• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ibu dan bayinya. Saat bayi dilahirkan adalah saat yang menakjubkan bagi seorang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ibu dan bayinya. Saat bayi dilahirkan adalah saat yang menakjubkan bagi seorang"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kelahiran adalah sebuah momen yang dapat membentuk suatu ikatan antara ibu dan bayinya. Saat bayi dilahirkan adalah saat yang menakjubkan bagi seorang ibu karena ibu dapat melihat, memegang dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama kali (Muslihatun, 2010).

Pada menit-menit pertama sampai beberapa jam setelah kelahiran bayi terjadilah sentuhan/kontak kulit antara ibu dan bayi yang dapat mencetuskan bonding (Sulistyawati, 2009). Bonding merupakan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan melalui bonding terbentuklah attachment (kasih sayang).

Bonding adalah suatu langkah untuk mengungkapkan perasaan afeksi (kasih sayang) dari ibu kepada bayinya segera setelah lahir, sedangkan attachment adalah interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu (Dewi dan Sunarsih, 2011). Oleh karena itu bonding attachment adalah proses terbentuknya ikatan antara ibu nifas dan bayinya segera sesaat setelah persalinan (Nugroho, 2014).

Ikatan ibu dan bayi dimulai sejak bayi belum dilahirkan dengan suatu perencanaan dan konfirmasi kehamilan, serta menerima janin yang tumbuh sebagai individu. Sesudah lahir sampai minggu-minggu berikutnya, kontak visual dan fisik bayi memicu adanya kedekatan ibu dan bayi (Marmi, 2009).

(2)

Bonding attachment memiliki beberapa elemen yaitu sentuhan ibu kepada bayinya, adanya kontak mata antara ibu dan bayi, saling mendengar dan merespon suara antara ibu dan bayi, ibu dan bayi dapat saling merespon bau badan yang khas dari masing-masing, adanya respon gerakan bayi pada saat mendengar suara ibunya (entraintment), dan adanya ritme personal dari bayi (bioritme) (Perry et al., 2014; Marmi, 2015). Sementara Marmi (2015) menambahkan kontak dini sebagai elemen dari bonding attachment, namun saat ini tidak ada bukti-bukti alamiah yang menunjukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan hal yang penting untuk hubungan orang tua dan anak.

Beberapa interaksi yang dapat dilakukan ibu terhadap bayinya dalam melakukan bonding attachment antara lain sentuhan pada tungkai dan muka bayi secara halus dengan tangan ibu, sentuhan pada pipi yang dapat menstimulasi respon terjadinya gerakan muka bayi ke arah muka ibu atau ke arah payu dara, tatapan mata bayi dan ibu yang dapat menimbulkan perasaan saling memiliki antara ibu dan bayi (Wulandari dan Handayani, 2010). Beberapa interaksi tersebut dapat meningkatkan bonding attachment antara ibu dan bayinya.

Manfaat dari bonding attachment antara lain adalah bayi merasa dicintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap sosial dan bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi (Lusa, 2010). Manfaat lain dari bonding attachment antara lain menjalin ikatan antara ibu nifas dan bayi, memberikan ibu nifas dan bayinya kesempatan untuk melakukan kontak kulit dan mata, bayi akan mendapat kolostrum ibu nifas segera setelah lahir dan meningkatkan hubungan ikatan batin seumur hidup antara ibu nifas dan bayi (Nugroho, 2014). Manfaat

(3)

yang lain dari bonding attachment antara ibu dan bayi adalah menstimulasi perkembangan bayi agar tumbuh normal.

Perkembangan bayi normal sangat tergantung dari respon kasih sayang ibu dengan bayi yang dilahirkan yang bersatu dalam hubungan psikologis dan fisiologis (Marmi, 2009). Apabila seorang ibu konsisten dalam responnya terhadap kebutuhan bayi dan mampu menafsirkan dengan tepat isyarat seorang bayi, perkembangan bayi akan terpacu dan terbentuklah ikatan batin yang kokoh. Keberhasilan dalam hubungan dan ikatan batin antara seorang bayi dengan ibunya dapat memengaruhi hubungan sepanjang masa (Wulandari dan Handayani, 2010).

Sementara dampak yang ditimbulkan akibat terganggunya bonding attachment adalah pada masalah intelektual seperti anak akan mengalami kesulitan belajar, memengaruhi kemampuan berfikir dan sulit mengendalikan dorongan. Adapun pada masalah emosional dapat mengakibatkan anak akan mengalami gangguan bicara, gangguan pola makan, perkembangan konsep diri yang negatif, masalah moral dan sosial (Nugroho, 2014). Dampak lain yang

ditimbulkan apabila bonding attachment mengalami hambatan akan

mengakibatkan perkembangan tingkah laku anak terhambat. Gejala yang memperlihatkan perkembangan tingkah laku anak yang terhambat adalah tingkah laku stereotype, sosial abnormal, kemunduran motorik, kognitif, verbal, serta anak bersikap apatis (Muslihatun, 2010).

Faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment diantaranya adalah lama dan intensitas persalinan, obat penenang, pengalaman sebelumnya dengan bayi, perasaan ibu nifas telah mempunyai bayi, hubungan bayi dengan ayah,

(4)

kesehatan umum ibu nifas dan kekhawatiran tentang bayi (Nugroho, 2014). Kondisi yang memengaruhi ikatan ibu dan bayi antara lain kesehatan emosional orang tua, sistem dukungan sosial yang meliputi keluarga, teman dan pasangan hidup, kedekatan orang tua dengan bayi, kecocokan orang tua dan bayi (termasuk keadaan, temperamen dan jenis kelamin) (Mercer, 1996).

Menurut Hildebrandt & Fitzguald (1993) ketertarikan fisik akan memengaruhi bonding attachment, dimana wajah bayi akan menimbulkan reaksi positif dari orang tuanya. Bayi yang menarik dan bayi yang tidak menarik akan memengaruhi perilaku yang berkelanjutan dari orang tuanya tersebut, misalnya pada bayi prematur yang orang tuanya terkadang mempunyai penilaian negatif pada bayi tersebut sehingga akan memengaruhi reaksi bonding attachment.

Penelitian Nasution (2014) tentang pelaksanaan bonding attachment pada ibu nifas di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam menunjukkan ibu yang melaksanakan bonding attachment sebanyak 55 orang (91,7%) dan ibu yang tidak melakukan bonding attachment sebanyak 5 orang (9,3%). Hal tersebut menunjukkan masih adanya ibu yang tidak melakukan bonding attachment. Hal ini disebabkan faktor kelelahan setelah persalinan, bayi sakit, penolakan dari ibu itu sendiri untuk melaksanakan bonding attachment.

Penelitian Mutiara (2013) tentang hubungan paritas, pengetahuan dan pendidikan dengan bonding attachment pada ibu nifas di Bereuneun Kabupaten Pidie menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara paritas ibu nifas dengan bonding attachment (p = 0,019). Selain itu juga dibuktikan adanya

(5)

hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu nifas dengan bonding attahment (p = 0,000) serta pendidikan ibu nifas dengan bonding attachment (p = 0,001).

Aplikasi dari teori “Maternal Role Attainment-Becoming a Mother dari Ramona T. Mercer merupakan pengembangan teori bonding attachment dari Reva Rubin. Bonding attachment tersebut didefinisikan sebagai interaksi dan proses perkembangan yang terjadi dari waktu ke waktu dimana terjadi kedekatan antara ibu dan bayi serta ibu memperoleh kompetensi dalam merawat anaknya termasuk dalam pengembangan peran dan mengekspresikan kesenangan dan kepuasan dalam menjalankan perannya sebagai ibu.

Bonding attachment merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh seorang ibu pada bayinya segera setelah bayi dilahirkan, karena akan memengaruhi pada perkembangan bayi selanjutnya. Bonding attachment yang dilakukan ibu setelah proses persalinan dapat meningkatkan kadar oksitosin dan prolaktin dimana dua hormon ini dapat melancarkan produksi ASI, reflek menghisap bayi yang dilakukan lebih dini, serta dapat mempercepat proses ikatan antara ibu dan bayi (Klaus dan Kenell, 1992).

Dari studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di RSUD Kota Jombang didapatkan bahwa data angka ibu post partum tinggi yaitu setiap bulannya kurang lebih sebanyak 136 ibu post partum dan masih kurangnya kesadaran ibu post partum dalam melakukan bonding attachment. Hal ini dapat dibuktikan dengan peneliti melakukan observasi pada 10 ibu post partum. Hasil observasi tersebut menunjukkan bahwa masih kurangnya kesadaran ibu post partum dalam melakukan bonding attachment. Hal ini disebabkan karena ibu menahan nyeri

(6)

pada luka jahitan episiotomi yang dirasakannya serta kondisi fisik ibu yang masih lemah setelah proses persalinan, sehingga ibu lebih fokus terhadap dirinya sendiri. Hal tersebut menyebabkan pelaksanaan bonding attachment belum dapat dilakukan dengan maksimal.

Tujuh dari 10 ibu post partum menunjukkan kurang responsif terhadap bayinya. Pada saat bayinya menangis terlihat ibu membiarkan saja bayinya di box bayi dengan alasan kalau bayi sering digendong nantinya akan menjadikan suatu kebiasaan harus minta digendong setiap kali bayi menangis, di mana seharusnya ibu respon terhadap bayinya pada saat bayi menangis karena tangisan bayi merupakan suatu cara untuk mengkomunikasikan adanya kebutuhan seperti halnya rasa lapar atau haus. Dengan ibu memberikan kasih sayang pada bayinya dengan menimang, membelai dan memberikan sentuhan maka akan mempercepat proses ikatan ibu dan bayi sehingga bonding attachment antara ibu dan bayi dapat dilakukan dengan maksimal.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyaknya ibu post partum yang belum melakukan bonding attachment dengan optimal. Mengingat pentingnya kasih sayang (bonding attachment) antara ibu dan bayi dan fatalnya dampak jika bonding attachment terganggu pada masa pertumbuhan bayi, maka penelitian tentang bonding attachment penting untuk dilakukan. Selain itu penelitian dengan judul faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment di Ruang Melati RSUD Kota Jombang belum pernah diteliti sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul

(7)

“Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Bonding Attachment Pada Ibu Post Partum di RSUD Kota Jombang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “ Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi bonding attachment pada ibu post partum di RSUD Kota Jombang? ”.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment (lama persalinan, perasaan ibu mempunyai bayi, kesehatan ibu (kelelahan ibu), kekhawatiran tentang bayi (kecemasan tentang bayi), usia, paritas, dukungan sosial suami, tingkat pendidikan ibu, pengetahuan ibu) pada ibu post partum di RSUD Kota Jombang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran bonding attachment pada ibu post partum di RSUD Kota Jombang.

b. Mengetahui faktor-faktor yang paling dominan memengaruhi bonding attachment di RSUD Kota Jombang.

(8)

D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi ilmu pengetahuan

Hasil penelitian dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya mengenai ikatan kasih sayang antara orang tua dan anak (bonding attachment).

2. Bagi peneliti

Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh saat perkuliahan dan mendapatkan pengalaman nyata dalam melakukan penelitian.

3. Bagi institusi a. Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi tentang bonding attachment.

b. Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada petugas kesehatan dalam memberikan informasi-informasi mengenai bonding attachment kepada ibu nifas.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian Yulianti (2013) dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Bonding Attachment di BPS Yustina Sudarwati, AM.Keb. Tangen Sragen”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Desain penelitiannya dengan menggunakan cross sectional. Alat pengumpul data

(9)

yang digunakan adalah kuesioner tertutup dengan meminta responden untuk memilih salah satu jawaban (benar atau salah) atas pernyataan tentang bonding attachment. Kuesioner tertutup tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu nifas tentang bonding attachment di BPS Yustina Sudarwati AM, Keb. Tangen Sragen sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 21 responden (60%).

Persamaan penelitian Yulianti dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada subyek penelitiannya yaitu pada ibu post partum. Selain itu, persamaan pada kedua penelitian ini adalah pada desain penelitiannya dengan menggunakan cross sectional.

Perbedaan penelitian Yulianti dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tempat penelitiannya dimana pada penelitian Yulianti, tempat penelitian dilakukan di BPS Yustina Sudarwati Tangen Sragen sementara tempat penelitian pada penelitian yang akan dilakukan di Ruang Melati RSUD Jombang. Selain itu, terdapat perbedaan jumlah variabel pada kedua penelitian ini. Pada penelitian Yulianti hanya terdapat satu variabel saja yaitu tingkat pengetahuan ibu Nifas tentang bonding attachment sementara pada penelitian yang akan dilakukan terdapat dua variabel yaitu variabel independent dan variabel dependent. Pada variabel independent terdapat 9 variabel yaitu tentang faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment sementara pada variabel dependentnya adalah bonding attachment.

(10)

Sementara instrumen pada penelitian Yulianti menggunakan kuesioner tertutup yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan meminta responden untuk memilih salah satu jawaban (benar atau salah) atas pernyataan tentang bonding attachment sementara instrumen pada penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Adapun lembar observasi yang digunakan terkait bonding attachment yang terdiri dari 19 item yang terdiri dari tahapan-tahapan bonding attachment, dimana dalam tahapan-tahapan bonding attachment tersebut terdapat 6 elemen bonding attachment. Adapun kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan ibu post partum tentang bonding attachment yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner untuk mengukur dukungan sosial suami yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner kelelahan ibu post partum dengan menggunakan Post Partum Fatigue Scale (PFS), dan kuesioner untuk mengukur kecemasan ibu dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

2. Penelitian Aulia (2012) dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Bonding Attachment di RB Yulita Grogol Sukoharjo”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Desain penelitiannya dengan menggunakan cross sectional. Alat pengumpul data yang digunakan dengan menggunakan kuesioner tertutup yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan meminta responden untuk memilih salah satu jawaban (benar atau salah) atas pernyataan tentang bonding attachment. Kuesioner tertutup tersebut dibuat sendiri oleh peneliti. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan ibu

(11)

nifas tentang bonding attachment mayoritas mempunyai pengetahuan cukup yaitu sebanyak 20 responden (66,7%) dengan pendidikan responden terbanyak SMA, berumur dalam rentang 20-35 tahun dan pekerjaan responden terbanyak adalah IRT.

Persamaan penelitian Aulia dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada subyek penelitiannya yaitu pada ibu post partum. Selain itu, persamaan pada kedua penelitian ini adalah pada desain penelitiannya dengan menggunakan cross sectional.

Perbedaan penelitian Aulia dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tempat penelitiannya dimana pada penelitian Aulia, tempat penelitiannya dilakukan di RB Yulita Grogol Sukoharjo sementara penelitian yang akan dilakukan untuk tempat penelitiannya dilakukan di Ruang Melati RSUD Jombang. Selain itu, terdapat perbedaan jumlah variabel pada kedua penelitian ini. Pada penelitian Aulia hanya terdapat satu variabel saja yaitu gambaran tingkat pengetahuan tentang bonding attachment di RB Yulita Grogol Sukoharjo sementara pada penelitian yang akan dilakukan terdapat dua variabel yaitu variabel independent dan variabel dependent. Pada variabel independent terdapat 9 variabel yaitu faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment sementara pada variabel dependentnya terdapat satu variabel yaitu tentang bonding attachment.

Sementara instrumen pada penelitian Aulia dengan menggunakan kuesioner tertutup yang dibuat oleh peneliti sendiri dengan meminta responden untuk memilih salah satu jawaban (benar atau salah) atas

(12)

pernyataan tentang bonding attachment sementara instrumen pada penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Adapun lembar observasi yang digunakan terkait bonding attachment yang terdiri dari 19 item yang terdiri dari tahapan-tahapan bonding attachment, dimana dalam tahapan-tahapan bonding attachment tersebut terdapat 6 elemen bonding attachment. Adapun kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan ibu post partum tentang bonding attachment yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner untuk mengukur dukungan sosial suami yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner kelelahan ibu post partum dengan menggunakan Post Partum Fatigue Scale (PFS), dan kuesioner untuk mengukur kecemasan ibu dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

3. Penelitian Nasution (2014) dengan judul “Pelaksanaan Bonding Attachment Pada Ibu Nifas di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan ibu yang melaksanakan bonding attachment sebanyak 55 orang (91,7%) dan ibu yang tidak melakukan bonding attachment sebanyak 5 orang (9,35) dikarenakan faktor kelelahan setelah persalinan, bayi sakit, penolakan dari ibu itu sendiri untuk melaksanakan bonding attachment.

Persamaan penelitian Nasution dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada subyek penelitian yaitu pada ibu post partum. Sementara perbedaan penelitian Nasution dengan penelitian yang akan dilakukan adalah

(13)

pada tempat penelitiannya dimana pada penelitian Nasution, tempat penelitiannya dilakukan di Klinik Nining Pelawati Kecamatan Lubuk Pakam sementara pada penelitian yang akan dilakukan untuk tempat penelitiannya dilakukan di Ruang Melati RSUD Jombang. Selain itu, terdapat perbedaan jumlah variabel pada kedua penelitian ini. Pada penelitian Nasution hanya terdapat satu variabel yaitu pelaksanaan bonding attachment pada ibu nifas sementara pada penelitian yang akan dilakukan terdapat dua variabel yaitu variabel independent dan variabel dependent. Pada variabel independent terdapat 9 variabel yaitu faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment sementara pada variabel dependentnya terdapat satu variabel yaitu tentang bonding attachment.

Sementara instrumen pada penelitian Nasution dengan menggunakan kuesioner sementara instrumen pada penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Adapun lember observasi yang digunakan terkait bonding attachment yang terdiri dari 19 item yang terdiri dari tahapan bonding attachment, dimana dalam tahapan-tahapan bonding attachment tersebut terdapat 6 elemen bonding attachment. Adapun kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan ibu post partum tentang bonding attachment yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner untuk mengukur dukungan sosial suami yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner kelelahan ibu post partum dengan menggunakan Post Partum Fatigue Scale (PFS), dan kuesioner untuk

(14)

mengukur kecemasan ibu dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

4. Penelitian Lestari (2015) dengan judul “Gambaran Bonding Attachment Pada Ibu Post Partum di Ruang Bersalin Rumah Sakit Prof.DR.H.Aloei Saboei Kota Gorontalo”. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti sendiri dengan mengacu pada kepustakaan yang terdiri dari beberapa pertanyaan. Serta dengan melakukan observasi secara langsung dengan menggunakan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan bonding attachment pada ibu post partum telah terlaksana dengan baik dengan pelaksanaan kepada responden mencapai 96,67%.

Persamaan penelitian Lestari dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada subyek penelitiannya yaitu pada ibu post partum. Selain itu persamaanya pada jenis penelitian yaitu deskriptif analitik. Sementara perbedaan penelitian Lestari dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tempat penelitiannya dimana pada penelitian Lestari, tempat penelitiannya dilakukan di Ruang Bersalin Rumah Sakit Prof.DR.H.Aloei Saboei Kota Gorontalo sementara pada penelitian yang akan dilakukan untuk tempat penelitiannya dilakukan di Ruang Melati RSUD Jombang. Selain itu, terdapat perbedaan jumlah variabel pada kedua penelitian ini. Pada penelitian Lestari hanya terdapat satu variabel yaitu gambaran bonding attachment pada ibu post partum sementara pada penelitian yang akan dilakukan terdapat dua variabel yaitu variabel independent dan variabel dependent. Pada variabel

(15)

independent terdapat 9 variabel yaitu faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment sementara pada variabel dependentnya terdapat satu variabel yaitu tentang bonding attachment.

Sementara instrumen pada penelitian Lestari dengan menggunakan kuesioner yang telah dibuat oleh peneliti sendiri dengan mengacu pada kepustakaan yang terdiri dari beberapa pertanyaan. Serta dengan melakukan observasi secara langsung dengan menggunakan lembar observasi sementara instrumen pada penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Adapun lembar observasi yang digunakan terkait bonding attachment yang terdiri dari 19 item yang terdiri dari tahapan-tahapan bonding attachment, dimana dalam tahapan-tahapan-tahapan-tahapan bonding attachment tersebut terdapat 6 elemen bonding attachment. Adapun kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan ibu post partum tentang bonding attachment yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner untuk mengukur dukungan sosial suami yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner kelelahan ibu post partum dengan menggunakan Post Partum Fatigue Scale (PFS), dan kuesioner untuk mengukur kecemasan ibu dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

5. Penelitian Mutiara (2013) dengan judul “Hubungan Paritas, Pengetahuan, dan Pendidikan Dengan Bonding Attachment Pada Ibu Nifas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Bereuneun Kabupaten Pidie”. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan cross sectional. Alat pengumpul data yang digunakan

(16)

adalah kuesioner dan lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara paritas, pengetahuan dan pendidikan ibu nifas dengan bonding attachment (p < 0,05).

Persamaan penelitian Mutiara dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada desain penelitiannya yaitu menggunakan cross sectional. Selain itu persamaan pada penelitian Mutiara dan penelitian yang akan dilakukan adalah pada subyek penelitiannya yaitu pada ibu post partum. Selain itu, Persamaan penelitian Mutiara dan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel dependentnya yaitu bonding attachment.

Perbedaan penelitian Mutiara dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel independentnya. Pada penelitian Mutiara variabel independentnya adalah hubungan paritas, pengetahuan dan pendidikan

sementara pada penelitian yang akan dilakukan untuk variabel

independentnya adalah faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment yang ada 9 variabel. Selain itu, perbedaan pada penelitian Mutiara dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada instrumen penelitiannya. Instrumen pada penelitian Mutiara dengan menggunakan kuesioner. Sementara instrumen pada penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Adapun lembar observasinya terkait dengan bonding attachment yang terdiri dari 19 item yang terdiri dari tahapan-tahapan bonding attachment, dimana dalam tahapan-tahapan bonding attachment tersebut terdapat 6 elemen bonding attachment. Adapun kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur

(17)

pengetahuan ibu post partum tentang bonding attachment yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner untuk mengukur dukungan sosial suami yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner kelelahan ibu post partum dengan menggunakan Post Partum Fatigue Scale (PFS), dan kuesioner untuk mengukur kecemasan ibu dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

6. Penelitian Yodatama (2015) dengan judul “Hubungan Bonding Attachment Dengan Risiko Terjadinya Post Partum Blues Pada Ibu Post Partum Dengan Sectio Caesarea di Rumah Sakit Ibu dan Anak Srikandi IBI Kabupaten Jember”. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Alat pengumpul data yang digunakan dengan kuesioner EPDS (Edinburgh Postnatal Depression Scale) yang berisi 10 pertanyaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 17 responden (69%) memiliki bonding attachment tidak baik dan mengalami post partum blues. Hasil uji Sperman juga menunjukkan adanya hubungan antara bonding attachment dengan risiko post partum blues pada ibu post partum dengan sectio caesarea (p value = 0,000 r = - 0,736).

Persamaan penelitian Yodatama dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada subyek penelitiannya yaitu pada ibu post partum. Selain itu persamaanya pada desain penelitiannya dengan menggunakan cross sectional.

Perbedaan penelitian Yodatama dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabelnya. Pada penelitian Yodatama, variabel penelitiannya terdiri dari variabel independent dan dependent. Adapun variabel

(18)

independentnya adalah hubungan bonding attachment sementara variabel dependentnya adalah risiko terjadinya post partum blues pada ibu post partum. Sementara variabel pada penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat dua variabel meliputi variabel independent dan variabel dependent. Pada variabel independent terdapat 9 variabel yaitu faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment sementara pada variabel dependentnya hanya terdapat satu variabel yaitu tentang bonding attachment. Sementara instrumen pada penelitian Yodatama dengan menggunakan kuesioner EPDS yang berisi 10 pertanyaan. Sementara instrumen pada penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Adapun lembar observasinya berisi 19 item terkait bonding attachment yang terdiri dari tahapan-tahapan bonding attachment, dimana dalam tahapan-tahapan bonding attachment tersebut terdapat 6 elemen bonding attachment. Adapun kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan ibu post partum tentang bonding attachment yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner untuk mengukur dukungan sosial suami yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner kelelahan ibu post partum dengan menggunakan Post Partum Fatigue Scale (PFS), dan kuesioner untuk mengukur kecemasan ibu dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

7. Penelitian Awalla et al. (2015) dengan judul “Hubungan Dukungan Suami Saat Antental dan Intranatal Dengan Bonding Attachment Pada Ibu Post Partum di RSU Pancaran Kasih Manado”. Jenis penelitian ini adalah

(19)

deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional. Alat pengumpul data yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan dukungan suami saat antenatal dan intranatal dengan bonding attachment pada ibu post partum (p value < 0,05).

Persamaan penelitian Awalla et al. dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada subyek penelitiannya yaitu pada ibu post partum. Selain itu persamaan penelitian Awalla et al. dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu pada jenis penelitiannya dengan menggunakan deskriptif analitik dan desain penelitiannya dengan menggunakan cross sectional. Selain itu, persamaan pada penelitian Awalla et al. dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel dependentnya yaitu bonding attachment.

Perbedaan penelitian Awalla et al. dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada tempat penelitiannya. Pada penelitian Awalla et al. dilakukan di RSU Pancaran Kasih Manado sementara penelitian yang akan dilakukan untuk tempat penelitiannya dilakukan di Ruang Melati RSUD Jombang. Selain itu terdapat perbedaan variabel independentnya pada kedua penelitian ini. Pada penelitian Awalla et al. variabel independentnya yaitu hubungan dukungan suami saat antenatal dan intranatal. Sementara pada penelitian yang akan dilakukan untuk variabel independentnya yaitu faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment yang ada 9 variabel. Selain itu, perbedaan penelitian Awalla et al. dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada instrumen penelitiannya. Instrumen pada penelitian Awalla et al. dengan menggunakan kuesioner. Sementara instrumen pada penelitian yang

(20)

akan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Adapun lembar observasinya berisi 19 item terkait bonding attachment yang terdiri dari tahapan bonding attachment, dimana dalam tahapan-tahapan bonding attachment tersebut terdapat 6 elemen bonding attachment. Adapun kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan ibu post partum tentang bonding attachment yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner untuk mengukur dukungan sosial suami yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner kelelahan ibu post partum dengan menggunakan Post Partum Fatigue Scale (PFS), dan kuesioner untuk mengukur kecemasan ibu dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

8. Penelitian Kinsey et al. (2014) dengan judul “Birth related, psychosocial, and emotional correlates of positif maternal-infant bonding in a cohort of first-time mother”. Desain penelitian ini dengan menggunakan cross sectional interview study. Alat pengumpul data dengan menggunakan kuesioner S-PBQ (Short-Post partum Bonding Quetioner). Tools tersebut digunakan untuk menguji cobakan hubungan antara kelahiran, psikososial, faktor emosional dengan bonding ibu dan bayi dengan menggunakan regresi linier. Hasil penelitian menunjukkan bahwa S-PBQ diterima dengan reliability internal (cronbach α=0,67). Hasil tersebut menjelaskan bahwa sosial ekonomi mengalami bias bahwa perempuan yang lebih tua, tingkat pendidikan lebih tinggi, tingkat ekonomi yang tinggi, tidak ada kemiskinan menunjukkan score bonding rendah. Bonding antara ibu dan bayi mempunyai hubungan secara

(21)

signifikan dengan stress pada ibu, nyeri pada ibu dan depresi post partum dan ada hubungan dengan adanya support dari pasangan. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa stres yang dialami di lingkungan sekitar akan berdampak pada hubungan ibu dan bayi.

Persamaan penelitian Kinsey et al. dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada subyek penelitiannya yaitu pada ibu post partum. Perbedaan penelitian Kinsey et al. dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabelnya. Pada penelitian Kinsey et al. variabelnya terdiri dari

variabel independent dan variabel dependent. Adapun variabel

independentnya adalah Birth related, psychosocial, and emotional sementara variabel dependentnya adalah maternal-infant bonding in a cohort of first-time mother”. Sementara pada penelitian yang akan dilakukan terdapat dua variabel yaitu variabel independent dan dependent. Pada variabel independent terdapat 9 variabel yaitu tentang faktor-faktor yang memengaruhi bonding attachment sementara pada variabel dependentnya adalah bonding attachment. Selain itu perbedaan penelitian Kinsey et al. dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada desain penelitian yang digunakan. Pada penelitian Kinsey et al. dengan menggunakan cross sectional interview study. Sementara desain penelitian pada penelitian yang akan dilakukan dengan menggunakan cross sectional.

Sementara instrumen pada penelitian Kinsey et al. dengan menggunakan S-PBQ (Short-Post partum Bonding Quetioner) yang terdiri dari 10 item pertanyaan sementara instrumen pada penelitian yang akan dilakukan dengan

(22)

menggunakan lembar observasi dan kuesioner. Adapun lembar observasinya berisi 19 item terkait bonding attachment yang terdiri dari tahapan-tahapan bonding attachment, dimana dalam tahapan-tahapan bonding attachment tersebut terdapat 6 elemen bonding attachment. Adapun kuesioner yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner untuk mengukur pengetahuan ibu post partum tentang bonding attachment yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner untuk mengukur dukungan sosial suami yang dibuat oleh peneliti sendiri, kuesioner kelelahan ibu post partum dengan menggunakan Post Partum Fatigue Scale (PFS), dan kuesioner untuk mengukur kecemasan ibu dengan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS).

Referensi

Dokumen terkait

Persentase cakupan Jumlah kasus pneumonia balita yang ditemukan Untuk mengetahui capaian Dinas Kesehatan 70 20 30 30 30 penemuan dan penanganan penemuan dan di

Setelah diperoleh estimator EBLUP pengeluaran rumah tangga per kapita, kemudian dicari Mean Squared Error (MSE) nya dan dibandingkan dengan MSE dari hasil estimasi

Selain karena adanya kesalahan dalam pengisian formulir SSP pemindahbukuan dapat dilakukan juga jika terdapat kesalahan pengisian data pembayaran pajak melalui

Judul Tesis : HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DAN INTAKE ZAT GIZI DENGAN TINGGI BADAN ANAK BARU MASUK SEKOLAH (TBABS) PADA DAERAH ENDEMIS GAKY DI KECAMATAN PARBULUAN

Strategi pemasaran gula semut yang direkomendasikan adalah: mempertahankan label dan merek serta memperkenalkan kemasyarakat umum sehingga produk diminati konsumen

Pap smear yang semula dinyatakan hanya sebagai alat skrining deteksi kanker mulut rahim, kini telah diakui sebagai alat diagnostik  prakanker dan kanker leher rahim yang

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Mojokerto Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Pembentukan Perangkat Daerah Kota Mojokerto, Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Mojokerto merupakan Dinas

Apakah kepemilikan instituasional, kepemilikan manajemen, dan leverage berpengaruh secara simultan terhadap integritas laporan keuangan pada sub sektor asuransi yang terdaftar