• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN MENURUT UU NO. 25 TAHUN 2007 DI DAERAH PEMEKARAN (Studi Pada Kabupaten Pakpak Bharat) SKRIPSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN MENURUT UU NO. 25 TAHUN 2007 DI DAERAH PEMEKARAN (Studi Pada Kabupaten Pakpak Bharat) SKRIPSI."

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

(Studi Pada Kabupaten Pakpak Bharat)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Unibversitas Sumatera Utara

Oleh :

ADHANI ULFA HARDY 150200213

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)

memberikan berkah, ramhat dan hidayah-Nya berupa karunia kesehatan, kesempatan dan ilmu pengetahuan dalam mengerjakan skripsi ini. Sholawat dan salam penulis hadiah kan kepada sang revolusioner Nabi Muhammad SAW atas syafaatnya dan tak lupa ridho dan doa yang selalu dipanjatkan orang tua penulis.

Penulisan skripsi ini diajukan untuk melengkapai persyaratan guna memperoleh gelar Sarjan Hukum di Universitas Sumatera Utara. Dengan judul skripsi “ PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN MENURUT UU NO. 25 TAHUN 2007 DI DAERAH PEMEKARAN ( Studi Pada Kabupaten Pakpak Bharat)”

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha sebaik mungkin namun karena keterbatasan yang dimiliki, penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari penyajian materi maupun penyampaiannya. Maka penulis mengharapkan kritik dan saran bagi berbagai pihak guna memberikan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini disadari oleh penulis tidak lepas dari bantuan , arahan, petunjuk, dorongan, dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimaksih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Budiman Ginting, SH, M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan Sebagai Dosen Pembimbing I

2. Bapak Prof. Dr. H. OK. Saidin, SH, M.Hum sebagai Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH, M.Hum sebagai Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen Pembimbing Akademik.

5. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan dukungan, bantuan, dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Secara khusus dan teristimewa penulis ucapkan terima kasih sangat besar kepada orang tua penulis Ayahanda Kardiman Boang Manalu, SH dan Ibunda Maryati yang telah sabar, memberikan kasih sayang, pengorbanan, doa, dan motivasi sehingga dapat memperoleh pendidikan dan dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MHum sebagai Ketua Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

8. Ibu Tri Murti Lubis, SH, MH sebagai Sekretaris Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

9. Bapak/Ibu Dosen Staf Pengajar Fakultas Hukum USU yang telah mendidik penulis mengikuti perkuliahan san membantu penulis menjalani study di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

10. Bapak Maston Manik, S.St, M.Si sebagai Kepala Bidang Data dan Informasi di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Penanaman Modal Pakpak Bharat yang telah memberikan penulis kesempatan untuk melakukan riset dan memperoleh data serta informasi untuk dijadikan bahan primer dalam penulisan skripsi ini.

(5)

beliau sebagai sahabat khusus, teman cerita suka dan duka, tangis-tawa, mendoakan, menemani dan sangat memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Citra Perdana Kesuma (Dana Soem) teman terikhlas, teman ramah senyum, terima kasih atas motivasi , semua bantuannya selama perkuliahan berlangsung , dan sampai tahap penyelesaian skripsi ini.

13. Keluarga Besar Boang Manalu poli (Alm) Hasyim Boangmanalu, pupung (Almh) Nur Almah Dabutar, Ade Fatma Ridha Boangmanalu, Nayla Imani Fatiha Boangmanalu, tonnga Edy Boangmanalu, tonga Syahbin Boangmanalu, tonga Ramlan Boangmanalu, tonga Anto Boangmanalu, papun Syaiful Anwar Boangmanalu, embu Sahmi Boangmanalu, embu Ati boangmanalu yang telah mendukung dan mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini

14. Keluarga Besar Pujakesuma nenek Tasmi, pakde Misun, pakde Maman, bukde Masni, bukde Murni, bukde Sunarmi, bukde Sania, bukde Poniem, dan oom Nano yang telah mendukung dan mendoakan dalam menyelesaikan skripsi ini 15. Keluarga Besar Kader 2015, terkhusus pada Faridah, Dana, Mar’i, Lismar,

Zulham, Wulan, Zikri(Cipah), Diwa, Doni, Uan, Putri, Bayu dan lain lain yang telah mendukung, teman susah dan senang, dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,

16. Presidium KOHATI HMI Komisariat Fakultas Hukum USU Periode 2017-2018, Faridah Hanum, Gusnia Hanako, Justira Rudah, Elsya Dwi, Helnia Safitri,

(6)

17. Presidium HMI Komisariat Fakultas Hukum USU Periode 2017-2018, Abangda Rizky, Abangda Syauqi, Abangda Arisyah, Dana, Faridah, Diwa, Zulham, Zikri, Uan, Andika, Wulan, Lismar, Alvi, Randy, Muhtadi, Abdillah, Ammar yang telah mendukung dalam menyelesaikan skripsi ini.

18. Kakanda Siti Rizky Midana, Kakanda Nurliza Angkat, Kakanda Luthfiya Nazla, Kakanda Siti Yolanda yang memotivasi dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

19. Teman seperjuangan tertawa-menangis dalam beberapa fase, Amherstia Fazira Kanza, Annisa Raz , Intan Murina Sitepu, Gita Clarariska, Riska Rianti, Fatimah Maysari Hsb, Rahtrya Uci, Defi ayu, Dinda Asyifa, Banu Situngkir, Siti Ramadhani Hutasuhut dan seluruh teman lainnya yang tak bisa penulis cantumkan satu persatu.

Akhir kata semoga kiranya tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca, terutama dapat di gunakan sebagai pengembangan ilmu hukum di Indoensia untuk kemajuan bangsa dan negara.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Medan, Januari 2019 Penulis

ADHANI ULFA HARDY

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI...ii

DAFTAR TABEL ...viii

ABSTRAKSI...ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah...9

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...9

D. Keaslian Penulisan ...10

E. Tinjauan Pusataka...11

F. Metode Penulisan...17

G. Sistematika Penulisan...19

BAB II TINJAUAN HUKUM PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP A.PENANAMAN MODAL BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2007 1. Pengertian dan Jenis Penanaman Modal...22

2. Asas dan Tujuan penanaman Modal ...28

(8)

B. PRINSIP BERWAWASAN LINGKUNGAN DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL

1. Prinsip Penanaman Modal...38

2. Pembangunan Yang Berwawasan Lingkungan ...41

3. Sistem Perizinan Dan Kaitannya Dengan Lingkungan Hidup...46

BAB III ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN A. Manfaat Penanaman Modal Yang Berwawasan Lingkungan...51

B. Tanggung Jawab Sosial Dalam Lingkungan Penanaman Modal ...54

C. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan...59

D. Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Menentukan Kebijakan Daerah...64

BAB IV PERKEMBANGAN PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN PADA KABUPATEN PAKPAK BHARAT A. Latar Belakang Pemekaran Daerah...69

B. Pengaturan Pemekaran daerah ...75

C. Penanaman Modal di Indonesia ...78

D. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Melalui Penanaman Modal...82

E. Perkembangan Penanaman Modal Berwawasan lingkungan Sebelum Pemekaran di Kabupaten Pakpak Bharat ...85

F. Perkembangan Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan Sesudah Pemekaran di Kabupaten Pakpak Bharat...94

(9)

a. Kesimpulan...107 b. Saran...109

DAFTAR PUSTAKA

(10)

Tabel 1: Tabel Peuang Sektor Bidang Usaha Lahan Investasi...92

Tabel 2 : Tabel Sektpr Bidang Usaha Unggulan Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri...93

Tabel 3 : Tabel Grafik IMB Sampai Tahun 2017...95

Tabel 4 : Tabel Penerbitan Grafik IMB PerKecamatan Tahun 2017...96

Tabel 5 : Tabel Data IMB Untuk 7 Tahun Terakhir...97

Tabel 6: Tabel Rekap HO Tahun 2017...99

Tabel 7: Tabel Grafik Perbandingan Izin HO perKecamatan...98

Tabel 8: Tabel Data SIUP Tahun 2017...99

Tabel 9: Tabel SIUP Baru dan Perkepanjangan...100

Tabel 10: Tabel Grafik Nilai investasi 2017...101

Tabel 11: Tabel Grafik Nilai Investasi 2017...103

Tabel 12: Tabel Nilai Investasi PMA...103

Tabel 13: Tabel Nilai Investasi PMDN...104

Tabel 14 : Tabel Nilai Investasi...106

Tabel 15 : Tabel Grafik Presentasi Modal PMA dan PMDN ...106

(11)

(Studi Pada Kabupaten Pakpak Bharat) *) Adhani Ulfa Hardy

**) Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum ***) Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

ABTSRAKSI

Penanaman modal merupakan kebutuhan penting bagi suatu negera dalam pengembangan ekonomi dan pembangunan berkelanjutan. Dalam pelaksanananya harus tetap memperhatikan asas dan aturan yang berlaku seperti tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup guna untuk kepentingan generasi yang mendatang dan terlaksana secaraerkelanjutan. penanaman modal yang dilakukan tidak hanya dibutuhkan oleh negara saja namun sangat dibutuhkan bagi daerah daerah terutama pada daerah daerah yang dimekarkan guna menggali potensi-potensi yang terdapat didaerah tersebut tanpa merusak lingkungan daerah setempat, skripsi ini mengambil contoh pada Kabupaten Pakpak Bharat.

Penulisan Skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif, dengan menganalisis hukum tertulis yang berlaku, dengan membandingkan penerapan di lapangan melalui survey di lapangan, sehingga diperoleh kepastian bahwa kegiatan penanaman modal di Kabupaten Pakpak Bharat, sudah sesuai dengan hukum tertulis yang ada, khususnya apakah sudah berwawasan lingkungan.

Penulis telah melakukan wawancara dengan dengan Kepala Bidang Data dan Informasi Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat sekaligus mengambil data tertulis. Dari analisis data hasil survey, yang disesuaikan dengan hukum tertulis yang ada, tidak ditemukan hal-hal yang tidak besesuaian.

Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat telah menjadi daerah pemekaran dan terbitnya Pelayanan Terpadu Satu Pintu dengan Peraturan Presiden No. 97 Tahun 2014, kegiatan pananaman modal di Kabupaten Pakpak Bharat mulai mengalami peningkatan.

Sistem perizinan yang dilakukan, dalam kegiatan penanaman modalnya menjunjung tinggi nilai lingkungan sekitar hal ini berpedoman pada asas yang bewawasan lingkungan sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal serta Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup seperti kegiatan penanaman modal yang memanfaatkan sumber daya air terjun untuk pembangkit listrik, yang menjadi objek penelitian penulis.

*) Mahasiswa Fakultas Hukum USU **) Dosen Pembimbing I

***) Dosen Pembimbing II

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya perekonomian nasional merupakan bagian pokok pondasi penting bagi suatu negara. Berdasarkan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Pasal 33 ayat (4) menyebutkan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan, kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional.

Dalam pokok kalimat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, mewajibkan negara dan pemerintah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia yang berarti harus melindungi seluruh lingkungan hidup di Indonesia dengan segenap sumber daya insannya.

Pembangunan menyeluruh merupakan pembangunan nasional yang merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan berdasarkan rencana tertentu, dengan sengaja, dikehendaki, baik bagi pemerintah dan masyarakat.

Pembangunan Nasional tersebut mencangkup berbagai aspek yaitu aspek ekonomi, politik, demografi, psikologi, hukum intelektual tehnologi maupun industri1.

Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam program pembangunan nasional (Propenas) yakni berusaha mewujudkan suatu

1 Dhaniswara K Harjono. Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam Menghadapi Era Globalisasi, (Jakarta;Pustaka Jaya, 2004) hal.1

(13)

masyarakat adil dan makmur. Dimana masyarakat adil dan makmur itu diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang, diantarnya bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi identik dengan sektor-sektor ekonomi yang terdapat dinegara ini. Seperti; sektor pertanian, kehutanan, perikanan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa jasa dan lain-lain.2 Sehingga pembangunan ekonomi di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan potesi yang ada dimasyarakat. Berdasarkan hal itu maka arah pembangunan pertama kali dituangkan kedalam ketetapan MPR-RI No. II Tahun 1974 tentan g Repelita II.

Bab 4, Pengelolaan Sumber Sumber Alam Lingkungan Hidup.

Asas berwawasan lingkungan sangat penting bagi kehidupan, yang dimaksud asas berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Tujuan lingkungan hidup terdapat pada Undang- Undang Perlindungan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 adalah pembangunan berwawasan lingkungan yang merupakan berupa upaya-upaya untuk memperoleh kesejahteraan atau taraf hidup yang lebih baik guna terciptanya kesejahteraaan penduduknya dan hal ini akan memberikan efek yang baik untuk pembangunan nasional.3 Maka lahirlah political will pemerintah untuk melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.

2 Aminuddin Ilmar. Hukum Penanaaman Modal di Indonesia, (Jakarta: Kencana , 2004 ) Hal. 2

3 N.H.T Siahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan (Jakarta:

Erlangga, 2004) Hal. 18

(14)

Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang terdiri dari asas kepastian hukum, asas keterbukaaan, akuntabilitas, perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, kebersamaaan, efiseinsi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional4.

Penanaman Modal berkembang sejalan dan searah dengan kebutuhan suatu negara dalam melaksanakan pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraaan dan kemakmuran rakyat Indonesia. Kegiatan penanaman modal ini juga merupakan pusat berkembangnya kegiatan ekonomi, perdagangan maupun perkembangan industri.5

Maka diperlukannya pengaturan pemerintah terhadap penanaman modal dimaksudkan untuk memberikan arah terhadap penanaman modal yang dilaksanakan di Indonesia agar dapat berperan dalam pembangunan nasional. Hal ini dapat dimaknai kebijaksanaaan penanaman modal baik asing maupun dalam negeri, ditetapkan berdasarkan pemikiran bahwa penanaman modal harus memberikan kontribusi untuk memperkuat dan memperkukuh struktur perekonomian nasional.6

Arah kebijaksanaaan pemerintah terhadap penyelenggaraan penanaman modal harus jelas dan konsisten sehingga dalam pelaksanaaannya tidak bisa sesuai dengan kebijakan satu pihak, maksud dari pernyataan tersebut kebijakaan terarah

4 Pasal 3 ayat (1) huruf f, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

5 Erman Rajagukguk, Indonesianisasi Saham, (Jakarta: Bina Aksara1985) Hal. 1

6 Aminuddin ilmar, Op. Cit, Hal. 46

(15)

diharapkan dapat memberikan kepastian hukum bagi penanaman modal sehingga dapat memberikan perananannya yang lebih signifikan pelaksanaan pembangunan nasional maka pihak pemerintah dapat mengkoordinasikan kegiataan pembinaaan dan pengawasan penanaman modal dengan sebaik-baiknya .

Untuk mempertegas arah kebijakan dasar penanaman modal tersebut, maka pemerintah akan mewujudkannya dalam bentuk rencana umum penanaman modal yang disusun pemerintah tersebut diharapkan sudah mencakup arah pengembangan penanaman modal di Indonesia, khususnya yang berkenaan dengan pengembangan penanaman modal di daerah.7

Dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai pengganti dari Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo Undang-Undang Nomor 11 tahun 1970 tentang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 jo Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri maka pengaturan kegiatan penanaman modal di Indonesia mengalami perubahan dan diharapkan sejalan atau berkesesuaian dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Lingkungan Hidup, yang memberi wewenang luas kepada daerah untuk melakukan investasi didaerah. Kewenangan daerah tidak hanya sebatas pada perizinan penanaman modal akan tetapi meliputi untuk menjamin kepastian hukum, pengaturan lebih lanjut dari kebijakan tingkat atas baik yang berkenaaan

7 Ibid. Hal. 62

(16)

dengan pemberian berbagai fasilitas investasi, maupun pembinaaan dan pengendalian penanaman modal didaerah.8

Pelaksanaaan otonomi daerah yang pada awalnya ditujukan untuk memperbaharui dan mereformasi kehidupan nasional guna menumbuhkan otonomi secara substansif dalam penyelenggaraaan pemerintah daerah , memperkuat kebangsaan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Melalui otonomi sebenarnya ingin dioptimalkan pemanfaaatan seluruh aset yang dimiliki daerah untuk menjaga dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

Meskipun sejarah menunjukan bahwa kehidupan pemerintahan berjalan diatas konsep yang kurang tepat dalam perumusan hubungan antara pemerintah pusat dan daerah. Pembagian hak dan kesempatan yang kurang adil, tidak terwadahinya aspirasi daerah dalam mekanisme pengambil-alihan keputusan yang menyangkut kepentingan daerah yang merupakan sedikit contoh dari ketimpangan itu. Oleh karena itu sampai saat ini otonomi daerah belum dapat dilaksanakan sebagaimana cita-cita untuk menjalankan politik desentralisasi. Undang-undang mengenai otonomi daerah belum dapat dilaksanakan karena terlalu banyak memerlukan aturan pelaksanaaannya, disamping banyak konflik norma dalam pemberian otonomi pada daerah9.

Dalam hal ini dapat diketahui hal yang dapat difokuskan beberapa permasalahan dengan bagaimana mengembangkan sumber penerimaan daerah melalui investasi yang mengutamakan pemberdayaaan daerah menuju

8 Ibid. Hal.48

9 N, Rosyidah, Rachmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia dalam menghadapi Era Globalisasi (Malang; Jawa Timur, Bayu Media Publicshing, 2004, Hal.113

(17)

kemandirian ekonomi guna mensejahterakan masyarakat dengan berlandaskan pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang ber-asas berwawasaan lingkungan sehingga tidak menimbulkan efek berkelanjutan di masyarakat.

Masalah ini penting untuk dikaji lebih lanjut terutama pada daerah yang memiliki sumber daya alam memiliki potensi utuh dan peran pemerintah dalam rangka otonomi daerah dan yang telah memasuki era global agar lebih jeli dalam menangkap peluang guna menggali potensi daerah masing masing. Untuk itu pemerintah daerah perlu untuk mengetahui faktor faktor yang berpengaruh kepada penanaman modal di daerah, sehingga dapatt membuat kebijakan yang strategis yang mendukung investasi masuk ke daerah guna meningkatkan pendapatan derah. Pemerintah daerah dapat mengupayakan ketertiban dan keamanan serta menjamin kepastian hukum.

Dari uraian tersebut maka penanaman modal yang berwawasan lingkungan sangat dibutuhkan bagi daerah daerah terutama daerah yang baru dimekarkan untuk menyelenggarakan sektor perekonomiannya dan sesuai dengan kondisi alam yang relevan di daerah tersebut. Hal ini dilakukan untuk menggerakkan sektor perekomian sehingga kesejahteraan dapat tercipta dan dirasakan sampai ke pelosok tanah air.

Salah satu contoh daerah yang mengalami pemekaran adalah Kabupaten Pakpak Bharat. . Pada tanggal 19 April 2002 diterbitkan Surat Bupati Dairi Nomor: 146. 1/2835 perihal usul Pemekaran Kabupaten Pakpak Bharat untuk disampaikan kepada ketua DPRD Kabupaten Dairi bahwa pemerintah Kabupaten

(18)

Dairi tidak berkeberatan dimekarkannya Kabupaten Pakpak Bharat, sepanjang pemekaran tersebut telah memenuhi persyaratan dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam kaitan ini setelah meninjau dari berbagai aspek, diadakan rapat panitia musyawarah dan rapat paripurna DPRD Kabupaten Dairi, maka pada tanggal 22 April 2002 diterbitkan Keputusan DPRD Kabupaten Dairi Nomor:

35/K-DPRD /2002 tentang Persetujuan Pemekaran Kabupaten Dairi mejadi 2 (dua) Kabupaten yaitu Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat.10

Pemerintah Kabupaten Pakpak Bharat dalam meningkatkan pelayanan publik yang prima melaksanakan UU No 25 tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Kabupaten Pakpak Bharat menjadi model percontohan penerapan Sistim Manajemen Mutu ISO 9001:2008 secara terintegrasi dan mandiri level Pemda Kabupaten. Seluruh OPD dan UPT di Kabupaten Pakpak Bharat telah menyusun manual mutu terkait pelayanan publik sesuai SMM ISO 9001:2008. Penerapan sekaligus pada semua OPD dan UPT ini, merupakan yang pertama di Indonesia.

Kabupaten Pakpak Bharat memperoleh ranking II dalam pelayanan publik di Sumatera Utara.11

Kondisi geografis Kabupaten Pakpak Bharat memiliki luas wilayah 1.218,30 km² atau 1,67% dari total luas Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Pakpak Bharat terletak pada garis 2°15'- 3°32' Lintang Utara dan 96°00' - 98°31' Bujur Timur. Karena terletak dekat Garis Khatulistiwa, Kabupaten Pakpak Bharat tergolong ke daerah beriklim tropis. Ketinggian antara 700 – 1.500 meter diatas

10 https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Pakpak_Bharat. Diakses pada Senin, 10 Desember 2018

11http://pidii.info/index.php?option=com_k2&view=itemlist&task=category&id=

15:kabupaten-pakpak-bharat&Itemid=177 Diakses pada Senin, 10 Desember 2018.

(19)

permukaan laut dengan kondisi geografis berbukit – bukit. Kabupaten Pakpak Bharat juga memiliki sumber daya alam yang berpotensi yaitu mata air, debit air sungai yang deras, hutan yang lebat dan hasil pertanian yang dapat diolah seperti gambir dan kopi.12

Dengan melihat potensi sumber daya alam yang tersedia merupakan modal dasar yang dapat diolah. Namun realita banyak sekali peluang investasi di Kabupaten Pakpak Bharat yang belum di explorasi dan ditangani dengan serius, hal ini terkait dengan fasilitas yang tidak sebanding dan anggaran daerah yang masih terbatas. Upaya pemerintah dalam menciptakan kondisi Kabupaten Pakpak Bharat yang lebih maju dapat dilakukan dengan kebijakan strategis dengan mendukung investasi masuk sehingga dapat membuat kebijakan strategis yang mendukung investasi masuk ke daerah kabupaten Pakpak Bharat.

Hal ini memicu Kabupaten Pakpak Bharat, terus mendorong percepatan bagi investor untuk menanamkan investasi di kabupaten tersebut dengan memberikan berbagai kemudahan, baik dari perijinan, perpajakan, penyediaan tenaga kerja, sarana dan prasarana. Namun tetap memperhatikan berbagai faktor- faktor investai yang masuk agar tidak melanggar asas yang berwawasan lingkungan .

Dengan dilatarbelakangi permasalahan diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul tentang “ Penanaman Modal Yang Berwawasan Lingkungan Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Di Daerah Pemekaraan (Studi Pada Kabupaten Pakpak Bharat)

12 http://indra-hutankuhijau.pakpakbharat.com/2011/04/kabupaten-pakpak- bharat-sebagai.html. Diakses pada Senin, 10 Desember 2018

(20)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas yaitu:

1. Bagaimana konsep penanaman modal yang berwawasan lingkungan ? 2. Bagaimana pengaturan penanaman modal yang berwawasan

lingkungan di Indonesia?

3. Bagaimana perkembangan penanaman modal yang terjadi di Kabupaten Pakpak Bharat sebelum dan sesudah pemekaran daerah yang berwawasan lingkungan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Adaapun yang menjadi tujuan pembahasan yang dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep-konsep penanaman modal yang berwawasan lingkungan.

2. Untuk mengetahui aspek hukum yang terdapat dalam penanaman yang berwawasan lingkungan.

3. Untuk mengetahui perkembangan penanaman modal yang berwawasan lingkungan sebelum dan sesudah pemekaran pada Kabupaten Pakpak Bharat yang berwawasan lingkungan.

(21)

Manfaat penulisan yang dapat diperoleh dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1.Manfaat Teoritis

Secara teoritis pembahasan terhadap masalah masalah akan memberikan pemahaman baru terhadap pengetahuan tentang penanaman modal yang berwawasan lingkungan, agar penulisan skripsi ini dapat dijadikan sebagai refrensi atau bahann pertimbangan tentang penanaman modal yang berwawasan lingkungan khususnya di daerah pemekaran dan sekaligus menambah wawasan ilmiah bauk dalam bidang ini maupun berkaitan dengan bidang lainnya.

2.Manfaat Praktis

Pembahasan skripsi ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi pembaca baik bagi kalangan akademisi untuk menambah wawasan pengetahuan dalam bidang penanaman modal yang berwawasan lingkungan dan memeberikan informasi serta pengetahuan bagi praktisi penanaman modal dalam negeri, penanaman modal asing untuk melakukan penanaman modal berwawasan lingkungan terkhusus di daerah pemekaran.

D. Keaslian Penulisan

Penulisan skripsi yang berjudul “ Penanaman Modal Yang Berwawasan Lingkungan di Daerah (Studi Pada Kabupaten Pakpak Bharat ” telah melakukan penelusuran bahwa belum pernah di tulis di perpustakaaan Fakultas Hukum

(22)

Universitas Sumatera Utara. Dengan demikian keaslian penulisan skripsi ini dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Penulis menyusun skripsi ini.

Penulis menyususun skripsi ini melalui refrensi buku-buku, media cetak, media elektronik, dan bantuan dari berbagai pihak karena telah melakukan penelusuran kepusatakaan fakultas dan kepustaakan Universitas Sumatera Utara dan jikalau ada substansi pembahasan berbeda dengan pembahasan akan dipaparkan dalam skripsi ini .

E. Tinjauan Pustaka 1. Penanaman Modal

Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah-istilah yang dikenal, baik dalam kegiatan bisnis sehari-hari maupun dalam kegiatan dalm bahasa PerUndang-undangan. Istilah investasi merupakan istilah yang populer dalam dunia usaha maupun dalam perekonomian sedangkan istilah penanaman modal lebih cendrung banyak digunakan dalam perundang- undangan. Namun pada dasarnya kedua istilah tersebut mempunyai pengertian yang sama sehingga digunakan secara interchangeable13. ( revisi: penanaman modal langsung dan tidak langsung)

Dalam era globalisasi seperti ini, liberalisasi dalam bidang penanaman modal mengalir seperti air yang mencari daerah sasaran yang lebih menguntungkan, Investasi bergelinding laksana bola keseluruh bagian penjuru tanpa ada hambatan yang berarti. Penanaman modal menjadi suatu hubungan ekonomi internasional yang tidak bisa terelakkan, hal tersebut didukung

13 Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit, Hlm. 10

(23)

karena adanya kesepakatan masyarakat internasional dalam liberalisasi dan globalisasi ekonomi sehingga terjadi peningkatan hubungan penanaman modal.

Dalam berbagai kepustakaan, terminologi penanaman modal dapat berarti penanaman modal yang dilakukan secara langsung (direct invesment)dan penanaman modal secara tidak langsug (indirect investment) dan untuk yang terakhir dikenal istilah penanaman modal14.

Dalam kamus hukum ekonomi “ investment” “penanaman modal”

investasi yang berati penanaman modal yang biasanya dilakukan dalam jangka panjang misalnya pengadaaan aktiva tetap perusahaan atau memberi sekuiritas dengan maksud untuk memperoleh keuntungan15.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan dalam ivestasi berarti pertama penanaman modal disuatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Kedua jumlah uang atau modal yang ditanam16.

Penanaman modal merupakan segala bentuk kegiatan menanamkan modal, baik oleh penanaman modal dalam negeri maupun asing untuk melakukan usaha diwilayah negara Republik Indonesia 17.

Dari pengertian investasi seperti diatas, tampak bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antara investasi dengan penanaaman modal. Makna dari investasi atau penanaaman modal adalah kegiatan yang dilakukan oleh

14 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: CV. Nuansa Aulia,2007) hal.30-31

15 Ibid,Hal 57

16 Ibid,Hal 58

17 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal

(24)

seseorang atau badan hukum menyisakan sebagian pendapatnya agar dapat digunakan untuk memperoleh adanya suatu keuntungan atau hasil tertentu.

Istilah investasi dan penanaman modal merupakan istilah yang banyak dikenal baik dalam kegiatan bisnis maupun dalam perundang-undangan.

Istilah investasi lebih populer didunia usaha dan istilah penanaman modal lebih banyak digunakan dalam bahas perundang-undangan18.

Menurut para ahli seperti Ida Bagus Wiyasa Putra, Penanaman Modal adalah norma-norma hukum mengenai kemungkinan-kemungkinan dapat dilakukannya investasi, syarat-syarat investasi, perlindungan yang terpenting mengarahkan investasi dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat19.

Menurut T. Mulya Lubis, Penanaman Modal adalah tidak hanya terdapat didalam undang-undang, tetapi dalam hukum atau aturan lainyang berkelakuan berikutnya yang terkait tentnag masalah-masalah investasi asing.

Penanaman modal terbagi atas, penanaman modal langsung dan tidak langsung. Dalam bentuk direct investment khususnya mengenai pendirian atau pembentukan suatu perushaaan yang baru, agak berbeda halnya, karena proyek yang bersangkutan tidak hanya harus memenuhi syarat formal, tetapi pula syarat syarat materil. Dengan syarat syarat formil yang dimaksudkan yaitu harus dipenuhi ketentuan ketentuan pengaturan dari negara-negara yang bersangkutan sedangkan syarat materil itu adalah

18 Ida Bagus Rahmadi, Kerangka Hukum kebajiakan Investasi langsung di Indonesia (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2005), Hal.1

19 Ibid. Hal.2

(25)

dalam arti bahwa proyk itu akan dapat memenuhi kegunaan ekonomi negara20.

Inestasi tak lagsung pada umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencangkup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar jangka pendek yang mencangkup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya, jual beli saham atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat tergantung pada fluktuasi nilai saham dan atau mata uang yang hendak mereka jual belikan.

2. Penanaman Modal Berwawasan Lingkungan

Dalam melakukan kegiatan penanaman modal maka harus sesuai dan taat pada asas penanaman modal yaitu diatur dalam pasal 3 ayat (1) angka 8 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal. Adapun asas yang berwawasan lingkungan hidup yang dimaksud adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan pemeliharaan lingkungan hidup21.

3. Lingkungan Hidup

Pengelolaan lingkungan merupakan upaya manusia untuk berinteraksi dengan lingkungan guna mempertahankan kehidupan dan mencapai kesejahteraannya. Istilah “pengelolaaan” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal dari kata “kelola” dan selanjutnya dalam kata kerja mengelola yang artinya mengendalikan, menyelenggarakan, menjalankan,

20 Ismail Suny, Tinjauan dan Pembahasan UU Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri. (Jakarta; Penerbit Pradnya Paramita, 1972) Hal.17

21Ibid, Hal 3

(26)

mengurus, proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksananaan dan pencapaian tujuan KBBI.

Dalam Undang-undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 1 butir 1 lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,keadaan, mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lain.22

Dijelaskan mendetail pada pasal 1 butir 2 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup atau mencegah terjadinya pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.

4. Pemekaran Daerah

Pemekaran daerah adalah pembentukan wilayah administratif baru di tingkat provinsi maupun kota dan kabupaten dari induknya. Landasan hukum terbaru untuk pemekaran daerah di Indonesia adalah UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.23

UUD 1945 tidak mengatur perihal pembentukan daerah atau pemekaran suatu wilayah secara khusus, namun disebutkan dalam Pasal 18B ayat (1):“Negara mengakui dan menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat khusus atau bersifat istimewa yang diatur dengan undang-undang.” Selanjutnya,

22 Pasal 1 butir 1, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

23 https://id.wikipedia.org/wiki/Pemekaran_daerah_di_Indonesia. Diakses pada Senin, 10 Desember 2018

(27)

pada ayat (2) pasal yang sama tercantum kalimat sebagai berikut. “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan”.

Dalam UU No.23 Tahun 2014 pada Pasal 33 ayat (1) huruf a menyatakan pemekaran daerah berupa pemecahan provinsi atau daerah kabupaten/kota untuk menjadi dua atau lebih daerah baru24.

Lima faktor yang harus diperhatikan dalam pembentukan / pemekaran suatu wilayah yaitu25 :

1. Luas daerah suatu wilayah sedapat mungkin merupakan suatu kesatuan dalam perhubungan, pengairan dan dari segi perekonomian dan juga harus diperhatikan keinginan penduduk setempat, persamaan adat istiadat serta kebiasaan hidupnya.

2. Pembagian kekuasaan pemerintahan dalam pembentukan/pemekaran hendaknya diusahakan agar tidak ada tugas dan pertanggungjawaban kembar dan harus ada keseimbangan antara beratnya kewajiban yang diserahkan dengan struktur di daerah.

3. Jumlah penduduk tidak boleh terlampau kecil.

4. Pegawai daerah sebaiknya mempunyai tenaga-tenaga professional dan ahli.

5. Keuangan daerah yang berarti terdapat sumber-sumber kemakmuran yang dimilikki oleh daerah itu sendiri.

24 Pasal 33 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

25 Pamudji , Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia, Balai Pustaka Indonesia, Jakarta, 2007. Hal 28

(28)

F. Metode Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini bahan dan data yang diperlukan oleh penulis tidak telepas dari sumber data media cetak dan media elektronik. Namun penulisan ini tetap berpondasi sesuai koridornya dengan menggunakan metode penulisan yang sesuai dengan bidang yang diteliti. Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang di gunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan dengan rumusan masalah yang tercantum. Jenis ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Maksudnya penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum) dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum dan penelitiaan yang ditujukan untuk mendapat subjektif (hak dan kewajiban) hal ini terdapat pada penulisan skripsi ini yang memerlukan penelitian normatif dalam menguraikan teori hukum dan hal yang akan dijelaskan, sedangkan penelitian hukum yang bersifat deskriptif maksudnya penelitian tersebut kadang kala melakukan suatu survei lapangan terhadap kasus yang diteliti untuk mendapatkan informasi yang dapat mendukung teori yang ada seperti data deskriptif yang akan menggambarkan tehnis kondisi Pakpak Bharat pada hal yang bersangkutan .

(29)

2. Data dan Sumber Data a. Data Primer

Data primer diperoleh langsung melalui riset dan wawancara dan data dengan informan yang berasal dari Bidang Pusat Informasi Penanaman Modal Pelayanan Terpadu Satu Pintu di Pakpak Bharat yang terkait memenuhi karakteristik untuk mendapatkan data dan informasi mengenai masalah yang diteliti guna berhubungan dan mendukung data data sekunder.

b. Data Sekunder

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang mengikat seperti terdiri dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup , Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas, Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Intensif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah, Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha Yang Tertutup dan Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal,

(30)

Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perijinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Online Single Submission)

Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 tentang cara Pembentukan, penghapusan dan Penggabungan Daerah, Peraturan Daerah Kabupaten Pakpak Bharat Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pembentukan Kecamatan Sitelu Tari Ujung Julu.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer misalnya hasil penelitian dan karya ilmiah dari kalangan hukum lainnya.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terkait pada data primer dan sekunder, misalnya kamus besar bahasa Indonesia, kamus hukum, wikipedia dan sebagainya.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini disusun secara terperinci dan sistematis, agar memberikan kemudahan bagi pembacanya dalam memahami makna dan memperoleh manfaaatnya. Penulis membagi skripsi ini menjadi 5 (lima) bab, selanjutnya setiap bab terdiri atas beberapa sub bab tersendiri yang tujuannya adalah untuk

(31)

mempermudah dalam menguraikan dan mendeskripsikan lebih mendetail setiap permasalahan yang dikaji dan hal yang berkaitan satu sama lain.

Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Tentang pendahuluan, bab ini merupakan gambaran umum dan menyeluruh yang disusun secara sistemtis yang berkaitan dengan judul skripsi

“Penanaman Modal Yang Berwawasan Lingkungan Menurut Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 Di Daerah Pemekaran ( Studi Pada Kabupaten Pakpak Bharat)”. Pada bab ini dikemukakanya tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaaan, metode penelitian yang digunakan dalam melaukakn penelitian oleh penulis serta sistematika penulisan.

BAB II :TINJAUAN HUKUM PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP

Tentang tinjauan hukum penanaman modal yang berwawasan lingkungan hidup menjelaskan pokok dasar hukum penanaman modal berdasarkan undang-undang nomor 25 tahun 2007 tentang pengertian, jenis, asas, tujuan, bidang usaha tertutup, hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanaman modal. Serta membahas prinsip berwawasan lingkungan dalam kegiatan penanaman modal mencakup isi pembangunan yang berwawasan lingkungan, sistem perizinan dan kaitannya dengan lingkuangan hidup.

(32)

BAB III : ASPEK HUKUM PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

Tentang aspek hukum penanaman modal yang berwawasan lingkungan menguraikan tentang manfaat , tanggung jawab sosial penanaman modal yang berwawasan lingkungan, analisis mengenai dampak lingkungan, serta kewenangan pemerintah daerah dalam menentukan kebijakan daerah.

BAB IV : PERKEMBANGAN PENANAMAN MODAL YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN PADA KABUPATEN PAKPAK BHARAT

Tentang perkembangan penanaman modal yang berwawasan lingkungan sebelum dan sesudah pemekaran pada kabupaten pakpak Bharat . Bab ini menjelaskan tentang kondisi latar belakang pemekaran daerah, pengaturan pemekaran daerah, penanaman modal di Indonesia, peran peemerintah daerah kabupaten Pakpak Bharat dalam meningkatkan pendapatan asli melalui penanaman modal, perkembangan penanaman modal berwawasan lingkungan sebelum pemekaran di kabupaten Pakpak Bharat serta perkembangan penanaman modal berwawasan lingkungan sesudah pemekaran di kabupaten Pakpak Bharat.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Tentang kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas sebelumnya dan saran saran yang berguna

(33)

BAB II

TINJAUAN HUKUM PENANAMAN MODAL BERWAWASAN YANG LINGKUNGAN HIDUP

A. Penanaman Modal Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007

1. Pengertian dan Jenis Penanaman Modal

Menurut ketentuan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 menyebutkan bahwa penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia26.

Menurut Komaruddin, yang dikutip Panji Anoraga merumuskan penanaman modal dari susdut pandang ekonomi dan memandang investasi sebagai salah satu faktor produksi di samping faktor produksi lainnya, pengertian investasi dapat dibagi menjadi27:

1. Suatu tindaskan untuk membeli saham, obligasi atau suatu penyertaaan lainnya;

2. Suatu tindakan memberi barang-barang modal;

3. Pemanfaatan dana yang tersedia untk produksi dengan pendapatan di masa mendatang.

26 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

27 Pandji Anoraga, Perusahaan Multi Nasional Penanaman Modal Asing, (Jakarta: Dunia Pustaka Djaya, 1995) Hal. 57

(34)

Pengertian lain tentang penanaman modal di berikan oleh Organization European Economic Cooperation (OEEC) yaitu “direct investment, is mean acquisition of sufficient intereting an undertaking to insure its controle by the investor’‟ kesimpulan yang dapat ditarik dari rumusan tersebut bahwa penanaaman modal diberi keleluasaan pengusahaan dan penyelenggaraan pimpinan dalam perusahaan dimana modalnya ditanam, dalam arti bahwa penanam modal memiliki penguasaan atas modal. Pengertian ini terlalu menitikberatkan pada penguasaan perushaaan dan tidak memperhitungkan adanya kemungkinan penanaman modal dalam bentuk fortofolio investment28.

Adanya berbagai pengertian terhadap penanaman modal diharapkan dapat membuka wawasan pemikiran, bahwa pengertian penananaman modal bukan hanya terdapat dalam perumusan undang-undang penanaaman modal saja akan tetapi akan lebih luas jikalau adanya pemahaman penanaman modal beserta implikasinya. Sebab tanpa pengertian yang luas tentunya dapat membawa kita pada rasa apriori yang pada akhirnya bisa menolak terhadap perbedaan penanaman modal. Karena keberadaan penanaaman modal tidak daapat di bendung kehadirannnya dalam melakukan operasinya oleh negara-negara penerima modal. Hal ini di dukung oleh adanya kemajuan tehnologi, komunikasi, transportasi dan dukungan era globalisasi.

Sebelum berlakunya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007, keberadaan Penanaman Modal Dalam Negeri diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri. Menurut undang-undang tersebut, penanaman modal dalam negeri adalah penggunaan modal dalam negeri

28Aminudddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal Di Indonesia Dalam Menghadapi Era Globalisasi (Jakarta: Pustaka Jaya, juli 2004) Hal. 44

(35)

yang merupakan bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia termasuk hak- haknya dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia yang disediakan guna menjalankan usaha sepanjang modal tersebut tidak diatur dalam pasal 2 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1967 bagi usaha-usaha yang mendorong pembangunan ekonomi pada umumnya29.

Dalam Undang-Undang Penanaman Modal Nomor 25 tahun 2007 tidak mengadakan pembedaan antara penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Oleh karena itu undang-undang tersebut mengatur mengenai kegiatan penanaman modal, baik penanaman modal asing maupun penanaman modal dalam negeri dan tidak mengadakan pemisahan undnag undang secara khusus, seperti halnya undang-undang penanamanmodal terdahulu yang terdiri dari dua undang-undang yaitu Undang –Undang Penanaman Modal Asing dan Undang-Undang Penanamanm Modal Dalam Negeri30.

Modal dalam negeri adalah bagian dari kekayaaan masyarakat Indonesia termasuk hak-hak dan benda-benda, baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia, yang disediakan guna menjalankan sesuatu usaha31.

29Dhaniswara K. Harjono, Hukum Penanaman Modal .(Jakarta: PT Radja Grafindo Persada 2007) Hal.122-123

30Ibid, Hal 121.

31 Rai Widjaya, Penanaman Modal, (Jakarta: Pradyna Paramita, 2005). Hal 5

(36)

Pihak swasta yang memiliki modal dalam negeri tersebut, dapat secara perseorangan dan atau merupakan badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum yang berlaku di Indonesia32.

Pengertian penanaman modal asing menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal adalah33 “Penanaman Modal Asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha diwilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal dalam negeri”.

Penanam modal dalam negeri ini terjadi karena34:

1. Modal seluruhnya milik pemerintah, misalnya perum, perusahaan daerah dan sebgainya.

2. Modal sebagian milik pemerintah dan sebagian lagi milik swasta nasional, misalnya persero, perseroan terbatas (PT)

3. Modal seluruhnya swasta nasional misalnya persekutuan dengan Firma, CV, PT, Koperasi dan sebgainya.

a. Investasi Langsung (Direct Investment) atau Penanaman Modal Secara Langsung

Investasi di indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang memperbaharui ketentuan perundang-undangan yang menyangkut investasi asing sebelumnya.

32 Ibid, Hal 6

33 Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

34 Soedjono Dirdjosisworo, Hukum Perusahaaan Mengenai Penanaman Modal Di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju,1999), Hal. 221

(37)

Undang-undang tersebut mengaur baik investasi yang dilaksanakan oleh investor dalam negeri mauoun investasi yang dilakukan asing35.

Dalam konteks ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 terkait pengertian penanaman modal adalah hanya mencakup penanaman modal secara langsung. Sonarajah yang dikutip oleh Ida Bagus Rahmadi Supanca merumuskan investasi dengan “Involves the transfer of tangible or intagible assets from one country into another for the purpose of their use in that country to guarantee wealth under the total or partial control of the owner of the assets”36.

Investasi langsung ini dapat dilakukan dengan mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) dengan mitra lokal, melakukan kerja sama operasi (joint operation scheme) tanpa membentuk perusahaaan baru mengonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perushaan lokal, memberikan bantuan tehnis dan manajerial maupun lisensi37.

Mengenai investasi langsung oleh pihak asing Ismail Suni mengatakan seperti berikut:

Investasi asing dalam bentuk direct investment khususnya mengenai pendirian atau pembentukan suatu perushaaan yang baru, agak berbeda halnya, karena proyek yang bersangkutan tidak hanya harus memenuhi syarat formal, tetapi pula syarat syarat materil. Dengan syarat syarat formil yang dimaksudkan yaitu harus dipenuhi ketentuan ketentuan pengaturan dari negara-negara yang bersangkutan sedangkan syarat

35 Pandji Anoraga, Op. Cit. Hal.12

36 Ida Bagus Rahmadi, Kerangka Hukum Kebijakan Investasi Langsung Di Indonesia (Jakarta: ghalia Indonesia, 2005) Hal.79

37 Dhaniswara K. Harjono Op.Cit. Hal 12

(38)

materil itu adalah dalam arti bahwa proyk itu akan dapat memenuhi kegunaan ekonomi negara38.

b. Investasi Tak Langsung (Indirect Investment) atau Portofolio Investment

Inestasi tak lagsung pada umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang mencangkup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar jangka pendek yang mencangkup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Penanaman modal ini disebut dengan penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya, jual beli saham atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat tergantung pada fluktuasi nilai saham dan atau mata uang yang hendak mereka jual belikan.

Perbedaan antara investasi langsung dengan investasi tidak langsung yaitu39:

a. Pada investasi tak langsung, pemegang saham tidak memiliki kontrol pada pengelolaan perseroan sehari-hari.

b. Pada investasi tak langsung, biasanya resiko ditanggung sendiri oleh pemegang saham sehingga pada dasrnya tidak dapat menggugat perusahaaan yang menjalankan kegiatannya.

c. Kerugian pada investasi tidak langsung, pada umumnya tidak dilindungi oleh hukum kebiasaan Internasional

Menurut para ahli seperti Jonker Sihombing jenis penanaman modal dibagi atas40

38 Ismail Suny, Tinjauan dan Pembahasan UU Penanaman Modal Asing dan Kredit Luar Negeri. (Jakarta; Penerbit Pradnya Paramita, 1972) Hal.17

39 Ibid. Hal.13

(39)

a. Investasi langsung (Direct Invesment), yakni investasi yang dilaksanakan dengan kepemilikan proyek yang kelihatan wujudnya, kajian mengenai resiko dan hasil yang di terima dari investasi tersebutdilakukan melalui study kelayakan investasi yang menyangkut semua aspek-aspek keuangan, aspek ekonomi/sosial, aspek pemasaran, aspek tehnis/produksi, aspek hukum serta aspek organisasi dan manajemen.

b. Investasi tidak langsung (Indirect Invesment), yakni investasi yang dilakukan dengan membeli surat-surat berharga yang diterbitkan oleh perseroan ataupun yang diterbitkan oleh Olter egodari pemerintah, kaian mengenai resiko dan hasil yang diterima dariinvestasi dimaksudkan dilakukan melalaui analisis atas data-data tersebut didapatkan dari emiten maupun sumber-sumber lainnya

2. Asas dan Tujuan Penanaman Modal

Dalam melakukan penanaman modal harus didasari atas asas-asas yang berlaku, hal ini diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yaitu41:

1. Kepastian hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam setiap kebijakan dan tindakan dalam kegiatan penanaman modal.

2. Keterbukaan, yaitu asas yang terbuka atas hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang jujur, benar, dan tidak diskriminatif tentang kegiatan penanaaman modal.

40Jonker Sihombing, Investasi Asing Surat Utang Negara Di Pasar Modal, (Bandung: Penertbit PT Alumni, 2008) Hal. 160

41 Penjelasan Pasal 3 ayat(1) Undang-Undnag Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

(40)

3. Akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir penyelenggaraan penanaaman modal harus di pertanggungjawabkan kepada masyarakat atau rakyat sebgai pemegang kedaultan tertinggi negera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

4. Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara, yaitu asas perlakuan pelayanan non diskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undnagan, baik antara penanama modal dari suatu negara asing dengan penanam modal dari negara lainnya.

5. Kebersamaaan, yakni asas yang mendorong peran seluruh penanam modal secara bersama sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat.

6. Efisiensi berkeadilan, yaitu asas yang mendaasari pelaksanaaan penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

7. Berkelanjutan, yaitu asas yang secara terencana mengupayakan berjalananya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan, baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang.

8. Berwawasan lingkungan, yakni asas penanaman modal yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup.

9. Kemandirian, yaitu asas penanaman modal yang dilakukan denagan tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup diri pada msuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

(41)

10. Keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional, yaitu asas yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah, dalam kesatuan ekonomi nasional.

Untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedualatan politik dan ekonomi diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi rill dan menggunakan modal yang berasal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Untuk penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraaan perkonomian nasional 42.

Atas dasar hal tersebut, tujuan penyelenggaraaan penanaman modal tercantum pada Pasal 3 ayat (2) Undang-Undnag Nomor 25 tahun 2007 yaitu :

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

2. Menciptakan lapangan pekerjaan;

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan;

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dalam usaha nasional;

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan tehnologi nasional;

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kegiatan ekonomi rill dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri mapun dari luar negeri;

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat

42 Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit. Hal 106-107

(42)

Tujuan penyelenggaran penanaman modal tersebut hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain dengan perbaikan koordinasi antara instansi pemerintah pusatdan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum dibidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha43.

3. Bidang-bidang Usaha yang Tertutup Bagi Penanaman Modal

Daftar bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal, yang modal perusahaan ada pemilikan warga negara asing atau badan hukum yang merupakan bidang usaha yang tidak diperkenankan untuk penanaman modal, dimana modal perushaaan berasal dari warga negara asing atau badan hukum asing secara total44

Ketentuan yang tercantum dalam Keputusan Presiden Nomor 96 Tahun 2000 tentang Bidang Usaha Yang Tertutup dan Terbuka dengan persyaratan tertentu bagi penanaman modal yang diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 77 Tahun 2007 kini tidak berlaku lagi. Ketentuan ini telah dicabut dengan Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Tertutup dan Bidang Usaha Terbuka di penanaman modal.

Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal telah di tentukan ada 3 bidang usaha bagi penanamaan modal yaitu:

1. Bidang usaha terbuka 2. Bidang usaha tertutup

43 Ibid. Hal 26

44 Salim H. S, dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) Hal. 48

(43)

3. Bidang usaha terbuka dengan persyaratan

Bidang usaha yang terbuka merupakan bidang usaha yang diperkenankan untuk penanaman modal, baik investor maupun domestik. Namun, ketentuan bidang usaha terbuka ini tidak diatur secara rinci dalam Peraturan Presiden Nomor 111 Tahun 2007, akan tetapi mengenai daftar usaha bidang terbuka dalam Bab II Pasal 2 ayat (1) Tentang Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan persyaratan di bidang penanaman modal.

Dalam ketentuan Pasal 2 ayat (1) Peraturan presiden Nomor 76 tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang terbuka dan Tertutup bagi penanaman modal yang disebutkan “ Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman modal, kecuali bidang usaha yang dinyatakan tertutup dan terbuka dengan persyaratan”45.

Dalam Pasal 12 ayat (2) UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal telah ditentukan daftar bidang usaha yang tertutup bagi penanaman modal baik untuk investasi domestik maupun investasi asing yang meliputi:

1. Produksi senjata 2. Mesin

3. Alat peledak 4. Peralatan perang

45 Pasal 2 ayat (1) Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2007 tentang Kriteria dan Persyaratan Penyusunan Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal

(44)

Penjabaran lebih lanjut dari pemerintah Pasal 12 ayat (2) UU Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaaman Modal telah di tuangkan dalam Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016

Ada dua puluh lima daftar bidang usaha yang tertutup, baik untuk investasi domestik maupun investasi asing, bidang usaha yang di maksud adalah 46:

1. Perjudian/ kasino parawisata ;

2. Peninggalan sejarah purbakala (candi, prasasti, bangunan kuno dll);

3. Kebudayaan pariwisata;

4. Museum;

5. Pemukiman/ lingkungan adat;

6. Kebudayaan pariwisata;

7. Monumen;

8. Objek ziarah (Tempat peribadatan);

9. Pemanfaatan ( pengambilan kolar alam );

10. Penangkapan spesies ikan yang tercantum dalam Appendix I CITIES;

11. Manajeemn dan penyelenggaraan stasiun monitoringg frekuwensi radio dan orbit satelit;

12. Lembaga Penyiaran Publik (LPP), radio dan televisi;

13. Penyediaan dan penyelenggaraan terminal;

14. Pemasangan dan pemeliharraan perlengkapan jalan;

15. Penyelenggaraan dan pengoperasian jembatan timbang;

16. Penyelenggaraan pengujian tipe kendaraan bermotor;

17. Telekomunikasi/ Sarana bantu navigasi pelayaran;

46 Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Tetutup dan Bidang Usaha Terbuka dengan persyaratan di Bidang Penanaman Modal

(45)

18. Vasel Traffic Information System (VTIS);

19. Pemanduan lalu lintas udara ;

20. Industri bahan kimia skedul-1 konvensi senjata kimia;

21. Industri minuman mengandung alkohol;

22. Industri pembuat Chlorakali dengan bahan mengandung Merkuri;

23. Industri Siklamat dan Sakarin, Industri logam bukan timah;

24. Penindustrian;

25. Budidaya ganja.

Bidang usaha tertutup dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan non komersil seperti, penelitian dan pengembangan dapat persetujuan dari sektor yang bertanggung jawab atas pembinaan bidang usaha tersebut.

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal dengan syarat tertentu.

Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan inidibagi menjadi lima bidang usaha, yaitu :

1. Bidang usaha yang dicadangkan untuk usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi (UMKMK);

2. Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan kemitraan;

3. Bidang usaha yang dipersyaratkan dengan lokasi tertentu;

4. Bidang usha yang dipersyaratkan dengan perizinan khusus.

4 . Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Penanaman Modal

Dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007, dalam Bab IX diatur mengenai hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanaman modal. Pengaturan

(46)

mengenai hak, kewajiban dan tanggung jawab diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanam modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaaan tyang sehat, memberikan penghormatan terhadap tradisi budaya masyarakat dan melaksanakan tanggung jawab sosial.

Pengaturan tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan.

1. Hak Penanam Modal

Hak penanam modal telah diatur dalam Pasal 14 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal yang menetukan bahwa setiap penanam modal berhak mendapat47:

a. Kepastian hak, kepastian hukum, kepastian perlindungan

1. Kepastian hak adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh hak sepanjang penanam modal telah melaksanakan kewajiban yang di tentukan.

2. Kepastian hukum adalah jaminan pemerintah untuk menempatkan hukum dan ketentuan perundang-undangan sebagai landasan utama dalam setiap tindakan dan kebijakan bagi penanam modal.

3. Kepastian perlindungan adalah jaminan pemerintah bagi penanam modal untuk memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan penanaman modal.

b. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya

47 Pasal 14 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

(47)

c. Hak pelayanan

d. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2 . Kewajiban Penanam Modal

Kewajiban penanam modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanaman modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaaan yang sehat, memberikan penghormatan terhadap tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaaan.

Pengaturan tanggung jawab penanam modal diperlukan untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung jawab lingkungan dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya mendorong upaya ketaatan penanam modal terhadap peraturan perundang-undangan48.

Kewajiban penanam modal telah diatur dalam Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal49. Setiap penanam modal berkewajiban untuk:

1. Menerapkan prinsip tata kelola peerusahaan yang baik;

2. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;

3. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

4. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;

48Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

49 Pasal 15 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

(48)

5. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.

3 . Tanggung Jawab Penanam Modal

Pembahasan tentang tanggung jawab diatur dalam Pasal 16 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal50. Yang menyatakan setiap penanam modal bertanggung jawab atas :

a. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika penanam modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c. Menciotakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;

d. Menjaga kelestarian lingkungan hidup;

e. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kesejahteran pekerja;

f. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undaangan.

Khusus untuk yang mengusahakan sumber daya alam yang tidak terbarukan menurut ketentuan Pasal 17 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, bahwa wajib mengalokasikan dana secara bertahap untuk pemulihan lokasi yang memenuhi standar kelayakan lingkungan hidup, yang pelaksanaannya diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

50 Pasal 16 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal

Referensi

Dokumen terkait

Nilai optimum kekasaran permukaan untuk pahat karbida yang dilapisi dicapai pada kondisi pemotongan kecepatan potong 250 m/min dan kadar pemakanan 0.05

Untuk mempercepat perkembangan ekowisata harus dilakukan suatu kajian yang mendalam, karena metoda dan pendekatan ekowisata di setiap daerah akan berbeda-beda; proses

Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.031< 0.05 adanya perbedaan signifikan ini menunjukan bahwa Bank Asing memiliki kemampuan yang lebih baik

Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode bermain peran berbantuan media kartu gambar untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa tindak tutur ilokusi pada aktor dalam pementasan drama

Merupakan faktor paling penting dalam kepemimpinan. Jelasnya, pada diri seorang pemimpin harus terdapat kematangan emosional yang berdasarkan kesadaran yang mendalam

2 Pelatihan kecepatan lari dapat diberikan untuk meningkatkan kecepatan lari jarak pendek ( sprint ) pada pemain sepak bola. Pada anak sekolah dalam meningkatkan

Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 5 tingkat (likert) yang memungkinkan pemegang polis dapat