• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN TEKNOLOGI DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI DENGAN PENDEKATAN PTT DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROVINSI JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN TEKNOLOGI DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI DENGAN PENDEKATAN PTT DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROVINSI JAMBI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN TEKNOLOGI DAN PRODUKTIVITAS KEDELAI

DENGAN PENDEKATAN PTT DI LAHAN SAWAH IRIGASI

PROVINSI JAMBI

Endrizal, Rima P dan Jumakir Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

Jln. Samarinda Paal V Kotabaru Jambi

e-mail: jumakirvilla@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pengkajian ini bertujuan untuk mengkaji keragaan teknologi dan produktivitas kedelai di lahan sawah irigasi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi. Pengkajian dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2013 menggunakan varietas Anjasmoro dengan luas tanam 1,5 ha. Hasil pengkajian menunjukkan produktivitas kedelai petani rata-rata 1,0–1,3 t/ha. Penerapan inovasi teknologi dengan pende-katan PTT dapat meningkatkan produktivitas kedelai. Varietas Anjasmoro mampu memberikan hasil 1,80 t/ha dan dapat meningkatkan produktivitas sebesar 0,5–0,7 t/ha. Hasil analisis tani menunjukkan bahwa penerimaan diperoleh sebesar Rp10.800.000 dengan biaya usaha-tani Rp5.780.000, maka pendapatan Rp5.020.000 dengan R/C ratio 1,87.

Kata kunci: kedelai, teknologi PTT, produktivitas, lahan sawah irigasi.

ABSTRACT

Performance of technology and soybean productivity through Integrated Crop Management (ICM) approach in irrigated land, Province Jambi. The study aims to assessment at the variability of technology and productivity of soybean crops in irrigated land through integrated crop management (ICM) in West Tanjung Jabung District, Jambi. The assessment conducted in June 2013, Anjasmoro varieties and planting area of 1,5 ha. Study showed an average productivity of soybean is 1,0 to 1,3 t/ha. Application of technological innovation with ICM approach can improve the productivity of soybean. Anjasmoro varieties capable of giving results of 1,80 t/ha and can increase productivity by 0,5–0,7 t/ha. Revenue obtained of Rp10.800.000 and cost of Rp5.780.000 soybean revenue obtained is Rp5.020.000 with R/C ratio of 1,87.

Keywords: soybean, ICM technology, productivity, low land irrigation

PENDAHULUAN

Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan yang murah dan bergizi. Kebutuhan akan kedelai terus meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan meningkatnya laju per-tumbuhan penduduk dan kesadaran masyarakat akan gizi makanan. Kedelai merupakan bahan makanan yang mengandung protein tinggi, rendah kolesterol dan harga terjangkau (Departemen Pertanian 2007).

Provinsi Jambi dengan luas wilayah 5,1 juta hektar terdiri dari lahan kering seluas 2,65 juta ha dan lahan pertanian tanaman pangan seluas 352.410 ha. Berdasarkan identifikasi dan karakterisasi AEZ terdapat kurang lebih 1.380.700 ha lahan kering untuk lahan per-tanian yang sesuai untuk pengembangan tanaman padi gogo, jagung, dan palawija, sedangkan lahan yang sesuai untuk tanaman padi sawah 246.482 ha. Tanaman padi dan

(2)

palawija merupakan komoditas penting di Provinsi Jambi sehingga menjadi prioritas dalam menunjang program pertanian (Busyra et al. 2000). Tanaman pangan yang diusa-hakan selain padi adalah tanaman palawija khususnya kedelai. Produktivitasnya di tingkat petani relatif masih rendah yaitu rata-rata kurang dari 1 t/ha (Jumakir dan Endrizal 2003). Hasil survei kegiatan ex-ante di Kabn Tanjung Jabung Timur Provinsi Jambi tahun 2007 yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi menunjukkan bahwa produktivitas kedelai di tingkat petani tergolong rendah, yaitu antara 0,7–1,3 t/ha.

Rendahnya produktivitas kedelai di Provinsi Jambi disebabkan oleh ketersediaan benih bermutu terbatas, waktu tanam, kekeringan/tata air, pemupukan, hama penyakit, pasca panen, dan harga (Jumakir dan Endrizal 2003; Taufiq et al. 2007). Besarnya keragaman pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai disebabkan oleh beragamnya kualitas benih dan varietas yang ditanam, waktu tanam, penyiapan lahan sebelum tanam, pemeliharaan tanaman, pengendalian hama penyakit, pengelolaan air pengairan, dan tingkat kesuburan lahan (Adisarwanto et al. 1997).

Badan Litbang Pertanian telah menghasilkan dan mengembangkan inovasi teknologi dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai dan efisiensi input produksi (Deptan 2008). Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi (Balitkabi) telah merakit tek-nologi produksi kedelai yang lebih hemat input untuk lahan pasang surut, lahan sawah, dan lahan kering sehingga diharapkan akan meningkatkan keuntungan usahatani. Dengan penggunanan varietas unggul baru yang adaptif dan teknologi budidaya yang tepat, di antaranya pemupukan, ameliorasi, dan penggunaan pupuk kandang, hasil kedelai di lahan sawah dan lahan kering masam dapat mencapai lebih dari 2,0 t/ha (Balitkabi 2007).

Salah satu kawasan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (m-P3MI) Provinsi Jambi terletak di Desa Sri Agung, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat dengan komoditas unggulan padi dan kedelai dengan pola tanam padi–padi–kedelai. Program pengembangan dan peningkatan produktivitas kedelai di Jambi diarahkan pada intensifikasi melalui pendekatan PTT. Salah satu kegiatan m-P3MI adalah mengintroduksikan dan memasyarakatkan teknologi budidaya kedelai dengan pen-dekatan PTT dalam bentuk pengkajian. Peluang peningkatan produksi kedelai masih cukup besar melalui intensifikasi penerapan teknologi budidaya kedelai melalui PTT.

Pengkajian ini bertujuan untuk melihat keragaan teknologi dan produktivitas kedelai di lahan sawah irigasi melalui pengelolaan tanaman terpadu (PTT) di Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi.

METODOLOGI

Pengkajian dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sri Agung, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi pada MK 2013. Lokasi pengka-jian dipilih oleh tim dari BPTP Jambi, Dinas Pertanian Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan PPL dengan pendekatan pemahaman pedesaan dalam waktu singkat PRA (Participa-tory Rapid Appraisal). Pendekatan ini digunakan untuk menghasilkan informasi tentang biofisik lahan, kondisi petani, keragaan dan kebutuhan teknologi kedelai, sistem pema-saran, penyediaan saprodi, dan faktor pendukung lainnya.

(3)

duksikan dan memasyarakatkan teknologi budidaya kedelai dengan pendekatan PTT. Pengkajian diawali dengan sosialisasi dan base line study m-P3MI, termasuk rencana pengkajian PTT kedelai yang diikuti oleh petani/kelompok tani, aparat desa, PPL, BP3K, dan peneliti. Komponen teknologi PTT kedelai yang diterapkan di lokasi pengkajian tertera pada Tabel 1.

Tabel 1. Komponen teknologi PTT kedelai di lahan sawah irigasi Desa Sri Agung Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi.

No. Komponen teknologi PTT

1. Pengolahan tanah Tanpa olah tanah (TOT)

2. Benih Berlabel/bermutu ( 40kg/ha )

3. Saluran drainase 3–4 m

4. Sistem tanam Tugal

5. Jarak tanam 40 x 15 cm

6. Varietas Anjasmoro

7. Pupuk organik Pupuk kandang 1,0 t/ha

8. Dolomit 300 kg/ha

9. Pupuk anorganik (kg/ha)

- Urea 50

- SP36 100

- KCl 50

10. Pengendalian OPT Penerapan PHT

Teknologi untuk meningkatkan produktivitas usahatani kedelai dengan pendekatan PTT yaitu benih berlabel/bermutu, varietas unggul baru Anjasmoro, jarak tanam 40 x 15 cm, pupuk urea, SP36, KCl, pupuk kandang dan dolomit (Tabel 1). Kebutuhan benih 40 kg/ha, penyiapan lahan setelah padi dengan sistem tanpa olah tanah (TOT) dan dibuat saluran drainase setiap 3 m, dua biji/lubang, penyiangan gulma dua kali dan disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pembuatan/perbaikan saluran kemalir untuk pengaturan tata air agar tidak terjadi genangan dan untuk pencucian dari unsur yang meracuni tanaman. Pemupukan dilakukan secara larikan 5–7 cm disamping tanaman dan dilakukan penutu-pan dengan tanah, sedangkan lubang tanam yang sudah diisi benih kedelai ditutup dengan campuran pupuk kandang dan dolomit. Pengendalian OPT dilakukan dengan sistem PHT.

Parameter yang diamati meliputi aspek agronomis yaitu: 1) keragaan tanaman kedelai pada fase vegetatif dan fase generatif, 2) tinggi tanaman, 3) jumlah cabang, 4) jumlah polong isi, 5) jumlah polong hampa, dan 6) hasil. Analisis usahatani meliputi: 1) penggu-naan sarana produksi, 2) penggupenggu-naan tenaga kerja, dan 3) tingkat efisiensi usahatani dengan analisis finansial R/C ratio. Analisis data dilakukan dengan analisis finansial untuk mengetahui tingkat kelayakan usahatani kedelai. Analisis yang digunakan adalah analisis penerimaan dan pendapatan, analisis imbangan penerimaan atas biaya (R/C) dan analisis imbangan pendapatan atas biaya (B/C). (Swastika 2004 dan Malian 2004).

(4)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola Tanam dan Karakteristik Lokasi

Secara umum sistem usahatani yang berkembang di Desa Sri Agung adalah sistem usahatani berbasis tanaman pangan dengan pola tanam padi–padi–palawija (Tabel 2). Padi sawah biasanya ditanam pada awal musim hujan, yaitu bulan Oktober/November dan panen pada bulan Januari/Pebruari. Pada musim kemarau, waktu tanam padi kedua (MK) setelah panen padi pertama (MH) yaitu bulan Januari/Pebruari dan panen pada bulan Mei. Setelah tanam padi MH dan MK, dilanjutkan dengan tanam kedelai pada bulan Mei/Juni dan panen pada bulan Agustus/September. Tanaman hortikultura ditanam sebagai sampingan di lahan sawah/pematang sawah dan pada lahan sawah yang agak tinggi. Tanaman hortikultura yang ditanam antara lain timun, kacang panjang, kangkung, cabai dan terong.

Desa Sri Agung merupakan salah satu unit pemukiman transmigrasi yang berada dalam wilayah kerja penyuluh pertanian (WKPP) Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, dengan luas wilayah 1.288 ha termasuk, agroeko-sistem lahan sawah dataran rendah iklim basah (LSDRIB) dan merupakan pemekaran Desa Suban. Lahan pekarangan digunakan sebagai perumahan dan kebun campuran, sedangkan lahan usaha berupa sawah irigasi yang digunakan untuk bertanam padi dan palawija.

Tanah di Desa Sri Agung memiliki karakterisik berwarna hitam kelabu sampai cokelat tua karena bahan organiknya sudah berkurang, berstruktur remah dan lempung berpasir, kandungan unsur hara rendah, dan pH tanah agak masam yaitu 4,89. Kondisi tanah tersebut memerlukan perbaikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan hasil tanaman. Menurut Karama et al. (1990) dan Setyorini (2005), sebagian besar (73%) lahan sawah maupun lahan kering di Indonesia memiliki kandungan bahan organik rendah, kurang 2%. Penambahan bahan organik berupa pupuk kandang/kompos dapat menambah unsur hara, memperbaiki sifat fisik tanah dan mengikat unsur hara mikro yang berlebihan (Buckman dan Brady 1982). Selanjutnya Sanchez (1976) mengatakan unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman adalah nitrogen, fosfor dan kalium. Menurut Anwar et

al. (2007), lahan sawah yang diusahakan untuk pertanaman padi termasuk kategori S1

yang sangat sesuai untuk padi sawah dan kategori S3 yang sesuai marginal, mempunyai faktor pembatas ketersediaan oksigen, sehingga untuk memperoleh produktivitas optimal diperlukan drainase yang baik dan penambahan input berupa pupuk organik dan pupuk anorganik.

Tabel 2. Pola tanam di Desa Sri Agung, Kecamatan Batang Asam, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi.

Pola tanam Bulan

10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Padi - Padi

(5)

Keragaan Teknologi dan Produktivitas Kedelai

Pertumbuhan kedelai cukup baik, lebih dari 80%. Keragaan tanaman fase vegetatif dan generatif menunjukkan pertumbuhan yang baik. Hama yang muncul adalah kepik dan walang sangit, yang mengisap polong kedelai sehingga polong tidak sempurna. Pengen-dalian hama tersebut dengan penyemprotan insektisida. Keragaan tanaman dan reaksi terhadap hama/penyakit dipengaruhi oleh genetika dan karakteristik varietas serta faktor lingkungan. Menurut Las et al. (1993), faktor fisik lingkungan seperti tanah dan iklim sangat dominan mempengaruhi pertumbuhan tanaman di lapangan.

Tinggi tanaman kedelai adalah 70 cm, jumlah polong isi 68, dan jumlah polong hampa 10. Produktivitas kedelai dengan pendekatan PTT adalah 1,80 t/ha, sedangkan produkti-vitas kedelai cara petani hanya 1,10–1,30 t/ha (Tabel 3). Menurut Subandi et al. (2007), produktivitas tanaman menggambarkan tingkat penerapan teknologi produksi oleh petani. Peningkatan produksi kedelai dengan pendekatan PTT dipengaruhi oleh penggunaan benih bermutu, cara dan dosis pemupukan, pupuk kandang dan dolomit, sehingga mem-pengaruhi pertumbuhan seperti tinggi tanaman, polong isi, bobot 100 biji, dan hasil. Pemberian pupuk organik berupa pupuk kandang lebih baik dibanding kompos jerami, karena nisbah C/N lebih rendah, kadar hara N, P, dan K lebih tinggi (Iqbal 2008).

Pemberian bahan organik menyebabkan akar tanaman dapat menembus lebih dalam dan luas, sehingga tanaman lebih kokoh dan lebih mampu menyerap hara dan air lebih banyak (Jo 1990). Bahan organik dapat menyebabkan ketersediaan beberapa unsur hara dan meningkatkan efisiensi penyerapan P (Karama et al. 1990). Selanjutnya Syam (2009) mengatakan bahwa penggunaan bahan organik dari sisa tanaman dan pupuk kandang yang dikombinasikan dengan pupuk kimia dapat meningkatkan produksi secara berkelanjutan. Pemberian kapur/dolomit dapat memperbaiki pH tanah dan sebagai sumber hara Ca dan Mg yang mampu mendorong perkembangan akar dan pertumbuhan tanaman. Peningkatan pH tanah akan meningkatkan laju serapan unsur hara yang diperlukan tanaman (Buckman dan Brady 1982).

Kendala yang dihadapi dalam usahatani kedelai adalah curah hujan yang masih tinggi selama pertumbuhan, sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan munculnya hama yang menyerang tanaman seperti kepik, walang sangit, dan ulat grayak. Selain itu benih kedelai bermutu terbatas sehingga mempengaruhi luas tanam, dan terbatasnya modal petani untuk membeli sarana produksi.

Tabel 3. Keragaan tanaman dan produktivitas kedelai melalui pendekatan PTT di Desa Sri Agung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, MK 2013.

Keragaan Pola petani PTT

Tinggi tanaman (cm) 55,50 70 Polong isi 53 68 Polong hampa 12 10 Jumlah cabang 3 3 Bobot 100 biji (gr) 12,90 14,00 Hasil (ton/ha) 1,10–1,30 1,80

Analisis Usahatani

Penerimaan dari usahatani kedelai dengan pendekatan PTT mencapai Rp10.800.000/ ha dengan biaya usahatani Rp5.780.000/ha, sehingga pendapatan Rp5.020.000/ha dengan R/C ratio 1,87 (Tabel 4). Hal ini menunjukkan bahwa teknologi budidaya kedelai

(6)

secara ekonomis cukup layak dan setiap penambahan satu satuan input dapat mening-katkan penerimaan usahatani kedelai sebesar 1,87 kali.

Tabel 4. Analisis usahatani kedelai (per ha) pada kegiatan m-P3MI di Desa Sri Agung, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, MK 2013.

No. Uraian Varietas Anjasmoro

I. Sarana Produksi (Rp) - Benih 400.000 - Herbisida 350.000 - Urea 110.000 - SP36 240.000 - KCl 300.000 - Pukan 300.000 - Pestisida 400.000 Jumlah 2.400.000

II. Tenaga Kerja (Rp)

- Terbas 500.000 - Buat parit 600.000 - Semprot rumput 100.000 - Tanam 300.000 - Pemupukan 200.000 - Penyiangan 250.000 - Pengendalian hapen 250.000 - Panen/prosesing 1.080.000 Jumlah 3.380.000 Total I + II 5.780.000 III. Penerimaan (Rp) a.Hasil (kg/ha) 1.800 b.Harga (Rp/kg) 6.000 Total (axb) 10.800.000 IV. Pendapatan (Rp) 5.020.000 R/C 1,87 B/C 0,87

KESIMPULAN

1. Hasil base line study menunjukkan produktivitas kedelai rata-rata 1,0–1,3 t/ha. Pro-duktivitas varietas Anjasmoro yang dibudidayakan dengan pendekatan PTT mencapai 1,80 t/ha atau meningkat 0,5–0,7 t/ha.

2. Penerimaan yang diperoleh dari penerapan PTT kedelai mencapai Rp10.800.000, biaya usahatani kedelai Rp5.780.000, dan pendapatan Rp5.020.000/ha dengan R/C ratio 1,87.

3. Komponen teknologi PTT kedelai yang diterapkan adalah dengan penggunaan varietas unggul, benih bermutu, pupuk anorganik, pupuk organik dan dolomit sebagai penutup lubang tanam.

(7)

Anwar K, Suratman dan A Kasno. 2007. Identifikasi dan evaluasi potensi lahan untuk mendukung primatani di desa Sri Agung Kecamatan Tungkal Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Balitkabi. 2007. Panduan umum pengelolaan tanaman terpadu kedelai. Badan Litbang.

Puslitbangtan. Balitkabi. Malang.

Buckman H. O dan N. C Brady. 1982. Ilmu tanah. Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Busyra B.S., N Izhar, Mugiyanto, Lindawati dan Suharyon 2000. Karakterisasi zona agro ekologi (AEZ). Pedoman Pengembangan Pertanian di Provinsi Jambi. Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi. Badan Litbang Pertanian. Deptan.

Departemen Pertanian. 2007. Percepatan bangkit kedelai. Deptan. Direktorat Jenderal Tana-man pangan. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2008. Panduan pelaksanaan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) kedelai. Badan Litbang. Puslitbangtan. Balitkabi. Jakarta.

Jumakir dan Endrizal. 2003. Potensi produksi kedelai di lahan pasang surut wilayah Rantau Rasau Provinsi Jambi. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi Spesifik Lokasi. Jambi, 18–19 Desember 2003. BPTP dan Badan Litbang Daerah Provinsi Jambi.

Iqbal A. 2008. Potensi kompos dan pupuk kandang untuk produksi padi organik di tanah inceptisol. Jurnal Akta Agrosi Fak. Pertanian UNSOED 11(1):13–18.

Jo IS. 1990. Effect of organic fertilizer on soil physical properties and plant growth. Paper presented at Seminar on The Use of Organic Fertilizer in Crop Production, at Suweon, South Korea. 18–24 June.

Karama AS, AR Marzuki dan I Manwan. 1990. Penggunaan pupuk organik pada tanaman pangan. Prosiding Lokakarya Nasional Efisiensi Pupuk. Cisarua, 12–13 November 1990. Puslitbangtan. Bogor.

Las I, P. Wahid, Y.S. Baharsyah dan Darwis SN. 1993. Tinjauan iklim dataran tinggi Indonesia. Potensi kendala dan peluang dalam mendukung pembangunan pertanian pada PJPT II. Seminar sehari tentang iklim. Padang 6 Pebruari 1993.

Malian AH. 2004. Analisis ekonomi usahatani dan kelayakan finansial teknologi pada skala pengkajian. Makalah disajikan dalam Pelatihan Analisis Finansial dan Ekonomi bagi Pengembangan Sistem dan Usahatani Agribisinis Wilayah. Bogor, 29 Nov–9 Des 2004. Sanchez, P.A. 1976. Properties and management of soil in the tropic. John Wiley and sons,Inc.

New York.

Setyorini D. 2005. Pupuk organik tingkatkan produksi pertanian. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27(6): 13–15.

Subandi, A Harsono, dan H Kuntyastubi. 2007. Areal pertanaman dan sistem produksi kedelai di Indonesia. Dalam Kedelai: Teknik produksi dan pengembangan. Puslitbangtan. Bogor. Syam M. 2009. Padi organik dan tuntutan peningkatan produksi beras. Iptek Tanaman

Pangan. Volume 3 nomor 1 April 2008. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Bogor Swastika DKS. 2004. Beberapa teknik analisa dalam penelitian dan pengkajian teknologi

perta-nian. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertaperta-nian. Volume 7, Nomor 1. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Taufiq A, Andi W, Marwoto, T Adisarwanto dan Cipto Prahoro. 2007. Verifikasi efektifitas tek-nologi produksi kedelai melalui pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) di lahan pasang surut Provinsi Jambi. Balitkabi. Malang.

Gambar

Tabel 1.  Komponen teknologi PTT kedelai di lahan sawah irigasi Desa Sri Agung Kabupaten  Tanjung Jabung Barat, Jambi
Tabel 3. Keragaan tanaman dan produktivitas kedelai melalui pendekatan PTT di Desa Sri Agung,  Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Provinsi Jambi, MK 2013
Tabel 4. Analisis usahatani kedelai (per ha) pada kegiatan m-P3MI di Desa Sri Agung, Kabupaten  Tanjung Jabung Barat, Jambi, MK 2013

Referensi

Dokumen terkait

Perbandingan persentase kenaikan kemampuan, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen dapat dilihat dari selisih rata-ratanya. Hasil uji perbandingan menunjukkan bahwa:

Kegiatan pendistribusian pada perusahaan dapat dilakukan penjadwalan distribusi mengunakan metode Distribution Requirement Planning (DRP), yaitu perencanaan kebutuhan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemecahan masalah siswa setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran LAPS-Heuristik pada materi lingkaran berada pada

BAB IV, hasil penelitian dan analisis tentang peran Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dalam mengawasi peredaran produk kosmetik berbahaya di Kota Palangka

Dari penetapan ahli waris tersebut dapat disimpulakan, pada awalnya penggugat tidak berhak atas tanah warisan tersebut karena bukan ahli waris dari Almarhum Teuku

Hasil ini menunjukan posisi strategi berada dalam kuadran ( I ) dimana faktor kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan dan faktor peluang lebih besar dari

C dengan lama waktu 4 minggu, Kondisi fisik daging se’i dikemas divakum mengalami perubahan hingga berlendir pada minggu ke-4 setelah penyimpanan, Kondisi fisik daging

mengembalikan pengaturan layar ke pengaturan pabrik jika layar beroperasi dalam Mode Waktu Preset pabrik yang tercantum pada bagian Spesifikasi dalam panduan pengguna