• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan-sumbangan yang positif dari bahasa Sunda dan bahasa Asing. Untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan-sumbangan yang positif dari bahasa Sunda dan bahasa Asing. Untuk"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangannya bahasa Indonesia telah memperoleh sumbangan-sumbangan yang positif dari bahasa Sunda dan bahasa Asing. Untuk proses peminjaman dari bahasa Asing telah terjadi semenjak bahasa Indonesia masih bernama bahasa Melayu. Kontak dengan bangsa lain menimbulkan adanya saling mempengaruh dalam bahasa mereka. Pengaruh yang paling sederhana berupa pinjaman kata-kata yang disebabkan adanya hubungan kebudayaan.

Bahasa yang digunakan seseorang dalam lingkungan masyarakat setidaknya mengenal satu variasi bahasa beserta norma-norma yang sesuai dengan penggunaannya. Pemakaian bahasa seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor linguistik, tetapi juga oleh faktor-faktor nonlinguistik antara lain, faktor-faktor sosial, misalnya status sosial, tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya. Di samping itu, pemakaian bahasa dipengaruhi oleh faktor-faktor situasi, yaitu siapa yang berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, di mana, dan mengenai masalah apa, atau secara lebih operasional dikatakan Fishman (1972, 1976),”...study of who speak what language to whom and when” (Chaer, 2004:4).

Bahasa itu beragam, artinya sebuah bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu dipergunakan oleh penutur heterogen dan yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda,

(2)

maka bahasa itu beragam. Bahasa di dalam realisasinya selalu ada pada konteksnya. Konteks yang dimaksud dalam pengertian ini adalah konteks sosio-kulturalnya.

Sebagai alat komunikasi, bahasa terdiri dari dua aspek yaitu (1) aspek linguistik dan (2) aspek non linguistik atau paralinguistik. Aspek linguistik berupa unsur yang secara langsung membentuk struktur lahir yakni bunyi, kata, kalimat, dan ujaran atau teks. Aspek nonlinguistik mencakup (a) pola ujaran seseorang; (b) unsur supra segmental; (c) jarak dan gerak-gerik tubuh; dan (d) rabaan. Aspek linguistik dan paralinguistik tersebut berfungsi sebagai alat komunikasi, bersama-sama dengan konteks situasi membentuk atau membangun situasi tertentu dalam proses komunikasi (Chaer, 2004:22).

Dalam situasi penuturan baik bersifat formal maupun yang bersifat informal, baik lisan maupun tulis sering ditemukan orang bertutur dengan menggunakan bahasa tertentu tiba-tiba mengganti bahasanya. Mengganti bahasa diartikan sebagai tindakan mengalihkan bahasa maupun mencampur antara bahasa satu dengan bahasa lainnya. Penggantian bahasa atau ragam bahasa bergantung pada keadaan atau keperluan bahasa itu sendiri.

Keanekabahasaan dalam suatu masyarakat akan selalu menimbulkan masalah atau paling tidak mengandung konsekuensi-konsekuensi tertentu. Keanekabahasaan membawa masalah bagi individu-individu dan kelompok individu (terutama kelompok minoritas bahasa) pemerintah dan dunia pendidikan. Oleh karena itu, mereka harus menguasai sekurang-kurangnya dua bahasa bahkan lebih (bervariasi). Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa dua bahasa atau lebih

(3)

selalu hidup berdampingan tidak bisa dipisahkan dan akan saling mempengaruhi, pengaruh bahasa yang timbul karena adanya kontak bahasa antara manusia. Dengan demikian, akibat kontak bahasa dan sekaligus perubahannya, dan dalam dua bahasa atau lebih akan kita jumpai penggunaan bahasa atau pembicaraan yang belum kita mengerti selama aktivitas berlangsung. Pendengar dengan pasif mendengarkannya, tentu pendengar yang aktif, sekali-kali menyela pembicaraan tersebut. Oleh karena itu, adanya penggunaan unsur-unsur bahasa lain ketika memakai bahasa tertentu dengan disengaja atau disadari dalam percakapan disebut campur kode, dan pemakaian bahasa tertentu dengan tidak disadari atau tidak disengaja disebut alih kode.

Menurut Sumarsono (2004:16), sosiolinguistik terbagi atas sosiolinguistik mikro dan sosiolinguistik makro. Sosiolinguistik mikro lebih menekankan perhatian pada interaksi bahasa antar penutur di dalam suatu kelompok guyub tutur, sedangkan sosiolinguistik makro menitikberatkan perhatian pada interaksi antar penutur dalam konteks antar kelompok. Analisis atau deskripsi Sosiolinguistik mikro relatif lebih dekat dengan orientsi linguistik, tetapi dengan cakupan tetap lebih luas dari analisis linguistik (Fishman, 1968). Sebaliknya, sosiolinguistik makro yang mempunyai objek dengan skala lebih luas dan lebih besar, memperhatikan komunikasi antar kelompok dalam suatu masyarakat bahasa, bahkan sampai tingkatan bangsa dalam sebuah negara, sosiolinguistik makro juga memperhatikan kontak bahasa antar kelompok mayoritas dan kelompok minoritas, pemertahanan bahasa minoritas, dan hal-hal yang menyangkut kelompok penutur yang jumlahnya banyak. Pada umumnya

(4)

dapat dikatakan, manakala suatu pemecahan masalah tersebut orientasinya mendekati orientasi sosial, pendekatannya cenderung ke sosiolinguistik mikro. Jadi, kajian alih kode dan campur kode dalam novel “jomblo sebuah komedi cinta” termasuk dalam sosiolinguistik mikro yang melihat bahasa dalam hubungannya dengan faktor-faktor di luar bahasa, yakni dengan kebudayaan. Dalam hal ini masyarakat sebagai unsur yang terdapat di luar bahasa akan mewarnai bahasa tersebut sehingga melahirkan berbagai ragam bahasa menurut situasi dan konteks.

Apabila dua bahasa atau lebih dipergunakan secara bergantian oleh penutur yang sama, maka dapat dikatakan bahwa bahasa-bahasa tersebut dalam keadaan saling kontak. Kontak bahasa itu terjadi dalam situasi konteks sosial, yaitu situasi tempat seseorang belajar bahasa kedua di dalam masyarakatnya. Dalam situasi seperti ini dapat dibedakan antara situasi belajar bahasa, proses pemerolehan bahasa, dan orang yang belajar bahasa. Dalam situasi belajar bahasa terjadi kontak bahasa, proses pemerolehan bahasa kedua disebut pendwibahsaan (bilingualisasi) dan orang yang belajar bahasa kedua dinamakan dwibahasawan (Diebola, Hymes, 1964 dalam Suwito, 1983:39).

Kontak bahasa menginginkan terjadinya peristiwa kebahasaan, dalam sosiolinguistik disebut bilingualisme, alih kode atau campur kode. Salah satu akibat dari bilingualisme adalah adanya tumpang tindih antara kedua sistem bahasa yang dipakai oleh unsur-unsur bahasa yang satu pada penggunaan bahasa yang lain. Thelander dalam chaer (2004: 115) mencoba menjelaskan tentang alih kode dan campur kode. Katanya, bila di dalam suatu peristiwa tutur terjadi

(5)

peralihan dari satu klausa suatu bahasa ke klausa bahasa lain, maka peristiwa yang terjadi adalah alih kode. Akan tetapi apabila di dalam suatu peristiwa tutur, klausa-kalusa ataupun frase-frase yang digunakan terdiri dari klausa dan frase campuran, dan masing-masing klausa dan frase itu tidak lagi mendukung fungsi-fungsi sendiri-sendiri, maka peristiwa yang terjadi adalah campur kode bukan alih kode. Dalam hal ini menurut Thelander selanjutya memang ada kemungkinan terjadinya perkembangan dari campur kode ke alih kode.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mengungkap alih kode dan campur kode dalam novel jomblo sebuah komedi cinta apa saja yang menjadi masalah untuk peneliti angkat seperti itu guah baru tau euy, go with the flow, kok kayaknya eluh gampang pisan gaet sana-sini, it takes two to tango, simple lepas dan nggak terikat, kalo dari sudut pandang guah mah, pokoknya kitah kudu jungkir balik, agamanya kurang kuat sampai alasan yang paling pikaseubeuleun, sebenerna mah normal bisa naksir cewek, dunia bergerak dengan slow motion, teteh pengen pisan belajar bikin dan jual Cheese Cake, bahannya ke heula teteh bacakeun, figur yang ter-display di hari itu diseberang rak keju, biawak maneh tah nu hese diteang, karena kostum nanas menghambat mobilitas meskipun lebih low-profile dan masih banyak lagi. Dari sejumlah kalimat itu mulailah muncul dalam pemikiran peneliti untuk meneliti alih kode dan campur kode lebih mendalam.

Penelitian mengenai bilingualisme ataupun alih kode dan campur kode sudah banyak dilakukan, tetapi peneliti belum menemukan penelitian yang sama. Peneliti menemukan penelitian yang sejenis yang dilakukan oleh Ayusri

(6)

mahasiswa FIB UI pada tahun 2008 dengan judul “Campur Kode dalam Novel Ketika Cinta Bertasbih Karya Habiburrahman El Shirazy” yang hasilnya meliputi penyisipan unsur-unsur yang berwujud kata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud frasa, penyisipan unsur-unsur yang berwujud perulangan kata, penyisipan unsur-unsur yang berwujud idiom atau ungkapan dan penyisipan unsur-unsur yang berwujud klausa. Bahasa yang digunakan dalam novel tersebut ditunjukkan melalui penggunaan unsur bahasa asing dalam bahasa Indonesia itu tampaknya berupa sikap yang kurang positif. Hal itu ditunjukkan berupa sikap yang positif pemakai bahasa tentu cenderung akan merealisasikan melalui kesetiaan di dalam penggunaan bahasa Indonesia, baik lisan maupun tulis, tidak mencampuradukkan dengan bahasa asing atau boleh jadi bahwa pencampuradukan itu menunjukkan fungsi pemakaian bahasa Indonesia belum sepenuhnya sehingga masih memungkinkan dimasuki oleh serpihan-serpihan unsur bahasa lain atau disebut dengan campur kode. Adapun penelitian mengenai alih kode yang lain dengan judul “Alih Kode yang Terjadi pada Masyarakat Tutur Bilingual dalam Wacana Jual Beli Peralatan Camping” diposting oleh Rulam dalam Karya Tulis Mahasiswa (16 Juli 2009) yang hasilnya adalah: (1) kode yang digunakan oleh masyarakat tutur bilingual di kota Malang dalam jual beli peralatan camping di Ruko Adventure Shop adalah: (a) bahasa yang mencakup BJ dan bahasa non Jawa. Bahasa non Jawa di sini meliputi BI dan BA. BA yang paling sering ditemukan adalah bahasa Inggris, (b) tingkat tutur, yang meliputi tutur ngoko. Kode yang berwujud tingkat tutur ini tampak dengan sangat jelas khususnya jika bahasa yang dipakai adalah BJ; (2) kode-kode yang digunakan

(7)

dalam wacana jual beli peralatan camping di kota Malang ruko Adventur Shop dapat beralih dari kode yang satu ke kode yang lain. Misalnya dari BI ke dalam BJ atau sebaliknya, BI ke dadam Inggris atau sebaliknya. Peralihan itu ternyata tidak terjadi dengan tanpa arah melainkan dengan arah yang cukup jelas; dan (3) alih kode dalam wacana jual beli peralatan camping pada masyarakat tutur bilingual di kota Malang ruko Adventure Shop dilakukan dengan alasan-alasan yang sudah jelas dan juga tertentu. Dari kajian ini dapat diketahui bahwa alasan-alasan yang dimaksud meliputi (a) penutur memiliki latar belakang penguasaan bahasa yang sama, (b) perubahan situasi dengan hadirnya orang ketiga.

Selain penelitian di atas peneliti juga menemukan penelitian yang lain yaitu penelitian Resna Wulan dengan judul “Wujud Alih Kode dan Campur Kode Bahasa Sunda Dan Bahasa Indonesia Dalam Berbagai Situasi Resmi Kegiatan Ibu-ibu PKK di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor” yang hasilnya peristiwa wujud alih kode sering terjadi (85%) dalam situasi resmi kegiatan pengajian ibu-ibu PKK di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor ini, baik peralihan kode dari bahasa Sunda ke dalam bahasa Indonesia maupun sebaliknya dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Sunda. Peristiwa campur kode sering terjadi (25%) dalam situasi resmi kegiatan penyuluhan ibu-ibu PKK di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Ditemukan pula faktor-faktor yang melatarbelakangi wujud alih kode dan campur kode adalahpengaruh B1 (bahasa Sunda) terhadap B2 (bahasa Indonesia) sangat dominan, suku bangsa orang tua, faktor sosial (status sosial, tingkat pendidikan, umur, pekerjaan, dan jenis kelamin), faktor situasi

(8)

(resmi), faktor geografis (lamanya bertempat tinggal), dan bahasa yang dipergunakan sehari-hari.

Peneliti membatasi kajian pada satu media cetak yaitu novel jomblo sebuah komedi cinta yang menceritakan sisi kehidupan mahasiswa sebagai mediumnya. Tahap kehidupan sebagai mahasiswa memang salah satu sisi yang paling menarik dalam sebyah jenjang kehidupan manusia. Novel ini merupakan novel remaja yang memiliki ragam yang menarik untuk dikaji. Selain itu, masa remaja ditinjau dari segi perkembangan, merupakan masa kehidupan yang paling menarik dan mengesankan. Masa remaja mempunyai ciri antara lain petualangan dan pengelompokkan, dan “kenakalan”. Ciri ini tercermin dalam bahasa mereka.

Novel merupakan media komunikasi dan media ekspresi yang pada umumnya merupakan rangkaian cerita kehidupan. Novel ini mempunyai andil dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Bahasa yang di gunakan dalam novel Jombl Sebuah Komedi Cita karya Adhitya Mulya mencerminkan kenyataan sosial tentang hidup anak muda kita di masa kini, sehingga banyak terjadinya peralihan dan pencampuran bahasa.

Novel Jomblo Sebuah Komedi Cita karya Adhitya Mulya diterbitkan oleh Gagas Media pada bulan November 2003 (cetakan pertama), dan pada bulan maret 2005 (cetakan ketiga belas). Penulis buku ini lebih suka menganggap dirinya sebagai seorang komedian. Ada dua alasan (1) ia adalah seorang peneliti pemula (buku inilah yangmembaptisnya sebagai seorang peneliti), karenyanya Adhitya Mulya belum siap menyebut dirinya sebagai pengarang, novelis, atau peneliti, dan (2) peneliti sebenarnya memang seorang komedian. Hanya, sebagai

(9)

komedian pun Adhitya Mulya belum menemukan bentuk ekspresi dan media yang pas. Akhirnya menulis lalu menjadi pilihan media dan bentuk ekdpresi sebagai seorang komedian.

Sesuai dengan judulnya novel ini adalah komedi tentang cinta yang mengambil waktu di 1999- 2000 di kota Bandung dan mengambil sisi kehidupan mahasiswa sebagai mediumnya. Tahap kehidupan sebagai mahasiswa memang salah satu sisi yang paling menarik dalam sebuah jenjang kehidupan manusia. Di tahap inilah manusia membangun karakter, menentukan cita-cita, memperoleh kebebasan sepenuhnya, dan menemukan cinta yang paling berarti bagi mereka.

Lebih lanjut Riri Riza dan Sarah Sechan menyebutkan bahwa novel jomblo sebuah komedi cinta karya Adhitya Mulya benar-benar bagus, lucu, dan sangat patut diperhitungkan sebagai bentuk baru cerita komedi yang bertema cinta untuk anak muda sekarag.

Berdasarkan sifatnya, novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta karya Adhitya Mulya diidentikkan dengan humor. Humor merupakan bahasa yang mengandaikan sekaligus membuat manusia menjadi dewasa dan manusiawi. GM. Sudarta (1996) menegmukakan bahwa humor tercipta karena “orang yang tidak umum, mengerjakan sesuatu yang tidak umum dengan cara umum”.

Dalam humor yang baik, orang diajak untuk menertawakan diri sendiri dan mengakui bahwa manusia siapa pun, mempunyai hal-hal yang salah, yang menggangu orang lain, yang tidak nalar, yang tidak beres, yang perlu diperbaiki, dan yang membuat orang rendah hati secara dewasa.

(10)

Berdasarkan alasan dan pemikiran di atas, maka peneliti mencoba meneliti mengenai “Alih Kode dan Campur Kode dalam Novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta karya Adhitya Mulya”. Melalui penelitian ini peneliti berharap dapat menambah atau menghasilkan penelitian dalam bidang sosiolinguistik khususnya dalam alih kode dan campur kode.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Terdapat banyak alih kode dan campur kode dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta;

2) Alih kode dan campur kode yang terdapat dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta didominasi oleh bahasa Sunda dan Bahasa Asing;

3) Wujud alih kode dan campur kode dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta diantaranya adalah kata, frasa, dan kalimat;

4) Alih kode dan campur kode yang sering digunakan dalam dialog pada novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta cenderung berlebihan;

5) Alih kode dan campur kode dalam dialog pada novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta berpotensi menimbulkan penafsiran yang beragam;

6) Alih kode dan campur kode yang digunakan dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta berbeda dengan alih kode dan campur kode pada novel lain;

(11)

7) Alih kode dan campur kode cenderung mengalami perkembangan yang sangat cepat. Akibatnya, dalam setiap dialog selalu disisipi alih kode dan campur kode.

1.3 Batasan Masalah

peneliti membatasi penelitian ini pada:

1) Teori sosiolinguistik dibatasi pada bilingualisme, alih kode dan campur kode; 2) Alih kode dan campur kode yang dianalisis yaitu wujud, makna, pola, dan

frekuensi dalam novel Jomblo sebuah komedi cinta tersebut.

1.4 Rumusan Masalah

Dari permasalahan di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Bagaimanakah wujud alih kode dan campur kode dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta?

2) Bagaimanakah makna alih kode dan campur kode dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta?

3) Bagaimanakah frekuensi alih kode dan campur kode yang terjadi dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta?

4) Bagaimanakah pola alih kode dan campur kode yang terjadi dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta?

(12)

1.5 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan masalah yang telah diungkapkan, tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah mendeskripsikan:

1) wujud alih kode dan campur kode dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta; 2) makna alih kode dan campur kode dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta; 3) frekuensi alih kode dan campur kode yang terjadi dalam novel Jomblo Sebuah

Komedi Cinta;

4) pola alih kode dan campur kode yang terjadi dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis bagi penikmat, pemerhati, peneliti dan pengajar bahasa.

1) Secara Teoretis

- Untuk bidang keilmuan, memberi pengetahuan terhadap studi tentang alih kode dan campur kode.

- sebagai kontribusi bagi perkembangan ilmu linguistik, khususnya sosiolinguistik yang berkaitan dengan teori bilingualisme atau alih kode dan campur kode.

2) Secara Praktis

- Bagi Guru Bahasa, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pengajaran bahasa di sekolah.

(13)

- Bagi Pemerhati Bahasa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang kebahasaan dan sebagai bahan perbandingan dalam penelitian selanjutnya.

- Bagi Peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi tentang penggunaan bahasa khususnya alih kode dan campur kode.

1.7 Anggapan Dasar

Anggapan dasar adalah anggapan yang menjadi titik tolak pemikiran alam usaha memecahkan suatu persoalan atau masalah. Pernyataan di dalamnya harus relevan dengan masalah yang dikemukakan serta kebenarannya dapat diterima oleh penyelidik (Surakhmad, 1992: 92).

Berikut ini dijelaskan beberapa anggapan dasar terjadinya alih kode atau campur kode dalam sebuah kontak bahasa.

1) Novel yang ada pada saat itu merupakan cermin dari masyarakatnya dan salah satu yang terdapat di dalamnya adalah bahasa yang digunakan oleh masyarakat itu sendiri;

2) Kontak bahasa memungkinkan terjadinya peristiwa alih kode dan campur kode;

3) Alih kode dan campur kode terjadi dalam tuturan masyarakat bilingual dan multilingual;

4) Bahasa dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta karya Adhitya Mulya mencerminkan kenyataan sosial tentang kehidupan anak muda di masa kini.

(14)

1.8 Definisi Operasional

Dalam penelitian ini muncul beberapa istilah yang berhubungan dengan judul penelitian. Agar tidak terjadi kesimpangsiuran atau kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, berikut ini dijelaskan sejumlah konsep kunci yang digunakan dalam penelitian ini.

1) Alih kode yang dimaksud di sini merupakan peristiwa peralihan pemakaian bahasa dari bahasa sunda ke bahasa indonesia atau dari bahasa indonesia ke bahasa asing atau sebaliknya berupa kalimat panjang yang terdapat dalam novel Jomblo Sebuah Komedi Cinta, contoh peralihan dari bahasa indonesia ke bahasa asing: selanjutnya go with the flow dan contoh peralihan dari bahasa sunda ke bahasa indonesia: “ke heula ke heula...” Agus memberikan kedua tangan dan memberikan gestur ‘stop’;

2) Campur kode yang dimaksud di sini merupakan peristiwa pencampuran bahasa Sunda dan bahasa Asing berupa serpihan kata yang terdapat dalam novel jomblo sebuah komedi cinta, contohnya: “kok kayaknya eluh gampang pisan gaet sini-situ?”.

Referensi

Dokumen terkait

Panti Asuhan Yatim (Putra) Muhammadiyah yang lebih dikenal dengan sebutan PAYM ini berkembang dengan pesat, dalam perkembangannya PAYM ini mendapat sambutan dan dukungan dari

Adapun saran terhadap Rumah Sakit Cahya Kawaluyan dalam hal pengelohan sampah organik menjadi kompos dalam waktu yang cepat dan efisien dapat menggunakan

untuk Pembunuhan Massal terhadap kaum komunis Indonesia demi satu tujuan tertentu. Karena, jika Jenderal Soeharto mudah memerintahkan bawahannya untuk “membereskan”

Metode yang digunakan yaitu spektrofotometri serapan atom (SSA) karena lebih selektif dalam menentukan kadar logam sampel. Sedangkan cemaran mikroba meliputi uji

memiliki kemampuan secara ekonomi serta mempermudah sistem rujukan pasien dari Puskesmas/RS lain. Dengan ditetapkannya total coverage kepemilikan jaminan pelayanan

Selain itu persepsi pendengar ini juga menjadi bahan pertimbangan dan masukkan bagi radio Swaragama FM sebagai media massa yang memiliki fungsi sosial dengan

seluruh masyarakat di daerah Yogyakarta namun hal itu dirasakan wajar dikarenakan mereka berfikir hari itu adalah hari dimana Angkatan Perang RI mengadakan

dengan metode NWE dan LPE, smoothing spline dan B-splines menunjukkan model terbaik yang menggambarkan pola hubungan ROA dan suku bunga adalah model regresi B-splines dengan degree