• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang Penelitian

Koperasi merupakan salah satu penggerak perekonomian di Indonesia yang memiliki peran cukup penting dalam mempengaruhi pertumbuhan UMKM dalam hal pemberian kredit modal kerja. Koperasi adalah salah satu badan usaha berbadan hukum yang beranggotakan orang-orang yang memiliki tujuan untuk menghasilkan nilai tambah yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. Menurut UU nomor 25 tahun 1992 (Perkoperasian Indonesia), Koperasi sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berorientasi untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam upaya memperkokoh struktur perekonomian nasional dengan demokrasi ekonomi yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Koperasi berfungsi sebagai wadah untuk mengorganisir pendayagunaan dan pemanfaatan sember daya yang dimiliki anggota koperasi (PSAK No.27, 2007). Seiring dengan pesatnya perkembangan usaha-usaha di Indonesia, pada tanggal 23 Oktober 2010 telah terbit dan disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan tentang Exsplosure Draft Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan yaitu pencabutan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PASK) No. 27 tentang akuntansi perkoperasian. Pencabutan PSAK No. 27 dilandasi alasan sebagai dampak dari konvergensi IFRS yang mengakibatkan SAK berbasis industri harus dicabut karena sudah diatur dalam SAK lain. Sebagai pengganti

(2)

PSAK No. 27, kini telah terbit Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntansi Publik (SAK ETAP) yang digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik dan menerbitkan laporan keuangan untuk pihak eksternal. Dalam pelaporan keuangan koperasi dimulai pada atau setelah 1 januari 2011 harus didasarkan pada SAK ETAP yang terdiri atas posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas (SAK ETAP paragrapf 3.2).

Berdasarkan tujuan yang ditetapkan dalam pasal 3 UU No. 25/ 1992, dapat dikatakan bahwa tujuan koperasi di Indonesia menurut garis besarnya meliputi 3 hal berikut:

1. Untuk memajukan kesejahteraan anggotanya. 2. Untuk memajukan kesejahteraan masyarakat.

3. Turut serta membangun tatanan perekonomian nasional.

Berdasarkan ketiga tujuan di atas, dapat dipahami bahwa koperasi mendapat kedudukan yang sangat terhormat dalam perekonomian Indonesia. Koperasi tidak hanya merupakan satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional menyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang hendak dibangun di negeri ini, tetapi juga dinyatakan sebagai soko guru perekonomian nasional.

Koperasi sebagai organisasi ekonomi yang bersifat sosial, memiliki banyak perbedaan dengan bentuk perusahaan lainnya. Akan tetapi, dilihat dari segi kebutuhannya terhadap jasa akuntansi, koperasi juga membutuhkan jasa akuntasi baik untuk mengolah data keuangan guna menghasilkan informasi keuangan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomi maupun untuk mengingkatkan mutu pengawasan terhadap praktik pengelolaan usahanya.

(3)

Koperasi di Indonesia sudah terbukti ketangguhannya pada dua masa penting dalam sejarah, yaitu krisis moneter 1998 dan krisis global 2008. Pada saat itulah kehadiran dan kontribusi dari usaha skala mikro kecil dan menengah (UMKM) sangat membantu menjaga stabilitas ekonomi dengan sumbangan produk domestik bruto (PDB) yang besar. Menurut badan pusat statistik (BPS), pada tahun 1997 UMKM menyumbang 40,45 persen dari total PDB dan pada tahun 2008 sampai dengan 2011 UMKM memberikan kontribusi bagi PDB diatas 53 persen, bahkan meningkat setiap tahunnya. Salah satu alasan mengapa UMKM tetap stabil ketika usaha yang lain kolaps pada krisis 1998 dan 2008 adalah sumber pendanaan UMKM tidak banyak bergantung pada perbankan, dimana bank selaku pelaku permodalan sebagian besar tumbang. Hal ini dikarenakan UMKM memiliki keterbatasan akses kepada bank yang disebabkan sifat non formal dari usaha dan rendahnya kolateral dari pelaku UMKM tersebut. Hasilnya, struktur permodalan UMKM bukan berasal dari pinjaman perbankan dan saham, akan tetapi berasal dari modal mandiri dan pinjaman ringan. Pinjaman ringan inilah yang dibantu dan disokong oleh koperasi.

Untuk memenuhi kebutuhan UMKM akan pengkreditan mikro, pada tahun 1997 Koperasi dan Bank Bukopin berupaya mewujudkan terobosan baru manajemen perbankan modern dan didukung oleh teknologi yang mutakhir dengan membentuk konsep kemitraan yang dikenal dengan sebutan Swamitra. Kata Swamitra berasal dari bahasa Kawi, “Swa” yang berarti sendiri, dan “Mitra” yang berarti kerjasama. Jadi Swamitra memiliki arti kerja sama atas keinginan Ssendiri (tanpa paksaan) dengan prinsip kebersamaan dan saling menguntungkan.

(4)

Unit Simpan Pinjam Swamira Koperasi Pasar Cipulir Unit 1 sendiri merupakan Swamitra kedua yang dibentuk pada tahun 1997 di Area Jakarta dan sekitarnya. Dalam sejarahnya, perjalanan Swamitra Cipulir unit 1 untuk mendapatkan peringkat teratas di Area Jakarta dan sekitarnya tidaklah mudah. Pada tahun 2000 Swamitra ini sempat mengalami kerugian sebesar 430 juta rupiah hingga akhirnya bangkit dan dapat menyandang predikat sebagai Swamitra dengan performa “sangat baik sekali” sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2014.

Grafik 1.1 Pertumbuhan SHU Sumber: Diolah dari data primer, 2014

Melihat performa Swamitra Cipulir Unit 1 ini yang terus meningkat, pada Desember 2010 Koperasi Pasar Cipulir diberikan kepercayaan oleh Bank Bukopin untuk mengembangkan jangkauan usaha dalam segmen simpan pinjamnya dengan mendirikan cabang penuh yang bernama USP Swamitra Cipulir Unit 2 yang terletak di kawasan Tangerang. Performa yang ditunjukan oleh USP Swamitra Cipulir Unit 2 ini belum menunjukan hasil yang memuaskan. Hal ini terbukti dengan perolehan SHU dari tahun ketahun menunjukan hasil yang negatif. Sampai dengan Desember 2014 perolehan SHU Swamitra Cipulir Unit 2 ini adalah sebesar minus 417 juta rupiah. Kesenjangan performa yang ditunjukan oleh

‐ 500,000  1,000,000  1,500,000 

(5)

Swamitra Cipulir Unit 2 jika dibandingkan dengan Swamitra Cipulir Unit 1 disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah sumber daya manusia yang dimiliki Swamitra Cipulir Unit 2 kurang memadai dan letak kantor yang kurang strategis.

Melihat dari pengalaman yang dialami oleh USP Swamitra Cipulir Unit 1 yang sempat mengalami keterpurukan dan akhirnya bisa bangkit dan terus meningkatkan performanya, maka melalui pertimbangan ini Swamitra Cipulir Unit 2 tetap dipertahankan keberadaannya dan berharap bisa belajar dari pengalaman yang dialami Swamitra Cipulir Unit 1 sebelumnya dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Untuk mencapai penilaian akhir yang baik ada beberapa kriteria yang harus dicapai oleh setiap Swamitra yaitu, tingkat Bad Debt Ratio (BDR) yang rendah, banyaknya penggunaan Modal Tidak Tetap (MTT) dari Bukopin, Pinjaman yang disalurkan (PYD), dan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang diperoleh setiap tahunnya. Pembagian keuntungan didasarkan pada hasil penilaian dan evaluasi Bank Bukopin terhadap Swamitra yang didasarkan pada manajemen keuangan, yaitu perolehan SHU, MTT, aset, penyaluran dana (PYD), NPL/ Bad Debt Ratio (BDR), serta dana pihak ketiga.

Tingkat kemacetan kredit atau yang disebut Bad Debt Ratio (BDR) atau dalam dunia perbankan biasa disebut Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio keuangan yang berkaitan dengan risiko kredit. Risiko Kredit adalah risiko dari kemungkinan terjadinya kerugian bank sebagai akibat dari tertunggaknya kewajinban debitur dan/ atau tidak terselesaikannya pinjaman yang telah diberikan

(6)

lembaga keuangan sebagai kreditur oleh debitur yang menerima fasilitas pendanaan. Pada Swamitra, tingkat BDR atau dalam dunia perbankan sering disebut sebagai NPL (Non Perfoming Loan) tidak mempengaruhi perolehan SHU. Karena apabila tingkat BDR tinggi dapat diminimalisir dengan dilakukannya restruktur/ rescheduling jangka waktu pinjaman.

Untuk memperoleh laba, tentunya suatu badan usaha harus rela mengeluarkan biaya yang berhubungan dengan kegiatan operasi badan usaha tersebut. Laba positif dihasilkan dari pendapatan atas kegiatan usaha lebih besar dari biaya-biaya yang dikeluarkan. Begitu pun sebaliknya, laba negatif didapat dari pendapatan atas kegiatan usaha lebih kecil dari biaya-biaya yang harus dikeluarkan suatu badan usaha dari kegiatan operasinya. Beban adalah biaya yang dikeluarkan atau digunakan untuk memperoleh pendapatan yang diharapkan oleh perusahaan. Beban operasional yang dikeluarkan oleh suatu badan usaha jika dibandingkan dengan pendapatannya dapat dijadikan gambaran laba yang dihasilkan oleh badan usaha tersebut. Sehingga dapat membantu manajemen dalam pengambilan suatu keputusan yang berkaitan dengan kegiatan operasi badan usaha.

Kegiatan utama Unit Simpan Pinjam Swamitra ini adalah penyediaan dana untuk modal usaha atau modal investasi untuk debiturnya. Maka semakin banyak dana yang disalurkan ke debitur maka semakin besar pendapatan jasa dari bunga pinjaman tersebut dan hal ini akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) pada USP Koppas Cipulir Swamitra Cipulir unit 1 ini. Untuk dapat menyalurkan dana pinjaman yang besar

(7)

kepada debitur, maka sumber pendanaan dalam kegiatan usaha ini haruslah besar dan likuid. Semakin likuid sumber modal yang ada, semakin banyak pinjaman yang dapat disalurkan kepada debitur dan hal ini pastinya juga akan mempengaruhi perolehan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang akan diakumulasikan setiap akhir tahunnya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka peneliti mengambil judul penelitian tentang “ANALISIS PENGARUH

TINGKAT BAD DEBT RATIO (BDR), MODAL TIDAK TETAP (MTT), PINJAMAN YANG DISALURKAN (PYD), DAN BEBAN OPERASIONAL TERHADAP PEROLEHAN SHU USP SWAMITRA KOPERASI PASAR CIPULIR UNIT 1 PERIODE 2010-2014”

B. Ruang lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya meneliti performa USP Swamitra Koperasi Pasar Cipulir Unit 1 berdasarkan laporan keuangan perbulan dan pencapaian anggaran tahun 2010 sampai dengan 2014.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Beberapa perumusan masalah yang dapat dirumuskan dalam analisis pengaruh tingkat BDR, PYD, MTT dan Beban Operasional terhadap perolehan SHU USP Swamitra Koperasi Pasar Cipulir Unit 1 adalah:

1. Apakah tingkat Bad Debt Ratio (BDR) berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha USP Swamitra Koperasi Pasar Cipulir Unit 1?

(8)

2. Apakah penggunaan Modal Tidak Tetap (MTT) dari Bukopin berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha USP Swamitra Koperasi Pasar Cipulir Unit 1?

3. Apakah tingkat Pinjaman yang Disalurkan (PYD) berpengaruh terhadap Sisa Hasil Usaha USP Swamitra Koperasi Pasar Cipulir Unit 1?

4. Apakah beban operasional berpengaruh terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha USP Swamitra Koperasi Pasar Cipulir Unit 1?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menguji secara empiris pengaruh tingkat Bed Debt Ratio (BDR) terhadap Sisa Hasil Usaha USP Swamitra Koperasi Pasar Cipulir Unit 1. 2. Untuk menguji secara empiris pengaruh penggunaan Modal Tidak Tetap

(MTT) dari Bukopin terhadap Sisa Hasil Usaha USP Swamitra Koperasi Pasar Cipulir Unit 1.

3. Untuk menguji secara empiris pengaruh tingkat Pinjaman yang Disalurkan (PYD) terhadap Sisa Hasil Usaha USP Swamitra Koperasi Pasar Cipulir Unit 1.

4. Untuk menguji secara empiris pengaruh beban operasional terhadap perolehan Sisa Hasil Usaha USP Swamitra Koperasi Pasar Cipulir Unit 1.

(9)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi Swamitra: mengetahui dan memberikan saran korelatif dan antisipatif untuk perkembangan swamitra cipulir unit 1 kedepannya.

2. Bagi Penulis: sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan di UMB sesuai dengan kondisi di lapangan dan memberikan pemahaman menganai faktor-faktor yang mempengaruhi perolehan SHU pada USP Swamitra.

3. Bagi Akademis: Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi atau tambahan dalam melakukan penelitian yang serupa, dengan catatan ada kelanjutan dalam penelitian ini dengan menambahkan variabel atau dimensi lain yang masih berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan SHU.

Gambar

Grafik 1.1 Pertumbuhan SHU      Sumber: Diolah dari data primer, 2014

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dengan judul “Motivasi Menjadi Jurnalis Dalam Rubrik Swara Kampus di Surat Kabar Harian Kedaulatan Rakyat (Studi Kualitatif Terhadap Motivasi Mahasiswa

pada bulan Desember 2009, Recapital Group (melalui PT Berau Coal Energy Tbk) mengambil alih 90% saham perusahaanY.  Saham BCE dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada bulan

mulai (self-start), sehingga tidak dapat diterapkan langsung, sebab metode tersebut memerlukan beberapa buah nilai awal. • Inilah kelemahan

Bank berfungsi menyalurkan dana yang ada, disalurkan kembali kepada debitur berupa kredit dimana semakin besarnya kredit yang di salurkan maka akan semakin besar pula tingkat

Bab ini membahas analisis sistem yang sedang berjalan pada CV.Orlena, menyajikan data penelitian, dan pengolahan data yang terkumpul dapat digunakan untuk menghitung kebutuhan

Agar tercapai target dalam pembayaran pajak oleh wajib pajak, perlu ditumbuhkannya kesadaran dan kepatuhan dari wajib pajak sendiri untuk memenuhi kewajiban pajak

Sistem ini berfungsi sebagai bahan evaluasi dalam menentukan kebijakan berdasarkan kebutuhan masing-masing wilayah per kecamatan atau per kelurahan meliputi Informasi penyebaran

Matrik penelitian merupakan perwujudan ide awal dari topik atau judul serta rencana penelitian yang secara substansial menjabarkan secara ringkas dan jelas program