• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN UPAYA PENINGKATAN KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKAJIAN UPAYA PENINGKATAN KEBERSIHAN DI LINGKUNGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PENGKAJIAN UPAYA PENINGKATAN KEBERSIHAN

DI LINGKUNGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA

PALABUHANRATU SUKABUMI

Oleh : KIMURSIH

C44051006

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Pengkajian Upaya Peningkatan Kebersihan Di Lingkungan Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Februari 2010 Kimursih

(3)

ABSTRAK

KIMURSIH, C44051006. Pengkajian Upaya Peningkatan Kebersihan Di Lingkungan Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi. Dibimbing oleh DINARWAN.

Masalah kebersihan di Tempat Pelelangan Ikan merupakan salah satu aspek penting penentu keberhasilan pelabuhan. Namun, hal ini kurang mendapatkan perhatian baik dari pihak pelabuhan sebagai penyedia fasilitas maupun masyarakat sekitar pelabuhan sebagai pengguna TPI. Walaupun kondisi kebersihan tempat pelelangan ikan dan lingkungan sekitarnya amat memprihatinkan, kondisi tersebut tidak menggerakkan aparat kebersihan di tempat pelelangan ikan atau di tingkat pelabuhan untuk menanganinya dengan segera. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi dan hubungan antara karakteristik-karakteristik yang melekat pada masyarakat nelayan dan non nelayan dengan kesadaran dalam menjaga kebersihan di tempat pelelangan ikan. Metode dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan alat analisis menggunakan chi square method. Parameter yang digunakan untuk mengetahui persepsi masyarakat adalah banyaknya tempat sampah, banyaknya petugas kebersihan, banyaknya perlengkapan pengangkut sampah, frekuensi pengambilan sampah per hari dan frekuensi pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA). Hasil analisis menunjukkan bahwa golongan masyarakat nelayan dan non nelayan pada parameter tingkat kebersihan yaitu : (i) perlunya tempat sampah, (ii) perlunya frekuensi pengambilan sampah dan pembuangannya ke TPA serta (iii) perlunya petugas kebersihan memiliki hubungan yang signifikan dengan beberapa latar belakang karakteristik yang melekat. Sementara itu, untuk menanggulangi masalah kebersihan yang sudah memprihatinkan di lingkungan sekitar TPI PPN Palabuhanratu, upaya yang segera dapat dilakukan adalah : (a) menambah jumlah tempat sampah, (b) menambah petugas kebersihan, (c) menambah frekuensi pengambilan sampah dan (d) menambah frekuensi pembuangan sampah.

(4)

PENGKAJIAN UPAYA PENINGKATAN KEBERSIHAN DI

LINGKUNGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN PELABUHAN

PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI

KIMURSIH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(5)

Judul Skripsi : Pengkajian Upaya Peningkatan Kebersihan Di Lingkungan Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan

Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi

Nama Mahasiswa : Kimursih

NRP : C44051006

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui : Pembimbing

Ir. Dinarwan, MS. NIP. 19630823 198803 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan,

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP. 19621223 198703 1 001

(6)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Bulan Agustus 2009 ini adalah peningkatan kebersihan di tempat pelelangan ikan, dengan judul Pengkajian Upaya Peningkatan Kebersihan Di Lingkungan Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Ir. Dinarwan, M.S selaku dosen pembimbing atas bimbingan dan pengarahan yang telah diberikan selama penyusunan skripsi,

2. Dr.Ir. Anwar Bey Pane, DEA selaku dosen penguji dan Dr.Ir. M.Imron, M.Si selaku komisi pendidikan atas masukan yang telah diberikan,

3. Pihak Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi dan staf atas segala bantuan dan pengarahan,

4. Ayah, ibu dan teman-teman PSP 42, dan

5. Pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Februari 2010 Kimursih

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekalongan, Jawa Tengah pada tanggal 10 Agustus 1986 dari pasangan Bapak Tahir dan Ibu Damura. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.

Penulis lulus dari SMA Negeri 1 Comal Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005 dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himafarin Periode 2007/2008 sebagai staf departemen kesekretariatan. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Pengkajian Upaya Peningkatan Kebersihan di Lingkungan Tempat Pelelangan Ikan Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu Sukabumi”.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan ... 4 1.3 Manfaat ... 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan ... 5

2.2 Kebersihan ... 5

2.2.1 Definisi kebersihan ... 5

2.2.2 Kebersihan pelabuhan ... 6

2.2.3 Aspek kebersihan ... 6

2.2.4 Tingkat kebersihan pelabuhan perikanan ... 7

2.3 Jenis dan sumber sampah ... 7

2.4 Kondisi kebersihan di PPN Palabuhanratu ... 8

2.5 Penerapan penanganan kebersihan di pelabuhan ... 8

3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 10

3.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 10

3.3 Metode Penelitian ... 10

3.4 Metode Analisis Data ... 11

3.4.1 Analisis pendapat ... 12

3.4.2 Deskriptif ... 12

3.4.3 Proporsi ... 13

3.4.4 Chi square ... 13

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian ... 16

4.2 Kependudukan ... 17

4.2.1 Jumlah penduduk ... 17

4.2.2 Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan ... 17

(9)

4.3 Gambaran Umum Keadaan TPI di PPN Palabuhanratu ... 20

4.3.1 Keadaan mum TPI di PPN Palabuhanratu ... 20

4.3.2 Keadaan umum TPI berdasarkan tingkat kebersihan ... 20

4.4 Karakteristik Responden ... 22 4.4.1 Umur responden ... 23 4.4.2 Pendidikan ... 24 4.4.3 Tingkat pendapatan ... 24 4.4.4 Status kependudukan ... 24 4.4.5 Status nelayan ... 25

4.4.6 Armada yang digunakan ... 25

4.4.7 Jenis kelamin ... 25

4.4.8 Jenis pekerjaan ... 25

4.5 Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Tingkat Kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu ... 26

4.5.1 Umur nelayan ... 26

4.5.2 Tingkat pendapatan nelayan ... 27

4.5.3 Tingkat pendidikan nelayan ... 27

4.5.4 Status kependudukan ... 28

4.5.5 Status nelayan ... 28

4.5.6 Armada yang digunakan ... 29

4.6 Hubungan Karakteristik Non-Nelayan dengan Tingkat Kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu ... 29

4.6.1 Umur non nelayan ... 29

4.6.2 Tingkat pendapatan ... 30

4.6.3 Tingkat pendidikan ... 30

4.6.4 Jenis pekerjaan ... 31

4.6.5 Jenis kelamin ... 32

4.7 Peran Pelabuhan dalam Memelihara dan Mendorong Kebersihan TPI ... 32

5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 35

5.2 Saran ... 35

DAFTAR PUSTAKA ... 37

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Data sekunder dari Instansi/Lembaga Terkait ... 11

2. Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan

Palabuhanratu tahun 2008 ... 16 3. Jumlah sarana pendidikan di Palabuhanratu tahun 2008 ... 17 4. Jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan

Palabuhanratu tahun 2008 ... 17 5. Karakteristik responden di PPN Palabuhanratu ... 20 6. Hasil perhitungan chi square terhadap parameter kebersihan di PPN

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kondisi kebersihan TPI dan sekitarnya ... 3

2. Keadaan di TPI PPN Palabuhanratu ... 10

3. Keadaan umum TPI PPN Palabuhanratu ... 18

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Hasil analisis chi square : hubungan umur nelayan - banyaknya

jumlah tempat sampah ... 40 2. Hasil analisis chi square : hubungan umur nelayan - banyaknya petugas

kebersihan ... 41

3. Hasil analisis chi square : hubungan umur nelayan - banyaknya

perlengkapan pengangkut sampah ... 42 4. Hasil analisis chi square : hubungan umur nelayan - frekuensi pengambilan

sampah per hari ... 43

5. Hasil analisis chi square : hubungan umur nelayan - frekuensi

pembuangan sampah ke TPA ... 44 6. Hasil analisis chi square : hubungan pendapatan nelayan - banyaknya

tempat sampah ... 45 7. Hasil analisis chi square : hubungan pendapatan nelayan

PPN Palabuhanratu terhadap tingkat kebersihan TPI banyaknya

petugas kebersihan ... 46 8. Hasil analisis chi square : hubungan pendapatan nelayan - banyaknya

perlangkapan pengangkut sampah ... 47 9. Hasil analisis chi square : hubungan pendapatan nelayan – frekuensi

pengambilan sampah per hari ... 48 10. Hasil analisis chi square : hubungan pendapatan nelayan – frekuensi

pembuangan sampah ke TPA ... 49 11. Hasil analisis chi square : hubungan pendidikan nelayan – banyaknya

jumlah tempat sampah ... 50 12. Hasil analisis chi square : hubungan pendidikan nelayan – banyaknya

petugas kebersihan di TPI ... 51 13. Hasil analisis chi square : hubungan pendidikan nelayan – banyaknya

perlengkapan pengangkut sampah ... 52 14. Hasil analisis chi square : hubungan pendidikan nelayan – frekuensi

pengambilan sampah per hari ... 53 15. Hasil analisis chi square : hubungan pendidikan nelayan – frekuensi

pembuangan sampah ke TPA ... 54 16. Hasil analisis chi square : hubungan status kependudukan nelayan –

banyaknya jumlah tempat sampah ... 55 17. Hasil analisis chi square : hubungan status kependudukan nelayan –

(13)

18. Hasil analisis chi square : hubungan status kependudukan nelayan –

banyaknya perlengkapan pengangkut sampah ... 57 19. Hasil analisis chi square : hubungan status kependudukan nelayan –

frekuensi pengambilan sampah per hari ... 58 20. Hasil analisis chi square : hubungan status kependudukan – frekuensi

pembuangan sampah ke TPA ... 59 21. Hasil analisis chi square : hubungan status nelayan – Banyaknya

jumlah tempat sampah ... 60 22. Hasil analisis chi square : hubungan status nelayan – Banyaknya

petugas kebersihan ... 61 23. Hasil analisis chi square : hubungan status nelayan – Banyaknya

perlengkapan pengangkut sampah ... 62

24. Hasil analisis chi square : hubungan status nelayan – frekuensi

pengambilan sampah per hari ... 63 25. Hasil analisis chi square : hubungan status nelayan – frekuensi

pembuangan sampah ke TPA ... 64 26. Hasil analisis chi square : hubungan armada nelayan – Banyaknya

jumlah tempat sampah ... 65 27. Hasil analisis chi square : hubungan armada nelayan – Banyaknya

petugas kebersihan ... 66 28. Hasil analisis chi square : hubungan armada nelayan – Banyaknya

perlengkapan pengangkut sampah ... 67

29. Hasil analisis chi square : hubungan armada nelayan – frekuensi

pengambilan sampah per hari ... 68 30. Hasil analisis chi square : hubungan armada nelayan – frekuensi

pembuangan sampah ke TPA ... 69 31. Hasil analisis chi square : hubungan umur non nelayan – banyaknya

jumlah tempat sampah ... 70 32. Hasil analisis chi square : hubungan umur non nelayan – banyaknya

petugas kebersihan ... 71 33. Hasil analisis chi square : hubungan umur non nelayan – banyaknya

perlengkapan pengangkut sampah ... 72

34. Hasil analisis chi square : hubungan umur non nelayan – frekuensi

pengambilan sampah per hari ... 73 35. Hasil analisis chi square : hubungan umur non nelayan – frekuensi

Pembuangan sampah ke TPA ... 74 36. Hasil analisis chi square : hubungan pendapatan non nelayan –

(14)

37. Hasil analisis chi square : hubungan pendapatan non nelayan –

banyaknya petugas kebersihan ... 76 38. Hasil analisis chi square : hubungan pendapatan non nelayan –

banyaknya perlengkapan pengangkut sampah ... 77 39. Hasil analisis chi square : hubungan pendapatan non nelayan –

frekuensi pengambilan sampah per hari ... 78 40. Hasil analisis chi square : hubungan pendapatan non nelayan –

frekuensi pembuangan sampah ke TPA ... 79 41. Hasil analisis chi square : hubungan pendidikan non nelayan –

banyaknya jumlah tempat sampah ... 80 42. Hasil analisis chi square : hubungan pendidikan non nelayan –

banyaknya petugas kebersihan ... 81 43. Hasil analisis chi square : hubungan pendidikan non nelayan –

banyaknya perlengkapan pengangkut sampah ... 82 44. Hasil analisis chi square : hubungan pendidikan non nelayan –

frekuensi pengambilan sampah per hari ... 83 45. Hasil analisis chi square : hubungan pendidikan non nelayan –

frekuensi pembuangan sampah ke TPA ... 84 46. Hasil analisis chi square : hubungan jenis pekerjaan non nelayan –

banyaknya jumlah tempat sampah ... 85 47. Hasil analisis chi square : hubungan jenis pekerjaan non nelayan –

banyaknya petugas kebersihan ... 86 48. Hasil analisis chi square : hubungan jenis pekerjaan non nelayan –

banyaknya perlengkapan pengangkut sampah ... 87 49. Hasil analisis chi square : hubungan jenis pekerjaan non nelayan –

frekuensi pengambilan sampah per hari ... 88 50. Hasil analisis chi square : hubungan jenis pekerjaan non nelayan –

frekuensi pembuangan sampah ke TPA ... 89 51. Hasil analisis chi square : hubungan jenis kelamin non nelayan –

banyaknya jumlah tempat sampah ... 90 52. Hasil analisis chi square : hubungan jenis kelamin non nelayan –

banyaknya petugas kebersihan ... 91 53. Hasil analisis chi square : hubungan jenis kelamin non nelayan –

banyaknya perlengkapan pengangkut sampah ... 92 54. Hasil analisis chi square : hubungan jenis kelamin non nelayan –

frekuensi pengambilan sampah per hari ... 93 55. Hasil analisis chi square : hubungan jenis kelamin non nelayan –

frekuensi pembuangan sampah ke TPA ... 94 56. Peta lokasi penelitian PPN Palabuhanratu ... .. 95

(15)

57. Lay out Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu ... . 96 58. Keadaan saluran pembuangan di TPI PPN

Palabuhanratu tahun 2009 ... . 97 59. Pihak-pihak tidak berkepentingan yang masuk ke TPI

PPN Palabuhanratu 2009 ... . 98 60. Kondisi TPI PPN Palabuhanratu yang sudah diperbaiki ... . 99

(16)

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelabuhan perikanan adalah suatu lingkungan kerja yang salah satu fungsinya mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, satu diantaranya berupa pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, ketertiban dan pencemaran). Pengendalian lingkungan merupakan salah satu fungsi pelabuhan yang telah diciptakan oleh peraturan menteri kelautan dan perikanan yang cukup penting dalam permasalahan penanganan kebersihan di suatu pelabuhan perikanan (Lubis, 2006 yang diacu oleh Sumiati, 2008).

Dalam pengelolaan pelabuhan perikanan, seringkali masalah kebersihan dan pengelolaan limbah menjadi terlupakan. Buruknya penanganan terhadap kebersihan dan kurangnya fasilitas yang menunjang memungkinkan terjadinya kerugian dalam perdagangan ikan. Selain itu, buruknya kebersihan dapat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat. Menurut lubis (2006) yang diacu oleh Sumiati (2008) bahwa permasalahan kebersihan seperti banyaknya sampah dan limbah sisa atau buangan dari aktivitas-aktivitas di pelabuhan perikanan dan para pengguna akan dapat menimbulkan pencemaran.

Kebersihan di pelabuhan perikanan penting untuk dijaga, karena akan mempengaruhi kenyamanan para pelaku pasar (nelayan, pedagang ikan dan pembeli/pengunjung) dalam beraktivitas di pelabuhan perikanan. Masalah kebersihan di suatu pelabuhan merupakan salah satu aspek penting penentu keberhasilan pelabuhan. Karena dari kebersihan suatu pelabuhan, kualitas mutu ikan dapat dipertahankan sehingga nilai jual ikan pun tinggi yang dapat meningkatkan pendapatan pelabuhan tersebut. Diduga faktor yang menyebabkan terjadinya pencemaran di lingkungan pelabuhan disebabkan antara lain oleh rendahnya tingkat pendidikan, pendapatan yang diterima dan tingkat kesadaran masyarakat setempat (nelayan, pedagang ikan/non ikan, pengunjung/pembeli).

Berkaitan dengan pendapatan yang diterima, menurut Kartila (2008) bahwa semakin tinggi pendapatan seseorang maka tindakannya terhadap penanggulangan sampah akan semakin positif. Sedangkan semakin rendah pendapatannya maka

(17)

terhadap penanggulangan sampah akan semakin negatif tindakannya. Hal ini dikarenakan masyarakat yang memiliki pendapatan tinggi cenderung dapat mengalokasikan waktu dan pendapatannya untuk pengelolaan sampah, sedangkan masyarakat yang memiliki tingkat pendapatan yang rendah, mereka lebih banyak mengalokasikan waktu dan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sehubungan dengan hal tersebut, maka pendapatan nelayan perlu dikaji untuk melihat apakah tingkat pendapatannya mempunyai hubungan dengan kesadaran dalam menjaga kebersihan lingkungan pelabuhan atau tidak.

Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu merupakan salah satu pelabuhan perikanan terpenting dan terbesar di pantai selatan Jawa Barat. Ditambah lagi lokasinya yang relatif berdekatan dengan kota Bandung dan Jakarta sebagai tempat untuk memasarkan hasil tangkapannya, menjadikan nilai tambah tersendiri bagi pelabuhan perikanan ini. Selain itu juga Palabuhanratu terletak sangat strategis karena berada pada posisi dekat dengan daerah penangkapan (fishinng ground) perairan Samudera Hindia (WPP-9) dan akses pemasaran domestik maupun ekspor. Perairan Samudera Hindia mempunyai potensi sumberdaya ikan (SDI) sebesar 911.572 ton per tahun dengan tingkat pemanfaatan baru sebesar 43,85 % (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sukabumi, 2005)

Seiring berkembangnya pelabuhan perikanan berbagai permasalahan dapat terjadi, salah satunya adalah masalah kebersihan lingkungan pelabuhan khususnya tempat pelelangan ikan (TPI) yang kurang mendapat perhatian baik dari pihak pelabuhan sebagai penyedia fasilitas maupun masyarakat sekitar pelabuhan sebagai pengguna TPI. Peran dari pihak pelabuhan sangat diperlukan untuk mendorong dan memelihara kebersihan TPI. Mengingat PPN Palabuhanratu akan dijadikan pelabuhan percontohan di Provinsi Jawa Barat, maka untuk mendukung hal tersebut diperlukan upaya untuk mempertahankan kebersihan lingkungan di TPI tersebut yang salah satunya dapat melalui penyediaan jumlah tempat sampah yang sesuai dengan kebutuhan. Kondisi kebersihan TPI dan lingkungan sekitarnya pada saat ini sangat memprihatinkan. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar-gambar yang disajikan berikut ini.

(18)

Gambar 1 Kondisi lingkungan TPI dan sekitarnya

Walaupun kondisi kebersihan TPI dan lingkungan sekitarnya amat

memprihatinkan, kondisi tersebut tidak menggerakkan aparat kebersihan di TPI atau di tingkat pelabuhan untuk menanganinya dengan segera. Timbul pertanyaan mengapa demikian?, apakah seluruh stakeholder (diantaranya : nelayan, pembeli ikan, pengunjung, pengolah ikan dan aparat terkait) tidak peduli dengan kondisi yang demikian?, sehubungan dengan hal itulah penelitian ini dilakukan.

(19)

1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan :

(1). Menganalisis persepsi masyarakat di sekitar pelabuhan terhadap kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu, Sukabumi;

(2). Menganalisis hubungan antara karakteristik-karakteristik yang

melekat pada nelayan dan non nelayan dengan kesadaran dalam menjaga kebersihan; dan

(3). Menelaah peranan pelabuhan dalam mendorong dan memelihara

kebersihan TPI PPN Palabuhanratu.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

(1). Memberikan gambaran perihal persepsi golongan masyarakat terhadap

kebersihan TPI dan lingkungan di sekitarnya sehingga dapat memudahkan dalam pelaksanaan program penyuluhan tentang kebersihan bagi pihak-pihak yang berkepentingan;

(2). Untuk peningkatan taraf hidup kesehatan masyarakat di sekitar PPN Palabuhanratu, Sukabumi;

(3). Kemudahan petugas pelabuhan dalam upaya menanggulangi aspek

kebersihan; dan

(4). Mengetahui upaya-upaya yang harus dilakukan pihak pelabuhan untuk

(20)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pelabuhan Perikanan

Menurut Lubis (2002), pelabuhan perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan, ditambah pula bahwa pelabuhan perikanan merupakan tempat berlabuh bagi kapal-kapal yang pergi dan pulang dari operasi penangkapan ikan, tempat memperbaiki kapal dan melindungi kapal-kapal perikanan dari gelombang laut. Sedangkan menurut Bagakali (2000) yang diacu oleh Yumi (2007) pelabuhan perikanan adalah suatu komplek gabungan antara area perairan, area lahan dan berbagai sarana yang menjamin keselamatan tempat berlabuh bagi kapal penangkap ikan serta menyediakan pelayanan, terutama untuk keperluan melaut dan bongkar hasil tangkapan.

Pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006 yang diacu oleh Yumi, 2007).

2.2 Kebersihan

2.2.1 Definisi kebersihan

Kebersihan adalah keadaan bebas dari kotoran, termasuk di antaranya : debu, sampah dan bau. Di zaman modern, setelah Louis Pasteur menemukan proses penularan penyakit atau infeksi disebabkan oleh mikroba, kebersihan juga berarti bebas dari virus, bakteri patogen dan bahan kimia berbahaya.

Kebersihan adalah salah satu tanda dari keadaan higiene yang baik. Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat, tidak bau, tidak malu, tidak menyebarkan kotoran, atau menularkan kuman penyakit bagi diri sendiri maupun orang lain. Kebersihan lingkungan adalah kebersihan tempat tinggal, tempat bekerja dan berbagai sarana umum. Kebersihan tempat tinggal dilakukan dengan cara membersihkn jendela dan perabot rumah

(21)

tangga, menyapu dan mengepel lantai, mencuci peralatan masak dan peralatan makan, membersihkan kamar mandi dan jamban, serta membuang sampah. Kebersihan lingkungan dimulai dari menjaga kebersihan halaman dan selokan, dan membersihkan jalan di depan rumah dari sampah (www.id.wikipedia.org). 2.2.2Kebersihan pelabuhan

Menurut Lubis (2005) pelabuhan perikanan tidak hanya dituntut kebersihan lingkungannya saja tetapi juga terhadap kebersihan fasilitas yang digunakan. Untuk menghadapi era globalisasi, pelabuhan perikanan perlu pembenahan di sana-sini terutama dalam hal kebersihan.

1) Kebersihan fasilitas seperti lantai TPI, seharusnya dibersihkan dengan air tawar setiap selesai dilakukan pelelangan ikan dan seminggu 2 x diberi desinfektan. Jadi bukan dicuci dengan air dari kolam pelabuhan yang sering juga dipakai untuk mencuci ikan. Perlunya kebersihan di kolam pelabuhan dengan menyaring terlebih dahulu air sisa-sisa aktivitas ke kolam pelabuhan.

2) Keranjang ikan juga dibersihkan setiap kali selesai pemakaian, agar ikan tidak terkontaminasi bakteri ketika ikan dimasukkan dalam keranjang Peraturan Uni Eropa yang sedang berjalan : (sejak 22/07/1991)

Aturan kebersihan di atas kapal/hygiene rules for fishermen on board;

Kondisi pengawetan ikan di atas kapal/conditions for preserve-tion of fish on board;

Kondisi penanganan ikan ketika didaratkan/conditions for handling on shore; dan

Kondisi pengolahan dan pengepakan/conditions for processing and packing.

2.2.3 Aspek kebersihan

Aspek kebersihan sebagai salah satu indikator kesehatan lingkungan pelabuhan diperlukan dalam pengelolaan pelabuhan perikanan yang terpadu dan simultan. Keterbatasan perangkat kebersihan masih menjadi kendala pemenuhan kebutuhan pelayanan publik. Untuk itu, diperlukan terobosan pengelolaan yang bertumpu pada peran aktif masyarakat dan dunia usaha. Salah satu obsesi pemerintah dalam hal kebersihan adalah mengembangkan budaya hidup bersih

(22)

dan sehat. Perwujudan program ini melalui kegiatan peningkatan pelayanan kebersihan, peningkatan peran dunia usaha & partisipasi masyarakat dalam kebersihan, penyediaan tempat pembuangan sampah (TPS)dan tempat pembuangan sampah akhir (TPA) yang efektif dan efisien (www.semarang.go.id).

2.2.4 Tingkat kebersihan pelabuhan perikanan

Selama ini masyarakat kita pada umumnya masih belum sampai pada taraf sadar kebersihan tingkat tinggi. Bahkan dapat dikatakan, sebagian besar masyarakat kita belum memiliki kesadaran tersebut secara memadai. Hal ini dapat kita lihat dari kenyataan banyaknya lingkungan komunitas yang masih belum bersih, bahkan sebagian lagi mendekati kumuh. Sampah masih berserakan di pinggir-pinggir jalan, di halaman rumah, bahkan di tempat-tempat yang

termasuk penting seperti di pelabuhan perikanan (www.

groups.yahoo.com/group/pakguruonline).

Tingkat kebersihan di suatu lingkungan berbeda-beda menurut tempat dan kegiatan yang dilakukan manusia. Kebersihan di rumah berbeda dengan kebersihan kamar bedah di rumah sakit, sedangkan kebersihan di pabrik makanan berbeda dengan kebersihan di pabrik semikonduktor yang bebas debu (www.id.wikipedia.org).

Mungkin tidak semua orang bisa menilai dengan objektif tingkat kebersihan lingkungan dan kota di negaranya. Sebabnya antara lain: tingkat kebersihan itu sendiri relatif, nilai estetika masing-masing orang bisa berbeda-beda. Itu semua bisa dipengaruhi oleh pengalaman individu dan tingkat kepekaannya terhadap kebersihan. Pengalaman yang dimaksud di sini adalah pernah atau tidaknya seseorang tinggal di lingkungan kota yang lebih terpelihara kebersihannya. Dengan begitu ada pengalaman pembanding sehingga

kepekaannya tersentuh (www.groups.yahoo.com/group/pakguruonline).

2.3 Jenis dan Sumber Sampah

Sebagian sampah yang ditemui di PPN Palabuhanratu berupa sampah rumah tangga, sampah pasar dan sampah dari kegiatan perikanan. Sampah yang berasal dari rumah tangga terdiri dari sampah organik dan sampah an-organik. Sampah organik antara lain sampah yang berasal dari tanaman yang ada di sekitar

(23)

pekarangan pelabuhan seperti bunga, daun dan dahan yang berjatuhan karena sudah layu atau dipangkas. Sampah an-organik adalah sampah yang berasal dari wadah atau kemasan bahan makanan yang terbuat dari plastik dan kaleng (berasal dari warung-warung kecil dan pedagang kaki lima di sekitar pelabuhan). Sampah yang berasal kegiatan perikanan antara lain sisa-sisa potongan ikan, lendir dan darah ikan yang berceceran di sekitar dermaga bongkar, TPI, dan gudang penyimpanan serta air sisa cucian ikan yang menggenang akibat saluran drainase yang tersumbat.

2.4 Kondisi Kebersihan di PPN Palabuhanratu

Kesadaran pelaku (nelayan dan pedagang ikan) akan pentingnya kebersihan masih kurang sehingga mencemari lingkungan pelabuhan. Pelaku masih banyak yang membuang sampah (bungkusan nasi, punting rokok dan plastik) tidak pada tempatnya. Lokasi pelabuhan yang dekat dengan pasar ikan yang kotor menambah kotornya lingkungan pelabuhan perikanan. Orang (pengunjung) bebas masuk ke dermaga dan TPI tanpa adanya pengawasan kebersihan terhadap pengunjung tersebut (Priatna, 2007).

2.5 Penerapan Penanganan Kebersihan di Pelabuhan

Penerapan penanganan kebersihan dan sanitasi di lingkungan pelabuhan perikanan, menurut Departemen Pertanian (2002) yang diacu oleh Faubianny (2008) dibagi dalam dua bagian yaitu :

i. Penerapan kegiatan pembuatan perangkat lunak yang terdiri atas aspek hukum dan peraturan, aspek pengelolaan kebersihan, sanitasi dan aspek peran serta masyarakat

ii. Pengadaan saranan dan prasarana air cuci, atau penanganan ikan , air bersih/air tawar, pananganan pengolahan air limbah, drainase, dan persampahan serta kegiatan lainnya yang dilakukan bersama-sama dengan boding perawatan

Pembuatan perangkat lunak perlu diterapkan untuk menciptakan lingkungan pelabuhan yang bersih, indah dan nyaman. Upaya tersebut antara lain berupa pemberian sanksi hukum bagi yang melanggar ketentuan, membuat slogan atau spanduk yang mendukung terciptanya kebersihan dan melakukan kegiatan yang

(24)

melibatkan masyarakat seperti gotong royong membersihkan lingkungan pelabuhan dan pemberian penghargaan bagi masyarakat yang ikut berjasa menjaga dan menciptakan lingkungan pelabuhan yang nyaman dan bersih. Kegiatan rehabillitasi sarana dan prasarana harus tetap berjalan seiring dan dapat diperbaharui selalu untuk kemajuan pemeliharaan sanitasi dan kebersihan serta pengembangan pelabuhan perikanan.

(25)

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 di PPN Palabuhanratu, Sukabumi.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kamera dan kuesioner, sementara bahan yang digunakan adalah hasil kuesioner dari wawancara dengan responden dan foto-foto keadaan lingkungan di TPI dan sekitarnya seperti yang tampak pada gambar dibawah ini.

Gambar 2 Keadaan di TPI PPN Palabuhanratu 3.3 Metode Penelitian

Penelitian dilakukan menggunakan studi kasus dengan kasus tingkat kebersihan di sekitar TPI PPN Palabuhanratu dan pengelolaannya. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan melakukan :

1) Pengamatan langsung di lapangan, dilakukan dengan mengamati ada

tidaknya (a) tempat sampah di sekitar pelabuhan khususnya TPI, baik itu jumlah dan letaknya, (b) petugas kebersihan yang membersihkan area sekitar pelabuhan dan TPI, (c) lokasi tempat pembuangan akhir dari sampah, (d) upaya pihak pelabuhan dalam menjaga lingkungan pelabuhan.

2) Pengisian kuesioner dan wawancara langsung yang ditujukan kepada

golongan masyarakat sekitar pengguna PPN Palabuhanratu yang terbagi menjadi dua golongan masyarakat yaitu masyarakat nelayan dan non

(26)

nelayan yang di dalamnya memuat identitas diri responden. Identitas diri atau karakteristik yang melekat pada responden meliputi nama, umur, lama pendidikan, tingkat pendapatan, jenis pekerjaan, jenis kelamin dan status kependudukan.

Metode pengumpulan data (pengambilan data) terhadap responden dilakukan dengan teknik stratified random sampling yaitu teknik pengambilan data secara acak dengan ketentuan populasi distratifikasi terlebih dahulu berdasarkan keterwakilan semua golongan masyarakat nelayan dan non nelayan. Penggunaan metode ini diharapkan agar semua lapisan golongan responden dapat terwakili. Banyaknya jumlah responden disesuaikan dengan kondisi di lapangan yang dianggap penting oleh peneliti. Sementara rincian data sekunder yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini.

Tabel 1 Data sekunder dari Instansi/Lembaga Terkait

No Sumber data Jenis data

1 Pihak PPN Palabuhan Ratu a) Jumlah tempat sampah di sekitar

pelabuhan

b) Jumlah petugas kebersihan PPN

Palabuhanratu dan TPI

c) Jumlah perlengkapan pengangkut sampah di PPN Palabuhanratu dan TPI

d) Jumlah nelayan

2 Kecamatan Palabuhan Ratu a) Jumlah penduduk Palabuhanratu

b) Sarana dan prasarana Palabuhanratu

3 Studi pustaka Literatur sebagai pelengkap dan penunjang

3.4 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun dan Effendi, 1989 yang diacu oleh Faubianny, 2008). Data yang sudah dikumpulkan dianalisis secara kuantitatif dan deskriptif kemudian disajikan dalam bentuk tabel sehingga dapat diketahui persepsi responden terhadap tingkat kebersihan dan keadaan di lingkungan TPI PPN Palabuhanratu secara lebih sederhana. Adapun parameter yang digunakan untuk mengetahui persepsi responden terhadap tingkat kebersihan TPI PPN Palabuhanratu antara lain (1) banyaknya jumlah tempat sampah yang sebaiknya ada di TPI, (2) banyaknya petugas kebersihan yang sebaiknya ada di TPI, (3) banyaknya perlengkapan yang sebaiknya ada di TPI, (4) frekuensi

(27)

pengambilan sampah per hari dan (5) frekuensi pembuangan sampah dari TPI ke TPA.

3.4.1 Analisis pendapat responden

Metode analisis pendapat digunakan untuk melakukan survei dan riset pasar dengan cara memberi daftar pertanyaan untuk dijawab kemudian dikategorikan jawaban-jawaban responden, dihitung jumlah jawaban masing-masing kategori, sehingga dapat diketahui keinginan dari responden /masyarakat sekitar (www.itpin.com). Penggunaan metode ini untuk mengetahui pendapat masyarakat terhadap keadaan lingkungan sekitar TPI khususnya tingkat kebersihannya serta harapan mereka kepada para stakeholder pelabuhan agar meningkatkan kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu.

3.4.2 Analisis deskriptif

Metode analisis deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat penelitian dilakukan dan memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Selain itu, metode ini menjawab pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada saat berlangsungnya proses penelitian (Nazir 1999). Metode analisis deskriptif digunakan untuk melihat karakteristik umum responden terhadap tingkat kebersihan di TPI atau dengan kata lain untuk mengetahui ada tidaknya kaitan antara tingkat kebersihan di TPI terhadap karakteristik yang dimiliki responden.

Analisis data dilakukan secara deskriptif melalui penyajian tabel dan foto. Komponen yang akan dianalisis adalah jumlah tempat sampah, petugas kebersihan, perlengkapan pengangkut sampah, frekuensi pengambilan sampah dan pembuangan sampah ke TPA yang ssebaiknya dilakukan oleh pihak TPI.

Analisis deskriptif juga dilakukan dengan mengamati permasalahan-permasalahan yang ada di PPN Palabuhanratu seperti permasalahan-permasalahan teknis dan permasalahan ekonomi. Permasalahan teknis dapat diketahui dengan mengamati kelengkapan dan kondisi fasilitas yang sudah tersedia dan ada atau tidaknya tempat sampah di sekitar pelabuhan, petugas kebersihan yang membersihkan pelabuhan serta tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Permasalahan ekonomi diketahui dengan mengamati kondisi ekonomi yang ada di PPN.

(28)

3.4.3 Analisis proporsi

Fungsi dibuatnya proporsi untuk mengetahui persentasi antara masyarakat yang sudah sadar akan kebersihan dengan yang belum sadar akan kebersihan di sekitar pelabuhan. Sehingga memudahkan pihak pelabuhan jika akan melakukan penyuluhan terhadap masyarakat kaitannya dengan kebersihan di TPI. Selain itu juga untuk mengetahui penanganan terhadap sampah yang diakibatkan oleh kegiatan perikanan.

3.4.4 Analisis chi square (χ²)

Menurut Sugiyono (2003), chi square (χ²) adalah teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis deskriptif bila dalam populasi terdiri dari dua atau lebih kelas atau kategori, data berbentuk nominal dan sampelnya besar. Pengujian dengan menggunakan chi square (χ²) digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik responden terhadap persepsi kebersihan di pelabuhan. Oleh karena itu rumus yang digunakan adalah :

χ² = 𝑟𝑖=1 𝑘𝑗 =1 (𝑂𝑖𝑗 −𝐸𝑖𝑗 )²𝐸𝑖𝑗

Dimana

Oij : banyaknya kasus yang diobservasi dikategorikan dalam baris ke-i kolom ke-j

Eij : banyaknya kasus yang diharapkan dibawah Ho untuk dikategorikan

dalam baris ke-i dan kolom ke-j

r : banyaknya baris

k : banyaknya kolom

Adapun selang kepercayaan yang digunakan adalah 95 % dengan Ho adalah tidak terdapat hubungan antara tingkat persepsi responden tentang kebersihan kaitannya dengan karakteristik yang melekat pada responden.

Data hasil penelitian yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis chi square (χ²) dengan pengolahan data menggunakan program computer EXCEL for windows. Contoh tabel perhitungan chi square terhadap hasil kuesioner yang diperoleh adalah sebagai berikut :

(29)

Tabel 2 Contoh tabel perhitungan chi square hasil kuesioner Karakteristis

responden

Pendapat banyaknya tempat sampah yang baik jumlah

1-3 4-6 7-9 10-12

2 (Ei) 1 (Ei) 2 (Ei) 0 (Ei) 5 (b)

3 (Ei) 3 (Ei) 1 (Ei) 2 (Ei) 9

5 (a) 4 3 2 14 (c)

Karakteristis responden

Pendapat banyaknya petugas kebersihan yang tepat jumlah

1 2 3 ≥ 4

2 (Ei) 1 (Ei) 2 (Ei) 0 (Ei) 5

3 (Ei) 3 (Ei) 1 (Ei) 2 (Ei) 9

5 4 3 2 14

Karakteristis responden

Pendapat banyaknya perlengkapan pengangkut sampah yang baik

jumlah

1-2 3-4 5-6 7-8

2 (Ei) 1 (Ei) 2 (Ei) 0 (Ei) 5

3 (Ei) 3 (Ei) 1 (Ei) 2 (Ei) 9

5 4 3 2 14

Karakteristis responden

Pendapat frekuensi pengambilan sampah di TPI per hari

jumlah

1 2 3 4

2 (Ei) 1 (Ei) 2 (Ei) 0 (Ei) 5

3 (Ei) 3 (Ei) 1 (Ei) 2 (Ei) 9

5 4 3 2 14

Karakteristis responden

Pendapat frekuensi pembuangan sampah ke TPA jumlah

Penuh 1 minggu 1x 1 minggu 2x 2 minggu 1x

2 (Ei) 1 (Ei) 2 (Ei) 0 (Ei) 5

3 (Ei) 3 (Ei) 1 (Ei) 2 (Ei) 9

5 4 3 2 14

Langkah-langkah perhitungan chi square adalah sebagai berikut 1) Menentukan frekuensi harapan (Ei) untuk setiap sel dengan cara :

Ei = (a-b) / (c)

2) Menentukan χ² dengan rumus

3) Nilai derajat bebas (db) adalah db = (k-1)(r-1) 4) Kaidah keputusan dengan :

Apabila χ² hitung < χ² tabel maka terima Ho Apabila χ² hitung > χ² tabel maka tolak Ho

(30)

Dengan Ho adalah : tidak terdapat hubungan antara tingkat persepsi

(31)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian

Perairan Teluk Palabuhanratu termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak di pantai selatan Jawa. Secara geografis, Teluk Palabuhanratu terletak pada posisi 6°54‟12‟‟-7°5‟57,48‟‟ LS dan 106°20‟57,48‟‟-106°36‟0,36‟‟ BT. Luas wilayah Kecamatan Palabuhanratu secara keseluruhan adalah 10.287,985 ha yang terdiri dari lahan sawah (1.367,750 ha), lahan kering (5.942,846 ha), lahan basah (50,875 ha), lahan hutan (40 ha), lahan perkebunan (114,320 ha), lahan keperluan fasilitas umum (44,800 ha) dan untuk keperluan lain-lain (2.737,394 ha). Kecamatan Palabuhanratu memiliki panjang pantai lebih kurang 5 km, dengan karakteristik pantai yaitu pantai berpasir halus dan pantai bertebing terjal. Adapun batas-batas Kecamatan Palabuhanratu adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Kecamatan Cikidang

Sebelah selatan : Kecamatan Simpenan

Sebelah barat : Kecamatan Cikakak dan Samudera Indonesia

Sebelah timur : Kecamatan Bantargadung

Kecamatan Palabuhanratu terbagi menjadi 7 desa dan 1 kelurahan yaitu Citarik, Palabuhanratu (kelurahan), Citepus, Cibodas, Buniwangi, Cikadu, Pasirsuren dan Tonjong. Kelurahan Palabuhanratu merupakan satu-satunya kelurahan yang ada di Kecamatan Palabuhanratu dan merupakan pusat perikanan tangkap yang ada di Kabupaten Sukabumi. Luas wilayah Kelurahan Palabuhanratu secara keseluruhan yaitu seluas 1.023,22 ha. Adapun batas-batas dari wilayah Kelurahan Palabuhanratu adalah sebagai berikut :

Sebelah utara : Desa Citepus

Sebelah selatan : Desa Citarik

Sebelah barat : Samudera Hindia

Sebelah timur : Desa Citarik

Di Kelurahan Palabuhanratu terdapat Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) yang merupakan satu-satunya pelabuhan perikanan nusantara yang ada di Kabupaten Sukabumi. Dengan keberadaan PPN Palabuhanratu, aktivitas kegiatan

(32)

perikanan tangkap cukup ramai, mengingat kapal yang berlabuh di PPN Palabuhanratu tidak hanya kapal yang dimiliki oleh penduduk setempat melainkan dari berbagai wilayah di Indonesia. Selain itu juga ditunjang oleh sarana transportasi baik dari laut maupun darat yang cukup memadai. Kelurahan Palabuhanratu berada tepat di dalam pusat pemerintahan Kabupaten Sukabumi, sehingga fasilitas, prasarana dan sarana yang tersedia cukup memadai dan merupakan wilayah paling maju diantara wilayah yang masuk dalam wilayah administratif Kecamatan Palabuhanratu.

4.2 Kependudukan 4.2.1 Jumlah penduduk

Penduduk Kecamatan Palabuhanratu tahun 2008 berdasarkan data monografi Kecamatan Palabuhanratu berjumlah 94.241 orang yang terdiri dari 45.575 penduduk laki-laki dan 46.666 penduduk perempuan. Dari perbedaan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin menunjukkan rasio bahwa jenis kelamin penduduk Kecamatan Palabuhanratu tidak berbeda jauh antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Adapun jumlah kepala keluarga (KK) yang ada di Kecamatan Palabuhanratu sebanyak 25.714 KK.

4.2.2 Komposisi penduduk berdasarkan pendidikan

Pendidikan memberikan informasi atau pengetahuan dan keterampilan untuk bekal hidup dalam masyarakat. Dengan memperoleh pendidikan seseorang diharapkan dapat semakin memahami kondisi yang terjadi di sekitarnya. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat yaitu dengan pendidikan. Pemerintah mewajibkan warganya mengenyam pendidikan dasar selama sembilan tahun. Untuk mengetahui tingkat pendidikan di Kecamatan Palabuhanratu dapat dilihat pada tabel 3.

(33)

Tabel 3 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan Palabuhanratu tahun 2008

No Tingkat pendidikan Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1 Belum sekolah 15.905 29,2

2 Tidak tamat sekolah 2.124 3,89

3 Tamat SD/sederajat 13.007 23,8

4 Tamat SMP/sederjat 16.117 29,5

5 Tamat SMA/sederajat 6.695 12,3

6 Tamat Akademi 325 0,6

7 Tamat Perguruan Tinggi/sederajat 369 0,68

Jumlah 54.542 100

Sumber : Laporan data monografi Kecamatan Palabuhanratu tahun 2008

Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Palabuhanratu sebagian besar tamat SMP/sederajat sebanyak 16.117 orang (29,5 %), kemudian urutan berikutnya adalah penduduk yang belum sekolah namun termasuk ke dalam usia sekolah yang berjumlah 15.905 orang (29,2 %). Secara keseluruhan tingkat pendidikan di Kecamatan Palabuhanratu sudah cukup baik yaitu sebagian besar penduduk berhasil melaksanakan program wajib belajar 9 tahun. Hal ini memungkinkan angka buta huruf penduduk di Kecamatan Palabuhanratu menjadi rendah dan pada akhirnya akan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Banyaknya penduduk yang berpendidikan SLTP ke bawah, bisa dikaitkan dengan terbatasnya sarana pendidikan sekolah lanjutan, seperti SLTA, yang hanya berjumlah 5 buah sekolah dengan daya tampung 1.627 siswa, sedangkan lulusan SLTP yang siap melanjutkan ke jenjang SLTA sebanyak 5.483 siswa. Hal ini mengakibatkan banyak penduduk Palabuhanratu yang melanjutkan sekolah ke daerah lain seperti Kecamatan Cisolok, Cibadak, Warungkiara dan Kota Sukabumi, sedangkan sebagian lainnya tidak melanjutkan sekolah karena keterbatasan biaya pendidikan. Jumlah sarana pendidikan yang ada di Palabuhanratu untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.

(34)

Tabel 4 jumlah sarana pendidikan di Palabuhanratu tahun 2008. Sekolah Jumlah (buah) Daya tampung (orang) Jumlah guru (orang) TK 5 500 15 Sekolah Dasar/sederajat 46 10.560 310 SLTP/sederajat 12 5.483 157 SMA/sederajat 5 947 65 Perguruan tinggi 5 130 15

Sumber : Data Monografi Kecamatan Palabuhanratu Tahun 2008

4.2.3 Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian

Menurut data monografi Kecamatan Palabuhanratu, nilai persentase terbesar mata pencaharian yang digeluti penduduk Kecamatan Palabuhanratu adalah peternak yaitu sebesar 13.305 jiwa (41,8%), sedangkan mata pencaharian sebagai pengusaha sedang/besar memiliki persentase terkecil yaitu 0,37% atau sebanyak 117 jiwa. Adapun jumlah sebaran penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kecamatan Palabuhanratu untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5 Jumlah penduduk berdasarkan jenis pekerjaan di Kecamatan Palabuhanratu tahun 2008

No Mata pencaharian Jumlah

(jiwa) Persentase (%) 1 Petani 5.671 17,8 2 Nelayan 2.149 6,75 3 Pengusaha sedang/besar 117 0,37 4 Pengrajin/industry kecil 256 0,8 5 Buruh 3.776 11,9 6 Pedagang 4.206 13,2 7 Pengangkutan 175 0,55

8 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 1.472 4,62

9 TNI/POLRI 173 1,71

10 Pensiunan (PNS/TNI/POLRI) 545 0,54

11 Peternak 13.305 41,8

Jumlah 31.845 100

(35)

4.3 Gambaran Umum Keadaan TPI di PPN Palabuhanratu 4.3.1 Keadaan umum TPI di PPN Palabuhanratu

Gedung TPI PPN Palabuhanratu memiliki luas 900 m². Gedung TPI tersebut dilengkapi dengan kantor dan tempat pelelangan. Sarana yang ada di TPI PPN Palabuhanratu adalah beberapa timbangan untuk penyelenggaraan pelelangan, trays (basket) dan satu buah sound system. Timbangan tersebut saat ini tidak digunakan karena rusak. TPI PPN Palabuhanratu pada saat ini tidak dimanfaatkan sebagaimana fungsinya sebagai tempat pelelangan ikan. Adapun keadaan umum TPI PPN Palabuhanratu untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 3 Keadaan umum TPI PPN Palabuhanratu

4.3.2 Keadaan umum TPI berdasarkan tingkat kebersihan

Di lingkungan gedung TPI PPN Palabuhanratu, kondisi tempat pelelangan tidak bersih. Ruang pelelangan ini terlihat masih kotor karena terdapat banyak sampah, baik yang non ikan seperti puntung rokok dan sampah plastik, maupun yang ikan seperti ceceran darah ikan, lendir ikan dan potongan tubuh ikan. Faktor-faktor yang menyebabkan kurang bersihnya ruang pelelangan ini adalah kurangnya kesadaran pelaku (nelayan, pedagang ikan, pedagang non-ikan) akan pentingnya kebersihan di ruang pelelangan, banyaknya orang yang tidak berkepentingan di TPI dan tidak terdapatnya tempat sampah (bentuk fiber glass) di TPI.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, jumlah tempat sampah yang terdapat di TPI hanya satu yang berbentuk bak sampah besar dan terletak di depan gedung TPI. Sementara tempat sampah dalam bentuk fiber glass yang terdapat di

(36)

dalam TPI maupun di sekitar lingkungan TPI tidak ada. Kran air bersih yang biasa digunakan untuk menyemprot lantai TPI setelah aktivitas pelelangan juga tidak ada. Masyarakat setempat menggunakan air dari kolam pelabuhan untuk melakukan kegiatan seperti menyiram lantai TPI dan mencuci ikan. Selain itu, buruknya kondisi kebersihan fasilitas gedung TPI di PPN Palabuhanratu dikarenakan oleh saluran pembuangan (selokan) untuk air kotor sisa pencucian dan limbah sisa-sisa hasil tangkapan langsung dialirkan ke kolam pelabuhan yang ada di samping gedung TPI. Dari pihak TPI sendiri maupun pelabuhan tidak menyediakan/membuat saluran khusus untuk menampung air kotor dan limbah kegiatan perikanan, sehingga menyebabkan kolam pelabuhan yang ada di PPN Palabuhanratu menjadi kotor karena banyak sampah ikan dan non ikan yang mengapung di kolam tersebut.

Gambar 4 Keadaan kolam pelabuhan di samping TPI

Penyebab lain terjadinya kekotoran di lingkungan sekitar TPI adalah adanya limbah non-ikan seperti sampah di lahan parkir yang ditimbulkan oleh aktivitas penjualan oleh pedagang asongan atau kaki lima dan warung kecil yang menjajakan barang dagangannya di lingkungan sekitar TPI. Adanya aktivitas tersebut sedikit banyak menimbulkan sampah plastik, bungkus rokok dan bungkusan nasi di sekitar TPI.

Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas kebersihan di TPI, lantai gedung TPI dibersihkan setiap pagi jam 05.00-06.30. Petugas kebersihan yang ada di TPI hanya berjumlah satu orang, sedangkan beban tugasnya di pelabuhan ini dirasa cukup memberatkan mengingat jam kerjanya setiap hari yaitu pagi dan sore sebelum aktivitas pendaratan hasil tangkapan, ataupun sebelum para pelaku

(37)

pasar (nelayan, pedagang ikan/non ikan, pembeli) memulai aktivitasnya di pelabuhan perikanan.

4.4 Karakteristik Responden

Berdasarkan hasil penelitian terhadap 98 responden yang terdapat di PPN Palabuhanratu diperoleh karakteristik responden yang diduga mempengaruhi persepsi terhadap kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu. Karakteristik responden tersebut terdiri dari umur responden, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan yang diterima, status kependudukan, status nelayan, armada yang digunakan, jenis kelamin dan jenis pekerjaan. Adapun penggolongan masyarakat akan di bagi menjadi dua yaitu masyarakat nelayan dan masyarakat non nelayan. Jumlah dari responden masyarakat nelayan adalah 34 orang. Sedangkan jumlah dari masyarakat non nelayan adalah 64 orang. Adapun karakteristik responden di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6 Karakteristik responden di PPN Palabuhanratu 2009

Karakteristik

Jumlah responden (orang) Masyarakat nelayan Masyarakat non nelayan Umur  Anak-anak (9-14) - 2  Remaja (15-20) 4 3  Dewasa (21-50) 29 51  Tua (51-56) 1 8 jumlah 34 64 Tingkat pendapatan (Rp)  ≤ 1.000.000,00 20 15  1.000.000,00-2.000.000,00 7 16  ≥ 2.000.000,00 7 30 Jumlah 34 61

Tingkat pendidikan  Tidak sekolah 3 -

 Tamat SD 18 19  Tamat SMP 9 14  Tamat SMA 3 12  Tamat perguruan tinggi 1 19 Jumlah 34 64

Status kependudukan  Pendatang 17 -

 Asli 17 -

jumlah 34 -

Status nelayan  Pemilik kapal 7 -

 Nakhoda 7 -

(38)

Tabel 6 Lanjutan karakteristik responden di PPN Palabuhanratu 2009

Karakteristik

Jumlah responden (orang) Masyarakat Nelayan Masyarakat non nelayan Armada yang digunakan  Armada kecil 7 -  Armada sedang 18 -  Armada besar 9 - jumlah 34 -

Jenis kelamin  Laki-laki - 59

 Perempuan - 5

Jumlah - 64

Jenis pekerjaan  PNS Pelabuhan - 16

 PNS Non Pelabuhan

- 13

 Swasta - 28

jumlah - 57

Sumber : data pribadi diolah, 2009

4.4.1 Umur responden

Menurut Hurlock (1980) yang diacu oleh Prabawaputra (2009), umur atau usia seseorang merupakan aspek internal yang diduga mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi seseorang terhadap tingkat kebersihan di suatu lingkungan. Umur dapat berperan besar pada seseorang dalam menerima atau mengadopsi berbagai perubahan termasuk perubahan lingkungan dan perubahan sosial. Semakin tinggi tingkat umur seseorang maka sikapnya akan menjadi semakin positif, karena masyarakat dengan umur tua cenderung memiliki kematangan sikap yang lebih tinggi dibandingkan dengan masyarakat yang berumur muda. Selain itu, masyarakat dengan umur tua cenderung memiliki banyak pengalaman dan pengetahuan terhadap kebersihan di suatu lingkungan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara tingkat umur responden terhadap tingkat kebersihan di lingkungan TPI PPN Palabuhanratu.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa usia terendah responden adalah 9 tahun sedangkan usia tertinggi adalah 52 tahun. Untuk lebih jelasnya, data umur responden masyarakat nelayan dan non nelayan dapat dilihat pada tabel 6, dimana pada tabel 6 terlihat bahwa sebagian responden termasuk kedalam

(39)

kelompok umur dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa responden termasuk ke dalam usia produktif untuk bekerja.

4.4.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan responden mencerminkan pola pikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka diharapkan pola pikirnya akan semakin rasional atau positif terhadap kebersihan di suatu lingkungan (Suryani, 2004). Tingkat pendidikan responden diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah. Data tingkat pendidikan responden dapat dilihat pada tabel 6.

4.4.3 Tingkat pendapatan

Salah satu faktor yang mempengaruhi kehidupan responden adalah kondisi perekonomiannya. Pendapatan merupakan salah satu indikator ekonomi untuk mengukur tingkat kesejahteraan rumah tangga. Semakin tinggi tingkat pendapatan seseorang, maka sikapnya akan semakin positif terhadap tingkat kebersihan di suatu lingkungan, sehingga tingkat pendapatan responden penting untuk diketahui persepsinya terhadap tingkat kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu. Adapun tingkat pendapatan responden di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada tabel 6.

Pada tabel 5 terlihat bahwa sebagian responden memiliki tingkat pendapatan rendah dengan kisaran pendapatan Rp 300.000,00-Rp 1.000.000,00. Responden yang memiliki tingkat pendapatan rendah memiliki profesi sebagai Anak Buah Kapal (ABK), jasa pengangkut ikan, pedagang makanan, dan petugas kebersihan. Adapun responden yang memiliki pendapatan sedang maupun tinggi memiliki profesi sebagai PNS, militer dan pegawai swasta dengan pendapatan per bulan lebih dari Rp 2.000.000,00.

4.3.4 Status kependudukan

Status kependudukan responden di PPN Palabuhanratu digolongkan menjadi dua yaitu pendatang (dari luar daerah PPN Palabuhanratu) dan penduduk asli (dari daerah PPN Palabuhanratu). Status kependudukan hanya akan meliputi masyarakat nelayan saja karena sebagian besar penduduk pendatang berasal dari masyarakat nelayan. Status kependudukan penting untuk diketahui ada tidaknya hubungan terhadap tingkat kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu karena terdapat

(40)

kecenderungan bahwa penduduk asli lebih memperhatikan kebersihan di lingkungannya dibandingkan dengan penduduk pendatang. Data status kependudukan masyarakat nelayan di PPN Palabuhanratu dapat dilihat pada tabel 6.

4.3.5 Status nelayan

Status nelayan akan dibagi menjadi tiga yaitu, pemilik kapal, nakhoda dan anak buah kapal (ABK). Hubungan antara status nelayan dengan tingkat kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu penting untuk diketahui karena terdapat kecenderungan bahwa pemilik kapal dan nakhoda lebih memperhatikan kebersihan lingkungan dibandingkan dengan ABK.

4.3.6 Armada yang digunakan

Armada yang digunakan nelayan PPN Palabuhanratu dibagi menjadi tiga yaitu armada besar (kapal long line), armada sedang (kapal payang, gillnet dan bagan) dan armada kecil (kapal pancing layur). Adapun jumlah responden untuk armada yang digunakan masyarakat nelayan dapat dilihat pada tabel 6.

4.3.7 Jenis kelamin

Jenis kelamin responden masyarakat non nelayan dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan. Jenis kelamin penting untuk diketahui hubungannya terhadap tingkat kebersihan di TPI PP Palabuhanratu karena umumnya golongan perempuan lebih peduli terhadap kebersihan lingkungan. Adapun sebaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 6.

4.3.8 Jenis pekerjaan

Jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor internal responden yang diduga memiliki korelasi dengan tingkat partisipasi responden. Kegiatan dan kesibukan berbeda yang dimiliki oleh masing-masing responden akan menimbulkan kebutuhan dan kepentingan yang berbeda pula (Prabawaputra, 2009). Keterkaitan antara jenis pekerjaan dengan tingkat kebersihan adalah umumnya terdapat kecenderungan lingkungan kerja mempengaruhi sikap, tindakan dan pendapatnya terhadap tingkat kebersihan di TPI. Selain itu juga karena kegiatan dan kesibukan berbeda yang dimiliki oleh masing-masing responden akan

(41)

menimbulkan kebutuhan dan kepentingan yang berbeda pula. Berikut ini adalah data jenis pekerjaan responden yang disajikan melalui tabel 6.

4.3 Hubungan Karakteristik Nelayan dengan Tingkat Kebersihan TPI PPN Palabuhanratu

Analisis hubungan antara karakteristik nelayan PPN Palabuhanratu terhadap tingkat kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara karakteristik-karakteristik yang dimiliki oleh nelayan. Karakteristik tersebut terdiri dari umur, tingkat pendapatan yang diterima, tingkat pendidikan, status kependudukan, status nelayan dan armada yang digunakan. Adapun parameter yang digunakan untuk mengetahui persepsi nelayan terhadap tingkat kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu antara lain adalah (i) jumlah tempat sampah yang sebaiknya ada di TPI, (ii) jumlah petugas kebersihan yang sebaiknya ada di TPI, (iii)banyaknya perlengkapan pengangkut sampah yang seharusnya ada di TPI, (iv) frekuensi pengambilan sampah di TPI per harinya dan (v) frekuensi pembuangan sampah dari TPI ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA).

4.5.1 Umur nelayan

Umur nelayan digolongkan menjadi 4 yaitu usia anak-anak (9-14 tahun), remaja (15-20 tahun), dewasa (21-50 tahun) dan tua (51-55 tahun). Penggolongan ini berdasarkan usia nelayan yang dijadikan sebagai responden dalam pengamatan, dimana untuk usia 9 tahun merupakan usia paling muda dari responden dan usia 52 tahun merupakan usia paling tua dari responden.

Berdasarkan uji chi square, ternyata karakteristik umur tidak berhubungan dengan aspek kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu untuk keempat parameter yang digunakan (yaitu : banyaknya petugas kebersihan, banyaknya perlengkapan pengangkut sampah, frekuensi pengambilan sampah di TPI dalam sehari dan frekuensi pembuangan sampah dari TPI ke TPA). Sementara untuk parameter banyaknya tempat sampah yang sebaiknya ada di TPI didapatkan nilai χ² tabel yang lebih kecil dari χ² hitung sehingga umur memiliki hubungan dengan parameter banyaknya jumlah tempat sampah yang mewakili aspek kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu. Hubungan ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat umur masyarakat nelayan maka sikapnya akan menjadi semakin positif. Masyarakat dengan umur tua cenderung memiliki kematangan sikap yang lebih

(42)

tinggi apabila dibandingkan dengan masyarakat yang berumur muda. Hal ini disebabkan karena semakin tua umur masyarakat maka akan semakin banyak pula pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga masyarakat cenderung memiliki sikap positif bahwa penting untuk menjaga kebersihan di lingkungan TPI dengan menyediakan tempat sampah di dalam dan sekitar TPI.

Berdasarkan perhitungan chi square, didapatkan bahwa hanya satu parameter yang memiliki hubungan terhadap aspek kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu yaitu banyaknya tempat sampah di TPI. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua golongan usia nelayan memiliki hubungan positif terhadap banyaknya jumlah tempat sampah yang diperlukan dalam upaya meningkatkan tingkat kebersihan di TPI.

4.5.2 Tingkat pendapatan nelayan

Tingkat pendapatan nelayan digolongkan menjadi tiga yaitu, pendapatan rendah (≤ Rp 1.000.000,00), pendapatan sedang (Rp 1.000.000,00-Rp 2.000.000,00) dan pendapatan tinggi (≥ Rp 2.000.000,00). Berdasarkan uji chi square pendapatan nelayan tidak berhubungan terhadap aspek kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu untuk dua parameter yang digunakan, yaitu banyaknya petugas kebersihan dan banyaknya perlengkapan pengangkut sampah yang sebaiknya ada di TPI. Sementara itu tiga parameter yang mempunyai hubungan berpengaruh nyata terhadap aspek kebersihan yaitu banyaknya tempat sampah, frekuensi pengambilan sampah di TPI dalam sehari dan frekuensi pembuangan sampah dari TPI ke TPA. Nilai ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka akan semakin positif tindakan yang dilakukan dalam kaitannya dengan banyaknya tempat sampah, frekuensi pengambilan sampah dalam sehari dan frekuensi pembuangan sampah dari TPI ke TPA.

4.5.3 Tingkat pendidikan nelayan

Tingkat pendidikan nelayan dibagi menjadi lima yaitu, tidak sekolah, tamat SD, tamat SMP, tamat SMA dan tamat Perguruan Tinggi. Berdasarkan hasil uji chi square tingkat pendidikan nelayan tidak berhubungan terhadap aspek kebersihan di TPI untuk kelima parameter yang digunakan (yaitu : banyaknya tempat sampah, banyaknya petugas kebersihan, banyaknya perlengkapan

(43)

pengangkut sampah, frekuensi pengambilan sampah di TPI dalam sehari dan frekuensi pembuangan sampah dari TPI ke TPA).

4.5.4 Status kependudukan

Status kependudukan nelayan PPN Palabuhanratu digolongkan menjadi dua yaitu nelayan pendatang (dari luar daerah PPN Palabuhanratu, misalnya Pemalang, Brebes) dan nelayan asli (dari daerah PPN Palabuhanratu). Penggolongan ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana kesadaran atau kepedulian mereka terhadap tingkat kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu.

Hasil uji chi square antara status penduduk dengan tingkat kebersihan di TPI PPN Palabuhanratu didapatkan empat parameter yang menunjukkan hubungan tidak berpengaruh nyata terhadap aspek kebersihan (yaitu banyaknya tempat sampah, banyaknya petugas kebersihan, banyaknya perlengkapan pengangkut sampah dan frekuensi pengambilan sampah di TPI per harinya). Sementara untuk parameter frekuensi pembuangan sampah dari TPI ke TPA menunjukkan hubungan yang nyata terhadap status kependudukan.

Berdasarkan pengamatan, status kependudukan memiliki sikap positif dengan tingkat kebersihan TPI PPN Palabuhanratu yang dipengaruhi oleh faktor luar/eksternal. Sebagai contohnya adalah nelayan pendatang yang sebagian besar adalah nelayan long line, dimana mereka sering mendaratkan hasil tangkapannya di daerah lain sehingga dimanapun berada harus mengutamakan kebersihan karena hasil tangkapannya untuk diekspor. Menurut peneliti, tipe keterlibatan nelayan pendatang dalam menjaga kebersihan lingkungan lebih didasarkan pada keterpaksaan karena adanya tekanan dari kekuatan yang bersifat memaksa, dalam hal ini adalah juragan long line.

4.5.5 Status nelayan

Status nelayan PPN Palabuhanratu dibagi menjadi tiga yaitu, pemilik kapal, nakhoda dan anak buah kapal (ABK). Dari lima parameter yang digunakan, terdapat tiga parameter yang memiliki hubungan nyata terhadap tingkat kebersihan di TPI, yaitu banyaknya tempat sampah, banyaknya petugas kebersihan dan frekuensi pengambilan sampah di TPI dalam sehari. Sementara dua parameter lain yang menunjukkan tidak terdapat hubungan yang nyata antara

(44)

status nelayan dengan tingkat kebersihan di TPI adalah banyaknya perlengkapan pengangkut sampah dan frekuensi pembuangan sampah dari TPI ke TPA.

4.5.6 Armada yang digunakan

Armada yang digunakan nelayan PPN Palabuhanratu dibagi menjadi tiga yaitu, armada Besar (kapal long line), armada sedang (kapal payang, rumpon, bagan dan gillnet) dan armada kecil (kapal pancing layur).

Hasil uji chi square antara armada yang digunakan nelayan (armada besar, sedang dan kecil) terhadap tingkat kebersihan TPI Palabuhanratu menunjukkan hubungan yang tidak berpengaruh nyata dengan tingkat kebersihan TPI PPN Palabuhanratu untuk semua parameter yang digunakan, yaitu banyaknya tempat sampah, banyaknya petugas kebersihan, banyaknya perlengkapan pengangkut sampah yang seharusnya ada di TPI, frekuensi pengambilan sampah di TPI dalam sehari dan frekuensi pembuangan sampah dari TPI ke TPA.

4.6 Hubungan Karakteristik Non-Nelayan dengan Tingkat Kebersihan TPI PPN Palabuhanratu

Sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pendapat masyarakat non nelayan yang berada di dalam pelabuhan (sebagai pengguna atau pengunjung ke TPI) terhadap aspek kebersihan di lingkungan TPI PPN Palabuhanratu. Adapun variabel yang diamati yaitu karakteristik masyarakat non nelayan yang meliputi umur, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan jenis kelamin. Selain itu juga penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara karakteristik yang dimiliki non nelayan terhadap tingkat kebersihan TPI, dengan parameter yang digunakan untuk mengetahui hubungan tersebut antara lain : banyaknya tempat sampah yang sebaiknya ada di TPI, banyaknya petugas kebersihan yang sebaiknya ada di TPI, banyaknya perlengkapan pengangkut sampah, frekuensi pengambilan sampah di TPI dalam sehari dan frekuensi pembuangan sampah dari TPI ke TPA.

4.6.1 Umur non nelayan

Umur responden dikelompokkan menjadi 4 yaitu anak-anak (9-14 tahun), remaja (15-20 tahun), dewasa (21-50 tahun) dan manula (51-56 tahun). Persentase terbesar responden adalah masuk dalam kelompok usia dewasa (79.7

Gambar

Gambar 1  Kondisi lingkungan TPI dan sekitarnya
Tabel 1  Data sekunder dari Instansi/Lembaga Terkait
Tabel 2  Contoh tabel perhitungan chi square hasil kuesioner  Karakteristis
Tabel 3 Jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Kecamatan    Palabuhanratu tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan : 1) Mengetahui profil rumah tangga miskin petani jagung di Kecamatan Randangan 2) Mengetahui sumber pendapatan rumah tangga miskin petani jagung di

Pada tanggal 20 Desember 2012, Perusahaan mengakuisisi secara tidak langsung seluruh saham MCA melalui PT Lippo Malls Indonesia (d/h PT Counsulting &amp;

Sebaliknya, pasien dengan afasia sensorik transkortikal dapat mengulang (repetisi) dengan baik, namun tidak memahami apa yang didengarnya atau yang diulanginya.. Bicara

Dalam penyusunan company profile juga akan dilakukan perancangan corporate identity yang digunakan sebagai media pendukung, karena corporate identity berfungsi

Penetapan melalui metode rukyat ialah jika telah terjadi ijtimak sebelum matahari terbenam setiap akhir bulan berjalan (setiap tanggal 29) hilal dapat terlihat pada

Dalam tenggang waktu 2 (hari) kerja setelah permohonan PK, Ketua Pengadilan Negeri wajib menunjuk Majelis Hakim yang tidak memeriksa perkara semula, untuk

menyatakan bahwa kreativitas belajar yang tinggi akan mempengaruhi prestasi belajar matematika siswa. Jadi, kreativitas belajar matematika siswa sangat berpengaruh terhadap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) luas perubahan lahan milik masyarakat paling besar berada di Kelurahan Kedungpane mencapai 60%, sedangkan yang paling sedikit berada