• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KOMPOSISI ASAM LEMAK DENGAN METODE GC-MS DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK n-heksana DARI BIJI JENGKOL (PithecellobiumlobatumBenth.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA KOMPOSISI ASAM LEMAK DENGAN METODE GC-MS DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK n-heksana DARI BIJI JENGKOL (PithecellobiumlobatumBenth."

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KOMPOSISI ASAM LEMAK DENGAN METODE GC-MS DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

n-HEKSANA DARI BIJI JENGKOL (PithecellobiumlobatumBenth.)

SKRIPSI

SURYA GRAHA P SIAHAAN 160822030

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMUPENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(2)

ANALISA KOMPOSISI ASAM LEMAK DENGAN METODE GC-MS DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

n-HEKSANADARI BIJI JENGKOL (PithecellobiumlobatumBenth.)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SURYA GRAHA P SIAHAAN 160822030

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2018

(3)

PERNYATAAN ORISINALITAS

ANALISA KOMPOSISI ASAM LEMAK DENGAN METODE GC-MS DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

n-HEKSANA DARI BIJI JENGKOL (PithecellobiumlobatumBenth.)

SKRIPSI

Saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri,kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2018

Surya Graha P Siahaan 160822030

(4)

PENGESAHAN SKRIPSI

Judul : Analisa Komposisi Asam Lemak dengan Metode

GC-MS dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstra n-Heksana dari Biji Jengkol (Pithellobium lobatum

Benth.)

Nama : Surya Graha P. Siahaan

NomorIndukMahasiswa : 160822030

Program Studi : Sarjana (S1) Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : MIPA – Universitas Sumatera Utara

Disetujui di Medan, Juli2018

Departemen Kimia FMIPA USU Dosen Pembimbing, Ketua,

Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si Lamek Marpaung, M.Phil.,Ph.D NIP. 197404051999032001 NIP.195208281982031001

(5)

ANALISA KOMPOSISI ASAM LEMAK DENGAN METODE GC-MS DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK

n-HEKSANADARI BIJI JENGKOL (PithecellobiumlobatumBenth.)

ABSTRAK

Penelitian tentang Analisa Komposisi Asam Lemak dengan Metode GC-MS dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana dari Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) telah dilakukan. Penelitian ini menggunakan metode maserasi untuk menghasil kanekstrak n-heksana biji jengkol. Ekstrak n-heksana yang dihasilkan diuji aktivitas antibakter dengan metode difusi agar. Analisis terhadap komposisi asam lemak pada ekstra n-heksan dilakukan dengan metode GC-MS. Komposisi asam lemak yang terdapat pada biji jengkol adalah Metil Ester Asam Margarik (1,10%) Metil Ester Asam Palmitat (2,64%), Metil Ester Asam Stearat (12,01%), Metil Ester Asam Linolelaidat (10,02%) dan Metil Ester Asam Oleat(74,23%). Ujiaktivitas antibakteri dengan ekstrak n-heksana menunjukkan bahwa seluruh konsentrasi ekstrak n-heksana yaitu 50 mg/ml, 150 mg/ml dan 250 mg/ml yang diuji mampu menghambat pertumbuhan bakteri E. coli dan S. aureus, dimanazona hambat yang dibentuk oleh ekstrak n-heksana termasuk kedalam kategori lemah (≤14 mm)

Kata kunci:Antibakteri, bijijengkol, difusiagar,GC-MS, skriningfitokimia

(6)

ANALYSIS OF FATTY ACIDCOMPOSITION WITH GC-MS METHOD AND ANTIBACTERIAL ACTIVITY OF n-HEXSANE EXTRACTED FROM JENGKOL SEEDS

(PithecellobiumlobatumBenth.)

ABSTRACT

Research about analysis fatty acid composition with GC-MS method and antibacterial activity of n-hexsane extracted from jengkol seeds (Pithecelobium lobatum Benth.) has been carried out. In this research maceration method is applied to yield n-hexsane, from jengkol seeds. n-hexsane extract produced test by antibacterial activity with diffusion agar method. Analysis composition of fatty acid on n-hexsane extract was done with GC-MS method.The composition of fatty acid that contain on jengkol seeds is Margaric acid methyl esters (1,10%), Palmitic acidmethyl esters (2,64%),Stearic acidmethyl esters (12,01%), Linolelaidate acidmethyl esters (10,02%), and Oleic acid methyl esters (74,23%). The antibacterial activity test with n-heksane showed that all concentrations of n-hexane extracts of 50 mg / ml, 150 mg / ml and 250 mg / ml tested were able to inhibit the growth of E. coli andS. aureus bacteria in n-hexane extract, wherein the inhibit zone by the n-hexane extract is included in the weak category (≤14 mm).

Keywords: Antibacterial, Jengkol seeds, agar diffusion,GC-MS, phytochemical screening

(7)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih, karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan baik, adapun judul Skripsi penulis adalah “Analisa Komposis iAsam Lemak dengan Metode GC- MS dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrakn-Heksan dari Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.)”.

Terima kasih Penulis sampaikan kepada Bapak Lamek Marpaung, M.Phil.,Ph.D selaku Dosen pembimbing atas segala bimbingan yang telah diberikan kepada Penulis selama penyusunan skripsi ini. Terima kasih kepada Ibu Dr. Cut Fatimah Zuhra, M.Si selaku ketua Departemen Kimia,Ibu Dr. Sovia Lenny,M.Si selaku sekretaris Departemen Kimia, Bapak Dr.Firman Sebayang, MS selaku Koordinator Program Studi S1 Kimia Ekstensi,seluruh staff pegawai Departemen Kimia FMIPA USU dan rekan-rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Ayah, Ibu dan keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan, semogaTuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.

Medan, Juli 2018

Surya Graha P Siahaan 160822030

(8)

DAFTAR ISI

PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRAK

ABSTRACT PENGHARGAAN DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR SINGKATAN

Halaman i ii iii iv v vii

ix x xi BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Perumusan Masalah 3

1.3 Tujuan Penelitian 3

1.4 Manfaat Penelitian 3

1.5 Metodologi Penelitian 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 TumbuhanJengkol 4

2.1.1 Morfologi Tumbuhan Jengkol 4

2.1.2 Sistematika Tumbuhan Jengkol 5

2.1.3 Varietas Tumbuhan Jengkol 5

2.1.4 Kandungan Kimia danManfaatTumbuhan 6

2.2Ekstraksi 7

2.3Lemak dan Minyak 7

2.3.1 AsamLemak 8

2.3.1.1 Asam Lemak Jenuh 9

2.3.1.2 Asam Lemak Tak Jenuh 9

2.4Esterifikasi 12

2.4.1 Ester Asam Lemak 13

2.5Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS) 14

2.5.1 Permukaan Penghubung GC-MS 15

2.6Bakteri 16

2.6.1 Perkembangbiakan Bakteri 17

2.6.2 Media Pertumbuhan Bakteri 18

2.6.3 Fase Pertumbuhan Bakteri 19

2.6.4 Bakteri Gram Positif 20

2.6.5 Bakteri Gram Negatif 22

2.7Uji Aktivitas Antibakteri 24

(9)

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat 26

3.2 Alat dan Bahan 26

3.2.1 Alat 26

3.2.2 Bahan 27

3.3 Prosedur Penelitian 28

3.3.1 Penyediaan Sampel 28

3.3.2 Pembuatan Ekstrak n-heksana Biji Jengkol 28 3.3.3 PembuatanMetil Ester AsamLemak 28 3.3.4 Uj iAktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksana

Biji Jengkol

29

3.3.4.1 Sterilisasi Alat 29

3.3.4.2 Pembutan Media Muler Hinton Agar (MHA)

29 3.3.4.3 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) 29 3.3.4.4 Pembuatan Media Agar Miring dan

Stok Kultur Bakteri

29 3.3.4.5 PenyiapanInokulumBakteri 29 3.3.4.6 Pembuatan Variasi Konsentrasi Ekstrak

n-Heksana Biji Jengkol

30 3.3.4.7 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak

n-Heksana Biji Jengkol

30

3.4 BaganPeneitian 31

3.4.1 Pembuatan Ekstrak n-heksana Biji Jengkol 32 3.4.2Pembuatan Metil Ester Asam Lemak 39 3.4.3Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksana

Biji Jengkol

33 3.4.4.1 Pembutan Media Muler Hinton Agar

(MHA)

33 3.4.4.2 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) 33 3.4.4.3 Pembuatan Media Agar Miring dan

Stok Kultur Bakteri

34 3.4.4.4 Penyiapan Inokulum Bakteri 34 3.4.4.5 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak

n-Heksana Biji Jengkol 35

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian 36

4.1.1 Data Kromatogram GC-MS 36

4.1.2Hasil Uji Aktivitas Antibakteri pada Ekstrak n-Heksana Biji Jengkol

37

4.2 Pembahasan 38

4.2.1Analisa Data Spektrum GC-MS Ekstrak n-Heksan Biji Jengkol

38

4.2.1.1 KomposisiAsamLemak 38

4.2.1.2 Analisa Data Spektrum GC-MS 38 4.2.2Hasil Uji Aktivitas Antibakteri dari Ekstrak

n-Heksan Biji Jengkol 49

(10)

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 52

5.2 Saran 52

DAFTAR PUSTAKA 53

LAMPIRAN 55

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel

Judul Halaman

2.1 Kandungan Gizi Jengkol 6

2.2 Jenis – Jenis Asam Lemak 10

2.3 Perbedaan Bakteri Gram Positif dan Gram Negatif 4.2 Komposisi Asam Lemak Yang Terdapat Dalam

Ekstrak n-Heksana Biji Jengkol

36 4.3 Diameter Zona Bening Ekstrak n-heksana terhadap

Bakteri E.coli dan S. aureus

37

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Gambar Judul Halaman

2.1 (a) Pohon Jengkol dan (b) Biji Jengkol 4

2.2 Bakteri Staphylococcus aureus 22

2.3 Bakteri Escherichia coli 23

4.1 Kromatogram Sampel Minyak Biji Jengkol 36 4.2 Zona hambat bakteri dengan ekstrak n-heksana

pada: (a) E.coli ,(b) S.aureus

37 4.3 Reaksi Pembentukan Metil Ester Asam Lemak 33 4.4 Spektrum Metil Ester Asam Palmitat dengan waktu

retensi 26,758

39

4.5 PolaFragmentasiMetil EsterPalmitat 40

4.6 SpektrumMetil Ester Asam Linolelaidat dengan waktu retensi 30,517

42 4.7 Spektrum Metil Ester Asam Oleat dengan waktu

retensi 30,650

43

4.8 PolaFragmentasiMetil EsterOleat 44

4.9 Spektrum Metil Ester Asam Stearat dengan waktu retensi 31,367

46 4.10 PolaFragmentasi Metil Ester Asam Stearat 47 4.11 Grafik Kosentrasi (%) vs Diameter ZonaHambat

(mm)

49

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor

Lampiran Judul Halaman

1 HasilI dentifikasi Biji Jengkol 57

2 Hasil GC-MS Ekstrak n-heksan Biji Jengkol 57

(13)

DAFTAR SINGKATAN

GC-MS = Gas Chromatography – Mass Spectrometry NA = Nutrient Agar

MHA = Mueller Hinton Agar DMSO = DimetilSulfoksida

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) sejak lama telah ditanam di Indonesia, dan wilayah-wilayah lain disebelah barat Indonesia.Dulu tanaman jengkol tumbuh liar, tetapi saat ini banyak diusahakan orang, terutama di daerah pedesaan tepatnya di halaman rumah, pekarangan tegalan bahkan di lereng bukit (Pitojo, 1992).

Jengkol digemari oleh sebagian besar masyarakat Indonesia sebagai pendamping makanan pokok nasi yang dikonsumsi dalam bentuk segar sebagai lalapan atau berbagai bentuk olahan lainnya (Alatas, 2017).Biji jengkol, terutama yang sudah tua, merupakan bagian tanaman yang paling banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan.Selain itu, tumbuhan ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Jengkol diketahui dapat mencegah diabetes dan bersifat diuretic serta baik untuk kesehatan jantung (Roswaty, 2010).

Lemak dan minyak yang dapat dimakan (edible fat), dihasilkan oleh alam yang dapat bersumber dari bahan nabati atau hewani. Dalam tanaman atau hewan, minyak tersebut berfungsi sebagai sumber cadangan energi..Minyak nabati dapat diperoleh dari buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, akar tanaman dan sayur-sayuran (Ketaren, 1986).Minyak nabati dapat diperoleh dengan cara diekstraksi dengan menggunakan pelarut yang memiliki titik didih rendah dan kemudian memisahkan pelarutnya dengan evaporasi (Gaman, 1992)..

Metabolisme bakteri dapat menyebabkan bahaya karena kemampuan menginfeksi dan menimbukan penyakit serta merusak bahan pangan.Antibakteri termasuk kedalam antimikroba yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan metabolism bakteri (Fardiaz, 1987).

Menurut Huda (1997)Asam lemak dapat digunakan sebagai aktivitas antibakteri.Dimana asam lemak jenuh dan tak jenuh dapat mengikat elektron pembawa pada membran sel bakteri, ikatan pada asam lemak tak jenuh menyebabkan pemutusan rantai karbon sehingga fluiditas membran menjadi tidak stabil sedangkan

(15)

asam lemak jenuh dapat mengurangi fuiditas membran dan merusak transport elektron didalam membran.

Berdasarkan hasil peneltian sebelumnya (Rahmawati, 2010) telah melakukan Uji aktivitas antibakteri dari ekstrak kulit buah tanaman jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) suku Fabaceae terhadap bakteri Escherichia coli, Shigella dysenteriae dan Salmonella typhimurium.Konsentrasi terkecil yang dapat menghambat dari ekstrak kulit jengkol terhadap bakteri Escherichia coliadalah 20 mg/ml, pada bakteri Shigella dysenteriae iyalah 40 mg/ml sedangkan terhadap bakteri Salmonella typhimurium60 mg/ml.

(Yusra, 2012)Uji daya hambat ekstrak etanol kulit buah jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) terhadap pertumbuhan bakteri Methichilin-resistant Staphylococcus aureus.Uji daya hambat dilakukan menggunakan metode difusi cakram.Parameter yang diamati yaitu luas zona hambat yang terbentuk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit buah jengkol dengan konsentrasi 12,5%, 25%, 50% dan 75% mampu menghambat pertumbuhan MRSA dengan zona hambat rata-rata masing-masing 13,4 mm, 14,8 mm, 16,2 mm dan 17,4 mm.

Berdasarkan uraian diatas dan beberapa literatur yang berkaitan dengan tumbuhan jengkol, penulis tertarik untuk meneliti mengenai komposisi asam lemak yang terdapat pada biji jengkol serta uji aktivitas antibakteri terhadap bakteriEscherichia coli dan Staphylococcus aureus dengan metode difusi agar.

(16)

1.2. Perumusan Masalah

Asam lemak dibagi menjadi dua yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh.Dimana kedua asam lemak ini mempunyai dampak yang berbanding terbalik jika dikonsumsi. Asam lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol sedangkan asam lemak tak jenuh dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Untuk itu dilakukan analisa komposisi asam lemak dari biji jengkol sehingga dapat diketahui jenis asam lemak apa yang terdapat dalam biji jengkol dan apakah baik untuk kesehatan.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis komposisi asam lemak dari ekstrak n-heksana biji jengkol.

2. Untuk menentukan aktivitas antibakteri dari ekstrak n-heksana dari biji jengkol terhadap bakteri E. coli dan S. aureus.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumber informasi pada Kimia Bahan Alam Hayati khususnya mengenai komposisi asam lemak dari ekstrak n-heksan biji jengkol serta uji aktivitas antibakterinya.

1.5. Metodologi Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara eksperimen laboratorium, sebagai objek penelitian adalah biji jengkol dipisahkan dari kulit jengkol, diiris tipis-tipis, dikeringkan dan dihaluskan dengan blender.Lalu serbuk biji jengkol diekstraksi dengan pelarut n-heksana selama 3x24 jam, dilakukan penyaringan dan hasil penyaringan dari pelarut n-heksana diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator kemudian

dipekatkan pada penangas air sampai diperoleh minyak bebas dari pelarut n-heksana. Diesterifikasi ekstrak n-heksana, lalu dianalisa dengan GC-MS.

Kemudian dilakukan uji aktivitas antibakteri terhadap bakteri E. coli dan S. aureus dengan metode difusi agar pada ekstrak n-heksana.

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Jengkol

2.1.1. Morfologi Tumbuhan Jengkol

Tumbuhan jengkol merupakan pohon di bagian barat Nusantara, tingginya sampai 26 m, dibudidayakan secara umum oleh penduduk di Jawa dan Sumatera dan dibeberapa daerah tumbuh menjadi liar. (Heyne,1987). Daun Jengkol bersirip ganda, tunas dan daun mudanya berwarna antara ungu-cokelat-lembayung yang dalam pertumbuhan berangsur-angsur warnanya berubah menjadi hijau.

(a) (b) Gambar 2.1. (a) Pohon Jengkol dan (b) Biji Jengkol

Bunga jengkol membentuk malai, biasanya terdapat pada ketiak-ketiak daun yang sudah rontok.Buah muda berupa polong yang bentuknya gepeng, berbelit tidak beraturan, warna kulit polongnya lembayung tua.Setelah polong menjadi tua tidak lagi gepeng, namun berubah bentuknya sehingga kelihatan cembung atau membesar di tempat-temoat yang mengandung biji.Polong biasanya berisi 5-7 biji.Di dalam polong, biji jengkol muda diliputi oleh kulit ari tipis berwarna kuning kecoklat- coklatan mengkilap. Pada biji tua kulit arinya berwarna coklat, Pertunasan daun baru tidak berlangsung secara serentak, Tanaman ini berbuah sejak berumursekitar enam tahun.( Pitojo, 1992).

(18)

Pada hakikatnya tanaman jengkol tidak begitu menuntut persyaratan tanah dan iklim tertentu untuk tumbuhnya. Tanaman jengkol mampu hidup dengan baik pada dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya seribu meter dari permukaan laut, dapat hidup pada beberapa tipe tanah, antara lain tanah latosal, asosiasi latosal dan sebagainya. Sedangkan tanah pasir kurang cocok untuk pertumbuhan jengkol.Walaupun jengkol dapat tumbuh baik di daerah dengan kemarau sedang hingga keras, namun tidak tahan terhadap musim kemarau yang berkepanjangan.(Pitojo, 1992).

Tanaman ini mempunyai beberapa nama lain, Di Indonesia dikenal dengan nama yang kebanyakan hampir mirip yaitu: Jering, Jengkol (Jawa), Jengkon,Jaring (Sumatra); Jering (Gayo, Karo); Joring (Karo Toba); Jarieng (Minangkabau); Jaring (Lampung, Dayak), Jaawi (Lampung); Ki Caang, Jengkol (Sunda); Jengkol, Blandingan (Bali); dan Lubi (Sulawesi Utara). (Pitojo, 1992).

2.1.2. Sistematika Tumbuhan Jengkol

Adapun sistematika biji jengkol hasil identifikasi tumbuhan di laboratorium Herbarium Medanense, Universitas Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Ordo : Scrophulariales Famili : Bignoniaceae Genus : Pithecellobium

Spesies : Pithecellobium lobatum Benth.

Nama Lokal : Jengkol 2.1.3. Varietas Tumbuhan Jengkol

Selama ini dikenal 2 varietas jengkol, yaitu varietas kecil (varietas emprit) dan varietas besar.Perbedaan varietas tersebut dapat dikenali melalui bentuk dan ukuran daun serta biji buahnya.

1. Varietas kecil (Varietas Emprit)

Ciri-ciri varietas ini adalah: Buah atau biji jengkol varietas ini bentuknya agak bulat dan ukurannya kecil. Daun tanaman kecil-kecil dan bentuknya agak

(19)

bulat.Sesekali ada daunnya yang hamper mirip dengan daun duku, namun tidak setebal dan seaku buah duku.

2. Varietas besar

Ciri-ciri varietas ini adalah: Buah atau biji jengkol varietas ini bentuknya agak pipih dan ukurannya lebih besar. Daun tanaman lebih lebar, serta lebih panjang daripada daun jengkol varietas kecil.

2.1.4. Kandungan Kimia dan Manfaat Tumbuhan

Tanaman jengkol banyak mengandung zat antara lain adalah sebagai berikut:

Protein, Kalsium, Fosfor, Asam Jengkolat, Vitamin A dan B, Karbohidrat, Minyak atsiri, Saponin, Alkaloid, Terpenoid, Steroid, Tanin, Glikosida.

Biji jengkol yang telah tua dapat dikonsumsi sebagai bahan pangan. Gizi biji kengkol dicerminkan dari kandungan protein, lemak, hidrat arang, mineral, serta vitamin sebagai berikut:

Tabel 2.1. Kandungan Gizi Jengkol

Kalori 20 kal Besi 0,7 mg

Protein 3,5 gr Nilai vit.A 240 SI

Lemak 0,1 gr Vit.B 0,10 mg

Hidrat arang 3,1 gr Vit.C 12 mg

Kalsium 21 mg Air 93,0 gr

Fosfor 25 mg b.d.d 90%

(Sumber data : Jengkol Budidaya dan Pemanfaatannya, 1992)

Bagian yang dapat dimakan disingkat b.d.d. Apabila satu butir jengkol beratnya 15 gram, maka bagian yang dapat dimakan adalah sebanyak 13,5 gram.

Adapun zat gizi yang diperoleh dari biji tersebut, diperhitungkan dengan angka kali 13,5 per 400 terhadap masing-masing komponen. Kadar zat kalsium, fosfor, besi, masing-masing yang tersebut di atas tidak diperhitungkan yang digunakan oleh tubuh manusia.(Pitojo, 1992).

Atas dasar kandungan gizinya, maka jengkol akan lebih menguntungkan bila dimakan dalam bentuk segar dari pada setelah dimasak, karena setelah dimasak dan direndam serta dicuci kadar vitaminnya akan menurun, terutama vitamin B dan C

(20)

yang mudah larut dalam air, termasuk vitamin A yang mudah rusak. Setelah mengalami proses pemasakan dan pencucian kandungan karbohidrat relative tetap.

Bau jengkol dapat digunakan untuk menghalau tikus.Air bekas rendaman biji jengkol yang direbus atau sebelum direbus, mempunyai bau yang sangat menusuk.Air tersebut dapat digunakan sebagai penghalau tikus (Pitojo, 1992).

Hampir seluruh bagian tanaman jengkol bermanfaat. Daun jengkol sering digunakan untuk memberi warna hitam sebagai pengganti sumba. Bagian lain tanaman yang mengandung zat pewarna adalah kulit buah, kulit biji, maupun kulit batang.Pohon tanaman jengkol banyak dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan papan, perabotan rumah tangga.Arang kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar, arang daun yang ditambah minyak kelapa berkhasiat untuk mengobati sakit kulit, kudis dan obat eksim. Menurut Jasper & Pirngadie, arang daun muda, dapat digunakan untuk mengobati luka sayatan, misalnya obat luka sunatan, dengan hasil memuaskan (Pitojo, 1992).

Memakan biji jengkol terlalu banyak dapat menyebabkan keracunan, yaitu hyperaemia ginjal dan pendarahan ginjal.Selain itu dapat juga mengurangi atau menghentikan keluarnya urine serta kejang kandung kemih (Heyne, 1987).

2.2.Ekstraksi

Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstrak senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani mengggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang telah ditetapkan (Ditjen POM, 2000).

2.3. Lemak dan Minyak

Lemak dan minyak terdiri dari trigliserida campuran,yang merupakan ester dari gliserol dan asam lemak berantai panjang. Lemak tersebut jika dihidrolisis menghasilkan 3 molekul asam lemak rantai panjang dan 1 molekul gliserol.

(21)

Adapaun proses hidrolisis dari trigliserida tersebut adalah sebagai berikut:

Trigliserida dapat berwujud padat atau cair,hal ini tergantung dari komposisi asam lemak yang menyusunnya. Sebagaian besar minyak nabati berbentuk cair karena mengandung sejumlah asam lemak tidak jenuh,yaitu asam oleat,linoleat atau asam linolenat dengan titik cair yang rendah. (Ketaren. 2005)

Lemak atau minyak dapat diperoleh dari dua sumber yaitu sumber hewani dan nabati. Sebagian besar gliserida pada hewan adalah berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyakPada masing-masing sumbernya, lemak dan minyak memiliki kadar dan komposisi yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang menyebabkan setiap jenis lemak atau minyak mempunyai karakteristik fisik-kimia yang berbeda pula. Sebagai contoh lemak hewani pada suhu kamar berwujud padat. Hal ini disebabkan karena sebagian besar komponennya terdiri dari asam lemak jenuh pada rantai karbonnya. Sedangkan pada minyak nabati pada suhu kamar berwujud cair karena banyak mengandung asam lemak yang tidak jenuh(Wilbraham, 1992).

2.3.1 Asam Lemak

Gliseril (C3H5) yang mempunyai berat molekul 41 merupakan bagian dari molekul trigliserida.Gliseril ini bergabung dengan radikal asam lemak (R-COO-) yang mempunyai berat moeku antara 650 hingga 970.Itulah sebabnya bahwa asam lemak terkontribusi antara 95-96% dari berat molekul lemak total.

(22)

H2 OOCR1 OOCR2 OOCR3 H2 C

C H C

Berat molekul 41 Berat molekul 650 hingga 970

Asam lemak yang mempunyai berat molekul yang paling besar didalam molekul gliserida juga merupakan bagian yang reaktif.Hingga dapat dimengerti bahwa asam lemak mempunyai pengaruh yang besar terhadap lemak dan minyak.Asam lemak yang menyusun lemak ini masih dibedakan antara asam lemak yang jenuh dan tak jenuh.(Sastrohamidjojo, 2005).

2.3.1.1 Asam Lemak Jenuh

Asam lemak disebut jenuh bila semua atom C dalam rantainya diikat tidak kurang daripada dua atom H, hingga dengan demikian tidak ada ikatan rangkap.

C C C C

H H H H

H H H H

Asam-asam lemak jenuh yang teah dapat diidentifikasi sebagai bagian dari lemak mempunyai atom C4 hingga C26.

2.3.1.2 Asam Lemak Tak Jenuh

Asam-asam lemak yang didalamnya rantai karbonnya mengandung ikatan rangkap disebut asam lemak tak jenuh.Derajat ketidak jenuhan dari minyak tergantung pada jumlah rata-rata dari ikatan rangkap di dalam asam lemak. Pada asam lemak tak jenuh, masih dibedakan antara asam yang mempunyai bentuk “non- conjugated”, yaitu ikatan rangkap dalam rantai C selalu dipisahkan oleh dua ikatan tunggal. Bentuk yang lain adalah asam yang “conjugated”, dimana antara atom-atom C yang tertentu terdapat ikatan tunggal dan ikatan rangkap berganti-ganti.

(23)

C C C C

H H

H H H H

Rantai Karbon dari asam tak jenuh

C C C C

H H

H H H H

C C C C

H H

H H H H

C C C

H

H H H

C C C

H

H H H

Rantai asam lemak yang “non-conjugated”Rantai asam lemak yang “conjugated”

(tak terkonjugasi) (terkonjugasi)

Asam lemak tak jenuh yang mempunyai atom C kurang dari 10 belum diperoleh di alam dan asam-asam dengan C10, C12, C14 hanya sedikit terdapat di dalam beberapa lemak. Asam-asam lemak tak jenuh yang paling banyak mengandung C18.(Sastrohamidjojo,2005).

Jenis-jenis asam lemak, panjang rantai atom C, dan titik cairnya : Tabel 2.2 Jenis-Jenis Asam Lemak

Rantai C Nama Umum Nama Sistematis Titik Cair ASAM LEMAK JENUH (°C)

4 Butirat Butanoat -8,0

6 Kaproat Heksanoat -3,4

8 Kaprilat Oktanoat 16,7

10 Kaprat Dekanoat 31,6

12 Laurat Dodekanoat 44,2

14 Miristat Tetradekanoat 54,4

(24)

16 Palmitat Heksadekanoat 62,9

18 Stearat Oktadekanoat 69,6

20 Arakhidat Eikosanoat 75,4

22 Behenat Dokosanoat 80,0

24 Lignoserat Tetrakosanoat 84,2

TAK JENUH DENGAN SATU IKATAN RANGKAP

10 : 1 Obtusilat 4-Decenoat -

10 : 1 Kaproleat 9-Decenoat -

12 : 1 Linderat 4-Dodecenoat 1,3

12 : 1 Lauroleat 9-Dodecenoat -

14 : 1 Tsuzuat 4-Tetradecenoat 18,5

14 : 1 Physterat 5-Tetradecenoat -

14 : 1 Miristoleat 9-Tetradecenoat -

16 : 1 Palmitoleat 9-Heksadecenoat -

18 : 1 Petroselinat 6-Oktadecenoat 30,0

18 : 1 Oleat 9-Oktadecenoat 14 (16)

18 : 1 Vaccenat 11-trans-Oktadecenoat 44,0

20 : 1 Gadoleat 9-Eikosenoat -

20 : 1 - 11-Eikosenoat -

22 : 1 Cetoleat 11-Dokosenoat -

22 : 1 Erusat 13-Dokosenoat 33,5

24 : 1 Selakholeat 15-Tetrakosenoat -

26 : 1 Ximenat 17-Heksakosenoat -

30 : 1 Lumequeat 21-Triakontenoat -

(25)

TAK JENUH DENGAN DUA ATAU LEBIH IKATAN RANGKAP

18 : 2 Linoleat cis-cis-9, 12-Oktadekadienoat -5,0 18 : 3 Linolenat cis-cis-9, 12, 15-Oktadekatrienoat -11,0 18 : 3 Alfa-

Eleostearat

cis-trans-trans-9, 11, 13- Oktadekatrienoat

49,0

18 : 3 Beta- Eleostearat

trans-trans-trans-9, 11, 13- Oktadekatrienoat

71,0

18 : 4 Parinarat 9, 11, 13, 15-Oktadekatetraenoat 86 (96) 20 : 4 Arakhidonat 5,8, 11, 14-Eikosatetraenoat -50,0 22 : 5 Klupanodonat 4, 8, 12, 15, 19-Dokosapentaenoat -

Semakin panjang rantai atom C asam lemak semakin tinggi titik cairnya.

Namun apabila ada ikatan tak jenuhnya, maka titik cair rantai C asam lemak yang sama akan turun. Dengan prinsip perbedaan titik cair asam-asam lemak ini trigliserida dapat dipisahkan secara fisis antara komponen minyak dan lemaknya.Komponen minyak umumnya terdiri dari trigliserida yang memiliki banyak asam-asam lemak yang tak jenuh, sedangkan komponen lemak memiliki asam-asam lemak tak jenuh (Sudarmadji, 1989).

2.4 Esterifikasi

Reaksi asam karboksilat dengan alkohol menghasilkan senyawa melalui reaksi yang dikenal dengan nama esterifikasi, dan biasanya menggunakan katalis asam.

Reaksi akan berlangsung dengan baik jika direfluks bersama sedikit asam sulfat atau asam klorida. Berikut contoh reaksi esterifikai (Riswiyanto.2002) :

H3C C O

OH

+

CH3CH2OH H

+

H3C C

O

OCH2CH3 +H2O

asam asetat etanol etil asetat

(26)

COOH

+ CH3OH H+ C OCH2 O

+ H20

asam benzoat metanol metil benzoat

Asam anorganik yang digunakan sebagai katalis akanmenyebabkan asam karboksilat mengalami konjugasi sehingga asam konjugat dari asam karboksilat tersebutlah yang akan berperan sebagai substrat. Cara lain dalam pembentukan ester adalah dengan melewatkan HCl ke dalam campuran reaksi tersebut dan direfluks.

Cara ini dikenal dengan nama metode Fischer-Spieser. Esterifikasi tanpa katalis dapat juga dilakukan dengan satu molekul asam karboksilat dan satu pereaksi secara berlebih.Pertambahan hasil juga dipengaruhi oleh dehidrasi yang artinya menarik air terbentuksebagai hasil samping reaksi. Air dapat dipisahkan dengan cara menambahkan pelarut yang bersifat non polar seperti misalnya benzen dan kloroform sehingga air yang terbentuk akan segera terikat pada pelarut yang digunakan atau dengan menambahkan molecular (Salomons,2014).

Esterifikasi asam karboksilat dengan asam alkohol merupakan reaksi reversible.Bila asam karboksilat diesterkan, digunakan alkohol berlebih.Untuk membuat reaksi kebalikannya, yakni hidrolisis berkataliskan asam dari ester menjadi asam karboksilat digunakan air secara berlebihan. Kelebihan air akan menggeser kesetimbangan ke arah sisi asam karboksilat (Fessenden, 1992).

2.4.1 EsterAsam Lemak

Ester Asam Lemak Asam lemak di alam terdapat dalam bentuk ester dimana gliserol dengan asam lemak, ataupun terkadang ada gugus hidroksinya yang teresterkan tidak dengan asam lemak melainkan dengan posfat seperti phospolipid.Di samping itu ada juga ester antara asam lemak dengan alkoholnya yang membentuk monoester seperti yang terdapat pada minyak jojoba.Dalam hal ini, ester asam lemak yang dimaksud adalah ester hasil sintesis ataupun transformasi, untuk menghasilkan ester asam lemak dengan monoalkohol maupun polialkohol.Ester asam lemak yang paling sederhana adalah ester antara metanol dengan asam lemak yang dikenal luas sebagai metil ester asam lemak pada industri oleokimia.Metil ester asam lemak ini

(27)

dapat dihasilkan melalui reaksi transesterifikasi secara metanolisis terhadap ester asam lemak dengan gliserol (gliserida).

Reaksi transesterifikasi antara metanol dengan gliserida dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:

1.Metanolisis trigliserida dengan katalis asam yang memerlukan pemanasan.

Reaksi ini dapat berjalan walaupun trigliserida tersebut mengandung air dan asam lemak bebas lebih besar dari 2,5%.

2. Metanolisis trigliserida dengan katalis basa tanpa pemanasan dengan bantuan pengadukan kecepatan tinggi. Reaksi ini menghendaki gliserida yang bebas air serta kadar asam lemak bebas tidak lebih dari 2,5% (Mittlebach,1988).

2.5..Kromatografi Gas – Spektrometri Massa (GC-MS)

GC-MS adalah metode analisa dimana sampel dipisahkan secara fisik menjadi bentuk molekul-molekul yang lebih kecil (hasil pemisahan dapat dilihat pada kromatogram). Sedangkan spektroskopi massa adalah metode analisis dimana sampel yang dianalisis akan diubah menjadi ion-ion gas dan ion-ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil deteksi berupa spektrum massa.

Pada GC hanya terjadi pemisahan untuk mendapatkan komponen yang diinginkan sedangkan bila dilengkapi dengan MS (berfungsi sebagai detektor) akan dapat mengidentifikasi komponen tersebut karena bisa membaca spektrum bobot molekul pada suatu komponen karena dilengkapi refrensi yang ada pada software, secara instrument MS adalah detektor GC. Pemisahan komponen senyawa dalam GC terjadi dalam kolom (kapiler) dengan melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam adalah zat yang ada dalam kapiler, sedangkan fasa gerak adalah gas pembawa (He atau H2) dengan kemurnian tinggi yaitu 99,95%. Proses pemisahan dapat terjadi karena kecepatan alir dari tiap molekul dalam kolom. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedan affinitas antar molekul dengan fasa diam yang ada dalam kolom.Spektrometer massa menembaki bahan yang sedang diteliti dengan berkas elektron dan secara kuantitatif mencatat hasilnya sebagai suatu spektrum fragmen ion positif (Mc Nair, 1988).

(28)

2.5.1 Permukaan Penghubung pada GC-MS

Dalam teknik GC-MS, apabila pada GC dipakai kolom kapier WCOT maka dipakai permukaan penghubung pipa kapiler leburan silica yang merupakan lanjutan dari kolom GC.Permukaan penghubung pipa kapiler GC-MS juga memakai program temperature tersendiri dan effluentlangsung masuk kedalam sumber ionisas. Keadaan ini tidak akan mengganggu system kehampaan pada ruang ionisasi.

Pemakaian kolom terpaking pada GC-MS akan meminta perhatian penting pada sistem permukaan penghubung. Untuk tidak mengganggu sistem kehampaan pada ruang sumber ionisasi MS mutlak aliran effluentdari kolom terpaking diatur 15- 25 ml/menit. Sistem permukaan penghubung pada GC-MS yang memakai kolom terpaking ditunjukkan untuk dua hal yaitu:

a. Pemisahan maksimal terhadap gas pembawa dipakai alat pemisah sampel-gas pembawa.

Tiga jenis pemisah sampel-gas pembawa.

1. Pemisahan effusi dari Watson-Bieman

Gas pembawa mengaami effuse melalui pori-pori dinding pipa yang sangat halus dan segera masuk ke dalam pompa hampa tersendiri.Pada umumnya tabung pemisah Watson-Bieman memakai pipa berpori dari gelas, pipa berpori dari perak (stainless steel) dan juga ada yang terbuat dari keramik.

2. Pemisahan Pancar Gas (Jet Separator)

Dasar pemisahan ini adalah perbedaan Mr gas pembawa dan sampel. Pemisan pemancar gas ini akan sangat efektif apabia dipakai gas pembawa He; hamper semua molekul gas pembawa masuk ke dalam pompa hampa. Sedangkan molekul sampel masuk ke dalam ruang ionisasi melalui mulut pipa kapiler penghubung permukaan masuk ke dalam sumber ion.

3. Pemisahan Membran (Membrane Separator)

Sistem pemisahan ini berdasarkan perbedaan kelarutan gas pembawa yang tidak larut dan sanpel yang mudah larut.Sebagai membrane lapisan tipis dipakai lapisan meti siikon 0,025mm. Gas pembawa yang tidak larut dalam metil silicon akan terbuang ke atmosfir. Molekul sampel yang terlarut akan masuk ke dalam sumber ion MS.

(29)

b. Pemisahan sampel terhadap pelarut, komponen pengganggu dari septum dan kolom yang bocor (septum and column beeding).

Bagian ini seolah-olah menjadi satu dengan pemisah sampel-gas pembawa dan bekerjanya juga bersamaan. Alat ini akan bertindak sebagai pemisah solven dari effluent (sebagai diverter valve) (Mulja,1994).

2.6. Bakteri

Nama bakteri berasal dari kata “bakterion” (bahasa Yunani) yang berarti tongkat atau batang. Sekarang nama itu dipakai untuk menyebut sekelompok mikroorganisme yang bersel satu, tidak berklorofil (meskipun ada kecualinya), berbiak dengan pembelahan diri, serta demikian kecilnya sehingga hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop (Dwijoseputro, 1982).

Ukuran bakteri bervariasi baik penampang maupun panjangnya, tetapi pada umumnya penampang bakteri adalah sekitar 0,7-1,5 µm dam panjangnya sekitar 1-6 µm (Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003).

Tubuh bakteri yang terdiri dari satu sel mempunyai bentuk yang beranekaragam. Ada yang berbentuk peluru atau bola (kokus), berbentuk batang (basil), berbentuk koma dan spiral (Tjitrosoepomo, 1994).

Berdasarkan perbedaannya didalam menyerap zat warna gram bakteri dibagi atas dua golongan yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif menyerap zat warna pertama yaitu kristal violet yang menyebabkan berwarna ungu, sedangkan bakteri gram negatif menyerap zat warna kedua yaitu safranin dan menyebabkannya berwarna merah (Dwijoseputro,1982).

Bakteri gram positif memiliki kandungan peptidoglikan yang tinggi (dapat mencapai 50%) dibandingkan bakteri gram negatif (sekitar 10%). Sebaliknya kandungan lipida dinding sel bakteri gram positif rendah sedangkan pada dinding sel bakteri gram negatif tinggi yaitu sekitar 11-22% (Lay,1992).

(30)

2.6.1. Perkembangbiakan Bakteri

Pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dipengaruhi oleh:

1. Suhu

Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka bakteri diklasifikasikan menjadi (Dwijoseputro,1982):

a. Bakteri psikrofil (oligotermik) yaitu bakteri yang dapat hidup antara suhu 0-30

oC, sedangkan suhu ptimumnya antara 10-20 oC.

b. Bakteri mesofil (mesotermik), yaitu bakteri yang tumbuh pada suhu antara 560oC, sedangkan suhu optimumnya antara 25-40 oC.Bakteri termofil (politermik), yaitu bakteri yang tumbuh dengan baik pada suhu 50-60 oC, meskipun demikian bakteri ini juga dapat berbiak pada temperatur lebih rendah atau lebih tinggi dari pada itu, yaitu dengan batas-batas 40-80 oC.

Suhu terendah dimana bakteri dapat tumbuh disebut minimum growthtemperature.Sedangkan suhu tertinggi dimana bakteri dapat tumbuh denganbaik disebut maximum growth temperature.Suhu dimana bakteri dapat tumbuh dengan sempurna diantara kedua suhu tersebut disebut suhu optimum (Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003).

2. pH

Pertumbuhan bakteri pada pH optimal antara 6,5 dan 7,5. Namun, beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat asam atau sangat alkali.Bagi kebanyakan spesies, nilai pH minimum dan maksimum ialah antara 4 dan 9.Bila bakteri dibiakan dalam suatu medium, yang mula-mula disesuaikan adalah pHnya maka mungkin sekali pH ini berubah karena adanya senyawa asam atau basa yang dihasilkan selama pertumbuhan (Pelczar, 1988).

3. Oksigen

Berdasarkan akan kebutuhan terhadap oksigen , bakteri dapat digolongkan menjadi (Tim Mikrobiologi FK Unibraw, 2003):

a. Bakteri aerob mutlak, yaitu bakteri yang untuk pertumbuhannya memerlukan adanya oksigen.

(31)

b. Bakteri anaerob fakultatif, yaitu bakteri yang dapat tumbuh, baik ada oksigen maupun tanpa adanya oksigen.

c. Bakteri anaerob aerotoleran, yaitu bakteri yang tidak mati dengan adanya oksigen.

d. Bakteri anaerob mutlak, yaitu bakteri yang hidup bila tidak ada oksigen.

e. Bakteri mikroaerofilik, yaitu bakteri yang kebutuhan oksigennya rendah.

4. Nutrisi

Sumber zat makanan (nutrisi) bagi bakteri diperoleh dari senyawa karbon, nitrogen, sulfur, fosfor, unsur logam (natrium, kalsium, magnesium, mangan, besi, tembaga dan kobalt), vitamin dan air untuk fungsi-fungsi metabolik dan pertumbuhannya (Dwijoseputro,1982).

5. Pengaruh Kebasahan dan Kekeringan

Bakteri sebenarnya adalah makhluk yang suka akan keadaan basah, bahkan dapat hidup didalam air, hanya didalam air yang tertutup mereka tidak dapat hidup subur, hal ini disebabkan karena kurangnya udara. Tanah yang basah baik untuk kehidupan bakteri. Banyak bakteri yang mati, jika terkena udara kering (Dwijoseputro,1982).

6. Tekanan Osmosa.

Medium yang paling cocok untuk kehidupan bakteri ialah medium yang isotonik terhadap isi sel bakteri (Dwijoseputro,1982).

2.5.2. Media pertumbuhan Bakteri

Pembiakan mikroorganisme membutuhkan media yang berisi zat hara serta lingkungan pertumbuhan yang sesuai bagi mikroorganisme. Media dapat dibagi berdasarkan (Lay, 1992):

1. Konsistensinya, media dapat dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

a. Media padat b. Media cair c. Media semi padat

(32)

Media padat diperoleh dengan menambahkan agar.Agar berasal dari ganggang merah.Agar digunakan sebagai bahan pemadat karena tidak diuraikan oleh mikroorganisme dan membeku pada suhu diatas 45 oC. Kandungan agar sebagai bahan pemadat dalam media adalah 1,5-2 %.

2. Sumber bahan baku yang digunakan, media dapat dibagi menjadi dua macam:

a. Media sintetik, bahan baku yang digunakan merupakan bahan kimia atau bahan yang bukan berasal dari alam. Pada media sintetik, kandungan dan isi bahan yang ditambahkan diketahui secara terperinci.

b. Media nonsintetik, menggunakan bahan yang terdapat dialam, biasanya tidak diketahui kandungan kimianya secara terperinci. Contoh: ekstrak daging, pepton, ekstrak ragi dan kaldu daging.

3. Berdasarkan fungsinya, media dapat dibagi menjadi:

a. Media selektif, yaitu media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembangbiakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan perkembangbiakan mikroorganisme tertentu yang ingin diisolasi.

b. Media differensial, yaitu media untuk membedakan kelompok mikroorganisme tertentu yang tumbuh pada media biakan. Bila berbagai kelompok mikroorganisme tumbuh pada media differensial, maka dapat dibedakan kelompok mikroorganisme berdasarkan perubahan pada media biakan atau penampilan koloninya.

c. Media diperkaya, yaitu dengan menambahkan bahan-bahan khusus pada media untuk menumbuhkan mikroba yang khusus.

2.6.3. Fase Pertumbuhan Bakteri

Bila bakteri ditanam dalam perbenihan yang sesuai dan pada waktu-waktu tertentu diobservasi (dihitung jumlah bakteri yang hidup), pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri tersebut dapat digambarkan dengan sebuah grafik.

Pertumbuhan bakteri tersebut dapat dibagi menjadi 4 fase yaitu :

(33)

1. Fase Penyesuaian Diri (Lag phase)

Fase penyesuaian ini bakteri terlebih dahulu menyesuaikan diri terhadap kondisi pertumbuhan baru, yaitu mengenai sintesis RNA, ribosom dan enzim. Jika sumber energi dan sumber karbon dalam larutan biakan baru berbeda dari pada yang ada di biakan awal, maka adaptasi terhadap kondisi baru kerap kali memerlukan sintesis enzim-enzim, yang ketika berada di biakan awal tidak diperlukan sehingga tidak dibentuk. Pembentukan enzim-enzim baru diinduksi substrat baru (Schimidt, 1994).

2. Fase Pembelahan (Logarhytmik Phase / Exponensial Phase)

Pada fase ini bakteri berkembang biak dengan cepat, jumlah bakteri meningkat secara eksponensial. Untuk kebanyakan bakteri, fase ini berlangsung 18–

24 jam.Pada fase ini pertumbuhan sangat ideal, pembelahan terjadi secara teratur, semua bahan dalam sel berada dalam seimbang (balanced growth) (Pratiwi, 2008).

3. Fase Stasioner (Stationary phase)

Dengan meningkatnya jumlah bakteri, meningkat juga hasil metabolisme yang toksik. Bakteri mulai ada yang mati, pembelahan terhambat, pada suatu saat terjadi jumlah bakteri yang hidup sama dengan bakteri yang mati (Lay, 1992).

4. Fase Kematian (Death phase)

Pada fase ini terjadi akumulasi bahan toksik, zat hara yang diperlukan oleh bakteri berkurang sehingga bakteri akan memasuki fase kematian. Fase ini merupakan kebalikan dari fase logaritmik. Jumlah sel menurun terus sampai didapatkan jumlah sel yang konstan untuk beberapa waktu (Lay,1992).

2.6.4.Bakteri gram positif

Bakteri gram positif lebih sensitif terhadap penisilin, tetapi lebih tahan terhadap perlakuan fisik dibandingkan bakteri gram negatif.Bakteri gram positif sering berubah sifat pewarnaannya sehingga menunjukkan reaksi gram variabel.

Sebagai contoh, kultur gram positif yang sudah tua dapat kehilangan kemampuannya untuk menyerap pewarna violet kristal sehingga dapat berwarna merah seperti bakteri gram negatif. Perubahan tersebut dapat juga disebabkan oleh perubahan kondisi lingkungan atau modifikasi teknik pewarnaan (Fardiaz, 1992).

(34)

Ciri-cirinya:

a) Dinding sel mengandung peptidoglikan yang tebal serta diikuti pula dengan adanya ikatan benang-benang teichoic dan teichoronic acid

b) Pada umunya berbentuk bulat (coccus)

c) Pada perwarnaan gram, bakteri jenis ini berikatan dengan zat warna utama yaitu gentian violet dan tidak luntur bila dicelupkan kedalam larutan alkohol d) Dibawah mikroskop tampak berwarna ungu (Nasution, 2014).

Contoh dari bakteri gram positif : 1. Staphylococcus ureus

Klasifikasi Staphylococcus aureus menurut Jawetz, dkk. (2005) adalah : Kingdom : Procaryota

Divisio : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus

Species : Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulatberdiameter 0,7-1,2 µm,tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur,fakultatif anaerob,tidak membentuk spora,dan tidak bergerak.

Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37o C,tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25o C) (Jawetz,2005).

Staphylococcusaureus adalah bakteri genus kokus Gram-positif utama penyebabpenyakit.Bakteri ini bersifat positi-koagulase (memulai pembentukan bekuan fibrin), β-hemolitik, dan tolerangaram (halodurik).Staphylococcus aureusmemiliki protein A pada permukaannya, yang mengikat Fc Ig (menghambatfagositosis), menghasilkan pigmen kuning dan mungkin memproduksi eksotoksin Staphylococcus aureus berdiam di mukosa hidung manusia atau di kulit;

kumanini menyebar melalui tangan, bersin dan lesi kulit (Hawley, 2003)

(35)

Gambar bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:

Sumber:http://www.generasibiologi.com/2016/10/ciri-ciri-morfologi-bakteri-staphylococcus-aureus.html

Gambar 2.2 Bakteri Staphylococcus aureus(perbesaran 1000x)

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus terdiri atas empat jenis Keracunan makanan Staphylococcus aureus dari enterotoksin stabil terhadap panas yang terjadi akibat makanan yang kurang mendapat pendinginan dan tercemar oleh Staphylococcus aureus (misal, ham, daging yang diasinkan atau dikalengkan, kue custard, atau salad kentang).Ingesti toksin menyebabkan nyeri abdomen, muntah dan diare dengan onset cepat (1-6 jam) dan Infeksi kulit atau subkutis yang disebabkan oleh Staphylococcus aureus sering muncul sebagai nyeri dan panas, kemerahan dan pembengkakan subkutis.Infeksi dapat menyebabkan penyakit kulit eksfoliativa (scaldedskin syndrome) bila strainnya menghasilkan eksofoliatin.(Hawley, 2003).

2.6.5 Bakteri gram negatif

Bakteri gram negatif lebih sensitif terhadap antibiotik lainnya seperti streptomisin dan bersifat lebih konstan terhadap reaksi pewarnaan (Fardiaz, 1992).Dinding sel bakteri gram negatif tersusun atas satu lapisan peptidoglikan dan membran luar.Dinding selnya tidak mengandung teichoic acid.Membran luar terususun atas lipopolisakarida, lipoprotein dan pospolipid (Tortora, 2001).

Ciri-cirinya:

a) Mengandung sedikit sekali peptidoglikan dan tidak terdapat ikatan benang- benang teichoic acid dan teichoronic acid

b) Pada umunya berbentuk batang (basil) kecuali basillus antharias dan basillus sereus

(36)

c) Pada pewarnaan gram, bakteri jenis ini tidak mampu berikatan dengan zat warna utama yaitu gentian violet dan luntur bila dicelupkan kedalam larutan alkohol d) Dibawah mikroskop tampak berwarna merah (Nasution, 2014).

Contoh bakteri gram negatif : 1. Escherichia coli

Klasifikasi Escherichia coli menurut Jawetz, dkk. (2005) adalah : Kingdom : Procaryota

Divisio : Gracilicutes Class : Scotobacteria Ordo : Eubacteriales Family : Enterobacteriaceae Genus : Escherichia

Species : Escherichia coli

Escherichia berbatang pendek.Habitat utamanya adalah usus manusia dan hewan.Escherichia coli dipakai sebagai organism indikator, karena jika terdapat dalamjumlah yang banyak menunjukkan bahwa pangan atau air telah mengalami pencemaran (Gaman, 1992).Didalam lingkungan, bakteri pembusuk ini berfungsi sebagai pengurai dan penyedia nutrisi bagi tumbuhan (Ganiswarna, 1995).Escherichia coli dikenal sebagai penyebab diare pada bayi dan juga sebagai penyebab diare pada orang dewasa.(Buckle, 2009).

Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:EscherichiaColi_NIAID.jpg

Gambar2.3 BakteriEscherichia coli

(37)

Adapun perbedaan relatif sifat bakteri gram positif dan bakteri gram negatif dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.3 Perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif

Gram Positif Gram Negatif

1. Mengandung Mg ribonukleat 1. Tidak mengandung Mg ribonukleat 2. Sangat sensitif terhadap zat warna

trifenilmetan

2. Kurang sensitif terhadap zat warna trifenilmetan

3. Sensitif terhadap penisilin 3. Sensitif terhadap streptomysin 4. Tahan basa, tidak larut dalam KOH

1 %

4. Sensitif terhadap basa, larut dalam KOH 1 %

5. Kisaran isoelektrik pH 2,5-4 5. Kisaran isoelektrik pH 4,5-5,5 6. Biasanya berbentuk Coccus atau

batang pembentuk spora kecuali Lactobacillus &Cyanobacterium

6. Biasanya berbentuk batang non spora kecuali Neisseria

7. Dapat bersifat tahan asam 7. Tidak tahan asam

(Novel, 2010) 2.7 Uji Aktivitas Antibakteri

Metode-metode utama yang dapat digunakan adalah : a) Metode Dilusi

Sejumlah antimikroba dimasukkan kedalam medium bakteriologi padat atau cair.Biasanya digunakan pengenceran dua kali lipat zat antimikroba.Medium akhirnya diinokulasikan dengan bakteri yang diuji dan diinokulasi.Tujuan akhirnya adalah mengetahui seberapa banyak jumlah antimikroba yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diuji.Uji kerentanan dilusi agar membutuhkan waktu yang lama.

b) Metode Difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar dengan menggunakan cakram kertas, cakram kaca, pencetak lubang.Prinsip metode ini adalah mengukur zona hambatan pertumbuhan bakteri yang terjadi akibat difusi zat yang bersifat antibakteri di dalam media padat melalui pencadang.Daerah hambatan

(38)

pertumbuhan bakteri adalah daerah jernih disekitar cakram.Luas daerah hambatan berbanding lurus dengan aktivitas antibakteri, semakin kuat daya aktivitas antibakterinya maka semakin luas daerah hambatnya. Metode ini dipengaruhi oleh banyak faktor fisik dan kimia, misalnya : pH, suhu, zat inhibitor, sifat dari media dan kemampuan difusi, ukuran molekul dan stabilitas dari bahan obat (Jawetz , 2005).

(39)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian Analisa Komposisi Asam Lemak dengan Metode GC-MS dan Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-heksana dari Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth.) mulai dilaksanakan pada September 2017 sampai Desember 2017.Penelitian untuk ekstraksi dilakukan di Laboratorium Kimia Organik Bahan Alam Pascasarjana Kimia S2/S3 FMIPA USU, determinasi tumbuhan dilakukan di laboratorium Herbarium Medanense FMIPA USU, untuk uji Aktivitas Antibakteri dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU dan pembuatan Metil Ester Asam Lemak serta analisa GC-MS dilakukan di Laboratorium Kimia Dasar dan Kimia Analitik Politeknik Negeri Lhokseumawe.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Spektrofotometer UV-Visible SP-300

Gas Chromatography-Mass Spectrometry (GC-MS) Shimadzu

Rotary Evaporator Buchi Rotavapor R-1

Oven Fisher Scientific

Inkubator Fisher Scientific

Lemari Pendingin Toshiba

Blender Motor Safety

Tabung Reaksi Pyrex

Beaker Glass Pyrex

Erlemeyer Pyrex

Corong Pisah

Neraca Analitis Mettler AE 200

Pipet Mikro Eppendorf

Aluminium Foil

(40)

Kertas Cakram Jarum Ose

Autoklaf Yamata SN 20

Jangka Sorong Hot Plate

Batang Pengaduk

Gelas Ukur Pyrex

Cawan Petri Penangas Air Pipet Tetes Vortex Kertas Saring Stoples Kaca Heater Cotton Bud

3.2.2 Bahan

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Serbuk Biji Jengkol

n-heksana p.a Merck

Aquadest H2SO4 98%

CHCl3 Na2SO4

DMSO (Dimetil Sulfoksida) p.a Merck

Nutrient Agar (NA)

Mueller Hinton Agar (MHA) Bakteri Staphylococcus aureus Bakteri Escherichia coli Kloramphenikol 30 mg Etanol 70%

(41)

3.3 Prosedur Penelitian 3.3.1 Penyediaan Sampel

Biji jengkol dikupas dan dipisahkan dari kulit biji.Sampel diiris tipis-tipis kemudian dikeringkan dibawah sinar matahari ± 2 hari kemudian dihaluskan dengan blender.

3.3.2 Pembuatan Ekstrak n-Heksana Biji Jengkol

Ditimbang serbuk biji jengkol sebanyak 1010 gram, dimaserasi dengan menggunakan pelarut n-heksana sebanyak 4 liter selama 3×24 jam.Kemudian disaring. Filtrat n-heksana yang diperoleh diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator lalu dipekatkan kembali pada penangas air sampai diperoleh ekstrak n- heksana bebas dari pelarut. ekstrakn-heksanayang dihasilkan diukur dengan gelas ukur. Kemudian ekstrak n-heksana yang dihasilkan di esterifikasi sehingga diperoleh metil ester asam lemak.

3.3.3 Pembuatan Metil Ester Asam Lemak

Dimasukkan 20 mg sampel ke dalam botol sampel, kemudian ditambahkan 4 ml pelarut dengan perbandingan, Metanol (1,7 ml) : H2SO4 98% (0,3 ml) : Chlorof orm (2 ml). Tutup botol dengan rapat, lalu dihomogenkan menggunakan vortex selama 15 menit.Kemudian dipanaskan dengan menggunakan Heating Blok pada suhu 90ºC selama 90 menit.Selesai pemanasan, didinginkan botol sampel hingga suhu ruang selama ± 5-6 jam.Setelah dingin, ditambahkan 1 ml aquadest lalu dihomogenkan menggunakan vortex selama ± 1 menit.Didiamkan beberapa saat sampai terbentuk2 lapisan. Pisahkan lapisan bawah yang mengandung Fatty Acid Methyl Ester ke dalam botol sampel yang lain. Kemudian ditambahkan Na2SO4

sampai tidak larut.Setelah itu disaring dengan menggunakan kertas saring, lalu dipindahkan filtrat ke dalam botol vial dan sampel siap dianalisa GC-MS. (Staf Laboratorium Kimia Dasar dan Kimia Analitik. 2012)

(42)

3.3.4Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-HeksanaBiji Jengkol ( Staf dan Asisten Laboratorium Mikrobiologi, 2016)

3.3.4.1 Sterilisasi Alat

Alat-alat yang digunakan dicuci sampai bersih dan dikeringkan, lalu ditutup rapat dengan kertas perkamen.Kemudian dimasukkan ke dalam autoklaf dan ditutup rapat.Disterilisasi selama 15 menit pada suhu 121°C.

3.3.4.2 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

Sebanyak 11,4 gram serbuk Mueller Hinton Agar dimasukkan dalam Erlenmeyer, lalu dilarutkan dengan 350 ml aquadest dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih. Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

3.3.4.3 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

Sebanyak 9,8 gram Nutrient Agar dimasukkan dalam Erlenmeyer, lalu dilarutkan dalam 350 ml aquadest dan dipanaskan hingga semua larut dan mendidih .Lalu disterilkan di autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit.

3.3.4.4 Pembuatan Media Agar Miring dan Stok Kultur Bakteri

Kedalam tabung reaksi yang steril dimasukkan 3 ml media Nutrient Agar steril, didiamkan pada temperatur kamar sampai memadat pada posisi miring membentuk sudut 30-45o. Biakan bakteri E.coli dari strain utama diambil dengan jarum ose steril lalu diinokulasikan pada permukaan media Nutrient Agar miring dengan cara menggores, kemudian diinkubasi pada suhu 35oC selama 18-24 jam. Hal yang sama juga dilakukan pada biakan bakteri S.aureus.

3.3.4.5 Penyiapan Inokulum Bakteri

Sebanyak 10 ml aquadest dimasukan kedalam tabung reaksi, disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit. Diambil koloni bakteri E.coli dari stok kultur bakteri dengan jarum ose bengkok lalu dimasukkan kedalam aquades steril, Kemudian dihomogenkan dengan vortex, lalu diukur nilai absorbansi blanko berupa aquadest steril dengan panjang gelombang 600 nm. Diukur nilai absorbansi suspensi bakteri dengan panjang gelombang 600 nm. Hal yang sama dilakukan untuk koloni bakteri S.aureus.

(43)

3.3.4.6 Pembuatan Variasi Kosentrasi Ekstran n-Heksana Biji Jengkol

Ekstrak n-heksana dari biji jengkol dibuat dalam berbagai kosentrasi dengan menimbang ekstrak masing-masing sebanyak 50, 150 dan 250 mg, kemudian dilarutkan masing-masing dengan 1 ml DMSO. Konsentrasi ekstrak adalah 50 mg/ml, 150 mg/ml dan 250 mg/ml.

3.3.4.7 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-Heksana

Dimasukkan media Mueller Hinton Agar kedalam cawan petri steril dengan suhu 45-50oC, kemudian dibiarkan sampai media memadat.Diambil Cotton Bud steril, lalu dicelupkan inokulum bakteri, setelah itu digoreskan ke media MHA yang telah memadat.Dimasukkan kertas cakram yang telah disterilkan kedalam media.Dipipet 10µL ekstrak n-heksana dengan berbagai variasi konsentrasi ke atas kertas cakram.Kemudian diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35oC selama 18-24 jam.Selanjutnya diukur diamater zona bening di sekitar kertas cakram dengan jangka sorong.

(44)

3.4 Bagan Penelitian

3.4.1 Pembuatan Ekstrak n-Heksana Biji Jengkol

(45)

3.4.2 Pembuatan Metil Ester Asam Lemak

(Staf Laboratorium Kimia Dasar dan Kimia Analitik. 2012)

(46)

3.4.3 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n-HeksanaBiji Jengkol ( Staf dan Asisten Laboratorium Mikrobiologi, 2016)

3.3.3.1 Pembuatan Media Mueller Hinton Agar (MHA)

3.4.3.2 Pembuatan Media Nutrient Agar (NA)

(47)

3.4.3.3 Pembuatan Media Agar Miring dan Stok Kultur Bakteri

Hal yang sama juga dilakukan pada biakan bakteri S.aureus.

3.4.3.4 Penyiapan Inokulum Bakteri

Dilakukan hal yang sama untuk bakteri S.aureus

(48)

3.4.3.5 Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak n- Heksan Biji Jengkol

(49)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil penelitian

4.1.1 Data Kromatogram GC-MS

Analisa komposisi asam lemak pada sampel ekstrak n-heksana biji jengkol dilakukan dengan menggunakan metode GC-MS. Dimana kromatogram hasil analisis sampel ekstrak n-heksana biji jengkol (Gambar 4.1) memperlihatkan 5 peak yang terdeteksi. Namun, hanya 4 peak yang kelimpahannya cukup tinggi dan rumus senyawa sampel sesuai dengan spectrum standart yang akan difragmentasi yaitu puncak dengan waktu retensi 26.761; 30.519; 30.654; dan 31.365.

Gambar 4.1 Kromatogram Sampel Minyak Biji Jengkol

Berdasarkan perbandingan antara spektrum MS unknown dengan data librarydapat disimpulkan senyawa dari masing-masing komponen seperti yang tertera pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Komposisi asam lemak yang terdapat dalam ekstrak n-heksana biji jengkol No.

Peak

Waktu Retensi

Nama Rumus

Molekul

Area % 1 26.501 Metil Ester Asam Margarik C17H34O2 1.10 2 26.761 Metil Ester Asam Palmitat C17H34O2 2.64 3 30.519 Metil Asam Ester

Linolelaidat

C19H34O2 10.02 4 30.654 Meti Ester Asam Oleat C19H36O2 74.23 5 31.365 Metil Ester Asam Stearat C19H38O2 12.01

(50)

4.1.2 Hasil Uji Aktivitas Antibakteri pada Ekstrak n-HeksanaBiji Jengkol Uji aktivitas antibakteri ekstrak n-heksana biji jengkol menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan beberapa bakteri yaitu E.coli danS.aureus.Hal ini dapat dilihat dari hasil pengukuran diameter zona bening yang terbentuk, yaitu berupa wilayah bening disekeliling kertas cakram yang mengandung ekstrak n-heksana biji jengkol yang dapat dilihat pada gambar dibawah ini.:

(a) (b)

Gambar 4.2 Zona hambat bakteri dengan ekstrak n-heksana pada: (a) E.coli ,(b) S.aureus

Tabel 4.1 Diameter zona bening ekstrakn-heksana terhadap bakteri E. coli dan S. aureus.

Perlakuan

Diameter Zona Hambat (mm) Ekstrak n-Heksana

E. coli S. aureus

Kontrol Negatif 0,00 0,00

Kontrol Positif 25 19

Konsentrasi 50 mg/ml 8 10

Konsentrasi 150 mg/ml 9 11

Konsentrasi 250 mg/ml 10 11,5

Keterangan : - Kontrol negatif digunakan kertas cakram direndam dengan DMSO.

- Kontrol positif digunakan antibiotik kloramphenicol 30 mg.

Pada Tabel 4.1, menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana biji jengkol memiliki daya hambat pertumbuhan bakteri, dimana semakin tinggi konsentrasi

(51)

ekstrak n-heksana maka daya hambat semakin besar. Dapat dilihat juga diameter zona hambat, dimana ekstrak n-heksanalebih kuat menghambat pertumbuhan bakteriS.aureus dibandingkan dengan bakteriE. coli.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Analisa Data Spektrum GC-MS Ekstrak n-Heksana Biji Jengkol 4.2.1.1 Komposisi Asam Lemak

Komposisi asam lemak penyusun trigliserida sangat berpengaruh pada sifat fisik dan kimia dari minyak. Metode analisa yang digunakan adalah kromatografi gas-spektrometri massa. Dalam analisa ini trigliserida terlebih dahulu diubah menjadi metil ester asam lemak melalui reaksi metanolisis dengan menggunakan katalis H2SO4.Adapun reaksi yang berlangsung adalah seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Reaksi Pembentukan Metil Ester Asam Lemak 4.2.1.2 Analisa Data Spektrum GC-MS

Untuk menentukan komposisi asam lemak yang terdapat pada ekstrakn- heksana maka hasil spectrum massa dari masing-masing puncak unknowdibandingkan dengan spektrum massa senyawa yang ada pada daftar library GC-MS.

Dari 5 jenis senyawa yang terdeteksi dilakukan frakmentasi terhadap 4 jenis senyawa yang massa rumus senyawa sampe sesuai dengan spektrum standard.

(52)

1. Puncak (peak) dengan waktu retensi 26,758

Spekrum ini merupakan senyawa dengan rumus molekul C17H34O2

Data spectrum massa menunjukkan puncak ion m/e = 270, 227, 171, 143, 129, 101.

dan 74 Dengan membandingkan data spektrum unknown dengan spektrum massa yang diperoleh dengan data spektrum pada library, yang lebih mendeteksi adalah Metil Ester Asam Palmitat.

(a)

(b)

Gambar 4.4. Spektrum Metil Ester Asam Palmitat dengan waktu retensi 26,758 Keterangan: (a) Sampel (b) Standard library

(53)

Gambar 4.5Pola Fragmentasi Metil Ester Asam Palmitat

Gambar

Gambar bakteri Staphylococcus aureus dapat dilihat pada gambar 2.1 dibawah ini:
Tabel 2.3 Perbedaan bakteri gram positif dan gram negatif
Tabel 4.1 Komposisi asam lemak yang terdapat dalam ekstrak n-heksana biji jengkol  No
Gambar 4.2 Zona hambat bakteri dengan ekstrak n-heksana  pada: (a) E.coli ,(b) S.aureus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, musik dapat mempengaruhi emosi dan emosi yang merupakan hasil dari pengaruh musik tersebut dapat mempengaruhi kognisi.. Ketika beberapa stimulus muncul

Di Barat, mereka melihat kelompok Islam garis keras sebagai standar dalam melihat Islam, tidak tahu bahwa masih ada komunitas muslim yang lebih besar (di

Melalui pendekatan Biologi Molekuler dan Imunologi, maka pengembangan perangkat diagnostik yang sensitif dan spesifik terhadap penyakit parasit dapat dilakukan, hal

From Table 2, it can be concluded that there is a significant difference of students’ creative thinking skill in learning nutrition between groups that was taught using

Danandjaja yang membagi folklor sebagian lisan itu dari genre adat istiadat. dengan landasan teori yang kuat, niscaya sebagai segala macam

Sedangkan berdasarkan hasil one-to-one evaluation dan small group dapat disimpulkan bahwa bahan ajar yang dikembangkan pada materi volume kubus dan balok

Zaat adalah judul senandung yang ketujuh yang dibawakan dalam kesenian bordah. Adapun syair yang terkandung dilama Zaat adalah:. 1) Zaatlidaqwa tihilasyjaa

Sedangkan untuk hasil observasi itu diambil selama proses pembelajaran menggunakan metode problem posing dengan mengisi lembar observasi.Hasil penelitian pada