• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAKAN DISKRIMINASI TERHADAP WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI TAMAN MAKAM PAHLAWAN PANAIKANG KOTA MAKASSAR SKRIPSI. oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAKAN DISKRIMINASI TERHADAP WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI TAMAN MAKAM PAHLAWAN PANAIKANG KOTA MAKASSAR SKRIPSI. oleh :"

Copied!
180
0
0

Teks penuh

(1)

TINDAKAN DISKRIMINASI TERHADAP WARIA PEKERJA SEKS KOMERSIAL (PSK) DI TAMAN MAKAM PAHLAWAN

PANAIKANG KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Proses Guna Memperoleh Gelar Serjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

oleh :

Muhammad Imran Tahir Nim 105381109016

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2021

(2)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(3)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(4)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(5)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(6)

MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto

“Dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”

(Q.S Al-Anfaal : 46)

Memulai dengan senyuman di sertai doa dengan penuh keyakinan, menjalankan dengan penuh keikhlasan, menyelesaikan dengan penuh kebahagiaan

~muhammad Imran tahir~

“Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing is not tp stop questioning”

Belajar dari kemarin, hidup untuk hari ini, berharap untuk besok. Yang penting jangan sampai berhenti bertanya

~Albert Einstain~

Persembahan

Skripsi ini adalah bagian dari ibadahku kepada Allah SWT, karena kepadaNya kami menyembah dan kepadaNya kami memohon

pertolongan.

Sekaligus sebagai ungkapan terima kasihku kepada:

Bapak, Ibu dan saudaraku yang senantiasa menyayangiku, berdoa dengan tulus ikhlas kepada Allah SWT dan selalu memberikan

(7)

vii ABSTRAK

Muhammad Imran Tahir, 2021 Tindakan Diskminasi Terhadap Waria Pekerja Seks Komersial (PSK) di Taman Makam Pahlawan Panaikang Kota Makassar. Skripsi. Jurusan Pendidikan Sosiologi fakultas keguruan dan ilmu pendidikan. Di bimbing oleh Nursalam sebagai pembimbing I dan Hadisaputra sebagai Pembimbing II

Penelitian ini bertujuan Untuk (1). Mengetahui bentuk-bentuk diskminasi terhadap waria di Taman Makam Pahlawan Panaiknga kota Makassar. (2). Mengetahui respon waria pekerja seks komersial di Taman Makam Pahlawan Panaikang Kota Makassar terhadap perlakuan diskriminasi.

Jenis penelitan ini adalah penelitan kualitatif dengan pendekatan Fenomologi, dengan lokasi Penelitian di Kelurahan Paropo tepatnya di Taman Makan Pahlawan Panaikang Kota Makassar. Penentuan informan secara purposive Sampling yaitu pengambilan sampel cara menetapkan informan yang benar-benar mengetahui permasalah yang di teliti dan memilih informan berdasarkan kriteria spesifik yang di tetapkan dengan tujuan penelitian. Metode yang di gunakan dalam pengumpulan data yaitu observasi, wawancara, dokumentasi. Metode analisis data mennggunakan tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.

Hasil penelitian ini menujukkan bawa (1). Waria yang bekerja sebagai pekerja seks komersial di Taman Makam Pahlawan panaikang untuk memenuhi kebutuhanya sehari-hari sangat rentang mengalami tindakan diskrminasi apa lagi pekerjaan yang ia jalani terbilang yang tidak sesuai dengan norma yang berlaku dan tidak diterima oleh masyarakat. Diskriminasi yang di alami waria yaitu dari kalangan masyarakat, keluarga dan pemerintah, bentuk-bentuk diskrminasi yang di terima waria yaitu (a). Diskrminasi Verbal berupa pembulliya berupa kata-kata bencong, pembawa sial hingga terlontor kata-kata kotor yang di tujukan kepada waria. (b). Diskrminasi Penghingdaran waria yang di lebel dengan hal negatife tak jarang masyarakat menghindari hingga mengusirnya (c). Diskrminasi Fisik masyarakat yang tidak menyukai keberadaan waria dapat melakukan tindakan dikeminasi yaitu berupa fisik yang dimana waria kerap mendapatkan kekerasan seperti pemukulan dilempari batu yang dapat melukai waria. (2). Dengan tindakan diskrminasi yang di yang di terima waria memilih sabar menerima tindakan diskrminasi yang di dapatkan dari lingkunganya, waria juga menyadari dengan keadaaan yang ia pilih dan akan menerima segala konsekuensinya terhadap dirinya tetapi tak jarang memilih untuk melawan jika memperoleh tindakn kekerasan demi melindungi dirinya.

(8)

viii ABSTRAK

Muhammad Imran Tahir, 2021 Discrimination Actions Against Transgender Commercial Sex Workers (PSK) in Panaikang Heroes Cemetery, Makassar City. Thesis. Department of Sociology Education, faculty of teacher training and education. Supervised by Nursalam as supervisor I and Hadisaputra as Advisor II

This study aims to (1). Knowing the forms of discrimination against transgender women in the Panaiknga Heroes Cemetery in Makassar city. (2). Knowing the response of transgender commercial sex workers in the Panaikang Heroes Cemetery in Makassar City to discriminatory treatment

This type of research is a qualitative research with a phenomological approach, with the research location in Paropo Village to be precise at Taman Makan Pahlawan Panaikang, Makassar City. Determination of informants by purposive sampling, namely sampling how to determine informants who really know the problem under study and select informants based on specific criteria set for the purpose of the study. The methods used in data collection are observation, interviews, documentation. The data analysis method uses three stages, namely data reduction, data presentation and drawing conclusions / verification.

The results of this study indicate that (1). Transgender women who work as commercial sex workers in Taman Makam Pahlawan panaikang to fulfill their daily needs are very vulnerable to experiencing discrimination, especially if the work they are doing is considered not in accordance with the prevailing norms and is not accepted by the community. Discrimination experienced by waria, namely from the community, family and government, the forms of discrimination accepted by waria are (a). Verbal discrimination is in the form of bullying in the form of bencong words, unlucky bearers and dirty words aimed at transgender women. (b). Discrimination The avoidance of transgender women who are labeled with negative things often avoids and expels them (c). Physical Discrimination People who do not like the existence of transgender women can take action to be disseminated, namely in the form of physical activities where the transgender people often experience violence such as beatings with stones which can injure the waria. (2). With the discriminatory actions that waria receive, they choose to patiently accept the discriminatory actions they get from their environment, waria are also aware of the circumstances they choose and will accept all the consequences for themselves but often choose to fight if they get violent acts to protect themselves.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang karena-Nya kita hidup dan hanya kepada-Nya kita kembali. Dari-Nya segala sumber kekuatan dan inspirasi terindah dalam menapaki jalan hidup ini, Dialah yang memberikan begitu banyak nikmat khususnya kesehatan dan kesempatan sehingga skripsi yang berjudul " Tindakan Diskriminasi Terhadap Waria Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Taman makam Pahlawan Panaikang Kota Makassar” dapat penulis selesaikan. Shalawat dan taslim semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad Saw. yang merupakan uswatun hasanah atau suri tauladan yang baik bagi ummat manusia sampai akhir zaman.

Proses penyelesian skripsi ini merupakan suatu rangkaian perjuangan bagi penulis. Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, memiliki kendala yang di hadapi penulis, tapi karena doa, usaha, semangat dan motivasi dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat berterimah kasih dan sangat bersyukur kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Terimakasih Kepada kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan motivasi, nasihat dan selalu memberikan doa yang baik bagi penulis, terimakasi kepada Ikky yang sudah mensuport dalam pengerjaan Skripsi dan terima kasih kepada teman-temanku Mahasiswa Program Studi pendidikan sosiologi khususnya teman seperjuangan kelas C yang memberi semangat dalam

(10)

x

penyusunan dan berjuang bersama-sama dalam menyelesaikan skripsi serta kepada seluruh informan yang telah ikut andil dalam penelitian ini dan komunitas gaya Celebes yang telah mendampingi dalam proses pengambilan data di taman makam pahlawan panaikang kota Makassar.

Penulis mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada Dr. H. Nursalam, M.Si sebagai pembimbing I (satu) dan Hadisaputra, S.Pd.,M.Si. selaku pembimbing II (dua) yang telah meluangkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis, mulai dari awal penyusun hingga selesai skripsi ini.

Ucapan terimah kasih yang setingi-tingginya kepada Rektor Univertitas Muhammadiyah Makassar Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd.,Ph.D. serta para Wakil Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Univertitas Muhammadiyah Makassar. Ketua Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Drs. H. Nurdin, M.Pd dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Sosiologi Bapak Kaharuddin, S.Pd.,M.Pd., Ph. D, beserta seluruh stafnya. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi Fkip Unismuh Makassar yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas bimbingan, arahan dan jasa-jasa yang tak ternilai harganya kepada penulis. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu, persatu, namun tetap tak mengurangi rasa terima kasih penulis kepada mereka.

Sebagai peneliti, penulis sangat menyadari keterbatasannya, bahwa masih terdapat kekurangan-kekurangan dalam skripsi ini. Untuk saran dan kritikan dari pembaca senantiasa kami harapkan demi penyempurnaan skripsi ini selanjutnya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga skripsi ini

(11)

xi

dapat memberikan manfaat kepada penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Wassalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Makassar, 30 April 2021

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... vii

ABSTRAK BAHASA INGGRIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 5 C. Tujuan Penelitian ... 6 D. Manfaat Penelitian ... 6 E. Definisi Operasional... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Konsep ... 8

1. Waria ... 8

2. Diskriminasi ... 10

3. Pekerja Seks Komersial (PSK)... 13

B. Kajian Teori ... 17

1. Teori Konstruksi Sosial ... 17

3. Teori Tindakan Sosial ... 19

C. Kerangka Pikir ... 22

D. Hasil Penelitian Terdahulu ... 22

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian... 26

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

C. Informan Penelitian ... 27

(13)

xiii

E. Instrumen Penelitian... 28

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian ... 28

G. Teknik Pengumpulan Data ... 29

H. Teknik Analisis Data ... 30

I. Teknik Pengabsahan Data ... 31

J. Etika Penelitian ... 32

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lokasi Penelitian ... 33

B. Letak Geografis ... 34

C. Keadaan Kependudukan... 36

D. Keadaaan Kependidikan... 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 41

1. Bentuk-Bentuk Diskriminasi Waria Pekerja Seks Komersial ... 41

a. Diskriminasi Verbal (Verbal Exspression) ... 48

b. Diskriminasi Penghindaran (Avoidance)... 51

c. Diskriminasi Fisik (Physical Abuse) ... 54

2. Respon Waria Pekerja Seks Komersial Terhadap Perlakuan Diskriminasi... 58

a. Lingkungan Keluarga ... 58

b. Lingkungan Masyarakat ... 61

c. Pemerintah... 66

B. Pembahasan ... 67

1. Bentuk-Bentuk Diskriminasi Terhadap Waria Pekerja Seks Komersial (PSK) di Taman Makam Pahlawan Panaikang ... 68

a. Diskriminasi Verbal ... 73

b. Diskriminasi Penghindaran ... 74

c. Diskriminasi Fisik ... 75

2. Respon Waria Pekerja Seks Komersial (PSK) Terhadap Perlakuan Diskriminasi Di Taman Makam Pahlawan Panaikang ... 75

a. Lingkungan Keluarga ... 80

b. Lingkungan Masyarakat ... 81

c. Pemerintah... 82

(14)

xiv BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 86 B. Penutup ... 87 DAFTAR PUSTAKA ... 88 LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 91 RIWAYAT HIDUP ... 163

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Nama Tabel Halaman

Tabel 4.1 Data jenjang pendidikan informan penelitian 40

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR Nomor

Gambar Nama Gambar Halaman

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN Nomor

Lampiran Nama Lampiran Halaman

1 Instrumen Penelitian 92

2 Surat persetujuan, hasil observasi dan wawancara, data triagulasi

97

3 Dokumentasi 141

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fenomena lesbian, Gay, Bisexual dan Transgender (LGBT) merupakan suatu fenomena yang menjadi perdebatan di kalangan Masyarakat nasional maupun internasional. LGBT merupakan suatu bentuk menyukai sesama jenis. LGBT di Indonesia masih menjadi isu yang hangat diperbincangkan. Berdasarkan Hasil Survei Central Intelligence Agency (CIA) Tahun 2015 Jumlah LGBT di Indonesia menduduki ke-5 terbesar di dunia setelah China, India, Eropa dan Amerika. Sampai saat ini belum ada data rinci presentase jumlah LGBT baik nasional maupun internasional Oetomo dalam. Salah satu bentuk dari kelompok LGBT adalah Transgender. Diantara kelompok LGBT yang ada di Indonesia, kelompok transgender (waria) terlebih dahulu eksis dibanding tiga kelompok lainnya (Praditya, 2016).

LGBT merupakan singkatan dari Lesbian, Gay Biseksual dan Transgender. Lesbian merupakan istilah yang diambil dari sebuah pulau Lesbos yang mana perempuan di pulau tersebut menyukai sesama jenis, dimana diketahui lesbian adalah perempuan yang memilih untuk dirinya pribadi maupun secara fisik dan emosional dengan menyukai sesama perempuan. Gay adalah seorang pria yang menyukai sesama jenis atau tertarik dengan laki-laki. Biseksual adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang menyukai ketertarikan seksual terhadap laki-laki maupun

(19)

perempuan dalam waktu yang bersamaan. Transgender adalah seseorang yang menggunakan atribut atau pakaian yang tidak sesuai dengan jenis kelaminya yang berlainan dengan atau pemikiran Masyarakat sedangkan Transeksual adalah seseorang yang merasa bahwa dirinya mempunyai jenis kelamin tidak sesuai dengan yang diinginkan dirinya yang mengakibatkan seseorang tersebut akan melakukan operasi pada jenis kelaminyaa (Yansyah, 2018). Waria dapat dikatakan masuk kedalam kategori Transgender dimana waria yang terlahir sebagai laki-laki namun perkembangan biologisnya mengalami kecenderungan sebagai perempuan, seseorang yang berjenis kelamin laki-laki yang menggunakan atribut perempuan ataupun meniru fashion.

Keberadaan waria bukanlah sebuah pembahasan yang baru di kalangan akademisi dan aktivis. Namun, sudah menjadi realitas yang tidak bisa ditolak dikalangan Masyarakat. Waria atau wadam adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai perempuan dalam kehidupannya sehari-hari (Retnasary 2014). Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tertanggal 1 2 November 1997 menegaskan bahwa waria adalah laki-laki dan tidak dapat dipandang sebagai kelompok (jenis kelamin) tersendiri. Oleh karena itu, segala perilaku waria yang menyimpang adalah haram dan harus diupayakan untuk dikembalikan pada kodrat semula. Melalui dalil fatwa inilah menjadi salah satu alasan bahwa keberadaan waria senantiasa dipandang sebagai sesuatu yang bertentangan dengan normalitas agama dan Masyarakat. selain itu, keberadaan waria juga sering terpinggirkan oleh Masyarakat dan membuat waria sulit mendapat pekerjaan yang layak. Sehingga banyak dari mereka menjadi pekerja seks komersial (PSK) untuk menyambun g

(20)

3 hidup. Waria di Indonesia masih menjadi suatu kelompok Masyarakat minoritas. Walaupun mereka tergolong minoritas, tetapi jika dipresentasikan indeks pertumbuhan jumlah waria setiap tahun semakin bertambah di Kota besar termasuk Kota Makassar. Waria di Kota Makassar masih menjadi isu yang sering diperbincangkan. Keberadaan perkumpulan waria di Indonesia masih mendapatkan penilaian buruk di mata Masyarakat. Beberapa hal yang memperparah penilaian ini antara lain pandangan agama yang menyebutkan bahwa waria sebagai pelaku dosa. Masyarakat yang masih memegang erat kebudayaan dan menganggap pria transgender atau waria adalah pelaku penyimpangan seksual (Khasan dan Sujoko, 2018)

Diskriminasi terhadap waria hampir terjadi di setiap negara, beberapa kelompok waria tidak mendapatkan hak-hak yang seharusnya didapat seperti Masyarakat pada umumnya, mereka cenderung didiskriminasi oleh lingkungan dan Masyarakat. Sikap sosial dan budaya dalam menghadapi ragam orientasi seksual dan identitas gender bertolak belakang jauh dengan apa yang diharapkan oleh kaum minoritas tersebut. .(Hinshaw dalam Putri Dkk, 2016). Perilaku diskriminatif tersebut tidak jarang diterima karena waria adalah kelompok minoritas dari Masyarakat dunia. Orang yang terstigmatisasi dan terdiskriminasi oleh lingkungannya memiliki status sosial yang rendah. Oleh karena itu, apabila waria masih mendapat perlakuan diskriminasi, maka mereka akan kesulitan dalam melakukan interaksi dan penyesuaian sosial. Perasaan terasingkan di lingkungan waria ini juga membuat mereka pergi dari dari lingkungan tempat tinggalnya. Waria lebih banyak memilih tinggal atau berkumpul sesama waria lainnya.

(21)

Sebagai Manusia, waria juga termasuk makhluk sosial yang memerlukan pengakuan jati diri dan pekerjaan untuk menopang kehidupannya serta interaksi sosial budaya pada Masyarakat. Perspektif negatif Masyarakat tentang waria yang beranggapan semua waria memiliki perilaku sama menjadi hambatan tersendiri bagi waria untuk memperoleh pekerjaan yang layak. Faktor ekonomi dan lingkungan yang tidak memungkinkan menjadikan waria melakukan pekerjaan apapun untuk menopang hidupnya. Waria mempunyai keinginan untuk mendapatkan pekerjaan agar hidupnya dapat terjamin.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Inestya Kartikaningdryani 2019 dengan judul penelitian “Heteronormativitas, Wacana LGBT Dan Perjuangan Komunitas Waria Melawan Stigma” menunjukkan bahwa

kelompok LGBT sering mendapat diskriminasi dan kekerasan karena mereka dianggap melanggar nilai-nilai heteronormativitas, waria yang termasuk dalam sekelompok T (Transgender) merupakan kelompok paling rentan menerima kekerasan karena penampilan fisik mereka yang lebih kentara dibanding kelompok LGBT. Ketidakselarasan tubuh dan perilaku ini membuat waria dianggap aneh dan tereksklusi dari Masyarakat melalui konstruksi stigmatisasi yang bersifat homophobia. Kondisi marginalisasi ini mendorong mereka hidup di jalanan dan membentuk sebuah komunitas alternatif. Fokus penelitian yang lakukan oleh Inestya lebih kepada pembentukan identitas waria kepada masyarakat dan bagaimana strategi pengelolaan komunitas waria yang ada di Yogyakarta.

(22)

5 Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Inestya kartikaningdryani, penelitian ini lebih terfokus kepada waria yang berada di Taman Makam Pahlawan Panaikang Kota Makassar dengan mempertimbang kan banyaknya waria pekerja seks komersial yang berada di daerah tersebut yaitu guna untuk mengetahui bentuk diskriminasi masyarakat terhadap waria dan bagaimana respon waria terhadap diskriminasi yang ia terima. Tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh waria dalam usahanya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial serta berinteraksi dengan orang. Utamanya tantangan dalam menghadapi diskriminasi sebagai pekerja seks komersial. Waria yang berada di taman makam pahlawan yang dimana bekerja sebagai pekerja seks komersial untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, sebagai waria pasti sudah siap menerima segala sesuatu atas yang akan terjadi pada dirinya.

Pada tanggal 29 Agustus 2020 tepatnya pada hari Sabtu peneliti sendiri sudah melakukan observasi awal ke lapangan untuk memastikan apakah betul di lokasi tersebut menjadi tempat nongkrong bagi waria itu sendiri, dan betul adanya bahwa di pada saat malam hari di Taman Makam Pahlawan Panaikang menjadi tempat untuk waria untuk berkumpul dengan teman warianya dan juga menjadi pekerja Seks Komersial di lokasi tersebut dan Peneliti sendiri sempat berbincang-bincang.dengan waria itu sendiri.

(23)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalahnya sebagai berikut :

1. Bagaimana bentuk-bentuk diskriminasi terhadap waria pekerja seks komersial di Taman Makam Pahlawan Panaikang di Kota Makassar ? 2. Bagaimana respon waria pekerja seks komersial di Taman Makam

Pahlawan Panaikang Kota Makassar terhadap perlakuan diskriminasi ? C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk diskriminasi terhadap waria pekerja seks komersial di Taman Makam Pahlawan Panaikang Kota Makassar ? 2. Untuk mengetahui respon waria pekerja seks komersial di Taman Makam

Pahlawan Panaikang Kota Makassar terhadap perlakuan diskriminasi ? D. Manfaat Penelitian

Manfaat-manfaat yang akan diperoleh dari pembahasan penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau wawasan bagi masyarakat Indonesia.

b. Membantu penulis untuk mengetahui Diskriminasi terhadap waria pekerja sesk komersial (PSK) di Taman Makam Pahlawan Panaikang Kota Makassar.

(24)

7 b. Manfaat Praktis

a. Masyarakat

Masyarakat dapat terbuka wawasan setelah membaca dan memahami isi penelitian tersebut

b. Pemerintah

Pemerintah untuk lebih memperhatikan Diskriminasi terhadap waria pekerja sesk komersial (PSK) di Taman Makam Pahlawan Panaikang Kota Makassar

E. Definisi Operasional

Adapun definisi operasionalnya sebagai berikut :

1. Waria adalah Waria atau transgender ialah sebutan bagi individu yang identitas gender, gender expression, atau perilakunya tidak sesuai dengan identitas seksualnya.

2. Diskriminasi dapat diartikan sebagai sebuah perlakuan terhadap individu secara berbeda dengan didasarkan pada gender, ras, agama,umur, atau karakteristik yang lain. Diskriminasi juga terjadi dalam peran gender. Sebenarnya inti dari diskriminasi adalah perlakuan berbeda.Akibat perlekatan sifat-sifat gender tersebut, timbul masalah ketidakadilan (diskriminasi) gender (Tahar, 2012)

3. Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah para pekerja yang bertugas melayani aktivitas seksual dengan tujuan untuk mendapatkan upah atau uang dari yang telah memakai jasa mereka tersebut

(25)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Konsep 1. Waria

Pada hakikatnya manusia diciptakan sebagai individu yang memiliki pribadi maupun karakter yang berbeda-beda dengan individu lainya. Untuk mengenali diri seseorang terhadap dirinya maupun Masyarakat diperlukan sebuah konsepsi yaitu identitas yang merupakan representasi untuk menunjukkan jati diri seseorang dalam Masyarakat dan identitas tersebut butuh pengakuan dari Masyarakat agar seseorang bisa diterima keberadaanya. Sesuai dengan jenis kelaminnya, seseorang akan bertindak, berperilaku dan berpenampilan dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan peran berdasarkan identitas yang telah dikonstruksikan Masyarakat tersebut.

Realitas yang terjadi pada kehidupan sosial muncullah fenomena laki-laki berjiwa perempuan. Dimana seseorang secara fisik berkelamin laki-laki tapi berjiwa dan bertingkah laku seperti perempuan. Fenomena waria tidak dapat ditolak dan eksistensinya tetap ada di Masyarakat. Waria dalam Masyarakat masih digolongkan sebagai perilaku menyimpang karena tidak adanya kesesuaian antara jenis kelamin dan peran yang dikonstruksikan oleh masyarakat (Latiefah, 2013).

Waria atau transgender adalah sebutan bagi individu yang identitas gender, gender expression atau perilakunya tidak sesuai dengan identitas luar sebagai konsekuensinya pemilihan hidup sebagai

(26)

9 waria. Mereka cenderung mengalami kehilangan identitas dirinya, kemudian adanya ketidakterimaan sosial dari lingkungan atas konstruksi gender dan mereka juga menghadapi rumitnya legalitas, hukum norma tertulis maupun tidak tertulis yang menempatkan pada hak dan kewajiban. Pengertian mengenai waria sudah lama menjadi perdebatan oleh para ahli, namun secara sederhana Waria adalah laki-laki yang lebih suka berperan sebagai wanita dalam kehidupannya sehari-hari. Fenomena waria seperti ini apabila dicermati, mirip penampakannya dengan fenomena transeksual (Khasan dan Sujoko, 2018). Kaum waria sebenarnya kerap kali dikenal sebagai sosok individu yang memiliki jenis kelamin laki-laki akan tetapi berperilaku dan berjiwa seperti seseorang perempuan yang hampir seutuhnya. Sejatinya waria merupakan kelompok Masyarakat yang minoritas (Alfaris, 2018).

Pria transgender dikenal dengan sebutan waria (singkatan dari wanita pria), atau juga dikenal sebagai wadam (singkatan hawa dan adam), oleh orang awam disebut banci. Koeswinarno dalam (Putri dan Syafik, 2016). Waria merupakan salah satu dari sekian dari sekian banyak kelompok minoritas hampir di setiap negara, kelompok ini tidak mendapatkan hak-hak yang semestinya didapat orang lain pada umumnya dan didiskriminasi oleh lingkungan dan Masyarakat.

Transgender adalah istilah yang ditujukan kepada seseorang yang tidak dapat menunjukkan secara spesifik orientasi seksualnya, adapun transgender laki-laki adalah laki-laki normal, yang memiliki kelamin normal, namun secara psikis merasa dirinya sebagai perempuan.

(27)

Akibatnya perilaku sehari-hari sering tampak kaku, fisik laki-laki namun cara berjalan berbicara dan dandanan yang menyerupai perempuan. Dengan cara yang sama dapat dikatakan laki-laki ini terperangkap pada tubuh yang salah. Kehadiran seorang waria merupakan suatu proses panjang, baik secara individual maupun sosial. Secara individual antara lain, lahirnya perilaku waria tidak lepas dari suatu proses atau dorongan yang kuat dari dalam dirinya, yaitu keadaan fisik yang tidak sesuai dengan kondisi psikis sehingga hal ini membuktikan konflik psikologis dalam dirinya. Individu dengan keadaan demikian ini mempresentasikan perilaku yang jauh berbeda dengan laki-laki tetapi juga bukan sebagai perempuan (Barmiawi, 2016).

Berdasarkan beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa waria atau singkatan dari wanita pria adalah seorang laki-laki yang identitas gendernya tidak sesuai dengan identitas seksualnya, dimana waria yang seorang laki-laki akan tetapi perilaku sehari-hari menyerupai perempuan seperti dandanan cara berjalan dan berbicara pun ingin menyerupai perempuan. Namun demikian, identitas waria ataupun pekerjaan yang ia tekuni merupakan salah satu untuk menghudi hidupnya sendiri.

2. Diskriminasi

Negara republik Indonesia telah memberikan jaminan perlindungan untuk bebas dari perlakuan yang diskriminatif sebagai hak konstitusional yang ditentukan dalam pasal 281 ayat (2) undang-undang Dasar Negeri Republik Indonesia tahun 1945. Namun dalam praktik

(28)

11 masih dijumpai adanya perlakuan diskriminatif khususnya terhadap kelompok masyarakat yang termarjinalkan(Armiwulan, 2015).

Diskriminasi merupakan salah satu wujud penolakan kepada kelompok atau individu yang tergolong minoritas. Kasus diskriminasi telah menimpa transgender di seluruh dunia. Penelitian the William institute school of law ucla tentang diskriminasi di dunia kerja atas dasar orientasi seksual dan identitas gender di lima puluh negara bagian di amerika serikat yang dilakukan tahun 2008, menyimpulkan bahwa ada diskriminasi yang melanggar hukum yang dilakukan oleh pemerintah karena alasan orientasi seksual dan identitas gender. Dapat dikatakan bahwa Indonesia masih mengenal jenis kelamin bukan gender. Jenis kelamin yang diakui di negara ini hanya dua yaitu laki-laki dan perempuan, yang kemudian kondisi ini berlaku mulai dari aspek administratif hingga kehidupan sosial.

Diskriminasi mulai terjadi pada tingkat kekerasan , pelecehan verbal maupun nonverbal, Bullying hingga pembunuhan di negara Indonesia sebagian Masyarakat masih menganggap tabu akan adanya kelompok transgender. Indonesia masih menganut sistem gender biner, dimana segala peraturan yang mengikat hak dan kewajiban seseorang diatur berdasarkan seks biologisnya (Novitasari dkk, 2015)

Di era globalisasi ini, tuntutan untuk mewujudkan profesionalitas merupakan hal yang penting. Tuntunan ini tidak lagi mempertimbangkan masalah perbedaan-perbedaan yang sifatnya kodrati, termasuk perbedaan jenis kelamin profesionalitas lebih kepada

(29)

pertimbangan potensi dan kemampuan profesional seseorang, tidak peduli dia laki-laki atau perempuan. Gender sebenarnya tidak menjadi masalah ketika tidak melahirkan diskriminasi gender. Bentuk-bentuk diskriminasi gender. Bentuk-bentuk diskriminasi gender yaitu, marginalisasi (peminggiran), subordinasi (penomorduaan), Stereotip Violence (kekerasan), dan beban kerja berlebihan (Tahar, 2012).

Selain dilingkungan keluarga, perlakuan diskriminasi yang sering ditujukan kepada LGBT adalah kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang layak undang-undang (UU) tenaga kerja Nomor 13/2003 ketenagakerjaan n.d). UU tersebut tidak menyebutkan bahwa identitas orientasi seksual telah lama terbiasa menjadi dasar untuk mendiskriminasi pekerja (kartikaningdrayani, 2019).

Masalah diskriminasi terhadap perlindungan hukum dan HAM yang dialami para waria di Indonesia telah lama terjadi. Dengan melakukan environmental scanning (lang, 1994) masalah yang dikarenakan minimnya kesempatan bagi waria lebih sering bekerja di jalanan. Hal ini menyebabkan sebagian orang meremehkan waria sehingga meremehkan waria sehingga mereka mampu melakukan tindak kekerasan terhadap waria.

Persoalan diskriminasi dan toleransi yang berkembang diMasyarakat yang disebabkan oleh konstruksi sosial gender yang tidak mengakui keberagaman dan hanya mengakui gender perempuan dan laki-laki. Konstruksi sosial gender yang berkembang dalam Masyarakat kemudian melahirkan stereotype dan stigma negatif konstruksi sosial

(30)

13 tersebut mendorong terjadinya diskriminasi terhadap kelompok transgender. Banyak perusahaan atau pemberi kerja menolak keberadaan mereka meskipun mereka sebenarnya mampu dan berkompeten untuk mengisi peluang kerja yang ada. Sehingga terkesan yang menjadi penilaian bukan lagi kemampuan dan keterampilan dan ekspresi gender mereka.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Diskriminasi adalah sebuah sikap, perilaku ataupun tindakan yang mencerminkan ketidakadilan yang dilakukan baik secara individu maupun secara kelompok. Seperti perlakuan yang tidak adil untuk membedakan terhadap seseorang. Diseminasi mulai terjadi pada tingkat kekerasan bully dan pelecehan verbal maupun non verbal.

3. Pekerja Seks Komersial (PSK)

Di Indonesia, pelacur dikenal dengan istilah wanita tuna susila yang di singkat WTS atau pekerja Seks Komersial (PSK). Pelacur adalah orang yang menjajakan dirinya baik untuk tujuan materi atau demi kepuasan nafsu. Selain pelacur istilah lain digunakan untuk menyebut para sesks komersial itu adalah sundal. Yang berarti perempuan jalang, liar, nakal dan pelanggar non susila. Selain istilah yang lain dari kata pelacur adalah lonte yang semakna dengan sundal (Khumaerah, 2017).

Pekerja seks komersial (PSK) adalah seseorang yang menjual jasanya untuk melakukan hubungan seksual demi uang biasanya pelayanan ini dalam bentuk menyewakan tubuh. Di Indonesia PSK sebagai pelaku pelacuran sering disebut sebagai sundal atau sundel yang

(31)

menunjukan bahwa perilaku perempuan sundal itu sangat begitu buruk hina dan menjadi musuh Masyarakat (Harmani Dkk, 2015). Para pekerja seks komersial berani mengorbankan diri, masa depan, dan kehidupanya tidak lain hanyalah untuk mendapatkan uang padahal uang dari kerja keras itu tidak miliknya sendiri secara utuh, tetapi uang itu di bagi-bagi kepada semua pihak terlibat di dalam pekerjaannya, seperti uang bentuk mucikari uang keamananan , uang kamar uang pelayanan dan sebagainya.

Prostitusi sebagai masalah sosial sementara ini dilihat dari hubungan sebab akibat dan asal mulanya tidak dapat diketahui dengan pasti, namun sampai sekarang pelacuran masih banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan ada di hampir setiap wilayah di Indonesia, baik yang terang-terangan maupun yang sembunyi-sembunyi. Banyak wanita yang hidup semata-mata dalam kemiskinan menjadi PSK untuk memperoleh makanan, pakaian dan perlindungan atau yang berasal dari keluarga yang tingkat ekonominya rendah, dengan berbagai alasan mereka mengambil jalan pintas untuk mendapatkan uang guna memenuhi kebutuhannya dan keluarga. Hal ini juga dapat diakibatkan karena faktor pendidikan rendah sehingga tidak memungkinkan memperoleh pekerjaan yang memberikan penghasilan yang cukup (Regar Dkk, 2016).

Dalam bersosialisasi antara PSK dengan Masyarakat akan banyak hal didapat oleh PSK seperti cara pandang Masyarakat yang menganggap rendah dan memojokkan PSK dalam kehidupan sehari-hari. PSK juga diartikan sebagai kurang beradab karena kerajaan relasi

(32)

15 seksualnya dalam bentuk penyerahan diri pada banyak laki-laki untuk pemuasan seksual dan mendapatkan imbalan jasa atau uang bagi pelayananya.

Ketidakadilan dan diskriminasi itu terjadi hampir di semua bidang mulai dari yang terendah hingga level internasional. Diskriminasi pun juga terjadi dalam berbagai bidang kehidupan sosial seperti ekonomi, politik, agama, pendidikan dan budaya bahkan sampai tingkatan. Abdullah Irwan (Suardi dan Nursalam, 2016) mengatakan diskriminasi gender tersebut telah menimbulkan embrio berbagai problematika bagi kehidupan perempuan yang bukan hanya mempengaruhi fisik namun juga aspek psikis perempuan. Diskriminasi gender dalam Masyarakat juga terjadi pada Masyarakat.

Tidak tersedia data yang valid untuk mengungkapkan secara tepat jumlah pekerja sesk di Indonesia. Data yang tersedia di kementrian sosial Indonesia umumnya mencatat jumlah pekerja seks yang terdaftar di lokalisasi-lokalisasi yang tersebar di wilayah Indonesia. Data tahun 2009 menunjukkan bahwa jumlah WTS di Indonesia sebanyak 71.721 orang naik sekitar 800 orang dibandingkan tahun menjadi 56.000 pekerja sesk yang tersebar di 164 lokalisasi. Data tersebut menafikan keberadaan pekerja sesk tidak terdaftar baik yang beroperasi secara individual atau berkelompok di luar lokalisasi seperti di jalan-jaln,hotel, salon dan sebagainya (Rusyidi dan Nunung, 2018).

Pekerja seks komersial (PSK) bagian dari kegiatan seks di luar nikah yang ditandai oleh kepuasaan seks dari bermacam-macam orang

(33)

yang melibatkan beberapa pria, dilakukan demi uang dan dijadikan sebagai sumber pendapatan. Pekerja seks komersial (PSK) adalah suatu pekerjaan dimana seorang perempuan menggunakan atau mengeksploitasi tubuhnya untuk mendapatkan uang, terdapat juga orang yang memilih menjadi pekerja seks komersial karena faktor ekonomi yang memiliki kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya untuk mempertahankan kelangsungan hidup (Ningsih, 2013).

Selain karena faktor ekonomi, terdapat beberapa alasan yang mempengaruhi dalam menuntun seorang perempuan menjadi seorang PSK diantaranya adalah Modelling, dukungan dari orang tua dan lingkungan yang primitive. Mereka yang hidupnya berorientasi pada materi akan menjadikan banyaknya jumlah uang yang dikumpulkan dan kepemilikan sebagai tolak ukur keberhasilan hidup. Banyaknya PSK yang berhasil mengumpulkan banyak materi atau kekayaan akan menjadi model pada orang lain sehingga dapat dengan mudah ditiru. Seseorang menjadi PSK karena adanya dukungan orang tua atau suami yang menggunakan anak perempuan atau istri mereka sebagai sarana untuk mencapai aspirasi mereka akan materi (Adnitiyas dkk, 2018).

Selain untuk terpenuhinya kebutuhan ekonomi ada pula, yang menjadikan pekerja seks komersial untuk gaya hidup. Gaya hidup menunjukkan bagaimana orang mengatur kehidupan pribadinya, perilaku di depan umum, dan usaha menjadikan dirinya unik. Gaya hidup atau lifestyle dapat diartikan juga sebagai segala sesuatu yang memiliki

(34)

17 karakteristik, kekhususan, dan tata cara dalam kehidupan suatu Masyarakat tertentu. Gaya hidup adalah pola-pola tindakan yang membedakan antara satu orang dengan orang lain, gaya hidup adalah bagaimana seseorang tersebut ingin dipersepsikan oleh orang lain, sehingga gaya hidup sangat berkaitan dengan bagaimana membentuk image dimata orang lain, berkaitan dengan status sosial yang disandangnya. Untuk merefleksikan image inilah, dibutuhkan simbol-simbol status tertentu, yang sangat berperan dalam mempengaruhi perilaku konsumsinya. (David, 2013).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pekerja Seks Komersial (PSK) adalah Pekerja seks komersial (PSK) bagian dari kegiatan seks di luar nikah yang ditandai oleh kepuasaan seks dari bermacam-macam orang yang melibatkan beberapa laki-laki. Pekerja seks komersial merupakan suatu pekerjaan yang melayani aktivitas seksualnya dengan tujuan untuk mendapatkan uang ataupun pah yang telah memakai jasa mereka.

B. Kajian Teori

1. Teori Konstruksi Sosial (Peter L. Berger dan Thomas Luckman.)

Manusia berada dalam kenyataan objektif dan subjektif. Dalam keadaan objektif, manusia secara struktural dipengaruhi oleh lingkungan dimana manusia tinggal, dengan kata lain arah perkembangan manusia ditentukan secara sosial dari saat lahir hingga tumbuh dewasa dan tua. Ada hubungan timbal-balik antara diri manusia dengan konteks sosial yang membentuk identitasnya hingga terjadi habitualisasi dalam

(35)

diri manusia. Sementara itu, dalam kenyataan subyektif, manusia dipandang sebagai organisme yang memiliki kecenderungan tertentu dalam societas. Dalam hal ini subjektivitas manusia bermain dalam lingkungan sosialnya. Individu telah mengambil alih dunia sosial yang telah membentuknya sesuai dengan kreativitas yang dimiliki oleh tiap individu.

Selain itu juga berlangsung dalam suatu proses dengan tiga simultan menurut berger dan lukman yaitu konsep untuk menghubungkan antara subjektif dan objektif melalui konsep dialektika yang dikenal dengan eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.

a. Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai produk manusia.

b. Objektivasi adalah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami institusionalisasi.

c. Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga lembaga sosial atau organisasi sosial dimana individu tersebut menjadi anggotanya.

Berger melihat adanya penyimpangan-penyimpangan dalam penggunaan agama sebagai objek untuk melegitimasi tindakan individu yang kemudian dilembagakan pada lingkungan sosial Masyarakatnya. Mari kita lihat kembali Berger dan Luckmann dengan sosiologi pengetahuannya yang ingin menggambarkan bahwa ada kenyataan dan pengetahuan dalam Masyarakat. Berger dan Luckmann menyadari dengan pasti adanya konstruksi realitas sosial dalam Masyarakat, dan

(36)

19 yang lebih parah lagi adalah ketika realitas sosial tersebut dilegitimasi menggunakan nilai-nilai agama (Kriyantono, 2018)

Dari teori diatas dapat dikaitkan dengan penelitian yang dilakukan bahwa manusia dalam berkomunikasi ataupun bergaul di lingkungan yang mereka tinggali itu dapat mempengaruhi ia dimana ia berada begitupun dengan waria dipengaruhi oleh lingkunganya yang mengharuskan ia seperti itu karena ada hal yang harus dipenuhi seperti kebutuhan sehari-hari dikaitkan juga dengan perekonomian mereka walaupun itu tidak mengikuti norma-norma yang ada.

2. Tindakan Sosial (Max Weber)

Weber mengatakan, individu manusia dalam Masyarakat merupakan aktor yang kreatif dan realitas sosial bukan merupakan alat yang statis daripada paksaan fakta sosial. Artinya tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh norma, kebiasaan, nila dan sebagainya yang tercakup dalam konsep fakta sosial walaupun dalam Masyarakat terdapat struktur sosial dan pranata sosial, yang dimaksudkan dengan tindakan sosial itu adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai makna atau arti subjektif bagi dirinya yang di arahkan kepada orang lain.

Teori tindakan sosial ini untuk menganalisis mengenai masyarakat dengan menggunakan 4 tipe Tindakan Yaitu (a). rasionalitas Instrumental/ Zwerk Rational Tindakan ini merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan seseorang atas pertimbangan dan pilihan sadar yang berhubungan dengan tujuan tindakan. Tindakan ini untuk menganalisis masyarakat dengan tindakan yang dilakukan oleh waria yang berada di

(37)

Taman Makam Pahlawan Panaikang. (b). Tindakan rasional nilai / werk rational Sedangkan Rasional nilai memiliki sifat bahwa alat-alat yang ada hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang sadar sementara tujuan-tujuan sudah ada di dalam hubunganya dengan nilai-nilai individu yang bersifat absolut. (c). Tindakan afektif/tindakan yang mempengaruhi emosi / affectual action Tipe tindakan sosial ini lebih didominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan sadar. Tindakan afektif sifatnya spontan, tidak rasional, dan merupakan ekspresi emosional dari individu. (d). Tindakan tradisional/tindakan karena kebiasaan / traditional action. Dalam tindakan jenis ini, seseorang memperlihatkan perilaku tertentu karena kebiasaan yang diperoleh dari nenek moyang, tanpa adanya refleksi sadar atau perencanaan (Nursalam dkk, 2016).

Dari teori tersebut yang dijelaskan di atas dapat diketahui bahwa tindakan yang dilakukan seseorang atau perbuatan mempunyai arti subjektif begitupun juga dengan masyarakat yang melakukan tindakan diskriminasi kepada waria dengan menggunakan teori tindakan sosial untuk menganalisis di lapangan sesuai apa yang terjadi dengan menggunakan 4 tipe tindakan sosial.

C. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dijadikan pijakan atau pedoman dalam menentukan tujuan penelitian, hal ini berfungsi agar penelitian tetap terfokus pada kajian yang akan teliti. Berdasarkan judul penelitian ini yaitu Tindakan Diskriminasi Terhadap Waria Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Taman

(38)

21 Makam Pahlawan Panaikang Kota Makassar Melibatkan beberapa unsur antara satu dengan yang lain

Masyarakat umum yang menganggap bahwa tidak ada jenis kelamin ketiga, yang ada hanyalah laki-laki dan perempuan. Menyebabkan fenomena kaum waria dianggap sebagai hal yang tabu dan menyimpang. Sebuah social deviation atau penyimpangan sosial. Waria sendiri adalah istilah untuk menyebut kaum transgender, yang berasal dari dua kata wanita dan pria waria biasanya tidak melakukan operasi kelamin untuk menjadi perempuan. Kadang waria menyebut dirinya “perempuan yang terperangkap dalam tubuh laki-laki‟ banyak waria yang pergi mencari uang dengan menjadi Pekerja Seks

Komersial dan mencari teman-teman yang senasib, melacur atau mengamen,yang terbentuklah subkultur waria dengan berbagai atributnya: bahasa, gaya hidup dan solidaritas.

Makassar adalah salah satu Kota yang cukup terbuka dengan keberadaan waria, akan tetapi persepsi Masyarakat tentang waria masih dianggap negatif. Perlu adanya identifikasi potensi waria agar masyarakat lebih menghargai secara positif dan menerima keberagaman. Fenomena akan banyaknya waria yang mengamen di jalan-jalan dan waria yang melacur setiap malam mengakibatkan Masyarakat hanya berujung pada Stigma buruk kepada waria dapat ditunjukkan kepada Masyarakat pada pelabelan waria sebagai penyakit masyarakat atau dapat dikatakan sebagai sampah Masyarakat.

Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa waria yang berada di taman makam pahlawan panaikang akan mendapatkan tindakan diskriminasi

(39)

dari oknum masyarakat, pemerintah dan keluarga maka dari itu peneliti dengan melakukan wawancara secara mendalam dengan maksud untuk mengetahui tindakan dan bentuk-bentuk diskriminasi seperti yang apa yang didapatkan oleh waria dan bagaimana waria merespon atas tindakan diskriminasi yang didapatkan oleh oknum masyarakat, masyarakat dan keluarganya.

Setelah melakukan secara mendalam terhadap waria maka peneliti akan ditemukan mengenai hal-hal yang didapatkan waria pada saat di lapangan dan menyusun data hasil penelitian Hal tersebut di atas merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini dan tidak menutup kemungkinan akan muncul pemikiran baru untuk perkembangannya tanpa berpaling dari nilai dasarnya. Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dapat dilihat pada berikut :

Gambar 2.1 Bagan Kerangka pikir DIKRIMINASI

RESPON WARIA PEMERINTAH

DATA HASIL PENELITIAN KELUARGA WAWANCARA BENTUK-BENTUK DISKRIMINASI MASYARAKAT WARIA (PSK)

(40)

23 D. Hasil Penelitian Terdahulu

Menguraikan penelitian terdahulu yang relevan dengan masalah penelitian ini, digunakan untuk mengetahui masalah mana yang belum diteliti secara mendalam oleh peneliti terdahulu. Selain itu, juga sebagai perbandingan antar fenomena yang hendak diteliti dengan hasil studi terdahulu yang serupa. Dari hasil penelitian terdahulu didapatkan hasil penelitian sebagai berikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Firman Arfanda dan Sakaria Anwar (2015) yang berjudul “Konstruksi Sosial Masyarakat terhadap waria”

menyatakan bahwa waria adalah kaum marjinal yang mendapat tekanan secara struktur dan kultur. Waria sering dikucilkan bahkan mendapat perlakuan diskriminatif. Melakukan kajian untuk memperoleh gambaran mengenai sikap Masyarakat terhadap waria menurut kecenderungan perilaku dan harapan-harapan Masyarakat. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dominan Masyarakat tidak mengetahui tentang apa dan bagaimana waria itu. Dominan Masyarakat merasa nilai yang dianutnya bertentangan dengan keberadaan waria di tengah-tengah Masyarakat. Dan lebih ekstrim lagi adalah bahwa Masyarakat cenderung menjauhi waria kecuali jika memiliki kepentingan yang terkait dengan keberadaan dari seorang waria. Hal itulah kemudian mengkonstruksi pemikiran Masyarakat mengenai waria yang lebih cenderung memberi label negatif terhadap kaum waria.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan inestya kartikaningdryani 2019 dengan judul penelitian “Heteronormativitas, Wacana LGBT Dan Perjuangan Komunitas Waria Melawan Stigma” menunjukkan bahwa

(41)

kelompok LGBT sering mendapat diskriminasi dan kekerasan karena mereka dianggap melanggar nilai-nilai heteronormativitas, waria yang termasuk dalam kelompok T (Transgender) merupakan kelompok paling rentan menerima kekerasan karena penampilan fisik mereka yang lebih kentara dibanding kelompok LGBT. Ketidakselarasan tubuh dan perilaku ini membuat waria dianggap aneh dan tereksklusi dari Masyarakat melalui konstruksi stigmatisasi yang bersifat homophobia. Kondisi marginalisasi ini mendorong mereka hidup di jalanan dan membentuk sebuah komunitas alternatif. Di Yogyakarta, tantangan bagi komunitas waria tidak serta merta melawan diskriminasi dan kekerasan. Pada 2014, Pemprov DIY mengesahkan Peraturan Daerah (Perda) tentang penanganan gelandangan dan pengemis. Kondisi ini membuat perjuangan komunitas waria tidak hanya soal memperjuangkan identitas mereka, melainkan juga resistensi politik. Lebih dari itu, keberadaan perda ini dan aksi vigilantisme yang dilakukan kelompok intoleran mendorong adanya perubahan strategi gerakan komunitas waria. Sayangnya, perubahan ini tidak mendapat sambutan positif dari semua waria.

Dari beberapa penelitian relevan di atas yang dimana menjelaskan untuk memperoleh gambaran umum serta menganalisis bagaimana masyarakat terhadap waria dan menunjukkan bahwa dominan Masyarakat tidak mengetahui tentang apa dan bagaimana itu waria itu. Dominan Masyarakat merasa nilai yang dianutnya bertentangan dengan keberadaan waria di tengah-tengah Masyarakat. Dan di waria mendapatkan diskriminasi karena mereka dianggap melanggar nilai heteronormativitas. Sedangkan peneliti akan membahas mengenai waria itu sendiri melalui

(42)

25 penelitian ini dengan melihat lingkungan yang ditempati waria yaitu seperti lingkungan keluarga, Masyarakat dan lingkungan tempat bergaul, kemudian, perlakuan yang didapat waria ataupun diskriminasi yang dialami dengan melihat tindakan diskriminasi yang diterima waria kemudian, bentuk-bentuk diskriminasi yang diterima waria baik Masyarakat maupun lingkungan lain dan dampak yang terima waria dari diskriminasi yang dialami tersebut.

(43)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif\kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi dan menggambarkan atau mengungkapkan suatu peristiwa sesuai dengan keinginan peneliti ingin mengungkapkan apa saja hal-hal yang ditimbulkan dari diskriminasi terhadap waria yang berada di Panaikang (Sugiyono, 2017:9).

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan Fenomenologi merupakan penelitian yang dilakukan terhadap objek atau sesuatu yang harus diteliti secara menyeluruh, utuh dan mendalam (Gunawan, 2016). Di Dalam penelitian ini yang yang membahas mengenai diskriminasi terhadap waria yang akan dikaji secara menyeluruh dan mendalam.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Taman Makam Pahlawan Panaikang Kelurahan Paropo Kecamatan Panakkukang Kota Makassar dan waktu penelitian yang dilaksanakan yaitu kurang lebih 2 bulan. Alasan memilih lokasi di Kelurahan Paropo Kecamatan panakkukang Kota Makassar karena maraknya waria yang berkumpul pada malam hari di tempat tersebut dan juga

(44)

27 di daerah tersebut terbilang menarik Karena di tempat tersebut yang ditempati waria yang nongkrong dan di jadikan sebagai tempat pekerja sesk komersial. C. Informan Penelitian

Untuk mendapatkan berbagai informasi yang dapat memberikan data yang diperlukan didalam penelitian. Informan dipilih secara Purposive Sampling (Judgment sampling). Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Adapun teknik penentuan informan yang digunakan adalah Purposive Sampling yaitu penarikan informan yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan oleh peneliti. Adapun informan dalam penelitian ini adalah Waria, pemerintah dan Masyarakat. Kriteria informan yaitu :

1. Informan Kunci yaitu Pemerintah yaitu Kelurahan Paropo sebanyak 1 orang yang mengetahui secara mendalam mengenai bentuk permasalah yang sedang diteliti.

2. Informan Utama yaitu waria sebanyak 6 orang yang mengetahui apa saja yang terjadi dalam lingkungan yang sedang diteliti.

3. Informan Pendukung Masyarakat sebanyak 3 orang yang menjadi pelengkap informasi utama yang digunakan untuk menambah pengetahuan yang diketahui oleh Masyarakat.

D. Fokus Penelitian

Adapun fokus dari penelitian ini adalah:

1. Diskriminasi yang didapatkan waria terhadap keluarga pemerintah dan Masyarakat setempat.

(45)

2. Faktor yang menyebabkan terjadinya diskriminasi waria di taman makam pahlawan Panaikang Kota Makassar.

3. Respon waria terhadap Diskriminasi yang diterima

4. Bentuk-bentuk diskriminasi yang didapatkan oleh waria yang berada di Taman Makam Pahlawan Panaikang

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian kualitatif atau Instrumen utama dalam penelitian adalah manusia itu sendiri atau peneliti. Dimana sebelum memasuki tahap ini, peneliti sendiri sudah mempelajari apa itu penelitian dan bagaimana cara melakukan penelitian pada mata kuliah seminar sosiologi. Adapun instrumen yang digunakan adalah :

1. Kamera atau alat pengambil gambar sejenis yang bertujuan untuk pembuktian data secara visual, dengan adanya kamera tersebut.

2. Alat perekam atau Recording : alat ini digunakan untuk memudahkan peneliti dalam menulis hasil wawancara dengan mendengarkan hasil rekaman dari informan penelitian dan juga sebagai alat untuk membantu menjelaskan hasil dari lembar observasi.

3. Buku tulis dan pulpen sebagai alat untuk mencatat hal-hal yang disampaikan oleh informan.

4. Pedoman wawancara, untuk menanyakan hal penting untuk informan dan pedoman observasi.

F. Jenis dan Sumber Data Penelitian 1. Data Primer

Data Primer yaitu data yang biasa dikumpulkan oleh peneliti dengan melakukan observasi dan wawancara:

(46)

29 a. Observasi, peneliti akan mengobservasi tempat yang akan dilakukan penelitian yaitu di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakkukang Kota Makassar tepatnya di Taman Makam Pahlawan Panaikang, peneliti akan memperhatikan dan mengamati lingkungan tempat penelitian agar dapat mengetahui yang akan diteliti.

b. Wawancara, peneliti akan mewawancarai beberapa orang yang berkaitan dengan penelitian seperti waria , pemerintah dan Masyarakat.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan dari dokumen atau orang yang telah meneliti hal tersebut seperti jurnal, buku, blog dan lain-lain. Peneliti menggunakan beberapa data yaitu beberapa jurnal yang dilakukan oleh peneliti terdahulu.

G. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi

Observasi partisipasi dilakukan di dua tempat, pertama di rumah waria pekerja seks komersial, kedua di tempat waria pekerja seks komersial bersosialisasi baik dengan Masyarakat maupun sesama waria. Observasi partisipasi dilakukan dalam mengumpulkan data terkait dengan aktivitas waria pekerja seks komersial dalam kehidupan sosialnya.

2. Wawancara,.

Wawancara dilakukan ke dalam dua bagian, pertama wawancara biasa untuk mengumpulkan informasi terkait tanggapan Masyarakat

(47)

setempat tentang keberadaan waria yang bekerja sebagai pekerja seks komersial (PSK). Kedua wawancara mendalam (indepth Interview) digunakan untuk mengumpulkan data penelitian terkait dengan bentuk-bentuk diskriminasi yang didapatkan oleh waria, dalam pengumpulan data ini kami lebih menekankan pada pengalaman atau cerita hidup informan (Life story) sehingga didapatkan data yang akurat. Selama melakukan wawancara kami menggunakan pedoman wawancara yang telah disiapkan sebelumnya sehingga memudahkan dalam proses wawancara.

3. Dokumentasi, peneliti akan menggunakan beberapa referensi yang didapatnya seperti buku, jurnal dan lainnya mengenai sistem zonasi penerimaan peserta didik baru. Yang akan digunakannya sebagai referensi tambahan dari observasi yang telah dilakukan peneliti.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam Penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang terdiri dari beberapa tahap :

1. Reduksi data (data reduction)

Data yang diperoleh direduksi kembali atau merangkum data tersebut, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting.

2. Penyajian data (data display,mlay)

Penyajian data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antara kategori dan penyajian data dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat naratif. Dengan menyajikan data, maka akan

(48)

31 memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan / verifikasi (conclusion drawing / verification) Penarikan kesimpulan dan verifikasi yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali kelapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Miles dan Huberman (Dewi, 2016) I. Teknik Pengabsahan Data

Peneliti menggunakan beberapa metode yaitu seperti wawancara, observasi dan dokumentasi data dari sumber, waktu, teori dan pakar tersebut akan di triangulasi atau pengecekan kebenaran dari data yang telah diteliti peneliti apakah benar. Teknik keabsahan data adalah proses mentriangulasi kan tiga data yang terdiri dari data observasi, wawancara, dan dokumen. Adapun alat yang digunakan untuk menguji keabsahan data yaitu:

1. Triangulasi sumber adalah dimana peneliti menggali kebenaran informasi melalui berbagai metode dan sumber perolehan data. Seperti peneliti melakukan wawancara tentang implikasi tentang diskriminasi waria secara mendalam.

2. Triangulasi waktu, Data yang dikumpul dengan teknik wawancara di Malam hari pada saat narasumber sudah Siap dan pengecekan hasil

(49)

wawancara dan observasi sehingga peneliti melakukan wawancara, informan dalam waktu berbeda dalam secara berkala

3. Triangulasi teknik, triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain, untuk memastikan data mana yang dianggap benar. Atau mungkin semuanya benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

J. Etika Penelitian

Dimana peneliti dalam pengutipan dengan menyebutkan sumber data yang tepat, peneliti menghindarkan diri dari perbuatan curang seperti tidak melakukan plagiat, dalam menggunakan bahan dari suatu sumber misalnya seperti gambar rekaman maupun video peneliti wajib meminta izin kepada pemilik bahan tersebut, nama informan dalam penelitian kualitati apabila bersifat sensitif dan dapat merugikan informan tidak boleh dicantumkan namun nama informan akan dalam bentuk kode atau nama samaran

(50)

33 BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Sejarah Lokasi Penelitian

Fenomena waria di kalangan masyarakat sudah tidak asing lagi terdengar apalagi waria yang berada di makassar, waria dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari ada yang berprofesi sebagai tukang cukur, rias wajah, pengamen dan sampai menjadi pekerja seks komersial (PSK) untuk memenuhi kebutuhannya. Yang diketahui ada beberapa tempat yang menjadi tempat kumpul waria yaitu, Lapangan karebosi. Jalan nusantara, Monumen Mandala, KODAM XIV Hasanuddin dan Taman Makam Pahlawan Panaikang. (Hasil Wawancara 03/2021)

Sejak tahun 1980-an waria sudah didapat berkumpul di Lapangan karebosi. Tidak banyak yang tahu sejak kapan waria memilih lapangan karebosi sebagai tempat kumpul. Konon waria sebelumnya berkumpul di sekitar jalan nusantara dan stadion mattoangin (Aidina Dkk, 2015). Tetapi program revitalisasi yang diadakan pemerintah di karebosi mengakibatkan waria berpindah ke berbagai tempat salah satunya di taman makam pahlawan panaikang (Aidina Dkk, 2015).

Aktivitas waria yang berada di lokasi Taman makam pahlawan panaikang yaitu sebagai pekerja seks komersial yang di mana di ketahui sebelum ia menempati lokasi TMP mulanya waria berada di depan KODAM XIV Hasanuddin yang berlokasi di jalan Urip Sumoharjo. Namun setelah adanya insiden yang terjadi yang menewaskan salah satu pelanggan waria

(51)

atau jasa pemakai seks komersial dan juga terjadinya penebangan pohon di wilayah tersebut, komunitas waria pekerja seks komersial berpindah ke daerah Taman Makam Pahlawan Panaikang dan pemakaman Kristen Panaikang. Seiring dengan berjalannya waktu, persebaran waria pekerja seks komersial di daerah pemakaman yang berlokasi di jalan Urip Sumoharjo kemudian terjadi suatu konflik di kuburan Kristen yang mengakibatkan waria hanya menempati taman makam pahlawan sebagai titik tempat bekerjanya (Hasil wawancara 23/01/2021)

Taman Makam Pahlawan Panaikang yang menjadi tempat penelitian yang terletak di Kelurahan Paropo Kecamatan Panakkukang Kota Makassar yang tepatnya di Taman Makam Pahlawan Panaikang yang berada di jalan poros yang berbatasan dengan Kelurahan Panaikang. Taman Makam Pahlawan Panaikang yang menjadi tempat pemakaman para pejuang Indonesia. Taman tersebut sering dikunjungi oleh peziarah untuk menghormati para pejuang tanah air. Para peziarah pun biasa dikunjungi oleh Masyarakat sekitar maupun luar daerah. Banyaknya peziarah yang datang menjadi peluang usaha bagi Masyarakat sekitar salah satunya melakukan penjualan bunga dan makanan ringan. tempat ini juga dijadikan oleh para waria pekerja seks komersial untuk bekerja dikarenakan lokasi yang cukup strategis dan jauh dari keramaian (Hasil Observasi 10/09/2020)

B. Letak Geografis

Kelurahan Paropo Menjadi Tempat Penelitian yang tepatnya di Taman Makam Pahlawan Panaikang yang menjadi tempat berkumpulnya Waria dan sekaligus bekerja sebagai pekerja seks komersial pada malam

(52)

35 hari. Area Taman Makam Pahlawan Panaikang yang dapat dilihat dari luar yaitu terdapat pekarangan yang dijadikan oleh Masyarakat sebagai tempat berdagang seperti menjual bunga, minuman dan makanan dan di lihat dari dalam terdapat kuburan makam pahlawan dan kuburan islam di dalam kuburan terdapat lapangan yang dijadikan tempat pelantikan dan upacara di dekat kuburan di sediakan tempat istirahat bagi para peziarah yang berkunjung. Waria menjadikan tempat tersebut sebagai tempat ia bekerja karena tempat tersebut yang strategis yang jauh dari keramaian. Lokasi Detail mengenai pusat nongkrong waria berada di depan makam dengan tujuan untuk menarik para pelanggan. Waria berkumpul di lokasi yang sama tetapi tempat yang berbeda guna untuk menarik para pelanggan yang datang (Hasil Observasi 10/09/2020).

Setiap waria menentukan dimana ia akan memilih tempat yang dijadikan sebagai tempat untuk menggaet para pelangganya, waria memilih rekan sampai empat orang di satu titik berbeda, yang dapat dilihat setiap waria memilih tempat seperti di depan kuburan atau tepatnya di pinggir jalan raya. Pemilihan tempat dilakukan dengan berbagai pertimbangan yang dapat menguntungkan serta memberi keamanan bagi waria. Salah satunya keberadaan pohon rindang di sepanjang jalan guna untuk tidak terlalu mencolok di depan umum. Namun dikarenakan letaknya yang strategis dapat menggaet pelanggan dengan mudah. Berbeda dengan waria di taman makam pahlawan, waria lainnya umumnya secara transparan memperlihatkan dirinya di depan publik atau banyak orang.(hasil wawancara 23/01/2020).

(53)

C. Keadaan kependudukan

Waria yang berada di Taman Makam Pahlawan Panaikang bukan sepenuhnya warga Paropo tetapi dari warga lain, jika dilihat jumlah waria yang bekerja di taman tersebut berjumlah kurang lebih 30 orang yang diketahui, tidak dapat dipungkiri jumlah waria dapat bertambah ataupun berkurang (hasil wawancara 23/01/2021).

Waria yang nongkrong di Taman Makam Pahlawan pada umumnya bekerja setiap malam namun karena adanya wabah virus Covid-19 mengakibatkan para pemakai jasa pekerja sesk komersial menurun serta berdampak pada penghasilan waria. Selain itu, penurunan pemakai jasa pekerja seks komersial mengakibatkan kurangnya waria yang bekerja di Taman Makam Pahlawan setiap malamnya (Hasil Wawancara 23/01/2021).

Penggunaan teknologi secara maksimal dilakukan waria pada masa covid-19 untuk menambah penghasilan sehari-hari, berbagai aplikasi di gunakan untuk menarik pelanggan. sehingga selain berkumpul di taman makam pahlawan pekerja seks komersial juga melakukan pekerjaan di kediamannya masing-masing melalui perantara media sosial (hasil wawancara 27/03/2021).

Pada penelitian ini, jumlah informan waria sebanyak 6 orang dari kurang lebih 30 orang waria pekerja seks komersial di taman makam pahlawan panaikang kota makassar. Untuk lebih jelasnya, mengenai informan penelitian yang bekerja sebagai pekerja seks komersial. Berikut ini deskripsi informan (waria) dalam penelitian.

(54)

37

1. Sindi

Sari berumur 26 tahun yang bertempat tinggal di makassar daerah panakukang. Sudah sejak kecil sudah merasa memiliki kelainan pada dirinya, selama ia menjadi waria ia lebih di kenal dengan menggunakan nama Sindi. Jika dilihat Fisiknya yang lumayan tinggi dan agak agak gemuk dengan kulit sawo matang, rambutnya yang lurus panjangnya sampai sebahu dengan warna rambut hitam, ia biasa memakai baju kaos ketat dan memakai celana jeans.Saat pertama kali bertemu dia langsung menyapa, dengan suaranya yang mendayu-dayu.

2. Roro

Roro yang berumur 35 tahun yang bertempat tinggal sekarang di makassar yaitu di panaikang. Sejak kecil ia sudah merasa dirinya memiliki kelainan yang condong ke penampilan fisik perempuan. Selama menjadi waria ia lebih dikenal dengan sebutan Tiara. Ia terkesan yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Memiliki tubuh yang cukup tinggi dengan badan kurus, kulit sawo matang dan rambut hitam sebahu. Ia sering memakai gaun dengan potongan rok sejengkal di atas lutut untuk menambah penampilanya dan tak lupa di padukan dengan sepatu perempuan yang berkesan feminism. Awal pertama bertemu ia lebih berkesan seperti perempuan dengan gaya bicara yang lembut dan mendayu-dayu.

Gambar

Tabel 4.1  Data jenjang pendidikan informan penelitian  40
Gambar  Nama Gambar  Halaman
Gambar 2.1 Bagan Kerangka pikir DIKRIMINASI
Tabel 4.1 Data jenjang pendidikan informan penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh yang demikian, maka lahirlah idea untuk melihat perkaitan pembinaan kecemerlangan diri pimpinan pelajar menerusi penglibatan dalam aktiviti kokurikulum yang merangkumi

Koordinasi dengan unit lain untuk kelanaran pelayanan klinik gigi III Kegiatan pokok .. a %ertanggung jawab terhadap terlaksananya pelayanan gigi sesuai dengan prosedur

Ilmiah di sini berarti supervisi dilakukan secara teratur, dibuat program- program dengan sistematis, dilakukan dengan berkelanjutan, dirumuskan masalah-masalah yang akan

Hasil analisis data penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan perangkat pembelajaran IPA Terpadu tipe connected berpengaruh terhadap hasil belajar siswa

Hal ini sesuai dengan penelitian Hisworo (2010) yang menemukan bahwa pengetahuan dan sikap bidan dan perawat tentang bahaya kanker serviks di Rumah Sakit

Dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan diperlukan ketenangan, sukacita, dan pemberian motivasi yang kuat dan benar dalam pengajaran matematika, bukan hanya

Bahan tumbuhan yang digunakan sebagai sumber ekstrak adalah buah kemukus (Piper cubeba) dan daun kacang babi (Tephrosia vogelii) yang masing- masing diperoleh dari

Adapun terapi diit yang diberikan adalah sebagai berikut : (1) Memberikan makanan yang cukup nilai gizi untuk mencegah timbulnya stroke ulang; (2) Memberikan