• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TAKARAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) Arief Fadriansyah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TAKARAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.) Arief Fadriansyah"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang

PENGARUH TAKARAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max L.)

Arief Fadriansyah Program Studi Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Tamansiswa Padang ABSTRAK

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mulsa jerami padi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai, telah dilaksanakan di kebun UPTB-BP Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, pada ketinggian tempat ± 120 m dpl. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2013. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kelompok. Perlakuan yang diberikan adalah takaran mulsa jerami padi yang terdiri dari 5 taraf yaitu: 0, 2, 4, 6 dan 8 ton/ha. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bintil akar efektif, indeks luas daun, umur berbunga, umur panen, jumlah polong/tanaman, hasil/tanaman, hasil ubinan, dan bobot 100 biji. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, dan uji lanjut dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian takaran mulsa jerami padi dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bintil akar efektif, indeks luas daun, hasil/tanaman, hasil ubinan dan bobot 100 biji. Takaran mulsa jerami padi 8 ton/ha menunjukkan hasil paling baik pada pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai dengan hasil ubinan 221,28 g/m2.

PENDAHULUAN

Kedelai (Glycine max L.) adalah komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kedelai sebagai tanaman pangan posisinya menduduki tempat ketiga setelah padi dan jagung, yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pertumbuhan penduduk. Dalam kurun waktu lima tahun ke depan (tahun 2010-2014) kebutuhan kedelai setiap tahunnya 2.300.000 ton biji kering, akan tetapi kemampuan produksi dalam negeri saat ini baru mampu memenuhi sebanyak 851.286 ton pada tahun 2011 atau 37,01 % dari kebutuhan sedangkan berdasarkan tahun 2012 baru mencapai 843.153 ton atau 36,66 % (Anonim, 2012).

Untuk memenuhi kekurangan kebutuhan tersebut harus dipenuhi dari impor. Adanya impor tersebut akan menyebabkan berbagai kerugian bagi Indonesia antara lain: a) hilangnya devisa negara yang cukup besar, b) mengurangi kesempatan kerja bagi rakyat Indonesia, dan c) meningkatkan ketergantungan jangka panjang.

(2)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang Menurunnya luas pertanaman dan luas panen kedelai merupakan salah satu penyebab utama, penyebab lainnya adalah perubahan iklim yang tidak dapat diprediksi. Sehingga pertumbuhan tanaman kedelai kurang optimal. Salah satu teknik budidaya untuk meningkatkan produksi kedelai yang optimal yaitu dengan memperbaiki iklim mikro di sekitar tanaman. Salah satu teknik modifikasi iklim mikro adalah dengan menggunakan mulsa.

Penggunaan mulsa bertujuan untuk mencegah kehilangan air dari tanah sehingga kehilangan air dapat dikurangi dengan memelihara temperatur dan kelembaban tanah (Mulyatri, 2003). Aplikasi mulsa merupakan salah satu upaya menekan pertumbuhan gulma, memodifikasi keseimbangan air, suhu dan kelembaban tanah serta menciptakan kondisi yang sesuai bagi tanaman, sehingga tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik (Fithriadi, 2000).

Penggunaan mulsa organik seperti mulsa jerami padi merupakan pilihan alternatif yang tepat karena mulsa jerami padi dapat memperbaiki kesuburan, struktur dan secara tidak langsung akan mempertahankan agregasi dan porositas tanah, yang berarti akan mempertahankan kapasitas tanah menahan air, setelah terdekomposisi. Fauzan (2002) mengemukakan bahwa penutupan tanah dengan bahan organik dapat meningkatkan penyerapan air dan mengurangi penguapan air di permukaan tanah.

Berdasarkan hasil penelitian Susanti (2003), pemberian mulsa jerami padi sebanyak 15 ton/ha dapat meningkatkan hasil biji kering kacang tanah sebesar 3,09 ton/ha dibandingkan tanpa diberi mulsa yaitu sebesar 2,12 ton/ha atau meningkat sebesar 45,75 %. Menurut Abdurachman dan Sutoro (2002) pemberian mulsa jerami padi sebanyak 4-6 ton/ha mampu mempertahankan laju infiltrasi, meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung. Sedangkan Hasil penelitian Purba (2013) menunjukan bahwa perlakuan takaran mulsa jerami padi berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun dan indeks luas daun tanaman wortel. Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan akibat pemulsaan tersebut akan tergantung pada takaran mulsa yang digunakan.

Dari uraian di atas penulis telah melakukan penelitian tentang “Pengaruh Takaran Mulsa Jerami Padi Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.)”.

(3)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang

BAHAN DAN METODE

Percobaan ini telah dilaksanakan di kebun UPTB-BP Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung, Provinsi Sumatera Barat, pada ketinggian tempat ± 120 m dpl. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2013.

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih kedelai varietas Wilis, jerami padi, pupuk dasar: urea, SP-36 dan KCl, Furadan 3G, Decis 2,5 EC. Sedangkan alat yang digunakan adalah timbangan, meteran, parang, cangkul, tali rapia, gunting, ember, alat tulis dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan percobaan ini.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 kelompok. Perlakuan yang diberikan adalah takaran mulsa jerami padi yang terdiri dari 5 taraf yaitu: 0, 2, 4, 6 dan 8 ton/ha. Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik ragam pada taraf 5%, dan uji lanjut dengan Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5%.

Pemupukan dilakukan satu kali dan diberikan sebelum dilakukan kegiatan penanaman dengan dosis urea 50 kg/ha, SP36 150 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Perlakuan diberikan sebelum penanaman dengan cara ditebar merata dengan taraf: (J0) 0 ton/ha, (J1) 2 ton/ha, (J2) 4 ton/ha, (J3) 6 ton/ha, dan (J4) 8 ton/ha, dengan ukuran plot 150 cm x 200 cm dan jarak tanam yang digunakan adalah 30 cm x 20 cm, dalam satu petakan terdapat 5 baris dan setiap baris terdapat 10 tanaman, sehingga didapat 50 tanaman/plot. Penyiraman dilakukan pada pagi hari dan penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 2 minggu setelah tanam (MST). Pencegahan hama dilakukan dengan pemberian Furadan 3G sebanyak 20 kg/ha. Pemanenan dilakukan pada saat 84 HST dengan kriteria kulit polong sudah berwarna kuning kecoklatan sebanyak 75% dan daun sudah berguguran tetapi bukan karena adanya serangan hama dan penyakit.

Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), jumlah bintil akar efektif (bintil), indeks luas daun, umur berbunga, umur panen, jumlah polong/tanaman (polong), hasil/tanaman (g), hasil ubinan (g), dan bobot 100 biji (g).

(4)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi pada umur 6 MST

Mulsa jerami padi (ton/ha) Tinggi tanaman (cm)

0 42.39 a 2 48.61 b 6 49.50 b 4 51.80 c 8 54.33 c KK % 6.09

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT dengan taraf 5%.

Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa tinggi tanaman pada akhir pengamatan akibat pemberian takaran mulsa jerami padi 2 ton/ha berbeda nyata dengan 0 ton/ha, tetapi berbeda tidak nyata dengan 6 ton/ha sedangkan 4 ton/ha berbeda nyata dengan 0, 2, dan 6 ton/ha, tetapi berbeda tidak nyata dengan 8 ton/ha. Hal ini mengindikasikan bahwa mulsa jerami padi baik dalam menghambat penguapan air dari permukaan tanah. Fauzan (2002) menjelaskan bahwa salah satu tujuan pemberian mulsa jerami padi adalah untuk menghambat penguapan yang cukup tinggi khususnya pada daerah-daerah tropis. Menurut Sutejo (2002), bahwa mulsa jerami mampu mengurangi pertumbuhan gulma dan dapat menjaga kestabilan kelembaban dalam tanah sehingga mendorong aktifitas mikroorganisme tanah tetap aktif dalam mendekomposisi bahan organik untuk mensuplai kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan pada pertumbuhan organ vegetatif tanaman. Untuk lebih jelasnya pengaruh pemberian takaran mulsa jerami padi terhadap tinggi tanaman disajikan pada Gambar 1.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 2 3 4 5 6 Ti n gg i t an am an (c m )

Minggu setelah tanam (MST)

0 ton/ha 2 ton/ha 4 ton/ha 6 ton/ha 8 ton/ha

(5)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang Gambar 1. Peningkatan tinggi tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami

padi pada umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST.

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa tanaman kedelai dengan pemberian takaran mulsa jerami padi 2, 4, 6 dan 8 ton/ha memberikan hasil yang lebih baik terhadap tinggi tanaman jika dibandingkan dengan tanpa mulsa. Pada Gambar 1 juga memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman terjadi peningkatan pada minggu ke 5 dan ke 6 setelah tanam, ini disebabkan mulsa jerami padi telah mulai melapuk dan hara yang ada pada mulsa dapat diserap oleh tanaman. Sesuai dengan pendapat (Riswandi, 2001), bahwa semakin lama mulsa jerami berada dipermukaan tanah akan memberikan struktur tanah yang baik dan dapat menanmbah usur hara bagi tanaman. Menurut Kasli (2008) jerami padi memiliki kandungan hara yakni bahan organik 40,87 %, N 1,01%, P 0,15%, dan K 1,75%.

Tabel 2. Jumlah daun kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi pada umur 6 MST

Mulsa jerami padi (ton/ha) Jumlah daun (helai)

0 52.35 a 4 54.89 a 2 55.72 a 6 58.55 b 8 66.11 c KK % 5.55

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT dengan taraf 5%.

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah daun tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi 4 ton/ha berbeda tidak nyata dengan 0 dan 2 ton/ha, tetapi berbeda nyata dengan 6 ton/ha sedangkan 8 ton/ha berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini terjadi karena mulsa dapat mencegah terjadinya evaporasi, dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Akibatnya lahan yang ditanami tidak akan kekurangan air karena penguapan air ke udara hanya terjadi melalui proses transpirasi.

Menurut Bilalis et al (2002), bahwa mulsa jerami padi dapat mengurangi fluktuasi suhu, dan meningkatkan kelembaban tanah sehingga meningkatkan aktifitas mikroorganisme dan makrofauna tanah, seperti cacing tanah, rayap dan semut yang membuat lubang udara dan mempermudah infiltrasi air dengan gemburnya tanah, dan kotorannya dapat meningkatkan stabilitas agregat.

(6)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang Menurut Widyasari, Sumarni dan Ariffin (2011) bahwa pada lahan yang diberi mulsa memiliki temperatur tanah yang cenderung menurun dan kelembaban tanah yang cenderung meningkat. Pemulsaan berfungsi untuk menekan fluktuasi temperatur tanah dan menjaga kelembaban tanah sehingga dapat mengurangi jumlah pemberian air. Untuk lebih jelasnya pengaruh pemberian takaran mulsa jerami padi terhadap jumlah daun tanaman kedelai disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peningkatan jumlah daun tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi pada umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST.

Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa pemberian takaran mulsa jerami padi 2, 4, 6 dan 8 ton/ha memberikan hasil yang lebih baik terhadap jumlah daun tanaman kedelai. Pada Gambar 2 juga memperlihatkan pertumbuhan tinggi tanaman terjadi peningkatan pada minggu ke 5 dan ke 6 setelah tanam, Hal ini terjadi karena mulsa jerami cepat melapuk sehingga dapat menambah hara pada tanah. Menurut Kumalasari, Abdullah dan Jayadi (2005), terjadinya dekomposisi dari bahan mulsa organik sehingga mensuplai unsur hara bagi tanaman dan kondisi lingkungan serta mempermudah mineral dari bahan organik untuk digunakan oleh tanaman.

Tabel 3. Jumlah bintil akar efektif tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi

Mulsa jerami padi (ton/ha) Jumlah bintil akar efektif (bintil)

2 13.11 a 0 13.22 a 4 15.02 b 6 15.44 b 8 17.15 c KK % 7.57 0 10 20 30 40 50 60 70 2 3 4 5 6 Ju m la h d au n (h el ai )

Minggu setelah tanam (MST)

0 ton/ha 2 ton/ha 4 ton/ha 6 ton/ha 8 ton/ha

(7)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT dengan taraf 5%.

Tabel 3 memperlihatkan jumlah bintil akar efektif akibat pemberian takaran mulsa jerami padi 2 ton/ha berbeda tidak nyata dengan 0 ton/ha, tetapi berbeda nyata dengan 4 ton/ha, sedangkan 6 ton/ha berbeda tidak nyata dengan 4 ton/ha, tetapi berbeda nyata dengan 8 ton/ha. Hal ini disebabkan penggunaan mulsa pada tanaman kedelai akan merangsang pembentukan bintil akar yang lebih banyak, karena dapat mempertahankan suhu, air, dan hara serta meningkatkan kelembaban tanah, sehingga pertumbuhan akar lebih baik.

Menurut Pitojo (2003) bahwa kelembaban dan suhu tanah yang cukup sangat mendukung pertumbuhan akar rambut yang merupakan titik awal dari proses pembentukan bintil akar. Oleh karena itu, semakin banyak volume akar yang terbentuk, semakin besar pula kemungkinan jumlah bintil akar atau nodul yang terjadi.

Menurut Sonsteby, Nes dan Mage (2004) bahwa rasio C/N bahan mulsa jerami padi mempengaruhi suplai CO2 yang menentukan jumlah nodul terbentuk, suhu dan kelembaban tanah, intensitas cahaya, juga keberadaan unsur-unsur hara penting seperti P. Unsur hara tersebut berperan dalam merangsang Rhizobium menginfeksi akar, pembintilan, penyerapan unsur Ca, Mg, Fe, B, K, Mo, dan S dalam penggunaan hasil fiksasi.

Tabel 4. Indeks luas daun tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi

Mulsa jerami padi (ton/ha) Indeks luas daun

0 2.45 a 2 2.91 b 4 3.30 b 6 4.12 c 8 4.46 c KK % 14.57

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT dengan taraf 5%.

Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa indeks luas daun akibat pemberian takaran mulsa jerami padi 2 ton/ha berbeda nyata dengan 0 ton/ha, tetapi berbeda tidak dengan 4 ton/ha sedangkan 6 ton/ha berbeda nyata dengan 4 ton/ha, tetapi berbeda tidak nyata dengan 8 ton/ha. Hal ini terjadi karena pemberian mulsa dapat menekan kehilangan air akibat penguapan oleh sinar matahari.

(8)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang Menurut Mayun (2007) bahwa pemberian mulsa jerami di atas permukaan tanah dapat mengurangi evaporasi serta menjaga kestabilan suhu dan kelembaban tanah. Selain dapat mengurangi kehilangan air dan menurunkan suhu, jerami juga dapat mempertahankan kondisi di sekitar tanaman sehingga kelembaban tanah lebih tinggi. Semakin banyak air yang tersedia dalam tanah semakin besar kemampuan tanaman untuk menyerap hara dan laju fotosintesis juga semakin besar, sehingga pembelahan dan perpanjangan sel berlangsung lebih cepat.

Menurut Adisarwanto et al (2008) bahwa salah satu faktor yang dapat meningkatkan produksi kedelai adalah indeks luas daun berada pada angka optimum, yaitu 3-4.

Pemberian mulsa pada permukaan tanah dapat meningkatkan porositas tanah dan dapat mempermudah penyerapan air kedalam tanah sehingga meningkatkan daya simpan air tanah. Pemberian mulsa juga dapat memberi pengaruh terhadap kelembaban tanah sehingga tercipta kondisi yang optimal untuk pertumbuhan tanaman. Nutrisi mineral dan ketersediaan air mempengaruhi pertumbuhan ruas pada organ vegetatif (Bilalis et al, 2002).

Tabel 5. Umur berbunga tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi

Mulsa jerami padi (ton/ha) Umur berbunga (HST)

8 37.33 6 37.33 2 38.00 4 38.33 0 38.67 KK % 1.90

Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian takaran mulsa jerami padi sampai 8 ton/ha memperlihatkan perberbedaan tidak nyata pada umur berbunga. Hal ini disebabkan karena muncul bunga dipengaruhi oleh penyinaran, keadaan lingkungan dan faktor genetik.

Menurut Fachrudin (2000) bahwa umur berbunga kedelai dipengaruhi oleh beberapa faktor lain seperti suhu, nutrisi, intensitas cahaya mungkin mempengaruhi respon kedelai yang sesuai untuk pembungaan namun di lapangan lama penyinaran biasanya pengaruh utama dalam induksi pembungaan.

(9)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang Tabel 6. Umur panen tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi

Mulsa jerami padi (ton/ha) Umur panen (HST)

8 84.67 6 84.67 4 84.67 2 86.33 0 86.33 KK % 3.71

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa pemberian takaran mulsa jerami padi sampai 8 ton/ha memberikan perbedaan tidak nyata pada parameter umur panen. Hal ini disebabkan karena umur panen kedelai dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan salah satu penyebabnya dipengaruhi oleh faktor genetik.

Menurut Fachrudin (2000) bahwa umur panen kedelai ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu varietas dan ketinggian tempat penanaman. Di daerah dataran tinggi, umur tanaman kedelai siap panen lebih lama 10-20 hari dibandingkan dengan di daerah dataran rendah.

Tabel 7. Jumlah polong bernas tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi

Mulsa jerami padi (ton/ha) Jumlah polong (polong)

0 57.33 4 71.33 6 77.33 2 78.17 8 79.67 KK % 15.34

Tabel 7 memperlihatkan bahwa pemberian takaran mulsa jerami padi 0 sampai 8 ton/ha berbeda tidak nyata pada jumlah polong bernas tanaman kedelai. Hal ini disebabkan kondisi dalam normal tanaman mampu memanfaatkan input energi secara maksimal dan tanggapan tanaman terhadap pengaruh lingkungan.

Pengaruh perlakuan mulsa pada penelitian ini lebih ditujukkan pada menghambat proses evaporasi dari permukaan tanah sekitar perakaran. Pendapat tersebut sesuai dengan Fauzan (2002) yang menyatakan bahwa fungsi mulsa sebagai

(10)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang bahan organik untuk meningkatkan unsur hara tanaman dapat terlihat pada musim tanam berikutnya.

Tabel 8. Hasil/tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi

Mulsa jerami padi (ton/ha) Bobot biji (g)

0 9.97 a 2 10.16 a 4 11.39 b 6 12.07 b 8 13.28 c KK % 6.65

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT dengan taraf 5%.

Tabel 8 memperlihatkan bahwa hasil/tanaman akibat pemberian takaran mulsa jerami padi 2 ton/ha berbeda tidak nyata dengan 0 ton/ha, tetapi berbeda nyata dengan 4 ton/ha, sedangkan 6 ton/ha berbeda tidak nyata dengan 4 ton/ha, tetapi berbeda nyata dengan 8 ton/ha. Hal ini disebabkan karena mulsa jerami padi mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang akan mempermudah penyediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk pembentukan dan perkembangan buah.

Pemberian mulsa jerami padi secara signifikan meningkatkan fosfor tersedia dan kalium dalam tanah (Sonsteby et al, 2004). Hasil dekomposisi bahan organik dapat meningkatkan unsur N, P, K dimana dapat meningkatkan karbohidrat pada proses fotosintesis, karena unsur N untuk membentuk klorofil dan yang berfungsi untuk menyerap cahaya matahari dan sebagai tempat berlangsungnya proses fotosintesis, sedangkan unsur K meningkatkan absorbsi CO2 kaitannya dengan membuka menutupnya stomata daun selanjutnya karbohidrat tersebut setelah tanaman memasuki fase reproduktif disimpan dalam buah (Harjadi dan Setyati, 2002). Sehingga, meningkatkannya serapan hara dapat meningkatkan jumlah buah.

Tabel 9. Bobot 100 biji kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi

Mulsa jerami padi (ton/ha) Bobot 100 biji (g)

0 10.04 a

2 10.22 ab

4 10.41 ab

6 10.53 ab

(11)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang

KK % 2.90

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT dengan taraf 5%.

Tabel 9 memperlihatkan bahwa bobot 100 biji kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi 2 ton/ha berbeda nyata dengan 0 ton/ha, tetapi berbeda tidak nyata dengan 4 dan 6 ton/ha, sedangkan 8 ton/ha berbeda nyata dengan semua perlakuan. Hal ini disebabkan karena semakin banyak penggunaan mulsa, maka kelembaban tanah dan ketersedian air untuk tanaman juga semakin tinggi.

Daya guna mulsa dalam melindungi tanah dari daya perusak butir-butir hujan (soil detachment) ditentukan oleh persentase penutupan tanah oleh mulsa tersebut. Persentase penutupan berhubungan dengan banyaknya mulsa yang diberikan per satuan luas (Susanti, 2003).

Menurut Kumalasari et al (2005), terjadinya dekomposisi dari bahan mulsa organik sehingga mensuplai unsur hara bagi tanaman dan kondisi lingkungan serta mempermudah mineral dari bahan organik untuk digunakan oleh tanaman. Agung dan Rahayu (2004) menambahkan bahwa kerersedian air yang cukup pada saat pertumbuhan generatif dapat meningkatkan bobot biji, sebab bobot biji sangat dipengaruhi oleh jumlah air yang diberikan dalam musim tanam.

Tabel 10. Hasil ubinan tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi

Mulsa jerami padi (ton/ha) Hasil ubinan (g/m2)

0 166.17 a 2 169.28 a 4 189.78 b 6 201.22 b 8 221.28 c KK % 6.65

Angka-angka pada lajur yang diikuti oleh huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata pada DMRT dengan taraf 5%.

Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa hasil ubinan akibat pemberian takaran mulsa jerami padi 2 ton/ha berbeda tidak nyata dengan 0 ton/ha, tetapi berbeda nyata dengan 4 ton/ha, sedangkan 6 ton/ha berbeda tidak nyata dengan 4 ton/ha, tetapi berbeda nyata dengan 8 ton/ha. Hal ini sejalan dengan parameter bobot biji/tanaman (Tabel 8), dimana mulsa berperan dalam mempertahankan air tanah juga dapat memperbaiki sifat fisika dan biologi tanah.

(12)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang Hasil penelitian Setyorini, Indradewa dan Sulistyaningsih (2009) menyatakan bahwa pemulsaan dapat meningkatkan kualitas buah. Menurut Leopord pada Jumin (2002), kelembaban dan suhu merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi fase generatif tanaman. Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan proses metabolisme dan laju fotosintesis yang dapat memepercepat pembentukan buah.

Sesuai dengan pernyataan Adisarwanto et al (2008), bahwa produksi biomassa dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti cahaya, temperatur, dan kandungan air. Apabila faktor lingkungan kondusif untuk pertumbuhan tanaman, maka fotosintat yang dihasilkan juga meningkat sehingga alokasi biomassa ke bagian yang dipanen juga relatif lebih besar.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian takaran mulsa jerami padi dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bintil akar efektif, indeks luas daun, hasil/tanaman, hasil ubinan dan bobot 100 biji. Takaran mulsa jerami padi 8 ton/ha menunjukkan hasil ubinan paling baik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai dengan hasil 221,28 g/m2.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurachman dan Sutoro. 2002. Teknik Konservasi Tanah Secara Vegetatif. Balai Penelitian Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. Adisarwanto, T. 2005. Budidaya Kedelai dengan Pemupukan yang Efektif dan

Pengoptimalan Peran Bintil Akar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Adisarwanto, T dan R. Wudianto. 2008. Meningkatkan Hasil Panen Kedelai di Lahan Sawah, Kering dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta. 84 hal.

Agung, T dan A. Y. Rahayu, 2004. Analisis Efisiensi Serapan N, Pertumbuhan, dan Hasil Beberapa Kultivar Kedelai Unggul Baru dengan Cekaman Kekeringan dan Pemberian Pupuk Hayati. Agrosains. Semarang. hal 70-74.

Andrianto dan Indarto. 2004. Budidaya dan Analisis Usaha Tani: Kedelai, Kacang Hijau, dan kacang panjang. Absolut. Yogyakarta.

(13)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang Arga, A. 2010. Mulsa. http://anggi-arga.blogspot.com/2010/03/mulsa.html. Diakses

pada 18 Maret 2013

Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Cetakan Kedua. Institut Pertanian Bogor Press, Darmaga, Bogor.

Bilalis, D., N. Sidiras, G. Economou and C. Vakali. 2002. Effect of different levels of wheat straw soil surface coverage on weed flora in Vicia faba crops. J. Agron. Crop Sci. 189: 233 – 241.

Cahyadi, W. 2012. Kedelai: Khasiat dan Teknologi. Bumi Aksara. Jakarta. 96 hal. Fachrudin, L. 2000. Budidaya Kacang-kacangan. Kanisius. Yogyakarta. 77 hal.

Fauzan, A. 2002. Pemanfaatan Mulsa Dalam Pertanian Berkelanjutan. Pertanian Organik. Malang. H. 182-187.

Fithriadi, R. 2000. Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering di Indonesia; Kumpulan Informasi. Hal 80-81. Jakarta: Pusat Penyuluhan Kehutanan.

Harjadi dan S. Setyati. 2002. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta

Hasibuan, I. 2009. Mulsa. http://informasipertanian.blogspot.com/2009/09/mulsa. html. Diakses pada 16 Maret 2013.

Jumin, H. S. 2002. Ekofisiologi Tanaman Suatu Pendekatan Fisiologi. Rajawali Press. Jakarta.

Kasli. 2008. Pembuatan Beberapa Pupuk Hayati Hasil Dekomposisi.

http://www.lp.unand.ac.id/?pModule=penelitian&pSub=penelitian&pAct=detail &id137&bi=20. Diakses tanggal 1 Oktober 2013.

Kumalasari, N. R., L. Abdullah, S, Jayadi. 2005. Pengaruh Pemberian Mulsa Chromolaena (L.) Kings and Robins pada Kandungan Mineral P dan N Tanah Latosol dan Produktivitas Hijauan Jagung (Zea mays L.). 23:29-36.

Margarettha. 2002. Pengaruh Molybdenum Terhadap Nodulasi dan Hasil Kedelai yang Diinokulasi Rhizobium pada Tanah Ultisol. Jurnal MAPETA. Vol X (22). No 2 hal 4-7.

Mayun, I. D. 2007. Efek Mulsa Jerami Padi dan Pupuk Kandang terhadap Pertumbuhan dan Hasil Bawang Merah di Daerah Pesisir. Agritop.

Mulyatri. 2003. Peranan pengolahan tanah dan bahan organik terhadap konservasi tanah dan air. Pros. Sem. Nas. Hasil-hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi.

Noorhadi, 2003. Kajian Pemberian Air dan Mulsa Terhadap Iklim Mikro Pada Tanaman Cabai di Tanah Entisol. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan. 4 (1) : 41-49.

(14)

Programstudi Agroteknologi Fakultas Pertanian Univ. Tamansiswa Padang Pitojo, S. (2003). Benih Kedelai. Kanasius. Yogyakarta

Purba, L. A. D. J. 2013. Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Mulsa Jerami Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Wortel di Lahan Pasir Pantai. S1 Agroteknologi. Fakultas Pertanian. Universitas Jenderal Soedirman

Purwono dan H. Purnawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Penebar Swadya. Jakarta.

Riswandi, D. 2001. Pengaruh berbagai ketebalan mulsa jerami padi terhadap gulma, pertumbuhan dan hasil kacang tanah (Arachis hypogaea). Jurnal agrikultura. Fakultas Pertanian. Universitas Padjadjaran.

Ruijter, J. dan F. Agus. 2004. Mulsa. http://www.worldagroforestry.org. Diakses pada 17 Maret 2013.

Setyorini, D. I, D. Indradewa, dan E. Sulistyaningsih. 2009. Kualitas Buah Tomat pada Pertanaman dengan Mulsa Plastik Berbeda. Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Sitompul, S. M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada

University Press, Yogyakarta. 411 hal.

Sonsteby, A., A. Nes and F. Måge. 2004. Effects of bark mulch and NPK fertilizer on yield, leaf nutrien status and soil mineral nitrogen during three years of strawberry production. Acta. Agric. Scand. Sect. B, Soil and Plant 54:128 – 134.

Susanti, E. 2003. Pengaruh Ketebalan Mulsa Jerami terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Udayana, Denpasar. Skripsi.

Sutejo. M. M. 2002. Pupuk dan cara pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.

Umboh, A. H. 2002. Petunjuk Penggunaan Mulsa. Penebar Swadaya. Jakarta. 89 hal. Widyasari, L., T. Sumarni dan Ariffin. 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Mulsa

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa jerami padi pada umur  6 MST
Gambar 2.  Peningkatan jumlah daun tanaman kedelai akibat pemberian takaran mulsa  jerami padi pada umur 2, 3, 4, 5, dan 6 MST

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pembiayaan dengan akad murabahah , pihak BRISyariah KCP Lubuk Pakam tidak memberikan pembiayaan 100% dari harga barang tetapi disini pihak BRIS hanya memberikan

Berdasarkan data yang diperoleh dari uji coba kelompok besar yang diambil oleh peneliti dalam usaha mengembangkan model latihan lari sprint , dapat

Hal ini dapat dilihat dengan kurangnya siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar seperti halnya dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, keseriusan

TOPSTAR FASHION (D&C BRIGHTSPORT CENTRE) BUKA DIGI STORE EXPRESS LABUAN (LEDDER ENTERPRISE) BUKA.. STREETWISE FASHION STORE

Kaitannya dapat dilihat dari faktor berlakunya ketidakakuran sivil itu, antaranya adalah kerana masyarakat menentang pemerintahan kerajaan yang tidak demokrasi seperti tidak

Dari uraian diatas penulis menarik satu hipotesis yaitu jika metode pembelajaran model TAI ini diterapkan dalam pembelajaran PKn pada siswa kelas IV MI Roudlotul Mubtadiin Pare

– Dibuat dengan bahasa (Non-WYSIWYG) untuk mencirikan dokumen – Yang dikenal dengan nama HyperText Markup Language (HTML). • Diperkenalkan suatu layanan protokol yang dikenal

Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan penulis buat yaitu sama-sama mendeteksi kerusakan pada Printer, akan tetapi printer yang di diagnosa hanya