkan informasi atau
memahami tentang diri sendiri?
Siapakah Aku?
oKapan anda memiliki self-control yang baik; dan kapan
anda gagal memiliki self-control
oApa yang anda lakukan sehingga lingkungan anda
dapat ‘melihat’ anda sebagaimana yang anda inginkan?
oApakah anda memiliki self-esteem yang tinggi?
oApa saja pro dan kontra dari memiliki self-esteem yang
tinggi?
Apa itu SELF-CONCEPT?
Bagaimana SELF-CONCEPT terbentuk?
• Menurut William James, self terdiri dr:
1. Pikiran dan keyakinan ttg diri kita sendiri Æ known self, “me” Æ self-concept
2. Pemroses informasi yg aktif Æ knower self, “I” Æ self-awareness
• Manusia ibarat buku (known self) dan jg sekaligus orang yg membaca buku (knower self) tsb
The Self
• Tulislah jawabannya sebanyak mungkin dlm waktu 5 menit
• Setiap jawaban harus selalu diawali dengan “Aku adalah …..”
• Boleh dalam bentuk pointers, boleh jg paragraf
Siapakah Aku?
• Manusia mulai mengenali self sejak usia 18 bln
• Semakin dewasa, self-concept semakin kompleks
• Self-concept anak-anak bersifat konkret, batasannya jelas,
karakteristiknya mudah diamati, seperti usia, jenis kelamin, dan hobi
• Self-concept orang dewasa penekanannya bukan pd hal fisik, tetapi
keadaan psikologis (perasaan dan pikiran), dan pertimbangan mengenai penilaian orang lain
The Self
oFungsi organisasional
¾Skema diri:
struktur mental yg digunakan seseorang utk mengorganisasi
pengetahuan ttg dirinya sendiri yg memengaruhi apa yg diperhatikan, dipikirkan, dan diingat ttg dirinya sendiri
oFungsi eksekutif
¾Self mengatur tingkah laku, pilihan, dan perencanaan masa depan
Fungsi Self
Apa Yang Dilakukan The Self?
4 Komponen Diri
• self-knowledge: our beliefs about who we are and the way in which we formulate
and organize this information;
• self-control, the way in which people make plans and execute decisions, such as
your decision to read this book right now instead of going out for ice cream;
• impression management, the way in which we present ourselves to other people,
trying to get them to see us the way we want to be seen; and
• self-esteem, the way we feel about ourselves—e.g., whether we view ourselves
Self-Knowledge
• Bagaimana anda mendefinisikan diri Anda?
Æ Bagaimana anda menjawab pertanyaan sederhana ini ternyata menunjukkan proses budaya dan sosial yang menakjubkan.
Bagaimana Anda Melihat
Fenomena ini?
• Perbedaan budaya dlm mendefinisikan diri Independent view of the self (Western) vs. Interdependent view of the self (Eastern)
Self-Knowledge
Independent View of the Self
Mendefinisikan diri berdasarkan pikiran,
perasaan, dan tindakan diri sendiri dan bukan dari pikiran, perasaan, dan tindakan orang lain
∗ Menekankan pd kemandirian & keunikan pribadi
• Perbedaan budaya dlm mendefinisikan diri Independent view of the self (Western) vs. Interdependent view of the self (Eastern)
Self-Knowledge
Interdependent View of the Self
Mendefinisikan diri berdasarkan hubungan diri dgn orang lain; memahami bhw perilaku sering ditentukan jg oleh pikiran, perasaan, & t.l orang lain
∗ Menekankan pd interdependensi dgn orang lain
• Perbedaan gender dlm mendefinisikan diri Relational interdependence vs. Collective interdependece
Self-Knowledge
Relational Interdependence
Lebih fokus kpd hubungan dekat dengan orang
lain, spt perasaan thd sahabat, pasangan, atau anak
Collective Interdependence
Lebih fokus kpd keanggotaan kelompok yg lbh
• Introspeksi:
proses di mana manusia melihat ke dlm diri dan menelaah pikiran, perasaan, dan motifnya sendiri
• Pada kenyataannya, manusia jarang melakukan introspeksi diri
• Self-awareness theory:
Ketika kita memfokuskan perhatian kpd diri kita sendiri (mis. melihat cermin, mnonton video tentang diri
sendiri), kita akan mengevaluasi dan membandingkan perilaku kita thd standard & nilai2 yg kita pegang
Mengenal Diri Sendiri
• Ada saatnya di mana kita menilai perilaku kita tdk sesuai dgn standard & nilai2 kita
• Maka, kemungkinan kita akan:
• Mengubah tingkah laku agar sesuai
• Menghindar dr keadaan self-awareness (mis. mabuk-mabukan)
• Terlalu fokus thd diri sendiri bs menimbulkan rasa tidak menyenangkan, sehingga mendorong kita utk melakukan perilaku berisiko
Self-awareness Theory
• Fokus kpd diri sendiri tdk selalu menimbulkan ketidaknyamanan
• Setelah meraih kesuksesan besar, fokus kpd diri sendiri bisa jadi sgt menyenangkan
• Fokus kpd diri sendiri jg dpt menjauhkan diri dr masalah
Self-awareness Theory
• Selain introspeksi, kita bs mengenal diri sendiri dgn mengamati tingkah laku kita sendiri
• Self-perception theory:
Ketika sikap dan perasaan kita tidak jelas atau ambigu, kita
menyimpulkan keadaan ini dgn mengamati tingkah laku kita & situasi di mana t.l itu terjadi
Mengenal Diri Sendiri
• Pertama, kita menyimpulkan perasaan dari t.l kita hanya jika kita tdk yakin thd perasaan kita
• Kedua, kita menilai apakah t.l kita
menggambarkan perasaan kita ataukah situasi yg membuat kita bertingkahlaku seperti itu
Self-perception Theory
Motivasi Intrinsik vs. Ekstrinsik
Motivasi intrinsik
Keinginan utk melakukan sebuah aktivitas karena kita menikmatinya, bukan karena reward atau tekanan eksternal
Motivasi eksternal
Keinginan utk melakukan sebuah aktivitas karena alasan eksternal, bukan karena kita
• Motivasi ekstrinsik (reward) dpt membentuk t.l yg diinginkan dan meningkatkan kinerja
• Di sisi lain, motivasi ekstrinsik dpt merusak
performa ketika efeknya lbh kuat drpd motivasi intrinsik Æ
overjustification effect:
“kecenderungan melihat perilaku lbh disebabkan oleh alasan eksternal yg menarik dan bukan
disebabkan oleh alasan internal”
• Misal: membaca buku utk mendapat reward. Ketika reward berhenti diberikan, minat utk baca
menurun.
Motivasi Intrinsik vs. Ekstrinsik
• Overjustification dpt dihindari dalam situasi tertentu
• Reward akan merusak motivasi internal hanya jika motivasinya tinggi Æ jika dr awal tdk ada motivasi internal, memberi rewards bukanlah masalah
• Tipe reward juga berpengaruh:
Performance-contingent rewards vs. task-contingent rewards
Motivasi Intrinsik vs. Ekstrinsik
Motivasi Intrinsik vs. Ekstrinsik
Task-contingent reward
Rewards diberikan tanpa mempedulikan seberapa baik sebuah aktivitas dikerjakan
Performance-contingent reward
Rewards diberikan didasari oleh seberapa baik sebuah aktivitas dikerjakan
•
Coba ingat-ingat ketika Anda sedang merasakan emosi
senang, marah, atau takut
•
Bagaimana Anda tahu emosi apa yg sedang Anda alami?
Memahami Emosi Kita
•
Two-factor theory of emotion:
Pengalaman emosional adl hasil dr proses 2 langkah dalam mempersepsi diri:
1. adanya rangsangan fisiologis,
2. mencari penjelasan yg sesuai ttg penyebab munculnya rangsangan tsb
Memahami Emosi Kita
• Ketika menonton film horor dgn seorang lawan jenis lalu tangan kita mulai berkeringat, jantung berdebar2, & bicara tergagap2, apakah artinya:
a. Kita jatuh cinta dengannya; atau
b. Sangat ketakutan melihat adegan horor??
Two-factor Theory of Emotion
Two-factor Theory of Emotion
Two-factor Theory of Emotion
Two-factor Theory of Emotion
Two-factor Theory of Emotion
Two-factor Theory of Emotion
• Kadang kita tdk tepat dlm menyimpulkan alasan
munculnya emosi yg dirasakan (misattribution of arousal)
• Akibatnya, kita sering salah mengidentifikasi emosi kita
• Contoh: “Imagine that you go to see a scary movie with an
extremely attractive date. As you are sitting there, you notice that your heart is thumping and you are a little short of breath. Is this because you are wildly attracted to your date or because the movie. Because of this difficulty in pinpointing the precise causes of our arousal, we sometimes misidentify our emotions. You might think that most of your arousal is a sign of attraction to your date when in fact a lot of it is due to the movie (or maybe even indigestion).”
Two-factor Theory of Emotion
Daftar Pustaka
• Aronson, E., Wilson, T. D., & Akert, R. M. (2010). Social
Psychology (8th ed.). New Jersey, USA: Prentice Hall Æ Buku
Wajib
• Baron, R. A., Branscombe, N. R., & Byrne, D. (2013). Social
Psychology (13th ed.). Massachusetts, USA: Pearson/Allyn &
Bacon
• Hogg, M. A., & Vaughan, G. M. (2010). Essentials of Social
Psychology. Essex, England: Prentice-Hall
• Baron, R.A., & Byrne, D. (2008). Social Psychology (12th Ed.).
Boston: Pearson Education.
• Boeree, C.G. (2008). Psikologi Sosial. Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
• Sarwono, S.W. (1999). Psikologi Sosial: Individu dan Teori-teori
Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.
• Taylor, S.E., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2009). Psikologi Sosial