4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENCABUTAN GIGI 2.1.1 Defenisi Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi adalah pengangkatan gigi dari soketnya. Pencabutan gigi dapat dilakukan dengan lokal anastesi jika gigi terlihat jelas tampak mudah dicabut. Definisi pencabutan gigi yang ideal adalah pencabutan tanpa rasa sakit satu gigi utuh, atau akar gigi, dengan trauma minimal terhadap jaringan pendukung gigi, sehingga bekas pencabutan dapat sembuh dengan sempurnah dan tidak terdapat masalah prostetik pasca operasi di masa mendatang.4
Dokter gigi harus berusaha untuk melakukan setiap pencabutan gigi secara ideal, dan untuk memperolehnya ia harus mampu menyesuaikan teknik pencabutan gigi agar bisa menangani kesulitan-kesulitan selama pencabutan dan kemungkinan komplikasi dari tiap pencabutan gigi yang dapat terjadi.4
2.1.2 Indikasi dan Kontraindikasi Pencabutan Gigi Indikasi pencabutan gigi:
1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun. 2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan
endodontik tidak dapat dilakukan.
3. Gigi dengan periodontoclasia (kerusakan jaringan periodontal) berat. 4. Gigi impaksi,supernumerary mengganggu
5 5. Sisa akar
6. Malposisi ekstrem.5
Kontraindikasi pencabutan gigi:
1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut 2. Pendarahan yang tidak diinginkan.
3. Alergi pada anestesi lokal
4. Hipertensi jika pendarahan tidak terkontrol.
5. Diabetes yang tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka.
6. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahankan dengan perawatan konservasi, endodontik, dan sebagainya.6
2.1.3 Prinsip Pencabutan Gigi
1. Asepsis: bebas dari mikroorganisme patogen,baik dari rongga mulut,operatot,alat dan bahan.
2. Atraumatik: kegiatan ekstraksi yang terencana adalah pemilihan teknik exodonsi yang tepat akan mengurangi resiko.
3. Anestesi: bahan anestesi,metode anestesi,dan pemilihan yang tepat.5 2.1.4 Pasca Pencabutan Gigi
Tahapan pasca ekstraksi 1. Kontrol perdarahan 2. Intruksi pasca ekstraksi
3. resepkan obat antibiotik (bila perlu) dan analgetik 4. Kontrol dan evaluasi.5
6 1. Gigitlah kapas selama kurang 30 menit 2. Jangan isap-isap
3. Jangan minum atau makan yang panas
4. Jangan gigit-gigit bibir atau lidah yang terasa tebal atau keanehan yang terjadi di dalam rongga mulut.
5. Jangan merokok, berkumur dengan obat kumur,dan minum alkohol. 6. Jangan masukkan es kedalam mulut
7. Minumlah obat sesuai aturan.5
2.2 KOMPLIKASI PENCABUTAN GIGI
Meskipun tindakan pencabutan telah dilakukan dengan hati-hati, komplikasi pencabutan dapat saja terjadi dan tidak tidak dapat dihindari. Komplikasi pencabutan ini dapat terjadi pada saat pencabutan dan pada periode pasca pencabutan.5,6
Menurut Archer (1975); Goldman (1977); Morris (11983); Meyer (1987); Yuwono (1992), komplikasi pada saat melakukan pencabutan:
1. Fraktur akar 2. Pendarahan
3. Tercabutnya gigi tetangga 4. Fraktur gigi tetangga
5. Fraktur segmen labial atau bukal tulang alveolar yang luas dan melibatkan jaringan mukoperiosteal
6. Fraktur rahang 7. Laserasi gingiva
7
Menurut Archer (1975); Goldman (1977); Morris (1983); Meyer (1987); Yuwono (1992), komplikasi pasca pencabutan yang sering terjadi:
1. Rasa sakit 2. Dry socket 3. Perdarahan 4. Edema 5. Hematoma 2.2.1 Rasa Sakit
1. Rasa sakit adalah gejalah yang paling sering ditemukan dalam rongga mulut, wajah, dan leher, serta merupakan alasan utama kunjungan pasien ke dokter gigi. 2. Nilai biologis rasa sakit adalah biasanya menunjukka adanya kerusakan pada
jaringan. Namun, parahnya rasa sakit tidak selalu seimbang dengan luasnya kerusakan, dan rasa sakit kadang muncul walaupun tidak ditemukan kerusakan organ.
3. Rasa sakit biasanya timbul di perifer, dengan terjadinya stimulasi pada reseptor,kemudian akan mengalami modifikasi ke arah pusat. Dangan demikian, persepsi rasa sakit dapat mengalami komplikasi oleh faktor budaya, kognitif (misalnya, perhatian, pengalihan perhatian) dan emosi,juga dapat dimodifikasi oleh pengalaman rasa sakit sebelumnya.7
a. Sifat rasa sakit
Ada tiga sifat rasa sakit yang biasanya dikeluhkan: Rasa sakit menusuk
Rasa sakit berdenyut Rasa seperti terbakar
8 Rasa sakit menusuk biasanya berkaitan dengan:
Dentin yang terbuka (dentin akar yang sensitive, tambalan yang patah, gigi fraktur, karies, gigi retak)
Pulpitis awal
Neuralgia trigeminal Neuralgia glosofaringeal
Rasa sakit berdenyut biasanya berkaitan dengan: Pulpitis lanjut
Periodontitis aplikasi dan lateralis Lesi periodontal-endodontik Perikoronitis
Acute necrotizing ulcerative gingivitis (ANUG) Dry socket
Neuralgia migrain periodic Herpes zoster
Arteritis sel datia Tumor
Sinusitis
Gangguan temporomandibula Odontalgia atipia
Nyeri wajah atipia.7
Rasa sakit seperti terbakar biasanya berkaitan dengan: Sindrom mulut terbakar (burning mouth syndrome) Neuralgia post-herpetik
9 Sindrom ramsay-hunt.7
b. Keparahan rasa sakit
1. Keparahan rasa sakit dapat diketahui melalui nilai rasa sakit yang berkisar dari 0 hingga 10. Angka 0 menunjukkan tidak ada rasa sakit. Angka 10 menunjukkan rasa sakit yang amat sangat.
2. Bila pasien menggunakan analgesik, rasa sakit tidak terlalu parah.. rasa sakit yang ditanggulangi dengan analgesik ringan seperti aspirin akan membuatnya tidak terlalu parah.
3. Rasa sakit yang sampai mengganggu tidur atau membuat pasien terbangun di malam hari sering kali parah. Hal yang mengherangkan, nyeri wajah atipia dan neuralgia trigeminal yang sangat sakit di siang hari, justru tidak mengganggu penderitanya di malam hari.7
c. Lokasi rasa sakit
1. Rasa sakit yang berasal dari suatu kondisi patologis biasanya bersifat unilateral 2. Rasa sakit bilateral atau rasa sakit yang menyeberangi garis tengah menandakan:
Sinusitis (untuk rahang atas) Penyakit pada susunan syaraf pusat
Rasa sakit psikosomatik, misalnya nyeri wajah atipia, odontalgia atipia, dan sindrom mulut terbakar.7
d. Lamanya rasa sakit
1. Rasa sakit menusuk biasanya berlangsung Selama beberapa detik atau beberapa menit.
2. Rasa sakit berdenyut dapat bertahan sampai beberapa jam, beberapa hari, atau beberapa minggu.
10
3. Rasa sakit biasanya tidak brlangsung terus-menerus untuk waktu yang sangat panjang. Rasa sakit yang terus-menerus menunjukkan adanya kelainan yang bersifat psikomatik.7
2.2.2 Dry Socket
Dry socket dapat dikarakteristikan sebagai rasa sakit pasca pencabutan dan adanya
soket yang terbuka selama 2-7 hari pasca pencabutan. Soket kadang-kadang tertutup oleh jaringan flap yang menyulitkan pendeteksi masalah yang sebenarnya. Pada tahap awal, soket dapat terisi oleh jaringan granulasi yang nekrotik.5,6
Nyeri dry socket dapat berakhir selama berapa hari hingga beberapa minggu dan kadang-kadang memerlukan perawatan ulang. Rasa sakit pada telinga dan/atau leher pada sisi yang sama tidak jarang terjadi. Hal tersebut dapat menimbulkan bau yang tidak sedap tetapi umumnya tidak terdapat suppurasi.5,6
Menurut Goldmen (1977); Koerner (1986), dry socket dapat terjadi karena: 1. Tidak terjadi pembekuan darah.
2. Kurangnya bekuan atau terlepasnya bekuan darah yang sudah terjadi.
3. Awal pembentukan yang merupakan sub bagian.tertinggal di belakang dari soket yang terbuka. lysis dapat terjadi karena satu atau lebih dari penyebab berikut:
- Bahan-bahan kimia, obat sistemik atau cairan tubuh yang memacu aktifitas fibrinolitik.
- Rangsangan jaringan menghasilkan aktifitas fibrinolisis (seperti bacterium treponema
denticola).5,6
11
Perdarahan adalah keluarnya darah dari sistem pembuluh darah akibat rusaknya pembuluh darah baik oleh trauma maupun akibat kelainan elemen-elemen darah.5,6
Perdarahan pasca pencabutan dapat disebabkan oleh: 1. Perdarahan mekanik
Perdarahan yang terjadi akibat trauma sehingga pembuluh darah terputus dan aliran darah tidak dapat berhenti karena bekuan darah rusak atau terlepas daerah yang terluka. Ada tiga tipe perdarahan:
a. Perdarahan primer b.Perdarahan intermediet c. Perdarahan sekunder.5,6 2. Perdarahan biokimia
Perdarahan yang terjadi akibat adanya kelainan pada susunan elemen darah atau pada sistem vaskular yang mencegah terjadinya bekuan dan organisasi sel-sel darah. Ada dua tipe perdarahan biokimia:
a. Purpura
b. Kelainan pembekuan darah.5,6
Perhatian harus dipusatkan pada riwayat kesehatan secara keseluruhan dan pengawasan gangguan perdarahan yang cukup berat. Jika terjadi masalah seperti ini maka dianjurkan agar segera berkonsultasi pada dokter yeng merawatnya.5,6 2.2.4 Edema
Edema pasca pencabutan disebabkan karena akumulasi lokal cairan jaringan yang mengikuti prosedur bedah mulut. Edema pasca pencabutan yang hebat hampir selalu disebabkan karena kerapatan jahitan luka. Penanganan jaringan yang tidak hati-hati sering dihubungkan dengan keluarnya darah pasca pencabutan. Apabila terdapat banyak
12
perdarahan dalam jaringan kemungkinan dapat berkembang suatu hematoma. Bila dilakukan penjahitan setelah melakukan pencabutan, sebaiknya jahitan tidak terlalu rapat. Tindakan pencegahan yang dapat diberikan untuk mengurangi derajat edema adalah pemberian “ice pack”, terapi enzim proteolitik tidak efektif dalam mempengaruhi kecepatan resolusi pasien bedah mulut. Adanya pembengkakan edema yang ringan merupakan reaksi normal pada trauma, biasanya akar reda dengan cepat dan menghilang dalam waktu 48 jam. Edema yang nyata pada palpasi dapat dianggap sebagai hematoma yang terinfeksi dan dirawat sebagaimana mestinya.6
Bilamana terjadi edema yang hebat pada hari setelah operasi sebaiknya lepaskan jahitan satu atau lebih.6
2.2.5 Hematoma
Hematoma terjadi karena adanya ekstravasasi darah ke dalam jaringan akibat tertusuknya pembuluh darah arteri maupun vena oleh jarum anastesi sewaktu melakukan injeksi. Hematoma berkembang pada pipi. Injeksi ke daerah tuberositas atau blok nervus posterior superior sering menyebabkan terbentuknya hematoma.5
2.3 ASUMSI
2.3.1 Pengertian Asumsi
Asumsi adalah sebuah proses saat individu mengatur dan menginterpretasikan kesan-kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka. Perilaku individu seringkali didasarkan pada persepsi mereka tentang kenyataan,bukan pada kenyataan itu sndiri. Maksudnya adalah manusia seringkali berfikir hal yang bertentangan dengan kenyataan.3
13
Secara umum, persepsi adalah proses internal kita memilih mengevaluasi dan mengorganisasikan stimuli dan lingkungan kita. Definisi persepsi lainnya:
Persepsi sebagai proses yang memungkinkan suatu organisme menerima dan menganalisis informasi (Brian Fellows).
Persepsi adalah pengamatan tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan (Rakhmat).
Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi (Rudolp F.Verderber).
Sebenarnya kita tidak pernah punya kontak langsung dengan realitas. Segala sesuatu yang kita alami adalah hasil dari sistem syaraf kita. Namun ketika mereka berkomunikasi dengan manusia, baik dengan sesama ilmuwan atau bahkan dengan pasangan hidup. Persepsi mereka mungkin kurang atau bahkan tidak cermat karena berdasarkan motif, perasaan, nilai, dan kepentingan dan tujuan yang berlainan.8
Asumsi-asumsi mengenai persepsi:
Pola-pola prilaku berdasarkan persepsi mereka mengenai realitas yang telah dipelajari. Oleh karena perbedaan biologis dan pengalaman yang berbeda, tidak ada individu yang mempersepsi realitas persis sama semakin tinggi derajat kesamaan persepsi individu, maka semakin mudah untuk berkomunikasi.8
Faktor-faktor lingkungan biologis berubah adanya feed back yakni mekanisme untuk mengukur ketepatan persepsi. Menurut Kenneth K. Sereno dan Edward M Bodaken, persepsi terdiri dari tiga aktivitas, yaitu seleksi, organisasi dan interpretasi.8
14
Seleksi sendiri mencakup sensasi dan atensi. Dan interpretasi melekat pada organisasi. Dapat dirangkum sebagai berikut:
Dalam sensasi, melalui pengindraan kita melalui dunia. Sensasi merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran sentuhan, penciuman dan pengecapan. Segala macam rangsangan yang diterima.8
Presepsi terhadap objek melalui lambang-lambang fisik sedangkan persepsi terhadap orang melalui lambang-lambang verbal dan nonverbal. Manusia lebih aktif dari pada kebanyakan objek dan lebih sulit diramalkan. Persepsi terhadap objek
menanggapi sifat-sifat luar sedangkan persepsi terhadap manusia menanggapi sifat-sifat luar dan dalam.8
Tahap terpenting dalam persepsi adalah interpretasi atas informasi yang kita peroleh melalui salah satu atau lebih indera kita. Namun kita tidak bisa
menginterpretasikan makna setiap objek secara langsung, melainkan
menginterpretasikan makna yang kita percayai mewakili objek tersebut. Jadi pengetahuan yang diperoleh melalui persepsi bukan pengetahuan mengenai objek sebenarnya, melainkan pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut.8
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Dalam membentuk persepsi, pemikiran-pemikiran yang ada dipengaruhi oleh faktor-faktor dari eksternal dan faktor internal yang mempengaruhi persepsi itu sendiri. Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi
Gerakan
15 Perulangan objek yang di persepsi Kontras
Prinsip kedekatan atau persamaan.8
Faktor internal yang mempengaruhi persepsi Gender Biologis Fisiologis Sosio-psikologis Sikap Kebiasaan Kemauan .8
2.4 MASYARAKAT PEDESAAN DAN PERKOTAAN 2.4.1 Pengertian Masyarakat
Menurut R.Linton: Masyarakat adalah kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama,sehingga mereka ini dapat mengorganisasikan dirinya berpikir tentang dirinya dalam kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.9
Masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan sempit. Dalam arti luas masyarakat adalah keseluruhan hubungan-hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh lingkungan,bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain kebulatan dari semua perhubungan dalam hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat adalah sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspek-aspek tertentu,misalnya
territorial,bangsa,golongan dan sebagainya.9
16
1. Adanya du orang atau lebih manusia dalam kelompok tersebut dan berada di tempat yang sama.
2. Adanya kesadaran dari setiap anggotanya, bahwa mereka bagian dari satu kesatuan. 3. Adanya proses interaksi yang cukup lama dimana hasil dari interaksi ini akan tercipta
anggota baru yang bisa berkomunikasi serta mampu menciptakan aturan dari setiap anggotanya.
4. Menciptakan sebuah kebudayaan dari hasil pemikiran bersama yang disepakati dan menjadi media penghubung dari setiap anggotanya.10
2.4.2 Masyarakat pedesaan
Masyarakat pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermsyarakat yang biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka.pada situasi dan kondisi tertentu,sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan masyarakat desa di jawa. Namun demikian,dengan adanya perubahan sosial religious dan perkembangan informasi dan teknologi,terkadang sebagian karakteristik tersebut sudah “tidak
berlaku”. Masyarakat pedesaan juga ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu perasaan setiap warga/anggota masyarakat yang amat kuat yang hakekatnya, bahwa seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat dimanapun ia dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk berkorban setiap waktu demi masyarakat atau anggota-anggota
masyarakat, karena beranggapan sama-sama sebagai masyarakat yang saling mencintai saling menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.9
17
1. Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalamdan erat bila dibandingkan dengan masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayah.
2. Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar kekeluargaan. 3. Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian.
4. Masyarakat tersebut homogen, seperti dalam hal matapencarian,agama,adat istiadat,dan sebagainya.9
Didalam masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala khususnya tentang perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketenangan-ketenangan sosial. Gejalah-gejalah sosial yang sering diistilahkan dengan:
1. Konflik 2. Kontraversi 3. Kompetisi
4. Kegiatan pada masyarakat pedesaan.9
2.4.3 Masyarakat perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat pedesaan ada beberapa cirri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu:
1. Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan kehidupan keagamaan di desa.
18
2. Orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia perorangan atau individu. 3. Pembagian kerja diantara warga-warga kota juga lebih tegas dan mempunyai
batas-batas yang nyata.
4. Kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa.
5. Interaksi yang terjadi lebih banyak terjadi berdasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi.
6. Pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting, untuk dapat mengejar kebutuhan individu.
7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.9
2.4.4 Perbedaan Msyarakat Pedesaan dan Masyarakat Perkotaan
1. Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat pedesaan berhubungan kuat dengan alam, karena kolasi geografisnya di daerah desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan hukum alam. Beberapa dengan penduduk yang tinggal di kota yang kehidupannya “bebas” dari realitas alam.
2. Pekerjaan atau Mata Pencaharian, pada umumnya mata pencaharian di daerah pedesaan adalah bertani tapi tak sedikit juga yang bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah pertanian tidak lepas dari kegiatan usaha.
3. Ukuran Komunitas, komunitas pedesaan biasanya lebih kecil dari komunitas perkotaan.
19
4. Kepadatan Penduduk, penduduk desa kepadatannya lebih renda bila dibandingkan dengan kepadatan penduduk kota, kepadatan penduduk suatu komunitas kenaikannya berhubungan dengan klasifikasi drai kota itu sendiri. 5. Homogenitas dan Heterogenitas, homogenitas atau persamaan cirri-ciri sosial
dan psikologis,bahasa,kepercayaan,adat-istiadat,dan perilaku Nampak pada masyarakat pedesaan bila dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya hetorogen, terdiri dari orang-rang dan macam-macam perilaku, dan juga bahasa,penduduk di kota lebih heterogen.
6. Diferensiasi Sosial, keadaan heterogen dari penduduk kota berindikasi pentingnya derajat yang tinggi di dalam diferensiasi sosial.
7. Pelapisan Sosial, kelas sosial di dalam masyarakat sering Nampak dalam bentuk “piramida terbalik” yaitu kelas-kelas yang tinggi berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada diantara kedua tingkat kelas ekstrem dari masyarakat.9