• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH ANGKA HARAPAN HIDUP, RATA-RATA LAMA SEKOLAH, PENGELUARAN RIIL PER KAPITA DAN TINGKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH ANGKA HARAPAN HIDUP, RATA-RATA LAMA SEKOLAH, PENGELUARAN RIIL PER KAPITA DAN TINGKAT"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH ANGKA HARAPAN HIDUP, RATA-RATA LAMA SEKOLAH, PENGELUARAN RIIL PER KAPITA DAN TINGKAT

.PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA TAHUN 2012-2017

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Nama :Aulia Niken Sintiara Devi Nomor Mahasiswa :143150054

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Jurusan : Ilmu Ekonomi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA 2019

(2)

ii

ANALISIS PENGARUH ANGKA HARAPAN HIDUP, RATA-RATA LAMA SEKOLAH, PENGELUARAN RIIL PER KAPITA DAN TINGKAT

PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA

YOGYAKARTA TAHUN 2012-2017

SKRIPSI

Disusun Oleh :

Nama : Aulia Niken Sintiara Devi Nomor Mahasiswa : 143150054

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Jurusan : Ilmu Ekonomi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA 2019

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

Allah heard you. Just patient”

- Abaya Girl -

“Wahai orang-orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Sungguh. Allah bersama orang-orang yang sabar. “

- Al Baqarah : 11 -

“Jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah. Tetap Tawakal”

- Muhammad Fajar Nugraha Sugiarto -

(7)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan ini saya persembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang selalu ada di sekeliling saya, selama ini selalu memberkan dukungan bagi kelancaran skripsi saya:

1. Terimakasih yang tak terhingga untuk Tuhan Yang Maha Esa, atas segala anugerah yang telah dilimpahkan kepada keluarga saya, serta junjungan nabi besar Muhammad SAW atas segala duritauladannya.

2. Kedua orang tua saya tercinta, Ibu Sriatun dan Bapak Joni Saras yang selalu mendoakan, memberikan yang terbaik disetiap langkah saya, dan selalu sabar. Terimakasih sudah tidak menyerah selama ini dan senantiasa mendukung, menyemangati dan mengasihi anakmu ini.

3. Seluruh keluarga besar saya, terimakasih atas segala doa-doa yang telah dipanjatkan untuk saya.

4. Kedua keponakanku Caca dan Humaira yang sangat saya sayangi yang memotivasi saya untuk segera menyelesaikan pendidikan di kota rantau ini, agar dapat segera berkumpul dengan keluarga kembali.

5. Dosen Pembimbing I Bapak Prof. DR. Didit Welly Udjianto,MS.i dan Dosen Pembimbing II Bapak DRS. Purwiyanta, MS.i, terimakasih telah memberikan bimbingan serta motivasi, saran dan revisi dalam penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.

6. Kepada adik kandung saya Muhammad Wildan Ainun Ni’am, dan kakak kandung saya Devi Rahmawati, yang selalu ada dan mengasihi dikala susah maupun senang.

7. Kepada Muhammad Fajar Nugraha Sugiarto, terimakasih atas segala dukungan, perhatian dan kesetiaannya dalam mendampingi saya selama ini.

8. Kepada sahabat saya Destiana Kasih Baniswari, yang selalu menolong saya dikala saya susah sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar.

(8)

viii

9. Kepada sahabat – sahabat saya, Dyan Yulinda Sari, Norma Chintia, Amalia Dwi Septiani, Suci Jayanti, Berty Belindha yang telah menemani hari-hari saya dan memberikan semangat dan kenangan yang sangat berarti untuk saya.

10. Kepada Abdul Razak, Chalwani, Prabowo Adi, Muhammad Zulfikar, Arwin Rivaldhi dan yang lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah meluangkan waktunya untuk membantu saya dalam menyelesaikan skripsi.

11. Kepada teman-teman grub Lambe Vanturah Santika, Novian, Tsurayya, Mustaufidah, dan Saidatul yang selalu memberikan keceriaan dan selalu memberikan dukungan.

12. Rasa sayangku untuk seluruh keluarga besar Ekonomi Pembangunan angkatan 2015, yang mengajariku banyak hal dari berfaedah sampai unfaedah, pokonya terimakasih dan harus lebih kompak lagi.

13. Dan kepada teman-teman, kolega, dan relasi yang tida kbisa di sebutkan satu persatu yang sudah ikut dalam hidup saya serta membantu dalam penyusunan skripsi ini. Terimakasih.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puja dan Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, nikmat, anugerah dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PENGARUH ANGKA HARAPAN HIDUP, RATA-RATA LAMA SEKOLAH, PENGELUARAN RIIL PER KAPITA DAN TINGKAT.PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP TINGKAT.KEMISKINAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2012-2017”.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. Didit Welly Udjianto,MS.i selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan motivasi, pengarahan, saran, dan koreksi dengantelaten dan sabardalam penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

2. Bapak DRS. Purwiyanta, MS.i selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan motivasi, pengarahan, saran, dan koreksi dalam penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

3. Ibu Sri Suharsih, SE, M.Si dan Ibu Rini Dwi Astuti, SE, M.Si yang selalu membantu saya dan memberikan saya arahan ketika saya kesulitan.

4. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar Akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis khusunya Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Yogyakarta.

5. Orang Tua, dan orang-orang yang saya kasihi beserta seluruh keluarga besar yang senantiasa memberikan semangat dan doanya kepada saya.

Semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dorongan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu di sini. Semoga semua bantuan yang telah diberikan

(10)

x

menjadi amal di sisi Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat dalam menunjang perkembangan ilmu penegetahuan dan bermanfaat bagi yang membaca. Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini saya ucapkan terimakasih.

Wa’alaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta, Februari 2019

Aulia Niken Sintiara Devi 143150054

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GRAFIK ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

INTISARI ... xviii

ABSTRACT………..xix

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.5 Keaslian Penelitian ... 10

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 12

2.1 Landasan Teori ... 13

2.1.1 Kemiskinan ... 13

2.1.2 Pengaruh Angka Harapan Hidup terhadap Tingkat Kemiskinan ... 16

2.1.3 Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Tingkat Kemiskinan ... 17

(12)

xii

2.1.4 Pengaruh Pengeluaran Per Kapita terhadap

Tingkat Kemiskinan ... 18

2.1.5 Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan……… .. .19

2.2 Penelitian Terdahulu………19

2.3 Kerangka Pemikiran ... .21

2.4 Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III. METODE PENELITAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Data dan Sumber Data ... 23

3.3 Alat Analisis ... 23

3.3.1 Regresi Data Panel……… ... 23

a. Model Pooled Least Square (Common Effect)……….. 24

b. Model Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)……… 24

c. Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect)………. 25

3.3.2 Pemilihan Model……….... 25

a. F Test (Chow Test)………. 26

b. Hausman Test……… 26

c. Langrangge Multiplier (LM) Test………. 26

3.3.3 Pengujian Statistik Analisis Regresi……….. 26

a. Koefisien Determinasi (R-Squared)………... 27

b. Uji F-Statistik………. 27

c. Uji t-Statisik (Uji Parsial)………... 27

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

1. Tingkat Kemiskinan (Y)……… 28

2. Angka Harapan Hidup (X1)………... 28

3. Rata-rata Lama Sekolah (X2)……… 28

4. Pengeluaran Riil Per Kapita (X3)………....28

5. Tingkat Pengangguran Terbuka (X4)……… 29

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian ... 30

(13)

xiii

4.1.1 Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I. Yogyakarta

2012-2017 ... 30

4.1.2 Angka Harapan Hidup di ProvinsiD.I. Yogyakarta ... 31

4.1.3 Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi D.I. Yogyakarta ... 32

4.1.4 Pengeluaran Riil Per Kapita di Provinsi D.I. Yogyakarta ... 33

4.1.5 Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi D.I. Yogyakarta 33 4.2 Analisis Data ... 34

4.2.1 Penentuan Model Regresi Panel………. 34

a. Uji Chow……….. 34

b. Uji Hausman………. 35

4.2.2 Hasil Regresi Data Panel……… ... 36

4.2.3 Uji Signifikansi secara Parsial (Uji t)………... .. 36

a. Pengaruh Angka Harapan Hidup terhadap Tingkat Kemiskinan………... 37

b. Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Tingkat Kemiskinan………... 37

c. Pengaruh Pengeluaran Riil Per Kapita terhadap Tingkat Kemiskinan………... 37

d. Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan………... 37

4.2.4 Uji Signifikansi secara Simultan (Uji F)……….. .. 38

4.2.5 Koefisien Determinasi……….. .. 38

4.2.6 Intersep Kabupaten/Kota di DI Yogyakarta………38

4.3 Pembahasan ... 39

4.3.1 Pengaruh Angka Harapan Hidup terhadap Kemiskinan……. 39

4.3.2 Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Kemiskinan… .. 40

4.3.3 Pengaruh Pengeluaran Rill Per Kapita terhadap Kemiskinan. ... 42

4.3.4 Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Kemiskinan ... 44

4.3.5 Pembahasan Keseluruhan ... 45

(14)

xiv

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48

LAMPIRAN………... . 50

Lampiran 1: Data Skripsi ... 51

Lampiran 2: Perhitungan Pengeluaran Riil Per Kapita dalam Persen... 52

Lampiran 3: Hasil Regresi ... 53

1.Model Common Effect………. 53

2.Model Fixed Effect………...54

2. Model Random Effect……….. 55

Lampiran 4: Uji Pemilihan Model………...56

1.Chow Test ... 56

2.Hausman Test ... 57

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.4 Keaslian Penelitian ………... 10

Tabel 4.1 Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2012-2017……… 31

Tabel 4.2 Angka Harapan Hidup di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2012-2017……… 32

Tabel 4.3 Rata-rata Lama Sekolah di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2012-2017……… 33

Tabel 4.4 Pengeluaran Riil Per Kapita di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2012-2017……… 34

Tabel 4.5 Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2012-2017……… 35

Tabel 4.6 Redundant Fixed Effects Test………... 36

Tabel 4.7 Uji Hausman………. 37

Tabel 4.8 Hasil Regresi Berganda Data Panel……….. 37

Tabel 4.9 Nilai Intersep Masing-masing Kabupaten/Kota……… 40

(16)

xvi

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2012-2017 ... 2 Grafik 1.2 Angka Harapan Hidup Provinsi D.I Yogyakarta Tahun

2012-2017... 4 Grafik 1.3 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi D.I Yogyakarta Tahun

2012-2017... 5 Grafik 1.4 Pengeluaran Rill Per Kapita Disesuaikan Provinsi D.I Yogyakarta

Tahun 2012-2017……… 6 Grafik 1.5 Pengeluaran Rill Per Kapita Disesuaikan Provinsi D.I Yogyakarta

Tahun 2012-2017... 8

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Paradigma – Lingkaran Kemiskinan ...14 Gambar 2.2 Paradigma Baru Kemiskinan ...15 Gambar 2.3 Model Kerangka Pemikiran Pengaruh Angka Harapan Hidup,

Rata-rata Lama Sekolah, Pengeluaran Riil Per Kapita dan Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Tingkat

Kemiskinan...21

(18)

xviii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Angka Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, Pengeluaran Rill Per Kapita dan Tingkat Pengangguran Terbuka Terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2017. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan regresi bergandaanalisis data panel dimana analisis panel data merupakan gabungan data time series dari tahun 2012-2017 dan data cross section Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh Pengaruh Angka Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, Pengeluaran Rill Per Kapita berpengaruh negatif terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2017. Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh positif terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012-2017.

Kata Kunci: Tingkat Kemiskinan, Angka Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, Pengeluaran Rill Per Kapita, Tingkat Pengangguran Terbuka

(19)

xix ABSTRACT

This research is aimed to analyze the influence of life expectancy, mean years school, per capita expenditure and unemployment rate to poverty rate of province of Yogyakarta in 2012-2017. This research is also a quantitave research.

The data which was served on the research is a secondary data. The analytical methode that was used through the research is a multiple regression with panel data analysis where it was a combination between time series data from year 2012-2017 and cross section data from all districs of province of Yogyakarta. Based on the result of the estimations obtained the life expectancy, mean years school and per capita expenditure have a negative effect towards poverty rate of province of Yogyakarat in 2012-2017. While the unemployment rate has a positive effect against poverty rate of province of Yogyakarta in the period of 2012-2017.

Keywords : poverty rate, life expectancy, mean years school, per capita expenditure, unemployment rate

(20)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tujuan pembangunan nasional Negara Indonesia salah satunya sebagaimana diamanatkan dalam alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum. Namun negara-negara sedang berkembang di dunia termasuk Indonesia dihadapkan pada suatu permasalahan yaitu Tingkat Kemiskinan. Tingkat Kemiskinan merupakan persoalan yang penuh kontroversial. Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk memenuhi standar hidup minimum (Kuncoro, 1997). Kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi tersebut meliputi pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan.

Berbagai kegiatan pembangunan nasional dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan umum. Salah satunya dengan mengarahkan berbagai kegiatan pembangunan ke daerah-daerah, khususnya pembangunan pada daerah yang relatif memiliki penduduk dengan tingkat kesejahteraan yang rendah.

Pembangunan sendiri dilakukan secara terpadu dan berkesinambungan sesuai prioritas dan kebutuhan masing-masing daerah dengan akar dan sasaran yang telah ditetapkan melalui program pembangunan jangka pendek dan jangka panjang nasional. Salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan nasional adalah laju penurunan jumlah penduduk miskin.

Diketahui bahwa telah terjadi penurunan kemiskinan nasional secara perlahan dan konsisten. Akan tetapi pemerintah Indonesia menggunakan persyaratan yang tidak ketat mengenai definisi garis kemiskinan, sehingga yang tampak adalah gambaran yang lebih positif dari kenyataannya. Tahun 2016 pemerintah Indonesia mendefinisikan garis kemiskinan dengan pendapatan per bulannya (per kapita) sebanyak Rp. 354,386 (atau sekitar USD $25) yang dengan demikian berarti standar hidup yang sangat rendah, juga buat pengertian orang Indonesia sendiri.

(21)

2

Jika kita menggunakan nilai garis kemiskinan yang digunakan Bank Dunia, yang mengklasifikasikan persentase penduduk Indonesia yang hidup dengan penghasilan kurang dari USD $1.25 per hari sebagai mereka yang hidup di bawah garis kemiskinan (dengan kata lain miskin), maka perhitungan kemiskinan dengan cara di atas akan terlihat tidak akurat karena nilainya seperti dinaikkan beberapa persen. Lebih lanjut lagi, menurut Bank Dunia, kalau kita menghitung angka penduduk Indonesia yang hidup dengan penghasilan kurang dari USD $2 per hari angkanya akan meningkat lebih tajam lagi. Ini menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia hidup hampir di bawah garis kemiskinan.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) D.I Yogyakarta. Data diolah.

Grafik 1.1 Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I. Yogyakarta Tahun 2012-2017

Salah satu daerah dengan jumlah penduduk miskin terbanyak berada di Provinsi D.I Yogyakarta. Berdasarkan data diatas menunjukan bahwa Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I. Yogyakarta mengalami penurunan selama lima tahun berturut-turut. Pada tahun 2012 sempat dititik tertimggi yaitu sebesar 15.88%.

Pada tahun 2017 merupakan tingkat kemiskinan di D.I. Yogyakarta paling terendah yaitu sebesar 13.02%. Walaupun sempat mengalami penurunan namun angka kemiskinan tersebut masih yang tertinggi se-Pulau Jawa. Mengutip pernyataan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Sri Adiningsih

(22)

3

(Rai, 2016), kemiskinan di D.I. Yogyakarta memang masih yang tertinggi di Pulau Jawa. Persentasenya masih di atas lima provinsi lainnya, yakni DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Dengan angka kemiskinan di tahun 2015 sebesar 14.91%, atau lebih tinggi dari nilai rata-rata kemiskinan nasional di tahun yang sama sebesar 11.13%, tingkat kemiskinan Provinsi D.I.

Yogyakarta merupakan yang tertinggi di Pulau Jawa.

Melihat kepada angka kemiskinan yang dikutip dari BPS (Rai, 2016), kemudian dibandingkan dengan enam provinsi lain di Pulau Jawa, tiga di antaranya memiliki angka kemiskinan di atas rata-rata nasional, yakni DIY 13.34%, Jawa Tengah (13.15%) dan Jawa Timur (12%). Sedangkan, tiga provinsi lain tingkat kemiskinannya di bawah rata-rata nasional, yakni Jawa Barat (9.50%), Banten (7%), dan DKI Jakarta (3.5%). Provinsi D.I. Yogyakarta masih kalah dari Provinsi Jawa Tengah, yang merupakan provinsi terdekat/bertetangga dengan Provinsi D.I. Yogyakarta.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kemiskinan di suatu daerah tentu bermacam-macam.Pengentasan kemiskinan tidaklah luput dari upaya pembangunan manusia. Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki oleh manusia. Diantara banyak pilihan tersebut, pilihan yang terpenting adalah untuk berumur panjang dan sehat, untuk berilmu pengetahuan, dan untuk mempunyai akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar dapat hidup secara layak (BPS, 2018). Pembangunan manusia merupakan salah satu indikator terciptanya pembangunan yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi sehingga terbebas dari kemiskinan. Tingkat pembangunan manusia yang sangat tinggi sangat menentukan kemampuan penduduk dalam menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi. Kualitas hidup manusia yang semakin baik akan menjadi penunjang faktor berkurangnya penduduk miskin.

Tingkat Kemiskinan disuatu daerah dipengaruhi oleh tingkat kesehatan masyarakatnya. Angka Harapan Hidup saat lahir adalah rata-rata tahun hidup yang akan dialami oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam

(23)

4

meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan progam pembangunan kesehatan dan progam social lainnya termasuk progam pemberantasan kemiskinan.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) D.I Yogyakarta. Data diolah Grafik 1.2 Angka Harapan Hidup Provinsi D.I Yogyakarta

Tahun 2012-2017

Melihat kepada Angka Harapan Hidup Provinsi D.I. Yogyakarta, tren yang terjadi adalah kenaikan dimana pada tahun 2012 sebesar 73.27 tahun, lalu pada tahun 2015 yaitu 74.68 tahun dan pada tahun 2017 yaitu 74.74 tahun. Berdasarkan perolehan tersebut Angka Harapan Hidup mengalami kenaikan namun tidak terlalu signifikan, menunjukkan bahwa pembangunan kualitas hidup manusia di Provinsi D.I Yogyakarta dalam posisi tetap dari segi kesehatan.

Dikemukakan oleh Todaro dan Smith (2006) bahwa kesehatan merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan adalah hal yang pokok untuk menggapai kehidupan yang memuaskan dan berharga.Pendidikan memainkan peran utama dalam membentuk kemampuan sebuah Negara berkembang untuk menyerap teknologi modern dan untuk mengembangkan kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan yang berkelanjutan kesehatan merupakan prasyarat dari peningkatan produktivitas, sementara keberhasilan pendidikan juga bertumpu

(24)

5

pada kesehatan yang baik. Peran gandanya sebagai input maupun output menyebabkan kesehatan dan pendidikan sangat penting dalam pembangunan ekonomi.

Strategi pembangunan di sebagian besar negara memprioritaskan pada pembangunan modal manusia dengan melakukan perbaikan sistem pendidikan, yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang sehingga produktivitaspun ikut meningkat. Apabila produktivitas meningkat, perusahaan yang mempekerjakan akan memperoleh hasil yang lebih banyak, sehingga perusahaan akan bersedia memberika upah/gaji yag lebih tinggi kepada yang bersangkutan. Pada akhirnya seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) D.I Yogyakarta. Data diolah

Grafik 1.3 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2012-2017

Melihat kepada Rata-rata Lama Sekolah Provinsi D.I. Yogyakarta, tren yang terjadi adalah penurunan dimana pada tahun 2014 sebesar 8.84 tahun dari tahun sebelumnya yaitu 9.33 tahun. Meski begitu Rata-rata Lama Sekolah kembali mengalami kenaikan pada tahun 2014 yaitu 9 tahun dan akhirnya pada tahun 2017 mencapai 9.19 tahun. Walaupun demikian kenaikan Rata-rata Lama

(25)

6

0.03 0.03

0.56 0.56 0.56 0.55

0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60

2012 2013 2014 2015 2016 2017

Pengeluaran Rill Perkapita Disesuaikan (persen)

Tahun

Pengeluaran Rill Per Kapita Disesuaikan

Sekolah dari belum bisa mencapai angka tertinggi pada 2013 yakni sebesar 9.33 tahun, yang menunjukkan bahwa pembangunan kualitas hidup manusia di Provinsi D.I Yogyakarta dalam posisi tetap dari segi pendidikan.

Kemiskinan dipengaruhi pula oleh tingkat konsumsi yang dimiliki masyarakat. Dimana setiap daerah mempunya kemampuan daya beli dan kebutuhan yang bermacam-macam untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Hal itu diukur dari pengeluaran rill per kapita dimana masyarakat yang tergolong miskin memiliki pengeluaran lebih sedikit sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan tiap harinya.

Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS) D.I Yogyakarta. Data diolah

Grafik 1.4 Pengeluaran Rill Per Kapita Disesuaikan Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2012-2017

Pengeluaran per kapita yang disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan paritas daya beli (Purcashing Power Parity - PPP). Rata-rata pengeluaran per kapita setahun diperoleh dari Susenas, dihitung dari level provinsi hingga level kab/kota. Rata-rata pengeluaran per kapita dibuat konstan/riil dengan tahun dasar 2012=100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan

(26)

7

sisanya merupakan komoditas nonmakanan. Metode penghitungan paritas daya beli menggunakan Metode Rao (Statistik, 2015).

Dapat dilihat dari grafik pengeluaran rill perkapita diatas, terdapat perbedaan yang cukup jauh antara presentase pengeluaran rill pada tahun 2012 dan 2013 dengan tahun 2014 sampai 2017 disebabkan perubahan metodologi Indeks Pembangunan Manusia yang dimulai dari tahun 2014. Dari grafik tersebut, presentase pengeluaran rill per kapita berada dalam posisi stagnan selama 3 tahun terakhir terhitung 2014-2016 yakni sebesar 0.56% terhadap Produk Domestik Bruto. Kemudian mengalami penurunan pada tahun 2017 sebanyak 0.01%

sehingga pengeluaran per kapita pada tahun tersebut sebesar 0.55% terhadap Produk Domestik Bruto. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi yang dikeluarkan masyarakat cukup besar seiring dengan berjalannya waktu yang dipengaruhi berbagai macam kebutuhan baik sandang, pangan, dan papan. Hal ini juga berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan rakyat dan juga tingkat kemiskinan dimana tolak ukur kemiskinan sangat terkait dengan jumlah pengeluaran dan pendapatan yang dihasilkan oleh masyarakat.

Mengatasi tingkat kemiskinan pun tidak lepas dari usaha untuk mengurangi tingkat pengangguran. Seperti diketahui tingkat kemiskinan juga sangat berkaitan dengan tingkat pengangguran. Semakin banyak penduduk yang miskin semakin banyak pula tingkat pengangguran yang tercatat. Dampak dari tingkat pengangguran terhadap perekonomian yaitu menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimumkan kesejahteraan yang dicapainya, keadan seperti ini berarti tingkat kemakmuran masyarakat yang dicapai lebih rendah dari pada tingkat yang mungkin dicapainya. Tingkat pengangguran juga menyebabkan kehilangan mata pencaharian dan pendapatan. Di negara-negara maju, para penganggur memperoleh tunjangan dari badan asuransi pengangguran, dan oleh sebab itu, mereka masih mempunyai pendapatan untuk melangsungkan kehidupannyadan keluarga. Di negara sedang berkembang tidak terdapat program asuransi pengangguran, untuk itu kehidupan penganggur bergantung pada tabungan masa lalu dan pinjaman dari pihak lain. Keadaan seperti inilah yang menyebabkan kemiskinan di negara berkembang khususnya

(27)

8

Indonesia dan termasuk di dalamnya Provinsi D.I. Yogyakarta semakin meningkat dan menjadi problematika yang harus segera ditanggulangi.

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) D.I Yogyakarta. Data diolah.

Grafik 1.5 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi D.I Yogyakarta Tahun 2012-2017

Mengacu kepada tabel diatas, perkembangan pengangguran yang ditandai oleh tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi D.I Yogyakarta mulai mengalami penurunan pada tahun 2013, yaitu sebesar 3.24% dan tahun 2016 mencapai nilai terendah yaitu 2.72%. Selain dua tahun tersebut tingkat pengangguran terbuka mengalami kenaikan yang mana puncaknya pada tahun tahun 2015 TPT pada posisi tertinggi yaitu 4.07%. Dari rangkaian data tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa TPT di Provinsi D.I. Yogyakarta masih bersifat fluktuatif dan dapat terindikasi mengalami kenaikan pada tahun-tahun setelahnya.

Dengan menganalisa pengaruh hubungan antara Angka Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, Pengeluaran Rill Per Kapita dan Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2012-2017 diharapkan mampu mencari akar permasalahan dan solusi dari problem kemiskinan yang ada di Provinsi D.I Yogyakarta.

(28)

9 1.2 Rumusan Masalah

Atas dasar permasalahan diatas maka persoalan penelitian yang ingin dipecahkan dalam skripsi ini adalah :

a. Bagaimana pengaruh Angka Harapan Hidup terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2012-2017?

b. Bagaimana pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2012-2017?

c. Bagaimana pengaruh Pengeluaran Riil Per Kapita terhadap kemiskinan di Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2012-2017?

d. Bagaimana pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2012-2017?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk:

a. Menganalisis pengaruh Angka Harapana Hidup terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2012-2017.

b. Menganalisis pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2012-2017.

c. Menganalisis pengaruh Pengeluaran Riil Per Kapita terhadap kemiskinan di Provinsi D.I Yogyakarta pada tahun 2012-2017.

d. Menganalisis Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2012-2017.

1.4 Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini merupakan salah satu karya tulis ilmiah yaitu salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana. Penelitian ini juga memberikan manfaat bagi penulis dengan menambah wawasan tentang pengaruh dari Angka Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, Pengeluaran Riil Per Kapita dan Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I Yogyakarta.

(29)

10

b. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan dalam melakukan penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

c. Penelitian ini diharapkan menjadi dukungan bagi pemerintah terkait pengaruh dari Angka Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, Pengeluaran Riil Per Kapita dan Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat Kemiskinan dalam pengurangan dan pengentasannya.

1.5 Keaslian Penelitian

Keaslian dalam penelitian ini dapat diperlihatkan pada tabel 1.4, adapun keaslian penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1.4 Keaslian Penelitian No Peneliti Variabel Alat

Analisis

Hasil Penelitian 1. Susanti

(2013)

Variabel Dependen : Kemiskinan Variabel Independen:

PDRB,

Pengangguran, dan IPM.

Regresi Linear Data Panel (LSDV)

Berdasarkan hasil penelitian, bahwasanya variabel PDRB, dan pengangguran berpengaruh positif dan signifikan terhadap kemiskinan di provinsi Jawa Barat. Sedangkan variabel IPM berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tingkat kemiskinan di provinsi Jawa Barat.

2. Nugroho (2015)

Variabel Dependen : Kemiskinan Variabel Independen : PDRB, Tingkat Pendidikan, dan

Pengangguran.

Pendekatan deskriptif dengan analisis interaktif (Miles dan Huberman)

Melihat hasil pengamatan data yang telah dilakukan, variabel PDRB dan pendidikan memiliki pengaruh negatif terhadap kemiskinan di kota Yogyakarta. Lalu variable

pengangguran berdampak positif terhadap kemiskinan di kota Yogyakarta.

3. Jamco (2014)

Variabel Dependen : Kemiskinan Variabel Independen : Pertumbuhan Ekonomi, Infrastruktur,

Regresi Linear Berganda (Metode OLS)

Dari penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa variabel pertumbuhan ekonomi dan

infrastruktur mempunyai hubungan negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Maluku Tenggara. Sedangkan

pengangguran mempunyai hubungan yang positif dan

(30)

11 dan

Pengangguran.

signifikan terhadap kemiskinan di kabupaten Maluku Tenggara

Berdasarkan tabel diatas menunjukan bahwa analisis tentang kemiskinan telah beberapa kali dilakukan dengan variabel independen dan analisis yang berbeda. Adapun yang menjadikan pembeda dari pada ketiga penelitian diatas adalah pengembangan variabel independen yang memadukan Angka Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, Pengeluaran Riil Per Kapita, dan Tingkat Pengangguran Terbuka serta penggunaan alat analisis berupa regresi linear data panel time series dimana mengambil waktu penelitian selama enam tahun terakhir dan lokasi penelitian yakni di provinsi D.I. Yogyakarta.

(31)

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kemiskinan

Kemiskinan menurut World Bank didefinisikan sebagai The denial of choice and opportunities most basic for human development to lead a long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, selfesteem and the respect of other. Kemiskinan sering dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut BPS, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran (BPS, 2012).

Dari definisi di atas kemiskinan dapat diartikan sebagai ketidakmampuan untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti pangan, perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan, dan sebagainya. Pada dasarnya definisi kemiskinan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu:

a. Kemiskinan absolut

Kemiskinan yang dikaitkan dengan perkiraan tingkat pendapatan dan kebutuhan yang hanya dibatasi pada kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar minimum yang memungkinkan seseorang untuk hidup secara layak. Dengan demikian kemiskinan diukur dengan membandingkan tingkat pendapatan orang dengan tingkat pendapatan yang dibutuhkan untuk memperoleh kebutuhan dasarnya yakni makanan, pakaian dan perumahan agar dapat menjamin kelangsungan hidupnya.

b. Kemiskinan relatif

Kemiskinan dilihat dari aspek ketimpangan sosial, karena ada orang yang sudah dapat memenuhi kebutuhan dasar minimumnya tetapi masih jauh lebih rendah dibanding masyarakat sekitarnya (lingkungannya). Semakin besar ketimpangan antara tingkat penghidupan golongan atas dan golongan bawah maka akan semakin besar pula jumlah penduduk yang dapat

(32)

14

dikategorikan miskin, sehingga kemiskinan relatif erat hubungannya dengan masalah distribusi pendapatan. (Todaro, 1995) menyatakan bahwa variasi kemiskinan di negara berkembang disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) luasnya negara, (2) perbedaan sejarah, sebagian dijajah oleh negara yang berlainan, (3) perbedaan kekayaan sumber daya alam dan kualitas sumber daya manusianya, (4) relatif pentingnya sektor publik dan swasta, (5) perbedaan struktur industri.

Penyebab kemiskinan bisa datang dari diri sendiri (faktor alamiah), dan dari lingkungan sekitar (faktor non alamiah). Dimensi-dimensi kemiskinan termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air, perumahan yang sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik, dan tingkat pendidikan yang rendah.

Selain itu, dimensi-dimensi kemiskinan saling berkaitan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sehingga kemiskinan juga menjadi sebuah hubungan sebab akibat dan terdapatnya hubungan kausalitas yang membentuk sebuah lingkaran paradigma kemiskinan. Penyebab kemiskinan bermuara pada teori lingkaran setan kemiskinan. Lingkaran paradigma kemiskinan ini menggambarkan bahwa kemiskinan disebabkan karena kemiskinan itu sendiri “ The vicious circle of Poverty”. Adanya keterbelakangan, ketidaksempurnaan pasar, dan kurangnya modal menyebabkan rendahnya produktivitas. Rendahnya produktivitas menyebabkan rendahnya pendapatan yang mereka terima.

Rendahnya pendapatan akan berimplikasi pada rendahnya tabungan dan investasi.

Rendahnya investasi berakibat pada keterbelakangan, dan seterusnya.

Sumber : Ragnar Nurkse (1953) dalam Mudrajat Kuncoro (2000) Gambar 2.1

Paradigma - Lingkaran Kemiskinan

(33)

15

Sedangkan paradigma kemiskinan baru (modern) merupakan gambaran perkembangan pemikiran kemiskinan, dimana definisi kemiskinan bukan hanya dilihat berdasarkan kondisi fisik seseorang.

sumber : Ragnar Nurkse (1953) dalam Mudrajat Kuncoro (2000), Edi Suharto PHD, Sukidjo 2009, WorldBank

Gambar 2.2

Paradigma Baru Kemiskinan Beberapa contoh paradigma kemiskinan baru :

a. Keamanan, tenaga kerja akan bekerja secara produktif apabila lingkungan pekerjaannya aman (tidak terjadi perang atau kerusuhan) sehingga memungkinkan seseorang memenuhi kebutuhan hidupnya.

b. Kebijakan, kebijakan yang diambil oleh pemerintah mempengaruhi kemiskinan yang ada, apabila kebijakannya tidak sesuai dengan kondisi lingkungan akan mengakibatkan ketidak tepat sasaran target yang diinginkan.

c. Kebebasan, tenaga kerja yang diberikan kebebasan dalam bekerja dan memilih pekerjaannya, akan lebih produktif dan lebih memungkinkan adanya inovasi dibandingkan dengan yang bekerja dalam tekanan.

d. Sumber Daya, daerah yang tidak memiliki sumber daya yang mencukupi akan tertinggal dengan daerah lain, karena tidak mampunya bersaing.

e. Aksesbilitas, penduduk yang tidak memiliki atau jauhnya akses untuk menuju tempat dimana terdapat barang kebutuhan hidup, infrastruktur

(34)

16

sosial, dan informasi akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

f. Politik, daerah dengan kondisi politik yang tidak baik, dapat menimbulkan ketidaknyamanan dengan adanya kekacauan dan terbentuknya berbagai macam kubu.

g. Ketimpangan, penduduk masyarakat dengan ketimpangan yang tinggi dimana tidak terjadi pemerataan akan menimbulkan kemiskinan relatif.

h. Sosial, kondisi lingkungan sosial dalam masyarakat juga mempengaruhi kemiskinan yang ada dalam masyarakat, apabila kondisi masyarakatnya buruk (penduduk peminum, penjudi, dll) akan mengakibatkan buruknya kondisi sosial yang pasti akan menimbulkan permsalahan kemiskinan.

2.1.2 Pengaruh Angka Harapan Hidup terhadap Tingkat Kemiskinan

Kesehatan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kemiskinan.

Beberapa alasan meningkatnya beban penyakit pada penduduk miskin adalah:

pertama, penduduk miskin lebih rentan terhadap penyakit karena terbatasnya akses terhadap air bersih dan senitasi serta kecukupan gizi. Kedua, penduduk miskin cenderung enggan mencari pengobatan walaupun sangat membutuhkan karena kesenjangan yang besar dengan petugas kesehatan, terbatasnya sumber daya untuk memenuhi kebutuhan dasar dan terbatasnya pengetahuan untuk menghadapi serangan penyakit.

Konsekuensi ekonomi jika terjadi serangan penyakit pada anggota keluarga merupakan bencana jika biaya penyembuhannya mengharuskan menjual asset yang mereka miliki atau berhutang. Hal ini akan menyebabkan keluarga jatuh dalam kemiskinan dan jika bias keluar dari hal ini akan menggangu tingkat kesejahteraan seluruh anggota keluarga bahkan generasi berikutnya. Penyakit dapat memelaratkan keluarga melalui menurunya pendapatan, menurunnya angka harapan hidup, dan menurunnya kesejahteraan psikologis. Hal ini sependapat dengan penelitian Bimo Rizki dan Samsubar Saleh (2007) konsep pembangunan manusia juga merupakan konsep ekonomi, karena salah satu strategi dalam

(35)

17

pembangunan ekonomi adalah peningkatan mutu modal manusia melalui kesehatan, pendidikan, dan rasa aman.

2.1.3 Pengaruh Rata-rata Lama Sekolah terhadap Tingkat Kemiskinan Rata-rata lama sekolah mengindikasikan makin tingginya pendidikan yang dicapai oleh masyarakat suatu daerah. Semakin tinggi rata-rata lama sekolah berarti semakin tinggi jenjang pendidikan yang dijalani. Asumsi yang berlaku secara umum bahwa semkain tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi pula kualitas seseorang, baik pola pikir maupun pola tindakannya (Tobing, dalam Hastarini 2005). Rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk berusia lima belas tahun keatas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Batas maksimum untuk rata- rata lama sekolah adalah lima belas tahun dan batas minimum sebesar nol tahun (standar UNDP). Batas maksimum lima belas tahun mengindikasikan tingkat pendidikan maksimum yang ditargetkan adalah setara Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pendidikan (formal dan non formal) biasanya berperan penting dalam mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang, baik secara tidak langsung melalui pelatihan golongan miskin dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka (Lincolin, 1999). Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka pengetahuan dan keahlian juga akan meningkat sehingga akan mendorong peningkatan produktivitas seseorang. Semakin tinggi kemampuan seseorang dalam meningkatkan produktivitas, maka perusahaan akan bersedia memberikan upah/gaji yang lebih tinggi kepada yang bersangkutan. Sehingga seseorang yang memiliki produktivitas yang tinggi akan memperoleh kesejahteraan yang lebih baik, yang dapat diperlihatkan melalui peningkatan pendapatan maupun konsumsinya.

(36)

18

2.1.4 Pengaruh Pengeluaran Per Kapita terhadap Tingkat Kemiskinan

Standar hidup layak menjadi salah satu dimensi yang dilihat dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), di samping pengetahuan, serta dimensi umur panjang dan hidup sehat. Dimensi standar hidup layak direpresentasikan oleh pengeluaran per kapita disesuaikan. Menurut BPS sendiri yang dimaksud dengan Pengeluaran per kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Dengan begitu akan terdapat kesimpulan dimana pengeluaran yang dikeluarkan merupakan salah satu standar layak hidup dan dapat mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.

Pengeluaran rumah tangga dibedakan menurut kelompok makanan dan bukan makanan. Perubahan pendapatan seseorang akan berpengaruh pada pergeseran pola pengeluaran. Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pengeluaran bukan makanan. Dengan demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan.

Dengan demikian, masyarakat yang tergolong miskin dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang memiliki pengeluaran rill perkapita dibawah rata-rata pengeluaran rill pada umunya. Tentunya berbagai faktor seperti rendahnya pendapatan atau naik haraga-harga barang pokok sangat berperan sehingga pengeluaran yang dikeluarkan bersifat dinamis. Maka dari itu pengeluaran rill per kapita memiliki pengaruh dan kaitan dengan tingkat kemiskinan ditinjau dari pengeluaran dan konsumsi masyarakat. Sehingga jika semakin tinggi pengeluaran yang dikeluarkan masyarakat maka tingkat kesejahteraan bertambah dan mengurangi kemiskinan.

(37)

19

2.1.5 Pengaruh Tingkat Pengangguran Terbuka terhadap Tingkat ...Kemiskinan

Menurut Sadono Sukirno, pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkan (Sukirno, 2004). Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan pengangguran adalah seseorang yang sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya.

Salah satu jenis pengangguran menurut Sadono Sukirno (Sukirno, 2004) berdasarkan cirinya yaitu Tingkat Pengangguran Terbuka. Pengangguran ini tercipta sebagai akibat dari pertumbuhan kesempatan kerja yangtidak sejalan dengan pertumbuhan tenaga kerja, akibatnya banyak tenaga kerjayang tidak memperoleh pekerjaan. BPS mendefinisikan pengangguran terbuka adalah penduduk yang telah masuk dalam angkatan kerja tetapi tidak memiliki pekerjaan dan sedang mencari pekerjaan, mempersiapkan usaha, serta sudah memiliki pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

Hubungan antara pengangguran dengan tingkat kemiskinan juga didukung oleh teori lingkaran setan kemiskinan Nurkse yang menggambarkan rendahnya produktivitas sebagai salah satu penyebab kemiskinan. Pengangguran bisa diartikan sebagai rendahnya produktivitas seseorang. Hal itu dikarenakan penganggur tidak melakukan pekerjaan apapun untuk menghasilkan upah yang nantinya digunakan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Semakin banyak pengangguran maka akan menyebabkan tingkat kemiskinan terus bertambah.

2.2. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian tentang kemiskinan di berbagai lokasi dan waktu telah dilakukan oleh sejumlah peneliti, antara lain penelitian yang dilakukan oleh Sussy Susanti pada tahun 2013 dengan judul “Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto, Pengangguran dan Indeks Pembangunan Manusia terhadap Kemiskinan di

(38)

20

Jawa Barat dengan Menggunakan Analisis Data Panel". Penelitian tersebut menganalisis tentang pengaruh PDRB, pengangguran dan IPM terhadap kemiskinan di 26 kota/kabupaten di Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu tiga tahun. Adapun model yang digunakan adalah regresi linear data panel LSDV.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, kenaikan kemiskinan di Jawa Barat dipengaruhi oleh kenaikan PDRB dan pengangguran, sedangkan IPM berperan dalam mengurangi angka kemiskinan di Provinsi Jawa Barat. Ini berbanding terbalik dengan hipotesis awal dimana PDRB diyakini memiliki hubungan negative terhadap kemiskinan. Adapun salah satu hal yang harus dilakukan pemerintah yakni memastikan pemerataan PDRB hingga sampai kepada pengentasan kemiskinan.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Priyo Adi Nugroho (Nugroho) dengan judul "Pengaruh PDRB, tingkat pendidikan, dan pengangguran Terhadap kemiskinan di kota Yogyakarta Tahun 1999-2013" dimana penelitian ini berfokus kepada pengaruh PDR, tingkat pendidikan dan pengangguran terhadap kemiskinan di kota Yogyakarta dari tahun 1999-2013. Adapun metode penelitian yang digunakan ialah metode penelitian deskriptif melalui pendekatan-pendekatan dan analisis interaktif.

Yang terakhir yaitu penelitian yang dilakukan oleh Muhamad Taher Jamco (Jamco, 2014 ) yang berjudul "Pengaruh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, Pengangguran terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten Maluku Tenggara".

Tulisan tersebut menganalisis tentang kaitan pertumbuhan ekonomi, infrastruktur, dan pengangguran terhadap kemiskinan yang ada di kabupaten Maluku Tenggara.

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode analisis deskriptif dan kuantitatif dengan alat analisis regresi berganda. Hasil analisis tersebut dapat kita ambil keterangan bahwasanya tingkat pengangguran memiliki peran dalam meningkatkan kemiskinan di kabupaten Maluku Tenggara. Adapun pertumbuhan ekonomi, walaupun tidak signifikan dan infrastruktur mempunyai peran dan upaya dalam mengentaskan kemiskinan yang ada di kabupaten Maluku Tenggara.

(39)

21

2.3 Kerangka Pemikiran

Meski telah diadakan banyak pembangunan, namun Tingkat Kemiskinan masih menjadi salah satu masalah yang di hadapi di Provinsi D.I. Yogyakarta.

Sedangkan tujuan perencanaan pembangunan yaitu untuk meningkatan pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya akan mengurangi Tingkat Kemiskinan.

Tingkat Kemiskinan menjadi permasalahan yang mendasar dalam perekonomian.

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini merupakan gambaran bahwa Tingkat Kemiskinan dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya yaitu Angka Harapana Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, Pengeluaran Riil Per Kapita, dan Tingkat Pengangguran Terbuka.

Gambar 2.3

Model Kerangka Pemikiran Pengaruh Angka Harapan Hidup, Rata-rata Lama Sekolah, Pengeluaran Riil Per Kapita dan Tingkat Pengangguran

Terbuka Terhadap Tingkat Kemiskinan.

Setiap individu yang memiliki rata-rata hidup lebih lama (diukur dengan angka harapan hidup), dengan demikian secara ekonomi mempunyai peluang untuk memperoleh pendapatan lebih tinggi. Kesehatan yang lebih baik akan meningkatkan daya kerja, mengurangi hari tidak bekerja dan menaikan output energi.

Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi, yang diukur dengan lamanya waktu untuk sekolah akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih baik dibanding dengan orang yang pendidikannya lebih rendah. Pendidikan

(40)

22

(formal dan non formal) bisa berperan penting dalam mengurangi kemiskinan dalam jangka panjang, baik secara tidak langsung melalui perbaikan produktivitas dan efisiensi secara umum, maupun secara langsung melalui pelatihan golongan miskin dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas mereka dan pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan mereka.

Tingkat kesejahteraan dikatakan meningkat jika terjadi peningkatan pengeluaran riil per kapita, yaitu peningkataan nominal rumah tangga lebih tinggi dari tingkat inflasi pada periode yang sama. Penelitian Apriliyah (2007) menunjukan bahwa pengeluaran riil per kapita berpengaruh negatif dan signifikan terhadap jumlah penduduk miskin.

Tingkat pengangguran terbuka untuk menggambarkan kemampuan suatu struktur perekonomian dalam penyediaan lapangan pekerjaan, dimana akan sangat berpengaruh pada distribusi pendapatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Keempat variabel tersebut merupakan variabel independen, bersama- sama dengan kemiskinan sebagai variabel dependen akan diregres untuk mendapatkan tingkat signifikansinya.

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan teori yang telah dikemukakan dengan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya beserta adanya kerangka pemikiran konseptual maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Diduga Angka Harapan Hidup berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di D.I. Yogyakarta.

b. Diduga Rata-rata Lama Sekolah berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di D.I. Yogyakarta.

c. Diduga Pengeluaran Riil Per Kapita berpengaruh negatif terhadap tingkat kemiskinan di D.I. Yogyakarta.

d. Diduga Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh positif terhadap tingkat kemiskinan di D.I. Yogyakarta.

(41)

22

BAB III

METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif merupakan salah satu jenis penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana, dan terstruktur dengan jelas.

Penelitian kuantitatif juga merupakan pendekatan ilmiah terhadap pengambilan keputusan baik di bidang menejerial maupun ekonomi. Penelitian ini menggunakan tingkat kemiskinan sebagai variabel dependen, sedangkan sebagai independen dalam penelitian ini ini yaitu angka harapan hidup, rata-rata lama sekolah, pengeluaran riil per kapita dan tingkat pengangguran terbuka.

3.2 Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dimana data sekunder merupakan data yang bukan merupakan hasil olahan sendiri, seperti diunduh dari Badan Pusat Statistik; dokumen-dokumen pemerintah, perusahaan, atau organisasi tertentu; ataupun surat kabar, majalah, atau media cetak lainnya.

Data sekunder yang digunakan merupakan data panel yang terdiri dari data deret waktu (time-series) pada tahun 2012-2017 serta data deret unit (cross-section) lima Kabupaten/Kota di D.I. Yogyakarta. Secara garis besar data-data sekunder didapatkan melalui Badan Pusat Statistika (BPS) D.I. Yogyakarta agar relevan dengan penelitian serta berbagai sumber lain baik jurnal, makalah, internet, dan karya ilmiah lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Data tersebut meliputi:

a. Data tingkat kemiskinan adalah persentase penduduk yang berada dibawah garis kemiskinan untuk masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2012-2017 diambil dari Badan Pusat Statistik.

b. Data Angka Harapan Hidup adalah umur yang mungkin dicapai seseorang yang lahir pada tahun tertentu, dalam satuan tahun untuk masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2010-2015 diambil dari Badan Pusat Statistik.

(42)

23

c. Data Rata-rata Lama Sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia lima belas tahun ke atas dalam satuan tahun untuk masing-masing Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2012-2017 diambil dari Badan Pusat Statistik.

d. Data pengeluaran riil per kapita adalah pengeluaran riil per kapita yang disesauiakn dimana pada tahun 2012-2013 perhitungan pengeluaran riil per kapita masih menggunakan metode lama yaitu dengan menggunakan 27 komoditas, sedangkan pada 2014-2017 menggunakan metode baru yaitu dengan 96 komoditas. Kemudian data tersebut dibagi dengan PDRB sehingga menjadi dalam satuan persen di setiap kabupaten/kota tahun 2012-2017 diambil dari Badan Pusat Statistik.

e. Data Tingkat Pengangguran Terbuka adalah presentase untuk masing- masing Kabupaten/Kota di Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2010-2015 diambil dari Pusat Statistik.

3.3 Alat Analisis

3.3.1 Regresi Berganda Data Panel

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian adalah menggunakan regresi berganda analisis data panel. regresi berganda digunakan oleh sebuah penelitian jika penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan meramalkan suatu pengaruh antar variabel.Dimana analisis panel data merupakan kombinasi antara analisis deret waktu (time-series data) data berupa data tahun yakni 2009-2015 dan deret unit (unit-section data) data berupa data lima Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta.

Jika dimasukkan dengan variabel-variabel yang akan di analisis maka didapatkan model estimasi sebagai berikut :

Үit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4X4it + uit...(3.1)

Dimana :

Y : Tingkat Kemiskinan Kabupaten/Kota di Provinsi D.I.

Yogyakarta

X1 : Angka Harapan Hidup Kabupaten/Kota di Provinsi D.I.

Yogyakarta

(43)

24

X2 : Rata-rata Lama Sekolah Kabupaten/Kota di Provinsi D.I.

Yogyakarta

X3 : Pengeluaran Riil Per Kapita Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta

X4 : Tingkat Pengangguran Terbuka Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta

β0 : Konstanta

β0- β1 : Koefisien regresi

i : Kabupaten/Kota di Provinsi D.I. Yogyakarta t : kurun waktu selama enam tahun (2012-2017) u : Variabel gangguan (error term)

Terdapat tiga metode yang digunakan untuk data panel a. Model Pooled Least Square (Common Effect)

Model ini dikenal dengan estimasi Common Effect yaitu teknik regresi yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel dengan cara hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Model ini hanya menggabungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu sehingga dapat dikatakan bahwa model ini sama halnya dengan metode Ordinary Least Square (OLS) karena menggunakan kuadrat terkecil biasa. Dalam pendekatan ini hanya mengasumsikan bahwa perilaku data antar ruang sama dalam berbagai kurun waktu. Pada beberapa penelitian data panel, model ini sering kali tidak pernah digunakan sebagai estimasi utama karena sifat dari model ini yang tidak membedakan perilaku data, namun model ini digunakan sebagai pembanding dari kedua pemilihan model lainnya.

b. Model Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Pendekatan model ini menggunakan variabel boneka atau dummy yang dikenal dengan sebutan model efek tetap (Fixed Effect) atau Least Square Dummy Variable atau disebut juga Covariance Model. Pada metode Fixed Effect estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weight) atau Least Square Dummy Variable (LSDV) dan dengan pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section (Gujarati, 2012).

(44)

25

Penggunaan model ini tepat untuk melihat perilaku data dari masing-masing variabel sehingga data lebih dinamis dalam mengintepretasi data.

c. Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect)

Model data panel pendekatan ketiga yaitu model efek acak (random effect). Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukan ke dalam error. Karena hal inilah, model efek acak juga disebut model komponen error (er ror component model). Dengan menggunakan model efek acak ini, maka dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan jadi semakin efisien.

Keuntungan menggunkan model Random Effect adalah menghilangkan heteroskedastisitas. Model ini juga disebut dengan Error Component Model (ECM) atau teknik Generalized Least Square (GLS). Metode General Least Square (GLS) dipilih dalam penelitian ini karena adanya nilai lebih yang dmiliki oleh GLS dibanding OLS dalam mengestimasi parameter regresi.

Menurut Gujarati dalam Sa’adillah Fitri F. (2012) menyebutkan bahwa metode OLS yang umum tidak mengamsumsikan varians variabel adalah heterogen.

Metode ini sudah diperhitungkan heterogenitas yang terdapat pada variable independen secara eksplisit sehingga metode ini mampu menghasilkan estimator yang memenuhi kriteria BLUE (Best Linear Unbiased Estimator).

Selain dari pernyataan diatas, metode OLS sendiri mengandung asumsi- asumsi lain, dimana asumsi-asumsi tersebut dipandang perlu untuk dilakukan pengujian-pengujian terhadapnya.

3.3.2. Pemilihan Model

Dari ketiga model yang telah di-estimasi akan dipilih model mana yang paling tepat/sesuai dengan tujuan penelitian. Ada tiga uji (test) yang dapat dijadikan alat dalam memilih model regresi data panel(CE, FE atau RE) berdasarkan karakteristik data yang dimiliki, yaitu: F Test (Chow Test), Hausman Test dan Langrangge Multiplier (LM) Test.

(45)

26

a. F Test (Chow Test)

Dilakukan untuk membandingkan/memilih model mana yang terbaik antara Common Effect dan Fixed Effect. Dengan memperhatikan nilai probabilitas (Prob.) untuk Cross-section F. Jika nilainya ditentukan di awal sebagai tingkat signifikansi yaitu lebih dari alpha maka model yang terpilih adalah Common Effect, tetapi jika nilainya kurang dari alpha maka model yang terpilih adalah Fixed Effect. Maka dapat diambil keputusan dengan menggunakan Fixed Effect Model.

b. Hausman Test

Dilakukan untuk membandingkan/memilih model mana yang terbaik antara Random Effect dan Fixed Effect. Dengan memperhatikan nilai probabilitas (Prob.) Cross-section random. Jika nilainya ditentukan di awal sebagai tingkat signifikansi yaitu lebih dari alpha maka model yang terpilih adalah Random Effect, tetapi jika nilainya kurang dari alpha maka model yang terpilih adalah Fixed Effect. Maka dapat diambil keputusan dengan menggunakan Fixed Effect Model.

c. Langrangge Multiplier (LM) Test

Dilakukan untuk membandingkan/memilih model mana yang terbaik antara Common Effect dan Random Effect. uji LM dilakukan dengan cara menghitung nilai Lmhitung. Nilai LM hitung akan dibandingkan dengan nilai Chi Squared tabel dengan derajat kebebasan (degree of freedom) sebanyak jumlah variabel independen (bebas) dan alpha atau tingkat signifikansi.

Apabila nilai LM hitung > Chi Squared maka model yang dipilih adalah Random Effect, dan sebaliknya apabila nilai LM hitung < Chi Squared maka model yang dipilih adalah Common Effect.

Adapun uji-uji asumsi tersebut dapat dikategorikan kedalam beberapa pengujian sebagai berikut :

3.3.3. Pengujian Statistik Analisis Regresi

Uji signifikansi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kesalahan atau kebenaran dari hasil hipotesis nol dari sampel.

(46)

27

a. Koefisien Determinasi (R-Squared)

Suatu model mempunyai kebaikan dan kelemahan jika diterapkan dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur kebaikan suatu model (goodnes of fit) digunakan koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain koefisien determinasi menunjukkan variasi turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X.

Nilai koefisien determinan antara 0 dan 1. Nilai koefisien determinan yang mendekati 0 (nol) berarti kemampuan semua variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas. Nilai koefisien determinan yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen hampir memberikan informasi yang dijelaskan untuk mempredikasi variasi variabel dependen.

b. Uji F-Statistik

Uji F-statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:

1) Jika prob. F > alpha, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

2) Jika prob. F < alpha, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

c. Uji t-Statisik (Uji Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dengan hipotesis sebagai berikut (Imam Ghozali dalam Usmaliadanti, 2011). Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel. Pada tingkat signifikansi 5 persen dengan kriteria pengujian yang digunakan sebagai berikut:

1) Jika prob. t > alpha, artinya salah satu variabel bebas (independent) tidak mempengaruhi variabel terikat (dependent) secara signifikan.

(47)

28

2) Jika prob. t < alpha, yang artinya salah satu variabel bebas (independent) mempengaruhi variabel terikat (dependent) secara signifikan.

3.4 Definisi Operasional Variabel Penelitian a. Tingkat Kemiskinan (Y)

Kemiskinan adalah suatu kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang yang tidak mampu untuk memenuhi standar kebutuhan hidupnya.

Data yang digunakan berupa tingkat penduduk miskin yang memiliki rata- rata pengeluaran perkapita perbulan berada di bawah garis kemiskinan.

Garis kemiskinan yang dimaksud adalah yang ditetapkan oleh Badan Pusat Statistik berupa data masing-masing di kabupaten dan kota di Provinsi D.I.

Yogyakarta pada tahun 2010-2015 yang menggunakan satuan persen. Data diperoleh dari website Badan Pusat Statistik.

b. Angka Harapan Hidup (X1)

Angka Harapan Hidup adalah rata-rata perkiraan banyaknya tahun yang dapat ditempuh oleh seseorang selama hidup. Dalam penelitian ini Angka Harapan Hidup berupa data masing-masing di kabupaten dan kota di Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2010-2015 pengukuran yang digunakan adalah dalam satuan tahun. Data diperoleh dari website Badan Pusat Statistik.

c. Rata-rata Lama Sekolah (X2)

Rata-rata Lama Sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia lima belas tahun ke atas untuk masing-masing kabupaten/kota di Provinsi D.I Yogyakarta tahun 2010-2015 pengukuran yang digunakan adalah dalam satuan tahun. Data diperoleh dari website Badan Pusat Statistik.

d. Pengeluaran Riil Per Kapita (X3)

Data pengeluaran riil per kapita adalah pengeluaran riil per kapita yang disesauiakn dimana pada tahun 2012-2013 perhitungan pengeluaran riil per kapita masih menggunakan metode lama yaitu dengan menggunakan 27 komoditas, sedangkan pada 2014-2017 menggunakan metode baru yaitu

Gambar

Grafik 1.1 Tingkat Kemiskinan di Provinsi D.I. Yogyakarta  Tahun 2012-2017
Grafik 1.3 Rata-rata Lama Sekolah Provinsi D.I Yogyakarta  Tahun 2012-2017
Grafik 1.4 Pengeluaran Rill Per Kapita Disesuaikan Provinsi D.I Yogyakarta  Tahun 2012-2017
Grafik 1.5 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Provinsi D.I Yogyakarta  Tahun 2012-2017
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini berusaha menganalisis pengaruh pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, dan pendidikan terhadap tingkat kemiskinan di kabupaten/kota di Jawa Timur, menggunakan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa empat peubah bebas yang diteliti berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan yaitu belanja pemerintah Kabupaten/Kota untuk sektor

Pengaruh kebergantungan spasial yang terbentuk adalah kebergantungan spasial pada galat rata-rata pengeluaran per kapita penduduk antar kota kabupaten Jawa Barat

Hasil analisis regresi berganda variabel jumlah penduduk (X 1 ), pengangguran (X 2 ), PDRB (X3) dan Inflasi (X4) berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan (Y) di Kabupaten

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yakni data angka stunting yang bersumber dari Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana,

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, JUMLAH PENDUDUK DAN TENAGA KERJA TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA JAWA TENGAH TAHUN

Pengujian fungsi tingkat ketimpangan pendapatan kabupaten/kota di Aceh menggunakan data panel untuk 23 kabupaten/kota dari tahun 2010 sampai dengan 2013 dengan variabel

LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL ANALISIS PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN, KESEHATAN DAN PERLINDUNGAN SOSIAL TERHADAP KEMISKINAN PADA KABUPATEN/KOTA DI