• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

10

A. Penelitian Terdahulu

Pembahasan masalah nilai etika dalam kaitannya dengan naskah ADK menjadi topik penting yang selalu dibicarakan, karena masalah ini menyangkut falsafah akal manusia yang berdampak dalam kehidupan sesuai kaidah agama. Permasalahan ini sangat penting sehingga banyak pula penelitian yang telah dilakukan, dari banyaknya penelitian tersebut penulis hanya menyebutkan beberapa penelitian.

Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Wahdini (2015) Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga dengan judul penelitian

Peran Akal terhadap Tindakan Manusia dalam Pemikiran Imam Al Ghazali. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Imam Al Ghazali mengungkapkan akal di sini bukanlah suatu ego dari dalam diri seseorang. Namun, akal merupakan simbol penamaan dari empat unsur dalam mendapatkan sebuah pengetahuan dan keimanan yang akan mewujudkan tindakan kebenaran dan kebaikan. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Hal ini bisa diwujudkan dengan sebuah tindakan yang baik dan benar. Namun terkadang yang menjadi masalah adalah perbedaan cara bagaimana mewujudkan kebaikan dengan sebuah tindakan yang benar, sehingga terkadang bisa menimbulkan kesalahpahaman makna dari sebuah tindakan. Selain hal tadi suatu kebaikan itu bisa menjadi ketidakbenaran jika tidak tepat atau tidak sesuai dengan situasi, kondisi dan tempat tertentu. Untuk menyeragamkan bentuk daripada tindakan yang benar maka dibutuhkan

(2)

adanya sebuah norma-norma yang universal (rahmatan lil ‘alamin) untuk bisa menyelaraskan antara kebaikan dengan kebenaran, yaitu norma-norma agama yang sesuai dengan syarak. Dalam ranah tindakan ini Imam Al Ghazali membuat sebuah etika religius yang menempatkan akal sebagai alat pemberi informasi baik dari Allah Swt. terhadap iradah manusia sebelum mewujudkan tindakan.

Dalam penelitian tersebut, penulis menggunakan pendekatan filosofis dan termasuk penelitian kepustakaan (library research). Pendekatan filosofis di sini digunakan untuk mengeksplorasi pemikiran Imam Al Ghazali tentang akal dan peran daripada akal di dalam terwujudnya sebuah tindakan yang baik, benar dan terpuji. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan dapat disimpulkan bahwa apabila seseorang berpaling dari informasi baik dari akal dan lebih memilih informasi dari dorongan badan (syahwat), maka dirinya telah keluar dari kodrat kemanusiaannya karena telah menghilangkan akalnya sehingga tindakannya didasari dengan syahwatnya yang akan menimbulkan tindakan yang tidak baik. Jika demikian tidak ada bedanya dengan perilaku binatang atau telah turun pangkat dari kodrat jiwa rasional kepada jiwa sensitif dan dirinya telah gagal sebagai wakil Tuhan di bumi (khalifatullah fil ardhi). Seperti di zaman yang kian modern dan semakin kompleks ini dimana peluang-peluang untuk mendapatkan kebahagiaan materi semakin sempit maka akan mudah sekali menimbulkan tindakan jahat sebagai jalan pintasnya. Di sinilah seseorang harus berpegang teguh terhadap akalnya dalam setiap tindakannya.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Khambali Fitriyanto (2015) Fakultas Ushuluddin UIN Walisongo Semarang dengan judul penelitian Peran

(3)

menyebutkan bahwa peran akal menurut Muhammad Abduh terbagi menjadi enam bagian, antara lain sebagai berikut. Pertama, akal dapat mengetahui Tuhan dan sebahagian sifatnya. Kedua, akal dapat mengetahui kewajiban terhadap Tuhan. Ketiga, akal dapat mengetahui baik dan jahat. Keempat, akal dapat mengetahui kewajiban berbuat baik dan meninggalkan perbuatan jahat. Kelima, akal dapat mengetahui hidup akhirat. Keenam, akal dapat mengetahui hukum. Muhammad Abduh juga menjelaskan tentang konsep akal dalam menafsirkan Al Quran yaitu dengan menggunakan beberapa metode yang diimplementasikan berdasarkan akal, bahwa memandang surat Al Quran adalah satu kesatuan yang utuh, kandungan Al Quran bersifat umum dan berlaku sepanjang masa, Al Quran sumber utama pembentukan hukum, menentang dan memberantas taklid (kepercayaan kepada suatu pendapat ahli hukum yang sudah-sudah tanpa mengathui dasar atau alasannya; peniruan, menggunakan metode kritis dan ilmiah dalam membahas istimbath hukum, penggunaan otoritas akal dalam menafsirkan Al Quran, tidak merinci persoalan yang mubham, menolak gaya tafsir bi

al-Ma’tsur, dan memahami Al Quran dengan konteks kehidupan sosial.

Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Khafidi (2013) Program Pascasarjana IAIN Walisongo Semarang dalam judul penelitian Peran Akal dan

Qalb dalam Pendidikan Akhlak sebuah studi pemikiran Al Ghazali. Penelitian

tersebut bertujuan untuk menginterpretasikan konsepsi Al Ghazali tentang potensi akal dan qalb perannya terhadap pendidikan akhlak. Dalam rangka mencari tujuan tersebut peneliti mengumpulkan dan memadukan beberapa data yang sudah terkumpul berdasarkan proses penggambaran, pemaparan dan hasil interpretasi pemikiran Al Ghazali kemudian dianalisis dengan metode deskriptif analisis,

(4)

dengan pendekatan filosofis sehingga menghasilkan wacana yang kaya dan reflektif yang sangat perlu untuk mengisi khazanah wacana intelektual.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa Al Ghazali memadang akal dan qalb dari dua tinjauan yaitu fisik dan psikis, yang keduanya mempunyai wilayah sendiri-sendiri dalam aktualisasinya. Proses kerja akal lebih mengedepankan sisi realita empiris dan mengetahui secara terbatas. Dalam hal ini bukan berarti Al Ghazali menganggap remeh akal yang berupa fisik, karena di satu sisi akal fisik juga berperan menangkap dunia fenomena alam. sedangkan qalb berperan mengetahui hal-hal yang bersifat abstrak dan metafisik. Al Ghazali lebih menitik beratkan perhatiannya pada sisi pasikisnya atau ruhaniyahnya karena menurutnya keberadaan ruhaniyyah menjadi bagian paling vital dalam merubah dan membangun tatanan perilaku manusia. Hal ini karena ketika kedua potensi tersebut hanya dipandang dari aspek fisiknya saja merupakan permasalahan yang terkait erat dengan dunia medis dan mudah untuk diobati. Al Ghazali juga memposisikan kedua potensi tersebut pada tempat yang tinggi dalam perannya membentuk perilaku yang baik. Peranan akal sebagai yang merancang dan menentukan sedangkan hati sebagai pemutus apakah akan dilakukan atau tidak.

Al Ghazali berpendapat bahwa puncak kesempurnaan manusia ialah seimbangnya peran akal dan hati dalam membina ruh manusia. Jadi sasaran inti dari pendidikan adalah kesempurnaan akhlak manusia dengan cara membina ruhnya, sedangkan komponen pendukung sempurnanya insan ialah keseimbangan antara daya pikir (akal) dan daya rasa (qalb). Al Ghazali memberikan tamsil dengan menjelaskan orang yang menggunakan akalnya yang berlebih-lebihan tentu akan akal-akalan, sedang yang 'menganggurkannya' akan bodoh. Artinya,

(5)

harus seimbang dalam aktualisasinya. Jadi pendidikan dikatakan sukses membidik sasaran sekiranya mampu mencetak manusia yang berakhlak Al Karimah akal dan qalb kedua merupakan kemampuan dari dalam yang berperan dalam ranah humanistik, baik yang berupa daya kognisi, persepsi, dan lainnya dalam upaya membentuk tatanan akhlak yang baik, menjadi penting untuk diperhatikan adalah terbentuknya tatanan akhlak yang baik didasari dengan adanya empat daya yang dimiliki oleh manusia, yaitu kekuatan akal atau ilmu, kekuatan ghadhab, kekuatan syahwat, dan kekuatan adil. Keempat kekuatan tersebut akan memunculkan esensi yang berupa hikmah, syaja’ah, ‘iffah dan ‘adl. Kekuatan adillah yang mempunyai peran untuk mentralisir semua daya tersebut yang nantinya akan memunculkan perilaku yang baik. Akhlak yang dipaparkan oleh Al Ghazali pada dasarnya lebih terarah pada sisi ruhaniyah, meskipun ada dua esensi yang secara lafdhiyahnya berbeda, yaitu khalqu (lahir) dan khuluq (batin) namun pada tataran teoretis dan praktis keduanya tidak bisa bekerja sendiri-sendiri.

Pembahasan yang menarik dari teks ADK yaitu berisi tentang tingkatan akal yang dapat diketahui dari ukuran akal dari berapa panjang jengkal panjangnya, semakin panjang ukuran jengkal akal semakin memilki nilai etika yang baik terhadap sesama makhluk ataupun kepada Allah; keutamaan orang yang memilki akal dihapadan Allah; kemuliaan dan kelebihan orang yang memilki akal dan ilmu, sehingga dapat mempengaruhi baik buruknya perilaku manusia. Isi teks

ADK dikaitkan dengan unsur-unsur nilai etika yang dapat memberi relevansi

terhadap kehidupan manusia.

(6)

B. Landasan Teori

1. Konsep Etika

Ahmad Amin menjelaskan bahwa etika adalah suatu pengetahuan yang menjelaskan arti baik dan buruk, yang menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia di dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus diperbuat. Sedangkan objek kajian etika sebagaimana dikatakan oleh Ahmad Amin, adalah segala perbuatan yang timbul dari orang yang melakukan dengan ikhtiar dan sengaja, dan ia mengetahui waktu melakukannya apa yang ia perbuat. Inilah yang dapat kita beri hukum baik dan buruk, demikian juga segala perbuatan yang timbul tiada dengan kehendak, tetapi dapat diikhtiarkan penjagaan sewaktu sadar (Haris, 2010: 34-35).

Abdul Haris (2010:35) menjelaskan bahwa etika pada umumnya hanya dilihat dari sisi nilai baik-buruk, karena nilai baik itu dianggap pasti benar dan nilai buruk dianggap pasti salah, hal ini semakin jelas jika dikaitkan dengan etika religius, apa saja yang diperintahkan oleh Tuhan dianggap benar dan baik, sedangkan yang dilarang-Nya dianggap buruk dan salah.

Hamka menyebut etika dengan istilah akhlak atau ilmu budi pekerti. Istilah etika oleh Hamka terkadang disamakan juga degan istilah budi, sebagaimana dia mengatakan, “Filsafat mengatakan bahwasannya timbangan buruk dan baik adalah budi (etika).” (Haris, 2010:49)

Hamka juga memadankan istilah etika dengan istilah ilmu budi pekerti, budi, ilmu budi, akhlak dan ilmu akhlak. Ilmu budi pekerti adalah sebuah pengetahuan yang membahas masalah tabiat dan perbuatan manusia dari sisi baik

(7)

dan buruk. Ilmu budi adalah pengetahuan yang menyelidiki tentang karakter dan tabiat, tidak menyangkut perbuatan. Budi adalah ilmu budi atau etika, karena istilah etika sendiri dalam bahasa secara umum kadang dipergunakan sebagai padanan kata budi, budi pekerti, dan lain sebagainya. Sedangkan akhlak dan ilmu akhlak adalah pengetahuan yang membahas masalah laku perbutan baik buruk dari manusia (Haris, 2010: 50-51)

Hamka membagi etika menjadi beberapa unsur, yaitu sebagai berikut. 1. Etika Hamka

a. Etika dan Padanannya b. Adab

c. Tauhid sebagai Sumber Moral

d. Etika (Akhlak) dalam Struktur Ajaran Islam 2. Manusia Menurut Hamka

a. Hakikat Manusia

b. Potensi dan Daya Jiwa Manusia 3. Kebebasan dan Tanggung Jawab 4. Hak dan Kewajiban

5. Baik dan Buruk 6. Keutamaan Moral

a. Etika Keutamaan

b. Macam-macam Keutamaan 7. Kebahagiaan

(8)

2. Kerangka Pikir

Kerangka pikir merupakan gambaran atau garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian.

Teks Akal dan

Kelebihannya

Suntingan Teks

Akal dan Kelebihannya

Kajian Etika Teks

Akal dan Kelebihannya

Mengetahui unsur-unsur etika yang terkandung dalam tingakatan ilmu di dalam teks ADK, serta memberi relevansi terhadap kehidupan manusia.

Menyajikan suntingan yang baik dan benar, serta mendeskripsikan tentang

nilai-nilai etika apa saja yang terkandung dalam teks Akal dan

Kelebihannya.

1. Inventarisasi Naskah 2. Deskripsi Naskah 3. Kritik Teks 4. Suntingan 5. Daftar Kata Sukar

(9)

Teks yang dijadikan objek penelitian adalah teks Akal dan Kelebihannya. Langkah awal yang harus dilakukan adalah menyunting teks ADK, dengan adanya penyuntingan diharapkan dapat menghasilkan suntingan yang baik dan benar, baik dalam artian mudah dibaca karena sudah ditransliterasi dari huruf Arab Melayu ke dalam huruf Latin, benar dalam artian sudah dibenarkan dari kesalahan-kesalahan kecil dalam penyajiannya sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Setelah dilakukan penyuntingan, langkah kedua yaitu menganalisis isi teks dengan berlandaskan nilai-nilai etika yang terkandung di dalamnya.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dari itu diperoleh hasil persamaan regresi menunjukkan bahwa variabel Lingkungan Kerja (X1), Standar Operasional Prosedur (X2), dan Penjadwalan (X3)

Pendekatan kasus digunakan karena meneliti kaidah dan norma dasar yang digunakan dalam penanganan perkara pidana yang dilakukan oleh orang dengan gangguan jiwa..

Perawatan tali pusat adalah tindakan perawatan pada tali pusat bayi baru lahir sejak dipotongnya tali pusat sampai tali pusat puput atau kering dengan tujuan

Pembahasan : Pencernaan kimiawi terjadi di dalam rongga mulut, usus, dan lambung dengan  bantuan enzim tetapi protein pertama kali dicerna oleh lambung.. Enzim adalah suatu

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

Analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah pengendalian internal terhadap proses penggajian CV Genta Shamballa sudah sesuai dengan prinsip pengendalian internal yang

Massa Cabai Perwakktu pada Suhu 400C Grafik menunjukkan pengeringan dengan suhu 40°C hingga cabai dinyatakan kering dengan penurunan massa cabai kurang lebih seperempat