SEMINAR TESIS
MANAJEMEN INDUSTRI
MAGISTER MANAJEMEN TEKNOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
ANALISIS POLA KLUSTER, FORMASI
KETERKAITAN, ORIENTASI PASAR : STUDI
KASUS SENTRA INDUSTRI KECIL MENENGAH
PRODUK KULIT DI SIDOARJO, JAWA TIMUR
YOHANES WIMBA AGUNG PRASETYA
9107201404
Dosen Pembimbing:
LATAR BELAKANG
Adanya globalisasi perdagangan antar negara (WTO),
menyebabkan harga produk kulit di Indonesia lebih mahal
daripada harga produk kulit dari negara – negara lain, Adanya
bencana alam lumpur Lapindo juga menyebabkan banyak
masyarakat didaerah Tanggulangin Sidoarjo kehilangan
pekerjaan, Adanya isu krisis global dan harga minyak dunia
yang sempat melambung tinggi. Hal ini dapat mempengaruhi
klaster industri produk kulit tidak berjalan dengan baik
didaerah Tanggulangin Sidoarjo
Objek wilayah Sidoarjo dipilih karena tiga faktor berikut :
- Pertama, faktor usia sentra Industri Tanggulangin cukup tua
ditilik dari sejarahnya sehingga amatlah menarik menganalisis
pola perkembangan klusternya.
- Kedua, kontribusinya cukup besar baik dari segi finansial,
unit usaha, dan penyerapan tenaga kerja terhadap Kabupaten
Sidoarjo dan Mojokerto.
- Ketiga, faktor stuktur unit usaha Sentra Industri produk kulit
Sidoarjo didominasi oleh industri kecil dan rumah tangga
PERMASALAHAN
Bagaimana menganalisis pola klaster dari unit
usaha inti, yaitu produsen produk utama klaster,
dan usaha penunjang seperti pemasok bahan
baku, subkontraktor dan pedagang perantara di
industri produk kulit di Sidoarjo
Bagaimana formasi keterkaitan pasar sentra
industri produk kulit di Sidoarjo
Faktor - faktor apa saja yang mempengaruhi
orientasi pasar produk kulit domestik atau luar
negeri.
TUJUAN PENELITIAN
Menganalisis pola kluster di industri produk kulit di
Sidoarjo.
Menganalisis formasi keterkaitan pasar sentra industri
produk kulit di Sidoarjo.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi
pasar domestik atau luar negeri.
MANFAAT PENELITIAN
Pengembangan kluster industri produk kulit di Sidoarjo
dapat meningkatkan daya saing industri pada
perdagangan bebas.
Mengetahui tipe & pola kluster pada industri produk kulit
di Sidoarjo.
Memberikan strategi apa yang baik & cocok kepada
sentra – sentra industri produk kulit serta pemerintah
daerah Sidoarjo.
BATASAN & ASUMSI
Data Statistik Industri diambil dari BPS Jatim
dan Dinas Perindustrian Surabaya.
Data Statistik Industri diambil dari tahun 2002
s/d 2008.
TINJAUAN PUSTAKA
Orientasi pasar adalah perilaku organisasi
perusahan yang mencakup pada
pengumpulan, penyebaran dan tanggapan
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
pelanggan saat ini dan mendatang.
(Jarowski, B.J. dan Kohli, A.K.)
Orientasi pasar terdiri dari tiga komponen
pelaku yaitu orientasi pelanggan, orientasi
pesaing, dan koordinasi lintas fungsi
GAMBARAN UMUM
Formasi Keterkaitan antar Kluster Orientasi Pasar Daya Saing Pasar International Tipe Pola Kluster MarkusenKeunikan Biaya Rendah
Orientasi Pelanggan Orientasi Pesaing Koordinasi Lintas Fungsional Faktor Internal -Tenaga Kerja -Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja -Tingkat Pendidikan Pengusaha -Umur Perusahaan -Teknologi Penyamakan Produk Kulit Faktor Eksternal -Badan Hukum -Bapak Angkat -Jaringan dgn pembeli terbesar -Jaringan dgn pemasok bahan baku - Keaktifan Promosi Karakteristik dari anggota
Perusahaan
Prospek untuk Perusahaan Saling Ketergantungan
Budaya Orientasi Pasar
Kinerja Perusahaan
Faktor Internal : -Tenaga Kerja
-Tingkat Pendidikan TK
-Tingkat Pendidikan Pengusaha -Umur Perusahaan -Teknologi Penyamakan Produk Kulit Faktor Eksternal : -Badan Hukum -Bapak Angkat
-Jaringan dgn pembeli terbesar -Jaringan dgn pemasok bahan baku - Keaktifan Promosi
Pasar
Internasional
GAMBARAN UMUM
TINJAUAN PUSTAKA
Klaster ialah aglomerasi dari perusahaan - perusahaan
sejenis (similar) yang beroperasi pada desa atau daerah
yang sama
Klaster terdiri dari unit usaha inti, yaitu produsen produk
utama klaster, dan usaha penunjang seperti pemasok
bahan baku, subkontraktor dan pedagang perantara.
Unit usaha inti di dalam klaster diharapkan akan
mendapatkan banyak keuntungan dengan berada di
dalam klaster karena berbagai keunggulan klaster yang
mungkin ia dapatkan seperti efisiensi kolektif dan
efisiensi pada biaya transaksi
Di dalam konsep klaster yang menekankan pada
kerjasama antara unsur-unsur yang tergabung di
dalamnya, unit usaha inti berperan sebagai gerbong
penghela klaster atau pemimpin trayektori
TINJAUAN PUSTAKA
Klaster industri termasuk kelompok perusahaan
yang secara signifikan berbeda dengan melihat
pada karakteristik anggota perusahaan.
Sebagai Hasilnya, Markusen mencatat bahwa
terdapat empat jenis kelompok klaster industri :
.
Marshallian
Spoke dan Hub
Satelit Platform
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI
ANALISA DATA
Proses Produksi Pengrajin Produk Kulit
Proses pembuatan kerajinan produk kulit ini melalui 4 bagian utama, yaitu :
Bagian Kap
Yaitu bagian awal dari proses produksi pengerjaan kerajinan. Pada bagian ini pekerjaan yang dilakukan adalah pembuatan gambar pola (mal) pada kulit serta melakukan pemotongan dan selanjutnya
dilakukan penjahitan dari potongan kulit tersebut untuk dijadikan kap. Bagian Pengemalan
Pada bagian ini dilakukan pengemalan pola serta dilakukan pemotongan.
Bagian Assembling
Setelah pengemalan selesai maka selanjutnya masuk ke bagian assembling. Pada bagian ini dilakukan pekerjaan perakitan.
Bagian Finishing
Pada bagian ini dilakukan pembersihan kotoran – kotoran yang melekat, yang selanjutnya dilakukan penyemiran sepatu sesuai dengan warna yang diinginkan. Setelah itu dilakukan pemeriksaan akhir dan sepatu dipak dan siap disimpan didalam gudang
ANALISA DATA
Proses Kerja
Langkah pengerjaan dalam proses pembuatan kerajinan produk kulit adalah sebagai berikut :
Proses Pengemalan
Bahan baku yang berupa lembaran kulit dilakukan pengemalan sesuai dengan bentuk dan ukuran yang dikehendaki, sehingga pada lembaran kulit tersebut tercetak gambar dari proses pengemalan.
Proses Pemotongan
Lembaran kulit yang telah dimal kemudian dipotong sesuai gambar yang telah dibuat pada proses sebelumnya sehingga menjadi potongan – potongan kap.
Proses Penjahitan
Potongan kulit tersebut kemudian dijadikan satu dengan menggunakan mesin jahit. Proses Pengeleman
Setelah berbentuk kap kemudian dilakukan pengeleman kap sepatu tersebut dengan sol (untuk sepatu dan sandal), dan pengeleman bagian – bagian pakaian untuk kerajinan pakaian sesuai dengan bentuk yang diinginkan.
Proses Pembersihan
Proses pembersihan dilakukan terhadap lem yang kurang rapi sehingga kelihatan rapi dan bersih.
Proses Penyemiran
Penyemiran dilakukan sesuai dengan warna yang dikehendaki. Proses Pengepakan
Setelah sepatu tersebut selesai disemir, dimasukkan ke dalam plastik, kemudian dos kecil, dos – dos kecil tersebut dimasukkan ke dalam dos besar dan terakhir dibawa ke gudang penyimpangan.
ANALISA DATA
Analisis Formasi Keterkaitan
Mengacu pada hasil wawancara terhadap beberapa pengusaha, bahwa toko-toko produk kulit di Tanggulangin biasanya
mempunyai unit produksi di bagian dalam kampung tersebut. Menurut observasi di lapangan, didapat bahwa terdapat dua tipe unit produksi di Tanggulangin. Yang pertama adalah unit produksi yang memang dimiliki oleh pengusaha toko. Sedangkan yang
kedua adalah unit produksi independen yang menyetor produknya ke toko-toko di Tanggulangin. Tipe yang kedua ini dapat juga
ANALISA DATA
Dari hasil kuesioner,
Berdasarkan rumus tersebut,
dengan populasi (N) sebesar 400 industri kecil dan
menengah dengan e ditetapkan sebesar 10%, maka
jumlah sampel dalam penelitian ini sebesar 80
responden.
Menurut observasi di lapangan, didapat bahwa
terdapat dua tipe unit produksi di Tanggulangin. Yang
pertama adalah unit produksi yang memang dimiliki
oleh pengusaha toko. Sedangkan yang kedua adalah
unit produksi independen yang menyetor produknya ke
toko-toko di Tanggulangin. Tipe yang kedua ini dapat
juga berupa subkontrak yang menerima pesanan dari
toko
ANALISA DATA
Analisis Pola Kluster Ala Markusen
ANALISA DATA
Analisis Pola Kluster Ala Markusen
ANALISA DATA
Analisis Pola Kluster Ala Markusen
ANALISA DATA
Analisis Pola Kluster Ala Markusen
ANALISA DATA
Dari tabel di atas, maka dapat ditentukan bahwa pada
variabel tertentu, pola kluster Tanggulangin mengikuti
sebagian pola kluster Marhallian dan Hub and Spoke
Variabel yang mengikuti pola Kluster Marshallian
adalah struktur bisnis dan skala ekonomi yang
didominasi oleh industri kecil, keputusan investasi
bersifat lokal, jalinan kerjasama dengan pemasok yang
relatif kuat, pasar tenaga kerja yang berlimpah dan
migrasi tenaga kerja ke dalam kluster yang cukup
tinggi, Sedangkan yang mengikuti kluster Hub and
Spoke
adalah jalinan kerjasama antara sesama
pengusaha Tanggulangin yang relatif kuat, jalinan
kerjasama dengan perusahaan lain diluar kluster yang
juga relatif kuat, ikatan budaya lokal, dan tidak adanya
asosiasi pengusaha produk kulit di Tanggulangin.
Dengan demikian, pola kluster Tanggulangin mengikuti
pola kluster Marshallian dan Hub and Spoke.
PEMBAHASAN
Analisis Regresi Logistik
Model Regresi Logistik yang digunakan dalam penelitian ini mencoba semua metode yang ada dalam SPSS dan akhirnya dipilih metode terbaik yaitu Forward LR (berdasarkan skor statistik tertentu). Metode ini menghasilkan empat variabel yang signifikan (lihat tabel 4.4).
Model Regresi Logistik yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui faktor – faktor penting mana membedakan antara industri yang berorientasi ekspor dan beorientasi pasar lokal (domestik)
Data penelitian (pada lampiran) terdiri atas 35 perusahaan yang berorientasi ekspor dan 45 perusahaan yang berorientasi pasar lokal. Hasil output komputer dari pengolahan data diberikan pada tabel 4.4.
PEMBAHASAN
Contoh Data Statistik Industri.
0
H0
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
Tabel 4.4. Hasil persamaan regresi logistik yang
signifikan
Variabel Koefisien Nilai p Status Badan Hukum (BH) -1.944 0.001
Jumlah Tenaga Kerja (TK) 0.649 0.000 Tingkat pendidikan Tenaga
Kerja (TPT) 1.425 0.033
Jumlah Tenaga Kerja tidak
PEMBAHASAN
Tabel 4.5 Tabel klasifikasi
Observed Predicted y Percentage Correct 0.00 1.00 Step 1 y 0.00 38 7 84.4 1.00 2 33 94.3 Overall Percentage 88.8 Step 2 y 0.00 34 11 75.6 1.00 8 27 77.1 Overall Percentage 76.3
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil pada tabel 4.4 terdapat 4 faktor yang signifikan Status Badan Hukum (BH), Jumlah Tenaga Kerja (TK), Tingkat
pendidikan Tenaga Kerja (TPT), Jumlah Tenaga Kerja tidak dibayar (JTKT). Variabel – variabel lain tidak mempunyai pengaruh
signifikan untuk membedakan kedua kategori tersebut. Hasil ini diperkuat dengan hasil klasifikasi pada tabel 4.5 dengan model regresi logistik yang diperoleh mempunyai tingkat ketelitian dalam mengklasifikasi sebesar 76.3 %. Kemampuan prediksi model cukup akurat dengan tingkat kesuksesan total 76.3 %, dengan prosentase
75.6 % industri orientasi pasar lokal dan 77.1 % industri orientasi
pasar ekspor. Hasil klasifikasi menyarankan bahwa kemampuan orientasi pasar dalam negeri adalah sebesar 34 industri, sedangkan kesalahan dalam mengklasifikasi data ke orientasi pasar ekspor
adalah sebesar 11 industri, Disamping itu kemampuan dalam
mengklasifikasikan orientasi pasar ekspor secara benar adalah 27 industri, sedangkan kesalahan dalam mengklasifikasi data ke orientasi pasar lokal adalah sebesar 8 industri.
PEMBAHASAN
Koefisien Status Badan Hukum (BH) negatif dan signifikan pada α = 5 %. Hal ini berarti, variabel Status Badan Hukum (BH) menurut
persepsi responden mempunyai peranan penting dalam
membedakan antara perusahaan berorientasi ekspor dan domestik. Variabel yang signifikan tersebut diatas dipersepsikan oleh
responden diharapkan mempunyai kecenderungan untuk mampu lebih berkompetensi. Tetapi hal ini tidak dipersepsikan demikian oleh responden. Hal ini antara lain mungkin responden kurang mengerti pengertian badan hukum dan seharusnya pembuat
kebijakan harus memperbaiki persepsi ini agar benar dan dapat
meningkatkan daya saing industri.
Koefisien Jumlah Tenaga Kerja (TK) signifikan pada α = 5 %. Hal ini berarti, variabel Tenaga Kerja (TK) menurut persepsi responden
mempunyai peranan penting dalam membedakan antara perusahaan berorientasi ekspor dan domestik.
PEMBAHASAN
Koefisien Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja (TPT) signifikan pada α = 5 %. Hal ini berarti, variabel Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja
(TPT) menurut persepsi responden mempunyai peranan penting dalam membedakan antara perusahaan berorientasi ekspor dan domestik.
Koefisien Jumlah Tenaga Kerja yang tidak dibayar (JTKT) negatif dan signifikan pada α = 5 %. Hal ini berarti, variabel Jumlah Tenaga Kerja yang tidak dibayar (JTKT) menurut persepsi responden
mempunyai peranan penting dalam membedakan antara
perusahaan berorientasi ekspor dan domestik. Variabel yang
signifikan tersebut diatas dipersepsikan oleh responden diharapkan mempunyai kecenderungan untuk mampu lebih berkompetensi. Tetapi hal ini tidak dipersepsikan demikian oleh responden. Hal ini antara lain mungkin menurut responden Jumlah Tenaga Kerja yang tidak dibayar (JTKT) diberikan status kejelasan menjadi Tenaga tetap dan seharusnya pembuat kebijakan harus memperbaiki
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut ini :
a. Dengan mengacu kepada identifikasi pola kluster model Markusen, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pola kluster Tanggulangin mengikuti pola kluster Marshallian dan Hub and
Spoke.
b. Berdasarkan analisis regresi logistik, maka dapat disimpulkan bahwa variabel Status Badan Hukum (BH), Jumlah Tenaga Kerja (TK), Jumlah Tenaga Kerja tidak dibayar (JTKT), Tingkat
pendidikan Tenaga Kerja (TPT) mempunyai kebijakan yang fokus
terhadap faktor – faktor tidak signifikan dan sangat berpengaruh dalam menentukan orientasi pasar industri produk kulit Tanggulangin Sidoarjo dan menurut persepsi responden mempunyai pengaruh dalam
membedakan antara perusahaan berorientasi ekspor dan domestik.
KESIMPULAN DAN SARAN
Saran
Dari hasil analisis regresi logistik terdapat faktor – faktor yang
seharusnya mempunyai kontribusi penting terhadap orientasi ekspor tetapi kenyataannya tidak. Hal ini perlu pengambilan data yang lebih baik, antara lain memilih responden yang benar – benar mampu
menilai pertanyaan – pertanyaan yang ada di kuisioner dan penyempurnaan model regresi logistik yang lebih mampu
menjelaskan fenomena yang ada. Untuk pembuat kebijakan untuk memperbaiki variabel yang tidak signifikan seperti Tingkat
Pendidikan Pengusaha, Pelatihan pengusaha, Umur perusahaan,
Bapak Angkat, Teknologi penyamakan produk kulit, Jaringan
dengan pembeli terbesar, Jaringan dengan pemasok bahan baku, dan Keaktifan promosi dapat meningkatkan daya saing.