• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. peran utama dalam pengelolaan produksi. Dimana industri memiliki hubungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. peran utama dalam pengelolaan produksi. Dimana industri memiliki hubungan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri adalah pengelolaan produksi dari bahan mentah, bahan baku menjadi barang jadi dan menjadi nilai konsumsi bagi masyarakat. Industri tidak hanya menghasilkan produksi saja melainkan memiliki karyawan yang menjadi peran utama dalam pengelolaan produksi. Dimana industri memiliki hubungan industrial yang memiliki relasi dalam progresivitas suatu perusahaan yaitu dalam hubungan bipartit maupun tripartit yang adanya kerja sama antara dua pihak maupun tiga pihak dalam pelaksanaannya (Hery Nurdiyanto : 2016). Industri memiliki karyawan yang menjadi dominasi tinggi dalam pengelolaan produksi perusahaan. Dalam suatu perusahaan penting dalam implementasi prgram K3 hal ini sebagai alat pelindung karyawan jika terjadinya kecelekaan kerja, siap siaga, serta menyelesaikan masalah dalam kecelakaan kerja.

Kecelakaan kerja adalah faktor utama dalam bekerja, karena hal ini setiap perusahaan harus mengimplementasikan program kesehatan dan keselamatan kerja untuk siap siaga dalam menghadapi kercelakaan kerja karyawan disetiap bidangnya. Keputusan Menteri Tenaga kerja dan Transmigrasi RI No. 609 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyelesaian Kasus Kecelakaan Kerja menyebutkan kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi ditempat kerja, kecelakaan yang berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaannya. Kecelakaan ini terjadi pada saat melaksanakan pekerjaan dan terdapat kesalahan atau kecelakaan dalam melakukan pekerjaan. Kecelakaan kerja sering terjadi pada suatu perusahaan hal

(2)

2 ini sesuai dibidang yang karyawan kerjakan karena bahaya dari teknisi dalam pengelolaan produksi maupun adanya kesalahan dalam bekrja sehingga terjadniya kecelakaan. Dalam suatu perusahaan terjadinya kecelakaan jika adanya masalah fisik seperti halnya dengan peristiwa jatuh maupun dalam pelaksanaan teknisi bagian tubuh karyawan terkena mesin hal ini disebut dengan kecelakaan kerja Dari kecelekaan kerja yang terjadi program K3 sebagai alat guna menyelesaikan masalah kecelakaan kerja karena program K3 sangat penting diterapkan di setiap perusahaan hal ini sebagai kesejahteraan karyawan sehingga siap siaga jika terjadinya kecelakaan kerja dengan menerapkan komponen program K3 (Suryatri Darmiatun : 2015).

Program K3 adalah faktor khusus dalam kesejahteraan karyawaan pada saat melaksanakan pekerjaannya. Kesehatan dan keselamatan sangat penting diperhatikan karena memiliki tingkatan yang tinggi untuk keselamatan karyawan. Dalam suatu perusahaan harus wajib implementasikan kesehatan dan keselamatan kerja, karena jika terjadinya kecelakaan kerja memiliki aspek khusus untuk menanganinya. Kecelakaan kerja tidak hanya merugikan bagi karyawan melainkan juga merugikan perusahaan itu sendiri, pada dasarnya kemajuan perusahaan dilihat dari karyawannya. Jika karyawan memiliki produktivitas tinggi dalam pengelolaan produksi maupun dalam hal lainnya akan berpengaruh pada kemajuan dan produktivitas perusahaan. Begitu pula sebaliknya kecelekaan mengakibatkan penurunan produktivitas kerja karyawan karena diihat dari segi fisik maupun kesehatan tidak memungkinkan untuk bekerja. Sasaran dari kesehatan dan keselamatan kerja adalah untuk menangani manajemen resiko kecelakaan kerja sehingga memiliki tanggung jawab penuh pada karyawan di

(3)

3 perusahaan (Sepang Bryan : 2013). Kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting diperhatikan oleh setiap perusahaan. Karena jika tidak adanya program kesehatan dan keselamatan kerja akan menimbulkan dampak yang berbahaya bagi karyawan. Hal ini akan mengalami cedera tanpa adanya siap siaga yang tepat dalam penanganannya, dan hal tersebut jika terlambat dalam mengatasi kecelakaan kerja yang disebabkan oleh pekerjaan akan menyebabkan kematian pada karyawan. Oleh karena itu kesehatan dan keselamatan kerja sangat penting bagi karyawan sebagai alat pelindung kerja.

Contoh kasus di Indonesia setiap tahun ribuan kecelakaan terjadi di tempat kerja yang menimbulkan korban jiwa, kerusakan materi, dan gangguan produksi. Pada tahun 2007 menurut jamsostek tercatat 65.474 kecelakaan yang mengakibatkan 1.451 orang meninggal, 5.326 orang cacat tetap dan 58.697 orang cedera. Data kecelakaan tersebut mencakup seluruh perusahaan yang menjadi anggota jamsostek dengan jumlah peserta sekitar 7 juta orang atau sekitar 10% dari seluruh pekerja di Indonesia. Dengan demikian angka kecelakaan mencapai 930 kejadian untuk setiap 100.000 pekerja setiap tahun. Oleh karena itu jumlah kecelakaan keseluruhannya diperkirakan jauh lebih besar. Bahkan menurut penelitian world economic forum pada tahun 2006, angka kematian akibat kecelakaan di Indonesia mencapai 17-18 untuk setiap 100.000 pekerja (Bobby Kani : 2013).

Implementasi kesehatan dan keselamatan kerja sangat dibutuhkan disetiap industri karena memiliki relasi dengan karyawan. Relasi antara karyawan adalah untuk melindungi pada saat melaksanakan pekerjaannya hal ini untuk berjaga-jaga jika ada kecelakaan kerja yang dialami oleh karyawan implementasi kesehatan

(4)

4 dan keselamatan kerja sangat dibutuhkan dalam penyelesaiannya. Tidak hanya dibutuhkan pada keselamatan kerja implementasi K3 juga diperlukan pada ksehatan karyawan, hal ini berfungsi bagi karyawan jika adanya gangguan kesehatan akan langsung ditangani karena memiliki implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja sebagai pola perlindungan bagi karyawan. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan implementasi program yang diberikan oleh industri yang mencakup pada kegiatan karyawan, K3 tersendiri adalah sebagai wewenang bagi karyawan dalam melindungi karyawan dari kecelakaan kerja sebagai timbal balik perikemanusiaan agar karywan merasa aman, nyaman, sehat dan selamat saat melakukan pekerjaannya. Hal ini memiliki nilai tersendiri dalam implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja baik dari segi produktivitas kerja karyawan maupun faktor internal dan eksternal yang bekesinambungan dalam prgram kesehatan dan keselamatan kerja tersebut.

PT. Kutai Timber Indonesia hasil utama dalam produksinya yaitu mengolah kayu, dimana kayu tersebut diproduksi dan dibuat sesuai kebutuhannya. Pembagian kerja di PT. Kutai Timber Indonesia yaitu kroskat , planner , gainrab , vinger, molding , lamina, sander, terakhir pengecekan kayu, setelah itu dikirim keluar negeri. Dari bidang-bidang tersebut memungkinkan adanya kecelakaan kerja karena dalam pelaksanaan produksi terdapat faktor yang berbahaya pada saat mengolah kayu menjadi barang untuk dikirim diluar negeri maupun didalam negeri. Sehingga dalam pengelolaan produksi dibutuhkan implementasi K3 untuk kesiapsiagaan industri jika mengalami kecelakaan kerja yang pada bidang kerjakannya. PT. Kutai Timber Indonesia adalah industri plywood terbesar di Probolinggo hal ini memiliki tingkatan produksi bahaya yang tinggi dalam

(5)

5 pengelolaan produksinya sehingga program K3 yang ada di PT. KTI berperan penting sebagai alat pelindung kerja karyawan dalam mengatasi masalah kecelakaan kerja.

PT. Kutai Timber Indonesia kecelekaan kerja yang terjadi seperti halnya dengan pada saat melakukan pekrjaan di teknisi ada yang tergores tanganya, terkena pisau rotary, trejepit mesin, terjatuh, terpeleset, tertimpa log kayu dan tersandung. Kecelakaan kerja yang terjadi kecelakaan kerja sedang pada tahun 2016 terdapat kecelakaan kerja sebanyak 43 kejadian, di tahun 2017 terdapat 46 kecelakaan kerja, 2018 sekitar 25 kecelakaan kerja dan di tahun 2019 terdapat 17 kecelakaan kerja. Dari tahun ke tahun di PT. Kutai Timber Indonesia mengalami kenaikan pada tahun 2016 sampai 2017, yiatu pada tahun 2-16 jumlah kecelakaan kerja terdapat 43 kecelakaan sedangkan pada tahun 2017 terjadinya 46 kcelakaan kerja. Sedangkan di tahun 2018 hingga 2019 mengalami penurunan terjadinya kecelakaan kerja yaitu jumlah pada tahun 2018 terdapat 25 kecelakaan kerja sedangan ditahun 2019 mengalami penurunan yaitu terdapat 17 kecelakaan kerja yang terjadi. Dari kecelakaan kerja yang terjadi PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo memiliki penerapan terhadap program K3 guna sebagai siap siaga jika terjadinya kecelakaan kerja dan mengurangi kecelakaan kerja yaitu adanya program tentang pelatihan evakuasi tanggap darurat, pelatihan penggunaan APAR, safety induction tentang keselamatan dan kesehatan kerja, program tentang SOP, pengenalan tentang HIRAX.

Program K3 di PT. KTI tersebut memberikan manfaat khusus bagi karyawan yaitu sebagai kesejahteraan karyawan pada saat melaksanakan kerja sehingga dapat mengatasi kecelakaan kerja serta kesiap siagaannya. Dalam hal ini

(6)

6 peneliti mengangkat judul tentang “Konstruksi Sosial Karyawan Terhadap program K3 di PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo”. Dari judul tersebut dimana peneliti ingin melihat dari pemahaman karyawan terhadap program K3 sebagai alat pelindung keselamatan kerjad dan bagaimana konstruksi sosial karyawan terhadap program K3 di PT. Kutai Timber Indonesia. Program k3 adalah salah satu alat sebagai pelindung kerja karyawan, dalam konstruksi sosial karyawan melihat program K3 adanya perbedaan satu sama lain, perbedaan tersebut dilihat dari beberapa bidang karyawan dalam profesinya yaitu dari sudut pandang karyawan dalam bidang produksi dan divisi program K3 sendiri. Program K3 memiliki makna dan penialaian dalam setiap individu yaitu konstruksi sosial dalam melihat suatu realitas yang pernah dialami dalam pengalamannya.

Apabila dilihat dari sudut pandang teori Konstruksi Sosial oleh Peter L. Berger, konstruksi sosial memiliki 3 proses tahapan yaitu eksternalisasi , objektivasi, dan internalisasi. Dalam tahap eksternalisasi jika dikaitkan dalam program K3 memiliki konstruksi sosial dalam tahap awal atau adaptasi. Yaitu tahapan dimana karyawan beradaptasi dengan dunia sosio-kultural artinya karyawan beradaptasi dengan dunia kerja terhadap program K3 dari hasil internalisasi yang didapat pada tahap awal. Setelah tahap eksternalisasi adanya tahap objektivasi yaitu interaksi sosial antar karyawan terhadap program K3 hal ini adanya tanggapan dan opini yang berbeda tentang Program K3 sehingga adanya onjek yang dikonstruksi dalam interaksi sosial akan menjadi subjek dalam kesadaran diri. Tahapa terakhir yaitu internalisasi tahap awal dimana pemahaman pertama individu mendapatkan suatu pengetahuan dari proses sosialisasi primer maupun sekunder.

(7)

7 Program kehatan dan keselamatan kerja (K3) ini sangat penting diterapkan atau diimplementasikan khususnya pada perusahaan yang memiliki tingkat produksi tinggi dan memiliki nilai yang tinggi dalam keselamatan kerja maupun kesehatan kerja yang dilakukannya. Program kesehatan dan keselamatan kerja yang harus dimiliki oleh setiap perusahaan untuk perlindungan bagi karyawan agar karyawan dapat merasa aman, nyaman, sehat, dan selamat dalam melakukan pekerjaan. Kemajuan perusahaan dilihat dari kontribusi suatu karyawan yang memiliki nilai tinggi dalam melakukan pekerjaannya. Dari implementasi kesehatan dan keselamatan kerja karyawan adanya konstruksi sosial masyarakat yang terjadi pada suatu realitas dan fenomena yang terjadi dalam implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja. Konstruksi sosial karyawan dalam pemikirannya dan memberikan suatu penilaian yang terdapat intersubjektif pada konstruksi sosial tersebut. Dimana konstruksi sosial karyawan terhadap program K3 memiliki makna berbeda-beda setiap individu sehingga peneliti ingin mengetahui bagaiamana konstruksi sosial karyawan terhadap program K3 di PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo.

1.2 Rumusan Masalah

Bagimana konstruksi sosial karyawan terhadap program K3 di PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui konstruksi sosial karyawan terhadap program K3 di PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo

(8)

8 1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan atau teori tentang konstruksi realitas sosial oleh Peter L. Berger. Teori konstruksi realitas sosial berhubungan dengan penelitian yang akan dikaji tentang konstruksi sosial karyawan terhadap implementasi program K3 di PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo. Teori ini fokus konstruksi sosial dan implikasinya pada suatu realitas. Setiap individu memiliki konstruksi sosial yang berbeda satu sama lain sesuai dari pengelaman pada suatu realitas sosial.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada :

a. Bagi peneliti selanjutnya : dapat menjadikan referensi bagi peneliti selanjutnya dengan tema serupa, sehingga dapat memberikan informasi bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian tentang implementasi program kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

b. Masyarakat : Memberikan informasi tentang program K3 dimana program K3 ini sebagai alat pelindung dalam karyawan. Hal ini memberikan pengetahuan dan informasi bagi masyarakat dalam melaksanakan pekerjaan pada suatu perusahaan maupun pekerjaan proyek, dll. Memiliki program K3 sebagai alat pelindung karyawan.

(9)

9 1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Konstruksi Sosial

Konstruksi sosial adalah penilaian dan pemikiran seseorang dalam mengungkapkan suatu fenomena atau realitas kehidupannya. Konrtruksi sosial merupakan pemikiran seseorang yang memiliki proses dan pencernaan, pemaknaan dalam pemikiran maupun penilaian yang diberikan pada suatu fenomena, dari pengalaman, maupun realitas sosial. Pemikiran seseorang memiliki proses dalam mencakup semua fenomena dilihat dari 3 aspek dalam konstruksi sosial yaitu dilihat dari aspek eksternalisasi, internaslisasi, dan objektivasi (Rizka Pratiwi : 2015).

1.5.2 Karyawan

Karyawan adalah seorang tenaga kerja yang bekerja dibawah naungan organisasi maupun perusahaan yang didasari pada bidang-bidang yang telah ditentukan oleh pemimpin perusahaan atau organisasi sesuai dari skill, potensi, pengalaman kerja dll. Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dalam pasal 1 ayat 3 menyebutkan bahwa pekerja/buruh adalah seseoarang yang bekerja sesuai bidang yang telah ditentukan dan hasil dari pekerjaannya tersebut akan mendapatkan gaji (Mallu : 2015).

1.5.3 Program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan implementasi program yang diberikan oleh industri yang mencakup pada kegiatan karyawan, K3 tersendiri adalah sebagai wewenang bagi karyawan dalam melindungi karyawan dari

(10)

10 kecelakaan kerja sebagai timbal balik perikemanusiaan agar karywan merasa aman, nyaman, sehat dan selamat saat melakukan pekerjaannya (Soputan : 2014).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian ini dalam data bersifat narasi tidak terdapat angka-angka yang ada, melainkan penelitian ini menggunakan kata kata atau gambaran yang bersifat narasi deskriptif. Data penelitian tersebut terkumpul atau didapat dengan cara pengumpulan data agar mendapatkan data yang lengkap, dimana pengumpulan data tersebut yaitu dengan cara (wawancara, observasi, dokumentasi, dan rekaman), data penelitian terkumpul karena teknik pengumpulan data tersebut (Miles Huberman : 1992). Setelah semua data terkumpul atau didapat tahap selanjutnya yaitu menyelesaikannya dengan cara mengetik dan menyunting suatu data tersebut agar dapat disajikan dalam suatu laporan penelitian. Data tersebut yang dibuat dalam laporan penelitian bersifat narasi atau deskriptif (menggambarkan) informasi yang telah diperoleh dari teknik pengumpulan data di lapangan.

Alasan dipilihnya pendekatan deskriptif karena dalam penelitian “Konstruksi sosial karyawant terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo” menggunakan sifat narasi sehingga mengupas semua informasi dari narasumber bagaimana konstruksi social karyawan terhadap program K3. Dimana mengkaji tentang konstruksi sosial terhadap program K3 data yang diperolah dari wawancara, observasi, dan

(11)

11 dokumentasi bersifat narasi deskriptif (menggambarkan) informasi yang diperoleh dalam hasil penelitian.

1.6.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam meneliti tentang konstruksi sosial karyawan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo menggunakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah mendiskripsikan atau menggambarkan situasi dengan jelas dan aktual dalam mengkaji fenomena dengan jelas dan faktual. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang mengkaji suatu fenomena, karakteristik dengan jelas dan akurat dalam mengkaji data yang diperoleh. Studi deskriptif adalah jenis penelitian untuk menemukan suatu makna yang akan diteliti, menjelaskan kondisi keberadaan, menemukan kemunculan frekuensi baru maupun frekuensi yang kan dicari dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fenomena dalam situasi tersebut (Sudarwan : 2003).

1.6.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di PT. Kutai Timber Indonesia. PT. Kutai Timber Indonesia adalah industri terbesar di Kota probolinggo yang menghasilkan produk kayu sebagai penghasil utamanya. Industri ini terletak di Jl. Tanjung Baru Mayangan Probolinggo Jawa Timur, tepatnya industri ini terletak berdekatan dengan pelabuhan Kota Probolinggo. Alasan meneliti di industri PT. Kutai Timber Indonesia karena sebagai industri terbesar di Probolinggo dan produksi utamanya kayu dan menggunakan teknisi yang memiliki tingkat bahaya sehingga Program K3 sangat berperan penting dalam pengelolaan produksi di PT. Kutai

(12)

12 Timber Indonesia Proboinggo. Dari alasan tersebut ingin mengetahui bagaimana konstruksi sosial karyawan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) pada industri PT. Kutai Timber Indonesia di Probolinggo. Ingin mengetahui lebih dalam bagaimana konstruksi sosial karyawan terhadap program K3 yang diberikan karena hal ini sangat penting untuk diimplementasikan terutama produksi utamanya adalah kayu diamna menggunakan mesin yang sangat berbahaya dalam pengelolaannya. Oleh karena itu dari industri yang terbesar di Probolinggo memiliki nilai produksi yang tinggi harus dibutuhkan program K3 untuk mengawasi, mengontrol dan bertanggung jawab terhadap karyawan jika terjadinya kecelakaan kerja dalam peleksanaannya.

1.6.4 Teknik Penentuan Subjek

Teknik penentuan subjek ini menggunakan prinsip purposive, mengapa memilih prinsip purposive. Karena prinsip purposive adalah dimana sesorang dalam melakukan penelitiannya tahu atau telah ditentukan siapa yang akan dibuat subjek atau informan, atau dimana seseorang telah menentukan siapa yang akan dijadikan subjek. Sampling ini adalah menentukan caranya dengan ditentukan atau siapa yang ingin di wawanacarai sesuai dengan penelitiannya. Seseorang menentukan kunci informan yang bersangkutan dengan apa yang ingin di teliti. Sehingga peneliti langsung menunjuk siapa yang akan dijadikan subjek atau informan dalam penelitiannya (Wiharyanto : 2013).

Peneliti menggunakan purposive sampling karena menentukan sendiri siapa yang akan menjadi subjek dalam penelitian yang berjudul “Konstruksi sosial karyawan terhadap program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) di PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo” karena dalam penelitian ini terdapat titik fokus

(13)

13 dalam subjeknya yaitu menentukan subjek yang memenuhi kriteria dalam menemukan infomrasi pada data lapangan maupun untuk diwawancarai. Peneliti menentukan subjek yang berhubungan langsung dengan menentukan kriteria-kriteria tersebut sebagai berikut :

1. Karyawan di Divisi Program K3 a. 3 Karyawan dari divisi K3 b. Bidang penempatan di Produksi 1

c. Tugas HIRAC, Safety Induction, dan KYT

d. Karena dibidang produksi 1 harus memaksimalkan dalam tugasnya. Tugas dalam bidang produksi 1 adalah kunci utama dalam kesiapsiagaan dan mencegah kecelakaan kerja.

e. Bidang Produksi 1 sebagai pemecahan masalah, menganalisis masalah kecelakaan, memprediksi baaya, serta manajemen kecelakaan kerja.

2. Karyawan PT. Kutai Timber Indonesia di bidang produksi. a. 3 karyawan dari bidang produksi

b. Bagian teknisi yaitu crosscut, mesin rotary, mesin glue spreader. c. Bidang produksi memiliki potensi bahaya yang tinggi dalam

bagian tugasnya.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara

Wawancara adalah sebagai teknik pengumpulan data guna mendapatkan informasi dan data dari informan atau subjek tentang penelitian kita, wawancara

(14)

14 digunakan sebagai pengumpulan data untuk mencari suatu informasi yang belum didapat dari data sebelumnya, wawancara dilakukan secara mendalam. Wawancara berfungsi untuk memberikan data yang lengkap dalam suatu subjek atau informan, sehingga dalam penelitian ini menggunakan wawancara terstruktur dan mendalam, sehingga apa saja yang ingin ditanyakan seputar penelitian, akan terekam dalam pertanyaan tersebut, dengan menggunakan pertanyaan yang sedetail mungkin, sehingga informan tidak mengalami kebingungan dalam menjawabnya.

Wawancara yang dilakukan oleh peneliti adalah wawancara terstruktur peneliti membuat daftar pertanyaan secara terstruktur, sehingga dalam proses wawancara dengan subjek dilakukan mengikuti daftar wawancara yang telah dibuat. Wawancara terstruktur digunakan karena dengan judul penelitian tentang “Konstruksi sosial karyawan terhadap program K3 di PT. Kutai Timber Indonesia” Pihak yang akan diwawancarai bersifat formal sehingga peneliti menggunakan wawancara terstruktur yang telah disipakan dari awal dan dibuat daftar wawancara yang akan ditanyakan kepaa subjek tersebut. Wawancara yang dilakukan yaitu sesuai tiitik fokus yang akan dikaji yaitu tentang program K3 di PT. Kuta Timber Indonesia Probolinggo serta kajian tentang konstruksi sosial, dimana wawancara bagaimana konstruksi sosial karyawan terhadap program K3 di PT. KTI Probolinggo dengan dikaitkan dengan teori Peter L. Berger sehingga wawancara yang dilakukan sesuai dengan tahapan konstruksi sosial Peter L. Berger yaitu eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi.

Wawancara yang dilakukan adalah bersifat mendalam dengan kata lain the dept interview. Wawancara mendalam dengan sistem terstruktur, peneliti

(15)

15 mengupas semua informasi dari sebjek dengan pertanyaan yang sedemikian rupa untuk mendapatkan informasi yang detail, lengkap, dan jelas. Dalam pembuatan daftar wawancara bersifat terstruktur peneliti membuat dengan begitu jelas sehingga wawancara yang digunakan yaitu bersifat mendalam dengan mengupas semua informasi dari pihak Industri PT. Kutai Timber Indonesia di bidang K3, karyawan dengan sistem terstruktur dalam proses wawancara.

b. Observasi

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi karena dengan wawancara tidak cukup, peneliti harus terjun langsung kelapangan bagimana program kesehatan dan keselamatan kerja, bagaimana peraturan yang diterapkan dalam program K3, bagaimana tempat pengelolaan produksi di PT. Kutai Tmber Indonesia karena industri ini adalah pegeolahan kayu sehingga teknisi yang digunakan memiliki tingkat bahaya dalam pengelolaannya. Peneliti dapat melihat jenis pekerjan yang ada di Industri PT. Kutai Tmber Indonesia dari sistem kerja yang menghasilkan produksi, sistem kerja pengawasan, serta sistem kerja seperti halnya dengan manager dll. Dalam kebutuhan tenaga kerja yang banyak guna memproduksi hal utamanya yaitu plywood. Sehingga peneliti akan mendapatkan data lapangan dari hasil observasi yang dilakukan.

Observasi yang digunakan yaitu observsi sistematik dan partisipasi. Pertama observasi sistematik, jadi peneliti dalam melakukan observasi dilapangan membuat sistematika terlebih dahulu atau membuat kerangka terlebih dahulu. Maknanya peneliti sebelum terjun kelapangan membuat sistematika terlebih dahulu, sehingga membuat perincian apa yang akan diamata dalam bentu

(16)

16 sistematika. Observasi adalah suatu pengamatan di tempat yang akan kita teliti, dalam observasi ini kita dapat mengetahui secara langsung di tempat kejadian atau tempat yang akan kita teliti. Dalam suatu observasi kita akan berbaur dengan orang-orang dan mengikuti semua kegiatan agar mendapatkan data dan keabsahan data yang memungkinkan. Dalam Observasi menggunakan sistem pencatatan, rekaman, dan oengamatan di tempat yang akan kita teliti tersebut. Observasi berguna untuk mendapatkan data yang kurang pada saat kita wawancara sehingga dalam suatu observasi apa yang kita amati bersifat real atau nyata, tanpa ada manipulasi didalamnya, karena dalam observasi semua bersifat alami apa yang kita amati sangat bersifat alamiah atau naturalistik.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yang dilakukan peneliti dalam bentuk foto yaitu tentang komponen program K3 di PT. Kutai Timber Indonesia serta arsip dokumen tentang Program K3. Dokumentasi adalah suatu surat surat penting untuk dijadikan dokumentasi dalam sebuah penelitian atau sebagai keabsahan data dalam suatu penelitian untun dibuat sebagai bukti bahwa dalam penelitian ini adalah real. Dokumentasi dilakukan untuk memperkuat hasil penelitian dan memperkuat data yang akan kita teliti, sehingga karen adanya dokumentasi sebagai bukti dalam hasil penelitian yang akan diteliti.

1.6.6 Teknik Analisis Data

Model analisis data yang digunakan adalah model interaktif Miles, Huberman, dan Saldana (2014) sebagai berikut :

(17)

17 a. Kondensasi data

Kondensasi data yaitu proses pemilihan dan memfokuskan dan mentransformasikan data yang mendekati keseluruhan bagian dari catatan lapangan secara tertulis transkrip wawancara, dokumen-dokumen, dan materi-materi empiris. Kondensasi data adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara dan mendapatkan data tertulis dari lapangan dan nantinya transkrip wawancara, pada observasi, dan dokumentasi tersebut dipilih untuk mendapatkan fokus penelitian yang dibutuhkan oleh peneliti.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan sebuah pengorganisasian, penyatuan, dan informasi yang disimpulkan. Penyajian data membantu dalam memahami konteks penelitian karena melakukan analisis yang lebih mendalam.

c. Penarikan Kesimpulan

Data yang diperoleh dari subjek dan informan tersebut ditarik kesimpulannya, sehingga data yang diperoleh tahu apa hasil dari penelitian tersebut. penarikan kesimpulan ini merupakan hasil dari penelitian pada informan tersebut dan menambahkan hubungan dari sebab akibat pada data tersebut.

1.6.7 Validitas Data

Validitas data adalah suatu data dari penelitian yang dilakukan dan akan mendapatkan hasil penelitian dari data tersebut yang telah dilaporkan oleh peneliti dimana komponen Teknik Validits Data yaitu :

(18)

18 a. Teknik Trianggulasi antar sumber data, teknik pengumpulan data, dan dalam pengumpulan data melakukan penelitian ini, peneliti

berkontibusi untuk mendapatkan partner untuk melakukan

penelitiannya tersebut. Dimana partner peneliti ini membantu dalam hal mendapatkan informasi yang detail terhadap warga-warga yang bersangkutan dengan penelitiannya pada suatu wilayah tersebut, partner dalam peneliti membantu dalam mendapatkan informasi yang mendalam setelah warga diberikan penjelasan tentang penelitian yang akan dimintai jawaban dari warga tersebut.

b. Pengecekan kebenaran informasi, dalam melakukan pengambilan data dar informan maupun subjek, dalam data tersebut kita cek kembali atau melihat embali apakan data tersebut telah mencakup dar penelitian kita atau tidak, dan apakah data tersebut akuratm jelas dan praktis.

Sehingga dalam pengecekan data tersebut akan diketahui

kebenarannya.

c. Perpanjangan waktu penelitian, cara ini dilakukan untuk menambah waktu dalam melakukan penelitian, seingga dalam suatu penelitian kita dapat mengoreksi terlebih dahulu atau mengecek terlebih dahulu apakah data yang kita dapatkan akurat, jelas, dan praktis (Ningrum : 2015).

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bidang biologi muncul suatu permasalahan yaitu ingin mengetahui suatu individu yang unggul dari beberapa generasi jika dilakukan perkawinan secara kontinyu

(2) Dalam rangka melaksanakan fungsi verifikasi sebagaimana dimaksud pada pasal 35, Komda Masyarakat Adat berwenang menerima pendaftaran, melakukan verifikasi

Peserta Jamkesda adalah masyarakat hasil verifikasi dan validasi berbasis Basis Data Terpadu Kementerian Sosial Republik Indonesia serta masyarakat lainnya yang

Dengan mengkaji kedua pendapat tersebut di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa yang disebut dengan asesmen adalah upaya formal yang sistematis dilakukan oleh

Pada penelitian ini dilakukan pemanfaatan ampas inti sawit ( Palm Kernel Mill / PKM ) yang mengandung 48% karbohidrat untuk menggantikan glukosa dalam media fermentasi

Usulan Penelitian Ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyusun Skripsi S1.

Disamping itu, terdapat berbagai hambatan yang menyebabkan Knowledge Management menjadi sulit untuk dapat diimplementasikan pada UKM, yaitu tidak adanya alat yang

[r]