• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Percepatan pembangunan ekonomi Indonesia yang merata merupakan salah satu tujuan dari pemerintah, untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Percepatan pembangunan ekonomi Indonesia yang merata merupakan salah satu tujuan dari pemerintah, untuk"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Percepatan pembangunan ekonomi Indonesia yang merata merupakan salah satu tujuan dari pemerintah, untuk melaksanakan tujuan tersebut maka salah satu terobosan dari pemerintah ialah dengan menjadikan sebuah daerah tertentu menjadai kawasan ekonomi khusus (KEK). Dalam Undang-undang No.39 Tahun 2009 pasal 1 poin pertama Kawasan Ekonomi Khusus adalah kawasan dengan batas tertentu dalam wilayah hukum Negara kesatuan republik Indonesia yang ditetapkan untuk menyelenggarakan fungsi perekonomian dan memperoleh fasilitas tertentu(Pemerintah Indonesia, 2009). Dalam pasal 2 dijelaskan tentang fungsi dari KEK ialah untuk menampung kegiatan industry, ekspor, inpor dan kegiatan ekonomi lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan daya saing internasional.

Mengutip dari website kek.go.id “Kawasan Ekonomi Khusus Indonesia merupakan kawasan dengan kawasan tertentu yang memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategi wilayah serta diberikan fasilitas dan intensitas khusus sebagai daya tarik infestasi”. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa Kawasan ekonomi khusus merupakan wilayah yang memiliki keunggulan dibandingkan dengan wilayah lain baik itu keunggulan ekonomi, geografis serta strategis sehingga memiliki nilai investasi yang dapat bersaing secara internasional.

Sudah ada 15 wilayah yang menjadi kawasan ekonomi khusus yaitu Arun Lhokseo Mawe, Sei Mangkei, Galang Batang, Tanjung Api-api, Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Kendal, Singhasari, Mandalika, Meloy Batuta Trans Kalimantan, Palu, Likupang Bitung, Morotai, dan Sorong. Kawasan ekonomi khusus dibagi dalam dua jenis yaitu KEK Industri dan KEK Pariwisata, KEK industri merupakan kawasan yang diperuntukan bagi aktifitas industry bernilai tambah sedangkan KEK Pariwisata merupakan kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan usaha pariwisata untuk mendukung penyelenggaraan hiburan dan rekreasi, pertemuan serta kegiatan terkait. Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada kawasan ekonomi khusus mandalika dengan pariwisata sebagai jenis KEKnya.

Kawasan ekonomi khusus mandalika merupakan kawasan ekonomi khusus yang dikembangkan sebagai KEK pariwisata ditetapkan melalui peraturan pemerintah nomor 52 tahun 2014 dan telah diresmikan oleh Presiden Jokowi pada tanggal 20 Oktober

(2)

2

2017(Firmansyah, 2019)(Pemerintah Indonesia, 2014), KEK mandalika berada di provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) Kabupaten Lombok Tengah dengan luas wilayah mencapai 10,36km2 atau 1.000,67 ha dengan menghadap langsung samudra hindia, KEK mandalika diharapkan dapat mengakselerasi sektor pariwisata provinsi NTB yang sangat potensial.

KEK Mandalika ini dikembangkan oleh PT Pengembangan Pariwisata Indonesia/Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) yang dibawahi oleh kementrian BUMN. KEK mandalika memiliki konsep pengembangan pariwisata berwawasan lingkungan dengan pembangunan obyek-obyek wisata dan daya tarik wisata yang selalu berorientasi kepada kelestarian nilai dan kualitas lingkungan hidup yang ada di masyarakat. KEK Mandalika diperoyeksikan dapat menarik investasi sebesar Rp.40T dan dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 587.000 tenaga kerja hingga tahun 2025(Cnnindonesia.com, 2017).

Salah satu proyek terbesar KEK Mandalika adalah sirkuit mandalika yang dibuat untuk menyambut gelar MotorGP dan World Superbike pada tahun 2021 yang biayanya mencapai Rp.800 - 900Myang berasal dari ITDC (Finance.detik.com, 2021) sendiridan anggaran dari kontraktor asal paris Vinci Construction sebesar US$ 1 Miliar atau setara dengan Rp.14T (Kurs Rp 14.000) (Fihani et al., 2021)serta menarik investasi ekonomi pariwisata yang sangat besar dari kejuaraan tersebut baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam proses pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika ini banyak sekali terjadi permasalahan pertanahan disana, seperti masalah enclave dan sengketa tanah yang sampai saat ini belum clear.

Penyebab konflik pertanahan sifatnya berfariasi, baik itu masalah tanah warisan, sampai pada konflik antara masyarakat dan pemerintah akibat dari pengadaan tanah untuk pembangunan, yang dipermasalahkan oleh masyarakat ialah ketika pemerintah melakukan pengusuran paksa, tidak membangun relokasi untuk pemukiman warga yang tempat tinggalnya digusur dan tanah enclave yang tidak kunjung dibayar (Tamudin, 2018). Respon Masyarakat Terhadap pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika ini cenderung negatif, dilihat dari banyaknya demonstrasi dan masalah-masalah pertanahan disana baik itu sengketa tanah maupun masalah tanah enclave yang dari tahun ketahun tidak kunjuang selesai, bahkan ada beberapa masalah yang terus bermunculan. Pada tahun 2018 tepatnya pada tanggal 28 Desember terjadi aksi demonstrasi ratusan masyarakat di kantor ITDC, dalam aksi demo itu masyarakat meminta pertangung jawaban dari pihak PT. ITDC selaku

(3)

3

pengelola KEK Mandalika terkait dengan surat peringatan yang isinya meminta warga yang masih tinggal diatas lahan HPL ITDC Nomor 47 untuk segera keluar dari lahan yang menjadi aset Negara tersebut(Sibuea, 2019). dalam aksi tersebut terdapat 7 Tuntutan dari masyarakat, menagih janji dari pemerintah yang akan menyiapkan lokasi relokasi warga yang mendiami lahan HLP ITDC, mempertahankan fasilitas masjid dan yayasan di lokasi HPL 47 agar tidak digusur ataupun direlokasi, menyelesaikan sisa pembayaran lahan dan salah bayar, memperioritaskan penerimaan tenaga kerja dari masyarakat lokal, mengembalikan dan menormalkan kembali tanah adad dan budaya milik masyarakat yang berada diwilayah eks Hotel Lombok Baru, meyerahkan sepenuhnya pengelolaan parker kepada masyarakat melalui pemerintah desa kuta dan poin terakhir adalah yakni memperioritaskan pengelolaan lapak untuk masyarakat desa kuta(Suaralomboknews.com, 2018).

Aksi demontrasi mahasiswa yang mendesak gubernur untuk segera menyelesaikan sengketa lahan di kawasan ekonomi khusus mandalika, dimana pada praktiknya pemerintah bukan menyelesaikan masalah melainkan melakukan tindakan deskriminatif dengan cara pengusuran paksa, padahal janji dari pemerintah menyelesaikan permasalahan secara kekeluargaan(Mulyana, 2020)(Radarlombok.co.id, 2020). pada tanggal 24 agustus tahun 2020 juga terjadi aksi penolakan dari masyarakat untuk meninggalkan lahan yang ada di dalam sirkuit dikarenakan belum dibayar oleh pihak perusahaan. Tidak hanya aksi-aksi demonstrasi dari masyarakat tetapi banyak laporan masuk kepada komnas HAM dimana terdapat lahan milik masyarakat diatas pembangunan sirkuit mandalika yang belum dibayar(Majalah.tempo.co, 2020). Hal tersebut menunjukan respon yang negatif dari masyarakat terhadap pembangunan dari Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika Tersebut.

Melihat respon yang kurang baik dari masyarakat, pemerintah provinsi NTB melakukan berbagai upaya dalam menyelesaikan permasalahan tersebut, seperti melakukan pembayaran terhadap tanah enclave, menyiapkan tim khusus untuk menyelesaikan permasalahan tanah, melakukan koordinasi dan pengawasan serta melakukan mediasi dan fasilitasi terhadap pihak-pihak yang bermasalah(Radarlombok.co.id, 2020). Mengutip dari detik.com dari hasil wawancara kepada gubernur NTB, bahwa gubernur NTB telah membentuk tim khusus dalam penyelesaian masalah pertanahan di KEK Mandalika(Jurnalgarut, n2020). Pihak ITDC selaku pengelola KEK Mandalika juga telah

(4)

4

melakukan pembayaran terhadap tanah- tanah enclave dimana bukti hak milik atas tanah sudah jelas dan sah dipengadilan. dalam pembayaran atas hak milik tanah enclave ini juga mengalami kendala yaitu proses negosiasi dimana dana yang diminta terlalu tinggi dan tidak sesuai, maka pihak ITDC telah melakukan konsiyasi dimana pihak ITDC memberikan dana tanah enclave dipengadilan, dan selanjutnya pemilik tanah bisa mengambilnya dipengadilan dengan sarat dan ketentuan hukum yang berlaku, total dana yang telah didaftarkan ke PN Praya kepada pemilik lahan oleh pihak ITDC sekitar Rp.16,9M, akan dibayarkan kepada 9 pemilik lahan dari total 42 pemilik lahan enclave dalam kawasan pembangunan sirkuit MotoGP Mandalika (Suarantb.com, 2020). selain itu Biro Pemerintahan Setda NTB telah melakukan mediasi dan fasilitasi terhadap pihak-pihak yang bermasalah.

Sengketa tanah seluah 5,9 hektare yang masuk dalam Hak pengelolaan lahan (HPL) 73 KEK Mandalika prnggugat Umar, dimana lahan tersebut dibangun 3 hotel bintang 5 yang hingga sekarang sengketa lahan tersebut belum terselesaikan dan masih dalam proses di mahkama agung (Finance.detik.com, 2019). dikutip dari Kompas.com terdapat 6000 meter persegi lahan yang berada di tenggah sirkuit mandalika masih bermasalah, pemilik lahan tersebut bernama Gema Luzzuardi yang menolah angkat kaki sebelum lahannya dibayar.

ITDC selaku pengelola menyatakan bahwa tanah yang belum dibayar akan dinyatakan sebaga tanah enclave yang nantinya akan dibayar, dan penggugat harus mengajukan bukti resmi hak milik atas tanah tersebut (Kompas.com).

Terdapat 6 warga yang tergusuk proyek pariwisata mandalika dengan total luas lahan 1,38 ha atau 13.837 m2. Dan lahan tersebut telah dibayar oleh ITDC sebesar Rp.12,9 M. dan hingga sekarang masih banyak permasalahan tanah yang terus bermunculan dan terus digugat sehingga proses pembagunan proyek pariwisata cenderung lambat. Banyak warga yang menggugat dengan alasan tanah milik nenek moyang dan lain sebagainya, dan juga terjadi banyak pungli dan manipulative seperti sertifikat tanah palsu dan lain sebagainya.

Terdapat 17 titik lahan didalam sirkuit mandalika yang menjadi sengketa dengan 15 warga yang mengadu kepada komnas ham akibat digusur paksa. Dari penjabaran permasalahan pertanahan diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah dan pihak ITDC masih belum maksimal dalam menyelesaikan permasalahn tanah di kawasan ekonomi khusus mandalika.

Permasalahan lain yaitu pembebasan lahan yang dilakukan oleh PT ITDC tidak berjalan dengan lancer, banyak masyarakat yang menolak lantaran anggran ganti rugi yang

(5)

5

diberikan pihak perusahaan tidak sesuai dengan keinginan masyarakat, sedangkan disisi lain pihak perusahaan telah melakukan konsinyasi melalui pengadilan negeri praya dengan anggaran sebesar Rp 43 Miliar (Lombokpost.com). terdapat 13 titik tanah yang menjadi sengketa, dimana masyarakat mengklaim bahwa tanah itu miliknya tetapi tidak memiliki alas hukum, sedangkan tanah yang memiliki alas hukum dinyatakan sebagai tanah enclave dan akan dilakukan pembayaran.

Telah banyak penelitian sebelumnya yang membahas tentang permasalah pertanahan serta analisis dan upaya pemerintah dalam permasalahan pertanahan. Dalam penelitian Zuliyah et al., (2020)membahas tentang pembangunan bandara internasional Yogyakarta yang disebagian wilayah pembangunan bandara tersebut terdapat tanah milik masyarakat, dimana dengan dibangunnya bandara tersebut telah mematikan sebagian dari mata pencarian masyarakat serta dana yang dibayarkan sangatlah murah dan tidak masuk akal, sehingga banyak masyarakat yang dirugikan. Upaya penyelesaian konflik yang dilakukan oleh pemerintah melalui jalur mediasi, negosiasi dan konsinyasi belum sesuai dengan kemauan masyarakat serta konsep penyelesaian konflik yang mengedepankan keadilan sosial belum terlaksana dengan semestinya dan masih banyak pihak yang dirugikan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum empiris yang menggunakan pendekatan kualitatif.

Dalam penelitianRasid, (2017) membahasa tentang permasalahan pertanahan yang dimana kesepakatan yang telah disepakati antara pemerintah dan masyarakat tidak dijalankan sesuai kesepakatan oleh pemerintah, telah dilakukan mediasi tetapi permasalahan belum kunjung selesai. Dalam penelitian ini tidak hanya membahas koflik yang terjadi tetapi juga melihat upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengatasi permasalahan dengan tidak adanya pihak yang dirugikan, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan study empiris. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Firmansyah, (2019) membahas tentang pembangunan kawasan ekonomi khusus dan dampaknya terhadap masyarakat, dalam penelitian ini peneliti melakukan analisis terhadapat dampak dari pembangunan KEK, apakah dengan adanya KEK dapat memajukan ekonomi masyarakat juga ataukah malah merugikan masyarakat, penelitian ini dilakukan pada kawasan ekonomi khusus mandalika tepatnya di desa pujut kabupaten Lombok tengah

(6)

6

dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan studi literasi serta observasi terhadapa kehidupan masyarakat setelah ditetapkannya mandalika sebagai KEK.

Penelitian selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Sibuea, (2019) dalam penelitian ini menjelaskan bahwa permasalahan utama dari pembangunan kawasan ekonomi khusus pariwisata adalah pengadaan tanak dan belum adanya solusi untuk meredam konflik, fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana aspek hukum pelaksanaan pengadaan tanah pada kawasan ekonomi khusus pariwisata. Sesuai dengan UU No.2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi pembagunan untuk kepentingan umum bahwa pengadaan tanah KEK pariwisata termasuk dalam pengadaan tanah bagi kepentingan umum, yang dimana walaupun terjadinya konflik dalam pengadaan tanah dan belum adanya solusi untuk itu, pemerintah tetap memaksa untuk pembagunan tetap dilanjutkan kerna atas dasar kepentingan umum tersebut. metode penelitian dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan menggunakan data primer dan data skunder, data primer diperoleh dari proses wawancara, diskusi dan fokus grup diskusi, sedangkan data skunder diperoleh dari bahan pustaka hukum yang terdiri dari bahan hukum primer dan skunder.

Adapun perbedaan antara penelitian diatas dengan penelitian ini adalah penelitian ini membahas pola penyelesaian konflik pertanahan melalui litigasi dan nonlitigasi serta menganalisis peta konflik yang terjadi di kawasan ekonomi khusus mandalikaDari penjabaran diatas maka penelitian ini akan berfokus pada analisis peta konflik pertanahan dikawasan ekonomi khusus mandalika serta yang menjadi pertanyaan besar dalam penelitian ini adalah upaya penyelesaian konflik yang dilakukan pemerintah baik itu melalui jalur hukum peradilan dan diluar pengadilan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konflik Pertanahan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika?

2. Bagaimana Penyelesaian Konflik Melalui Litigasi Dan Nonlitigasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan

a. Untuk Mengetahui Konflik Pertanahan Pada Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika b. Untuk Mengetahui Penyelesaian Konflik Melalui Litigasi Dan Nonlitigasi

(7)

7 2. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dibidang analisis konflik dan upaya penyelesaian konflik yang dilakukan Oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat.

b. Memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanahan pemerintah dan kebijakan serta upaya pemerintah yang baik dan benar dalam perspektif penelitian DeskriptifKualitatif.

c. Secara Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah dapat memberikan saran atau rekomendasi kepada Pemerintah terkait dengan koordinasi dan pengawasan kawasan ekonomi khusus mandalika, serta peningkatan kinerja instansi/lembaga sehingga dapat mengefektifkan koordinasi dan pengawasannya.

d. Secara Akademis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana strata satu (S1) Program Studi Ilmu Pemerintahan serta Menjadi referensi bahan bacaan bagi penelitian selanjutnya terutama penelitian tentang koordinasi dalam pengawasan kawasan ekonomi khusus.

D. Definisi Konseptual 1. Konflik pertanahan

Konflik Pertanahan Merupakan salah satu konflik yang sering sekali terjadi di berbagai Negara khususnya diindonesia. Banyaknya kebutuhan akan tanah yang dipergunakan untuk kebutuhan industri maupun perumahan cenderung untuk kepentingan bisnis yang merugikan pemilik atas tanah, dimana disaat yang sama persediaan tanah mulai terbatas yang berdampak tidak terhindarkannya konflik pertanahan (Harsono dalam Thalib, 2012) dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa konflik pertanahan adalah sebuah permasalah dimana tanah sering kali diperebutkan untuk kepentingan bisnis yang dapat merugikan banyak kalangan. Sedangkan menurut Mas’oed, (1997) faktor pemicu konflik tanah tidak hanya karena terbatasnya jumlah tanah dan semakin banyaknya permintaan tetapi ada yang lebih rumit yaitu spekulasi tanah untuk tujuan akumulasi kapital, konsentrasi penguasaan dan pemilikan tanah,

(8)

8

reduksionisme persoalan tanah, dan adanya keharusan bagi structural pemerintah untuk mengakomodasi tuntutan investor asing. Adanya konflik tanah juga tidak terlepas dari konteks politik dimana pemerintah lebih mementingkan keuntungan dan modal sehingga mengesampingkan kepentingan mereka yang terlantar (Bedi & Tillin, 2015).

Berdasarkan Peraturan Mentri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomer 11 Tahun 2016 Tentang Penyelesaian Kasus Pertanahan pasal 1 angka 3 “konflik tanah adalah perselisihan pertanahan antara orang perseorangan, kelompok, golongan, organisasi, badan hukum, atau lembaga yang mempunyai kecenderungan atau sudah memiliki dampak luass”(Pemerintah Indonesia, 2016). Beberapa konflik tanah yang terjadi di kawasan ekonomi khusus mandalika ialah Tanah enclave, Sengketa Tanah.

1. Permasalahan Tanah Enclave adalah tanah milik masyarakat yang belum ataupun tidak sesuai harga yang dibayar oleh pemerintah kepada pemilik tanah yang diatasnya akan dilakukan pembangunan oleh pemerintah (Bachtiar, 2017).

2. Sengketa tanah menurut Permen ATR No 11 Tahun 2016 adalah perselisian pertanahan perseorangan, badan hukum atau lembaga yang tidak berdampak luas.

Dari penjabaran diatas maka dapat dikatakan konflik pertanahan secara garis besar adalah konflik yang terjadi antar pihak-pihak yang memiliki kepentingan atas tanah yang dikonflikkan, baik itu terjadi antara pemerintah dan masyarakat dan lain sebagainya

2. Pemetaan Konflik Pertanahan

Pemetaan konflik pertanahan merupakan suatu tehnik yang digunakan untuk menganalisa sebuah permasalahan yang nantinya dapat berimplikasi pada pemecahan suatu masalah (Abram dkk, 2017), pemetaan konflik dilakukan untuk mengidentifikasi pihak-pihak yang terlibat konflik, jenis relssi pihak-pihak yang terlibat konflik, untuk mengetahui isu-isu yang berkaitan dengan konflik serta untuk melihat pihak yang berpotensi dapat mendorong resolusi konflik (Sepang, 2020). Menurut Sepang, (2020) Antara pemetaan konflik dan analisis tidak dapat dipisahkan, sehingga kegunaan dan manfaat dari analisis berkaitan erat dengan pemetaan konflik. Ada 3 manfaat dan kegunaan analisis menurut Sepang, (2020) yaitu; a) dapat memberikan pemahaman

(9)

9

terhadap sejarah dan latar belakang konflik, b) dapat mengidentifikasi actor-aktor yang terlibat dalam konflik, dan c) dapat megidentifikasi faktor yang menopang konflik. Dari penjabaran tersebut pemetaan konflik dapat dikatakan sebagai instrument analisis untuk mengetahui secara keseluruhan yang berkaitan dengan konflik tersebut.

3. Penyelesaian Konflik Pertanahan

Penyelesaian konflik pertanahan merupakan upaya-upaya serta tindakan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan konflik pertanahan, baik itu dilakukan oleh pemerintah, serta pihak-pihak yang memiliki pengaruh kuat dalam masyarakat seperti tokoh masyarakat, LSM, dan lain sebagainya (Tamudin, 2018). Menurut Suhaemi proses penyelesaian konflik pertanahan dibagi menjadi 2, yaitu penyelesaian konflik diluar pengadilan dan penyelesaian konflik melalui pengadilan. Proses penyelesaian konflik diluar pengadilan memiliki efektifitas lebih rendah dibandingan proses penyelesaian konflik melalui pengadilan. Sedangkan menurut Limbong, (2012) terdapat banyak kelemahan penyelesaian konflik melalui pengadilan baik itu prosesnya memakan waktu yang lama, terdapat mafia pengadilan sehingga masyarakat takut, proses kasasi yang memerlukan waktu yang lama serta proses penyelesaian peninjauan yang memakan waktu yang sangat lama juga. Dalam penyelesaian konflik pertanahan harus melihat sosial kultur serta budaya dalam masyarakat, lembaga maupun organisasi tradisional terkadang lebih efektif dalam menyelesaikan konflik dibandingan dengan peradilan hukum modern (Juan, 2017). Dari penjabaran diatas maka penyelesaian konflik pertanahan merupakan upaya ataupun tindakan yang dilakukan oleh aktor-aktor kuat untuk menyelesaikan persoalan, baik itu secara win-win solution ataupun ada pihak yang dimenangkan atau yang dirugikan.

4. Litigasi dan Non Litigasi

Litigasi merupakan proses penyelesaian sengketa melalui peradilan Negara, artinya sengketa tersebut akan diperiksa oleh hakim dalam rangkaian persidangan, penyelenggrataan persidangan tersebut dilaksanakan oleh mahkama agung dan lembaga peradilan yang berada dibawahnya dalam ruang lingkup peradilan umum. Kelebihan penyelesaian sengketa melalui proses litigasi adalah keputusan dari pengadilan mempunyai kekuatan hukum yang pasti dan bersifat final, menciptakan kepastian

(10)

10

hukum dengan para pihak menang atau kalah sedangkan nonlitigasi merupakan penyelesaian sengketa diluar pengadilan melalui musyawarah dan negosiasi, mediasi, abitrase dan konsinyasi (Rosita, 2017).

E. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan indikator-indikator yang menjadi fokus dalam penelitian, yang nantinya akan dibahas lebih lanjut dalam pembahasan, sehingga nantinya akan diperoleh gambaran sebagai berikut. Konflik pertanahan pada kawasan ekonomi khusus mandalika meliputi sengketa tanah dan kasus tanah enclave, penyelesaian konflik yang dilakukan sejauh ini menggunakan 2 cara yaitu litigasi dan non litigasi, ad beberapa kasus yang dibawa kepengadilan dan beberapa kasus yang dapat diselesaikan di luar pengadilan melalui negosiasi, pihak ketiga dan konsinyasi.

1. Konflik Pertanahan

Dalam konflik pertanahan ini akan ada 2 indikator yang menjadi fokus penelitian sebagai berikut.

a. Aktor, maksud dari aktor disini adalah pihak-pihak yang bermasalah serta yang memiliki peran yang sangat kuat dalam resolusi konflik, aktor disini dapat berupa individu maupun organisasi serta lembagat-lembaga

b. Dalam konflik pertanahan terdapat 2 permasalahan tanah yang sering terjadi yaitu permasalahan tanah enclave dan sengketa tanah. Tanah enclave disini adalah tanah milik masyarakat yang belum dibayar oleh pemerintah atau Perusahaan, sedangkan sengketa tanah merupakan tanah yang diperebutkan

2. Pemetaan Konflik

Pemetaan konflik disini sebagai salah satu tehnik dalam menganalisis permasalahan yang terjadi, terdapat 4 poin yang harus dilakukan dalam pemetaan konflik, yaitu:

a. Pihak inti yang bertikai dan pada siapa mereka bergantung

b. Apa yanag menjadi persoalan dalam konflik tersebut dan hubungan antara aktor- aktor yang berkonflik

c. Persepsi penyebab konflik dari masing-masing pihak d. Prilaku yang dilakukan pihak yang berkonflik

(11)

11 3. Penyelesaian Konflik Pertanahan

Dalam penyelesaian konflik terdapat 2 variabel penting yang menjadi fokus dalam penelitian.

a. Penyelesaian konflik pertanahan secara Non-litigasi, non litigasi disini artinya penyelesaian tanah yang dilakukan tanpa melalui jalur hukum atau persidangan, biasanya dalam penyelesaian ini menggunakan musyawarah, mediasi dan fasilitasi

b. Penyelesaian konflik pertanahan secara Litigasi, Litigasi merupakan penyelesaian konflik pertanahan melalui jalur persidangan, biasanya jalur ini dilakukan karena tidak ditemukannya solusi ataupun titik temu pada saat proses Non-Litigasi

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Berdasarkan dengan judul penelitian ini dapat dikatakan bahwa penelitian ini merupakan sebuah penelitian lapang, maka penulis menggunakan jenis atau metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini menggunakan metode wawancara melalui sumber-sumber yang dibutuhkan, dan nantinya penelitian ini akan dideskripsikan sesuai dengan informasi dari sumber-sumber yang telah diwawancara serta mendeskripsikan fenomena sosial yang terjadi dilapangan (Nawawi, 1994).

2. Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya penelitian ini menggunakan pendekatann penelitian kualitatif yang dimana penelitian ini bermaksud untuk memahami keadaan tentang apa yang dialami oleh subjek secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata- kata yang ada pada suatu konteks alamiah dengan didukung berbagai metode alamiah (Moloeng, 2007:6)

(12)

12 3. Teknik Pengumpulan Data

Serangkaian proses pengumpulan data terhadap suatu penelitian yang penulis lakukan, maka harus memiliki teknik untuk mendapatkan data atau informasi yang akurat dari setiap apa yang diteliti, untuk memperoleh data yang akurat agar dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data, yaitu:

a. Observasi

Observasi yang akan dilakukan oleh penelit adalah dengan melakukan pemantauan langsung terhadapat indikasi-indikasi yang terjadi dilapangan, baik itu berupa mediasi yang dilakukan, aksi-aksi masyarakat maupun penggusuran yang dilakukan oleh pemerintah dan lain sebagainya. Observasi ini akan dilakukan dibeberapa tempat yang menjadi fokus dalam penelitian, observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu nonpartisipan, dimana peneliti hanya mengamati konflik-konflik yang terjadi serta respon tindakan yang dilakukan masyarakat baik itu melalui demo penolakan dan lain sebagainya, observasi dilakukan tidak hanya terbatas pada lingkungan tempat terjadinya konflik saja tetapi juga melakukan observasi secara online melalui media masa dan sejenisnya

b. Wawancara

Wawancara menjadi salah satu bagian terpenting dalam penelitian kualitatif, olehsebab itu peneliti akan melakukan wawancara dengan aktor-aktor yang terleibat penting dalam konflik pertanahan tersebut, sehingga dapat memperoleh informasi yang actual dan uptodate.Wawancara yang akan peneliti lakukan yaitu kepada staf ITDC, Kepala BPN provinsi NTB, kepala biro pemerintahan setda NTB dan kepala bagian konflik pertanahan Biro Pemerintahan Setda NTB, serta masyarakat yng terlibat konflik mandalika untuk dimintai pendapat atas konflik pertanahan yang dialami sehingga data yang didapatkan lebih fariatif

c. Studi Literasi

Studi literasi yang akan peneliti lakukan disini berupa pengumpulan informasi- informasi penting dari bebagai media yang ada diinternet, baik itu berupa Koran-koran serta jurnal maupun penelitian-penelitian yang ilmiah.

d. Dokumentasi

(13)

13

Dokumentasi ini bisa berbentuk gambar, tulisan dari seseorang yang pada umumnya dokumentasi yang diambil disebut sebagai dokumentasi berjalan.

Dokumentasi berjalan itu sendiri memiliki arti menggambarkan kegiatan yang dilakukan tersebut dan sebuah penguat dari observasi serta wawancara tersebut Dokumentasi akan peneliti lakukan pada saat melakukan observasi dan wawancara

4. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek penelitian memiliki perang yang sangat penting karena itulah data variabel yang akan dimaati. Adapun subyek penelitian dalam tulisan ini yakni aktor-aktor penting dalam konflik pertanahan tersebut, seperti pihak dari yang berkonflik yaitu ITDC dan Masyarakat serta pihak pemerintah yang ikut dalam penyelesaian konflik.

Subjek penelitiannya adalah, Kepala ITDC ataupun staf dan jajarannya, Kepala Biro Pemerintahan, Kepala BPN NTB, Kepala bagian konflik pertanahan Biro Pemerintahan, serta pihak masyarakat yang terlibat dalam Konflik pertanahan

5. Analisa Data

Teknik analisis data yang peneliti gunakan adalah dengan metode analisis deskriptif dimana penelitian berguna untuk mendiskripsikan konflik pertanahan yang terjadi dalam kawasan ekonomi khusus Mandalika.Dengan metode ini penulis mendiskripsikan atau menggambarkan serta menerangkan permasalahan yang sedang terjadi sesuai dengan fokus penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Tugas akhir yang berjudul “Analisis Pemilihan Moda Transportasi Alternatif Akibat Gangguan Operasional Kereta Commuter Indonesia Pada Rute Red Line Jakarta Kota -

Hopkins(Sutama 2010 : 15) PTK adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantive, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri

Suatu foto udara diambil dari ketinggian 6000 ft di atas permukaan rata-rata dengan fokus kamera 6 in (152.4 mm) dan format ukuran 9 in (23 cm).. INTERPRETASI FOTO UDARA.  Definisi

Namun upaya pemerintah pusat mengalami tantangan setelah adanya putusan Mahkamah Konstitusi yang tidak memberikan kewenangan kepada pemerintah pusat untuk membatalkan

Tahap penilaian resiko adalah proses identifikasi dan penilaian resiko serta analisa dampak kerugian atas kehilangan asset yang ditimbulkan masing-masing

Untuk informasi kesehatan dan keselamatan untuk komponen masing-masing yang digunakan dalam proses manufaktur, mengacu ke lembar data keselamatan yang sesuai untuk

Dalam kegiatan penelitian ini dilakukan metode wawancara dengan para teknisi dari PT. Nutech Integrasi yang diberikan tanggung jawab oleh perusahaan dalam menangani sebuah

A1, A4, A5, B1, B2, B3 6 6 Mengidentifikasi peran bahasa dalam pembangunan bangsa Peran bahasa dalam pembangunan bangsa Ceramah dan Diskusi Ketepatan resume,