• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.PENDAHULUAN. yang mengalami pertumbuhan produksi yang cukup pesat dibandingkan dengan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "I.PENDAHULUAN. yang mengalami pertumbuhan produksi yang cukup pesat dibandingkan dengan"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

I.PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) merupakan tanaman perkebunan yang mengalami pertumbuhan produksi yang cukup pesat dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya di Indonesia. Produksi kelapa sawit Indonesia sebesar 17,54 juta ton pada tahun 2008 menjadi 23,52 juta ton pada tahun 2012, dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,7% per tahun pada periode 2008 - 2012.

Produksi minyak sawit Indonesia saat ini kurang lebih sebesar 36 persen dari total produksi dunia, sedangkan Malaysia telah mencapai kontribusi sebesar 47 persen. Sehingga secara bersama-sama, Indonesia dan Malaysia praktis menguasai 83 persen produksi dunia ( Samhadi.S.H,2014 ).

Prospek pasar minyak sawit diprediksikan masih akan sangat cerah, antara lain karena masih tingginya permintaan dunia. Konsumsi dunia rata-rata tumbuh 8 persen per tahun, bahkan beberapa tahun terakhir, jauh di atas kemampuan produksi sehingga harga dipastikan akan terus meningkat. Berbeda dengan Malaysia, peluang Indonesia untuk menggenjot produksi masih sangat besar, terutama dengan ketersediaan lahan, kesesuaian iklim, ketersediaan tenaga kerja relatif murah yang melimpah, serta biaya pembangunan dan perawatan per hektar yang juga lebih murah ( Samhadi.S.H,2014 ).

Demikian menariknya prospek pasar dan masih relatif terbukanya potensi pasar produksi kelapa sawit di Indonesia, telah membawa dampak terhadap semakin ketatnya tingkat persaingan di sektor bersangkutan. Semakin meruncingnya tingkat persaingan di pasar produksi pengolahan kelapa sawit

(2)

tersebut, telah menyebabkan Departemen teknis terkait dan pemerintah di beberapa daerah secara langsung melakukan intervensi. Beberapa bentuk regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah diantaranya adalah Permentan No. 395/Kpts/OT.140/11/2005 tentang Pedoman Penetapan Harga TBS Kelapa Sawit Produksi Pekebun dan Permentan No. 26/Permentan/OT.140/2/2007 tentang Pedoman Perizinan Usaha Perkebunan ( Samhadi.S.H,2014 ).

Panen dan pasca panen merupakan kegiatan akhir dari tahap budidaya pada tanaman kelapa sawit yang berhubungan secara langsung dengan nilai ekonomis perusahaan. Untuk mendapatkan kualitas kelapa sawit yang mempunyai nilai ekonomis tinggi tergantung pada proses pemanenan dan derajat kematangan buah. Jika buah telah lewat matang, minyak yang dihasilkan mengandung asam lemak bebas (ALB) yang tinggi (lebih dari 5 %). Sebaliknya, jika memanen buah yang mentah, menghasilkan minyak dengan kandungan ALB yang rendah. Tetapi, jumlah minyaknya masih sedikit. Untuk keperluan ekspor, kandungan ALB minyak harus lebih kecil dari 3 %. (Notowijoyo SIT, 2011)

Teknik panen dan pasca panen merupakan salah satu kegiatan yang dapat menentukan kualitas dari produksi yang dihasilkan dari suatu tanaman. Dengan menggunakan teknik panen dan pasca panen yang benar suatu perusahaan akan dapat menghitung berapa tingkat keuntungan yang di hasilkan jika di bandingkan dengan input dalam melakukan item-item kegiatan.

(3)

1.2. Tujuan

Berdasarkan uraian diatas penulis mengamabil judul tugas akhir “Teknik Panen dan Pasca panen pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) di FIRST RESOURCES GROUP PT. Subur Arum Makmur I kebun senamanenek Kampar,Riau” dengan tujuan :

- Mengetahui cara pengelolaan panen dan pasca panen kelapa sawit di PT. Subur Arum Makmur 1 kebun senamanenek Kampar, Riau.

- Mengetahui kendala–kendala dalam panen dan pasca panen kelapa sawit di PT. Subur Arum Makmur 1 kebun senamanenek Kampar, Riau.

1.3. Manfaat

Adapun manfaat yang di peroleh mahasiswa dari pelaksanaan kegiatan PKPM dengan judul “ Teknik Panen dan Pasca panen pada tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq) di FIRST RESOURCES GROUP PT. Subur Arum Makmur I kebun senamanenek Kampar,Riau” adalah :

 Memberikan pengalaman dari lapangan yang dapat menghubungkan pengetahuan akademik dengan keterampilan serta mampu mengidentifikasi pengalaman yang sesuai dengan teori dan praktek yang di dapatkan dalam bidang teknik panen dan pasca panen pada tanaman kelapa sawit.

 Mengetahui tahapan-tahapan kegiatan yang berhubungan dengan panen dan pasca panen pada tanaman kelapa sawit yang dilakukan untuk mendapatkan produksi yang berkualitas.

 Memahami dan melakukan panen dan pasca panen pada tanaman kelapa sawit yang pada hakikatnya merupakan suatu kegiatan puncak dari suatu budidaya.

(4)

 Mengetahui dan memahami kriteria panen yang benar pada tanaman kelapa sawit baik pada saat pemanenan maupun pada saat pengangkutan.

(5)

II.TINJAUAN PUSTAKA 2.I. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dalam bahasa latin dinamakan juga Elaeis guineensis Jacq. Elaeis dalam bahasa yunani berarti minyak, sedangkan Guineensis berasal dari kata guinea yaitu pantai barat afrika dan Jacq merupakan singkatan dari Jacquin seorang botani asal Amerika.

Adapun taksonomi dari tanaman kelapa sawit :

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Klas : Monocotyledonae

Ordo : Palmales

Famili : Palmaceae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis Jacq (Sastrosayono.S, 2008).

2.2. Morfologi Kelapa Sawit

2.2.1. Akar

Akar serabut sekunder merupakan cabang akar serabut primer yang bercabang keatas dan kebawah. Akar serabut tersier merupakan cabang akar sekunder yang selanjutnya bercabang lagi merupakan bulu-bulu akar (pilus radicalis) dan akar ini lah yang akan banyak menyerap unsur hara dan juga berfungsi sebagi alat pernapasan. Sedangkan tudung akar (calypatra) yaitu bagian akar yang paling ujung, terdiri atas jaringan yang berguna untuk melindungi ujung akar yang masih muda dan lemah (Sastrosayono.S, 2008)

(6)

2.2.2. Batang

Batang kelapa sawit berdiameter 25-75 cm, namun di perkebunan umumnya 45-65 cm, pangkal batang lebih besar pada tanaman yang lebih tua. Batang kelapa sawit merupakan batang tunggal yang tidak bercabang. Laju pertumbuhan batang di pengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Di Indonesia dan Malaysia pertumbuhan tinggi batang rata-rata 45 cm/tahun dan bisa mencapai 100 cm/tahun bila berada pada kondisi yang sangat cocok. Tinggi batang bisa mencapai 20 m lebih namun umumnya diperkebunan hanya berkisar antara 15-18 m (Sastrosayono.S, 2008)

2.2.3. Daun

Daun kelapa sawit membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5 – 9 meter dengan jumlah anakan daun pada setiap pelepah berkisar antara 250 – 400 helai. Daun kelapa sawit terdiri dari rachis (pelepah daun), pinnae (anak daun) dan spines (lidi). Panjang pelepah daun bervariasi tergantung varitas dan tipenya serta kondisi lingkungan. Rata-rata panjang pelepah tanaman dewasa mencapai 9 m (Sastrosayono.S, 2008).

2.2.4. Bunga

Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious ( berumah satu) artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang – kadang dijumpai juga bunga jantan dan betina pada satu tandan (hermafrodit) sering terdapat pada tanaman kelapa sawit terutama pada masa pembungaan. Ada daur pembentukan tipe bunga tertentu yang dipengaruhi oleh teknik budidaya dan lingkungan misalnya pemangkasan daun yang terlalu berat dapat mengakibatkan terbentuk

(7)

inflorisensi jantan yang lebih banyak, sedangkan kekeringan dapat mengakibatkan absorsi kuncup tandan bunga. Tandan bunga jantan terdiri atas sejumlah spliket yang panjangnya 12-20 cm, yang tumbuh dari tangkai bunga. Setiap spliket terdapat 600-1200 bunga yang sangat kecil, berwarna kuning dengan bau yang khas (Sastrosayono.S, 2008)

2.2.5. Buah

Buah Kelapa Sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya. Kelapa sawit mengandung kurang lebih 80% perikarp dan 20% buah dengan daging buah yang tipissehingga kadar minyak dalam perikarp hanya mencapai sekitar 34-40 % (Sastrosayono.S, 2008).

2.3. Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang telah dikenal. Varietas varietas itu dapat dibedakan berdasarkan tebal tempurung dan daging buah, atau berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas-varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lain.

1. Dura

Varietas ini mempunyai tempurung tebal 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung, daging buah relatif tipis, yaitu

(8)

35–50 % terhadap buah, kernel (daging biji) besar dengan kandungan minyak rendah, dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk betina

2. Pisifera

Ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.

3. Tenera

Varietas ini mempunyai sifat-sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan-perkebunan pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut di sekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah tinggi, antara 60 – 96%. Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak daripada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.

Berdasarkan warna kulit buahnya varietas kelapa sawit dibedakan atas 3 varietas kelapa sawit yang terkenal. Varietas-varietas tersebut adalah:

1. Nigrescens

Buah nigrescens berwarna ungu sampai hitam pada waktu muda dan berubah menjadi jingga kehitam-hitaman pada waktu matang. Tipe buah nigrescens hampir dominan ditemukan pada varietas tenera yang ditanam secara komersial di Indonesia.

(9)

2. Virescens

Pada waktu muda, buah virescens berwarna hijau dan ketika matang warnanya berubah menjadi jingga kemerahan, tetapi ujungnya tetap kehijau-hijauan.

3. Albescens

Pada waktu muda, buah albescens berwarna keputih-putihan, sedangkan setelah matang berubah menjadi kekuning-kuningan dan ujungnya berwarna ungu kehitam-hitaman.

2.4. Syarat Tumbuh Tanaman Kelapa Sawit

2.4.1. Iklim

Faktor-faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini sepintas lalu tampak berbeda jelas satu sama lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi (Pahan, 2008).

a. Curah Hujan

Kelapa sawit memerlukan curah hujan sekitar 2.000 mm yang merata sepanjang tahun tanpa adanya bulan kering (defisit air) yang nyata. Hujan yang tidak turun selama 3 bulan menyebabkan pertumbuhan kuncup daun terhambat sampai hujan turun (anak daun atau janur tidak dapat memecah). Hujan yang lama tidak turun juga berpengaruh terhadap produksi buah, karena buah yang telah cukup umur tidak mau masak sampai turun hujan. Hujan yang terlalu banyak (lebih dari 5.000 mm/tahun) tidak berpengaruh jelek terhadap produksi buah kelapa sawit, asalkan drainase tanah dan penyinaran matahari cukup baik (Pahan, 2008).

(10)

b. Suhu

Tanaman kelapa sawit di perkebunan komersial dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 24-28 0C. Di daerah sekitar garis khatulistiwa, tanaman

sawit liar masih dapat menghasilkan buah pada ketinggian 1.300 m diatas permukaan laut. Dengan demikian, tanaman kelapa sawit diperkirakan masih dapat tumbuh dengan baik sampai kisaran suhu 20 0C, tetapi pertumbuhannya

sudah mulai terhambat pada suhu 12-22 0C. Produksi TBS yang tertinggi

didapatkan dari daerah yang rata-rata suhu tahunannya berkisar 25-27 0C

(Pahan, 2008).

c. Intensitas Penyinaran

Tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan fotosintesis, kecuali pada kondisi juvenile di pre- nursery. Pada kondisi langit cerah di daerah zona khatulistiwa, intensitas cahaya matahari bervariasi 1.410-1.540 J/cm2/hari. Intensitas cahaya matahari sebesar

1.410 terjadi pada bulan Juni dan Desember, sedangkan 1.540 terjadi pada bulan Maret dan September. Dengan semakin jauhnya suatu daerah dari khatulistiwa misalnya pada daerah 10 0LU intensitas cahaya akan turun dan

berkisar 1.218-1500 J/cm2/hari. Intensitas 1.218 terjadi pada bulan Desember,

sedangkan 1.500 terjadi pada periode Maret-September (Pahan, 2008).

Fotosintesis pada daun kelapa sawit akan meningkat pada kondisi langit berawan karena intensitas cahaya matahari dapat berkurang. Produksi bahan kering bibit umur 13 minggu yang diberi naungan ternyata berkurang. Penurunan berat kering tersebut meliputi penurunan pada bagian tajuk dan pada bagian akar (Pahan, 2008)

(11)

Produksi TBS/tahun juga dipengaruhi oleh jumlah jam efektif penyinaran matahari. Penyinaran efektif didefinisikan sebagai total jumlah jam penyinaran yang diterima sepanjang periode kelembaban air tanah yang mencukupi ditambah selama periode stress air dan dikurangi dengan lamanya stress air tanah yang terjadi. Pengaruh lamanya penyinaran terhadap peningkatan produksi yaitu 5,7 kg/kenaikan 100 jam penyinaran efektif per pohon. Pada kondisi di daerah khatulistiwa yang menerima lebih dari 2.400 jam penyinaran efektif sepanjang tahun maka rata-rata setiap pohon dapat menghasilkan minimal 125 kg TBS atau 18 ton/ha/tahun. Panjang penyinaran yang diperlukan kelapa sawit yaitu 5-12 jam/hari dengan kondisi kelembapan udara 80 % (Pahan, 2008).

d. Angin

Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu penyerbukan kelapa sawit. Angin yang terlalu kencang dapat menyebabkan tanaman baru menjadi miring, bahkan pada kasus angin putting beliung dapat menghancurkan perkebunan kelapa sawit di daerah yang agak jauh dari khatulistiwa, seperti Thailand (Pahan, 2008).

2.4.2. Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik di banyak jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan (drainase baik). Di lahan lahan yang permukaan air tanah nya tinggi atau tergenang, akar akan busuk. Selain itu, pertumbuhan batang dan daun nya tidak mengindikasikan produksi buah yang baik. Kesuburan tanah bukan merupakan syarat mutlak bagi perkebunan kelapa sawit.

(12)

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit dan banyak terdapat didaerah tropis diuraikan sebagai berikut:

1. Latosol

Latosol didaerah tropis bisa berwarna merah,cokelat,dan kuning. Tanah latosol terbentuk di daerah yang iklimnya juga cocok untuk tanaman kelapa sawit. Tanah latosol mudah tercuci dan melapisi sebagian besar tanah didaerah tropikal basah.

2. Aluvial

Tanah tanah aluvial sangat penting untuk tanaman kelapa sawit, meski pun kesuburannya di setiap tempat berbeda – beda. Aluvial ditepi pantai dan sungai umum ditanami kelapa sawit di asia dan amerika.

2.5. Panen Kelapa Sawit 2.5.1. Kriteria Matang Panen

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat membantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria matang panen kelapa sawit dapat dilihat secara visual dan secara fisiologi. Secara visual dapat dilihat dari perubahan warna kulit buah menjadi merah jingga, sedangkan secara fisiologi dapat ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan asam lemak bebas atau free fatty acid (ALB atau FFA) minimal. Pada saat ini kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan kurang sepuluh butir. Tanaman dengan umur lebih dari 10 tahun, jumlah brondolan sekitar 15 – 20 butir. Namun, secara peraktis digunakan kriteria umum yaitu

(13)

pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat dua brondolan(Fauzi,et al., 2012).

2.5.2. Alat Panen

Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda berdasarkan tinggi tanaman. Penggolongan alat kerja tersebut dibagi menjadi tiga bagian, yaitu alat untuk memotong TBS, alat untuk bongkar muat TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH (Sunarko, 2009).

Menurut Sunarko (2009),alat untuk memotong buah/TBS yaitu dodos kecil, dodos besar, pisau egrek, dan batu asah.

a. Dodos kecil dengan ukuran lebar mata 6 – 8 cm digunakan untuk memanen tanaman kelapa sawit dengan ketinggian 2 – 5 meter, tandan buah terdapat di setiap pelepah dan berada 0,3 – 0,8 meter dari permukaan tanah. Cara panen ini disebut dengan system panen jongkok. b. Dodos besar dengan ukuran lebar mata 12 – 15 cm di gunakan untuk

memanen tanaman kelapa sawit dengan ketinggian 5 – 10 meter, tandan buah berada pada ketinggian sekitar 1 meter di atas permukaan tanah. Pemanenan buah pada ketinggian demikan bisa juga dengan menggunakan kampak siam.

c. Egrek di gunakan untuk memanen tanaman kelapa sawit dengan ketinggian > 10 meter. Panen dengan menggunakan alat ini di sebut cara panen system berdiri

d. Gerobak digunakan untuk mengangkut buah dari pasar pikul (ancak panen) ke TPH.

e. Gancu digunakan untuk mengangkat dan meindahkan buah yang sudah di panen.

(14)

f. Korekan brondolan di gunakan untuk memudahkan pengumpulan brondolan pada piringan.

g. Karung goni di gunakan sebagai tempat brondolan yang sudah di kumpulkan.

h. Ember digunakan sebagai tempat brondolan sebelum di masukkan ke dalam karung goni.

2.5.3. Rotasi dan Sistem Panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya menggunakan rotasi panen tujuh hari, artinya satu areal panen harus dimasuki (diancak) oleh pemetik tiap tujuh hari. Rotasi panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7. Artinya, dalam satu minggu terdapat lima hari panen dan masing-masing ancak panen diulangi (dipanen) pada tujuh hari berikutnya ( Fauzi,et al.,2012).

Menurut Sunarko (2009), pemberlakuan sIstem pengancakan dapat menggunakan sistem yang lain dengan pertimbangan kondisi setempat. Sistem pengancakan potong buah terdiri dari 3 jenis, yaitu:

1. Ancak giring murni

Pada sistem ini, apabila suatu ancak telah selesai dipanen, pemanen pindah keancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, begitu seterusnya. Kelebihan ancak giring murni,cocok untuk areal yang baru dipanen, dapat diterapkan pada tukang potong buah dalam jumlah besar, buah cepat keluar, distribusi buah mengumpul, memudahkan transport TBS, kemungkinan ancak tertinggal kecil.Sementara, kekurangan ancak giring murni, tanggung jawab karyawan terhadap kondisi ancak rendah, susah ditelusuri karyawan/mandoran

(15)

yang melakukan kesalahan, output karyawan biasanya rendah, lebih banyak jalan-jalan (Sunarko, 2009).

2. Ancak giring tetap per mandoran

Kelebihan ancak giring tetap permandoran, manajemen pelaksanaan panen berdasarkan sasaran/persentase kerapatan panen dapat dilaksanakan secara sempurna, jumlah tenaga kerja dapat diatur (harus ditambah/dikurangi)sesuai kebutuhan/ kondisi kematangan buah (potensi), antara mandor yang satu dengan mandor yang lain dapat bersaing secara sehat, mandor aktif melaksanakan pengawasan dan senantiasa terdidik untuk berfikir, cocok untuk areal yang baru dipanen atau sudah lama, output mandoran dan karyawan bias dipacu dengan pengancakan karyawan yang memperhatiakan kekuatan masing-masing karyawan, menghindari kecemburuan di antara karyawan karena ancak dapat ditukar/bergilir dari pusingan yang satu keselanjutnya.Semetara kekurangan pengancakan sistem ini, tanggung jawab karyawan terhadap ancak masih relative kecil, adanya pelanggaran masih sulit dideteksi. Hal ini bisa dicegah apabila mandor tetap konsisten untuk mengintruksikan agar pemanen senantiasa membuat pancang ancak, control harus ketat. Hal ini sebenarnya sebuah menjadi kewajiban yang terkesan berat jika dibandingkan ancak tetap (Sunarko, 2009).

3. Ancak tetap

Pada sistem ini pemanen diberi ancak dengan luas tertentu dan tidak dapat berpindah-pindah. Kelebihan ancak tetap, tanggung jawab karyawan terhadap ancak tinggi, kondisi areal relative bagus karena kesalahan dapat dideteksi dengan mudah, penguasaan terhadap areal oleh karyawan tinggi sehingga lebih mudah mencari solusi sendiri jika menemukan kesulitan kerja.Sementara,

(16)

kekurangan ancak tetap, pelaksanaan potong buah tidak mengacu pada banyak atau sedikitnya buah karena luas ancaknya telah tertentu (ancak tetap), ada kesan bahwa mandor memaksa karena karyawan langsung mengetahui ancak masing-masing. Dalam hal ini, peran mandor mengecil, yakni bukan sebagai pembimbing (kontrol saat kerja), melainkan lebih banyak pendenda (control setelah selesai kerja), distribusi buah menyebar karena kekuatan karyawan berbeda, transport kurang efektif karena buah lambat keluar/menyebar, kurang sesuai pada ancak yang masih heterogen dan turn over karyawan yang tinggi (Sunarko, 2009)

2.5.4. Kerapatan Panen

Kerapatan panen adalah sejumlah angka yang menunjukkan tingkat kerapatan pohon matang panen didalam suatu areal, baik itu pada sistem blok maupun pada sistem grup. Tujuanya untuk mendapatkan minimal satu tandan yang matang panen. Sebagai contoh, kerapatan panen 1 : 5 artinya setiap 5 pohon akan ditemukan minimal 1 tandan yang matang panen. Agar lebih akurat didalam menetukan kerapatan panen, dapat ditentukan selama satu hari sebelum panen buah, perhitungan dilakukan khususnya pada areal-areal yang keesokan harinya akan dipanen (Fauzi, et al., 2012).

Untuk menghitung kerapatan panen dalam satu areal, dapat mengambil beberapa pohon yang akan digunakan sebagai contoh secara sistematis. Misalnya, didalam 1 blok atau grup diambil sebanyak 10 barisan tanaman sebagai barisan pohon contoh, kemudian didalam setiap barisan tersebut ditentukan pula sebanyak 10 batang pohon untuk contoh perhitungan. Dengan demikian, didalam satu blok atau grup akan digunakan sebanyak 100 batang

(17)

pohon contoh, selanjutnya pada setiap pohon terrsebut dilakukan perhitungan dan pencatatan jumlah tandan yang matang (Fauzi,et al., 2012).

2.5.5. Cara Panen

Berdasarkan tinggi tanaman,ada tiga cara panen yang umum dilakukan oleh perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Untuk tanaman yang tingginya 2-5 meter digunakan cara panen jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 meter dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan kampak siam. Sementara itu, cara egrek digunakan untuk tanaman yang tingginya lebih dari 10 m, yaitu dengan menggunakan alat arit bergagang panjang. Untuk memudahkan pemanen, sebaiknya pelepah daun yang menyangga buah dipotong terlebih dahulu dan diatur rapi ditengah gawangan.

Tandan buah yang matang dipotong sedikit mungkin dengan pangkalnya, maksimal 2 cm. Tandan buah yang telah dipotong diletakkan teratur dipiringan dan berondolan dikumpulkan terpisah dari tandan. Berondolan harus bersih dan tidak tercampur tanah atau kotoran lain. Proporsi kotoran idealnya tidak melebihi 0,3 % dari berat tandan. Selanjutnya tandan buah dan berondolan dikumpulkan di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) (Fauzi,et al., 2012).

Menurut sunarko, 2009 tahapan pemanenan kelapa sawit adalah sebagai berikut :

1. Sediakan peralatan panen dalam jumlah yang cukup dan kondisinya tajam.

2. Pemanen masuk ke areal panen melalui jalan buah (pasar pikul). Pilih tandan buah yang matang panen.

(18)

4. Susun rapi pelepah daun bekas potongan di gawangan dan potong minimum tiga bagian.

5. Ambil brondolan pada ketiak pelepah dan kumpulkan bersama brondolan yang jatuh di tanah.

6. Rontokkan tandan buah yang terlalu matang sebagai brondolan.

7. Bersihkan pokok yang sudah di panen dari bunga jantan yang sudah kering. Tidak boleh ada buah mentah yang di panen dan buah matang yang terlewat tidak di panen.

8. Kumpulkan dan bawa Tandan Buah Segar kelapa sawit ke TPH dengan kondisi bersih.

9. Tandan buah hasil panen di kumpulkan dan di angkut ke TPH yang terdekat.

10. Tandan buah di susun rapi di TPH agar mudah di hitung.

11. Tandan di beri label yang berisi tanggal panen, nomor pemanen, dan jumlah tandan dan nomor blok.

12. Brondolan dikumpulkan dan di masukkan ke dalam kantong bekas pupuk. 13. Brondolan tidak di tumpuk di atas tanah langsung, karena dapat

menaikkan ALB (Asam Lemak Bebas).

2.6. Pasca Panen Kelapa Sawit 2.6.1. Fraksi TBS dan Mutu Panen

Komposisi fraksi tandan yang biasanya ditentukan dipabrik sangat dipengaruhi perlakuan sejak awal panen. Faktor penting yang cukup berpengaruh adalah kematangan buah dan tingkat kecepatan pengangkutan buah ke pabrik. Berdasarkan hal tersebut, ada beberapa tingkatan atau fraksi

(19)

TBS yang dipanen. Fraksi-fraksi TBS tersebut sangat mempengaruhi mutu panen, termasuk kualitas minyak sawit yang dihasilkan. Dikenal ada lima fraksi TBS.

Menurut Fauzi, et al. (2012),secara ideal, dengan mengikuti ketentuan dan kriteria matang panen dan terkumpulnya brondolan serta pengangkutan yang lancar maka dalam suatu pemanenan akan diperoleh komposisi fraksi tandan yang dapat diolah sebagai berikut.

a. Jumlah berondolan di pabrik berkisar antara 25% dari berat tandan seluruhnya

b. Tandan terdiri dari fraksi 2 dan 3 minimal 65% dari jumlah tandan c. Tandan yang terdiri dari fraksi 1 maksimal 20% dari jumlah tandan. d. Tandan yang terdiri dari fraksi 4 dan 5 maksimal 15% dari jumlah tandan,

untuk mengetahui tingkat fraksi tandan buah segar dapat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Tingkat Fraksi tandan buah segar (TBS)

Fraksi Panen Kriteria Matang Buah Derajat Kematangan 00 Tidak ada, buah berwarna hitam Sangat mentah

0 1-12,5 % dari buah luar

membrondol Mentah

1 12,5- 25% buah luar membrondol Kurang Matang 2 25-50 % buah luar membrondol Matang I 3 50-75% buah luar membrondol Matang II 4 75-100% buah luar memberondol Lewat matang I 5 Buah bagian dalam juga membrondol,ada buah yang busuk Lewat matang II Sumber. Fauzi, et al.,(2012).

Dalam hal ini, pengetahuan mengenai derajat kematangan buah mempunyai arti penting sebab jumlah dan mutu minyak yang akan diperoleh ditentukan oleh faktor ini. Penentuan saat panen sangat mempengaruhi kandungan asam lemak bebas (ALB) minyak sawit yang dihasilkan.

(20)

Apabila pemanen buah dilakukan dalam keadaan lewat matang II maka minyak yang dihasilkan mengandung ALB dalam persentase tinggi (lebih dari 3%) , namun rendemen minyaknya sudah mulai menurun, Sebaiknya, jika pemanen dilakukan dalam keadaan buah belum matang, selain kadar ALB-nya rendah, rendemen minyak yang diperoleh juga rendah (Fauzi, et al., 2012). 2.6.2. Pengangkutan TBS ke Pabrik

TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah yaitu maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Jadwal kedatangan alat angkut kelokasi panen dan pabrik harus diatur sedemikian rupa agar sesampainya dikebun, tandan yang harus diangkut sudah tersedia. Alat angkut yang dapat digunakan dari perkebunan ke pabrik, di antaranya lori, traktor gandengan atau truk (Fauzi, et al., 2012).

Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibandingkan dengan alat angkutan lain. Jika menggunakan truk atau traktor gandengan, guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi sehingga kemungkinan adanya pelukaan pada buah lebih banyak. Setelah TBS sampai dipabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan penting dilakukan terutama untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja, dan perhitungan rendemen minyak sawit (Fauzi, et al., 2012).

(21)

III. METODE PELAKSANAAN

1.1. Tempat dan waktu pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan PKPM dilaksanakan di PT. SUBUR ARUM MAKMUR I, Kecamatan Tapung hulu, Kabupaten Kampar, Riau. Pelaksanaan PKPM ini dimulai dari tanggal 06 Maret 2015 sampai dengan tanggal 20 juni 2015.

1.2. Metode kegiatan

Metode yang digunakan untuk mendapatkan pengetahuan dan penambahan wawasan selama kegiatan PKPM yaitu sebagai berikut :

a. Praktek langsung

Praktek langsung dilakukan bersama karyawan atau sendiri pada kegiatan yang terkait dengan kegiatan panen dan pasca panen atas izin pembimbing lapangan.

b. Diskusi

Diskusi melakukan tanya jawab dengan pembimbing lapangan atau petugas lain yang terkait dengan kegiatan panen dan pasca panen.

(22)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1. Deskripsi areal kebun

PT. Subur Arum Makmur I (SAM I) merupakan perusahaan swasta yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dibawah naungan First Resources Group. PT. SAM I terletak di Desa Danau Lancang Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau. PT. SAM I mempunyai luasan kebun 8.831,16 Ha dan terdiri dari 12 Afdeling, 4 rayon untuk setiap Rayon terdiri dari 3 Afdeling dan yang bertanggung jawab adalah FM (Field Manager) dan FA (Field Asisten). Benih yang ditanam adalah berasal dari PPKS (Marihat) dan PNG. PT. SAM I bertopografi datar dengan jenis tanah gambut dan tanah mineral.

PT. SAM I sebelah utara berbatasan dengan PT. Subur Arum Makmur II (SAM II), Desa Sidodadi dan Desa Mandau, sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Panasan dan Desa Koto Popal, sebelah timur berbatasan dengan Desa Kampong Baru dan Desa Danau Lancang dan sebelah barat berbatasan dengan PT. Sumber Jaya ( Lampiran 1). Tempat praktek magang di afdeling II yang memiliki luasan 690,06 Ha yang terdiri dari 86.930 pokok dengan batas wilayah pada( Lampiran 2).

4.1.2. Iklim

PT. SAM I memiliki curah hujan 2.500 mm/thn dan merata sepanjang tahun, kelembaban 80% dengan suhu 250 – 300 C dan memiliki ketinggian

tempat 0-100 m dpl. Berdasarkan keadaan iklim yang ada di PT. SAM I tersebut maka sesuai untuk ditanam kelapa sawit.

(23)

Menurut Fauzi,et al., 2012 syarat tumbuh yang baik untuk tanaman kelapa sawit yaitu curah hujan diatas 2.000 mm dan merata sepanjang tahun, temperatur yang optimal 24-280 C, terendah 180 C dan tertinggi 320 C,

kelembaban 80%. 4.1.3. Tanah

Wilayah PT. SAM I sebagian besar memiliki tanah mineral yaitu sekitar 95% dan memiliki tanah gambut 5% serta memiliki tanah pH 5-6,5. Berdasarkan keadaan tanah yang ada di PT. SAM I maka sesuai atau cocok untuk pertumbuhan kelapa sawit.

Menurut Pahan (2008), tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah, yang penting tidak kekurangan air pada musim kemarau dan tidak tergenang air pada musim hujan. Selain itu juga tanaman kelapa sawit ini dapat tumbuh pada pH 4-6 namun yang terbaik yaitu pH 5-6. 4.1.4. Produk yang dihasilkan

Produk utama yang dihasilkan PT.SAM I adalah berupa produk bahan mentah Crude Palm Oil (CPO) dan Inti sawit (Palm Kernel). Daerah pemasaran produksi yang dihasilkan pada umumnya dibawa ke kota Dumai, kemudian dibawa lagi ke perusahaan pembeli dan diekspor keluar negeri seperti Singapura, India, Jerman untuk dipasarkan.

Selain produksi utama tersebut juga dihasilkan produk sampingan, seperti limbah akhir berupa limbah cair yang dijadikan untuk pupuk, bisa juga dijadikan untuk pengeras jalan di perkebunan dan Lainnya sebagai bahan bakar aktif untuk menghasilkan steam di pabrik pada saat pengolahan.

(24)

4.2. Panen Dan Pasca panen 4.2.1. Kriteria matang panen

Kriteria panen yang diterapkan di PT. Subur Arum Makmur I yaitu dengan cara memperhatikan jumlah brondolan yang jatuh secara alami di piringan sebanyak 2 butir brondoran per kilogram, kemudian dengan memperhatikan warna kulit buah dimana telah terjadi perubahan warna dari hitam menjadi merah mengkilat.

Adapun kualitas buah yang di harapkan oleh perusahaan adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Kualitas buah berdasarkan standarisasi PT. SAM I

Jenis Buah Persentase Brondolan

Mentah 0% Kurang Matang < 5 % Matang > 89 % Lewat Matang <5 % Tankos < 1 % Brondolan 8 - 12 % 4.2.2. Alat Panen

Peralatan panen yang digunakan untuk membantu dalam kegiatan pemanenan buah kelapa sawit ialah sebagai berikut:

- Egrek berfungsi untuk memotong tangkai buah dari pokok tanaman.

- Angkong Berfungsi untuk mengangkut buah dari dalam ancak/areal panen ke TPH.

- Karung goni Sebagai tempat brondolan yang sudah di kutip.

(25)

- Ember Sebagai tempat pengumpulan brondolan yang di kutip sebelum di masukkan ke dalam karung goni.

- Batu asah Berfungsi untuk menajamkan kembali mata egrek dan kampak. - Gancu Berfungsi untuk mengangkat dan memindahkan buah.

4.2.3. Rotasi dan Sistem Panen

Rotasi panen yang ditetapkan di PT. Subur Arum Makmur I yaitu 6/7 dimana dalam seminggu panen dilakukan sebanyak 6 kali berdasarkan seksi panen. Tujuan dari penetapan rotasi panen ialah untuk menghindari buah dan brondolan tidak terpanen (buah tinggal) serta untuk menormalkan produksi per luasannya.

Ancak panen adalah luasan suatu areal panen yang diberikan kepada tenaga pemanen berupa tanggung jawab yang harus diselesaikan. Ancak panen yang diterapkan di PT. Subur Arum Makmur I ialah ancak giring.

Ancak giring ialah apabila suatu ancak telah dipanen maka pindah keancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, sistem ini memudahkan dalam pengawasan pekerjaan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik namun pemanen cendrung memanen buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah dan berondolan yang tertinggal di lapangan.

Adapun kelebihan dan kekurangan dari sistem ancak giring ini adalah sebagai berikut :

Kelebihan :

1. Pengangkutan lebih mudah

2. Pengecekan / pemeriksaan buah lebih cepat dan mudah Kekurangan :

(26)

2. Pengawasan lebih sulit

4.2.4. Angka Kerapatan Panen (AKP)

Kerapatan panen merupakan persentase jumlah pohon yang dapat dipanen pada areal kebun dalam luasan tertentu. Tujuan penentuan kerapatan panen ini adalah untuk mengetahui kebutuhan tenaga kerja dan untuk menentukan estimasi produksi yang akan di panen pada areal tersebut.

Adapun cara kerja penentuan Angka Kerapatan Panen (AKP) ini adalah : 1. Menentukan blok yang akan di AKP (Angka Kerapatan Panen). Jumlah

penentuan blok AKP yaitu sebesar 10% dari luas areal yang akan dipanen yang disebut pasar sampel.

2. Mandor panen Masuk ke dalam pasar sampel yang telah ditentukan untuk menentukan jumlah tandan buah yang dapat dipanen dengan melakukan pengamatan pada tanaman secara selang seling ( dimulai dari pokok pertama dari pinggir dan dilanjutkan pada pokok pertama pada baris disampingnya). Yaitu dengan menghitung buah yang sudah memenuhi tingkat kematangan optimum (2 butir brondolan per kilogram) dan hasilnya dicatat pada kertas yang sudah disiapkan.

3. Setelah selesai kemudian dilakukan perhitungan-perhitungan sebagai berikut: a. Menghitung Angka Kerapatan Panen dengan rumus:

AKP = JUMLAH TANDAN YANG DIPERIKSA x 100 % JUMLAH POKOK PERIKSA

b. Menghitung janjang panen dengan rumus:

(27)

c. Menentukan BJR dengan rumus:

BJR Jumlah kg panen (kg) Jumlah tandan panen (tdn) d. Menentukan taksasi dengan rumus:

Taksasi = Jumlah janjang panen x BJR

e. Menentukan kebutuhan tenaga kerja panen esok harinya dengan rumus:

Tenaga Kerja Hasil taksasi (kg) Output pemanen (kg)

f. Menentukan kebutuhan mobil yang diperlukan untuk pengangkutan esok harinya dengan rumus:

Output mobil Hasil taksasi (kg) Output mobil (kg)

g. Menentukan kebutuhan pemuat dengan rumus: Output pemuat Hasil taksasi (kg)

Output pemuat (kg)

4. Kegiatan AKP dilakukan sehari sebelum kegiatan pemanenan buah kelapa sawit.

4.2.5. Tahapan Panen

Adapun prosedur kerja kegiatan pemanenan buah kelapa sawit yang diterapkan di di PT. Subur Arum Makmur I adalah :

a. Pemanen menyiapakan alat panen dan pemanen menuju ke ancak masing-masing.

b. Pemanen mendatangi tiap pokok kelapa sawit satu demi satu, dan mengamati ada tidaknya tandan buah matang dengan melihat berondolan dipiringan dengan kriteria matang panen ( 2 brondolan/tandan).

=

=

=

(28)

c. Apabila yang diamati telah matang panen maka pelepah yang menyangga tandan buah tersebut dipotong lebih dulu dengan egrek.

d. Potong tandan buah mepet kebatang dengan menggunakan egrek, pelepah yang dipotong diletakkan digawangan mati atau antar pokok.

e. Tangkai tandan buah dipotong pendek berbentuk huruf “ V “ dengan kampak atau panjang tangkai maksimal 2 cm. Kutip semua brondolan yang terdapat pada ketiak pelepah dan piringan dengan bersih.

f. Tandan Buah Segar (TBS) dan berondolan yang telah dikumpulkan diangkat dan dilangsir ke Tempat Pengumpulan Hasil (TPH) dengan menggunakan gancu dan gerobak sorong.

g. Di TPH, TBS disusun berjejer 5 tandan buah perbaris dengan tangkai posisi keatas dan menghadap kejalan, kemudian masukkan brondolan kedalam karung dan letakkan disamping susunan TBS.

h. Beri nomor pemanen pada tangkai buah bekas potongan dengan menggunakan arang atau brondolan.

4.2.6. Efisiensi Panen ( cek lossis brondolan )

Efisiensi panen merupakan suatu kegiatan manajemen pengawasan dan pengelolaan produksi untuk memastikan ancak panen bersih dari buah tinggal dan brondolan yang tidak terkutip pada saat pemanenan. Adapun tujuan dari kegiatan ini yaitu untuk memeriksa apakah ada buah tinggal dan brondolan yang tidak terkutip pada saat pemanenan. Kegiatan ini dilakukan oleh mandor panen dan asisten afdeling, tetapi biasa juga dilakukan bersama pimpinan kebun (General Manager) apabila persentase lossis brondolan dan buah tinggal tinggi yang diperoleh dari laporan harian asisten afdeling.

(29)

Pelaksanaan kegiatan efisiensi panen ini dilakukan setelah kegiatan panen selesai. adapun item pekerjaan yang di amati melalui kegiatan efisiensi panen adalah :

a. Lossis brondolan b. Efisiensi panen

c. Jumlah brondolan per hektar.

Adapun prosedur kerja pelaksanaan kegiatan Efisiensi panen ini adalah sebagai berikut :

a. Efisiensi panen dilakukan oleh asisten kebun dan mandor panen.

b. Setelah selesai kegiatan pemanenan asisten dan mandor masuk kedalam ancak yang sudah dipanen untuk memeriksa apakah ada buah tinggal dan brondolan yang tidak terkutip di piringan.

c. Efisiensi panen dalam satu blok di tetapkan standar oleh perusahaan bahwa luas areal yang harus di periksa yaitu 2 pasar / blok.

d. Kriteria yang di periksa yaitu buah yang tidak di panen / buah tinggal dan brondolan tidak terkutip.

e. Setelah selesai pemeriksaan maka di tentukan beberapa hal, diantaranya : 1. Losis brondolan

2. Efisiensi panen

3. Jumlah brondolan / hektar

4.2.7. Grading TBS (Tandan Buah Segar) di TPH

Grading buah merupakan suatu kegiatan pemeriksaan dan perhitungan jumlah buah yang ada di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) yang dilakukan oleh kerani produksi. Adapun kriteria pemeriksaan yang dilakukan dimana telah ditetapkan oleh perusahaan yaitu :

(30)

a. Buah kurang matang b. Buah mentah

c. Tangkai panjang d. Buah busuk e. Tandan kosong

Adapun prosedur kerja dari pelaksanaan Grading TBS di TPH yang di lakukan di PT. Subur Arum Makmur I adalah sebagai berikut :

a. Kerani produksi pergi ke lapangan bersama dengan mobil pengangkut TBS (Dump truck) untuk melakukan greading TBS di TPH dengan tujuan untuk menghitung dan memeriksa buah yang sudah dipanen.

b. Kerani produksi mengecek buah yang dianggap tidak memenuhi kriteria matang panen seperti buah kurang matang (KM), Buah busuk, tandan kosong, dan buah mentah

c. Selain dari memeriksa buah kerani juga harus mencatat nomor panen dan nomor TPH yang digreading.

d. Buah yang sudah di grading langsung dimuat ke Dump truck untuk diangkut ke PKS.

e. Pada saat memuat buah dan brondolan kedalam truck buah tidak boleh ada yang tertinggal di TPH.

f. Kemudian setelah buah selesai di muat kerani produksi akan memastikan kembali buah dan brondolan telah terangkut semua.

4.2.8. Pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar) ke PKS

Pengangkutan buah yang di terapkan di PT. Subur Arum Makmur I ialah dengan menggunakan mobil Dump Truck (Colt Diesel 125 ps) yang di lengkapi

(31)

dengan sistem Hidrolik pada bak mobil penggunaan alat angkutan ini di tujukan untuk memudahkan proses penuangan buah pada stasiun penerimaan buah.

Adapun prosedur kerja pelaksanaan kegiatan pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar) dari TPH ke PKS adalah sebagai berikut :

a. Buah yang sudah berada di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) dinaikkan oleh tukang muat ke dalam dump truck dengan menggunakan alat tojok. b. Kemudian brondolan yang masih berserakan di TPH di korek dan di angkat

dengan karung goni kedalam dump truck.

c. Setelah buah terisi penuh pada bak truck kemudian salah satu dari tukang muat naik ke atas dump truck untuk menyusun buah dengan rapi agar tidak berat sebelah dan untuk memudahkan pengangkutan.

d. Standart muatan dump truck telah di tetapkan oleh perusahaan yaitu 7.500 kg (7,5 ton), dengan tampilan petak dua di atas bak.

e. Sebelum buah diangkut, kerani produksi menyiapkan SPB (Surat Pengiriman Buah) untuk di bawa oleh supir menuju PKS yang di lengkapi dengan :

a. Jumlah tandan yang diangkut b. Jumlah kilogram brondolan c. Nama supir pengangkut d. Nomor seri kenderaan

e. Tanggal penen buah yang diangkut. f. Dan nama tukang muat

(32)

g. Setelah sampai di loket penimbangan sopir truck harus turun dari mobil, karena akan berpengaruh terhadap berat bruto (berat kotor) dari muatan, Sekaligus SPB di berikan pada stasiun penimbangan.

h. Kemudian setelah di timbang dump truck menuju loading rump untuk mengantar buah ke stasiun penampungan buah.

i. Setelah selesai meletakkan buah di stasiun penampungan buah, dump truck kembali di timbang di stasiun penimbangan dan sopir harus turun dari mobil

j. Kemudian setelah ada bel dari loket penimbangan sopir mengambil SPB yang sudah di berikan sebelumnya, hasil penimbangannya disebut dengan tarra (berat kosong). Pada slip tersebut terdapat juga netto (berat bersih angkutan).

k. Slip tersebut pada esok harinya di serahkan kepada kerani produksi untuk di rekap pada buku produksi afdeling.

Dalam pelaksanaan kegiatan ini ada hal yang harus benar-benar di perhatikan, yaitu persentase brondolan di TPH. Persentase brondolan di TPH pada saat pengangkutan buah harus 0 %, sehingga pada saat pelaksanaan kegiatan ini kerani produksi harus betul-betul mengawasinya.

4.3. Pembahasan

4.3.1. Kriteria Matang Panen

Penetapan kriteria matang panen yang di tetapkan di PT. SAM I yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat dua butir brondolan dan secara visual telah mengalami perubahan warna menjadi merah mengkilat. Hal ini sesuai dengan pendapat Fauzi,et al., 2012 yang menyatakan bahwa kriteria

(33)

matang panen buah kelapa sawit secara visual telah terjadi perubahan warna kulit buah menjadi merah dan secara praktis kriteria umum yang digunakan yaitu pada setiap 1 kg tandan buah segar (TBS) terdapat dua brodolan yang jatuh.

Kualitas buah yang diharapkan oleh perusahaan tidak adanya buah mentah yang terpanen, dan tidak adanya brondolan yang tertinggal. Tetapi dalam pengamatan dilapangan masih banyak buah yang belum masuk kriteria panen yang di panen dan buah yang siap panen tidak terpanen (buah tinggal).

4.3.2. Rotasi Panen dan Sistem Panen

Rotasi panen yang diterapkan di PT. Subur Arum Makmur I yaitu 6/7 sedangkan menurut Fauzi, 2012 bahwa pemanenan kelapa sawit umumnya menggunakan rotasi 7 hari.

Penerapan rotasi panen 6/7 PT. Subur Arum Makmur I disebabkan adanya ketetapan yang telah di cantumkan dalam Standarisasi Operasional Perusahaan (SOP) dan kebijakan dari pimpinan suatu afdeling dalam menentukan rotasi panen tersebut. Meskipun demikian dengan menggunakan rotasi panen 6/7 keadaan buah masih tergolong normal baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas.

Sistem panen yang di terapkan di PT. Subur Arum Makmur I yaitu sistem panen ancak giring. Penetapan sistem panen ini ditetapkan atas kebijaksanaan pimpinan afdeling setempat yang dasarkan atas kondisi produksi dan keadaan cuaca yang tidak stabil.

Pada sistem ini apabila suatu ancak telah selesai dipanen maka pemanen pindah keancak berikutnya yang telah ditunjukkan oleh mandor. Setiap hari

(34)

mandor harus membagi ancak panen dan luas areal yang harus di panen oleh pemanen.

Menurut Sunarko,2009 ancak giring adalah sistem panen yang seluruh hasil panennya di tempatkan di satu lokasi panen tertentu, sehingga masing-masing pemanen apabila suatu ancak telah selesai dipanen maka pemanen pindah keancak berikutnya yang telah ditunjukkan oleh mandor.

4.3.3. Angka Kerapatan Panen (AKP)

Angka Kerapatan Panen yang diterapkan di PT. Subur Arum Makmur I, yaitu dengan menetapkan pohon sampel sebanyak 10 % dari seluruh pohon yang akan di AKP sehingga ditetapkan perhitungan produksi yang waktunya dilakukan sehari sebelum panen . Hal ini sesuai dengan pendapat dari Fauzi,et al., 2012 yang menyatakan bahwa pada saat pelaksanaan kegiatan AKP beberapa hal yang harus benar-benar di perhatikan diantaranya penetapan jumlah pohon sebagai pohon sampel pengamatan, waktu dan cara pengamatan, serta perhitungan produksi hasil pengamatan. Agar lebih akurat di dalam menentukan angka kerapatan panen, dapat di tentukan selama 1 hari sebelum panen buah. Perhitungan di lakukan khususnya pada areal yang keesokan harinya akan di panen.

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dalam pelaksanaan AKP masih dijumpai adanya mandor panen yang tidak melakukan pengamatan dengan sungguh-sungguh sehingga penetapan hasil dilakukan dengan cara diperkirakan saja.

4.3.4. Pelaksanaan Panen

Pada pelaksanaan panen di PT Subur Arum Makmur 1, bunga jantan yang telah kering tidak langsung dibersihkan pada saat panen. Sedangkan menurut

(35)

Sunarko (2009), bahwa kegiatan pembersihan bunga jantan yang sudah mati dilakukan pada saat pemanenan berlangsung. Tidak dilakukan pembersihan bunga jantan pada saat panen di PT. Subur Arum Makmur 1 yaitu untuk mempertimbangkan efesiensi waktu pemanenan. Sedangkan kegiatan pembersihan bunga jantan yang sudah kering dilakukan pada saat kegiatan penunasan.

Pemotongan tandan buah pada saat panen di PT. Subur Arum Makmur 1 tidak dilakukan sampai mepet ke batang dan pada saat memberikan kode pada tangkai buah pemanen hanya memberi nomor pemanen saja. Menurut Sunarko,2009 pada saat pemotongan tangkai buah dipotong mepet ke pangkalnya maksimal 2 cm dan kegiatan pemberian label buah harus dicantumkan identitas buah seperti tanggal panen, no pemanen, jumlah tandan dan nomor blok.

4.3.5. Efisiensi Panen

Efisiensi panen adalah suatu kegiatan penilaian oleh tim khusus perusahaan yang disebut dengan Team Quality Control. Kegiatan ini bertujuan menjaga kualitas kegiatan panen pada suatu afdeling dengan memberikan penilain terhadap beberapa kriteria seperti jumlah losis brondolan, buah tinggal, pelepah sengkleh dan buah gantung. Tetapi pada saat kegiatan efisiensi panen di lapangan masih banyaknya brondolan yang tidak terkutip oleh pemanen.

Adanya Penilaian efisiensi panen pada suatu afdeling dapat mengggambarkan efektifitas kegiatan panen pada afdeling tersebut dengan dilakukan kegiatan efisiensi panen dapat meningkatkan kualitas kerja baik dari asisten afdeling, mandor panen, hingga pemanen. Berdasarkan pengamatan

(36)

dilapangan kegiatan efisiensi panen sudah berjalan dengan baik walaupun masih dijumpai pemanen yang kurang bersih dalam pengutipan brondolan.

4.3.6. Grading Buah

Grading buah merupakan suatu kegiatan pemeriksaan dan perhitungan jumlah buah yang ada di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) yang dilakukan oleh asisten afdeling, mandor panen, kerani produksi.

Dalam pengamatan dilapangan kegiatan Grading buah sudah berjalan dengan sangat baik dengan adanya kegiatan grading buah dapat menjaga kualitas buah yang akan dikirim ke PKS sehingga dapat memaksimalkan produksi CPO yang dihasilkan pada kegiatan pasca panen pengolahan buah di PKS.

4.3.7. Pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar) ke PKS

Pengangkutan buah dari TPH ke PKS yang diterapkan di PT. Subur Arum Makmur I yaitu dengan menggunakan mobil Dump Truck (Colt diesel 125 ps). Tetapi saat memuat buah kedalam truck buah banyak juga buah yang kebanting sehingga banyak buah yang terluka.

Menurut Fauzi,et al., 2012 Pada prinsipnya, pengangkutan yang benar ialah pengangkutan TBS yang dilakukan secara cermat dan tepat waktu sebaiknya tumpukan TBS di dalam bak truk atau bak terbuka lainnya hendaknya tidak terlalu tinggi karena dikhawatirkan akan merusak buah sawit. Ketika memuat TBS ke dalam truk, usahakan jangan di banting karena bisa merusak buah.

(37)

V.KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. KESIMPULAN

1. Dalam pengelolaan teknik panen dan pasca panen kelapa sawit di PT. Subur Arum Makmur 1 kebun senamanenek Kampar, Riau secara keseluruhan sudah baik akan tetapi dalam beberapa kegitan ada yang kurang berjalan dengan baik seperti:

a) kegiatan AKP dijumpai adanya mandor panen yang tidak melakukan pengamatan dengan sungguh-sungguh sehingga penetapan hasil dilakukan dengan cara diperkirakan saja.

b) Pada tahapan panen masih banyak pemanen yang tidak mengutip brondolan dengan bersih.

c) Pengakutan buah ke PKS saat memuat buah kedalam truck masih banyak buah yang kebanting sehingga banyak buah yang terluka. 2. Kendala yang dihadapi di PT. Subur Arum Makmur 1 hampir tidak ditemui kendala-kendala yang berarti dalam pelaksanaan panen dan pasca panen.

(38)

5.2. SARAN

Berdasarkan praktek kerja yang dilakukan dilapangan,penulis menyarankan sebagai berikut :

1. Untuk mendapatkan kualitas buah yang memenuhi standar perusahaan sebaiknya staf (mandor) lapangan lebih meningkatkan pengawasan pada saat kegiatan pemanenan dan pasca panen.

2. Sebaiknya sebelum melakukan kegiatan pemanenan mandor panen terlebih dahulu melakukan pemeriksaan terhadap alat-alat panen yang digunakan, dengan tujuan untuk mempercepat waktu pemanenan.

3. Untuk menghindari rotasi panen yang tinggi sebaiknya staf lapangan lebih memperhatikan faKtor lapangan, seperti melakukan perhitungan angka kerapatan panen (AKP) setiap hari sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan tenaga kerja untuk melakukan kegiatan pemotongan buah. 4. Sebaiknya pelaksanaan greading buah di TPH lebih di tingkatkan lagi oleh

kerani produksi sehingga pada saat pengangkutan buah dari TPH ke PKS tidak ada buah yang mentah terangkut.

(39)

Gambar

Tabel 1. Tingkat Fraksi tandan buah segar (TBS)
Tabel 2.  Kualitas buah berdasarkan standarisasi PT. SAM I

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian kulit daging buah kopi fermentasi MOL sebagai ransum dalam bentuk pelet terhadap kelinci peranakan rex jantan lepas

kita harus menebak dan coba-coba dua bilangan yang apabila dijumlahkan akan. menghasilkan nilai koefesien b dan apabila dikalikan akan menghasilkan

Ketentuan di Aceh bahwa zakat dikelola resmi oleh Lembaga Baitul Mal (Pasal 191 UUPA), dan zakat sebagai PAD (Pasal 180 UUPA) serta zakat dapat mengurangi jumlah pembayaran

Pengorganisasian adalah suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota

Dengan mengatur media queries dalam dokumen CSS, maka permasalahan tampilan website yang diakses dari berbagai peralatan dapat diatasi sehingga informasi yang diminta

Penelitian ini membuat perancangan berbasis sistem informasi ekspor &amp; impor berbasis web yang dapat digunakan oleh semua pabrik atau perusahaan di Indonesia, khususnya

Beberapapenelitian-penelitian selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mendukung realisasi penerapan sistem klasifikasi mobil ini diantaranya metode klasifikasi dikembangkan

Remaja   membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh  jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.. Kegagalan mencapai identitas