• Tidak ada hasil yang ditemukan

BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI BUZZ GROUP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI BUZZ GROUP"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN INTERAKSI SOSIAL SISWA KELAS VII SMP

MUHAMMADIYAH 1 GONDANGREJO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2012/2013

Nur’Aini dan Sri Wiyanti

Program Studi Bimbingan dan Konseling, FKIP UNS ABSTRACT

Nur’Aini. GROUP GUIDANCE BUZZ GROUP DISCUSSION TECHNIQUE FOR INCREASING SOCIAL INTERACTION OF THE STUDENTS CLASS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 GONDANGREJO YEAR 2012/2013. Undergraduate Thesis. Faculty of Teacher Training and Education Sebelas Maret University of Surakarta. October 2013.

The aim of this study is to determine the effectiveness of group guidance

buzz group discussion technique for increasing social interaction the first grade

students of SMP Muhammadiyah 1 Gondangrejo year 2012/2013.

This research is an action research of guidance and counseling that is held in two cycles, cycle I and cycle II. Every cycle consists of planning activity, action, evaluation, analysis, and reflection. The subject of this study is the first grade students of SMP Muhammadiyah 1 Gondangrejo that infrequent social interaction with peers consists of 12 students. The action that is used in this study is group guidance buzz group discussion technique which is the service of group guidance that is held by discussing in the small groups to solve the social problems that were happened in the student. The source data of this studies is students who selected as subject and counselor of SMP Muhammadiyah 1 Gondangrejo. The technique of collecting data is by questionnaires of social interaction of the students. Validation of the data is using triangulation of data source and method. The analysis of the data using percentage analysis of D. L Godwin and T. J Coates further clinical analysis.

The result of this studies shows that the service of group guidance buzz

group discussion technique can increase the social interaction of the students. This

result is obtained from the increases score pretest and the posttest of cycle I score and posttest cycle II score. The average number of the pretest score is 42,08 in the action of cycle I, there is an increases of 24,42%, but those result is not significant yet because of its changing reached is under the success indicator of 50%. In the cycle II there is a significant increases in the amount of 52,53 %, so based on this result can be said that the action in cycle II is success.

Based on this research, it can be said that the group guidance of discussion technique buzz group is effective for increasing the social interaction of the students class VII SMP Muhammadiyah 1 Gondangrejo.

(2)

2 A. PENDAHULUAN

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, tidak dapat dihindari bahwa manusia akan selalu berhubungan dengan manusia lainnya. Hubungan yang terjadi adalah hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi yang disebut interaksi sosial. H. Bonner dalam Gerungan (2004: 62) menjelaskan bahwa ”interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia, dimana kelakuan individu yang satu mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya”. Hal tersebut menandakan bahwa dalam interaksi sosial terdapat hubungan yang saling mempengaruhi, mengubah, dan memperbaiki perilaku individu satu dengan individu lainnya.

Basrowi (2005: 138) menunjukkan,” bentuk interaksi sosial tidak hanya bersifat kerja sama, tetapi bisa juga berbentuk tindakan persaingan atau pertikaian”. Paparan tersebut dapat dimaknai bahwa interaksi sosial yang terjadi dapat bersifat positif maupun negatif, yaitu dapat terjadi hubungan saling membantu yang mengarah pada kerja sama, tetapi dapat juga terjadi ketidakcocokan yang mengarah pada pertikaian.

Interaksi sosial yang positif dapat diwujudkan apabila individu memiliki ketrampilan hubungan sosial yang memadai, yaitu berupa kemampuan komunikasi dan penyesuaian diri. Pada umumnya, ketrampilan tersebut dipelajari individu dalam lingkungan keluarga melalui komunikasi yang terjadi

dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya.

Selain di lingkungan keluarga, anak juga berinteraksi sosial di lingkungan sekolah yang merupakan lingkungan kedua setelah keluarga. Lingkungan sekolah merupakan tempat anak khusunya remaja untuk berkumpul dan mengekspresikan diri dengan teman-temannya.

Bandura (dalam Syamsu Yusuf, 2007) mengemukakan,” interaksi sosial remaja dalam kelompok sebaya dapat merangsang/menstimulasi pola-pola respon baru melalui belajar dengan cara mengamati (observational

learning)”. Paparan tersebut menunjukkan bahwa siswa pada usia remaja mengembangkan perilaku dengan cara mengamati dan selanjutnya mengimitasi perilaku para anggota kelompok sebaya lainnya.

Proses interaksi sosial yang terjadi pada masa remaja, dapat ditemukan perubahan sosial yaitu mencoba untuk mandiri dan berdiri sendiri tanpa adanya campur tangan dari orang tua atau pihak yang lebih dewasa. Monks, dkk (2006: 269) menyatakan,” dalam perkembangan sosial remaja dapat dilihat adanya dua macam gerak, satu yaitu memisahkan diri dari orang tuanya dan yang lain menuju ke arah teman sebayanya”. Uraian tersebut menandakan bahwa remaja pada umumnya mulai membentuk kelompok-kelompok dengan teman sebaya sebagai tempat untuk berinteraksi sosial dan menjalin persahabatan satu dengan yang lainnya. Remaja ingin merasakan kebebasan untuk melakukan segala

(3)

3 aktivitasnya sendiri tanpa adanya bantuan dari orang tua dan ingin menilai kemampuan individual dalam memecahkan berbagai masalah.

Papalia, dkk terjemahan Brian Marwensdy (2009: 95) memaparkan,”pengaruh dari teman sebaya paling kuat di saat masa remaja awal, biasanya memuncak di usia 12-13 tahun serta menurun selama masa remaja tengah dan akhir, seiring dengan membaiknya hubungan remaja dengan orang tua”. Paparan tersebut menunjukkan bahwa masa remaja awal merupakan masa yang menunjukkan intensitas yang tertinggi dalam berhubungan dengan teman sebayanya yaitu dengan banyaknya waktu yang dihabiskan remaja dengan teman sebayanya.

Berdasarkan pengamatan di SMP Muhammadiyah 1 Gondangrejo yang dilakukan pada tanggal 16 Februari 2013 menunjukkan hasil bahwa banyak ditemukan siswa yang tidak mampu berinteraksi secara positif dengan siswa lainnya. Menurut penuturan Guru BK di sekolah tersebut, siswa belum dapat berinteraksi dengan teman sebaya secara baik, siswa sering memilih-milih teman, kurang mampu bekerja sama dengan temannya saat mengerjakan tugas kelompok, mencari perhatian teman dengan pamer dan membuat gaduh di kelas, sering malu untuk bertukar pendapat dengan teman saat kegiatan pembelajaran secara kelompok, dan siswa juga hanya berbicara dengan temannya mengenai hal-hal yang formal saja. Siswa seringkali menjahili teman yang lain pada saat shalat berjamaah, membuat gaduh

apabila diberikan tugas secara kelompok karena menganggap tugas tersebut telah dikerjakan oleh temannya yang lain, menggunakan bahasa yang kasar apabila pendapatnya bertentangan dengan temannya bahkan melakukan pemalakan terhadap temannya yang dianggap lemah sehingga memicu banyak pertikaian dan perselisihan di antara siswa.

Sesuai penjelasan di awal bahwa untuk mewujudkan interaksi sosial yang baik diperlukan ketrampilan komunikasi dan penyesuaian diri. Melalui proses penyesuaian diri, siswa akan mengenal, memahami, menerima hal-hal baru dan berusaha mengubah perilaku sesuai dengan tipe kepribadian teman-temannya. Upaya untuk mencapai penyesuaian diri yang baik, siswa juga dituntut untuk menguasai ketrampilan komunikasi yang baik. Komunikasi yang baik merupakan awal untuk membentuk interaksi sosial yang berjalan dengan baik pula, karena dengan komunikasi yang baik siswa akan mampu menghargai pendapat, memberikan umpan balik yang sesuai dengan kepribadian temannya, berbicara dengan sopan dan tidak menyinggung perasaan teman yang sedang diajak berbicara.

Proses interaksi sosial yang berjalan baik diharapkan akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan siswa. Siswa akan lebih menghargai dirinya, memiliki konsep diri yang positif, dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi terhadap orang lain. Sebaliknya, apabila siswa gagal melakukan interaksi sosial yang baik, maka akan memberikan dampak

(4)

4 negatif bagi perkembangan siswa, seperti sulit menyesuaikan diri dengan lingkungannya sehingga merasa dikucilkan, merasa rendah diri, dan cenderung berperilaku menyimpang bahkan antisosial terhadap lingkungan sekitarnya. Oleh karena itu, untuk meningkatkan interaksi sosial siswa sebagai cara agar siswa dapat berinteraksi sosial secara baik dengan sesama teman menggunakan layanan bimbingan kelompok.

Prayitno dan Erman Amti (2004: 309) menjelaskan bahwa ”bimbingan kelompok adalah layanan bimbingan yang diberikan dalam suasana kelompok”. Bimbingan kelompok berusaha memberikan bimbingan kepada siswa melalui kegiatan kelompok yang menggunakan dinamika kelompok untuk mewujudkan suasana kelompok yang dinamis, sehingga dapat mencapai keberhasilan kegiatan kelompok. ”Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan tujuh teknik yaitu pemberian informasi, diskusi kelompok, pemecahan masalah,

homeroom, permainan peranan, karyawisata, dan permainan simulasi” (Tatiek Romlah, 2001: 87). Teknik-teknik tersebut dapat diterapkan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan bimbingan yang dilaksanakan. Salah satu dari keenam teknik tersebut yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan interaksi sosial siswa digunakan bimbingan kelompok teknik diskusi.

Pada penelitian ini akan digunakan teknik diskusi dengan pendekatan buzz group. Trianto (2010) menjelaskan bahwa diskusi

buzz group merupakan diskusi yang

terdiri dari kelompok-kelompok kecil beranggotakan 3-6 siswa yang mendiskusikan suatu subbab topik, setelah diperoleh hasil diskusi maka perwakilan dari tiap kelompok kecil memaparkan hasil diskusinya ke diskusi pleno dan meminta kelompok kecil lainnya untuk menanggapai atau menambahkan dari hasil diskusi yang telah dipaparkan tersebut. Melalui kegiatan diskusi buzz group, siswa akan diajak untuk benar-benar aktif dalam silang pendapat untuk mencapai suatu pemecahan yang mufakat, yang hasilnya merupakan kesepakatan dari semua aspirasi anggota dan dapat disetujui oleh seluruh peserta diskusi. Di sisi lain, kegiatan diskusi buzz group dapat memberikan pelajaran bagi siswa untuk dapat bersikap objektif, berani mengemukakan pendapat, melatih bermusyawarah, dan utamanya menghargai pendapat anggota diskusi lainnya.

Diskusi buzz group dapat melatih siswa berbagai ketrampilan sosial yang berguna sebagai modal dirinya terjun dalam kehidupan bermasyarakat.. Pembelajaran tipe

buzz group akan mengajarkan siswa

untuk bersedia menerima dan menghargai pendapat siswa lain, mengembangkan kerja sama kelompok, meningkatkan kepedulian dan komunikasi efektif yang dapat dijadikan modal awal untuk memperlancar jalannya interaksi sosial dengan siswa lainnya.

Berdasarkan fenomena-fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tindakan dengan judul: Bimbingan Kelompok Teknik Diskusi Buzz Group Untuk Meningkatkan

(5)

5 Interaksi Sosial Siswa Kelas VII

SMP Muhammadiyah 1

Gondangrejo Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013.

B. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian tindakan. Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman (2012 : 12) menjelaskan, ”penelitian tindakan (PT) merupakan salah satu strategi yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan masalah”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group. Tindakan yang diberikan dengan menggunakan bimbingan kelompok teknik diskusi

buzz group dimaksudkan mengajak

setiap siswa untuk dapat mengungkapkan pendapatnya, saling bertukar ide, dan menjalin hubungan timbal balik yang dinamis untuk merumuskan pemecahan masalah bersama menggunakan teknik diskusi. Pertukaran pendapat dan terjalinnya hubungan timbal balik yang berjalan dinamis selama proses diskusi akan menyadarkan siswa mengenai permasalahan yang dihadapi, sehingga melalui proses pertukaran pendapat tersebut, siswa akan lebih mudah merumuskan pemecahan masalah karena pembahasan dilakukan bersama dengan teman-temannya.

1. Rencana Tindakan

Rencana tindakan

merupakan gambaran mengenai tindakan yang akan dilaksanakan pada setiap siklus. Penelitian tindakan ini direncanakan akan

dilakukan dengan dua siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Apabila pelaksanaan tindakan pada siklus I belum dapat mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 50 %, maka perlu dilanjutkan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/ evaluasi, dan refleksi. Rencana tindakan tersebut dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Bagan 2. Rencana Tindakan Indikator Keberhasilan ≥50% Permasalahan Perencanaan Tindakan I Pelaksanaan Tindakan I Observasi/ Evaluasi Refleksi Hasil I Refleksi Hasil II Perlu Dilanjutkan ke Siklus II Pelaksanaan Tindakan II Observasi/Eval uasi Perencanaan Tindakan II Dinyatakan Berhasil Dinyatakan Belum Berhasil Indikator Keberhasilan <50% Analisis

(6)

6 Deskripsi dari rencana penelitian tindakan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan awal yang meliputi persiapan sebelum pelaksanaan diskusi buzz

group berlangsung. Kegiatan-kegiatan persiapan tersebut adalah: 1) Guru BK dan peneliti menyusun

rancangan tindakan berupa silabus, satuan layanan, dan materi diskusi buzz group. 2) Peneliti mempersiapkan angket

dan lembar observasi untuk masing-masing pembantu pelaksana.

3) Guru BK dan peneliti menetapkan pembantu pelaksana diskusi buzz group.

4) Guru BK dan peneliti membagi siswa ke dalam 3 kelompok kecil.

5) Peneliti melakukan pembagian pembantu pelaksana pada masing-masing kelompok. 6) Guru BK dan peneliti

memberikan pengarahan kepada setiap pembantu pelaksana berkaitan dengan subbab topik yang akan didiskusikan dan mekanisme pelaksanaan diskusi

buzz group agar diperoleh kesamaan persepsi antara peneliti dengan pembantu pelaksana.

b. Pelaksanaan Tindakan

Tindakan merupakan tahap pelaksanaan diskusi buzz group yang bertujuan untuk meingkatkan interaksi sosial diantara siswa. Kegiatan dalam pelaksanaan tindakan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Peneliti dan pembantu pelaksana mempersiapkan tempat pelaksanaan diskusi

buzz group dengan mengatur

kursi tiap kelompok dalam posisi melingkar.

2) Peneliti melakukan apersepsi untuk mengarahkan siswa memasuki materi yang akan dibahas.

3) Peneliti bersama pembantu pelaksana memberikan Ice breaking kepada semua peserta

diskusi untuk menyegarkan pikiran.

4) Guru BK menginformasikan subbab topik yang akan dibahas masing-masing kelompok.

5) Guru BK menjelaskan alur pelaksanaan diskusi buzz group kepada semua peserta diskusi. 6) Masing-masing pembantu

pelaksana mengkoordinasikan kelompok yang diampu untuk mempersiapkan diri.

7) Pembantu pelaksana bersama para siswa memilih ketua kelompok untuk memimpin kelompok berdiskusi dan sekretaris untuk menuliskan hasil diskusi buzz group. 8) Masing-masing pembantu

pelaksana menjelaskan tujuan yang akan dicapai pada pelaksanaan diskusi buzz group.

9) Masing-masing pembantu pelaksana membagikan subbab topik yang akan didiskusikan dan memberikan penjelasan mengenai tugas yang perlu didiskusikan.

10) Masing-masing pembantu pelaksana mempersilahkan ketua kelompok untuk memulai

(7)

7 diskusi dan sekretaris menuliskan pendapat para anggota kelompok.

11) Guru BK, peneliti, pembantu pelaksana mengamati jalannya diskusi buzz group guna diketahui kemampuan setiap siswa dalam melakukan interaksi sosial dengan siswa lain selama pelaksanaan diskusi buzz group.

12) Setelah semua kelompok selesai melakukan diskusi, selanjutnya guru BK mengajak para siswa anggota kelompok bergabung dalam suatu pleno atau kelompok besar.

13) Guru BK mempersilahkan perwakilan dari kelompok 1 untuk membacakan hasil diskusinya, dan mengajak para anggota kelompok 2 dan 3 untuk bertanya, menanggapi, atau menambahkan hasil diskusi kelompok kecil 1 dan seterusnya dilanjutkan pembacaan hasil diskusi dari perwakilan kelompok 2 dan 3. 14) Guru BK dan peneliti

memberikan tambahan penjelasan kepada semua siswa peserta diskusi mengenai maksud dari materi yang dibahas dalam diskusi sehingga siswa akan dapat memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

15) Guru BK, peneliti, pembantu pelaksana dan para siswa mengevaluasi proses diskusi

buzz group yang telah berlangsung.

16) Guru BK, peneliti, pembantu pelaksana, dan para siswa membuat kesimpulan dari

pelaksanaan diskusi buzz group.

17) Peneliti mengakhiri kegiatan diskusi buzz group.

c. Observasi

Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati perilaku subjek penelitian pada saat pelaksanaan diskusi buzz group. Observasi ini digunakan sebagai evaluasi proses dan dasar refleksi pelaksanaan diskusi buzz group.

1) Evaluasi Proses

Evaluasi proses merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan kepada subjek penelitian pada saat pelaksanaan diskusi buzz group. Pada evaluasi proses ini, pembantu pelaksana melakukan pengamatan terhadap perilaku subjek dalam menjalin interaksi sosial dengan siswa lainnya pada saat berlangsungnya proses diskusi buzz group.

2) Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi merupakan hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan diskusi buzz

group untuk mengetahui

perilaku yang terjadi dan perubahan perilaku siswa selama mengikuti diskusi buzz group.

3) Diskusi Hasil Evaluasi

Peneliti dan pembantu pelaksana mendiskusikan hasil pengamatannya terhadap perilaku subjek selama proses diskusi sebagai analisis klinis yang akan digunakan sebagai bahan refleksi.

(8)

8 d. Refleksi

Refleksi merupakan tahapan untuk melakukan pengkajian kembali terhadap tindakan yang telah diberikan kepada subjek penelitian. Tahap refleksi berisi kegiatan pemaknaan hasil analisis persentase dan analisis klinis yang akan digunakan sebagai dasar untuk menentukan tindak lanjut. Pada penelitian tindakan ini, refleksi digunakan untuk mengkaji keefektifan bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group dalam meningkatkan interaksi sosial siswa. Refleksi diperoleh berdasarkan hasil pengisian angket siklus I dan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru BK, peneliti dan pembantu pelaksana ketika proses diskusi dan perubahan yang ditunjukkan setelah tindakan diskusi. Apabila tindakan yang diberikan pada siklus I belum tercapai target peningkatan seperti yang telah ditetapkan sebelumnya, berarti pelaksanaan diskusi buzz

group belum berhasil efektif dan

akan dilanjutkan pelaksanaan tindakan untuk siklus II hingga target tercapai. Disamping itu, refleksi juga berfungsi untuk menilai pelaksanaan tindakan yang menunjukkan kekurangan dan kelemahannya, sehingga perlu diperbaiki pada siklus berikutnya. Perbaikan yang dilakukan pada tindakan siklus II yaitu pada langkah atau tata cara pelaksanaan tindakan diskusi buzz group

terutama pada proses diskusi pleno, sehingga akan semakin menarik siswa untuk mengemukakan pendapatnya sehingga diskusi akan berjalan lebih dinamis. Selain itu, subbab topik yang diberikan lebih

kompleks sehingga akan mengembangkan kemampuan kognitif siswa dan siswa akan lebih terdorong untuk bertukar pikiran memecahkan permasalahan dalam diskusi. Apabila sudah memenuhi target, maka penelitian dinyatakan berhasil. Artinya bimbingan kelompok teknik diskusi buzz

group dinyatakan efektif untuk

meningkatkan interaksi sosial siswa.

C. HASIL PEMBAHASAN Pelaksanaan tindakan berupa bimbingan kelompok teknik diskusi

buzz group pada siswa kelas VII

SMP Muhammadiyah 1 Gondangrejo dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Setiap siklusnya terdiri dari rangkaian tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, analisis dan refleksi.

Pada tindakan siklus I subjek belum mengalami peningkatan yang signifikan, karena sebagian siswa masih malu untuk mengemukakan pendapatnya terhadap permasalahan dalam diskusi. Ditambah lagi penyesuaian terhadap pembantu pelaksana dan teman yang berbeda kelas membuat para subjek merasa canggung dalam berkomunikasi dan berinteraksi memecahkan masalah dalam diskusi. Hasil tindakan yang ditunjukkan subjek pada siklus I yaitu sebesar 24,42 % dan dapat dikatakan hasil tersebut belum mencapai target indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu sebesar 50 %, maka tindakan perlu dilanjutkan ke siklus II.

Pada tindakan siklus II, dengan adanya variasi pada tata cara pelaksanaan diskusi dari siklus I menunjukkan perubahan yang

(9)

9 signifikan. Hal tersebut terlihat dari perilaku subjek yang lebih percaya diri mengemukakan pendapatnya, kerja sama kelompok terbangun semakin baik, dan diskusi menjadi semakin hidup sehingga proses interaksi sosial siswa menjadi semakin intensif. Hasil tindakan yang ditunjukkan subjek pada siklus II lebih meningkat dibandingkan dengan hasil tindakan pada siklus I yaitu sebesar 52,53 %. Hasil tersebut didapatkan dari rata-rata skor angket siklus I yaitu 52,33 sedangkan rata-rata skor angket siklus II yaitu 79,83. Berdasarkan hasil tindakan pada siklus II yaitu sebesar 52,53 %, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan tindakan pada siklus II dinyatakan berhasil karena telah mencapai target indikator keberhasilan.

Hasil penelitian tindakan yang diperoleh dari pelaksanaan siklus I dan siklus II menunjukkan adanya perubahan perilaku subjek dari yang sebelumnya kurang mampu menjalin komunikasi yang efektif dan kerja sama dengan teman di sekolah sehingga belum terbangun interaksi sosial siswa yang positif, namun sesudah subjek mendapatkan tindakan berupa bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group menjadikannya terdorong untuk menjalin komunikasi yang efektif dan kerja sama dengan teman di sekolah sehingga terbangun interaksi sosial yang positif. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Wina Sanjaya (2005) bahwa tujuan diskusi

buzz group yaitu untuk

mengembangkan kemampuan kerja sama, interaksi sosial, dan akademik siswa. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa teknik diskusi

buzz group tepat digunakan untuk

meningkatkan kemampuan kerja sama, interaksi sosial, dan akademik siswa.

Diskusi buzz group akan mengajarkan siswa berbagai ketrampilan sosial seperti kesediaan untuk menerima dan menghargai pendapat siswa lain, melatih bermusyawarah, mengembangkan kerja sama, meningkatkan kepedulian dan komunikasi efektif yang dapat dijadikan modal awal untuk memperlancar jalannya interaksi sosial dengan siswa lainnya. Berdasarkan pendapat dan hasil penelitian tindakan di atas, maka dapat dinyatakan bahwa bimbingan kelompok teknik diskusi

buzz group efektif untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan interaksi sosial dengan siswa lainnya di sekolah.

D. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan beberapa simpulan sebagai berikut:

1. Bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group efektif untuk meningkatkan interaksi sosial siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Gondangrejo tahun ajaran 2012/2013. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan rata-rata skor

pretest sebesar 42,08 menjadi

52,33 pada pelaksanaan tindakan siklus I, dan pada tindakan siklus II terjadi peningkatan signifikan sebesar 79,83. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dinyatakan bahwa subjek penelitian yang berjumlah 12 orang mampu mengalami

(10)

10 peningkatan dalam melakukan interaksi sosial dengan siswa lainnya.

2. Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dan II. Pelaksanaan tindakan siklus I dinyatakan sudah mengalami peningkatan tetapi belum signifikan. Hal tersebut dikarenakan persentase peningkatan pada siklus I sebesar 24,42 %, artinya hasil tersebut belum mencapai target indikator keberhasilan sebesar 50 % sehingga harus dilanjutkan pada pelaksanaan tindakan siklus II. Pelaksanaan tindakan siklus II mampu meningkatkan interaksi sosial siswa sebesar 52,53 %. Berdasarkan hasil tersebut, maka tindakan pada siklus II dinyatakan berhasil.

3. Hipotesis yang berbunyi : “Bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group efektif untuk meningkatkan interaksi sosial siswa pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Gondangrejo tahun ajaran 2012/2013” secara empirik dapat diterima kebenarannya.

Berdasarkan hasil simpulan menunjukkan bahwa bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group efektif untuk meningkatkan interaksi sosial siswa, maka dapat diuraikan beberapa implikasi sebagai berikut: 1. Bimbingan kelompok teknik

diskusi buzz group dapat menjadi salah satu strategi mengatasi siswa yang mengalami hambatan dalam berinteraksi sosial dengan siswa lainnya.

2. Melalui diskusi buzz group, siswa akan berinteraksi secara positif dengan cara bertukar pendapat

dalam kelompok-kelompok kecil untuk memecahkan permasalahan sosial. Pada proses pertukaran pendapat tersebut, siswa akan berusaha menyusun ide-ide, menjalin komunikasi dengan temannya, berlatih menerima dan menghargai keunikan masing-masing temannya, serta membangun kerja sama kelompok untuk bersama-sama merumuskan pemecahan yang tepat berdasarkan hasil kemufakatan bersama. Ketrampilan sosial yang dikembangkan dalam diskusi buzz

group dapat dijadikan modal awal

bagi setiap siswa untuk mampu menjalin interaksi sosial secara positif dengan lingkungan sekitarnya.

3. Bimbingan kelompok teknik diskusi buzz group untuk meningkatkan interaksi sosial siswa dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi konselor untuk

digunakan mengatasi

permasalahan yang sama.

Berdasarkan simpulan dan implikasi tersebut, maka terdapat beberapa saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Kepada Guru BK

a. Guru BK diharapkan dapat mengaplikasikan diskusi buzz group dalam upaya mengatasi

permasalahan sosial siswa.

b. Guru BK diharapkan dapat menuliskan permasalahan diskusi

buzz group yang sesuai dengan

permasalahan yang benar-benar sedang dialami siswa sehingga siswa akan merasa terbantu dengan adanya layanan yang diberikan.

(11)

11 2. Kepada Wali Kelas

Wali kelas diharapkan dapat mengenali permasalahan sosial yang dialami setiap siswa yang diampunya agar dapat bekerja sama dengan Guru BK mengatasi permasalahan sosial siswa dengan menggunakan teknik diskusi buzz

group.

3. Kepada Siswa

a. Siswa dapat mengembangkan ketrampilan sosial seperti komunikasi, kepedulian dan kerja sama agar dapat dijadikan modal untuk menjalin interaksi sosial yang positif dengan siswa lainnya. b. Siswa-siswa yang mengalami permasalahan sosial diharapkan dengan keinginan sendiri datang menemui Guru BK untuk selanjutnya ditindak lanjuti digunakan teknik diskusi buzz

group untuk menyelesaikan permasalahan sosialnya.

4. Kepada Peneliti Lain

Bagi peneliti lain yang ingin mengkaji atau meneliti dengan variabel yang sama, diharapkan menggunakan teknik yang berbeda agar dapat diketahui teknik yang lebih efektif untuk meningkatkan interaksi sosial siswa. Selain itu, bagi peneliti lain juga diharapkan dapat menggunakan teknik yang sama untuk mengkaji permasalahan yang berbeda. Hal tersebut dimaksudkan agar hasil penelitian berikutnya dapat memberikan perbaikan dari hasil penelitian tindakan sebelumnya.

(12)

12

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Dede Rahmat Hidayat dan Aip Badrujaman. 2012. Penelitian Tindakan Dalam

Bimbingan dan Konseling. Jakarta : PT. Indeks.

Gerungan W. A. 2004. Psikologi Sosial. Bandung: PT. Refika Aditama.

Monks,F.J; Knoers, A.M.P; Haditono S.R. 2006.Psikologi Perekembangan.Yogya karta: Gadjah Mada University Press.

Papalia, D. E. Olds, S. W. Feldman, R. D. 2009. Perkembangan Manusia. (penerjemah Brian Marwensdy). Jakarta: Salemba Humanika.

Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Syamsu Yusuf. 2002. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Tatiek Romlah. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep,

Landasan, dan Implementasinya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Wina Sanjaya. 2005. Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis

Referensi

Dokumen terkait

Penambahan ekstrak daun sirih merah ( P.crocatum ) dengan berbagai dosis dalam pakan berpengaruh nyata terhadap total eritrosit, total leukosit, persentase limfosit,

Syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat hidayah-Nya serta memberikan kekuatan, ketabahan, kemudahan dan kedamaian

Setelah layer dua selesai maka bila dilihat dari atas akan terbentuk salah satu dari tiga kondisi (hanya tiga kondisi, kalau ada kondisi lain itu artinya ada yang salah di layer

Penggunaan arang serbuk gergaji, arang kompos serasah dan campuran arang serbuk gergaji dan cuka kayu serta campuran arang kompos serasah dan cuka kayu pada media, dapat

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui sintesis C-dots berbahan dasar limbah kulit nanas madu dengan metode pemanasan oven , (2) mengetahui

Setelah melakukan penelitian pada proses belajar mengajar mata pelajaran Teknik komputer jaringan tentang pengenalan topologi jaringan di SMK Taman Harapan 1 Bekasi, maka dihasilkan

Sri Agung Pranoto. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah “ purposive sampling ”. Sumber data yang

Pendidikan Profesi Guru (PPG) • Akademik • Kompetensi Dasar Pedagogik, Profesional, Sosial, dan Kepribadian • Bakat, Minat, Kepribadian, dan Kesamaptaan Seleksi • Pembekalan Awal