• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan merupakan komunitas hidup dinamik yang berperan menumbuhdewasakan kadar intelektual, emosional dan spiritual para mahasiswa, bergumul dengan nilai-nilai kehidupan kemasyarakatan, mengejar pengetahuan sebagai usaha bagi kemajuan masyarakat. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik atau profesional yang dapat

menerapkan, mengembangkan atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi atau kesenian.1

Bentuk perguruan tinggi tersebut adalah akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, universitas dan seminari. Karena fokus penelitian ini adalah politeknik maka penjelasan yang diberikan hanya pada pengertian politeknik. Politeknik merupakan perguruan tinggi yang menyelenggarakan pendidikan terapan dalam sejumlah bidang pengetahuan khusus. Istilah politeknik berasal dari bahasa Yunani yang berasal dari dua kata yakni polu atau poly yang berarti banyak dan teknikos yang berarti seni.

Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi adalah perguruan tinggi.

2

1

Biro Administarsi Umum dan Keuangan USU, Kumpulan Peraturan: Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan Tinggi, Statuta Universitas Sumatera Utara (UU No. 2 thn 1989, PP No. 30 thn 1990 dan Kepmendikbud No. 0427/0/1992) dan Keputusan-Keputusan Rektor USU Tentang Pelaksanaan Statuta dan lain-lain, Medan: Biro Administarsi Umum dan Keuangan USU Medan, 1994, hal. 10

2 www.wikipedia.org, diunduh Senin, 10 Desember 2012 pukul 21.30 WIB

Jadi secarah harfiah politeknik diartikan sebagai pendidikan yang memiliki banyak seni/keterampilan. Istilah politeknik digunakan untuk menyatakan bentuk lembaga pendidikan baru yang tidak sama dengan bentuk-bentuk

(2)

yang telah dibakukan. Artinya politeknik memiliki perbedaan sendiri dengan bentuk perguruan tinggi lainnya. Perbedaan itu terlihat jelas dalam program pengajarannya yang sangat menekankan pelajaran praktek, dengan perbandingan waktu 60% praktek dan 40% teori.3

Sistem pendidikan politeknik ini dirintis sejak Pelita II masa pemerintahan Presiden Soeharto yakni pada Kabinet Pembangunan III (31 Maret 1978- 19 Maret 1982). Pembangunan politeknik menjadi proyek pemerintah melalui Depdikbud Ditjen Dikti yang dilaksanakan oleh Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik dikenal dengan singkatan PEDC (Polytechnic Education Development Center) di Ciwaruga, Bandung. Di Bandung lah dipersiapkan pembangunan politeknik yakni perencanaan bangunan, peralatan, kurikulum dan sebagainya termasuk tenaga pengajar juga sebagian dari Bandung. Dasar hukum pendirian politeknik sendiri adalah Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan No. 032 DJ/KEP/1979, tentang pembentukan

politeknik di enam daerah atau perguruan tinggi.4

Pembangunan tahap pertama pendirian politeknik dimulai pada tahun 1979. Enam lokasi politeknik dipersiapkan pembangunannya, salah satunya di Medan yakni Universitas

Sumatera Utara dengan nama Politeknik Universitas Sumatera Utara (Poltek USU) Medan.5

3

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Pendidikan Tinggi Indonesia Dalam Lintasan Waktu dan

Peristiwa, Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas, 2003, hal. 100

4

Chairuddin P. Lubis, Universitas Sumatera Utara Sebuah Perjalanan Panjang Dari Yayasan Menjadi

PTN Dan PT-BHMN, Medan: Biro Rektor USU Medan, 2008, hal. 69

5

Lokasi lain yang menjadi tempat dibangunnya politeknik tersebar di lima kota yakni; Palembang: Politeknik Universitas Sriwijaya (UNSRI); Jakarta: Politeknik Universitas Indonesia (UI); Bandung: Politeknik Institut Teknologi Bandung (ITB); Semarang: Politeknik Universitas Diponegoro (UNDIP) dan Malang: Politeknik Universitas Brawijaya (UNIBRAW)

(3)

beroperasi dan memulai proses perkuliahan tahun 1982. Tahun inilah yang menjadi hari lahir dan diperingati sebagai dies natalis dari Politeknik Negeri Medan tepatnya tanggal 19 September 1982.

Nama Politeknik Negeri Medan sebenarnya belum dipergunakan pada awal berdirinya sampai pada tahun 1999, awalnya politeknik ini bernama Politeknik Univesitas Sumatera Utara disingkat (Poltek USU) nama ini masih mempergunakan kata Universitas Sumatera Utara. Hal ini tidak terlepas mengingat Univesitas Sumatera Utara memiliki peran dalam pendirian Politeknik Negeri Medan. Salah satu yang paling nyata adalah pembangunan

Politeknik ini berada di lahan USU.6

Melalui Surat Keputusan Mendikbud No. 084/O/1997 pada Bab 1 pasal 1 dinyatakan mendirikan Politeknik Negeri Medan di Provinsi Sumatera Utara, selanjutnya dalam keputusan disebut Politeknik Negeri.

Selanjutnya pada tahun 1999 nama Politeknik USU kemudian berganti nama menjadi Politeknik Negeri Medan. Tahap I dalam proses pendidikan yang dibuka adalah pendidikan bidang keteknikan yang pelaksanaannya mendapat bantuan tenaga ahli dari Swiss yang ditempatkan di Medan. Selanjutnya pada tahap II dibangun pendidikan bidang tata niaga yang didukung oleh bantuan tenaga ahli dan fasilitas dari Australia. Pembangunan pendidikan bidang tata niaga mulai diselenggarakan pada tahun 1986 dan dibantu seorang tenaga ahli dari Australia.

7

6

Profil Politeknik Negeri Medan, 2012, hal. 1

7

Ibid.,

Realisasi kemandirian baru terlaksana pada tahun 1999. Politeknik USU Medan secara resmi berganti nama menjadi Politeknik Negeri Medan (disingkat POLMED) yang isinya telah diperbaharui dengan SK Mendiknas No: 130/O/2002

(4)

tentang organisasi dan tata kerja Politeknik Negeri Medan.8

Politeknik Negeri Medan sebagai objek penelitian dalam skripsi ini merupakan lembaga perguruan tinggi baru yang ada di Indonesia. Lembaga pendidikan ini diperkenalkan setelah mendapat bantuan dari pihak asing. Walaupun tergolong baru diperkenalkan namun Politeknik Negeri Medan telah mampu menghasilkan alumni sekitar 9.000 orang sampai pada tahun 2002. Di samping itu, dulunya Politeknik Negeri Medan masih berada satu naungan dengan Universitas Sumatera Utara. Namun, karena dianggap cukup mandiri dan mampu mengelola rumah tangganya sendiri. Akhirnya Politeknik Negeri Medan berdiri sendiri dalam artian mengelola urusan rumah tangganya sendiri. Banyaknya mahasiswa yang berhasil dididik oleh politeknik ini dan telah menghasilkan banyak alumni membuat menarik bagi penulis untuk mengkaji Politeknik Negeri Medan sebagai objek penelitian. Pada awal berdirinya politeknik ini hanya memiliki 120 mahasiswa, 28 staf pengajar, serta 10 staf administrasi. Ketertarikan lainnya bagi penulis untuk mengkaji Politeknik ini sebagai objek Walaupun telah berdiri sendiri, Politeknik Negeri Medan masih menempati lahan Universitas Sumatera Utara tepatnya di Jalan Almamater No. 1 Kampus USU Medan atau kampus ini dapat dicapai melalui Jalan Tridharma No. 2 Kampus USU (pintu 4). Namun seluruh kegiatan akademik, keuangan, kepegawaian dan lain-lain tidak lagi berhubungan dengan kegiatan Universitas Sumatera Utara.

8

Karena Politeknik merupakan bentuk pendidikan baru yang dibakukan di Indonesia maka politeknik ini sengaja didirikan di lahan sebuah universitas, karena masih minimnya fasilitas yang dimiliki oleh pihak politeknik. Hal ini juga berlaku bagi 5 politeknik lainya seperti disebutkan di atas di mana pendiriannya memang disokong oleh sebuah universitas. Kelak politeknik ini akan dimandirikan seperti dalam perundang-undangan yang termuat dalam KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0427/O/1992 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PADA BAB XIV KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP Pada Pasal 55 Ayat 4 disebutkan bahwa “Politeknik masih berada dalam lingkungan Universitas sampai mandiri sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.”

(5)

penelitian karena perkembangan yang terjadi di lembaga pendidikan tinggi ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Program studi di politeknik ini semakin banyak dibuka, sarana dan prasarana yang ada juga semakin bertambah.

Dari uraian singkat di atas maka penulis tertarik menjadikan Politeknik Negeri Medan sebagai objek penelitian dan sebagai judul dalam skripsi ini yaitu “Sejarah Perkembangan PoliteknikNegeri Medan (1979-2002).” Pengertian perkembangan yang dimaksud penulis di sini adalah sebuah proses yang mengalami perubahan ke arah yang lebih besar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga disebutkan bahwa perkembangan itu berkaitan dengan perihal berkembang yang mana berkembang itu sendiri artinya menjadi

besar (luas, banyak, dsb).9

Di samping menarik, menurut penulis penelitian ini sangat penting mengingat masih sangat sedikit penelitian di bidang sejarah pendidikan. Juga karena Politeknik Negeri Medan belum pernah ditulis dalam bentuk tulisan sejarah. Penulis memilih angka tahun 1979 sebagai awal penelitian karena pada tahun 1979 merupakan tahap awal pembangunan politeknik. Walaupun Politeknik Negeri Medan beroperasi secara resmi pada tahun 1982, tetapi dasar-dasar pembangunannya telah diletakkan dan sudah menjadi sebuah proyek pada tahun 1979. Kemudian alasan penulis membatasi tahun penelitian ini pada tahun 2002 adalah karena pada tahun ini tidak saja politeknik resmi berganti nama menjadi Politeknik Negeri Medan (disingkat POLMED) dari sebelumnya bernama Politeknik USU yang isinya telah diperbaharui dengan SK Mendiknas No.: 130/O/2002 tentang organisasi dan tata kerja

9

Balai Pustaka, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi ketiga, Jakarta: Departeman Pendidikan Nasional Balai Pustaka, 2007.

(6)

Politeknik Negeri Medan, namun juga karena tahun 2002 seluruh kegiatan akademik, keuangan, kepegawaian dan lain-lain tidak lagi berhubungan dengan kegiatan Universitas

Sumatera Utara.10

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Politeknik Negeri Medan? 1. 2 Rumusan Masalah

Di dalam suatu penulisan, rumusan masalah sangat penting sebab sangat memudahkan penulis dalam pengarahan pengumpulan data dalam rangka untuk memperoleh data yang relevan. Hal ini menjadi landasan dalam penulisan ini sehingga penulisan lebih mudah dan terarah karena telah berpedoman pada rumusan masalah.

Berkaitan dengan masalah dalam penelitian ini maka ada beberapa pokok permasalahan yang akan dikaji, yaitu:

2. Bagaimana perkembangan Politeknik Negeri Medan dari tahun 1979 sampai tahun 2002?

3. Bagaimana kontribusi Politeknik Negeri Medan terhadap dunia pendidikan dan dunia kerja.

1. 3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

10

Tahun 1999 nama Politeknik USU resmi berganti nama menjadi Politeknik Negeri Medan, dengan adanya SK Mendiknas No: 130/O/2002 semakin mempertegas penggunaan nama dan kedudukan Politeknik Negeri Medan dan inilah alasan kuat penulis membatasi tahun penelitian sampai pada tahun 2002.

(7)

Adapun tujuan dari penelitian ini, adalah:

1. Menjelaskan latar belakang berdirinya Politeknik Negeri Medan.

2. Menjelaskan perkembangan Politeknik Negeri Medan dari tahun 1979 sampai tahun

2002.

3. Menjelaskan kontribusi Politeknik Negeri Medan terhadap dunia pendidikan dan dunia

kerja.

Sementara manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Menambah literatur kepustakaan yang dapat dimanfaatkan bagi pengembangan dunia

pendidikan, khususnya ilmu sejarah dalam hal ini sejarah pendidikan.

2. Sebagai suatu sarana informasi bagi pihak yang berkepentingan dalam penelitian lebih

lanjut mengenai Politeknik Negeri Medan, baik itu pihak Politeknik Negeri Medan itu sendiri seperti dosen, mahasiswa, staf pegawai dan bagi pemerintah maupun masyarakat umum terutama masyarakat yang terlibat dan merasakan dampak langsung berdirinya Politeknik Negeri Medan.

3. Sebagai suatu bahan perbandingan dalam penelitian, sudah sejauh mana tingkat

keberhasilan Politeknik Negeri Medan dalam pengelolaan lembaga pendidikan maupun perkembangan-perkembangan yang terjadi di Politeknik Negeri Medan.

(8)

Buku yang ditulis oleh Edi Sumarno, dkk., yang berjudul “Dari Yayasan Hingga PT-BHMN 60 Tahun Universitas Sumatera Utara” (2012) adalah buku pertama yang penulis gunakan untuk memulai penulisan skripsi ini. Kebetulan penulis terlibat langsung pada penulisan buku ini sehingga faktor ini juga yang membuat penulis tertarik untuk mengangkat Politeknik Negeri Medan sebagai judul skripsi. Pada buku ini dijelaskan bagaimana sejarah awal berdirinya Universitas Sumatera Utara sampai pada usianya yang ke-60. Dengan buku ini penulis banyak dibantu karena objek yang diteliti memiliki kesamaan yakni sama-sama perguruan tinggi sebagai objeknya kajian. Penulis banyak memperbandingkan apa yang ditulis pada buku ini dengan apa yang penulis teliti yaitu Politeknik Negeri Medan.

Penulis juga menggunakan skripsi sarjana dari jurusan Ilmu Sejarah USU yang berjudul “Perkembangan Universitas HKBP Nomensen Sejak Berdiri Hingga Tahun 1975” (2005) skripsi dari Edy Simon Bardanty Damanik dan juga skripsi Rosmery H. Manullang yang berjudul “Perkembangan Universitas Simalungun dan Peranannya terhadap Masyarakat di Pematang Siantar (1964-1979)” (2004). Kedua judul skripsi ini memiliki kesamaan dengan yang telah diteliti penulis yakni sama-sama memiliki objek yang sama yaitu sejarah perguruan tinggi sehingga panulis dapat memperbandingkan hasil penelitian tersebut dengan hasil penelitian yang telah penulis lakukan.

Tinjauan pustaka ketiga yang digunakan penulis adalah buku karangan H. Basir Barthos dengan judul “Perguruan Tinggi Swasta di Indonesia: Proses Pendirian Penyelengaraan dan Ujian” (1992). Dalam buku ini dijelaskan selayang pandang perguruan tinggi di Indonesia dan berbagai bentuk perguruan tinggi yang ada di Indonesia dan yang menjadi fokus utama yakni politeknik. Bahwa politeknik memiliki tugas menyelenggarakan

(9)

pendidikan profesional. Juga dijelaskan secara umum mengenai organisasi politeknik, pimpinan politeknik, tugas direktur politeknik, tugas pembantu direktur politeknik dan berbagi penyelenggaraan yang ada di politeknik.

Selanjutnya penulis menggunakan buku karangan Sambas Wirakusumah, dkk., yang berjudul “Pendidikan Tinggi Indonesia Dalam Lintasan Waktu dan Peristiwa” (1980). Buku ini memaparkan mengenai hakekat pendidikan tinggi, juga menjelaskan mengenai sejarah pendidikan tinggi baik masa sebelum perang kemerdekaan dan pada masa kemerdekaan. Buku ini juga membahas perkembangan pendidikan tinggi di Indonesia serta jenis-jenis perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Buku ini sangat membantu penulis karena menjelaskan bagaimana pendidikan tinggi di Indonesia dengan kronologis waktu yang ada serta perkembangan yang terjadi di dalamnnya. Bahasa yang digunakan sangat mudah dicerna dan dipahami sehingga memudahkan penulis dalam penelitian ini.

Buku lainnya yang penulis pergunakan adalah buku karangan C. E. Beeby yang berjudul “Pendidikan di Indonesia: Penilaian dan Pedoman Perencanaan” (1980). Buku ini juga sangat membantu penulis dalam proses penulisan karena menguraikan hal-hal apa saja yang mempengaruhi tingkat seorang siswa untuk memilih sebuah perguruan tinggi dan nantinya berpengaruh terhadap jumlah mahasiswa di sebuah perguruan tinggi. Buku ini juga mengaitkan bagaimana kualitas sebuah perguruan tinggi berpengaruh kuat pada pilihan siswa sekolah menengah yang nantinya akan melanjut ke perguruan tinggi terutama melalui syarat-syarat penerimaan mahasiswa yang ditentukan suatu perguruan tinggi dan ini akan kelihatan pada para siswa dari metode belajar mereka terutama pada tahun-tahun terakhir di sekolah.

(10)

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau teknik yang dilakukan sebagai upaya memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip guna mewujudkan kebenaran dari suatu permasalahan yang ada. Penelitian yang dilakukan adalah penelitian sejarah (historis). Untuk mendapatkan hasil penulisan yang berdasarkan penelitian sejarah, maka penelitian ini diupayakan untuk membuat suatu tulisan sejarah (historiografi). Langkah-langkah yang ditempuh untuk menghasilkan tulisan sejarah ini adalah dengan mengikuti metode sejarah yang mencakup heuristik, kritik (meliputi kritik intern dan kritik ekstern), interpretasi dan

historiografi.11

Selain itu, dilakukan studi lapangan (field research) yakni wawancara dengan orang-orang yang terlibat langsung pada permasalahan. Wawancara dilakukan kepada para pegawai Politeknik Negeri Medan, tokoh-tokoh pendiri Politeknik Negeri Medan dan pimpinan lembaga lain yang dapat memberikan informasi terhadap penelitian ini. Melalui wawancara

Langkah pertama adalah heuristik, yaitu usaha untuk memilih objek dan mengumpulkan sumber atau informasi mengenai penelitian. Dalam melaksanakan langkah ini, penulis melakukan pengumpulan sumber melalui studi kepustakaan (library research), yaitu mengumpulkan sumber tertulis dalam bentuk buku-buku, jurnal, surat kabar. Bahan-bahan ini diperoleh dari perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU), perpustakaan Politeknik Negeri Medan (POLMED) dan arsip-arsip milik Politeknik Negeri Medan.

11

Louis Gotschalk, Mengerti Sejarah, Terjemahan Nugroho Notosusanto, Jakarta: UI Press, 1973, hal.18.

(11)

ini diperoleh sumber lisan yang dijadikan fakta untuk melakukan studi komparatif atau perbandingan dengan sumber tertulis sehingga data yang diperoleh sudah lebih akurat.

Langkah kedua adalah kritik. Kritik ini meliputi kritik intern dan kritik ekstern untuk menghasilkan data yang asli dan dipergunakan untuk menentukan keabsahan suatu data tersebut. Kritik intern yaitu pengujian atas keaslian isi data yang diperoleh, apakah data tersebut dapat dipercaya berdasarkan komposisi dan legalitas data tersebut. Kritik intern ini dilakukan dengan melihat jenis kertas yang digunakan, tinta tulisan dan angka-angka yang berupa tabel (statistik), sedangkan kritik ekstern dipergunakan untuk menilai sejauh mana tingkat objektifitas data-data tersebut. Hal ini menyangkut para penulis buku seperti yang disebutkan di atas, latar belakang para informan dan jabatan yang dimiliki para informan.

Langkah ketiga adalah interpretasi, pada tahapan ketiga ini data yang diperoleh dianalisis sehingga melahirkan suatu analisis yang sifatnya lebih objektif dan ilmiah dari objek yang diteliti. Data-data yang diperoleh merupakan perekat atau penghubung sumber dari satu sumber ke sumber yang lain. Pada tahap ketiga ini penulis telah memiliki konsep kerangka acuan atau gambaran untuk menuliskanya dalam bentuk tulisan.

Langkah keempat ialah historiografi atau penulisan sejarah, tahapan ini merupakan tahapan akhir yakni merangkum dan menuliskan seluruh hasil penelitian dan disajikan dalam bentuk karya ilmiah sejarah, sehingga menjadi tulisan yang menarik dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan neraca saldo biasanya dilakukan pada tiap-tiap akhir bulan atau pada akhir periode akuntasi. Saldo-saldo ini merupakan ringkasan dari akibat-akibat transaksi yang

Dari berbagai catatan sejarah yang ditemukan oleh para sarjana dapat ditarik benang merah bahwa kedatangan al-Raniry ke istana Aceh dan keluar dari istana Aceh

Implikatur dalam iklan berjudul Cek 123 (kartu data 004) adalah Ajakan Sule kepada pengguna OS untuk menggunakan kartu AS dan meninggalkan operator lain yang

Menimbang bahwa sesuai dengan permohonan Pemohon yang menyatakan perolehan suaranya di Daerah Pemilihan 2 Aceh Tenggara untuk Daerah Pemilihan Anggota Dewan

HI Terdapat hubungan yang signifikan antara kedinamikan dalaman pasukan maya dari segi kekerapan penggunaan media komunikasi pasukan (komunikasi bersemuka, panggilan

Akan tetapi dengan iklim Indonesia yang Tropis membuat cuaca kadang tak menentu, yoga pada ruangan terbuka menjadi sangat sulit jika terjadi perubahan cuaca

Peningkatan Produktivitas Kerajinan Seni Barongan Melalui Pemberdayaan Ibu-Ibu PKK dan Perkumpulan Pemuda Sawen (Perkasa) dengan Meningkatkan Pemasaran, Manajemen Organisasi

Surat Setoran Pajak Daerah untuk BPHTB, yang selanjutnya disingkat SSPD BPHTB, adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk untuk melakukan pembayaran atau penyetoran