• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Papua, dinilai Indonesia sebagai tindakan yang tidak bersahabat dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Papua, dinilai Indonesia sebagai tindakan yang tidak bersahabat dan"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuduhan yang dilakukan oleh beberapa Negara Pasifik terhadap Indonesia di dalam forum PBB yang menganggap bahwa telah terjadi pelanggaran HAM di Papua, dinilai Indonesia sebagai tindakan yang tidak bersahabat dan mengintervensi kedaulatan negara Republik Indonesia dengan mereka turut campur dalam masalah di lingkup nasional Republik Indonesia, karena setiap negara memiliki sistem hukum nasionalnya untuk menyelesaikan permasalahan yang ada di dalam negara tersebut.

Ketujuh negara di kepulauan pasifik yang melakukan tuduhan terhadap Indonesia yaitu Vanuatu, Salomon Island, Tonga, Nauru, Marshall Island, Tuvalu dan Palau yang tergabung dalam Koalisi Kepulauan Pasifik untuk Papua/Pacific Coalition on West Papua (PCWP)dimana mereka melakukan tuduhan terhadap Indonesia mengenai isu pelanggaran HAM yang terjadi di Indonesia tepatnya di Papua dan Papua Barat. Secara terang-terangan negara-negara tersebut mengusik dan ikut campur urusan dalam negeri negara Indonesia.Negara-negara tersebut di forum PBB menyerukan kebebasan bagi Papua Barat untuk menentukan nasibnya sendiri.

Indonesia sebagai negara yag berdaulat yaitu negara yang mampu dan berhak mengurus kepentingan dalam negeri ataupun luar negeri tanpa bergantung

(2)

pada suatu negara lain.1

Sikap yang dilakukan oleh negara-negara di Kepulauan Pasifik tersebut jelas merupakan tindakan yang mengintervensi atau mencampuri kedaulatan negara lain. Indonesia sebagai negara yang berdaulat jelas menolak pernyataan negara-negara di Kepualauan Pasifik tersebut yang menyatakan adanya pelanggaran HAM oleh Indonesia di Papua, karena hal tersebut merupakan masalah internal Indonesia dan tidak perlu adanya campur tangan negara lain dan Indonesia melakukan tindakan diplomasi dengan hak jawabnya melalui Pejabat Indonesia untuk misi tetap di PBB, Nara Masista Rakhmatia menyatakan bahwa para pemimpin negara-negara di Kepulauan Pasifik tersebut melanggar Piagam Indonesia tentu tidak tinggal diam atas tuduhan yang dilakuan oleh tujuh Negara Kepulauan Pasifik tersebut.

Dalam sebuah forum PBB yaitu Sidang Umum ke-71 PBB di markas PBB di New York pada 20 sampai 26 September 2016 yang sejatinya memiliki agenda membahas soal tujuan pembangunan berkelanjutan dan respon global terhadap perubahan iklim, namun dalam forum tersebut sejumlah negara di Kepulauan Pasifik tersebut mengangkat isu pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua. Perdana Menteri Salomon Island, Manasye Sogavare mengatakan bahwa banyak laporan tentang pelanggaran Hak Asasi Manusia di Papua Barat yang menekankan penguatan hak untuk menentukan nasib sendiri yang menghasilkan pelanggaran HAM langsung oleh Indonesia dalam upaya untuk meredakan segala bentuk oposisi. Sementara Presiden Marshall Island, Hilda Heine mendesak Dewan HAM PBB untuk melakukan penyelidikan yang kredibel atas pelanggaran HAM di Papua Barat.

1

Dedi Supriyadi, Hukum Internasional (dari konsepsi sampai aplikasi), Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm. 124.

(3)

PBB dengan mencampuri kedaulatan negara lain dan melanggar integritas teritorial.

Dalam forum tersebut Indonesia juga menyatakan bahwa negara-negara di Kepulauan Pasifik tersebut merancang laporan bermotif politik untuk mendukung kelompok separatis di provinsi Papua dan Papua Barat yang telah secara konsisten terlibat dalam menghasut kekacauan politik dan melakukan serangan teroris bersenjata dan menegaskan bahwa Indonesia memiliki mekanisme di lingkup nasional dalam menangani masalah di Papua.

Hak Asasi Manusia (HAM) secara internasional termasuk kedalam sistem hukum internasional (dibentuk oleh masyarakat internasional yang terdiri dari negara-negara). Negara mempunyai peranan penting dalam membentuk sistem hukum tersebut melalui kebiasaan, perjanjian internasional, atau bentuk lainnya seperti deklarasi maupun petunjuk teknis.Kemudian negara menyatakan persetujuannya dan terikat pada hukum internasional tersebut. Dalam HAM, yang dilindungi dapat berupa individu, kelompok atau harta benda. Negara atau pejabat negara sebagai bagian dari negara mempunyai kewajiban dalam lingkup internasional untuk melindungi warga negara beserta harta bendanya.

Membicarakan Hak Asasi Manusia (HAM) berarti membicarakan dimensi kehidupan manusia.HAM ada bukan karena diberikan oleh masyarakat dan kebaikan dari negara, melainkan berdasarkan martabatnya sebagai manusia.2

2

Franz Magnis Suseno, Etika Politik; Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm 121.

(4)

makhluk hidup adalah ciptaan Tuhan Yang Mahakuasa, yang patut memperoleh apresiasi secara positif.3

Kini, HAM diperbincangkan dengan intens seiring dengan intensitas kesadaran manusia atas hak yang dimilikinya.Ia menjadi aktual karena sering dilecehkan dalam sejarah manusia sejak awal hingga kurun waktu kini.4Gerakan dan diseminasi HAM terus berlangsung bahkan dengan menembus batas-batas teritorial sebuah negara. Begitu derasnya kemauan dan daya desak HAM, maka jika ada sebuah negara yang diidentifikasi telah melanggar HAM, dengan sekejap mata nation-state dibelahan bumi ini memberi respon, terlebih beberapa negara yang dijuluki “adi kuasa”, memberikan kritik, tudingan bahkan kecaman keras seperti embargo dan sebagainya.5

Perkembangan dalam hukum internasional telah mengindikasikan bahwa Hak Asasi Manusia merupakan salah satu isu penting dan universal, sehingga perlindungan terhadap hak-hak tersebut harus diutamakan dalam hubungan antar negara.Indikasinya dapat terlihat dengan lahirnya salah satu deklarasi penting dalan HAM, yaitu Universal Declaration of Human Right 1948 (DUHAM 1948).Pada awal penerimaan dan pemberlakuan Hak Asasi Manusia, tiap-tiap negara memiliki perbedaan yang mendasar, perbedaan yang cukup besar adalah mengenai universalitas Hak Asasi Manusia itu sendiri.Namun dalam Deklarasi Wina 1993, tiap- tiap negara telah berkomitmen bahwa setiap Hak Asasi Manusia bersifat Universal.

3

Majda El Muhtaj, Hak Asasi Manusia Dalam Konstitusi Indonesia, Jakarta, Kencana Prenada Media, 2007, hlm. 1.

4

Abdul Muin Salim, “al-Huquq al-insan al-Asasiyah fi Al-Quran al-Karim”, dalam Azhar Arsyad, et.al (ed.), Islam & Global Peace, (Yogyakarta: Madyan Press, 2002), hlm. 339

5

A. Masyhur Effendi, Tempat Hak-hak Azasi Manusia Dalam Hukum Internasional/Nasional, (Bandung: Alumni, 1980), hlm. 17.

(5)

Standar HAM Internasional dibentuk dan dikembangkan dalam berbagai forum internasional. Proses pembentukan standar ini dilakukan oleh perwakilan negara-negara dalam forum internasional melalui proses yang panjang dan dalam kurun waktu yang cukup lama. Proses pembentukan ini tidak hanya membahas bentuk dan substansi dari rancangan deklarasi dan perjanjian yang akan disepakati tetapi juga dibahas secara detail pasal per pasal dan kata perkata dari isi perjanjian yang kemudian disepakati menjadi perjanjian internasional oleh negara-negara.

Dalam sistem PBB, setiap perwakilan dari anggota PBB diundang untuk melakukan persiapan dan negosiasi terkait dengan pembentukan standar HAM internasional.Hal ini dilakukan agar semua pandangan dari berbagai negara dengan sistem hukum yang berbeda dapat diakomodasi dalam rancangan perjanjian atau deklarasi.Dalam membahas racangan tersebut dilakukan penelitian yang mendalam dan perdebatan yang panjang sampi disepakati teks akhir dari perjanjian dan deklarasi.Walaupun pada akhirnya seperti dalam perjanjian internasional masih dibutuhak tindakan lebih lanjut dari negara-negara untuk menandatangani, mengesahkan atau mengaksesi dan mentransformasikannya ke dalam huku m nasional dari perjanjian tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas dan pada bagian sebelumnya, penulis tertarik untuk meneliti, mengkaji dan memahami yang berkenaan dengan kebijakan hukum yang dilakukan indonesia mengenai tuduhan negara lain terhadap indonesia untuk dijadikan suatu skripsi berjudul “Kebijakan

Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam menanggapi Tuduhan Atas Pelanggaran HAM Di Papua”.

(6)

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pelanggaran HAM yang terjadi di Papua sehingga menimbulkan tuduhan terhadap Indonesia yang melakukan pelanggaran HAM?

2. Bagaimanakah tindakan diplomasi yang dilakukan pemerintah Indonesia, tujuan dan fungsi diplomasi serta pengaturannya?

3. Bagaimanakah peran pemerintah Republik Indonesia dalam menanggapi tuduhan atas pelanggaran HAM yang terjadi di Papua?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Dalam penelitian dan pembahasan terhadap suatu permasalahan yang layaknya juga mempunyai suatu tujuan dan sesuai dengan masalah yang dibahas. Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan memahami tentang isu pelanggaran HAM yang terjadi di Papua sehingga menimbulkan tuduhan beberapa negara terhadap Indonesia.

2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana tindakan diplomasi, tujuan dan fungsi diplomasi serta pengaturannya.

3. Untuk mengetahui peran pemerintah Republik Indonesia dalam menanggapi tuduhan atas pelanggaran HAM di Papua.

Adapun yang menjadi manfaat penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah:

(7)

1. Manfaat Teoritis

Dengan penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian ataupun masukan terhadap pehaman tentang isu pelanggaran HAM yang terjadi di Papua khususnya terhadap kaitannya yang menimbulkan tuduhan negara asing terhadap Indonesia.

2. Manfaat Praktis

Dengan penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupun sumbangan untuk kepentingan ilmu pengetahuan, memberi manfaat bagi masyarakat pada umumnya.

Selain itu diharapkan tulisan ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

D. Tinjauan Pustaka 1. Hukum Internasional

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, hukum internasional (publik) adalah keseluruhann kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas Negara-negara (hubungan Internasional) yang bukan bersifat perdata. Dari pengertian yang diberikan Mochtar Kusumaatmadja tersebut tampak bahwahubungan internasional tidaklah terbatas terbatas hubungan yang dilakukan oleh antar Negara saja, tetapi dapat dilakukan oleh Negara dengan subjek non Negara atau subjek non Negara satu sama lain.6

6

Sefriani, Hukum Internasional Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Pers,2014), hlm.2.

Hukum Internasional juga telah muncul dan berkembang untuk memenuhi kebutuhan esensial

(8)

manusiayang diselenggarakan di komunitas-komunitas terpisah dan juga entitas national bersama oleh iktan umum geografi dan peradaban. Hal ini sebagaimana yang disebutkan didalam buku milik R.P. ANAND sebagai berikut:

“international law has also emerged and grown to fulfill the essential needs of men organized in separate communities and national entities bound together by common bonds of geography and civilization”. 7

2. Negara Menurut Hukum Internasional

Menurut J.L Bierly, Negara adalah suatu lembaga (institution), sebagai suatu wadah dimana manusia mencapai tujuan-tujuan nya dan dapat melaksanakan kegiatan-kegiatannya, sedangkan Malcver mendefinisikan Negara sebagai suatu kesatuan yang memiliki kekuasaan berdasarkan hukum di suatu wilayah yang dibatasi oleh adanya kondisi-kondisi tertib sosial eksternal yang sifatnya universal.beliau mendifinisikan Negara sebagai berikut:8

Menurut L.J Van Apeldorn pengertian Negara menunjuk kepada berbagai gejala yang sebagian termasuk pada kenyataan dan sebagian lagi menunjuk pada gejala-gejala hukum.Salah satu pengertian Negara menurutnya adalah suatu

“...as association which acting through law as promulgated by government endowed to this end with coercive power, maintains within a community territorially demarcated the universal external conditions of social order.”

7

R.P. Anand, International Law and the Developing Countries, (Dordrecht: Martinus Nijhoff Publishers,1987), hlm.2.

8

Huala Adolf, Aspek-aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Keni Media, Bandung, 2011, hlm 1-2.

(9)

wilayah atau daerah tertentu yang didiami oleh suatu bangsa. Lebih lanjut dijelaskan bahwa negara mempunyai arti sebagai berikut:

a. Perkataan Negara dipakai dalam arti penguasa, jadi untuk menyatakan orang atau orang-orang yang memiliki kekuasaan tertinggi atas persekutuan rakyat bertempat tinggal dalam suatu daerah.

b. Perkataan Negara juga dapat diartikan sebagai suatu persekutuan rakyat, yaitu untuk menyatakan suatu bangsa yang hidup dalam suatu daerah, di bawah kekuasaan tertinggi, menurut kaidah-kaidah hukum yang sama. c. Negara ialah suatu wilayah tertentu. Perkataan Negara digunakan untuk

menyatakan suatu daerah, dimana tempat suatu bangsa berdiri di bawah kekuasaan yang tertinggi.

d. Negara diartikan sebagai kas negara atau fiskus, yang maksudnya adalah harta yang dipegang oleh penguasa guna kepentingan umum.

Pendapat L.J. Van Apeldorn disempurnakan oleh Biere de Hans yang menunjukkan bahwa dalam suatu Negara tidak hanya terdiri dari satu bangsa saja, melainkan juga dijumpai adanya Negara yang di dalamnya terdiri dari berbagai bangsa sepanjang pengertian bangsa yang dimaksud masuk dalam lingkup Nasionaliteit (kewarganegaraan). Selengkapnya Biere de Hans mengemukakan sebagai berikut:9

“Negara adalah lembaga manusia, manusialah yang membentuk Negara.Manusia yang membentuk negara itu merupakan makhluk

9

B. Hestu Cipto Handoyo, Hukum Tata Negara, Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia (Memahami Proses Konsolidasi Sistem Demokrasi di Indonesia), Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2003, hlm. 8

(10)

perorangan (endelwezen) dan juga merupakan makhluk sosial (gemeenschapswezen).Masyarakat dalam dirinya secara alami mengandung keinginan untuk berorganisasi yang timbul karena dorongan dari dalam. Negara adalah bentuk dari berorganisasinya suatu masyarakat, yaitu masyarakat bangsa meskipun masyarakat bangsa terbagi dalam kelompok-kelompok, negara membentuk kesatuan yang bulat dan mewakili sebuah cita (een idee vertegenwoordigt)”

3. Kedaulatan Negara Menurut Hukum Internasional

Kedaulatan merupakan terjemahan dari kata Sovereignty (Bahasa Inggris) atau Souverinete (Bahasa Perancis) atau Sovranus (Bahasa Italia).Jean Bodin menganggap kedaulatan sebagai atribut Negara, sebagai ciri khusus dari Negara.Menurutnya, kedaulatan merupakan hal pokok dari setiap kesatuan politik yang disebut Negara. Kedaulatan mengandung satu-satunya kekuasaan yang:10

a. Asli, yaitu tidak diturunkan dari suatu kekuasaan lain;

b. Tertinggi, yaitu tidak ada kekuasaan lain yang lebih tinggi yang dapat membatasi kekuasaannya;

c. Bersifat abadi dan kekal;

d. Tidak dapat dibagi-bagi karena hanya ada satu kekuasaan tertinggi; e. Tidak dapat dipindahkan atau diserahkan kepada badan lain.

Kedaulatan adalah hak eksklusif untuk menguasai suatu wilayah pemerintahan, masyarakat, atau diri sendiri.Konsep kedaulatan berkaitan dengan pemerintahan yang memiliki kendali penuh urusan dalam negerinya di dalam suatu wilayah atau batas teritorial atau geografisnya, dan dalam konteks tertentu,

10

(11)

terkait berbagai organisasi atau lembaga yang memiliki yuridiksi hukum.11 Pernyataan ini mengandung suatu pengertian bahwa bangsa dalam suatu negara yang merdeka memiliki kewenangan atau kekuasaan secara eksklusif dan bebas melakukan berbagai kegiatan kenegaraan sesuai kepentingannya, asalkan kegiatan atau kebijakan tersebut tidak bertentangan dengan kepentingan negara lain dan hukum internasional.12

Menurut Mochtar Kusumaatmadja, kedaulatan merupakan kata yang sulit diartikan karena orang memberi arti yang berlainan. Menurut sejarah, asal kata kedaulatan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah sovereignty yang berasal dari kata latin superanus berarti yang teratas. Negara berdaulat yang dimaksud adalah bahwa Negara itu mempunyai kekuasaan yang tertinggi.13

E. Keaslian Penulisan

Kedaulatan suatu negara sering dikaitkan dengan permasalahan sejauh mana negara tersebut memiliki kewenangan dalam menjalankan kebijakan atau kegiatan-kegiatan kenegaraanya.Negara berwenang untuk melaksanakan hukum nasionalnya.

Berdasarkan penelitian di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara maka judul skripsi yang berjudul “Peran Pemerintah Republik Indonesia Dalam menanggapi Tuduhan Atas Pelanggaran HAM Di Papua”belum pernah diajukan. Dengan demikian, penulisan ini adalah asli dan dapat dipertanggungjawabkan

11

Kedaulatan berasal dari kata daulat yang artinya kekuasaan atau pemerintahan, lihat Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, 1988.

12

Jawahir Thantowi, Hukum Internasional Kontemporer, Refika Aditama, Bandung, 2006, hlm. 169.

13

Mochtar Kusumaatmadja, Pengantar Hukum Internasional Buku I, Putra Abardin, Jakarta, 1999, hlm. 13.

(12)

F. Metode Penulisan

Metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skripsi ini atau metode pengumpulan data yang berkaitan dengan materi pokok skripsi ini adalah:

Penelitian Kepustakaan (library research)

Yaitu penelitian dengan pengumpulan data metode yuridis normatif guna menelaah bahan-bahan literatur ataupun tulisan ilmiah, Undang-undang yang berkaitan dengan judul skripsi ini, baik yang diperoleh dengan perkuliahan maupun diluar perkuliahan. Pendekatan yang bersifat yuridis-normatif tersebut akan dilakukan dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.14

a. Bahan hukum primer, dapat berupa Undang-undang, Instrumen dan Konvensi Internasional.

Data pokok dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi:

b. Bahan hukum sekunder, dapat berupa karya-karya ilmiah berupa pendapat para ahli, baik dalam bentuk buku, makalah, artikel, karya-karya ilmiah atau tulisan dalam internet.

c. Bahan huku m tertier, terdiri dari bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus bahasa maupun kamus hukum.

G. Sistematika Penulisan

14

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif; Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Rajawali), 1985, hlm. 34-35. Lihat juga Bambang Sunggono, Metologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Rajawali Grafindo), 1997, hlm. 116-117.

(13)

Seluruh uraian yang ada dalam penyusunan skripsi ini, dikemukakan secara sistematis yang terdiri atas beberapa bab dan masing-masing terdiri dari beberapa sub dengan tujuan untuk memudahkan pembaca memahami skripsi ini.

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang, latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG HAK ASASI MANUSIA DI PAPUA

Dalam bab ini diuraikan tentang, pengertian Hak Asasi Manusia,

instrumen-instrumen hukum internasional dan nasional mengenai Hak Asasi Manusia, dan kondisi serta pelanggaran Hak Asasi Manusia yang terjadi di Papua.

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG TINDAKAN DIPLOMASI

Dalam bab ini diuraikan tentang, pengertian diplomasi, tujuan serta fungsi dari diplomasi dan konvensi internasional tentang diplomasi.

BAB IV :PERAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DALAM MENANGGAPI TUDUHAN ATAS PELANGGARAN HAM DI PAPUA

Dalam bab ini diuraikan tentang, peran pemerintah Republik Indonesia dalam menanggapi tuduhan negara pasifik terhadap indonesia atas isu pelanggaran HAM yang terjadi di papua, hal yang melatarbelakangi terjadinya tuduhan terhadap Indonesia serta upaya-upaya yang dilakukan pemerintah Republik

(14)

Indonesia untuk memperbaiki keadaan HAM di Indonesia agar tidak terjadi lagi tuduhan yang dilakukan negara lain terhadap Indonesia.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai bab penutup yang merupakan rangkaian inti dari seluruh isi bab-bab yang ada ditambah dengan beberapa kesimpulan dan saran dari penulis sebagai rekomendasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

17 Lingkar kepala yang diukur dari hasil pemeriksaan foto x-ray, untuk sefalik indeks terdapat hubungan yang signifikan antara lingkar kepala dengan perkembangan

padi diatas ditanam pada lahan yang sebaliknya, padi akan tetap tumbuh tetapi.. hasilnya tidak seperti

1) Ciri Fisik dan Bahasa.. Ciri lain dari Asimilasi tersebut adalah ciri biologis yang khas misalnya bentuk wajah, hidung, warna kulit yang membedakan dengan

Regenerasi pucuk dari eksplan tunas aksilar mahkota buah nenas dapat dipacu dengan pemberian zat pengatur tumbuh 2,4-D dan BAP ke dalam medium tumbuh,.. Regenerasi

Dalam hal terdapat perbedaan data antara DIPA Petikan dengan database RKA-K/L-DIPA Kementerian Keuangan maka yang berlaku adalah data yang terdapat di dalam database

• Campaign Hair Fall • Campaign Rambut Bercabang Adwords Account Pantene Pro V Ad Group Ad Group Mencegah Rambut Rontok Keyword Ads Merawat Rambut Rontok Keyword Ads Ad Group Ad

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Tirono dan Ali (2011) yang dilakukan pada tempurung kelapa, dimana semakin meningkatnya suhu dan waktu karbonisasi, rendemen

Bianca : gua tau dari bunga ouh ya ini ada surat dari bunga lo Gigi : (membaca surat) hah, jadi selama ini di nusuk gua dari belakang I hate you bunga, emm bilangin