• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. yang dapat memberikan keturunan. Perkawinanasebagai jalan manusia untuk. bisa mewujudkan keberlanjutan perkembangan manusiaadengan membangun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I. yang dapat memberikan keturunan. Perkawinanasebagai jalan manusia untuk. bisa mewujudkan keberlanjutan perkembangan manusiaadengan membangun"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam proses perkembangannya manusia membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan. Perkawinanasebagai jalan manusia untuk bisa mewujudkan keberlanjutan perkembangan manusiaadengan membangun sebuah keluarga/rumah tangga yang sakinah (kehidupan aman dan tenteram), mawaddah (pergaulan yang saling mencintai), dan rahmah (saling menyantuni).

Perkawinan pada umumnyaadilakukan oleh orang yang telah dewasa yang telah matang dan siap membangunarumah tangga. Namun, kali terakhir banyak juga terjadi perkawinan di usia muda. Pernikahan yangaideal bagiAlaki- lakiaberusia 25-28 tahun, sedangkanawanita 21-25 tahun. Kenapa dikatakan ideal, karena pada usia-usia tersebut calon pasangan suami istri telah menginjak masa dewasa dan memiliki pemikiran yang lebihamatang baik dalam mengambil keputusan maupun dalam menghadapi suatu masalah.

Usia ideal untuk pernikahan yang telah dipaparkan diatas sangat berpengaruh bagi pasangan suami istri kedepannya. Jika pasangan suami istri mendapati suatu masalah, maka mereka akan mengatasi masalah tersebut dengan hati-hati, mempertimbangkan resiko yang akan didapat dikemudian hari. Pasa usia yang ideal, pasangan suami istri akan lebih siap dalam menghadapi kehidupan pernikahan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

(2)

2 Pasal 7 ayat (1)1 berbunyi “Perkawinan hanyaadiizinkanaapabilaapria dan wanitaasudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun. Dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 (pasal 1) juga menjelaskan, perkawinan itu ialahaikatan lahir batin antara seorangapria dengan seorang wanita sebagai suami istriadenganatujuan membentukAkeluargaa(rumah tangga), yang bahagia danakekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Pengertian perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Dan perkawinan bertujuanAuntuk mewujudkan kehidupanarumah tanggaayang sakinah (kehidupan aman dan tenteram), mawaddah (pergaulan yang saling

mencintai) dan rahmah (saling menyantuni).2

Pernikahan atau perkawinan juga sebagai satu-satunya jalan yang halal untuk menyalurkan nafsu. Pada agama Islam dianjurkan segera melaksanakan pernikahan bagi seseorang yang telah siap lahir dan batin. Pernikahan bukan hanya untuk menyalurkan nafsu sesaat saja, bagi laki-laki ketika menikahi seorang perempuan harus menafkahi lahir batin istrinya, dan bagi perempuan harus melayani dan taat kepada suaminya. Kata pernikahan yaitu bukan hanya untuk menikahi pasangannya saja, melainkan juga seluruh anggota keluarganya.

Bukan berarti semua anggota keluarga jadi suami atau istri jika salah satu

1 UU RI Nomor 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas UU Nomor 1 Tahun 1974 Tentang

Perkawinan. (Online)

https://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.kemenag.go.id/file/doku men/UUPerkawinan.pdf&ved=2ahUKEwjelu-

hmP3mAhVPWysKHSZrBH4QFjAFegQICRAB&usg=AOvVaw1VOFhnuUul9rxfGUEzRelu (diakses pada 16 Desember 2019)

2 Ramulyo, Idris. 1996. Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Hal. 4

(3)

3 anggota keluarganya menikah, namun ini dalam artian seseorang yang menikahi pasangannya harus menerima seluruh anggota keluarga pasangan tersebut menjadi keluarganya, bukan hanya menerima pasangannya.

Kebanyakan pada zaman ini terjadi pernikahan diusia muda yang dalam undang-undang usia mereka belum menginjak usia dewasa atau disebut remaja.

Remaja yaitu “restrukturisasi kesadaran” yaitu perkembanganmjiwa mulai dari kanak-kanak hinggaadewasa, yang pada awalnya mereka tidak tahu apa-apa hingga mereka mengetahui apa yang ingin mereka ketahui.3

Masa remaja disebut pulaisebagai masa penghubung atau masa peralihan antara masa kanak-kanakadengan masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan-perubahan besar dan esensial mengenaiAkematangan fungsi-fungsi rohaniah dan jasmaniah, terutama pada fungsi seksual.4 Biasanya pada masa ini terjadi perubahan bentuk tubuh seperti membesarnya pinggang, payudara (pada perempuan) ataupun tumbuhnya jakun, suara lebih besar (pada laki-laki).

Remaja dapat disebut dengan masa pancaroba karena pada masa ini remaja sedang mengalami perkembangan fisiologis dan psikologis yang akan menimbulkan kecemasan.5 Kecemasan tersebut akan menimbulkan banyak masalah dan masalah tersebut akan mempengaruhi perasaan remaja. Dalam hal ini remaja benar-benar membutuhkan orang tua yang akan berperan sebagai pendamping bagi anak yang telah memasuki usia remaja.

3 Asyiqin, Nurul. “Faktor-faktor dan Perkembangan Remaja Masa Kini” (Online) https://www.kompasiana.com/nurulasyiqin02/5db07e060d82300f16463202/faktor-faktor-dan- perkembangan-remaja-pada-masa-kini?page=all#section2 (diakses pada 12 Januari 2020)

4 Kartono, Kartini. 1995. Psikologi Anak. Bandung: Mandar Maju. Hal. 148

5 Azizah.2013. “Kebahagiaan Dan Permasalahan Di Usia Remaja” dalam Jurnal Psikologi. Vol. IV no 2/2013

(4)

4 Secara umum, perkawinan diusia muda ini terjadi karena adanya beberapa faktor yang mendasari terjadinya perkawinan. Salah satunya adalah faktor ekonomi seperti penjelasan diatas, tidak menutup kemungkinan bahwa perkawinan diusia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup digaris kemiskinan. Untuk meringankan beban maka orang tua menikahkanaanak perempuannya dengan orang yang dianggap mampu menghidupi anak mereka.

Faktorapergaulan bebas, biasanya orang tuaamembiarkan anaknya berpacaran tanpa pengawasan yang mengakibatkan hamil diluar nikah sehingga terpaksa menikahkan anak mereka walaupun masih di bawah umur. Faktor lainnyaitu pendidikan, karenaarendahnya pendidikannorang tua, anak danamasyarakat sehingga mengijinkan anakamereka menikah tanpa memikirkanausia mereka masih muda dan dampak yang akan terjadi di masa mendatang.

Berdasarkan fenomena diatas, tidak semua pernikahan diusia muda berdampak tidak baik bagi keluarga mereka, tidak sedikit dari mereka yang melangsungkan perkawinan diusia muda dapat mempertahankan dan memelihara keutuhan keluarga mereka. Pernikahan diusia muda ini telah menjadi hal biasa bagi masyarakat di Desa Pataan ini. Contohnya ada sepasang suami istri menikah muda pada usia 19 tahun untuk wanita dan 24 tahun untuk laki-laki. Usia pernikahan mereka sudah 4 tahun dan telah memiliki 2 anak.

Dampak yang tidak baik yaitu kondisi fisik maupun mental mereka sebenarnya belum siap betul dalam menghadapi kehidupan setelah pernikahan.

Peneliti akan menjadikan penelitian terdahulu sebagai referensi peneliti dalam melakukan penelitian. Penelitian oleh Titi Nur Indah Sari (2016) berjudul

“Fenomena Pernikahan Usia Muda Di Masyarakat Madura (Studi Kasus Di Desa

(5)

5 Serabi Barat Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan)”. Hasil dari penelitian ini bahwa pernikahan usia muda yang dilakukan di masyarakat Madura yaitu pernikahan siri, kemudian faktor dominan yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia muda yaitu karena tradisi. Dari pernikahan usia muda tersebut mengakibatkan percekcokan dalam rumah tangga mereka. Untuk lebih jelasnya akan dijelaskan pada bab selanjutnya.

Alasan peneliti mengambil judul ini karena masih terjadi pernikahan usia muda di Desa Pataan ini. Usia muda yang dimaksud disini adalah usia dibawah 19 tahun. Di Desa Pataan ini masih adaayang melakukan pernikahan muda, alasan mereka menikah di usia muda karena MBA atau hamil diluar nikah.

Pernikahan usia muda di Lamongan masih terbilang cukup tinggi walaupun setiap tahunnyaamengalami penurunan. Menurut Eko Sujarwo6, pada tahun 2017,apasangan menikah usia muda di Lamongan sebanyak 10 ribu pasangan. Jumlah tersebut sebenarnya telah mengalami penurunan, karena padaatahun 2015 ada 13 ribu pasanganayang menikah di usia muda, kemudian tahun 2016 ada 12 ribu pasangan usia muda. Adapun dampak dari pernikahan diniasalah satunya yaitu perceraian, karena belum matang dan siap menjalani kehidupan pernikahanasehingga berujung kepada perceraian. Kasus perceraian yang ada di Lamongan pada tahun 2018 ada sebanyak 2476 perkara cerai yang diputus,adengan rata-rata usia 20 sampai 35 tahun. Kemudian pada awal tahun

6 Sujarwo, Eko. “Jumlah Pernikahan Dini di Lamongan Masih Tinggi, Ini Penyebabnya”. (Online) https://www.google.com/amp/s/pemerintahan.momentum.com/17291-perceraian-di-lamongan- meningkat-awal-tahun-593-perkara-masuk-ke-pa (diakses pada 27 November 2019)

(6)

6 2019 (bulan Februari) sudah mencapai 593 kasus perceraian yang masuk ke Pengadilan Agama Lamongan.

Dari berita diatas dapat menjadi gambaran bahwa menikah diusia muda bukan waktu yang tepat. Karena pada usia muda atau remaja seseorang belum dapat mematangkan rasa emosional sehingga masih sering berubah-ubah rasa emosinya. Namun tidak memungkiri ada juga pasangan usia muda yang rumah tangganya tentram, damai, sejahtera.

Dari uraian latar belakang diatas peneliti mengambil judul “Fenomena Pernikahan Usia Muda Di Desa Pataan”. Yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti hal ini dikarenakan peneliti akan mendalami faktor apa yang mendasari terjadinya pernikahan usia muda dan dampak apa yang akan terjadi jika melakukan pernikahan usia muda.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini meliputi :

1. Faktor apa yang mendasari terjadinya pernikahan di usia muda di Desa Pataan Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana dampak pernikahan usia muda terhadap keharmonisan rumah tangga Desa Pataan Kecamatan Sambeng Kabupaten Lamongan?

C. Tujuan Penelitian

Dari pemaparan latar belakan diatas, penelitian ini bertujuan :

1. Untuk mendeskripsikan faktor yang mendasari terjadinya pernikahan di usia muda di Desa Pataan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan.

(7)

7 2. Untuk mendeskripsikan dampak apa yang akan terjadi terhadap keharmonisan rumah tangga dalam keluarga yang melakukan pernikahan di usia muda di Desa Pataan .

D. Manfaat Penelitian

Ada beberapa manfaat yang ingin penulis berikan dari hasil penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Akademis

Diharapkan memberi tambahan ilmu pengetahuan khususnya tentang kesiapan baik mental maupun fisik dalam membina rumah tangga.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat, diharapkan dapat menjadi masukan untuk mengetahui dampak dari pernikahan di usia muda.

b. Bagi orang tua, diharapkan dapat menambah wawasan tentang pernikahan di usia muda yang sering terjadi saat ini.

c. Bagi anak, diharapkan berguna dalam memberikan gambaran dampak pernikahan di usia muda sehingga anak akan mempersiapkan mental maupun fisik ketika mengambil keputusan untuk menikah di usia muda.

Referensi

Dokumen terkait

Lalu kaum mereka memperadilkannya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memutuskan kewajiban membayar diyat

“Kakak nikah di usia muda ini dengan tujuan yang paling pertama karena kakak nggak mau pacaran lama-lama dan supaya kakak bisa lebih mandiri hidup tanpa

Pertimbangannya adalah pengetahuan, sikap dan perilaku disiplin sisa SMK dalam praktik kerja menggunakan alat pelindung diri (APD) merupakan bagian yang tidak

Analisis kualitatif ini ditujukan untuk mengetahui reaksi yang akan timbul jika larutan yang mengandung kation tersebut direaksikan dengan ion hidroksida yang

pintar-pintar aj membaca situasi, kalau menurutmu bisa mengusir musuh dengan DpS (misalnya kalau mereka sedang sekarat), kalau banyak teman disekitarmu, atau kalau jumlah

Untuk mengetahui upaya apakah yang dilakukan oleh pembimbing agama untuk mewujudkan keharmonisan keluarga pada calon pasangan suami istri usia dini di Desa Grogolan

Pendapatan sopir angkutan umum sebelum adanya Jembatan Suramadu dalam penelitian ini yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan

Purwarupa alat monitoring suhu untuk rantai dingin produk dapat memberikan informasi suhu di dalam cold box selama perjalanan distribusi produk kepada petugas