• Tidak ada hasil yang ditemukan

I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I. TINJAUAN PUSTAKA. mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu : P = L x K x T x B. L = Luas areal yang akan dipanen (ha)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

I. TINJAUAN PUSTAKA

A. Produksi

1. Peramalan Produksi

Peramalan produksi sangat penting dan ketepatannya akan meningkatkan efesiensi dibidang pemakaian tenaga pemanen, angkutan dan jam olah pabrik. peramalan produksi yang lebih akurat lagi dilihat dengan melakukan peramalan produksi harian. Sensus harian dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen oleh mandor panen. Rumus peramalan produksi harian yaitu :

P = L x K x T x B Keterangan : P = Produksi (Kg)

L = Luas areal yang akan dipanen (ha) K = Kerapatan panen per ha (pohon/ha) T = Jumlah tandan per pohon (tandan/pohon) B = Berat tandan (Kg/tandan)

Berdasarkan hasil sensus yang dilakukan sehari sebelum pelaksanaan panen, didapat data jumlah produksi dan AKP yang akan menentukan jumlah angkutan dan tenaga pemanen yang dibutuhkan pada keesokan harinya (Pahan, 2006) 2. Potensi Produksi

Dalam pembahasan produktivitas, tanaman dirujuk sebagai “sumber-terbatas (source-limited)” atau “penerimaan-“sumber-terbatas (sink-limited)”. Dalam konteks ini, “sumber” adalah jumlah CH2O yang tersedia untuk produksi kering.

Besarnya tergantung pada proporsi yang diserap tajuk efesiensi tajuk. “penerimaan” adalah bagian dari tanaman yang membutuhkan daun, akar, batang

(2)

dan tandan buah. Hubungan yang kuat antara pasokan CH2O dan produksi

menyimpulkan bahwa produksi TBS adalah sumber terbatas. Potensi produksi ditentukan oleh laju asimilasi kotor CH2O dan bukan oleh jumlah dan berat

tandan tersedia yang menerima asimilat dari daun (aktivitas penerima), kecuali mungkin pada tanaman muda, dimana ukuran tandan “penerima” mungkin membatasi besarnya produksi.

Dalam membahas potensi produksi, tanaman mampu memenuhi semua asumsi dimana tanaman mampu beradaptasi terhadap lingkungan sebagai tempat tumbuhnya serta mendapat cukup pasokan hara dan air tanpa ada gangguan hama penyakit. Satu satunya faktor pembatas produksi yaitu radiasi sinar matahari yang merupakan fungsi dari luas permukaan daun.

B. Panen

Panen adalah pekerjaan potong buah yang merupakan pekerjaan utama diperkebunan kelapa sawit karena langsung menjadi sumber pemasukan uang bagi perusahaan melalui penjualan minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit. Dengan demikian, tugas utama personil dilapangan yaitu mengambil buah dari pokok pada tingkat kematangan yang sesuai dan mengantarkannya ke pabrik sebanyak-banyaknya dengan cara dan waktu yang tepat (pusingan potong buah dan transport).

1. Kriteria Matang Panen

Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan ALB minyak sawit yang dihasilkan. Pemanen buah yang dilakukan dalam keadaan lewat matang, maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalalam persentase

(3)

tinggi (> 3%). Sebaiknya jika pemanen dilakukan dalam keadaan buah belum matang, maka walaupun kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah. Pengetahuan mengenai kriteria matang panen berdasarkan jumlah brondolan yang jatuh berperan cukup penting dalam menentukan derajat kematangan buah.

Tingkat kematangan dapat dilihat pada perubahan warna. Mula-mula buah kelapa sawit berwarna hitam, kemudian berwarna orange, hal ini karena pengaruh zat warna beta karoten. Setelah mencapai warna orange, maka minyak sawit yang terkandung dalam buah telah maksimal dan setelah ini proses pewarnaan buah menjadi terhenti. Buah-buah yang lepas dari tandannya disebut berondolan. Buah yang sudah memberondol berarti buah tersebut sudah tidak memproduksi minyak lagi. Hal ini erat sekali kaitannya dengan kriteria panen (Akiyat, 2002).

Kriteria panen yaitu indikator yang dapat menolong pemanen agar memotong tandan pada saat yang tepat, dengan kandungan minyak yang maksimal dan kandungan ALB rendah. Kriteria umum untuk buah yang dapat dipanen ialah berdasarkan jumlah berondolan yang terlepas dari tandannya yang jatuh ke tanah (piringan) secara alami. Jumlah berondolan yang harus jatuh minimal 2 berondolan per kg berat tandan (Pahan, 2006)

(4)

Berdasarkan jumlah berondolan yang lepas dari tandannya, derajat kematangan buah dapat dikelompokkan ke dalam fraksi-fraksi seperti yang tercantum pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Derajat Kematangan Buah Berdasarkan Jumlah Buah Memberondol Fraksi % Jumlah Berondolan Warna Derajat

Kematangan 00 Tidak ada, buah masih hitam Hitam Sangat mentah

0 Memberondol 1-12,5 % Hitam Mentah 1 Memberondol 12,5-25 % Kuning

merah

Kurang matang 2 Memberondol 25-50 % Orange Matang 1 3 Memberondol 50-75 % Orange Matang 2 4 Memberondol 75-100% Merah tua Lewat matang 1 5 Buah dalam ikut memberondol Merah tua Lewat matang 2 6 Semua buah menberondol Tandan kosong Sumber : Buku Pintar Mandor,2007

Berdasarkan kriteria yang tercantum pada tabel, maka menurut Purba dan Lubis (1987), mutu panen yang diterima dipabrik kelapa sawit harus memenuhi persyaratan yaitu : (a) jumlah berondolan dipabrik adalah 15% dari berat tandan seluruhnya, (b) tandan terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan,

(c) tandan yang terdiri dari fraksi 1 minimal 20% dari jumlah tandan dan (d) tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan.

Pencapaian komponen tersebut antara lain ditentukan oleh derajat kematangan panen, terkumpulnya berondolan dan pengangkutan yang lancar. (Vademecum Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara IV)

2. Kerapatan Panen

Kerapatan panen adalah penaksiran jumlah pohon yang akan dipanen dari suatu blok yang ditentukan dalam satu hari. Perhitungan angka kerapatan panen (AKP) tersebut dilakukan sehari sebelum panen. Rumus yang digunakan untuk

(5)

menghitung AKP yaitu :

Angka kerapatan panen (AKP) ini berguna untuk menentukan jumlah tenaga pemanen dan produksi dari suatu mandoran. Berdasarkan perkiraan produksi tersebut dapat diperkirakan jumlah angkutan yang dibutuhkan, waktu yang diperlukan untuk pengolahan dan pengorganisasiannya.

3. Rotasi Dan Seksi Panen

Rotasi panen ditetapkan 6/7 (5 hari panen 1 hari libur) . Penentuan rotasi 6/7 ini mengharuskan dilakukannya pengaturan tenaga sesuai dengan kerapatan. Seksi panen harus dibuat sesuai dengan rotasi yang telah ditentukan. Seksi panen adalah luasan areal kebun produktif yang harus selesai dipanen dalam 1 (satu) hari. Untuk rotasi 6/7, maka luas areal panen dibagi menjadi 6 seksi panen. 4. Penentuan Tenaga Panen

a. Organisasi panen dibentuk dengan tujuan agar pelaksanaan panen bisa berjalan dengan efektif dan efesien yang terdiri dari mandor panen, krani panen dan pemanen.

b. Mandor panen membawahi 15-20 pemanen c. Penentuan kebutuhan pemanen adalah

Contoh:

Luas areal = 1000 Ha

Rotasi yang ditentukan = 6/7 Luas ancak per HK = 3 Ha/Hk

(6)

Catatan:

Luas ancak panen diatas luas rata-rata dapat berubah disesuaikan dengan kerapatan panen dan topografi.

5. Pengangkutan Tandan Buah Segar (TBS)

Pengangkutan TBS merupakan bagian dari rangkaian proses produksi minyak sawit yang dimulai dari Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) sampai ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS). Kelancaran transportasi TBS sangat penting karena:

a. TBS yang sudah dipanen harus segera diolah, sehingga diperoleh mutu CPO yang baik.

b. Menghindari kehilangan TBS dan berondolan yang sudah dipanen. c. Ketersediaan TBS untuk kontiniutas pengolahan di PKS

Jenis kendaraan pengangkutan TBS yang biasa digunkan adalah Wheel Tractor (WT) dan truck. WT khusus digunakan untuk areal yang tidak bisa dilalui oleh truck. Sistem pengangkutan TBS yang efektif dan efisien harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Pelukaan pengangkutan TBS dengan penanganan yang sedikit mungkin. b. Cara pengangkutan hendaknya selaras dengan panen dan pengolahan. c. Lantai dan bak kendaraan tidak bocor, bersih dari segala sampah, batu dan

kotoran lainnya.

d. Dinding dan chasis kendaraan tidak terlalu tinggi (± 1,2 M). e. Menggunakan jaring penutup muatan. (Lubis, 1992).

(7)

6. Perencanaan Pengangkutan TBS

Perencanaan bertujuan untuk mengatur tersedianya TBS yang akan diangkut sehingga jangka waktu antara panen dan pengolahan dapat sesingkat mungkin, dan seluruh TBS yang sudah dipanen dapat sampai di PKS pada hari yang sama. Dalam merencanakan pengakutan TBS perlu diperhatikan faktor sebagai berikut :

a. Produksi kebun (semua Divisi) b. Hasil TBS tiap Divisi atau blok c. Waktu tersedianya TBS di TPH d. Jumlah kendaraan yang diperlukan 7. Kecepatan Pengangkutan TBS

Pengangkutan TBS merupakan sistem kerja terpadu dan berkesinambungan mulai dari panen, pengumpulan di TPH, pengangkutan dari TPH ke PKS sampai keperebusan. Apabila salah satu mata rantai terganggu, akan menimbulkan hambatan pada proses kerja lainnya. Kelancaran pengangkutan TBS harus memperhatikan faktor penghambat sebagai berikut:

a. Pengumpulan TBS di TPH

Pengumpulan TBS di TPH dilakukan tepat waktu, serentak dan tersusun rapi. Untuk memudahkan pemuatannya, brondolan dikumpulkan, dimasukkan ke dalam karung dan dituangkan ke dalam kendaraan. Karung tidak boleh ikut ke PKS.

(8)

b. Ukuran dan Bobot TBS

Jumlah dan ukuran TBS yang di panen berpengaruh terhadap waktu dan kecepatan proses panen dan pengangkutannya. TBS dimuat ke atas truk menggunakan tenaga manusia, sehingga ukurannya berpengaruh terhadap kecepatan pemuatannya ke atas kendaraan.

c. Kondisi Areal

Areal berbukit, rawa membutuhkan waktu yang lebih lama untuk melaksanakan panen sampai mengumpulkan TBS di TPH.

d. Iklim/Cuaca

Pengangkutan TBS sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim/cuaca, karena pada musim hujan sering terjadi hujan di pagi hari sehingga pemanen tidak dapat bekerja tepat waktunya. Selain itu hujan yang berkepanjangan sebagai penyebab kerusakan jalan. (Vademicum PT. Bakrie Plantations, 2003).

8. Perencanaan Kendaraan

Kebutuhan alat angkut atau truk, setiap hari di dasarkan pada rencana

panen harian. Misalnya panen pada hari Rabu, yaitu di kapveld III, terdiri dari 6 blok yaitu blok 78A, 78B, 78 C,78 D, 78 E, dan 78 F. Berdasarkan kerapatan

buah di perkirakan produksi setiap blok berturut turut adalah 515 tandan, 450 tandan, 405 tandan, 560 tandan, 455 tandan dan 519 tandan. Bila ancak

panen dilakukan dengan ancak giring maka pengangkutan TBS dapat dilakukan sejalan dengan pengaturan tenaga panen. Bila berat rata rata tandan ± 20 kg maka Rabu di perlukan ± 3 truk.

(9)

Total tandan dipanen 2940 atau ±58 ton. Dengan kapasitas truk 5 ton dan rata-rata setiap truk mampu mengangkut 4 trip sehari.

Berdasarkan hasil taksasi produksi dapat diperkirakan kebutuhan kendaraan angkut TBS sebagai berikut:

Keterangan : T : Jumlah trip L : Luas areal panen K : Kerapatan buah B : Berat janjang rata-rata M : Kapasitas truk

S : Jumlah pohon produksi

Keterangan: TA : Jumlah truk angkut T : Jumlah Trip

TD : Trip truk perhari

Penyusun kebutuhan kendaraan angkutan TBS harus berdasarkan produksi bulan paling rendah.

Misalnya:

Produksi TBS kebun ditaksirkan ± 100.000 ton, indeks produksi bulanan terendah 4 %, kapasitas angkut rata-rata 20 ton (normal) m dengan pusingan 4/7, maka:

(10)

Jumlah kendaraan yang dibutuhkan :

(Vademecum PT. Bakrie Plantations, 2003)

Alat transpor yang umum digunakan dalam pefkebunan kelapa sawit ada tiga tipe, yaitu transpor darat, transpor railban dan transpor air. Prestasi normal setiap kendaraan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Prestasi Normal Setiap Kendaraan No Jenis Kendaraan Jarak

ditempuh PP 9 Km

Singkatan PN (kg) Normal X0,8 1 Fixed Body Truck 10 FB 1 4.750 3.800 2 Fixed Body Truck 11-20 FB2 4.500 3.600 3 Fixed Body Truck 20 FB3 4.250 3.400 4 Tipping Truck 10 TT 1 5.500 4.400 5 Tipping Truck 11-20 TT2 5.000 4.000 6 Tipping Truck 20 TT3 4.500 3.600 7 Tipping Trailer 10 TR 1 5.000 4.000 8 Tipping Trailer 11-20 TR2 4.500 3.600 9 Tipping Trailer 20 TR3 4.000 3.200 10 Fixed Body Trailer 10 FT 1 4.000 3.200 11 Fixed Body Trailer 11-20 FT 2 3.650 2.900 12 Fixed Body Trailer 20 FT 3 3.400 2.700 9. Komunikasi Pengangkutan

Salah satu faktor penting untuk menunjang kelancaran pengangkutan TBS adalah komunikasi antara petugas dilapangan, divisi dengan petugas di PKS dan kontraktor pengangkutan. Pemanfaatan saran komunikasi (missal Radio HT) atau mengadakan sistem komunikasi yang efektif sangat membantu kelancaran pengangkutan TBS.

(11)

10. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Transportasi TBS adalah a. Bentuk/Pola Pasar Motor Disuatu Kebun, Divisi dan Blok

1) Sedapat mungkin hams diusahakan lurus dan jarak antara pasar buah maksimum ± 300 m (33 pokok).

2) Pasar-pasar buntu (tidak tembus) diminimalkan dan sebaliknya tidak ada. 3) Di areal yang berbukit diusahakan pasar dibangun dikaki bukit bukan

diatas bukit.

4) Faktor utama kelancaran transport ialah kondisi/pegawai pasar motor. Masih banyak para staff lapangan baranggapan bahwa apabila tidak lancar transport FFB maka perlu penambahan alat transport, padahal kapasitas per unit alat transportnya masih jauh dibawah kapasitas standarnya. Penyebab utama dari keadaan tersebut ialah kondisi pasar yang tidak wajar.

5) Merupakan suatu gejala umum diperkebunan selama ini, road Greader yang disediakan perusahaan banyak waktunya digunakan untuk menarik kendaraan yang kepater, oleh karena kerusakan pasar. Sebaliknya pemanfaatan Riad Greader yang demikian harus dihindari atau ditiadakan. Road Greader hanya untuk membentukkan dan merawat pasar.

6) Perawatan pasar dengan baru terutama dengan batu padas sebaiknya di minimalkan, karena batu padas yang menonjol ditengah-tengah pasar sering merusakkan gardan kendaraan (truk dan jeep). Juga perawatan pasar yang telah diberi batu padas sering mengalami kesulitan apabila

(12)

dirawat lagi dengan Road Greader. Salah satu penyebab seringnya terjadi kerusakan Road Greader adalah karena batu padas yang ada dipasar (jalan). (Sastrosayono, 2003)

b. Jenis atau Alat-Alat Transportasi

Pemilihan jenis atau tipe alat transport yang akan dipakai disuatu perkebunan didasari oleh faktor jarak divisi/blok dengan pabrik.

c. Kondisi/Perawatan Alat-alat transport

Perawatan alat-alat transport dibanyak perusahaan perkebunan masih termasuk titik lemah. Banyak faktor penyebabnya, tetapi salah satu penyebab utama ialah kurangnya pengetahuan teknik dari para staff terutama Asisten Lapangan. Aspek-aspek yang kurang mendapat perhatian ialah:

1) Lemahnya pengetahuan tehnis karyawan di bengkel 2) Kurangnya disiplin jadwal doorsmeer

3) Muatan kendaraan (tonase) yang berlebihan 4) Pengetahuan teknis pada supir yang minim 5) Kondisi pasar yang tidak memadai

6) Transport FFB yang sampai larut malam. 7) Sistem premi transport yang kurang menarik d. Organisasi Pengoperasian Alat-alat Transport

Perlu dihayati bahwa penyediaan kendaraan (truk dan wheel tractor) oleh perusahaan diperkebunan kelapa sawit adalah terutama untuk transport buah (FFB) dan kemudian untuk angkutan lain-lain.

(13)

Apabila semua pekerjaan dikelola dengan baik dan kebun sudah mapan maka persentase pemakain kendaraan adalah sebagai berikut:

1) Angkutan lain (pupuk, karyawan) = 20-25% 2) Angkutan buah (FFB) = 75-80%

Oleh karena itu penentuan jumlah kendaraan per divisi terutama ditentukan jumlah produksi per hari. Efesiensi pengoperasian alat-alat transport akan didapat maksimal.

3) Setiap hari asisten merencanakan tonase produksi dan angkutan lain-lain untuk besok setiap sore hari, awas realisasi produksi tidak boleh terlampau jauh menyimpang dari taksasi, maksimal (dua). Ini perlu dalam rangka penentuan jumlah kendaraan oleh mandor transportasi atau asisten transport

4) Angkutan pupuk per trip minimal 5 ton

5) Angkutan pupuk dan angkutan lain-lain sudah harus selesai paling lambat jam 08.30 WIB, agar mulai jam 08.30 sudah angkut buah

6) Jadwal “dorsmeeer” harus benar-benar dilaksanakan. Untuk hal ini perlu tetap tersedia 1 -2 unit kendaraan untuk menggantikan kendaraan yang sedang doorsmear atau direperasi tersebut. Sebelumnya supir harus mencatat, melaporkan apa-apa saja yang perlu diperbaiki.

7) Jangan biasakan mentolerir buah restan (tinggal) dilapangan (TPH). 8) Kapasitas setiap kendaraan harus semaksimal mungkin. Oleh karena itu

apabila TBS suatu devisi sudah habis dari lapangan lebih cepat dari biasanya maka harus pindah ke divisi lain yang terkendala transportasinya.

9) Jangan ada gerak kendaraan yang tidak efisien

Gambar

Tabel  1.  Derajat Kematangan Buah Berdasarkan Jumlah Buah Memberondol  Fraksi   % Jumlah Berondolan   Warna   Derajat
Tabel  2.  Prestasi Normal Setiap Kendaraan  No  Jenis Kendaraan  Jarak

Referensi

Dokumen terkait

Terhadap obyek sengketa perdata yang dalam perjanjian pokoknya telah dilekati perjanjian asseson berupa pactum de compromittendo maka pihak pengadilan negeri setempat

Teknik aplikasi yang digunakan adalah dengan melakukan penyemprotan pada tanaman uji sesuai dengan petak-petak perlakuan yang sudah dibagi dengan rancangan acak

Rehabilitasi Rumah Dinas Puskesmas Buayan Buayan Pengadaan langsung Pembuatan Pagar Puskesmas alian Alian Pengadaan langsung Pengadaan Kendaraan Operasional Instalasi Farmasi

Hasil analisis tersebut juga tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Hermosillo, Mexico, yang mendapatkan adanya hubungan spasial antara sakit TB BTA

dan menghasilkan sebuah ka)angan *ang diinginkan oleh s ang $enulis te)sebut. #edangkan %udul bisa dia)tikan sebagai u%ung tombak sebuah ka)angan ka)ena dengan %udul *ang mena)ik

Karakteristik Subjek Penelitian. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah remaja usia 16-22 tahun, laki-laki dan perempuan, tercatat aktif sebagai mahasiswa di

Gastro-oesophageal reflux disease ( GERD ) adalah salah satu kelainan yang sering dihadapi di lapangan dalam bidang gastrointestinal. Gerd dapat di pengaruhi oleh adanya